JURNAL KESEHATAN KARTIKA 35

Download bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain ... keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) (Occupational Health...

0 downloads 454 Views 235KB Size
KAJIAN ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3RS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Novie E. Mauliku Stikes A. Yani Cimahi Abstrak Fasilitas kesehatan, termasuk di dalamnya rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan masyarakat, klinik, laboratorium klinik, dan laboratorium kesehatan, merupakan tempat kerja yang sangat sarat dengan potensi bahaya kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Risiko terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan menjadi semakin besar mengingat fasilitas kesehatan merupakan tempat kerja yang padat tenaga kerja. Dan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa prevalensi gangguan kesehatan yang terjadi di fasilitas kesehatan lebih tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya (Mansyur, 2007). Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical record, bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisasi alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya (Wicaksana, 2002). Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka diperlukan upaya pengelolaan K3 melalui penerapan SMK3RS. Dengan terciptanya tempat kerja yang aman dan sehat, diharapkan terjadinya penyakit dan akibat kerja dapat dihindari. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana penerapan sistem manajemen K3 di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Dengan tujuan penelitian mendapatkan gambaran tentang penerapan SMK3RS yang dilaksanakan di RS Immanuel Bandung, yang dilihat dari segi kebijakan dan komitemen manajemen K3, pendokumentasian program K3, Keamanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, audit SMK3, dan pengendalian dan monitioring yang dilakukan oleh pihak manajemen RS Immanuel Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif yaitu menggambarkan penerapan SMK3 di Rumah Sakit Immnauel Bandung dengan pendekatan penelitian fenomenal study. Dengan informan adalah Direktur RS Immanuel Bandung, Ketua P2K3, dan Sekretaris P2K3. Hasil penelitian dari peneliitian ini adalah adanya komitemen dan kebijakan manajemen dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan SMK3 disusun oleh direksi dan tim P2K3, dan dalam pelaksanaannya kegiatan K3 telah terprogram dengan baik yaitu melakukan medical check up yang dilakukan setahun dua kali, program pelatihan dan pencegahan pengunaan bahan kimia yang bertujuan upaya preventif dari pajanan bahan kimia kepada pekerja, melakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai keselamatan yang dilakukan oleh Pasient safety dan P2K3, melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang APAR, melakukan sosialisasi tentang program K3, serta melakukan audit pelaksanaan K3 sebagi bahan evaluasi pelatihan dan progam K3 di Rumah Sakit Immanuel. Kata Kunci : SMK3RS, Kualitatif

Jurnal Kesehatan Kartika

35

A.

PENDAHULUAN Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negartif yaitu memberikan pengaruh dan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikaitkan dengan isu perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Penerapan manajemen K3 sebagai bagian dari kegiatan operasi di perusahaan/instansi, merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan untuk dapat mencapai efisiensi dan produktifitas yang dibutuhkan, guna meningkatkan daya saing (Alowie,2006). Penyelenggaraan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Sebagaimana Undang-Undang No.23/1992 tentang Kesehatan, bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Dalam penyelenggaraan program K3 di industri atau jasa tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk kebijakan pihak pengelola dalam penerapan K3 (Metrison,2000). Fasilitas kesehatan, termasuk di dalamnya rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan masyarakat, klinik, laboratorium klinik, dan laboratorium kesehatan, merupakan tempat kerja yang sangat sarat dengan potensi bahaya kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Risiko terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan menjadi semakin besar mengingat fasilitas kesehatan merupakan tempat kerja yang padat tenaga kerja. Dan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa prevalensi gangguan kesehatan yang terjadi di fasilitas kesehatan lebih tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya (Mansyur, 2007). Rumah sakit sebagai industri jasa merupakan sebuah industri yang mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakan akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat adanya beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain dengan makin meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan. Terpaparnya tenaga kerja (tenaga medis, paramedis, dan nonmedis) di sarana kesehatan pada lingkungan tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau dirawat, adanya transisi epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan Oleh karena itu sepatutnya upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) (Occupational Health and Safety Program) tidak dilihat

