JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI - PERPUSTAKAAN UHN

Download digunakan pada anak ADHD yang sudah dapat mengikuti instruksi dengan ... Dengan mengenali gejala ADHD pada anak sejak dini akan membantu da...

0 downloads 506 Views 1MB Size


JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

UHN

UHN

JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

Volume 1

Nomor 1

September 2015

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: Suatu Studi eksploratif pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Asina Christina Rosito, S.Psi, M.Sc Mengenali Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Dan Penanganannya Pada Anak Sejak Dini Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog Orang Tua Sebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat Pada Anak-Anak Nancy Naomi G.P. Aritonang, M.Psi, Psikolog Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Well-being Karyawan in Pt. Intan Havea Industry, Medan Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi, Psikolog Perbedaan Sikap Jemaat Laki-laki dan perempuan Terhadap Efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan di gereja batak karo protestan Karina M. Brahmana, M.Psi, Psikolog Gambaran Kecerdasan Spiritual (SQ) Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas HKBP Nommensen Medan Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi, Psikolog

M A J A L A H I L M I A H FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen Izin Penerbitan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

No. ISSN : 2460-7835 Penerbit : Universitas HKBP Nommensen Penasehat : Rektor, Dr.Ir. Sabam Malau Penanggungjawab : Dekan Fakultas Psikologi, Karina M. Brahmana, M.Psi Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Frieda Simangunsong, M.Ed 2. Drs. Aman Simaremare, MS 3. Prof. Dr. Albiner Siagian Ketua Dewan Redaksi : Nenny Ika Putri, M.Psi Redaksi Pelaksana : 1. Nancy Naomi Aritonang, M.Psi 2. Hotpascaman Simbolon, M.Psi Anggota Dewan Redaksi : 1. Asina Christina Rosito, S.Psi, M.Sc 2. Togi Fitri A.Ambarita, M.Psi 3. Freddy Butarbutar, M.Psi 4. Ervina Sectioresti, M.Psi 5. Ervina Marimbun Siahaan, M.Psi 6. Karina M.Brahmana, M.Psi Tata Usaha : 1. KTU, Marisi Pangaribuan, SE 2. Sondang Simanjuntak Alamat Redaksi : JURNAL PSIKOLOGI Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen Jalan Sutomo No.4A Medan 20234 Sumatera Utara – Medan Majalah ini terbit dua kali setahun : September dan Maret Biaya langganan satu tahun untuk wilayah Indonesia Rp. 30.000,- dan US$5 untuk pelanggan luar negeri (tidak termasuk ongkos kirim) Biaya langganan dikirim dengan pos wesel, yang ditujukan kepada Pimpinan Redaksi Petunjuk penulisan naskah dicantumkan pada halaman dalam Sampul di belakang majalah ini E-mail : [email protected]

JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN DAFTAR ISI Volume 1, Nomor 1, September 2015 ISSN : 2460-7835

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: Suatu Studi pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Asina Rosito, S.Psi, M.Sc

eksploratif

Mengenali ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Penanganannya Pada Anak Sejak Dini Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog

Dan

Orang Tua Sebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat Pada Anak-Anak Nancy Naomi GP Aritonang, M.Psi, Psikolog Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Well-being Karyawan in Pt. Intan Havea Industry, Medan Nenny Ika Simarmata, M.Psi, Psikolog

1-21

22-32

33-43

44-65

Perbedaan Sikap Jemaat Laki-laki dan perempuan Terhadap Efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan di gereja batak karo protestan Karina M Brahmana, M.Psi, Psikolog

66-78

Gambaran Kecerdasan Spiritual (SQ) Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas HKBP Nommensen Medan Togi Fitri Ambarita, M.Psi, Psikolog

