JURNAL ANDA

Download yang Berhubungan dengan Terjadinya Menarche Dini pada Remaja Putri SDN 1 . Pulubala Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di SDNP...

0 downloads 580 Views 489KB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MENARCHE DINI PADA REMAJA PUTRI SDN 1 PULUBALA KABUPATEN GORONTALO SANDRA DEWI ISMAIL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2015 Sandra Dewi Ismail, Nim: 841411024, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Menarche Dini Pada Remaja Putri SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. Skripsi Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dr. Sunarto Kadir, Drs. M.Kes, dan Pembimbing II Andi Mursyidah S.Kep Ns. M.kes. Menarche dini merupakan menstruasi pertama yang dialami seorang wanita subur pada usia dibawah 12 tahun. Penurunan usia menarche dihubungkan karena beberapa faktor yang meliputi keadaan gizi, genetik, konsumsi makanan, hormon, sosial ekonomi, keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi ), perilaku seksual dan gaya hidup. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah "Faktor Apa yang Berhubungan dengan Terjadinya Menarche Dini pada Remaja Putri SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo?, Tujuan penelitian, Mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Menarche Dini pada Remaja Putri SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di SDNPulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo, dengan pendekatan cross sectional dengan teknik analisis chi square. Adapun jumlah sampel penelitian adalah 36 orang yang diambil dari siswa kelas V dan VI. Hasil penelitian: 1) Status gizi memberikan kontribusi terhadap kejadian menarche dini pada remaja putri sebesar 70.8%, 2) Kejadian menarche dini pada remaja putri dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 69.4%, 3) Kejadian menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini jarang olahraga, dialami oleh respnden sebanyak 61.1%, kebiasaan mengkonsumsi fast food dialami oleh 58.3%, responden dan menarche dini kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan (soft drink), dialami 29 responden (80.6%), 4) Gaya hidup (olahraga), kebiasaan mengkonsumsi fast food dan konsumsi soft drink ketiganya memberikan kontribusi terhadap kejadian menarche dini. 5) Faktor asupan gizi memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini 6) Faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini; 7) Kebiasaan olahraga, memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini, 8) Kebiasaan mengkonsumsi makanan

cepat saji memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini, 9) Kebiasaan mengkonsumsi soft drink berhubungan dengan kejadian menarche dini. Hasil penelitian ini diharapkan kepada masyarakat dan orang tua, untuk lebih ketat dan selektif terhadap jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi anak, karena dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan. Kata kunci: Faktor-faktor, Menarche dini,Remaja putri Daftar Pustaka : 32 (2004-2014)

1

Sandra Dewi Ismail, 841411024, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. Sunarto Kadir, Drs. M.Kes, Andi Mursyidah S.Kep Ns. M.kes.

ABSTRACT Sandra Dewi Ismail, the factors that deals with the occurrence early menarche in adolescent girls at SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. A thesis of nursing , the faculty of health and sport gorontalo state university .Tutors i , dr .Sunarto kadir , drs .M.kes , and tutors ii andi mursyidah s.kep ns .M.kes .Early menarche is first menstrual happened to a woman fertile at the age of under 12 years .A decrease in the age of menarche connected because of some factors which includes the state of nutrition , genetic , food consumption , hormone , socioeconomic , other malignancies mass media an adult ( pornogra & amp; # 64257; ) , sexual behavior and lifestyle .Synthesis a problem in this research was ' factors what deals with the occurrence early menarche in adolescent girls SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo, research objectives , know factors that deals with the occurrence early menarche in adolescent girls at SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. This study was conducted in SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo, with the approach by applying cross sectional analysis technique of chi square.The number of study sample is 36 of a person taken from students grade V and VI. The results of the study: 1 ) the nutritional status made any contributions to the incident early menarche in adolescent girls of 70.8 % , 2 ) scene early menarche in adolescent girls influenced by genetic factors of 69.4 % , 3 ) scene early menarche due to the lifestyle in terms of sport this is rare , experienced by as many as 61.1 % respnden , consume fast food habits experienced by 58.3 % , respondents and early menarche the habit of consuming drink packaging ( ) soft of drink , experienced 29 respondents ( 80.6 % ) , 4 ) lifestyle ( sports , the habit of consume fast food and soft of drink consumption the three made any contributions to the incident early menarche .5 ) factors nutritional intake has a relationship with the incident early menarche6 ) genetic factors have ties with the genesis menarche early; 7 ) the habit of sports , has a relationship with the incident early menarche , 8 ) habit consume fast food has a relationship with the incident early menarche , 9 ) habit consume soft of drink associated with an occurrence menarche early .The results of research is expected to society and parents , to more rigid and selective against the type of food consumed children , because can lead to malign influence in the end. Key word: factors , early menarche , adolescent girls a list reference: 32 (years of 2004-2014 )

1

Sandra Dewi Ismail, 841411024 Departement Of Nursing FIKK UNG, Dr.

Sunarto Kadir, Drs. M.Kes, Andi Mursyidah S.Kep Ns. M.kes.

PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis, masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia sering disebut masa pubertas (Depkes, 2004). 1 Masa ini merupakan periode yang sulit bagi remaja, disebabkan karena adanya perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan sehingga diperlukan suatu proses penyusuaian diri dari temannya tersebut. Adapun perubahan yang dialami oleh remaja putri meliputi perubahan secara sekunder (pertumbuhan payudara, rambut kemaluan, perubahan tinggi badan,dll) maupun perubahan secara primer yaitu dengan menarche (Zulkifli, 2004).2 Menarche dini merupakan menstruasi pertama yang dialami seorang wanita subur pada usia dibawah 12 tahun. Kondisi menarche dini karena mendapat produksi hormone esterogen lebih banyak dibanding wanita lain pada umumnya, itulah sebabnya menjadikan masalah ini menjadi penting (Rosental, 2009)3. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa, menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa awal reproduksi (Proverawati dan Misaroh, 2009).4 Memperhatikan uraian pendapat di atas maka dapat diambil simpulan bahwa menarche merupakan menstruasi pertama bagi remaja awal putri pada rentang usia 10-11 atau <12 tahun sebagai akibat dari adanya produksi hormone esterogen lebih banyak dibanding wanita lain yang belum mengalami masa menstruasi pada usia yang sama. Terdapat studi yang telah dilakukan di beberapa negara yang menunjukkan rata-rata umur menarche. Di Amerika Serikat, rata-rata umur menarche adalah lebih dari 14 tahun sejak tahun 1994 dan sekarang menurun menjadi 12,8 tahun, di Kanada rata-rata umur menarche berkisar 8,5-15,6 tahun, di Jamika rata-rata umur menarchenya 13,8 tahun, sementara di Asia seperti Hongkong dan Jepang rata-rata umur menarche ramaja putri adalah 12,2 tahun dan 12,38 tahun (Karapanou, 2010).5 6 Penelitian yang dilakukan di Belanda dalam Wiley dan Sons (2003), studi pertumbuhan nasional terhadap usia menarche dilakukan dalam dua kelompok. Kelompok pertama yang tergabung dalam tahun 1952- 1956, dan kelompok yang paling baru-baru ini di kelompokkan pada tahun 1996-1997. Usia saat menarche menurun menjadi 13,15 tahun yang merupakan penurunan 6 bulan selama empat dekade ini.