Jurnal Kesehatan Kartika

36

sebagai barang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tambah bagi organisasi rumah sakit itu sendiri (Wicaksana, 2002). Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical record, bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisasi alatalat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya (Wicaksana, 2002). Berdasarkan survey nasional di 2.600 rumah sakit di USA rata-rata tiap rumah sakit 68 karyawan cedera dan 6 orang sakit (NIOSH 1974-1976). Cedera tersering adalah strain dan sprain, luka tusuk, abrasi, contusio, lacerasi, cedera punggung, luka bakar dan fraktur. Penyakit tersering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Hasil identifikasi hazard RS ditemukan adanya gas anestesi, ethylen oxyde dan cytotoxic drug. Laporan NIOSH 1985 terdapat 159 zat yang bersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135 bahan kimia carcinogenic, teratogenic, mutagenic yang dipergunakan di rumah sakit. California State Departement of Industrial Relations menuliskan rata-rata kecelakaan di rumah sakit 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena kecelakaan. Dan karyawan yang sering mengalami cedera, antara lain: perawat, karyawan dapur, pemeliharaan alat, laundry, cleaning service, dan teknisi (Hasyim, 2005). Menurut Gun (1983) dalam Kepmenakes No. 432/2007 mengatakan bahwa kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Di Indonesia, data mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja di sarana kesehatan secara umum belum tercatat dengan baik, namun menurut Depkes (2007) diketahui bahwa resiko bahaya yang dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko pajanan membaran mukosa (1%), risiko pejanan kulit (< 1%), dan sisanya tertusuk jarum, terluka akibat pecahan gigi yang tajam dan bor metal ketika melakukan pembersihan gigi, low back paint akibat mengangkat beban yang melebihi batas, gangguan pernafasan, dermatitis, dan hepatitis (Anonim, 2006, http://www.depkes.go.id diperoleh tanggal 27 Mei 2009). Rumah sakit Immanuel Bandung merupakan salah satu rumah sakit di Jawa Barat yang telah terakreditasi ISO Standar Nasional 9001:2000 dengan 12 Kriteria penilaian, dimana salah satu aspeknya adalah tentang pelaksanaan K3RS. Struktur Organsisai Komite K3RS ini telah dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi RS. Immanuel nomor 116/Dir/SK/VIII/2007. Komite ini memiliki tugas untuk menyusun, mengembangkan dan menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3RS), sehingga tenaga kerja dan setiap orang yang ada di tempat kerja dalam keadaan sehat dan selamat, sumber produksi dapat dipakai secara efesien dan berjalan lancar, dengan pendekatan kebijakan untuk menghindarkan

Jurnal Kesehatan Kartika

37

terjadinya kerugian baik berupa kerusakan property, mencegah timbulnya penyakit dan kecelak kecelakaan akibat kerja pada pekerja, menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas kerja, menanggulangi akan terjadinya bahaya kebakaran, menjaga kebersihan mesin dan lingkungan, serta melakukan upaya pengontrolan yang diperioritaskan pada perlengkapan perlengkapan kerja pekerja, penerapan standar kerja, kerapihan dan disiplin kerja (Metrison, 2000). Meski telah diterapkan SMK3RS di RS Immanuel, namun upaya penilaian kinerja komite K3RS belum dilaksanakan secara optimal terutama terhadap perilaku karyawan yang yang merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pelaksanaan SMK3RS. Hal ini dapat diketahui dengan masih adanya pekerja yang mengalami penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan survey pendahuluan, data Penyakit akibat kerja di RS Immanuel dapat dapat dilihat pada grafik 1.1 di bawah ini :

92.7

100

Tidak ada kelainan ISPA Jantung Post TB Hepatitis B

50

Persen

1.5 2.9 0.7 0.7 1.5 0 PENYAKIT

Grafik 1.1. Data Penyakit Akibat Kerja di RS Immanuel Tahun 2008 sedangkan data kecelakaan kerja di RS Immanuel dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

60

Tertusuk Jarum

47.6

Terjatuh Terkontaminasi zat

40 Persen 20

Terjepit

16.7 8.7

9.6

9.6

7.8

Tersayat Terbakar

0

Grafik 1.2. Data Kecelakaan Kerja di RS Immanuel Tahun 2007 -2008 2008

Penyebab penyakit dan kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1). Faktor manusia, dalam hal ini adalah adalah pekerja seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan, tindakan yang tidak aman ketika bekerja, bekerja tidak sesuai prosedur ; 2). Faktor lingkungan kerja, dan 3). Faktor manajemen.. Bertitik tolak dari hal tersebutlah peneliti ingin mengetahui

Jurnal Kesehatan Kartika

38

sejauhmanakah pelaksanaan SMK3RS di RS Immanuel, sehingga penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat ditekan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan SMK3RS yang dilaksanakan di RS Immanuel Bandung, yang dilihat dari segi kebijakan dan komitemen manajemen K3, pendokumentasian program K3, Keamanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, audit SMK3, dan pengendalian dan monitioring yang dilakukan oleh pihak manajemen RS Immanuel Bandung.

