JURNAL LINTANG

Download antar bank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, ... merupakan pendekatan manajemen aktiva-pasiva, dimana sumber da...

0 downloads 291 Views 144KB Size
1

ANALISIS PENGARUH CAR, PERTUMBUHAN DPK, PERTUMBUHAN SIMPANAN DARI BANK LAIN DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT (Studi Kasus pada Bank Umum Konvensional yang terdaftar di BEI Periode 2006-2010)

LINTANG RAHMADHANI DRS. WISNU MAWARDI, MM

ABSTRACT Credit is the provision of money or bills that can be equivalent, based on an agreement between banks and savings and loans borrowed by the other party that requires the borrower to repay their debts after a certain period of time with interest. This study aims to examine how the influence of the growth in deposits, growth in deposits from other banks, SBI interest rate, and CAR on the growth of credit. The population in this study were conventional commercial banks. The sample of this study is 19 conventional commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange, with the sampling method used was purposive sampling. Type of data used are secondary data in the form of banking financial statement data to be sampled during the years 2006-2010 in the form of annual data. Analytical methods used to answer hypothetical is multiple linear regression. Hypothesis testing is done by using a partial test (t test) and simultaneously test (F test) with significance level (α) 5%. The results showed that the partial growth of DPK significant effect on credit growth. While growth in deposits from other banks, CAR, SBI interest rate no significant effect on credit growth. Then the estimated regression results show four independent variables predictive ability of the credit growth of 16.7% the remaining 83.3% is influenced by factors other than the variable of this study are not yet included in this analysis. Key words: Credit Growth, CAR, Deposits Growth, Growth in Deposits from Other Banks, SBI Interest Rates.

2

I. PENDAHULUAN Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar arus pembayaran, serta mencari keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Sesuai dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Dendawijaya, 2000). Dalam hal menyalurkan dana, seharusnya bank lebih memfokuskan dengan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Persaingan antar bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit, dalam prakteknya banyak yang menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku dalam dunia bisnis perbankan seperti tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking) dengan memberikan kredit tak terbatas pada nasabah satu grup dengan perbankan tersebut, sehingga seringkali merugikan para deposan dan investor serta berdampak pada perekonomian negara yang diakibatkan kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah atau macet. Akibatnya pada pertengahan 1997 industri perbankan mengalami keterpurukan sebagai imbas dari terjadinya krisis multidimensi yang melanda Indonesia (Faisol, 2007). Terjadinya krisis keuangan global menjelang akhir tahun 2008 mempunyai dampak terhadap industri perbankan di Indonesia. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi kuat terhadap kualitas aktiva perbankan, sehingga perbankan harus lebih berhati-hati dalam penyaluran kreditnya. Gejolak keuangan dan penurunan permintaan akibat krisis keuangan dan penurunan permintaan akibat krisis keuangan menyebabkan terdepresiasinya nilai rupiah, tekanan inflasi yang cukup kuat dan meningkatnya suku bunga juga berdampak pada penyaluran kredit perbankan di Indonesia (Haryati, 2009). Bank umum (Commercial Bank) memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum (Commercial Bank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank) berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia yang diolah). DPK ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit. Menurut Lukman Dendawijaya (2005) dana-dana yang ihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70%-80% dari total aktiva bank. Bila memperhatikan neraca bank akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya kredit yang diberikan, dan bila memperhatikan

3

laporan laba rugi bank akan akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Hal ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan (Nurmawan, 2005). Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi negara, namun kredit yang disalurkan oleh perbankan belum optimal. hal ini dapat terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR Bank Umum periode 2006-2010 yang masih berkisar pada angka 61,56% - 75,21% (statistic Perbankan Indonesia), masih berada di bawah harapan Bank Indonesia. Berdasar ketentuan Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada disekitar 85% - 110% (Manurung, Rahardja, 2004). LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi intermadiasi perbankan di Indonesia. Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deosito (tidak termasuk antar bank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disis lain LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank. Segala kriteria penilaian kinerja keuangan bank yang berpegang pada prinsip kehatihatian bank, pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan dengan penilaian terhadap perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kinerja keuangan bank yang bersangkutan (Nasser, 2003). Fungsi intermediasi bank merupakan aplikasi konsep Asset Allocation Approach yang merupakan pendekatan manajemen aktiva-pasiva, dimana sumber dana terdiri dari simpanan dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga : DPK), borrowing (pinjaman/simpanan yang diterima dari bank lain atau pinjaman lainnya) dan equity capital (modal sendiri). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR semakin besar pula sumber daya finasial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisispasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.