1

Depkes, 2004, pengertian masa remaja Zulkifli, 2004, tentang masa remaja 3 Rosental, 2009, pengertian menarche dini 4 Proverawati dan Misaroh, 2009, pengertian menarche dini 5 Karapanou, 2010, data tentang Menarche 6 Wiley dan Sons 2003, hasil penelitian tentang Menarche 2

Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa 20,9% anak perempuan di indonesia telah mengalami menarche di umur kurang dari 12 tahun. Usia menarche yang terjadi lebih dini dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker payudara, obesitas, penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik dan gangguan psikologi. Sementara khusus Provinsi Gorontalo, usia menarche dini pada usia 9-10 tahun sebanyak 1,2% dan pada usia 11-12 tahun sebanyak 23.4% (Rikesdas, 2010).7 Penurunan usia menarche dihubungkan karena beberapa faktor yang meliputi keadaan gizi, genetik, konsumsi makanan, hormon, sosial ekonomi, keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi ), perilaku seksual dan gaya hidup (Soetjiningsih, 2007).8 Gaya hidup merupakan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan remaja putri yang berkaitan dengan olahraga, konsumsi soft drink dan makan makanan fast food. Menurut Nopembri (2012) 9bahwa remaja putri aktif dalam kegiatan fisik (olahraga) yang berlebihan sebelum datang menarche akan mengalami keterlambatan menarche dari pada remaja putri yang jarang melakukan olahraga bahkan tidak pernah melakukan olahraga. 10Menurut Path (2005) bahwa konsumsi soft drink yang mengandung pemanis buatan cenderung meningkat selama fase luteal (masa saat ovulasi terjadi sampai terjadinya menstruasi). Sehingga selama fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan atau energi. 11Menurut Susanti, (2012) makanan fast food banyak mengandung pemanis buatan, lemak, dan zat aditif bisa menyebabkan menarche lebih awal. Dalam sebuah uraian Susanti (2012)12 yang mengutip beberapa pendapat pakar menyebutkan bahwa keanekaragaman konsumsi makanan dan faktor genetik merupakan indikator utama timbulnya menarche dini terutama sebagai pemicu keluarnya Gonadotropin Releazing Hormone (GnRH) yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Sementara menurut Supriasa (2004) 13 , suatu keadaan fisiologis dimana tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh atau status gizi dapat diukur secara objektif dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) indikator. IMT ditentukan oleh berat badan dan tinggi badan. Berat badan sangat mempengaruhi status gizi dalam kaitannya terhadap usia menarche. Hal ini disebabkan oleh adanya adypocyte-derived hormone leptin yang berasal dari lemak tubuh yang diduga dapat mempengaruhi masa awal puberitas. Peningkatan kadar LH, peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal menarche

7

Riskesdas 2010, data kejadian menarche di Indonesia Soetjiningsih, 2007, faktor penurunan usia Menarche 9 Nopembri, 2012, hubungan kegiatan fisik dengan Menarche 10 Path, 2005, hubungan mengonsumsi isoft drink dengan Menarche 11 Susanti, 2012, hubungan makanan fast food dengan Menarche 12 Susanti, 2012, indikator timbulnya Menarche 13 Supriasa, 2004, keadaan fisiologis 8

(Edward, 200714). Jadi penurunan usia menarche berkaitan dengan peningkatan berat badan. Faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan usia menarche putrinya (Maulidiah, 2011). Hasil wawancara tentang gaya hidup dan genetik, yang dilakukan pada sepuluh siswi kelas V dan VI SDN 1 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yaitu, tujuh dari sepuluh siswi yang telah mengalami menarche mengatakan menyukai dan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan minuman bersoda (soft drink) setiap hari, dan tiga Siswi lainnya mengatakan mengalami menarche di usia yang sama dengan ibunya. Hasil observasi dari sepuluh siswi didapatkan, lima siswi memiliki badan yang gemuk, dan lima siswi lainnya memiliki badan yang ideal. Idealnya, menstruasi dialami oleh seorang remaja putri pada usia 12-15 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009). Permasalahan selanjutnya adalah khususnya di lokasi penelitian ditemukan siswi yang mengalami masa menarche dini pada usia 10,7 tahun. Berdasarkan survei pendahuluan dan ditunjang oleh berbagai penelitian yang menyatakan bahwa terjadi penurunan usia menarche (menarche dini), maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Menstruasi Dini (menarche dini) pada Remaja Putri kelas V dan VI di SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Terjadi penurunan usia menarche di beberapa tempat, di Amerika sejak tahun 1994 usia menarche berkisar 14 tahun keatas dan sekarang menurun menjadi 12,8 tahun di Kanada rata-rata umur menarche berkisar 8,5-15,6 tahun,di Jamaika rata -rata umur menarche 13,8 tahun di Asia seperti Hongkong dan Jepang rata - rata umur menarchenya 12,2 tahun dan 12,38 tahun. di Indonesia 20,9% perempuan mengalami menarche di umur kurang dari 12 tahun dengan usia menarche terdini 10 tahun. 2. Hasil observasi awal melalui wawancara tentang gaya hidup dan genetik, pada sepuluh siswi kelas V dan VI SDN 1 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo didapatkan, tujuh dari sepuluh siswi yang telah mengalami menarche mengatakan menyukai dan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan minuman bersoda (soft drink) setiap hari, dan tiga Siswi lainnya mengatakan mengalami menarche di usia yang sama dengan ibunya. Hasil observasi dari sepuluh siswi tersebut didapatkan, lima siswi memiliki badan yang gemuk, dan lima siswi lainnya memiliki badan yang ideal. 3. Umumnya, menstruasi dialami oleh seorang remaja putri pada usia 12-15 tahun. Namun permasalahan selanjutnya yang ditemukan di lokasi penelitian ditemukan siswi yang mengalami masa menarche dini pada usia 10,7 tahun. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut "Faktor Apa yang Berhubungan 14

