ISSN 1412-2936 ISSN 1412 - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Analisa Kualitas Pelayanan Serta Pengaruh Terhadap Keputusan Memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan Runik Puji Rahayu Pendekatan Konsep : Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi Mohammad Amir Furqon Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Publik Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Subhan Dan Jamilatus Sirat Peran Kemampuan Inovasi Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Menengah (Ukm) (Survey Pada Usaha Kecil Menengah (Ukm) Dikota Malang) Zainurrafiqi Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Menggunakan Bahan Bakar Minyak Tanah Dan Gas Elpiji Di Desa Pandan Kecamatan Galis Alfi Hasaniyah
Evaluasi Penentuan Harga Jual Dan Pencapaian Target Laba (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan) Rosy Aprieza Puspita Zandra Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Sebagai Dasar Penentuan Penghasilan Kena Pajak Dalam Laporan Keuangan Fiskal Pada Pkp-Ri Kabupaten Pamekasan Siti Salama Amar
Makro
Vol. 2
No. 20
Hlm 1-97
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Pamekasan 08 Nov 2015
ISSN 1412 - 2936
ISSN 1412-2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA
Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM
Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi :
Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue
Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
ISSN 1412-2936 KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email
[email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian.
f. Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel.
2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman.
3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96). 2) Satu sumber kutipan dengan penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96)
dua
3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004) Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
ISSN 1412-2936 b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19). c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013).
5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh:
from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306. c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.
1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316. 2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
ISSN 1412-2936
MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 2 No 20, 8 November 2015
DAFTAR ISI Runik Puji Rahayu Analisa Kualitas Pelayanan Serta Pengaruh Terhadap Keputusan Memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan
1-9
Mohammad Amir Furqon Pendekatan Konsep : Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi
10-22
Subhan dan Jamilatus Sirat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Publik Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
23-44
Zainurrafiqi Peran Kemampuan Inovasi Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Menengah (Ukm) (Survey Pada Usaha Kecil Menengah Dikota Malang)
45-62
Alfi Hasaniyah Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Menggunakan Bahan Bakar Minyak Tanah Dan Gas Elpiji Di Desa Pandan Kecamatan Galis
63-71
Rosy Aprieza Puspita Zandra Evaluasi Penentuan Harga Jual Dan Pencapaian Target Laba (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan)
72-84
Siti Salama Amar Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Sebagai Dasar Penentuan Penghasilan Kena Pajak Dalam Laporan Keuangan Fiskal Pada Pkp-Ri Kabupaten Pamekasan 85-98
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
ISSN 1412-2936
ANALISA KUALITAS PELAYANAN SERTA PENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PT ASURANSI JIWASRAYA PAMEKASAN Runik Puji Rahayu UNIVERSITAS MADURA ABSTRAK Dalam era perdagangan bebas, setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dari pesaing menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh pesaing. Dengan demikian, hanya perusahaan yang berkualitas yang dapat bersaing dan menguasai pasar. Penelitian ini mengambil sampel secara random sebanyak 125 responden dari Masyarakat kecamatan Kota Pamekasan yang menjadi nasabah PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi linear ganda. PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang jasa layanan perasuransian sehingga lebih berorientasi dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Berdasarkan hasil penelitian maka distribusi frekuensi jawaban responden adalah sebagai berikut: Variabel Bebas yaitu pelayanan (X) terdiri-dari: tepat waktu, akurasi pelayanan, kesopanan dan keteraturan, tanggungjawab, kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan. Variabel Terikat yaitu Minat konsumen (Y) dengan indikator: kebutuhan, mencari informasi, evaluasi informasi, keputusan dan evaluasi layanan. Dari hasil penelitian ini disarankan agar PT Asuransi Jiwasraya memberikan pelayanan terbaik terhadap semua nasabahnya. Selain itu PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan juga bisa konsisten berupaya membangun komunikasi dengan para nasabahnya. Komunikasi ini antara lain dengan bagaimana menangani keluhan maupun pujian yang dilontarkan nasabah.Yang kemudian di tindak lanjuti dengan pengawasan yang sangat ketat dan cermat.