4

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/200). SBI merupakan instrument yang menawarkan laba yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010). Tabel 1.1 Rata-rata CAR, DPK, Simpanan dari Bank Lain, Suku Bunga SBI dan Pertumbuhan Kredit tahun 2006-2010 2006 CAR 19,41 DPK 17,65 Simpanan dari Bank Lain 460,7 Suku Bunga SBI 12,03 Kredit 14,66 Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

2007 18,43 20,32 105,04 7,97 25,97

2008 16,48 20,77 102,71 14,42 33,36

2009 16,92 14,85 41,98 7,82 10,78

2010 16 21,20 158,47 6,58 18,65

Berdasarkan tabel 1.4 diatas terlihat bahwa CAR mempunyai pergerakan yang menurun dari tahun 2006-2010 tidak searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi negatif). DPK mempunyai pergerakan meningkat dari tahun 2006-2008 searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi positif), dan kemudian menurun ditahun 2009 tidak searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi negatif) dan tahun 2010 kembali meningkat searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi positif). Simpanan dari bank lain mempunyai pergerakan menurun dari tahun 2006-2009 tidak searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi negatif). Tetapi meningkat kembali di tahun 2010 serah dengan pergerakan pertumbuhan kredit (indikasi positif). Suku bunga SBI mempunyai pergerakan menurun dari tahun 2006-2007 (indikasi negatif), dan kemudian meningkat kembali di tahun 2008 (indikasi positif), tetapi pada tahun 2009-2010 menurun kembali tidak searah dengan pergerakan pertumbuhan kredit. Melalui penelitiannya Anggrahini menemukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Kristijadi dan Laksana (2006), Haryati (2007) dan Soedarto (2004). Sementara hasil

5

yang ditemukan oleh Setiyati dimana DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kristijadi dan Laksana (2006) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan signifikan terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Soedarto (2004) bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit bank. Sedangkan menurut lestari, CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Penelitian tentang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menurut Anggrahini berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Haryati (2007) juga menemukan hasil yang mengatakan bahwa suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Sedangkan menurut Harmanta dan Ekananda (2005) dan siregar (2006) suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Bank umum dijadikan sebagai obyek penelitian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum masih berada dibawah harapan Bank Indonesia (85% - 110%), disis lain 95% Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional berada di Bank Umum. Atas dasar fenomena gap dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum yang berkisar 61,56% - 75,21% masih berada dibawah harapn Bank Indonesia (85% - 110%) yang menunjukkan belum optimalnya penyaluran kredit, dan fenomena gap seperti dipaparkan pada tabel 1.4 dimana Dana Pihak Ketiga (DPK) dan suku bunga SBI tidak konsisten terhadap pergerakan kredit. Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagaimana dikemukakan diatas mempunyai beda hasil, sehingga terjadi research gap antara CAR, Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain, dan Suku Bunga SBI terhadap pertumbuhan kredit. Research Gap tersebut juga menjadi alasan untuk menelaah kembali mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan kredit. Berdasarkan research gap dan fenomena gap tersebut diatas, maka pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan guna memperoleh jawaban secara empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Suku Bunga SBI mempengaruhi tingkat pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia ? 2. Bagaimana CAR (Capital Adequacy Ratio) mempengaruhi tingkat pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia ? 3. Bagaimana DPK (Dana Pihak Ketiga) mempengaruhi tingkat pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia ?

6

4. Bagaimana Simpanan dari Bank Lain mempengaruhi tingkat pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia ?

II. TELAAH PUSTAKA a.

Bank Dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang

perbankan, dijelaskan bahwa bank merupakan Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga harus terus menjaga kinerjanya dan memelihara kepercayaan masyarakat mengingat tugasnya bahwa bank bekerja dengan dana masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan. Untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat tentu diperlukan modal kepercayaan masyarakat dan kepercayaan ini akan diberikan hanya kepada bank yang sehat, oleh karena pihak manajemen bank harus berupaya untuk dapat menjaga dan meningkatkan kinerja. Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasar hal-hal sebagai berikut. 1.

Formalitas berdasarkan undang-undang.