Edward, 2007, peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal menarche

dengan Terjadinya Menarche Dini pada Remaja Putri SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo? METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.Waktu penelitian dilakukan pada 5 Mei – 30 Juni tahun 2015. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Survey Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study, yang bertujuan untuk mengetahui Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Mentruasi Dini (Menarche Dini) Pada Remaja Putri Kelas V Dan VI SDN 1 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia No

Usia Responden 1 2

10-11 Tahun < 12 Tahun Total

Jumlah 24 12 36

Persentasi (%) 66,7 33,3 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 4.1 di atas menunjukkan, sebagian besar responden berada antara usia 10-11 tahun sebanyak 24 orang (66.7 %), dan sisanya responden dengan usia 12 tahun sebanyak (33,3%). Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tingkatan kelas di SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo No 1 2

Kelas Responden V VI Jumlah

Jumlah

Persentasi (%)

11 25 36

30,6 69,4 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden yang diambil sebagian besar berada di kelas VI sebanyak 25 orang (69.4%) dan sisanya adalah siswa kelas V sebanyak 11 orang (30,6%).

Tabel 4.3 Distribusi responden kejadian menarche dini Kabupaten Gorontalo NO

Menarche Dini 1 2

Menarche dini Bukan menarche dini Total

Jumlah

30 6 36

di SDN 1 Pulubala

Persentase (%) 83,3 16,7 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami menarche dini sebanyak 30 orang (83.3%) dan yang bukan menarche dini sebanyak 6 orang (16,7%). Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan status gizi di SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo No 1 2 3

Kelas Responden Obesitas Normal Kurus Jumlah

Jumlah 19 9 8

Persentasi (%) 52,8 25,0 22,2

36

100

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan berat badan lebih sebanyak 19 orang (52,8%), 9 orang (25%) dengan berat badan normal dan sisanya 8 orang (22%) yang memiliki berat badan kurus. Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Usia menarche ibu SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo No 1 2 3

Usia Menarche Ibu 10 Tahun 11 tahun 12 Tahun Jumlah

Jumlah

Persentasi (%)

3 24 9 36

8,3 66,7 25,0 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel di atas menunjukkan, terdapat 9 orang atau (25%) responden yang ibunya mengalami menarche pada usia 12 tahun, selanjutnya 24 orang (66.7%) responden yang ibunya mengalami menarche pada usia 11 tahun dan sisanya 3 orang (8.3%) memiliki ibu yang mengalami menarche pada usia 10 tahun.

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan olahraga No 1 2

Kebiasaan olahraga Kurang olahraga Sering olahraga Jumlah

Jumlah

Persentasi (%)

28 8 36

77,8 22,2 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Bila dilihat dari aspek gaya hidup dalam hal ini kebiasaan berolahraga, sebagian besar responden atau 28 orang (77.8%) yang kurang melakukan kebiasaan berolahraga, dan 8 orang (22.2%) yang sering melakukan olahraga.

Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan Mengkonsumsi fast food No 1 2

Kebiasaan mengkonsumsi Fast food Kurang konsumsi Fast food Sering konsumsi fast food Jumlah

Jumlah

Persentasi (%)

9 27 36

25,0 75,0 100,0

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa, 27 orang (75%) responden dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), dan sisanya 9 orang (25%) yang jarang mengkonsumsi fast food. Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan Mengkonsumsi drink No

Kebiasaan mengkonsumsi Soft drink

Jumlah

Persentasi (%)

1

Kurang

2

5,6

2

Sering

34

94,4

36

100,0

Jumlah

Soft

Sumber: Data Primer, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa 34 orang responden (94,4) yang memiliki kebiasaan minum-minuman kemasan (soft drink), dan sisanya 2 orang (5.6%) yang kurang atau jarang minum minuman kemasan.

PEMBAHASAN 1. Kejadian menarche dini pada remaja putri di SDN 1 Pulubala Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami kejadian menarche dini sebanyak 30 orang (83.3%) dan yang bukan menarche dini sebanyak 6 orang (16,7%). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden terdapat 30 orang (83.3%) yang mengalami menarche dini, dan sisanya 6 orang (16,7%) yang bukan menarche dini. Apabila dihubungkan antara kejadian menarche dini dengan faktor usia, tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada antara usia 10-11 tahun sebanyak 24 orang (66.7 %), dan sisanya responden dengan usia 12 tahun sebanyak (33,3%). Berdasarkan kedua uraian hasil penelitian di atas maka usia responden yang paling mendominasi adalah usia 10 dan 11 tahun, sehingga hal ini dipandang memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini yang dialami remaja putri. Sekaitan dengan kejadian menarche yang dihubungan dengan usia ini, Must (2005) mengemukakan “menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita, biasanya terjadi pada umur 11-13 tahun, namun kini usia menarche bergeser ke usia yang lebih muda disebut menarche dini yaitu antara 10-11 tahun. Uraian di atas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2012) 15 Tendensi sentral data usia menarche dini responden menunjukkan bahwa umur terendah adalah 9 tahun, umur tertinggi 10 tahun, ratarata umur 9,8 tahun dan standar deviasi adalah 0,4. Sedangkan bila ditinjau dari distribusi frekuensi umur menarche, maka distribusi tertinggi adalah usia 10 tahun yaitu sebanyak 25 responden (81%) dan sisanya 6 responden (19%) mengalami menarche pada usia 9 tahun. Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah penulis asumsikan bahwa, usia wanita di antara 10-11 tahun dimana usia tersebut memasuki masa remaja awal memiliki kemungkinan mengalami menarche dini, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah faktor genetik, faktor gizi dan gaya hidup. 2. Status gizi Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden dengan berat badan lebih sebanyak 19 orang (53%), 9 orang (25%) dengan berat badan normal dan sisanya 8 orang (22%) yang memiliki berat badan kurang atau dapat diklasifikasikan memiliki badan yang kurus. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilik berat badan yang lebih atau mengalami obesitas, sebagnyak 19 orang atau 53,5%. Kelebihan berat badan diyakini dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya menarche dini. Dalam sebuah uraian (Soetjiningsih, 2004 16 ) menyebutkan gadis yang mendapat mentruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan 15 16

Wulansari, 2012, penelitian yang berhubungan Soetjiningsih, 2004 teori yang mendukung

mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya pada gadis yang mengalami menstruasi yang terlambat, beratnya lebih ringan dari pada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama, pada umumnya mereka menjadi matang lebih dini akan memiliki body massa indeks (indeks masa tubuh, IMT) yang lebih tinggi, dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama. Pujiani yang meneliti hubungan antara obesitas dengan menarche dini di SDN Papahan Karanganyar, mengemukakan hasil penelitiannya bahwa hasil uji statistic chi–square menunjukkan nilai kemaknaan ρ= 0,00 yang berarti ada hubungan antara status Gizi dengan menarche. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya hubungan kelebihan berat badan dengan menarche dini di SDN Magetan (Intan, 2008).17 Hasil penelitian lain oleh putri (2008)18 yang menyatakan ada hubungan antara obesitas dengan menarche dini di SDN Papahan Karanganyar. Berat badan yang menggambarkan status gizi seseorang sebagaimana hasil penelitian ini dapat diasumsikan memiliki pengaruh terhadap kejadian menarche dini. Asumsi yang dapat dikembangkan adalah, semakin tinggi berat badan seorang remaja putri maka akan semakin besar pula resikonya mengalami menarche dini. Asumsi ini dapat dijelaskan dengan adanya 53% kejadian menarche ditentukan oleh status gizi yang memasuki batasan obesitas.

