JURNAL ARIF FIRMANTO J. ATISINA

Download JURNAL. Oleh. ARIF FIRMANTO J. ATISINA. NIM : 841 411 003 ... Pemberian tindakan keperawatan di rumah sakit, cenderung membuat anak tidak...

0 downloads 318 Views 904KB Size
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

JURNAL

Oleh

ARIF FIRMANTO J. ATISINA NIM : 841 411 003

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2015

ABSTRAK Arif Firmanto J. Atisina. 2015. Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini Fahriani Zees S.Kep. Ns. M.Kep., dan Pembimbing II dr. Sri Andriani Ibrahim M.Kes. Pemberian tindakan keperawatan di rumah sakit, cenderung membuat anak tidak merasa nyaman, sehingga dapat menyebabkan tingkat kooperatif anak menjadi negatif. Tingkat kooperatif anak dapat ditingkatkan dengan metode bermain salah satunya adalah terapi bermain mewarnai gambar. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan. Desain penelitian menggunakan Pre-Experimental Design. Populasi berjumlah 15 anak. Sampel sebanyak 15 anak dengan teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi. Teknik analisis dengan uji t berpasangan. Didapatkan sebagian besar anak usia prasekolah (60%) memiliki tingkat kooperatif negatif sebelum perlakuan dan sebagian besar anak (53,3%) menunjukkan tingkat kooperatif positif sesudah perlakuan p=0,000(α<0,05). Disarankan kepada perawat agar memberikan terapi bermain mewarnai gambar bagi anak usia prasekolah yang menjalani perawatan di rumah sakit. Kata Kunci: Terapi Bermain Mewarnai Gambar, Tingkat Kooperatif, Anak Usia prasekolah Daftar Pustaka : 37 referensi (2004-2014)

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Arif Firmanto J. Atisina, Rini Fahriani Zees S.Kep. Ns. M.Kep, dr. Sri A. Ibrahim M.Kes Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo [email protected]

Summary Arif Firmanto J. Atisina. 2015. Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini Fahriani Zees S.Kep. Ns. M.Kep., dan Pembimbing II dr. Sri Andriani Ibrahim M.Kes. Pemberian tindakan keperawatan di rumah sakit, cenderung membuat anak tidak merasa nyaman, sehingga dapat menyebabkan tingkat kooperatif anak menjadi negatif. Tingkat kooperatif anak dapat ditingkatkan dengan metode bermain salah satunya adalah terapi bermain mewarnai gambar. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan. Desain penelitian menggunakan Pre-Experimental Design. Populasi berjumlah 15 anak. Sampel sebanyak 15 anak dengan teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi. Teknik analisis dengan uji t berpasangan. Didapatkan sebagian besar anak usia prasekolah (60%) memiliki tingkat kooperatif negatif sebelum perlakuan dan sebagian besar anak (53,3%) menunjukkan tingkat kooperatif positif sesudah perlakuan p=0,000(α<0,05). Disarankan kepada perawat agar memberikan terapi bermain mewarnai gambar bagi anak usia prasekolah yang menjalani perawatan di rumah sakit. Kata Kunci: Terapi Bermain Mewarnai Gambar, Tingkat Kooperatif, Anak Usia prasekolah Daftar Pustaka : 37 referensi (2004-2014)