B.

METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif yaitu menggambarkan penerapan SMK3 di Rumah Sakit Immnauel Bandung dengan pendekatan penelitian fenomenal study. 2. Kerangka Pikir Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan umum yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, baik dari segi ketenagaan, pelayanan, peralatan dan lain-lain. Di rumah sakit juga ada banyak sumber-sumber bahaya seperti bahaya radiasi, kontaminasi zat berbahaya dan beracun, selain itu juga penyakit akibat kerja dan kecelakaa kerja. Hal ini jika tidak diantisipasi dengan baik dan dikelola secara profesional dengan memperhatikan norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja akan menyebabkan timbulnya masalah yang berakibat pada kerugian baik kerugian material maupun non material di pihak rumah sakit, masyarakat pengguna jasa rumah sakit maupun karyawan yang bekerja di rumah sakit itu sendiri. Untuk Mengatasinya ,maka diperlukan K3RS dalam wadah SMK3RS. Penyelenggaraan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Sebagaimana Undang-Undang No.23/1992 tentang Kesehatan, bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Dan terjadinya penyakit dan kecelakaan kerja dalam suatu tempat kerja, tidak hanya disebabkan karena kondisi lingkungan dan tindakan pekerja yang idak aman, tetapi juga disebabkan karena kegagalan manajemen dalam mengandalikan resiko. Dalam penyelenggaraan program K3 di industri atau jasa tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk kebijakan pihak pengelola dalam penerapan K3 (Metrison,2000). 3. Daftar Istilah a. Sistem Manajemen K3RS, adalah bagian dari sistem secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

Jurnal Kesehatan Kartika

39

b.

c.

d. e.

f.

g.

h.

i. j.

pemeliharaan program K3 di RS, sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, efesien, dan produktif. Kebijakan Manajemen dan Prosedur Implimentasi, adalah suatu kebijakan program K3 yang dibuat oleh pihak manajemen meliputi prsedur, dokumentasi, dan penyiapan system informasi yang menyangkut antisipasi terhadap kemungkinan menculnyapenyakit dan kecelakaan akibat kerja. Kategori kebijakan manajemen meliputi organisasi dan sistem informasi, keselamatan proses, kontrol terhadap bahan mudah terbakar dan mudah meledak, kesiapan terhadap baaya kebakaran dan kesiapan terhadap bahaya arus listrik, serta kegawatdaruratan. Bangunan dan fasilitas Kerja (mesin, material, dan alat bantu kerja) merupakan komponen fisik yang sangat rentan dalam menimbulkan terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Detail penilaian kategori bangunan dan fasilitas kerja adalah kesiapan bangunan dan fasilitas kerja, kontrol lingkungan, kelengkapan alat pemindah bahan (material handling), dan proses storage, keselamatan kerja menggunakan alat dan mesin serta kesiapan kegawatdarutan. Perlindungan Personal (APD) Manusia merupakan indikator utama dalam penilaian program K3. Semakin banyak PAK dan KAK yang menimpa karyawan, maka semakin buruk pencapaian implementasi K3. Detail penilaian untuk kategori ini adalah kesehatan pekerja dan antisipasi bahan beracun, ketersediaan alat pelindung diri sesuai dengan jenis perkerjaan dan pertolongan pertama terhadap PAK dan KAK. Sumber daya manusia Merupakan anggota pengurus yang berkecimpung dalam suatu wadah organisasi yang mempunyai tugas membina, mengawasi dan melaksanakan program K3. Informasi, adalah segala data yang memberikan informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, dan hasil evaluasi program K3RS dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis. Audit SMK3RS, adalah pemeriksaaan secara sistematik dan independen untuk mengukur atau membuktikan besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di rumah sakit .

4. Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut : a. Data Primer, diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung terhadap informan. Wawancara mendalam adalah suatu metode yang digunakan pada proses pengumpulan data untuk dapat menggali lebih dalam informasi dari informan, dimana peneliti mendapatkan keterangan dan data tentang pelaksanaan K3RS secara lisan dari informan (Muhajir, H.N, 1996). Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan : 1) Direktur RS Immanuel Bandung, dengan isi pertanyaan mengenai kebijakan manajemen dalam pelaksanaan K3RS

Jurnal Kesehatan Kartika

40

2) Ketua P2K3 RS Immanuel Bandung, dengan isi pertanyaan tentang program kerja K3RS yang telah dan akan dilaksanakan 3) Sekretaris P2K3, dengan isi pertanyaan tentang pelaksanaan K3RS yang telah dilaksanakan Wawancara mendalam ini dilaksanakan dengan bantuan instrumen pedoman wawancara yang telah disusun dan disiapkan sebelumnya, dibantu dengan alat tulis dan tape recorder. Selain itu dibuat pula panduan observasi tentang pelaksanaan K3RS berdasarkan Permenaker No.5/1996 tentang SMK3RS sebagai cross chek jawaban informan dengan pelaksanaan K3RS sesungguhnya di lapangan. b. Data Sekunder, merupakan data penunjang dan pelengkap dari data primer dan diperoleh dari P2K3, antara lain berupa : 1) Laporan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, 2) Dokumen perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program K3RS 3) Dokumen standar operasional prosedur dalam bekerja, norma kerja. 4) Dokumen kebijakan dan peraturan K3 yang dibuat oleh pihak manajemen

5. Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah sesuai dengan karakteristik penelitiannya dengan metode pengolahan analisis deskripsi isi (contents analysis). Pengolahan data disesuaikan dengan tujuan penelitian dan selanjutnya diverifikasi serta disajikan dalam bentuk deskripsi atau dalam narasi yang lengkap. Analisis data mengikuti pola berfikir induktif, yaitu pengujiaannya bertitik tolak dari data yang telah terkumpul kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Tahapan analisis data secara "analisis isi ", yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan emik (emic dimension) yaitu peneliti mengidentifikasi masalah informan dan menguraikan dari apa yang telah didengar secara nyata tanpa mempengaruhi opini informan. C.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Komitmen dan Kebijakan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Komitmen dan kebijakan RS.Immanuel Bandung tentang pelaksanaan K3 adalah dengan telah dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi RS.Immanuel Nomor 112/Dir/SK/IX/2006 tentang Pemberlakuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS.Immanuel. Keselamatan kerja merupakan usaha untuk menciptakan suasana rasa aman kerja, bebas dari segala ancaman bahaya, seperti; kebakaran, penyakit akibat kerja, cacat akibat kerja, dan kematian akibat kerja. Selain itu juga direksi mengeluarkan surat keputusan yaitu SK tentang larangan merokok dan zona terlarang. keterlibatan langsung direksi terhadap adanya keselamatan dan kesehatan kerja adalah dengan membuat ketentuan umum keselamatan dan kesehatan kerja yang disusun dan ditetapkan oleh rumah sakit Immanuel.

Jurnal Kesehatan Kartika

41

Rumah sakit menyediakan anggaran, tenaga kerja, yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta menetapkan P2K3 yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penangan K3 di rumah sakit Immanuel Bandung. Tetapi ternyata tidak semua komitmen dan kebijakan yang ada pada Undang-undang No.1 tahun 1970 dan Permenaker No.5/1996 diberlakukan di Rumah Sakit Immanuel. Hal ini disebabkan karena anggaran, jumlah dan sarana prasarana yang harus disediakan memerlukan dana yang tidak sedikit .

2. Perencanaan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel Bandung Perencanaan SMK3RS yang dilakukan di Rumah Sakit Immanuel, diantaranya adalah dengan menentukan zona bahaya di RS Immanuel, membuat jadual identifikasi dan pengukuran sumber bahaya dan risiko bahaya, serta melakukan rencana upaya pengendaliannya. Membuat jadual medical check up bagi karyawan rumah sakit dua kali dalam setahun setiap devisi, pembuatan dan pemasangan rambu-rambu keselamatan kerja, pelatihan out sourcing BHD dan tehnik kerja di Rumah Sakit Immanuel. Tetapi penetapan system pertanggungjawaban dan sarana pencapaian program K3RS belum dapat dilakukan secara optimal.

3. Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel Dalam pelaksanaan K3RS, Direktur Rumah Sakit Immanuel Bandung telah menyusun organisasi P2K3, sehingga pelaksanaan SMK3RS dapat terlaksana sesuai perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan SMK3RS yang telah dilakukan di RS Immanuel Bandung adalah mengadakan medical check up baik pemeriksaaan awal dan berkala bagi karyawan. Tetapi pada pelaksanaan medical chek up hanya sebagian karyawan yang ikut serta melakukan pemeriksaaan kesehatan. Hal ini disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan oleh karyawan, sehingga karyawan merasa tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, selain itu mereka menganggap bahwa mereka dalam kondisi sehat, sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sedangkan untuk karyawan out sourching hanya dilakukan pemeriksaan fisik saja. Imunisasi Hepatitis B bagi karyawan juga belum dapat dilakukan di RS Immanuel Bandung, dikarenakan keterbatasan dana. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, RS Immanuel dalam hal ini petugas P2K3 melakukan pelatihan bagi karyawan, seperti penggunaan alat kerja, APD, membuat SOP, penggunaan bahan kimia berbahaya, melaksanakan sistem perlindungan bahaya kebakaran. Selain itu P2K3 juga melakukan audit K3 ke seluruh area ruangan perawatan, ruang sterilisasi, medrek, linen, gudang farmasi, keuangan, tempat parkir, laboratorium, radiologi, ruang generator, dan fisioterapi, serta melakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai keselamatan yang dilakukan oleh pasient safety dan P2K3, melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang APAR. Adapun pelatihan yang telah dilakukan di RS Immanuel adalah sebagai berikut :

Jurnal Kesehatan Kartika

42

a. b. c. d. e.

Bantuan hidup dasar kepada karyawan non medis. Pengendalian nosokomial RS. Penanggulangan kebakaran berserta praktiknya. Penanggulangan keracunan. Ergonomi kerja. Sedangkan dalam pelaksanaan Audit SMK3RS, RS Immanuel melakukan pemantauan lingkungan, seperti pengendalian hewan rodentia dan kucing. Membentuk team siap siaga bencana RS Immanuel dalam versi K3 bersama team Bantuan Hidup Dasar (BHD) RS. Immanuel, melakukan pengukuran lingkungan RS.Immanuel, memasang rambu-rambu K3 di area RS. Immanuel, khusunya di zona yang mempunyai resiko tinggi ( zona bahaya). Dalam pelaksanaan K3RS, P2K3 diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan tentang: a. Data kecelakaan yang disebabkan oleh tertusuk jarum, akibat tidak memakai APD,dll. b. Data kesehatan yang menyebabkan terjadinya penyakit ISPA, malgia, dermatitis. c. Zona berbahaya dari lingkungan Rumah Sakit d. Jenis Alat Pelindung e. Bekerjasama dengan pasient safety untuk memperkuat data keselamatan yang ada di lingkungan Rumah Sakit. f. Sosialisasi penggunaan APD dengan cara pembuatan surat yang diedarkan pada tanggal 23 Januari 2008, dengan No:6/P2K3/I/2008 yang berisikan kontroling penggunaan APD, ketahanan APD dan perlunya pemahaman kerja mengenai visi, misi, falsafah serta tujuan P2K3, surat tersebut dikirimkan kepada tiap manager dengan tembusan Direktur Utama. Surat kedua dengan No:3/P2K3/VI/2008 yang berisikan kontroling ulang serta himbauan terhadap pekerja hamil agar lebih diperhatikan sesuai dengan SPO P2K3 No Dok PPK-36. g. Bukti pengisian APAR dengan No DKB 001610 dengan bukti pengisian pada tanggal 6 Februari 2008 yang telah mengisi APAR expire date sebanyak 3 kg tabung APAR di isi 10 tabung dan jenis 5 kg tabung APAR di isi 10 tabung. h. Perlunya Emergency Kit tersendiri untuk Komite K3, dengan adanya akses khusus untuk K3 dalam merespon dan menanggulangi bencana seperti dalam pendataan korban, tindak lanjut, hubungan ke luar (SAR). Mengadakan pelatihan intern dalam rangka pembentukan team siap siaga bencana. Dalam pembuangan sampah masih banyak kesalahan yang di sebabkan oleh kelalaian karyawan sehingga masih banyak sampah-sampah yang dibuang tidak sesuai pada tempatnya, sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.