3. Usia menarche ibu Tabel 4.5 menunjukkan, terdapat 12 orang atau 46.2% responden yang memiliki latar belakang ibu yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, selanjutnya 11 orang (42,3%) responden yang memiliki ibu mengalami menarche pada usia 11 tahun dan 3 orang (11,5%) memiliki ibu yang mengalami menarche pada usia 10 tahun. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan usia menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi (Maulidiah, 2011)19. Penelitian yang dilakukan putri menyatakan bahwa terdapat hubungan hubungan genetik (usia menstruasi pertama ibu) dengan usia menarche pada anak. Hubungan ini diduga berkaitan dengan lokus yang mengatur estrogen yang diawariskan (Karis, 2011).20 Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa anak akan mengalami usia menarche yang tidak berbeda dengan usia menarche yang dialami oleh ibunya, sebagai akibat adanya faktor genetik atau faktor bawaan. Asumsi yang dapat dikembangkan dari hasil penelitian tersebut adalah, faktor kejadian menarche dini seseorang berhubungan dengan kejadian dan usia menstruasi pertama sang ibu, sebesar 46.2% sebagaimana hasil penelitian ini. 17

Intan, 2008, penelitian yang berhungan Putri, 2008, penelitian yang berhungan 19 Maulidiah, 2011, hubungan faktor genetik dengan Menarche 20 Karis, 2011, penelitian yang berhubungan 18

4. Kebiasaan olahraga Bila dilihat dari aspek gaya hidup dalam hal ini kebiasaan berolahraga, sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.6 sebagian besar responden atau 28 orang (77,8%) yang kurang melakukan kebiasaan berolahraga, dan 8 orang (22.2%) yang sering melakukan olahraga. Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya (Irianto, 2004 21 ). Disebutkan juga oleh Sumintarsih (2006), olahraga adalah suatu rutinitas untuk mengaktifkan kembali sel-sel dalam tubuh yang belum berfungsi secara sempurna. Olahraga secara teratur dapat memperlambat terjadinya usia menarche pada seorang anak. 22 Rizvya, (2014) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang biasa melakukan olahraga adalah 29.2%, sedangkan siswi yang memiliki kebiasaan olahraga buruk (jarang berolahraga) memiliki prevalence rate 42.1%. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga yang baik pada dasarnya dapat mencegah terjadinya menarche dini pada seorang remaja putri, Demikian pula sebaliknya, remaja putri yang jarang melakukan olahraga akan memiliki potensi besar mengalami menarche lebih awal. Asumsi peneliti terhadap hasil penelitian di atas dan penelitian terdahulu adalah, kebiasaan olahraga pada seorang remaja putri dapat memperlambat kejadian menstruasi, sebaliknya seorang remaja putri yang kurang atau jarang melakukan olahraga memiliki peluang sebesar 46.2% untuk mengalami kejadian menarche dini. Dengan demikian, penanaman kebiasaan berolahraga bagi anak perlu dilakukan sejak dini, utamanya kepada anak-anak perempuan. Hal ini dimaksudkan selain menanamkan kebiasaan sehat, juga diharapkan dapat memperlambat kejadian menarche dini. 5. Kebiasaan mengkonsumsi fast food. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa, 27 orang (75%) responden dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saja (fast food), dan sisanya 9 orang (25%) yang jarang mengkonsumsi fast food. Kondisi gaya kehidupan modern dengan tersedianya rumah makan dengan banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan menimbulkan percepatan menarche karena konsumsi makanan siap saji maupun soft drink mengandung tinggi lemak, gula dan kalori (Hermanto, 2006). 23 Remaja putri yang mulai pubertas dan sebelum mengalami menarche sering mengkonsumsi makan-makanan fastfood, snacks, minuman bersoda (soft drink) dan makanan jajanan luar rumah akan menyebabkan peningkatan asupan kalori yang tinggi. Secara signifikan peningkatan BMI yang lebih besar bila remaja putri sering mengonsumsi makan-makanan fast food, snacks, minuman bersoda (soft drink), dan makanan jajanan luar rumah lebih dari 2 kali setiap 21

Irianto, 2004, pengertian olahraga Rizvya, 2014, penelitian terkait 23 Hermanto, 2006, tentang kondisi gaya kehidupan modern 22

minggu daripada yang sedikit atau tidak pernah mengonsumsi. Makan makanan fast food mengandung 1000 kalori per sajian. Soft drink mengandung sumber ekstra kalori untuk beberapa anak dan remaja putri. Konsumsi fast food dan soft drink yang berlebihan sebelum menarche akan memengaruhi peningkatan BMI serta peningkatan fase luteal (Kusher, 2007).24 Memperhatikan uraian dan hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi fast food dapat mempercepat terjadinya menarche pada remaja putri. 25 Nana Dewi Astuti (2014) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa anak yang mengkonsumsi fast food mengalami dan mengalami kejadian menarche sebanyak 81,3% sementara yang kadang-kadang mengkonsumsi fast food sebanyak 18.7%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka asumsi yang dapat dikembangkan adalah, semakin tinggi frekuensi anak mengkonsumsi fast food, maka semakin besar pula potensinya untuk mengalami kejadian menarche dini. Asumsi ini dapat berlaku, manakala anak tidak mengikuti kebiasaan konsumsi fast food dengan kebiasaan olahraga yang teratur. Potensi anak mengalami kejadian menarche akibat mengkonsumi makanan cepat saji ini sebesar 75%. 6. Kebiasaan mengkonsumsi soft drink Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa 34 orang responden (94.4 %) yang memiliki kebiasaan minum-minuman kemasan (soft drink), dan sisanya 2 orang (5.6%) yang kurang atau jarang minum minuman kemasan. Kebiasaan konsumsi soft drink adalah tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi minuman bersoda yang dihitung permenit (Malik, 2006). 26 Soft drink mengandung gas karbon dioksida dan sejumlah besar asam fosfat yang dapat mengganggu metabolisme kalsium dan tulang. Kadar gula yang terdapat didalamnya cukup tinggi. Tidak ada manfaat dari konsumsi soft drink kecuali penyakit dan kelebihan berat badan (Gunawan, 2006).27 Sebuah hasil penelitian mengemukakan bahwa berat badan dan tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan remaja pada umumnya serta memiliki status gizi lebih atau obesitas berpotensi mengalami menarche dini. Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak remaja antara lain konsumsi makanan yang berlebihan yang berasal dari jenis makanan instan, minuman soft drink dan makanan cepat saji (Shinta,2011).28 Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa dalam pandangan kesehatan, minuman kemasan tidak memiliki nilai manfaat bagi seseorang kecuali penyakit. Olehnya, mengkonsumsi minuman kemasan sedapat mungkin dapat dihindari atau dalam batasan minimal dapat dikurangi. Selain mempertinggi kadar dan mengganggu metabolisme kalsium, mengkonsumsi