PENDAHULUAN Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam tahap proses pertumbuhan dan perkembangan. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pulang kembali ke rumah 1. Penyakit yang diderita anak akan menyebabkan perubahan perilaku normal sehingga anak perlu menjalani perawatan 2. Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Menjalani perawatan di rumah sakit dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologi anak3. Di Provinsi Gorontalo, terdapat berbagai kondisi yang menyebabkan anak menjalani perawatan di rumah sakit. Berdasarkan data distribusi Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Rumah Sakit se-Provinsi Gorontalo, diperolehkan data jumlah anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit menurut kelompok usia 1-4 tahun sebanyak 662 anak. Pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 238 anak. Pada kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 262 anak. Pada kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 394 anak4. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Anak merasa terbatasi aktivitasnya ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kesehatan, lingkungan, serta rutinitas anak di rumah sakit. Kondisi lingkungan rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam peralatanperalatan medis, obat-obatan yang harus diminum, serta penampilan para tenaga kesehatan yang monoton dengan baju putih, dapat menjadi stressor bagi anak 5. Stress dalam menjalani hospitalisasi ditunjukkan anak dengan reaksi tidak kooperatif dengan tindakan perawatan yang diberikan 6. Perilaku kooperatif anak sangat diperlukan selama menjalani perawatan di Rumah sakit guna mencapai proses penyembuhan yang optimal. Perilaku kooperatif anak merupakan respon atau reaksi anak terhadap rangsangan atau stimulus untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama seperti dalam pengukuran suhu, pemberian obat oral/cair, dan anak tidak merasa takut atau cemas 7. Perilaku kooperatif anak dalam menerima perawatan terbagi dalam 4 skala perilaku yang dapat ditunjukkan anak, yaitu skala 1 (sikap sangat negatif), skala 2 (sikap negatif), skala 3 (sikap positif) hingga skala 4 (sikap sangat positif). Sebagian besar anak yang mengalami hospitalisasi menunjukkan sikap negatif terhadap petugas

1 2 3

4

5 6 7

Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Asmadi. 2008. Tehknik prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta : Salemba Medika Apriany, D. 2013. Hubungan Antara Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Hlm. 92 – 104. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2014. Data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Rawat Jalan dan Rawat Inap se-Provinsi Gorontalo. Melanaaaryuni, 2008. Terapi Bermain Pada Anak. Http://melanaaryuni. wordpress.com. 20 februari 2015 (09.30 Wita). Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Santoso, D. 2013. Pengaruh Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Perilaku Kooperatif Anak Usia Toodler di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Volume 1, No. 3, Hlm. 1 – 7.

kesehatan yang ditunjukkan dengan reaksi menangis, menunjukkan rasa takut, serta tidak mau menerima perawatan 8. Perilaku kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan dapat ditingkatkan dengan melalui pemberian terapi bermain. Melalui pemberian terapi bermain dapat menurunkan stress dan mengubah perilaku anak dalam menerima perawatan. Terapi bermain mewarnai gambar merupakan salah satu jenis terapi bermain yang efektif untuk merubah perilaku anak dalam menerima perawatan di rumah sakit. Melalui pemberian terapi bermain mewarnai, anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat mengembangkan kreativitas anak. Melalui kegiatan bermain ini dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman serta adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2015 dengan perawat pelaksana di Ruang Perawatan Anak G1 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, diketahui bahwa terdapat 18 anak usia 3-5 tahun (prasekolah) dirawat pada bulan februari 2015, dan sebagian besar anak (90%) dari seluruh pasien anak usia 3-5 tahun (prasekolah) menunjukkan perilaku tidak kooperatif terhadap tindakan keperawatan, seperti pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, sebagian besar anak yang dirawat memberikan respon rewel, takut, merapatkan diri pada orang tua/keluarga, serta menangis. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-experimental Design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Jenis rancangan yang digunakan One Group Pretest-Postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang dirawat di ruang Perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah berjumlah 15 anak. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling. Adapun jumlah responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 15 anak. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji statistik Paired Sampel t-test.

8

Muthu, M. S. and Sivakumar, N. 2009. Pediatric Dentistry : Principle and Practice. New Dehli : Elsevier.