PENDAHULUAN PT Asuransi Jiwas Raya adalah suatu lembaga yang melakukan mekanisme pemindahan resiko. Pemegang polis menukarkan ketidakpastiannya dengan kepastian. Dalam membeli asuransi jiwa, pemegang polis terlibat dalam suatu perjanjian yang disebut polis asuransi jiwa dimana tertanggung membayar sejumlah premi dan sebaliknya perusahaan asuransi setuju untuk membayarkan sejumlah uang pertanggungan jika tertanggung meninggal selama masa berlaku polis atau dalam beberapa kasus
tertanggung hidup di akhir masa asuransi. PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang jasa layanan perasuransian sehingga lebih berorientasi dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Untuk mencapai kepuasan nasabah banyak hal lain yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya Pamekasans seperti memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, tepat waktu, menjaga kebersihan, melayani tanpa peduli jabatan, melakukan pekerjaan lebih
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
1
ISSN 1412-2936
dari yang diharapkan nasabah, tetap melakukan komunikasi walau sudah sibuk dengan tugasnya selalu membantu nasabah sehingga nasabah merasa puas. Dengan demikian PT Asuransi Jiwasraya berharap akan memberikan pelayanan terbaik terhadap semua nasabahnya. Selain itu PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan juga secara konsisten berupaya membangun komunikasi dengan para nasabahnya. Komunikasi ini antara lain dengan bagaimana menangani keluhan maupun pujian yang dilontarkan nasabah.Yang kemudian di tindak lanjuti dengan pengawasan yang sangat ketat dan cermat. Nasabah yang betul-betul setia dengan pelayanan PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah nasabah yang puas dengan pelayanan yang diberikan. Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini yang membahas tentang: ” Analisa kualitas pelayanan dan pengaruhnya terhadap keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan” permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh Pelayanan terhadap keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan? Tinjauan Pustaka Pelayanan Pelayanan merupakan faktor yang amat penting untuk mendapat perhatian dalam sikap manusia, apalagi bagi suatu perusahaan seperti Perbankan. Sehubungan dengan hal tersebut, Misbah Sanusi (1998 : 21) menyebutkan bahwa agar para pembeli tidak lari dan dapat berkesan positif maka harus diciptakan
pelayanan yang maksimal, apakah dengan senyum yang penuh bersahabat, apakah dengan tata krama, ataupun dengan menawarkan keperluan para pembeli. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Pada penjualan jasa maka pelayanan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen (costamer yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Norman (1991:14) mengenai karakteristik tentang pelayanan, yakni sebagai berikut: 1. Pelayanan tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi. 2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindakan sosial. 3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan terjadi ditempat yang sama. Karakteristik di atas dapat menjadi dasar bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik. Pengertian yang lebih luas juga disampaikan oleh Daviddow dan Utal (1989:19) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan. Faktor-Faktor dan Strategi Penentu Kualitas Pelayanan . Dimensi pelayanan harus selalu diperhatikan dan ditingkatkan untuk memberikan suatu kepercayaan kepada pelanggan dengan selalu
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
2
ISSN 1412-2936
meningkatkan mutu pelayanan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a. Ketepatan waktu pelayanan b. Akurasi pelayanan c. Kesopanan dan keteraturan serta keramahan d. Tanggung jawab e. Kelengkapan yang berkaitan dengan sarana pendukung f. Kemudahan bagi pelanggan untuk mendapatkan pelayanan g. Kenyamanan dalam memberikan pelayanan Dapat disimpulkan bahwa pelayanan sangat erat hubungannya dengan membangun perilaku pelanggan. Orientasi pelayanan dalam upaya membangun perilaku pelanggan adalah dengan menciptakan budaya pelayanan . Pelayanan sebagai budaya berarti melakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara instansi/organisasi pemberi pelayanan dengan pelanggannya dan dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk menciptakan perilaku pelanggan yang baik. Oleh sebab itu, strategi kualitas pelayanan juga mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan tersebut. Tjiptono (2003:132) menyatakan bahwa strategi kualitas pelayanan atau jasa harus mencakup empat hal sebagai berikut: a. Atribut layanan pelanggan b. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa c. Implementasi Tinjauan Konsumen