79-91

Copyright © 2015 by Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen

MENGENALI ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) DAN PENANGANANNYA PADA ANAK SEJAK DINI Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog ABSTRAK Pengetahuan orangtua yang minim tentang perkembangan anak terkadang membuat orangtua bingung dalam menghadapi perilaku anak. Ketika anak mulai menujukkan perilaku yang agresif, sulit memusatkan perhatian dan kurang dapat mengontrol diri serta tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya, maka orangtua perlu mewaspadai indikasi adanya ADHD. Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau yang biasa disebut dengan ADHD gangguan yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitasnya atau keduanya tidak sesuai dengan usia. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk penanganan anak ADHD adalah Hakalau. Hakalau berfungsi sebagai penahan atau penyaring terhadap stimulus-stimulus ataupun respon-respon dari luar yang masuk kedalam neurotransmiter dan merupakan pola penunjuk sehingga neurotransmitter menuju tujuan yang ada. Teknik hakalau dapat digunakan pada anak ADHD yang sudah dapat mengikuti instruksi dengan baik atau sudah memiliki tingkat kepatuhan yang baik. Keyword: ADHD, Hakalau I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Dunia anak merupakan ajang untuk bermain dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Mereka mulai melakukan eksplorasi lingkungan untuk dapat mempelajari berbagai hal yang ada di sekitar mereka. Merupakan sebuah hal yang wajar jika anak-anak kemudian menjadi aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Disinilah peran orang tua begitu diperlukan untuk dapat memfasilitasi perkembangan mereka. Orang tua dipandang sebagai agen sentral yang mampu mendampingi putra-putri mereka dalam proses pembelajaran sehari-hari. Kegemaran anak dalam membangun pengetahuan merupakan sebuah hal yang wajar. Meskipun begitu terkadang anak-anak justru menujukkan perilaku yang agresif, sulit memusatkan perhatian, dan kurang dapat mengkontrol diri. Hal yang justru dijumpai adalah anak mudah marah dan berlaku kasar berinteraksi (Robb, 2005) Selain itu ia juga

cenderung tidak bisa menyelesaikan suatu tugas yang telah diberikan secara tuntas. Ia sulit untuk diberi wejangan dan bertindak dengan sesuka hati. Anak yang menunjukkan perilaku demikian tentu tidak dapat menjalani proses pembelajaran dengan baik. Saat anak memang sudah tidak mampu memperhatikan dan tidak dapat diarahkan, orang tua perlu mewaspadai indikasi adanya ADHD. Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau yang biasa disebut dengan ADHD gangguan yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitasnya atau keduanya tidak sesuai dengan usia (Kaplan, 1994, h.728). Ketika orangtua membesarkan memiliki anak dengan gangguan ADHD sering menimbulkan permasalahan dan terkadang membuat keluarga dikucilkan dari lingkungan keluarganya. Ketidaktahuan orangtua tentang kondisi ini akhirnya membuat orangtua memarahi anak, memaksa anak dan akhirnya juga memberikan hukuman pada anak. Dimana hal ini akhirnya membuat anak merasa tidak nyaman yang akhirnya mempengaruhi kondisi psikologis anak. Hal ini tentu dapat mempengaruhi perkembangan dan aspek psikologis mereka (Nurhadianti, 2010). Dengan mengenali gejala ADHD pada anak sejak dini akan membantu dalam menangani permasalahan yang muncul. Ketika penanganan yang diberikan pada anak tepat dan sesuai maka anak dapat berkembang menjadi lebih baik. Salah satu penanganan yang dapat diberikan pada anak ADHD adalah dengan teknik Hakalau. Teknik Hakalau merupakan salah satu bentuk dari teknik NLP yang berasal dari Hawai. Hakalau sebagai salah bentuk kegiatan olah raga yang sering dilakukan oleh masyarakat di Hawai, dan memiliki makna kuda-kuda atau penahan. Hakalau berfungsi sebagai penahan atau penyaring terhadap stimulus-stimulus ataupun respon-respon dari luar yang masuk kedalam neurotransmiter dan merupakan pola penunjuk sehingga neurotransmitter menuju tujuan yang ada. II. TINJAUAN TEORITIS 1.1.