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1.1. Distribusi Responden Berdas9arkan Usia Anak Usia Jumlah % 3 tahun 7 46,7 4 tahun 3 20 5 tahun 5 33,3 Total 15 100 Sumber : data primer 2015 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden anak di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang berusia 3 tahun sebanyak 7 anak (46,7%), yang berusia 4 tahun sebanyak 3 anak (20%), dan yang berusia 5 tahun sebanyak 5 anak (33,3%). Tabel 1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin Anak Jenis Kelamin Jumlah % Laki-Laki 9 60 Perempuan 6 40 Total 15 100 Sumber : data primer 2015 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden anak di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 anak (60%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 anak (40%). Tabel 1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Anak Menjalani Perawatan Lama Anak Menjalani Jumlah % Perawatan 1-3 hari 9 60 4-6 hari 6 40 Total 15 100 Sumber : data primer 2015 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden anak di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang memiliki lama rawat 1-3 hari sebanyak 9 anak (60%), dan yang memiliki lama rawat 4-6 hari sebanyak 6 anak (40%). Tabel 1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Pernah Dirawat Sebelumnya Pernah dirawat Jumlah % sebelumnya Ya 11 73,3 Tidak 4 26,7 Total 15 100 Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden anak di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang sudah pernah dirawat sebelumnya sebanyak 11 anak (73,3%), dan sebanyak 4 anak (26,7%) yang tidak pernah dirawat sebelumnya. 2. Tingkat Kooperatif Anak usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Tabel 2.1. Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Sebelum Sesudah Perlakuan Perlakuan Tingkat Koopera Ju Juml tif Anak % ml % ah ah Sangat Negatif 0 0 0 0 Negatif 9 60 1 6,7 Positif 5 33,3 8 53,3 Sangat 1 6,7 6 40 Positif Total 15 100 15 100 Sumber : data primer 2015 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat kooperatif anak usia prasekolah sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar adalah sebanyak 9 anak (60%) memiliki tingkat kooperatif negatif, sebanyak 5 anak (33,3%) memiliki tingkat kooperatif positif, dan sebanyak 1 anak (6,7%) memiliki tingkat kooperatif sangat positif. Adapun tingkat kooperatif anak usia prasekolah sesudah diberikan terapi bermain mewarnai gambar adalah sebanyak 1 anak (6,7%) memiliki tingkat kooperatif negatif, sebanyak 8 anak (53,3%) memiliki tingkat kooperatif positif, dan 6 anak (40%) memiliki tingkat kooperatif sangat positif. 3. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Adapun hasil uji normalitas pada tingkat kooperatif anak sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi bermain mewarnai gambar adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Distribusi Hasil Uji Normalitas Tingkat Kooperatif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar ShapiroPengukuran N Wilk (Sig.) Sebelum Perlakuan 15 0,087 Sesudah 15 0,184 Perlakuan Sumber : data primer 2015

Dari hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa data tingkat kooperatif anak berdistribusi normal. Sehingga dalam hasil penelitian ini memenuhi syarat untuk menggunakan uji statistik Paired Sampel t-test. Tabel 3.2. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Sebelum Dan Sesudah Diberikan Perlakuan P Pengukuran N Mean Value Sebelum Perlakuan 15 14,13 0,000 Sesudah 15 18,80 Perlakuan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Sampel t-test untuk pemberian terapi bermain mewarnai gambar dan tingkat kooperatif anak usia prasekolah didapatkan bahwa nilai p Value = 0,000 (α<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Berdasarkan Usia Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (46,6%) responden anak usia prasekolah berusia 3 tahun. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden anak usia 3 tahun sering menunjukkan respon perilaku yang negatif terhadap tindakan keperawatan seperti merasa takut, menangis, dan tidak memberikan jawaban yang baik terhadap pertanyaan perawat ketika perawat mengajak anak berkomunikasi. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden anak usia 4 dan 5 tahun menunjukkan respon perilaku yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan dibandingkan anak usia 3 tahun. Adapun respon perilaku positif yang ditunjukkan anak adalah dengan memberikan jawaban yang baik terhadap pertanyaan yang diberikan oleh perawat, anak menunjukkan senyum yang ramah pada perawat, dan mengikuti petunjuk perawat dalam proses pemberian tindakan keperawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa usia anak dapat mempengaruhi tingkat kooperatif anak dalam menjalani perawatan. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki ciri-ciri umum yang berbeda sesuai dengan tahap perkembangannya. Pada masa usia 3 tahun, anak berada pada tahap berpikir pra konseptual. Dalam tahap ini perkembangan anak masih bersifat egosentrik, sehingga anak sering menyimpulkan masalah berdasarkan sudut pandangnya sendiri karena keterbatasan pemikiran anak. Dalam menjalani perawatan, anak usia prasekolah sering mempersepsikan sebagai hukuman, sehingga anak menunjukkan perilaku negatif dalam menerima perawatan seperti merasa malu, rasa bersalah, dan takut. Ketakutan pada anak muncul karena menganggap bahwa intervensi keperawatan yang diberikan dapat mengancam integritas tubuhnya 6. Pada masa usia 4 dan 5 tahun, anak berada pada fase pikiran intuitif. Dalam hal ini perkembangan anak berpindah dari pikiran egosentik total menjadi kesadaran sosial serta memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan masalah dari sudut pandang orang lain. Sehingga dalam menjalani perawatan, anak usia ini cenderung menunjukkan respon terhadap penjelasan, intervensi, serta distraksi yang lebih baik dibandingkan respon anak usia 3 tahun.