2.

Kepemilikannya.

3.

Penekanan kegiatan usahanya.

4.

Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha.

5.

Status. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7

Tahun 1992 tentang perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu : a.

Bank umum, dan

b.

Bank Perkreditan Rakyat.



Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

a.

Bank milik negara (badan uasaha milik negara atau BUMN)

b.

Bank milik pemerintah daerah (badan usaha milik daerah atau BUMD)

c.

Bank milik swasta nasional

d.

Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)

e.

Bank milik asing (cabang atau perwakilan)



Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

7

a.

Bank retail (retail banks)

b.

Bank korporasi (corporate banks)

c.

Bank pedesaan ( rural banks)

d.

Bank pembangunan (development banks)

e.

Dan lain-lain.



Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha

a.

Bank konvensional

b.

Bank berdasarkan prinsip syariah



Jenis bank berdasarkan status

a.

Bank devisa

b.

Bank non devisa Menurut Sri, dkk (2000) secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana

dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat untuk benbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. 1.

Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

2.

Agent of Development Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.

3.

Agent of Sevices Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

b.

Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai

8

dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2001). Secara singkat biasa dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20-25 persen setahun (Wibowo,2009). Menurut Kristijadi dan Laksana (2006) CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Dengan demikian CAR diprediksi berpengaruh postif terhadap pertumbuhan kredit. c.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Giro, tabungan dan deposito berjangka merupakan produk pendanaan bank yang

berasal dari dana pihak ketiga. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank, diantaranya dalam bentuk kredit. Peningkatan dana pihak ketiga akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya. Hubungan antara dana pihak ketiga dengan pertumbuhan kredit adalah positif artinya peningkatan volume dana pihak ketiga akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan kredit. Menurut Anggrahini, Soedarto (2004) dan Kristijadi dan Laksana (2006) DPK berpengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Dengan demikian pertumbuhan DPK diprediksi berpengaruh postif terhadap pertumbuhan kredit. d.

Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain Simpanan dari bank lain merupakan produk pendanaan bank yang berasal dari dana

pihak kedua. Bank dapat memanfaatkan dana ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, diantaranya yaitu pada pos kredit. Peningkatan volume simpanan dari bank lain akan dapat meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit (Kristijadi dan Laksana, 2006). Hubungan antara simpanan dari bank lain dengan pertumbuhan kredit adalah positif, artinya peningkatan volume simpanan dari bank lain akan mengakibatkan pertumbuhan kredit. Menurut Kristijadi dan Laksana (2006) simpanan dari bank lain mempunyai pengaruh posif terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain diprediksi berpengaruh postif terhadap pertumbuhan kredit.

9

e.

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Tingkat suku bunga ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/200). SBI merupakan instrument yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010). Menurut Kristijadi dan Laksana (2006) suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diprediksi berpengaruh postif terhadap pertumbuhan kredit. f.

Kredit Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan simpan pinjam meminjam antara bank dengan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU Perbankan No. 10 tahun 1998). Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kashmir, 2004) : 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang. 2. Kesepakatan Dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Setiap kredit pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Risiko Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.

10

5. Balas Jasa Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Jenis-jenis kredit dibedakan berdasarkan sudut pendekatan yang kita lakukan berdasarkan tujuan kegunaannya, jangka waktu, macam, sektor perekonomian, agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan (Hasibuan, 2009). a. Berdasarkan tujuan/kegunaannya (Hasibuan, 2009). 1) Kredit konsumtif yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya. 2) Kredit modal kerja (kredit perdagangan) ialah kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur. 3) Kredit investasi ialah kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif, tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama. b. Berdasarkan Jangka Waktu (Hasibuan, 2009). 1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja. 2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. 3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. c. Berdasarkan Macamnya (Hasibuan, 2009). 1) Kredit aksep yaitu kredit yang pada hakikatnya hanya merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafond kredit (L3/BMPK)-nya. 2) Kredit penjual yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pembeli, artinya barang yang telah diterima pembayaran kemudian. 3) Kredit pembeli adalah pembayaran telah dilakukan kepada penjual, tetapi barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka. d. Berdasarkan sektor perekonomian (Hasibuan, 2009). 1) Kredit pertanian ialah kredit yang diberikan kepada perkebunan, peternakan dan perikanan. 2) Kredit perindustrian ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam industri kecil, menengah dan besar. 3) Kredit pertambangan ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam pertambangan.