24

Kusher, 2007, kandungan soft drink Nana Dewi Astuti, 2014, penelitian terkait 26 Malik, 2006, pengertian Kebiasaan konsumsi soft drink 27 Gunawan, 2006, tentang konsumsi soft drink 28 Shinta,2011, penelitian terkait 25

minuman kemasan dapat berdampak pada kejadian menarche dini pada remaja putri. 7. Hubungan faktor status gizi dengan kejadian menarche dini Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya, Mc. Laren menyatakan bahwa status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya. Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa kejadian menarche dini akibat Status gizi lebih (obesitas) sebanyak 17 orang (47.2%), dengan status gizi normal sebanyak 6 orang (16.7%), dan responden dengan status gizi kurang (kurus) sebanyak 7 orang (19.4%) dan bukan menarche dini namun memiliki status gizi lebih sebanyak 2 orang (5.6%), status gizi normal 3 (8.3%) dan kurus 1 orang (2,8%). Sementara hasil uji statistik menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil x2 hitung 2.416 > x2 tabel 49,80, sehingga secara statistik berarti ada hubungan antara kejadian menarche dini dengan faktor gizi remaja putri. Hasil penelitian yang mengemukakan bahwa sebagian besar responden17 orang (47,2%) mengalami menarche dini memiliki berat badan lebih (obesitas). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siti Astari Laadjim yang mengungkapkan terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo, dengan hasil uji chi square dimana x2 hitung 4,684 > dari x2 tabel 3,841 dengan nilai p- value = 0,046 yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo. 29 Hasil penelitian di Amerika yang dikemukakan oleh Proverawati dan Misaroh (2009) menyebutkan bahwa anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun, memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih dibandingkan dengan anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya saat berusia 13 tahun. Selanjutnya, terdapat 6 orang (16,7%) dan 7 orang (19,4%) responden dengan status gizi normal dan kurus namun mengalami kejadian menarche dini dapat dijelaskan dengan faktor lain seperti faktor genetik dan faktor gaya hidup. 30 Rizvya (2014) dalam penelitiannya mengemukakan remaja putri dengan berat badan lebih dibandingkan dengan siswi dengan barat badan normal dengan kejadian menarche dini adalah 2,42 kali, sementara siswa dengan status gizi kurus 0,19 kali perkiraan resikonya dibandingkan dengan siswa berstatus gizi normal. Memperhatikan ulasan di atas maka jelaslah bahwa faktor gizi tidaklah menjadi faktor tunggal yang menyebabkan kejadian menarche dini pada remaja putri, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor lainnya seperti faktor genetik dan gaya hidup. 31 Sitti Astari Laadjim (2012) yang mengutip beberapa hasil penelitian mengemukakan bahwa “usia menarche sangat bervariasi dan sangat tergantung 29

Proverawati dan Misaroh, 2009, penelitian terkait Rizvya, 2014, penelitian terkait 31 Astari Laadjim, 2012, penelitian terkait 30

pada status gizi (Boston University Medical Center, 2010). Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda. Memperhatikan uraian-uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa penurunan usia menarche menjadi menarche dini bagi remaja putri sebagaimana hasil penelitian ini dipengaruhi oleh faktor gizi. Seorang remaja putri dengan status gizi yang baik akan mengalami kejadian menarche lebih awal dibandingkan dengan mereka yang memiliki status yang kurang baik. 8. Hubungan faktor genetik dengan kejadian menarche dini Sebagaiamana ulasan pada bab sebelumnya, faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan usia menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi (Maulidiah, 2011). 32 Penelitian yang dilakukan putri menyatakan bahwa terdapat hubungan hubungan genetik (usia menstruasi pertama ibu) dengan usia menarche pada anak. Hubungan ini diduga berkaitan dengan lokus yang mengatur estrogen yang diawariskan (Karis, 2011).33 Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa menarche dini akibat faktor genetik sebanyak 25 orang (69.4%), dan bukan karena faktor genetik sebanyak 5 orang (13.9%). Selanjutnya responden yang bukan menarche dini namun memiliki faktor genetik sebanyak 2 orang (5,6%) dan bukan faktor genetik sebanyak 4 orang (11,1%). Hasil penelitian sebagaimana tabel 4.4 ditemukan 9 orang (25.0%) ibu responden yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, selanjutnya 24 orang (66.7%) ibu responden yang mengalami menarche ada usia 11 tahun dan sisanya 3 orang (8.3%) ibu responden yang mengalami menarche pada usia 10 tahun. Berdasarkan ulasan hasil penelitian di atas yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden 25 orang (69,4%) yang mengalami menarche dini dipengaruhi oleh faktor genetik atau disebabkan oleh faktor keturunan. Hasil uraian penelitian di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ong yang menyatakan bahwa pada waktu terjadi kematangan seksual, seorang gadis mengikuti menstruasi pertama ibunya. Ong (dalam Karis, 2011) menyatakan umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya. Terhadap kejadian menarche yang bukan faktor genetik sebanyak 5 orang (13,9%) dapat dijelaskan sebagai pengaruh lain yang bukan dari faktor genetik. Faktor selain faktor genetik yang dimaksudkan adalah faktor gizi dan dapat juga disebabkan oleh kondisi lingkungan keluarga dan keterpaparan media massa dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan hasil yang dikemukakan dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa usia menarche ibu berkaitan dengan usia menarche anak tidak hanya karena pengaruh genetik tapi juga berkaitan dengan lingkungan keluarga. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa reseptor estrogen a (Era gene) 32 33