Tentang
Kepuasan
Kebutuhan manusia adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat berlindung, keamanan, hak milik, dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar. Mereka membutuhkan hakekat biologis dan kondisi manusia. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan para ahli, salah satunya yang didefinisikan oleh Engel dan kawan-kawan dalam Husein Umar (2002:49), mengatakan bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya yang terdiri – dari atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial, dan referensi serta keluarga. Faktor yang lain adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap . Menurut schnaar pada Tjipto (1999:24) pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Engel (1990) dalam Tjiptono (1997:24) menjelaskan lebih lanjut bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan. Adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (hasil) yang ia rasakan dengan hasilnya. Kepuasan dibagi dua macam, yaitu kepuasan funsional dan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
3
ISSN 1412-2936
kepuasan psikologika. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari sungsi suatu produk yang dimanfaatkan. Sedangkan kepuasan psikologika merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk. Model Perilaku Konsumen Assael (1992:9) menyebutkan bahwa The central component of the model is consumer decesion making, that is the process of perceiving and evaluating brand information., considering how brand alternatives meet the consumer’s needs, and decesion on a brand. Maksudnya adalah komponen utama dari model yaitu pengambilan keputusan konsumen yang merupakan suatu proses mempersepsikan dan mengevaluasi informasi merk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merk memenuhi kebutuhan konsumen dan memutuskan pada sebuah merk.
Swasta dan Handoko (2000:10) yang dimaksud perilaku konsumen adalah kegiatan - kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang - barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatankegiatan tersebut. Dalam mempelajari perilaku konsumen terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik. menurut Kotler dan Handoko (2000:183) menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lainnya serta karateristik pembeli. Gambar dibawah ini adalah pendapat Kotler tentang Proses pembelian model lima tahap sebagai tahapan proses yang dilakukan oleh konsumen sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian
Gambar 2.1 Proses pembelian model lima tahap
Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternative
Keputusan pembelian
Perilaku purna beli
Sumber: Kotler (2000:204)
Model perilaku menurut Assael (1992:10), menunjukkan bahwa pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi oleh individu konsumen yaitu karteristiknya dan apa yang dipikirkan, pengaruh lingkungan dan strategi pemasaran perusahaan.
Proses Pengambilan Keputusan (membeli) Kottler dalam Tjiptono (2000:20) berpendapat bahwa dalam keputusan pembelian barang, konsumen sering ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Pengambilan keputusan (memilih) yang dilakukan konsumen
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
4
ISSN 1412-2936
pada dasarnya untuk melakukan pembelian diawali oleh adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan dari konsumen itu sendiri.Sutisna (2001:16) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : 1. Menganalisa keinginan dan kebutuhan 2. Pencarian informasi dan sumber informasi yang ada 3. Evaluasi berbagai alternatif 4. Keputusan untuk membeli 5. Perilaku setelah pembelian / Evaluasi pasca pembelian Hipotesis Berdasarkan pada pendahuluan dan pokok permasalahan peneletian, maka hipotesa penelitian ini adalah: “Diduga pelayanan yang terdiridari: ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keteraturan pelayanan, tanggungjawab pelayanan, kelengkapan pelayanan, kemudahan pelayanan dan kenyamanan pelayanan mempengaruhi keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan”.