Selain itu pada anak usia ini terjadi perkembangan anak dalam kemampuan belajar menyesuaikan diri dengan pengalaman baru yang dirasakan 6. Semakin bertambah usia anak, terjadi peningkatan dalam kematangan emosi, mental, perkembangan sikap, serta minat 10. Hasil Penelitian Rahmawati dan Puspitasari (2008) menunjukkan peningkatan sikap kooperatif yang paling tinggi pada anak usia 4 sampai 5 tahun. 2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) responden anak usia prasekolah berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden anak berjenis kelamin laki-laki cenderung memiliki perilaku kooperatif yang lebih baik dibandingkan anak yang berjenis kelamin perempuan. Dalam hal ini, responden anak perempuan menunjukkan rasa takut terhadap perawat, serta tindakan keperawatan yang lebih tinggi dibandingkan responden anak laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa jenis kelamin anak dapat mempengaruhi tingkat kooperatif anak dalam menjalani perawatan 6. Anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki. Perasaan takut yang dirasakan anak usia prasekolah sering ditunjukkan anak dengan bersikap negatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan 6. 3. Karakteristik Berdasarkan Lama Anak Menjalani Perawatan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) responden anak yang memiliki lama rawat 1-3 hari. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden anak yang memiliki lama rawat 1-3 hari cenderung lebih menunjukkan respon perilaku kooperatif yang negatif dibandingkan responden anak yang memiliki lama rawat 4-6 hari. Dalam hal ini responden anak yang memiliki lama rawat 1-3 hari baru saja dihadapkan dengan berbagai peraturan dan prosedur tindakan seperti pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, serta pemberian injeksi sehingga dalam proses adaptasi dengan perubahan rutinitas dan lingkungan rumah sakit ini, anak sering menunjukkan respon perlilaku kooperatif yang negatif seperti menunjukkan rasa takut dengan perawat, sering menangis, berteriak minta pulang, serta menunjukkan respon marah. Dibandingkan responden anak yang telah memiliki lama rawat 4-6 hari, anak tampak mulai terbiasa dengan lingkungan rumah sakit dan anak mulai tertarik dengan lingkungan, memberikan senyum yang ramah, serta mulai membentuk hubungan baru dengan perawat dan orang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa lama anak menjalani perawatan dapat mempengaruhi tingkat kooperatif anak. Anak yang dirawat dalam waktu singkat, pemulihan diarahkan pada hal-hal yang traumatik dan anak yang dirawat dalam waktu singkat yaitu 1-3 hari tentunya akan dihadapkan pada lingkungan yang baru yaitu lingkungan rumah sakit, sehingga membuat anak merasa tidak nyaman. Berbagai peraturan jelas membatasi kebebasan anak, apalagi harus mengikuti prosedur perawatan dengan peralatan-peralatannya seperti pengambilan darah untuk pemeriksaan, injeksi, infus dan pemeriksaan lain dimana anak harus menyesuaikan yang kadang-kadang tidak mudah. Sedangkan pada anak yang dirawat cukup lama (4-6 hari), tampak bahwa anak mulai terbiasa dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Anak cenderung menjadi lebih tertarik 10

Fida, M. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika.