11

4) Kredit ekspor-impor ialah kredit yang diberikan kepada eksportir atau importer beraneka barang. 5) Kredit koperasi ialah kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi. 6) Kredit profesi ialah kredit yang diberikan kepada beraneka macam profesi. e. Berdasarkan Agunan/jaminan (Hasibuan, 2009) 1) Kredit agunan orang ialah kredit yang diberikan dengan jaminan seseorang terhadap debitur bersangkutan. 2) Kredit agunan efek ialah kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek dan suratsurat berharga. 3) Kredit agunan barang ialah kredit yang berikandengan agunan barang tetap, barang bergerak dan logam mulia. 4) Kredit agunan dokumen ialah kredit yang diberikan dengan agunan dokumen transaksi. f. Berdasarkan Golongan Ekonomi (Hasibuan, 2009). 1) Golongan ekonomi lemah ialah kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah. Golongan ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar Rp 600 juta, tidak termasuk tanah dan bangunannya. 2) Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar. g. Berdasarkan penarikan dan pelunasan (Hasibuan, 2009). 1) Kredit rekening koran (kredit perdagangan) adalah kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan; penarikan dengan cek, bilyet giro, atau pemindahbukuan; pelunasannya dengan setoran-setoran. Bunga dihitung dari slado harian pinjaman saja bukan dari besarnya plafond kredit. Kredit rekening Koran baru dapat ditarik setelah plafond kredit disetujui. 2) Kredit berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya habis. Pelunasan bias dilakukan secara cicilan atau sekaligus, tergantung pada perjanjian. g.

Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR), Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka piker penelitian seperti pada gambar 2.1 :

12

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Variabel Independen

Variabel Dependen

CAR Pertumbuhan DPK

H3 (+) H2 (+)

Pertumbuhan Kredit

Pertumbuhan Simpanan dari bank lain

H4 (+) H1 (-)

Suku Bunga SBI Sumber : berbagai jurnal.

h.

HIPOTESIS Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka penelitian teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 : CAR mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia. H2 : Pertumbuhan DPK mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia. H3 : Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia. H4 : Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia.

III. METODE PENELITIAN a.

Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum di

Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Simpanan dari Bank Lain, kredit dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun 2006-2010.

13

b.

Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling, dari 22 Bank Umum

Komersial yang terdafatar di BEI hanya 19 Bank Umum Komersial yang diambil sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan waktu amatan (N=95) 5 tahun dari tahun 20062010. c.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan variabel-variabel independen Capital Adequacy Ratio

(CAR), Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain dan Suku Bunga Serttifikat Bank Indonesia (SBI), serta variabel dependennya pertumbuhan kredit perbankan. Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dipaparkan dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No. Variabel

Definisi

Pengukuran

1.

Perbandingan antar modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Modal

CAR (X1)

x 100%

Skala Pengukur Rasio

ATMR Pada akhir tahun yang dinyatakan

dalam

presentase 2.

3.

Pertumbuhan DPK (X2)

Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari Giro, Tabungan dan simpanan berjangka (deposito). Sumber : SEBI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

DPKt – DPKt-1 x100%

Rasio

DPKt-1

Pertumbuhan Simpanan dari bank lain St – St-1 x 100% Rasio produk Simpanan dari merupakan St-1 Bank Lain (X3) pendanaan bank yang berasal dari dana pihak kedua. Bank S = simpanan dari dapat memanfaatkan dana ini Bank Lain untuk ditempatkan pada pospos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, diantaranya yaitu pada pos kredit

14

4.

Suku Bunga Tingkat rata-rata suku bunga Tingkat rata-rata suku Rasio SBI (X4) SBI pertahun bunga SBI pertahun Sumber : dalam presentase Statistik Ekonomi Moneter Indonesia 5. Pertumbuhan Penyediaan uang atau Rasio Kredit (Y) tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, Kreditt–Kreditt-1 x100% Kreditt-1 berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sumber : SEBI No. 6/23/DPNPtanggal 31 Mei 2004 Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia. d.

Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda.

Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS. Pengujian hipotesis dilakukan setelah model regresi berganda yang akan digunakan bebas dari pelanggaran

asumsi

klasik

(multikolinieritas,

heteroskedastisitas,

autokorelasi,

dan

normalitas), agar hasil pengujian dapat diinterpretasikan dengan tepat.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a.

Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model 1

(Constant) CAR DPK Simpanan SBI

Unstandardized Coefficients B Std. Error .265 9.269 .068 .367 .308 .085 .004 .003 1.296 .695

a. Dependent Variable: Kredit

Sumber : data diolah

Standardized Coefficients Beta .018 .352 .141 .176

t .029 .184 3.608 1.439 1.864

Sig. .977 .854 .001 .154 .066

Collinearity Statistics Tolerance VIF .958 .932 .929 .991

1.043 1.073 1.077 1.009

15

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang berada di bawah angka 10. Hal ini berarti bahwa variabel – variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi. 2. Uji Heterokedatisitas Dalam uji Glejser, model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya. Kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi dengan semua variabel independen, bila terdapat variabel independen yang berpengaruh signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% terhadap residual absolute maka terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Glejser Coefficientsa

Model 1

(Constant) CAR DPK Simpanan SBI

Unstandardized Coefficients B Std. Error 15.763 6.494 .027 .257 -.014 .060 -.001 .002 -.201 .487

Standardized Coefficients Beta .011 -.026 -.046 -.044

t 2.427 .106 -.234 -.419 -.413

a. Dependent Variable: AbsUt

Sumber : data diolah

3. Uji Autokorelas Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1

R .450a

R Square .202

Adjusted R Square .167

Std. Error of the Estimate 20.00201

a. Predictors: (Constant), SBI, DPK, CAR, Simpanan b. Dependent Variable: Kredit

Sumber : data diolah

DurbinWatson 1.791

Sig. .017 .916 .815 .676 .680

16

Berdasarkan hasil pengujian Durbin-Watson (DW) pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,791 yang akan dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan nilai signifikansi 0,05 dan jumlah sampel 95 serta jumlah variabel independen 4 (k’=4). Dengan dl sebesar 1,579, nilai du adalah 1,755 maka nilai DW sebesar 1,791 terletak pada lebih dari du dan kurang dari 4 - du yaitu 2,245 Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut telah memenuhi kriteria serta tidak mengandung problem autokorelasi. 4. Uji Normalitas Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas – P Plot Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kredit

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Observed Cum Prob

Sumber : data diolah

Berdasarkan tampilan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa pola grafik normal, hal itu terlihat dari titik – titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. b. Uji Hipotesis 1. Uji Determinasi Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) diperoleh sebesar 0,167 atau 16,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan dipengaruhi oleh variabel (CAR, DPK, Simpanan dari Bank Lain dan Suku Bunga SBI) secara simultan terhadap variasi (naik turunnya) variabel dependen sebesar 16,7%. Sedangkan sisanya sebesar 83,3% disebabkan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan ini. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

17

Tabel 4.4 Hasil Uji Determinasi Model Summaryb Model 1

R .450a

R Square .202

Adjusted R Square .167

Std. Error of the Estimate 20.00201

DurbinWatson 1.791

a. Predictors: (Constant), SBI, DPK, CAR, Simpanan b. Dependent Variable: Kredit

Sumber : data diolah 2. Uji F Tabel 4.5 Hasil Uji F ANOVAb Model 1

Regression Residual Total

Sum of Squares 9118.634 36007.231 45125.865

df 4 90 94

Mean Square 2279.658 400.080

F 5.698

Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), SBI, DPK, CAR, Simpanan b. Dependent Variable: Kredit

Sumber : data diolah

Hal ini ditunjukkan dengan nilai F tabel 2,47 dan F hitung 5,698. Karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent (CAR, DPK, Simpanan dari Bank Lain dan Suku Bunga SBI) secara bersama-sama dan signifikan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia. 3. Uji t Tabel 4.6 Hasil Uji t Coefficientsa

Model 1

(Constant) CAR DPK Simpanan SBI

Unstandardized Coefficients B Std. Error .265 9.269 .068 .367 .308 .085 .004 .003 1.296 .695

a. Dependent Variable: Kredit

Sumber : data diolah

Standardized Coefficients Beta .018 .352 .141 .176

t .029 .184 3.608 1.439 1.864

Sig. .977 .854 .001 .154 .066

Collinearity Statistics Tolerance VIF .958 .932 .929 .991

1.043 1.073 1.077 1.009

18

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Pertumbuhan Kredit = 0,265 + 0,068 CAR + 0,308 Pertumbuhan DPK + 0,004 Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain + 1,296 Suku Bunga SBI. 1.