Pengertian ADHD, Diagnosa ADHD, Penyebab ADHD, Permasalahan ADHD dan Penanganan pada ADHD

1.1.1. Pengertian ADHD

pada

ADHD atau yang lebih dikenal dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitasnya atau keduanya tidak sesuai dengan usia (Kaplan, 1994). Sementara Handojo (2003) mengatakan bahwa ADHD dapat diterjemahkan dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, orang awam sering menyebutnya dengan hiperaktif. Sebenarnya hiperaktif bukan nama penyakitnya tetapi hanya salah satu dari gejalanya. Istilah hiperaktif dipakai untuk anak dengan kelainan perilaku. Anak normal pun pada tahap perkembangan tertentu, juga mengalami semacam hiperaktivitas, tetapi istilah yang digunakan untuk anak normal adalah overaktif. Agak sulit untuk membedakan kedua gejala ini. Diperlukan suatu kejelian untuk membedakan keduanya, anak hiperaktif kelihatan sibuk tetapi seolah tanpa tujuan tertentu, karena terlalu sering berpindah aktivitas sehingga akhirnya hiperaktivitas dapat dikatakan adalah perilaku motorik yang berlebihan. ADHD lebih kepada kegagalan perkembangan fungsi sirkuit atau jaringan otak yang bekerja menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi banyak orang selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk kemampuan membedakan antara imbalan yang segera diterima dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan dating. Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, yaitu : kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas (Nuryanti dalam Nurhadianti, 2010 ). 2.1.2 Diagnosa ADHD Dalam DSM-IV (1994) ADHD memiliki 3 sub tipe atau klasifikasi yang berdasarkan pada tipe gangguannya. Penentuan sub tipe ini didasarkan pada pola gejala yang paling dominan selama lebih dari 6 bulan. Tiga sub tipe tersebut adalah: a. Tipe Kombinasi : beberapa gejala dari inatensi, impulsivitas dan hiperaktivitas. Sub tipe ini harus ditegakkan apabila ada 6 atau lebih gejala inatensi dan 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas yang muncul dengan kuat selama minimal 6 bulan.

b. Tipe Predominan Inatentif : beberapa gejala dari inatensi dengan sedikit, jika ada, dari hiperaktivitas dan impulsivitas. Sub tipe ini harus ditegakkan apabila ada 6 atau lebih gejala inatensi (dan kurang dari 6 gejala hiperaktivitas-impulsivitas) muncul kuat selama minimal 6 bulan. c. Tipe Predominan Hiperaktif - Impulsif : sub tipe ini harus ditegakkan apabila ada 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas (dan kurang sedikit dari 6 gejala inatensi) muncul kuat selama minimal 6 bulan. Kriteria diagnostik untuk ADHD menurut DSM–IV (1994 ) sebagai berikut : A.

Termasuk salah satu dari 1) atau 2)

1) Inatensi : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan : a. Sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian atau melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain. b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap tugas atau aktivitas permainan. c. Sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung. d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisional atau tidak dapat mengerti instruksi). e. Sering mengalami kesulitan dalam meyusun tugas dan aktivitas. f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental yang lama (seperti pekerjaan rumah). g. Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil buku,atau peralatan). h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli dari luar. i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari. 2) Hiperaktivitas – impulsivitas: enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan :

Hiperativitas: a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau mengeliat-geliat di tempat duduk. b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain di mana diharapkan tetap duduk. c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan subjektif kegelisahan). d. Sering mengalami kesulita bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang. e. Sering “siap-siap pergi” atau bertindak seakan-akan didorong oleh sebuah motor. f. Sering bicara berlebihan. Impulsivitas a. Sering menjawab tanpa berpikir terhadap pertanyaan sebelum menjawab pertanyaan selesai. b. Sering sulit menunggu giliran. c. Sering memutus atau menggangu orang lain (misalnya, memotong masuk kepercakapan atau permainan). B.

Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.