4. Pengukuran dan Evaluasi SMK3 di Rumah Sakit Immanuel Rumah sakit Immanuel memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisa guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan baik yang dilakukan oleh Interen RS Immanuel (P2K3) maupun Team ISO.

Jurnal Kesehatan Kartika

43

a.

Inspeksi yang dilakukan oleh Interen RS Immanuel (P2K3). Rumah sakit Immanuel menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. Temuan Inspeksi Ruangan adalah sebagi berikut : 1) Ketersedian APD di setiap ruangan yang belum lengkap 2) Pemakaian APD untuk pekerja menjadi budaya kerja 3) Penempatan titik APAR disesuaikan dengan kapasitas ruangan. 4) Sosialisasi pekerja tentang pengunaan APAR. 5) Sosialisasi tentang K3 dilihat dalam melaksanakan pekerjaan. 6) Budaya pekerja untuk melihat suhu ruangan untuk mencegah error alat suhu ruangan. 7) Mengeliminir binatang yang berkeliaran di lingkungan rumah sakit dengan adanya cat buster (pest control) dan penutupan saluran air yang terbuka. 8) Pemisahan sampah infeksius dan domestik dimulai dari ruangan lebih diawasi hali ini dapat mengurangi cost insenator. 9) Dilakukannya pengukuran terhadap lingkungan fisik RS Immanuel Bandung, yang meliputi pengukuran pencahayaan, kebisingan, audiometric, dll. 10) Pembentukan team siaga bencana berdasarkan hasil evaluasi pelatihan.

b.

Hasil audit yang dilakukan ISO terhadap P2K3 adalah 1) Ditemukan puntung rokok di area Mesin Uap/Boiler (bukan di dalam ruangan mesin uap). 2) Penempatan hydrant yang berlokasi di samping ruangan Obaja, bila terjadi kebakaran akan sangat riskan dan menggangu dalam pengambilan hydrant tersebut yang disebabkan alat hydrant dikelilingi oleh tanaman. 3) Tidak adanya rambu zona berbahaya pada LPG yang berada dibelakang kapetaria. 4) Penyimpanan bahan kimia tidak dilengkapi dengan MSDS (material safety data sheet). 5) Bobot APAR yang kurang, dimana seharusnya berbobot 5 kg bukan 3 kg.

c.

Audit Sistem Manajemen K3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan Sistem Manajemen K3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan indipenden oleh personal yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodelogi yang sudah ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang ditetapkan ditempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen. Evaluasi Program K3 di Rumah Sakit Immanuel adalah: 1) Pelatihan BHD, Siap Siaga Bencana : Terearisasi 2) Rapat Koordinasi dengan bagian lain : Terealisasi : Terealisasi 3) Audit Lapangan 4) Check perizinan : Terealisasi 5) Check Kesehatan Karyawan : Terealisasi

Jurnal Kesehatan Kartika

44

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen (Monitoring). Monitoring yang dilakukan pihak P2K3 di Rumah Sakit Immanuel adalah : a. Salah satunya upaya untuk penekanan angka insiden akibat kecelakaan kerja serta menindaklajunti dari hasil temuan ISO maka P2K3 mengeluarkan formulir pengendalian resiko kerja. b. Untuk menghindari NSI dibiasakan dengan one hand pada saat menutup jarum. c. Pembuangan benda tajam dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih baik d. Merencanakan pelatihan intern bagi pekerja non medis mengenai K3RS. e. Pengecekan APAR di seluruh area di Rumah Sakit Immanuel. f. Merencanakan usaha promotif terhadap keluarga pasien. g. Menindaklanjuti karyawan yang mengalami kecelakan akibat kerja. h. Seluruh rambu-rambu K3 dapat terpasang di seluruh area Rumah Sakit Immanuel. i. Melakukan perubahan program kerja menjadi lebih baik.