Maulidiah, 2011, tentang faktor genetik Karis, 2011, penelitian terkait

merupakan gen spesifik penentu usia menarche anak putri yang mampu mengubah aktifitas biologis estrogen (Susanti, 2012).34 Adapun responden yang bukan menarche dini namun memiliki faktor genetik sebanyak 2 orang (5,6%) dapat dijelaskan dengan asumsi bahwa faktor genetik yang dimilikinya tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian menarche. Hal ini dapat saja disebabkan oleh faktor lain selain faktor genetik seperti faktor status gizi seseorang. 35 Rizvya (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa prevalence rate (tingkat kemungkinan rata-rata) kejadian menarche dini pada siswi yang memiliki ibu dengan usia menarche dini sebesar 11,9% sedangkan kemungkinan rata-rata siswi mengalami menarche dini dari ibu yang memiliki usia menarche normal sebesar 52,8%. Memperhatikan ulasan dan hasil penelitian di atas maka faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada seorang remaja putri. Atau dengan kata lain, seorang anak yang berasal dari ibu yang mengalami menarche dini akan berpotensi besar mengalami menarche dini, sebagaimana usia menarche yang dialami sang ibu. 9. Hubungan faktor gaya hidup (kebiasaan olahraga) dengan kejadian menarche dini Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya (Irianto, 2004). 36 Disebutkan juga oleh Sumintarsih (2006), olahraga adalah suatu rutinitas untuk mengaktifkan kembali sel-sel dalam tubuh yang belum berfungsi secara sempurna. Sebagaimana hasil penelitian pada tabel 4.11 bahwa kejadian menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan olahraga, dialami 22 orang (61.1%), responden yang kurang berolahraga dan responden yang sering olahraga sebanyak 8 orang (22.2%), dan 6 orang responden (16,7%) responden yang kurang berolahraga juga tidak mengalami menarche dini. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil x2hitung 2.057 > x2tabel 49,80, sehingga secara statistik berarti ada hubungan antara kejadian menarche dini dengan faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan olahraga. Hasil penelitian di atas menyebutkan bahwa sebagian besar responden22 orang (61,1%) yang mengalami menarche dini berasal dari mereka yang jarang melakukan olahraga. Menurut WHO sebagaimana diulas Safitri (2014) 37 kebiasaan olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan paling sedikit 10-15 menit. Aktifitas fisik terlalu sering menyebabkan aktivitas ovarium menurun sehingga kadar ekstrogen lebih rendah dimana estrogen sangat dibutuhkan dalam proses 34

Susanti, 2012, reseptor estrogen a (Era gene) merupakan gen spesifik penentu usia menarche 35 Rizvya, 2014, penelitian terkait 36 Irianto, 2004, pengertian olahraga 37 Safitri, 2014, pengertian kebiasaan olahraga

menarche. Estrogen yang tinggi yang cukup lama akan merangsang endometrium yang akan ikut luruh bersama cairan berbentuk darah dan sel-sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian mengalir melalui vagina dan mulailah terjadi haid pertama (menarche). Ulasan hasil penelitian dan uraian WHO di atas memberikan ketegasan bahwa kebiasaan olahraga dapat memperlambat kejadian menarche pada remaja putri. Akitivitas olahraga diyakini dapat menurunkan kadar ekstrogen sehingga menurunkan aktivitas ovarium. Estrogen yang tinggi yang cukup lama dapat merangsang endometrium yang akan ikut luruh bersama cairan berbentuk darah dan sel-sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian mengalir melalui vagina dan hal inilah yang kemudian dikenal dengan haid pertama (menarche). Tabel 4.11 di atas juga menyebutkan terdapat 8 orang (22,2%) yang kurang berolahraga namun mengalami menarche dini, dapat dijelaskan sebagai akibat faktor lain dalam penelitian ini seperti faktor genetik. Sebagaimana diketahui bahwa faktor genetik memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk memprediksi usia menarche seorang remaja putri. Hasil penelitian di atas senada dengan apa yang dikemukakan oleh Nopembri (2012) 38 yang menyatakan bahwa gaya hidup merupakan kebiasaan sehari hari yang dilakukan remaja putri yang berkaitan dengan olahraga, konsumsi soft drink, dan makanan fast food. Remaja putri aktif dalam kegiatan fisik (olahraga) yang berlebihan sebelum datang menarche akan mengalami keterlambatan menarche dari pada remaja putri yang jarang melakukan olahraga bahkan tidak pernah melakukan olahraga. Hasil penelitian lainnya oleh, Rizvya, (2014)39 mengemukakan Olahraga secara teratur dapat memperlambat terjadinya usia menarche pada seorang anak. mengemukakan hasil penelitiannya bahwa prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang biasa melakukan olahraga adalah 29.2%, sedangkan siswi yang memiliki kebiasaan olahraga buruk (jarang berolahraga) memiliki prevalence rate 42.1%. Dengan demikian maka kejadian menarche dini dipengaruhi oleh faktor lain selain faktor olahraga teratur, termasuk ringan beratnya olahraga yang dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa kegiatan fisik dalam hal ini olahraga yang rutin dapat memperlambat proses terjadinya menarche dini. Dengan demikian maka asumsi yang dapat dikembangkan adalah, remaja putri yang kurang melakukan kegiatan fisik dalam hal ini olahraga akan cepat mengalami menarche, bahkan kemungkinan besar mengalami menarche dini, dan sebaliknya olahraga teratur akan dapat memperlambat proses terjadinya menarche dini, meskipun masih terdapat faktor lainnya yang ikut memberi kontribusi terhadap kejadian menarche dini. 10. Hubungan faktor gaya hidup (kebiasaan mengkonsumsi fast food) dengan kejadian menarche dini