Tehnik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang di buktikan dari kegiatan analisa dalam penelitian ini maka dilakukan pengumpulan data dengan teknik: 1. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya-jawab secara langsung kepada responden. 2. Kuesioner Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalarn penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden. Instrumen ini dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Pengujian Instrumen Data Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengan menggunakan metode korelasi productmoment (pearson correlation ), (Sugiono,2002:277)
n ( ΣXY) – (ΣX . ΣY) r = √ [ ΣX2 – (ΣX)2 ] [n ΣY2 - (ΣY)2 ] dimana : r = X= Y= n =
Korelasi product moment Variabel bebas Variabel terikat Jumlah sampel
Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode cronbach alpha ( Danim,2000:199), yakni: kr α = 1 + (k – 1 ) r
dimana: α = Koefisien reliabilitas k = Koefisien rata –rata korelasi antar variabel r = Jumlah variabel dalam persamaan Sedangkan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
5
ISSN 1412-2936
koefisien reliabilitas (alpha)
adalah
sebagai berikut :
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien reliabilitas (alpha) No Interval Kriteria 1 < 0,200 Sangat rendah 2 0,200 – 0,399 Rendah 3 0,400 – 0,599 Cukup 4 0,600 – 0,799 Tinggi 5 0,800 – 1,00 Sangat tinggi Sumber : Sugiono (2003:96)
Tehnik Analisis Data Dan Uji Hipotesis Tehnik Analisis Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif: 1. Analisis kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang obyek yang akan diteliti, dengan menggunakan skala linkert sebagai berikut : Sangat setuju = 4,51s/d 5,00 Setuju = 3,51 s/d 4,50 Cukup setuju = 2,51 s/d 3,50 Tidak setuju = 1,51 s/d 2,50 Sangat tidak setuju = 1,00 s/d 1,50 2. Analisis kuantitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi obyek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistic yaitu dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana Y =a+bX dimana : Y = variable terikat yang ditentukan oleh besarnya X X = variable bebas yang menentukan besarnya Y b = koefisien korelasi a = nilai kostanta
Uji Hipotesis Sedangkan untuk menguji hipotesa yaitu dengan menggunakan uji t. Adapun uji hipotesisnya adalah sebagai berikut” Menurut Sugiono (2001:154) rumusnya adalah sebagai berikut: bi - bii t = Sbi Dimana, bi = koefisien korelasi ke i bii = parameter ke I yang dihipotesiskan Sbi = kesalahan standart bi Dengan membandingkan t hitung dan t tabel pada α 0,05 maka : 1. t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variable bebas kurang menjelaskan variabel terikatnya 2. t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variable bebasnya dapat menjelaskan variable terikatnya. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dari variabel semua faktor maka untuk mengetahui validitas dari semua variabel maka dilakukan uji validitas semua faktor
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
6
ISSN 1412-2936
yang akan diteliti. Variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r > 0,3.
Adapun hasil uji sebagai berikut:
validitas
adalah
Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Variabel X Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Variabel Y Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5
Indikator
Koefisien Korelasi
Keterangan
Tepat waktu Akurasi pelayanan Kesopanan dan keteraturan Tanggungjawab Kelengkapan Kemudahan Kenyamanan
0,502 0,503 0,604 0,607 0,516 0,608 0,506
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Kebutuhan pelayanan Mencari informasi Evaluasi informasi Keputusan Evaluasi pelayanan
0,511 0,502 0,614 0,528 0,520
Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber data: diolah berdasarkan lampiran
Berdasakan tabel diatas, dari hasil uji validitas ternyata semua indikator variabel valid karena koefisien korelasinya > 0,3) sehingga samua indikator variabel dapat diikutkan dalam proses selanjutnya. b. Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
metode cronbach alpha. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dari instrumen penelitian. Variabel dapat dinyatakan handal apabila koefisien alpha > 0,5, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS Program Versi 16.00 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Keterangan
X
Pelayanan
Y
Minat konsumen
Koefisien Alpha 0,641
Keterangan
0,623
Handal
Handal
Sumber data: diolah berdasarkan lampiran
Semua variabel penelitian yang terdiri-dari Pelayanan (X) dan Minat konsumen (Y) mempunyai tingkat kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5 .
Analisa Diskriptif Berdasarkan hasil penelitian maka distribusi frekuensi jawaban responden adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas yaitu pelayanan (X) terdiri-dari: tepat waktu, akurasi pelayanan, kesopanan dan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
7
ISSN 1412-2936
Analisa Statistik Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16 maka persamaan regresi linear berganda dari penelitian sebagai berikut: a. Persamaan Regresi Liner Berganda
keteraturan, tanggungjawab, kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan. b. Variabel Terikat yaitu Minat konsumen (Y) dengan indikator: kebutuhan, mencari informasi, evaluasi informasi, keputusan dan evaluasi layanan.
Coefficients Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model 1
a
B (Constant) X
Std. Error
Beta
3.342
.452
.562
.105
t
.188
Sig. 7.388
.000
8.124
.036
a. Dependent Variable: Y Sumber data: diolah dari lampiran
Berdasarkan tabel cofficients, dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 3,342 + 0,562 X + E Nilai kontanta sebesar 3,342 hal ini berarti bahwa pada saat X sama dengan nol maka kinerja
sebesar 3,342. Koefisien variabel pelayanan (X) sebesar 0,562 hal ini berarti bahwa bilamana variabel pelayanan (X) dinaikkan satu – satuan maka akan menaikkan kinerja sebesar 0,562 atau 54,0%.