C.

Beberapa gangguan akibat gejala ada atau lebih selama dua atau lebih situasi (misalnya, di sekolah (atau pekerjaan) dan di rumah.

D.

Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.

E.

Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).

2.1.3 Faktor penyebab ADHD/ Etiologi Menurut Kaplan (1994) penyebab ADHD adalah sebagai berikut :

1.

Faktor genetik Sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki resiko dua kali menderita gangguan dibanding populasi umum. Orang tua biologis dari anak-anak dengan gangguan memiliki

resiko

yang

lebih

tinggi

untuk

memiliki

gangguan

defisit-

atensi/hiperaktivitas dibandingkan dengan orang tua adoptif. 2.

Cedera Otak Cedera otak kemungkinan disebabkan oleh efek sirkulasi, toksin, metabolik, mekanik, dan efek yang lain yang merugikan dan oleh stres dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.

3. Faktor neurokimia Sebagian temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada gangguan. 4. Faktor neurologis Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia : 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun, dan 14 sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan gejala ADHD yang tampaknya sementara. 5. Faktor psikososial Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama. Gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan. Kejadian fisik dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan, berperan dalam awal atau berlanjutnya ADHD. 2.1.4. Permasalahan yang mucul pada anak ADHD Berdasarkan penelitian menangani anak-anak di berbagai sekolah, ada beberapa masalah perilaku yang muncul dan dapat menghambat proses belajar pada anak ADHD. Gambaran dari masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Aktivitas motorik yang berlebihan

Masalah motorik pada anak disebabkan kesulitan mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya sehingga tidak dapat membedakan kegiatan yang penting dan yang tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa merasa lelah sehingga dia sulit memusatkan perhatian. Aktivitas motorik berlebihan ini, seperti berjalan-jalan di kelas atau bertindak berlebihan. Tindakan-tindakan seperti itu cenderung mengarah pada perilaku negatif yang dapat merugikan dirinya dan orang lain. 2) Menjawab tanpa ditanya Masalah ini sangat membutuhkan kesabaran guru. Ciri impulsif demikian merupakan salah satu sifat yang dapat menghambat proses belajar anak. Keadaan ini menunjukkan bahwa anak tidak dapat mengendalikan dirinya untuk merespon secara tepat. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi, sulit untuk mempertimbangkan

atau

memikirkan

terlebih

dahulu

perilaku

yang

akan

ditampilkannya. Biasanya perilaku ini menyulitkan diri sendiri dan lingkungan. 3) Menghindari tugas Masalah ini muncul karena anak merasa cepat bosan sekalipun dengan tugas yang menarik. Kemungkinan, tugas-tugas belajar sulit dikerjakan karena anak mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap kegiatan belajar yang diikutinya. Keadaan ini dapat memunculkan rasa frustrasi. Akibatnya anak kehilangan motivasi untuk belajar. 4) Kurang perhatian Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan dan memberikan perhatian merupakan masalah umum anak ADHD. Kesulitan tersebut muncul karena kemampuan perhatian yang jelek. Sebagian anak mempunyai kesulitan dengan informasi yang disampaikan secara visual, sebagian kecil lagi mempunyai kesulitan dengan materi pelajaran yang disampaikan secara auditif. Perhatian yang mudah teralihkan sangat menghambat proses belajar. 5) Tidak menyelesaikan tugas secara tuntas Masalah ini berhubungan dengan masalah pengabaian tugas. Jika anak mengabaikan tugas, akibatnya ia tidak menyelesaikan tugasnya. Sekali saja dia mengembangkan