D.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap seluruh gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Immanuel Bandung, maka secara umum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Komitmen dan kebijakan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel ada dan sudah dikeluarkan oleh Direksi Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Direksi Rumah Sakit Immanuel Nomor 112/Dir/SK/IX/2006 tentang Pemberlakuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS.Immanuel. Dikeluarkan juga Surat Keputusan tentang larangan-larangan tentang merokok, dan adanya zona berbahaya. b. Perencanaan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel disusun oleh direksi dan Tim P2K3 seperti merencanakan medical check up untuk karyawan, pembuatan dan pemasangan ramburambu K3, mengadakan jadwal pelatihan K3, dan melakukan inspeksi K3 secara interen. c. Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Immanuel ialah melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu melakukan medical check up yang dilakukan setahun dua kali, program pelatihan dan pencegahan pengunaan bahan kimia yang bertujuan upaya preventif dari pajanan bahan kimia kepada pekerja, melakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai keselamatan yang dilakukan oleh Pasient safety dan P2K3, melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang APAR, melakukan sosialisasi tentang pemakaian APD kepada karyawan menjadi budaya kerja, mengadakan pelatihan kepada karyawan sebagai upaya sosialisasi pemahaman K3 tentang, bantuan hidup dasar kepada karyawan non medis, pengendalian nosokomial RS, penanggulangan kebakaran berserta praktiknya, penanggulangan

Jurnal Kesehatan Kartika

45

keracunan, ergonomi kerja, membuat team BHD dan team Siap Siaga Bencana, melakukan pengukuran cahaya. d. Pengukuran dan Evaluasi SMK3 di Rumah Sakit Immanuel adalah dengan melakukan inspeksi, memperbaiki hasil audit yang dilakukan ISO terhadap P2K3, pembentukan team siaga bencana berdasarkan hasil evaluasi pelatihan dan mengevaluasi progam K3 di Rumah Sakit Immanuel yang berhasil. e. Monitoring SMK3 di Rumah Sakit Immanuel adalah Salah satunya upaya untuk penekanan angka insiden akibat kecelakaan kerja serta menindaklajunti dari hasil temuan ISO maka P2K3 mengeluarkan formulir pengendalian resiko kerja, untuk menghindari NSI dibiasakan dengan one hand pada saat menutup jarum, pembuangan benda tajam dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih baik, merencanakan pelatihan intern bagi pekerja non medis mengenai K3RS, pengecekan APAR di seluruh area di Rumah Sakit Immanuel, merencanakan usaha promotif terhadap keluarga pasien, menindaklanjuti karyawan yang mengalami kecelakan akibat kerja, seluruh rambu-rambu K3 dapat terpasang di seluruh area Rumah Sakit Immanuel, melakukan perubahan program kerja menjadi lebih baik.

2. Saran a. Dengan melihat hasil penelitian, diharapkan Rumah Sakit Immanuel dapat meningkatkan dan mempertahankan penerapan SMK3 sesuai dengan standar SMK3, misalnya tetap melakukan identifikasi bahaya potensial, melakukan penilaian audit internal yang hasilnya dapat digunakan dalam penetapan prosedur kerja sehingga mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan produktifitas kerja. b. Rumah Sakit Immanuel perlu mengadakan perbaikan atas ketidaksesuaian tindakan-tindakan pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu dengan memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pekerja serta meningkatkan pengawasan terhadap pekerja agar mau bekerja berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.

Jurnal Kesehatan Kartika

46

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Advokasi Sebagai Alat Perubahan, Pusat Kesehatan Kerja, http://www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 27 Mei 2009 Barry S.L & David H.W., 1994, Occupational Health Recognizing and Preventing Work-Related Disease., Third Edition, USA. Hasyim, H., 2005. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan. Jurnal Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol 8 No. 2 Juni 2005 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Mayaut, J.D, 2004, Analisis Kesiapan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon, Skripsi, Universitas Diponegoro. Mitrison, 2000., Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Lapangan dan Laboratorium, Deperindag, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan. Pontianak Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP 19/M/BW/97 Tanggal 26 Februari 1997 Tentang pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Phoon, W.O., 1998., Practical Occupational Health. JBW Printers and Binders Pte, tld, Singapore. Siswanto, E. 2001. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seminar Nasional K3 dan ISO 14000 bagi Kegiatan Industri, FTL. Universitas Diponegro, semarang. Suardi, R., 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996., Lembaga Manajemen PPM., Jakarta. Wichaksana, A., 2002, Penyakit Akibat kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 134. PT. Kalbe Farma. Jakarta.

Jurnal Kesehatan Kartika

47