38 39

Nopembri, 2012, penelitian terkait Rizvya, 2014, penelitian terkait

Hasil penelitian sebagaimana tabel 4.12 menunjukkan bahwa kejadian menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), dialami 21 responden (58.3%), yang selalu mengkonsumsi fast food, dan 9 orang (25.0%) mengalami menarche dini meskipun kurang mengkonsumsi makanan cepat saji. Sementara hasil uji statistik menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil x2hitung 2.400 > x2 tabel 49,80, sehingga secara statistik berarti ada hubungan antara kejadian menarche dini dengan faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Menarche dini yang berhubungan dengan faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), yang dialami oleh 24 responden (58,3%) sebagaimana hasil penelitian di atas, adalah sama dengan hasil penelitian Safitri (2014) yang mengutip Hasil penelitian yang dilakukan di Semarang oleh Mujur (2011) menunjukkan bahwa gambaran pola makan remaja tergolong ke dalam pola makan berlebih dan pola makan ini berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja. Kejadian obesitas pada individu dapat dilihat dari indeks masa tubuh (IMT), yang juga menandakan status gizi seorang individu Tabel di atas menjelaskan pula adanya 9 responden (25%) yang mengalami menarche dini meskipun kurang mengkonsumsi fast food. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan adanya faktor lain seperti konsumsi minuman kemasan atau soft drink, atau faktor suka atau tidak suka dari anak tersebut untuk mengkonsumsi fast food. Hasil penelitian ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hermanto (2006)40 bahwa kondisi gaya kehidupan modern dengan tersedianya rumah makan dengan banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan menimbulkan percepatan menarche karena konsumsi makanan siap saji maupun soft drink mengandung tinggi lemak, gula dan kalori. Selanjutnya, terdapat 16,7% responden yang sering mengkonsumsi fast food namun tidak mengalami menarche dini dapatlah dijelaskan dengan faktor lainnya yaitu faktor genetik yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kejadian menarche dini. Salirawati (2010)41 mengemukakan Penerapan pola konsumsi pangan yang berlebihan akan meningkatkan kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa, yaitu kemampuan tubuh untuk menetralisir agar kembali ke keadaan semula dengan berusaha mengeluarkan kelebihan tersebut. Adanya peningkatan kerja organ-organ itu akan mempengaruhi pula organ seksual pada perempuan untuk bekerja secara maksimal, baik berupa peningkatan progesteron, estrogen, LH, dan FSH. Salah satu gangguan yang terjadi adalah gangguan siklus menstruasi yang terlalu cepat datangnya (menarkhe dini). Selain nutrisi, menarkhe juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti genetik, keadaan lingkungan, status sosial ekonomi, dan pendidikan. Apa yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa konsumsi pangan melalui makanan cepat saji dapat meningkatkan kerja organ-organ tubuh sehingga mempercepat kejadian menarche dini. Namun demikian menurutnya selain nutrisi 40 41

Hermanto, 2006, penelitian terkait Salirawati, 2010, tentang penerapan pola komsumsi panagan

menarche dipengaruhi pula oleh faktor lain seperti faktor genetik, keadaan lingkungan, status sosial ekonomi dan pendidikan. . Uraian hasil penelitian dan dukungan hasil penelitian sebelumnya di atas memberikan simpulan bahwa, remaja putri yang banyak mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) memiliki potensi besar untuk mengalami kejadian menarche dini. Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji berhubungan dengan kejadian menarche dini. 11. Hubungan faktor gaya hidup (kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan (soft drink) dengan kejadian menarche dini Kebiasaan konsumsi soft drink adalah tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi minuman bersoda yang dihitung permenit (Malik, 200642). Soft drink mengandung gas karbon dioksida dan sejumlah besar asam fosfat yang dapat mengganggu metabolisme kalsium dan tulang. Hasil penelitian sebagaimana tabel 4.13 menunjukkan bahwa kejadian menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan (soft drink), dialami 29 responden (80.6%), dengan frekuensi selalu mengkonsumsi soft drink, dan 1 orang (2.8%) mengalami menarche dini meskipun kurang mengkonsumsi minuman soft drink. Adapun sisanya, responden yang bukan menarche dini namun sering mengkonsumsi minuman kemasan sebanyak 5 orang (13.9%), dan bukan menarche dini dan kurang mengkonsumsi soft drink sebanyak 1 orang (2.8%). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kejadian menarche dini sebagai akibat kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan sebesar 80.6%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di atas yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup dalam hal ini konsumsi minuman kemasan (soft drink) dengan kejadian menarche, banyak didukung dengan hasil-hasil penelitian yang berhasil membuktikan pola hubungan dimaksud. Salah satu hasil penelitian tersebut adalah penelitian Nana Dewi Astusti (2014) yang menyatakan bahwa, Makanan yang disenangi remaja adalah makanan yang cepat saji (fast food). Fast food merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak. Fast food memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu mengandung kalori tinggi, lemak tinggi, rendah serat dan gula tinggi (Damayanti, 2008). Makanan yang tergolong fast food antara lain kentang goreng, hamburger, soft drink, pizza, hotdog, donat dan lain-lain (Padmiari, 2002) Hasil uji statistik menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil x2 hitung 1.694 > x2 tabel 49,80, sehingga secara statistik berarti ada hubungan antara kejadian menarche dini dengan faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan atau soft drink. Hermanto (2006)43 menambahkan bahwa kondisi gaya kehidupan modern remaja saat ini menyediakan banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan menimbulkan percepatan menarche karena konsumsi makanan

42 43

Salirawati, 2010, pengertian Kebiasaan konsumsi soft drink Hermanto, 2006, tentang kondisi gaya kehidupan remaja

siap saji maupun soft drink mengandung tinggi lemak, gula dan kalori. 44Kusher (2007) menambahkan bahwa soft drink mengandung sumber ekstra kalori untuk beberapa anak dan remaja putri. Hasil penelitian lainnya oleh Dwi Putri dan Melaniani (2013) 45 menyebutkan hasil penelitian mereka yang melakukan uji Bartlett tes, bahwa gaya hidup dalam hal ini konsumsi minuman kemasan (soft drink) memiliki pengaruh terhadap kejadian menarche dini dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.603. Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Kusher (2007) yang menyebutkan bahwa konsumsi soft drink yang berlebihan sebelum menarche akan memengaruhi peningkatan BMI serta peningkatan fase luteal. Selanjutnya terhadap kejadian menarche dini yang dialami oleh 1 orang (2,8%) meskipun kurang mengkonsumsi minuman kemasan (soft drink) dan 5 orang (13.9%), yang bukan menarche dini dan sering mengkonsumsi soft drink dapat dijelaskan dengan faktor lainnya dalam variabel penelitian ini yaitu faktor genetik dan kebiasan olahraga. Faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan usia menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi (Maulidiah, 2011). 46 Penelitian yang dilakukan putri menyatakan bahwa terdapat hubungan hubungan genetik (usia menstruasi pertama ibu) dengan usia menarche pada anak. Hubungan ini diduga berkaitan dengan lokus yang mengatur estrogen yang diawariskan (Karis, 2011).47 Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa, soft drink atau minuman kemasan memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri, khususnya di SDN 1 Pulubala Kabupaten Gorontalo. Asumsi yang dapat dikembangkan sebagaimana hasil penelitian ini adalah, 63 % wanita yang banyak mengkonsumi minuman kemasan memiliki potensi mengalami menarche dini. Faktor gaya hidup yang terdiri atas 3 yaitu, kebiasaan olahraga, konsumsi fast food dan soft drink, berdasarkan hasil penelitian diatas memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini. Penulis berasumsi bahwa, ketiga faktor gaya hidup ini pertama-tama menyebabkan obesitas atau naiknya status gizi seseorang hingga melampaui batas normal. Setelah obesitas berlaku, maka hal ini selanjutnya memberikan dorongan terhadap pertumbuhan somatik dan kematangan organ reproduksi, sehingga mempercepat proses menarche. Hal yang dapat dilakukan terhadap gaya hidup yang berupa kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink dapat dikurangi dengan melakukan kebiasaan hidup lainnya yang lebih positif yaitu kebiasaan berolahraga secara teratur. Hal ini selain dapat mengurangi tingkat obesitas karena adanya proses pembakaran lemak dalam tubuh, juga nantinya secara tidak langsung akan dapat menunda terjadinya menarche secara dini. 44