Pengaruh variabel CAR terhadap Pertumbuhan Kredit Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,068 dengan

signifikansi sebesar 0,854, dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit ditolak. 2.

Pengaruh variabel pertumbuhan DPK terhadap Pertumbuhan Kredit Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,308 dengan

signifikansi sebesar 0,001, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan DPK berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit diterima. 3.

Pengaruh variabel Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain terhadap Pertumbuhan Kredit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,004 dengan

signifikansi sebesar 0,154, dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit ditolak. 4.

Pengaruh variabel Suku Bunga SBI terhadap Pertumbuhan Kredit Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1,296 dengan

signifikansi sebesar 0,066, dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit ditolak.

19

c.

Pembahasan 1.

Variabel CAR CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, H1 tidak terbukti. Hasil tersebut

berbeda dengan hasil penelitian Kristijadi dan Laksana (2006), dimana CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Dengan meningkatnya CAR tidak serta merta dapat meningkatkan proporsi kredit yang diberikan, hal ini dikarenakan bank juga harus menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. 2.

Variabel Pertumbuhan DPK Pertumbuhan DPK berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit, H2

terbukti. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2009) dan Kristijadi dan Laksana (2006), dimana CAR berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan DPK selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran kredit yang berimbas kepada pertumbuhan kredit perbankan. Semakin tinggi DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya. DPK merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyaluran kredit perbankan. Hal ini dikarenakan fungsi perantara keuangan, DPK merupakan sumber pendanaan yang utama. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2009). 3.

Variabel Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

kredit, H3 tidak terbukti. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristijadi dan Laksana (2006), dimana pertumbuhan simpanan dari bank lain tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Simpanan dari bank lain merupakan dana pihak kedua yang berasal dari kewajiban bank kepada bank lain, baik di dalam negeri, maupun diluar negeri dalam bentuk giro, tabungan, Interbank Call Money, deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis. Yang penyaluran dananya digunakan oleh bank ketika ada keperluan mendesak. 4.

Variabel Suku Bunga SBI Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, H4 tidak terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2009) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap suku

20

bunga SBI. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga SBI selama penelitian tidak mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan namun dalam tingkat yang tidak signifikan. Suku bunga SBI tentunya berpengaruh terhadap suku bunga kredit, meskipun suku bunga kredit masih berada pada kisaran yang cukup tinggi, namun permintaan masyarakat akan kredit tetap ada.

1.

Variabel CAR CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, H1 tidak terbukti. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Kristijadi dan Laksana (2006), dimana CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Dengan meningkatnya CAR tidak serta merta dapat meningkatkan proporsi kredit yang diberikan, hal ini dikarenakan bank juga harus menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank.

2.

Variabel Pertumbuhan DPK Pertumbuhan DPK berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit, H2 terbukti. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2009) dan Kristijadi dan Laksana (2006), dimana CAR berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan DPK selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran kredit yang berimbas kepada pertumbuhan kredit perbankan. Semakin tinggi DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya. DPK merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyaluran kredit perbankan. Hal ini dikarenakan fungsi perantara keuangan, DPK merupakan sumber pendanaan yang utama. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2009).

3.

Variabel Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, H3 tidak terbukti. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristijadi dan Laksana (2006), dimana pertumbuhan simpanan dari bank lain tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Simpanan dari bank lain merupakan dana pihak kedua yang berasal dari kewajiban bank kepada bank lain, baik di dalam negeri, maupun diluar negeri dalam bentuk giro, tabungan, Interbank Call Money,

21

deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis. Yang penyaluran dananya digunakan oleh bank ketika ada keperluan mendesak. 4.