kebiasaan belajar yang jelek di sekolah ataupun di rumah, pola-pola seperti akan terjadi pula di tempat lain. Masalah ini berhubungan dengan penghargaan waktu yang kurang baik, frustrasi terhadap tugas, serta berbagai sikap yang merusak sehingga diperlukan latihan membangun kebiasaan yang baik secara konsisten. Hal ini merupakan langkah yang penting agar tugas dapat diselesaikan dengan baik. Perlu diingat bahwa anak ADHD mempunyai masalah dalam perencanaan, penataan, dan perkiraan waktu. 6) Bingung terhadap arahan Masalah ini berpangkal pada penggunaan perhatian. Ketika perhatian anak pecah/terpencar selama kegiatan pembelajaran maka terjadi perpecahan proses informasi yang mengakibatkan kebingungan sehingga informasi yang diterima anak tidak utuh. 7) Disorganisasi aktivitas Pada umumnya, anak ADHD mengalami disorganisasi, impulsif, ceroboh, dan terburuburu dalam melakukan tugas yang mengakibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung, serta kerap kali lupa terhadap beberapa bagian tugas. Seorang anak gagal melakukan seluruh tugas karena ia lupa atau salah menginterpretasi keperluan dalam menyelesaikan tugas. Walaupun ia dapat menyelesaikan tugas kerap kali ia lupa membawa kembali tugas tersebut ke sekolah. 8) Tulisan yang jelek Kerap kali, anak ADHD memiliki tulisan tangan yang jelek. Masalah ini dapat dijumpai pada tingkat berat sampai dengan ringan. Tulisan yang jelek ada hubungannya dengan aktivitas motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru. 9) Masalah-masalah sosial Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak diperlukan pada semua anak, namun kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri sendiri, serta toleransi rasa frustrasi yang rendah, kerap pula dialami oleh anak-anak ini. Tidaklah mengherankan jika sebagian anak mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan bermain dengan aturan dan aktivitas lainnya yang tidak hanya terbatas di sekolah, juga terjadi di lingkungan sekolah lainnya.

2.1.5 Penanganan anak untuk ADHD Neuro Linguistic Programming atau yang lebih dikenal dengan nama NLP adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaraan subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP pertama kali ditemukan oleh Richard Bandler dan Jhon Grinder pada tahun 1970. NLP sendiri merupakan perpaduan antara terapi Gestalt (1893-1970, Fritz Perls), hypnotherapist (1901-1980, Milton Ericson), family therapy (1916-1988, Virginia Satir). Bendler belajar tentang ketiga terapi tersebut, kemudian Bandler berdiskusi dengan Grinder salah seorang dosennya, dimana Grinder adalah seoarang ahli bahasa dari hasil diskusi tersebut akhirnya mengenalkan meta model atau NLP. NLP mengajarkan bagaimana cara mengaktifkan neuro-transmiter dalam memproses stimulus lewat lima panca indera yaitu visual, auditory, kinesthetic, olfactory, gustatory atau yang lebih dikenal dengan VAKOG. Hakalau adalah salah satu bentuk dari teknik NLP. Hakalau berasal dari Hawai, merupakan salah bentuk kegiatan olah raga yang sering dilakukan oleh masyarakat di Hawai, hakalau sendiri memiliki makna kuda-kuda atau penahan. Salah satu tokoh dari NLP yaitu George Naope membuat suatu teknik baru yang menggabungkan teknik NLP dan neurosience, teknik tersebut yang diberi nama dengan Hakalau. Hakalau berfungsi sebagai penahan atau penyaring terhadap stimulus-stimulus ataupun respon-respon dari luar yang masuk kedalam neurotransmiter dan merupakan pola penunjuk sehingga neurotransmitter menuju tujuan yang ada. Teknik hakalau menggunakan 3 indera yaitu visual, auditory, kinesthetic, dimana mata menjadi fokus utama (periphal vision), teknik ini dilakukan dengan cara memfokuskan pandangan kedepan kemudian terapis berbicara dimana bahasa tersebut masuk melalui neurotransmitter yang ada pada menuju tujuan, ketika subyek mampu berkonsentrasi dengan baik maka neurotransmitter akan menemukan pola atau jalan untuk sampai pada tujuan ada sedangkan respon dari luar yang masuk tidak akan mengganggu karena sudah memiliki penahan. Teknik Hakalau dapat dipergunakan untuk membantu anak dalam memusatkan konsentrasi dan teknik ini dapat dipakai pada anak berkebutuhan khusus seperti ADHD. Berikut adalah gambaran bagaimana teknik hakalau diberikan:

Pada anak ADHD rangsang atau stimulus yang masuk itu semua masuk kedalam pikiran tanpa ada penyaringan. Stimulus-stimulus yang masuk tidak dapat diproses dengan baik karena adanya gangguan pada neurotransmiter yang ada. Teknik Hakalau dapat dipergunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan neurotransmiter dalam menyaring dan menjaga setiap stimulus yang masuk sehingga stimulus yang bersifat negatif atau tidak diperlukan tidak akan menggangu kerja neurotransmitter. Hakalau juga membantu neurotransmiter dalam mencapai tujuan yang ada. Contohnya anak ADHD akan sangat sulit menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru karena konsentrasi yang sering terpecah, hal tersebut terjadi karena stimulus yang masuk lewat inderanya tidak dapat diproses oleh neurotransmiter sehingga stimulus tersebut akhirnya masuk dan mengganggu hingga akhirnya anak tidak dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan mempelajari teknik hakalau membantu anak dalam memilih stimulus-stimulus yang berhubungan dan yang tidak berhubungan, yang masuk dalam neurotransmiter dan hakalau menunjuk cara bagaimana kerja neurotransmiter agar sampai pada tujuan yang ada. Hal ini dapat terjadi ketika anak sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam berkonsentrasi, sehingga peristiwa-peristiwa yang terjadi disekelilingnya tidak akan menggangu dalam penyelesaian tugas ataupun hal lainnya. Dalam pemberian teknik Hakalau perhatikan juga bahasa yang dipergunakan atau yang dikenal dengan sensory language. Teknik Hakalau dapat digunakan pada anak ADHD yang sudah dapat mengikuti instruksi yang diberikan dengan baik atau sudah memiliki tingkat kepatuhan yang baik. 3.1 Kesimpulan

Pengetahuan orangtua yang masih kurang tentang ADHD sering membuat orangtua mengalami kesulitan didalam menangani anak dengan ADHD. Dimana dalam hal ini muncul permasalahan seperti anak sering ketinggalan pembelajaran, cenderung kesulitan bersosialisasi, tidak menyelesaikan tugas yang diberikan, dll. Ketika permasalahan ini muncul maka tidak hanya anak yang mengalami permasalahan namun juga keluarga dikucilkan dari lingkungannya. Beberapa penelitan menunjukkan jika anak ADHD tidak ditangani dengan baik akhirnya mengalami masalahmasalah perilaku yang meresahkan keluarga dan masyarakat. Dengan penanganan yang tepat akan membantu anak dalam mengatasi permasalahan yang muncul akibat dari ADHD. Salah satu bentuk penanganan yang dapat dilakukan adalah teknik Hakalau.

DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, Mif & Sugiarmin, M. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama. Flanagen, Robb. 2005. ADHD Kids. Jakarta : Prestasi Pustaka. Jefferson, Bill. 2009. Self development >> time2shine blog : http/www google.co.id Kaplan, Harold I. ET al. 1997. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Tujuh Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara. Mc Candless, Jaquelyn. 2003. Children with Starving Brains. Jakarta : Grasindo. McDonald, Alam. 2008. Review, pdf. Breakthroughtdocs : http/ headstronght.nlp.com Nurhadainti Diah Rini. 2010. ADHD dan Penanganannya. Diakses pada tanggal 13 september 2013 dari http://yai.ac.id/karyailmiah-upi-3-adhddan-penanganannya.htm/ Neuro_ingustic_programming Diakses pada tanggal 15 April 2009 http/en.wikipedia.org Periphal Vision Diakses pada tanggal http://www.articlealley.com/article_108344_17.html

15

April

2009.