Nilai R b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.788
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.510
.028
Durbin-Watson
.29062
1.796
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y Sumber data: diolah dari lampiran
Hasil perhitungan R pada table diatas, yaitu menunjukkan gambaran pengaruh antara variable bebas yang terdiri – dari pelayanan (X) terhadap variable terikat yaitu keputusan memilih (Y). Nilai R sebesar 0,788
atau 78,8% yaitu menggambarkan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat bersifat searah dan kuat. Sedangkan nilai R squared atau determinan R sebesar 0,510 atau 51,0% pengaruh secara
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
8
ISSN 1412-2936
simultan sedangkan sisanya (100% 51,0% = 49%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Uji t Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung untuk variabel pelayanan (X) sebesar 8,124 dan kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung > t tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pelayanan (X) berpengaruh terhadap keputusan memilih (Y) dapat dibuktikan kebenarannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan pelayanan (X) berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu minat konsumen (Y) dengan nilai R sebesar 0,778 atau 77,8%. 2. Dari hasil perhitungan dari variabel bebas yaitu pelayanan (X) memberikan pengaruh terhadap minat konsumen (Y) dapat dibuktikan kebenarannya. 3. Nilai R squared atau determinan R sebesar 0,510 atau 51,0% pengaruh secara simultan sedangkan sisanya (100% - 51,0% = 49%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Danim dalam Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Edisi
Kedua, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Djarwanto Ps, Pangestu Subagyo, 1995, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta Engel,James, 1994, Perilaku konsumen, Edisi Ke Enam,jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta Fandy Tjiptono, 2003, Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Kerlinger, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Lukman Denda Wijaya, 2006, Majalah Bulanan Internal BCA Misbah Sanusi, 1998, Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Sudharmanto, 2005, Analisa Regresi Linear Berganda Dengan SPSS, Liberty, Yogyakarta Santoso Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS statistic Parametrik, Alek Media Komputindo, Jakarta Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Sugiono, 2003, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Schnaar, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Husein Umar, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Yarnest, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Zeithmal, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
9
ISSN 1412-2936 PENDEKATAN KONSEP : PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KINERJA MELALUI KOMITMEN ORGANISASI
Mohammad Amir Furqon Universitas Madura Email:
[email protected]
ABSTRAK Karya tulis ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antar variabel yang terdiri atas karakteristik pekerjaan sebagai variabel bebas dan kinerja sebagai variebel terikat melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Melalui pembahasan beberapa variabel dalam karya tulis ini sangat diharapkan bisa menambah khasanah keilmuan khususnya bidang manajemen sumber daya manusia. Kata Kunci: Karakteristik Pekerjaan, Kinerja, Komitmen Organisasi Keberadaan manusia, dalam hal ini
PENDAHULUAN Sebuah perubahan (change) dalam
adalah
tenaga
kerja,
pada
sebuah
kehidupan adalah mutlak terjadi, sekalipun
organisasi memiliki posisi yang sangat vital
dalam
dalam
sebuah
organisasi.
Putaran
pencapaian
tujuan
organisasi.
perubahan tersebut sifatnya berkelanjutan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki
dan hal ini sudah menjadi sifat dasar dari
perlu dikelola atau di-manage dengan baik.
kehidupan organisasi serta merupakan
Dalam
harapan dari karyawan. Semua organisasi
sumberdaya manusia, agar menghasilkan
mengoperasikan dan mencari dukungan di
karyawan profesional dengan integritas
lingkungan yang secara konstan berkaitan
tinggi, diperlukan suatu acuan baku yang
dengan sebuah perubahan. Revolusi dan
diberlakukan oleh suatu organisasi. Acuan
evolusi dalam hal tehnologi, globalisasi,
baku ini dapat memberikan gambaran
hingga
organisasi
fragmentasi
pasar
secara
konteks
dalam
pemberdayaan
menentukan
langkah
fundamental telah mengubah sifat dari
serta merumuskan strategi untuk mencapai
organisasi. Secara simultan, tenaga kerja
tujuan organisasi.