Kusher, 2007, kandungan soft drink Dwi Putri dan Melaniani, 2013, penelitian yang mendukung 46 Maulidiah, 2011, tentang faktor genetik 47 Karis, 2011, hubungan genetik dengan menarche 45

Simpulan 1. Responden yang mengalami menarche dini sebanyak 83,3%. 2. Status gizi memberikan kontribusi terhadap kejadian menarche dini pada remaja putri sebesar 70.8%. 3. Kejadian menarche dini pada remaja putri dipengaruhi oleh faktor genetik sebanyak 69.4%. 4. Kejadian menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan olahraga, dialami oleh respnden sebanyak 61.1%, kebiasaan mengkonsumsi fast food dialami oleh 58.3%, responden dan menarche dini akibat faktor gaya hidup dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan (soft drink), dialami 29 responden (80.6%). 5. Faktor asupan gizi memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di SDN 1 Pulubala, 6. Faktor genetik dimana sang ibu mengalami menarche dini memberikan hubungan yang bermakna dengan kejadian menarche dini 7. Kebiasaan olahraga, sebagaimana hasil penelitian menunjukkan hubungan dengan kejadian menarche dini, 8. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji sebagaiman hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna. 9. Kebiasaan mengkonsumsi soft drink berhubungan dengan kejadian menarche dini Saran Memperhatikan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Kepada pemerintah dalam hal ini pihak terkait dapatlah kiranya melakukan sosialisasi akan pengaruh makanan cepat saji (fast food) dan minuman kemasan (soft drink) terhadap perkembangan anak dan remaja. 2. Kepada pihak Perguruan Tinggi dalam hal ini UNG, hendaknya hasil penelitian ini, dapat dijadikan penelitian dasar untuk lebih mengkaji secara mendalam utamanya dampak soft drink dan fast food secara lebih rinci termasuk unsur-unsur yang terkandung di dalamnya hingga dapat dilakukan upaya meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya dan akhirnya dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk berbagai pihak. 3. Kepada pihak sekolah, hendaknya dapat lebih mengawasi kantin sekolah dan penjaja makanan yang ada untuk menjamin keamanan konsumsi makanan dan minuman bagi siswanya. 4. Kepada masyarakat dan orang tua, hendaknya lebih ketat dan selektif terhadap jenis makanan yang dikonsumsi anak, karena dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada akhirnya.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, R. 2010. Usia Menarche, Indeks Masa Tubuh, Frekuensi Konsumsi, dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua pada Siswa SLTP di Pinggir dan Pusat Kota, Kota Semarang. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.

Cunningham, F.G, dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21, Jakarta: ECG Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Depkes RI. 2004. Hak-hak Reproduksi. Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Jakarta Filddza dan Rizvya. 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Menarche pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Fajriyanti, L.A. 2008. Hubungan antara Status Gizi, Kontak Media Pornografi dengan Menarche Dini pada Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk. Skripsi. Surabaya, Universitas Airlangga. Surabaya. Hermanto, N. 2006. Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal. PT. Elek Media Komputindo. Jakarta. Hurlock. 2005. Psikologi Perkembangan. Edisi 5, Jakarta. Karapanou, Ol, dan Papadimitriou, Anastasious . 2010. Determinant of Menarche Reproductive Biology and Endrocrinology Karis AD. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri si SMPN 155 Jakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta. Koo, Malcolm, et.al. 2001. A Cohort Study of Dietary Fibre intaka Menarche Public Health Nutrition. Kusher, R.F and Bassesan D.H. 2007. Treatment of the Obese Patient. The United States of Amerika: Human Press Inc. Laadjim, S. A. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di Smpn 8 Kota Gorontalo. Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo. Maulidiah, F. 2011. Gambaran Status Gizi dan Genetik pada Kejadian Menarche di Perumahan Taman Pinang RW 05 Sidoarjo. STIKES YARSIS. share.stikesyarsis. Karya Tulis Ilmiah 2011 Must. 2005. Kesehatan Masyarakat Media Abadi. Jogjakarta Nastiti, Fajar, D, Ari, A dan Moneca D.L.S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Menarche Dengan Kesiapan Siswi Kelas V dan VI Menghadapi Menarche di SD Negeri 1 Gedanganak, “Artikel” Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, Ungaran

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2004. Pendidikan Dn Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nopembri, S. 2012. Menstruasi dan Osteoporosis (Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Jasmani Wanita). Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta. staff.uny Path, E.F. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Putri, Dewi. Rovi’atul Laily, dan Sunartalania Maliniani. 2013. Analisis Faktor Faktor Hubungan Usia Menarche Dini. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, , Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Airlangga. Rosenthal, M. 2009. Revolusi Terapi Hormon: Pendekatan Alami. Yogyakarta: B-First Safitri, Dina, Arneliwati dan Erwin. 2014. Analisis Indikator Gaya Hidup Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, JOM PSIK Vol.1 No.2 Oktober 2014

Saryono & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Salirawati, D. 2010. Pengaruh Pola Konsumsi Pangan Terhadap Terjadinya Menstruasi Dini dan Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Masa Pubertas. Makalah, 12 Mei 2010. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanti, A.V. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini pada Remaja di SMPN 30 Semarang. Journal of Nutrition College. 1(1): 386–407. Universitas Diponegoro. eprints. undip Suryani, Eko, dkk. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Edisi III, Yogyakarta: Fitramanya

Winkjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sehat Pustaka Sarwono Prawiraharjo.geri yogyakarta. staff.uny Wulansari, Niken A. 2012. Hubungan Konsumsi Junk Food san Media Informasi Terhadap Menarche Dini Pada Siswi Sekolah Dasar di Surakarta. Skripsi, Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.