dengan lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membentuk hubungan baru 11. Lamanya anak dirawat dapat lamanya seorang anak dirawat dirumah sakit mempengaruhi pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan, sedangkan ketepatan melakukan pendekatan akan mempengaruhi proses kesembuhan anak 4. Karakteristik Berdasarkan Pernah dirawat Sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (73,3%) responden anak usia prasekolah yang sudah pernah dirawat sebelumnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian responden anak yang sudah pernah menjalani perawatan sebelumnya menunjukkan respon perilaku yang lebih positif dibandingkan anak yang belum pernah menjalani perawatan sebelumnya. Dalam hal ini sebagian responden anak yang telah menjalani perawatan sebelumnya menunjukkan respon perilaku positif seperti memberikan jawaban yang baik saat perawat bertanya, tidak menunjukkan rasa takut terhadap perawat, serta mengikuti petunjuk yang diberikan perawat saat proses pemberian tindakan keperawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa pengalaman rawat sebelumnya dapat mempengaruhi tingkat kooperatif anak dalam menjalani perawatan. Anak usia prasekolah yang menjalani perawatan di rumah sakit tanpa adanya pengalaman dirawat akan menyebabkan timbulnya perilaku agresif dibandingkan dengan anak yang sudah memiliki pengalaman rawat sebelumnya 12. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subardiah (2009) menyatakan bahwa pengalaman anak dirawat sebelumnya akan mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi. Hal ini dapat memberikan gambaran pada anak tentang apa yang akan dialaminya sehingga akan mempengaruhi respon anak dalam menerima tindakan keperawatan serta mempengaruhi kemampuan mekanisme koping anak dalam beradaptasi dengan perubahan rutinitas dan lingkungan di rumah sakit. 5. Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Sebelum diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar, sebagian besar anak usia prasekolah (60%) memiliki tingkat kooperatif negatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar anak usia prasekolah menunjukkan respon perilaku negatif seperti merasa takut terhadap perawat, sering menangis, serta tidak memberikan jawaban yang baik ketika perawat mengajak anak untuk bercakap-cakap. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Frankl et al, 1962 (dalam Muthu and Sivakhumar, 2009), bahwa sebagian besar anak yang menjalani perawatan di rumah sakit menunjukkan sikap negatif terhadap petugas kesehatan. Sikap negatif anak dalam menjalani perawatan ditunjukkan anak dengan dengan reaksi menangis, menunjukkan rasa takut, serta tidak mau menerima tindakan perawatan yang diberikan. Hal ini merupakan reaksi yang sering ditimbulkan ketika anak menjalani perawatan di rumah sakit. Kondisi ini 11

Gunarsa, S. 2007. Pendekatan Psikologis Terhadap Anak yang Dirawat dan Sikap Orang Tua. Http://www.kalbe.co.id. 20 februari 2015 (10.00 wita).

12 Youngblut, J. M. 2010. Alternate Child Care, History of Hospitalization, and Preschool Child Behavior. Nurs Res. Volume 1. Hlm. 29-34.