Variabel Suku Bunga SBI Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, H4 tidak terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2009) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap suku bunga SBI. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga SBI selama penelitian tidak mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan namun dalam tingkat yang tidak signifikan. Suku bunga SBI tentunya berpengaruh terhadap suku bunga kredit, meskipun suku bunga kredit masih berada pada kisaran yang cukup tinggi, namun permintaan masyarakat akan kredit tetap ada.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan DPK, pertumbuhan simpanan dari bank lain, tingkat suku bunga SBI, dan CAR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode 2006-2010. Perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel pertumbuhan kredit sebesar 16,7 persen disebabkan oleh oleh variabel pertmbuhan DPK, pertumbuhan simpanan dari bank lain, tingkat suku bunga SBI, dan CAR secara bersama-sama, sedangkan sisanya 83,3 persen disebabkan oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini yang diperkirakan

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan

kredit

bank-bank

umum

konvensional di Indonesia. Dengan demikian hipotesis penelitian pertama yang menyatakan

bahwa

secara

bersama-sama

(serempak)

pertumbuhan

DPK,

pertumbuhan simpanan dari bank lain, tingkat suku bunga SBI, dan CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 2006-2010 dapat diterima. 2. CAR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 20062010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan CARsecara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 2006-2010 ditolak.

22

3. Pertumbuhan DPK secara parsial mempunyai pengaruh positif

yang signifikan

terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvesional di Indonesia periode tahun 2006-2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan pertumbuhan DPK secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 2006-2010 diterima. 4. Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvesional di Indonesia periode tahun 2006-2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan pertumbuhan Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 2006-2010 ditolak. 5. Suku Bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvesional di Indonesia periode tahun 2006-2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan Suku Bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum konvensional di Indonesia periode tahun 2006-2010 ditolak. 6. Diantara Pertumbuhan DPK, pertumbuahn simpanan dari bank lain, tingkat suku bunga SBI, dan CAR yang mempunyai pengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan kredit adalah pertumbuhan DPK karena mempunyai nilai t hitung sebesar 3,608. Lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. 5.2

Keterbatasan Penulisan Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu : Hasil penelitian menunjukan betapa kecilnya pengaruh CAR, Pertumbuhan DPK,

Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap variabel dependennya yaitu pertumbuhan kredit yang dapat diterangkan oleh model regresi sebesar 16,7% dan sisanya sebesar 83,8% dipengeruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Penelitian ini juga terbatas pada perusahaan perbankan bank umum konvensional yang terdaftar pada BEI periode 2006-2010 sehingga masih banyak perusahaan perbankan yang belum masuk dalam penelitian ini.

23

5.3

Saran Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini untuk pihak-pihak

yang berkepentingan dimasa mendatang demi pencapaian manfaat yang optimal, dan pengembangan dari hasil penelitian berikut : 1.

Bagi Pihak Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan faktor yang mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin besar DPK yang berhasil dihimpun maka semakin besar pula jumlah kredit yang disalurkan. Maka dari itu Bank Umum malkukan penghimpunan DPK lebih optimal. hal ini dapat dilakukan antara lain dengan program hadiah yang menarik, sales people dan service people yang qualified, suku bunga simpanan yang menarik, dan jaringan layanan yang luas dan mudah diakses guna menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya. Penyaluran kredit merupakan alokasi DPK yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan diamping sebagai bentuk tanggung jawab moral perbankan atas DPK yang berhasil dihimpun dari masyarakat.

2.

Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit. Pada penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambahkan tahun observasi.

24

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica, Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No.2, November 2005. Anggrahini, Dewi. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan pada Bank Umum di Indonesia Periode 1994.1-2003.4. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang. Haryati, Sri. 2009. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 13, No 2 Mei 2009, hal 229-310. Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Pt Bumi Aksara. Kasmir, 2001. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Edisis revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kristijadi, Emanuel, Krisma Bayu Laksana. 2006. Pengaruh Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain, Tingkat Suku Bunga SBI, dan CAR terhadap Pertumbuhan Kredit pada Bank-Bank Pemerintah. Kompak, Vol. 13, Suplemen No.1 Oktober 2006, hal 249-264. Manurung, Mandhala, Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta Penertbitan FE UI. Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun). Bisnis Startegi Vol. 14 No.1, Juli 2005. Meydianawathi, Luh Gede. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan pada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Mongid, A. 2008. The Impact of Monetary Policy On Bank Credit During Economics Crisis : Indonesia Experience. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 12 No. 1, hal 100110. Muljono, Teguh Pudjo. 1996. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Yogyakarta : BPFE. Pratama, Billy Arma. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan. www.google.co.id

25

Setiyati, Tatik. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Dana Pihak Ketig, dan Produk Domestik Bruto terhadap Penyaluran Kredit pada Perbankan di Indonesia. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta : PT Bumi Aksara. Soedarto, Mochamad. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI Semarang). Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 9, No 3, Februari 2011. Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. www.bi.go.id