dapat disebabkan karena (1) perubahan keadaan sehat dan rutinitas lingkungan yang dihadapi oleh anak, (2) anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stress) 6. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Barokah dan Sri Haryani (2012), dari hasil penelitian diketahui bahwa sebelum diberikan terapi bermain pada anak usia prasekolah, sebanyak 14 anak (51,9%) memiliki tingkat perilaku tidak kooperatif, sebanyak 13 anak (48,1%) memiliki tingkat perilaku kooperatif dan tidak ada anak (0%) memiliki perilaku sangat kooperatif. 6. Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Sesudah diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Berdasarkan hasil penelitian menunjukka bahwa sesudah diberikan terapi bermain mewarnai gambar, sebagian besar anak usia prasekolah (53,3%) menunjukkan terjadi peningkatan pada tingkat kooperatif anak yang sebelumnya negatif menjadi positif dan sebanyak 6 anak (40%) terjadi peningkatan pada tingkat kooperatif yang sebelumnya positif menjadi sangat positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Perilaku kooperatif yang positif ditunjukkan anak dengan memberikan jawaban yang baik ketika perawat mengajak bercakap-cakap, menunjukkan senyum yang ramah, tidak menolak petunjuk yang diberikan perawat, dan bersedia bekerjasama dalam tindakan keperawatan. Peningkatan perilaku kooperatif anak yang terjadi disebabkan oleh adanya pemberian terapi bermain pada responden anak usia prasekolah yang menjalani perawatan. Pemberian terapi bermain merupakan metode pendekatan yang efektif untuk membina hubungan yang positif antara perawat dan pasien anak, memberikan rasa nyaman, dapat menurunkan rasa ketakutan anak sehingga anak menjadi lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wright, 1975 (dalam Muthu and Sivakhumar, 2009), bahwa anak usia prasekolah termasuk dalam kategori anak yang mempunyai sikap potensi kooperatif. Dalam hal ini, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dalam proses perawatan. Dengan adanya pendekatan serta komunikasi yang tepat dari perawat, dapat merubah perilaku anak yang sebelumnya tidak kooperatif menjadi kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Proses pendekatan dengan melalui pemberian terapi bermain merupakan metode yang tepat dan efektif guna menurunkan ketegangan anak dan dapat mengubah perilaku negatif anak dalam menjalani perawatan 1. Dengan bermain di rumah sakit dapat meningkatkan hubungan perawat dan klien, memulihkan rasa mandiri, dapat mengekspresikan rasa tertekan, serta dapat membina perilaku kooperatif yang positif anak dalam menerima perawatan di rumah sakit 13. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Barokah dan Sri Haryani (2012), dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah diberikan terapi bermain, sebanyak 10 anak (37%) memiliki tingkat perilaku sangat kooperatif, sebanyak 15 anak (55,6%) memiliki tingkat perilaku kooperatif, dan sebanyak 2 anak (7,4%) memiliki tingkat perilaku tidak kooperatif.

13

Suriadi, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya.

7. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Sampel t-test untuk pemberian terapi bermain mewarnai gambar dan tingkat koperatif anak usia prasekolah didapatkan bahwa nilai p Value = 0,000 (α<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah yang menjalani perawatan di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan bahwa terapi mewarnai gambar yang merupakan salah satu terapi permainan kreatif untuk merubah perilaku anak selama di rawat di rumah sakit serta dapat meningkatkan komunikasi pada anak. Dengan mewarnai gambar, anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat mengembangkan kreativitasnya melalui permainan warna 1. Teori ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan bahwa kegiatan menggambar atau mewarnai gambar dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit 14. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (2009) bahwa seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia toodler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu salah satu jenis terapi bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan jenis terapi bermain yang tepat diberikan kepada anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di rumah sakit adalah terapi bermain mewarnai gambar 1. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmad Barokah dan Sri Haryani (2012), dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat koopeeratif anak prasekolah dengan nilai p value = 0,000 (α<0,05). KESIMPULAN Berdasarkan Hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat kooperatif anak yang dirawat di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebelum dilakukan terapi bermain mewarnai gambar adalah sebanyak 9 anak (60%) memiliki tingkat kooperatif negatif, 5 anak (33,3%) memiliki tingkat kooperatif positif, dan 1 anak (6,7%) memiliki tingkat kooperatif sangat positif. 2. Tingkat kooperatif anak yang dirawat di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sesudah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar adalah sebanyak 1 anak (6,7%) memiliki tingkat kooperatif negatif, 8 anak (53,3%) memiliki tingkat kooperatif positif, dan 6 anak (40%) memiliki tingkat kooperatif sangat positif. 3. Terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan nilai p Value = 0,000 (α<0,05). 14

Hartono. 2005. Jangan Sepelekan Imajinasi Anak. Http://www.tabloidnakita.com. 21 februari, 2015 (08.00)

SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Agar rumah sakit dapat mempertimbangkan kebijakan dalam peningkatan pelaksanaan pemberian terapi bermain bagi setiap anak yang menjalani perawatan di rumah sakit, untuk mengurangi stress hospitalisasi dan mempercepat proses penyembuhan anak. 2. Bagi Perawat Agar dapat menjadikan terapi bermain mewarnai gambar sebagai salah satu jenis terapi bermain bagi anak usia prasekolah yang menjalani perawatan. 3. Bagi Keluarga Pasien Agar selalu mempertahankan kebutuhan bermain bagi anak dengan selalu mengajak anak bermain meskipun anak sedang sakit, sehingga dampak hospitalisasi dapat menurun dan anak tidak merasa bosan ketika menjalani proses perawatan di rumah sakit. 4. Bagi Instansi Pendidikan Agar lebih mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di rumah sakit. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam pemberian terapi bermain, agar lebih memahami dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kooperatif anak dalam menjalani perawatan. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Tehknik prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta : Salemba Medika Apriany, D. 2013. Hubungan Antara Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Hlm. 92 – 104. Barokah, A. dan S. Haryani. 2012. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku Kooperatif Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Volume 1, No. 2, Hlm. 1 – 8. Dahlan, M. S. 2008. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis (2 ed). Jakarta: PT. Arkans. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2014. Data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Rawat Jalan dan Rawat Inap se-Provinsi Gorontalo. Deslidel. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC. Fariz.

2009. Manfaat Belajar Menggambar dan Http://www.lazada.co.id. 20 februari 2015 (10.00 wita).

Mewarnai

Bagi

Anak.

Fida, M. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika. Gunarsa, S. 2007. Pendekatan Psikologis Terhadap Anak yang Dirawat dan Sikap Orang Tua. Http://www.kalbe.co.id. 20 februari 2015 (10.00 wita).

Hartono. 2005. Jangan Sepelekan Imajinasi Anak. Http://www.tabloidnakita.com. 21 februari, 2015 (08.00) Hidayah. 2011. Terapi Bermain Mewarnai Gambar. Http://Umul_Hidayah Blogspot.com. 20 februari 2015 (10.30 wita). Hidayat, A. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Marmi. dan Raharjo K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Mcdonald, R. 2004. Dentistry for the child and adolescent, eighth edition. St. Louis, Missouri : Mosby. Melanaaaryuni, 2008. Terapi Bermain Pada Anak. Http://melanaaryuni. wordpress.com. 20 februari 2015 (09.30 Wita). Muthu, M. S. and Sivakumar, N. 2009. Pediatric Dentistry : Principle and Practice. New Dehli : Elsevier. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Paat, T. C. 2010. Analisis Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Prilaku Kooperatif pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama menjalani Perawatan Di Ruang Ester RSU. Pancaran Kasih GMIM Manado. Skripsi. Universitas Samratulangi. Manado. Perry, A. dan Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta : Mosby Yearbook Inc. Perry, A. dan Potter. 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ridha, N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rahmawati, H. dan Puspitasari. 2008. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Riani, L. 2011. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Perilaku Kooperatif Anak Prasekolah (35) Tahun Selama Menjalani Perawatan di Ruang Kenanga RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Jurnal Kebidanan. Volume 1, Nomor 1, hlm. 37 – 46.

Saryono. 2011. Metodologi penelitian keperawatan. UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed. Purwokerto. Santoso, D. 2013. Pengaruh Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Perilaku Kooperatif Anak Usia Toodler di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Volume 1, No. 3, Hlm. 1 – 7. Setiawan. 2014. Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang. Yogyakarta : Nuha Medika. Subandi. 2012. Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena Di Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Tesis. Program Megister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. Subardiah, P. I. 2009. Pengaruh permainan terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan kontrol, dan ketakutan anak usia prasekolah selama dirawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. Sujono, R. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Suriadi, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya. Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (Renata Kolmalasari dan Alfrina Hany, Penerjemah). Jakarta : EGC. Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Youngblut, J. M. 2010. Alternate Child Care, History of Hospitalization, and Preschool Child Behavior. Nurs Res. Volume 1. Hlm. 29-34. Yusuf, H. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5 Tahun Dalam Perawatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Makassar.