yang timbul akibat perubahan-perubahan
Pada akhirnya, kesuksesan sebuah
tersebut ikut berubah menjadi lebih mobil,
organisasi tidak hanya tergantung pada
terdidik, beragam dalam pekerjaan serta
bagaimana
organisasi
menghasilkan
mempunyai lebih banyak pilihan hidup
kompetensi
manusia,
tetapi
daripada masa sebelumnya (Stum et al.,
bagaimana
organisasi
2001).
stimulus komitmen terhadap organisasi itu
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
juga
memberikan
Page 15 10
ISSN 1412-2936 sendiri. Komitmen organisasi menjadi hal
besar adalah konsekuensi dari otomasi dan
yang penting mengingat pada lingkungan
teknologi
perusahaan,
pengelolaan
baik
internal
maupun
baru.
Oleh
secara
baik
eksternal, selalu mengalami perubahan
perubahan
yang berkelanjutan. Keefektifan organisasi
penting bagi suatu organisasi.
sering
implementasi
Berangkat
dari
perubahan. Dan hampir semua organisasi
dipandang
perlu
selalu
penelitian
kali
menuntut
memperkenalkan
perubahan-
beserta
karena
terhadap
komitmen
uraian
adalah
diatas,
untuk
itu
maka
mengadakan
guna
mengetahui:
perubahan kecil yang adaptif. Karena
“PENDEKATAN KONSEP : PENGARUH
perubahan-perubahan yang terjadi dalam
KARAKTERISTIK
lingkungan
TERHADAP
perusahaan
membawa Meskipun
dampak sebagian
seringkali ketidakpastian.
harus
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang
adaptif,
yang
terhadap
perubahan
dan
adalah
organisasi
yang
pelanggan,
yang
mendapatkan komitmen dan pengendaliandiri
karyawan.
Komitmen
bersama-sama dengan berkompeten, menentukan
adalah suatu
MELALUI
KOMITMEN ORGANISASI ”.
bahkan menyakitkan. tanggap
KINERJA
melakukan
perubahan secara luas, komprehensif dan Organisasi
PEKERJAAN
yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan 1.
organisasi
untuk
dalam
Apakah terdapat pengaruh secara langsung yang signifikan karakteristik
pekerja yang dalam
diangkat
penelitian ini adalah :
pegawai,
penting
yang
pekerjaan terhadap kinerja? 2.
Apakah terdapat pengaruh secara tidak langsung yang signifikan antara
mampu bersaing di dalam mutu dan
karakteristik
pekerjaan
terhadap
sepakat untuk perubahan. Keterampilan
kinerja yang ditengahi oleh komitmen
yang diperlukan di dalam organisasi sudah
organisasi?
berubah selama 15 tahun terakhir sebagian
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 11 16
ISSN 1412-2936
Tabel Jabaran Variabel penelitian Variabel
Indikator
Variabel bebas: Karakteristik Pekerjaan (X1)
Variasi ketrampilan Identitas tugas Arti tugas Otonomi tugas Umpan balik (Hackman dan Oldham ,1975 dalam Kwon dan Banks, 2004)
Variabel Interfening : Komitmen Organisasi (X2)
Identifikasi Keterlibatan Kesetiaan (Mowday dan Steers, 1979 dalam Brewer, 1996)
Variabel terikat : Kinerja (Y)
Kinerja Perilaku Pengetahuan teknis Penjualan adaptif Kerjasama Kelompok Perencanaan Penjualan Dukungan terhadap Penjualan Kinerja Hasil Penguasaan pasar Keuntungan dari penjualan produk Target dan sasaran yang dicapai (Nigel F Piercy, David W. Cravens and Neil A. Morgan, 1998)
KAJIAN PUSTAKA
dan
A. Kajian Empiris
karakteristik pribadi sebagai salah satu
1. Penelitian
Terdahulu
Tentang
Beukhof,
tersebut
mencantumkan
antecedents komitmen organisasi. Namun dalam model penelitian ini karakteristik
Komitmen Penelitian ini merupakan penelitian
pribadi justru dihilangkan, karena hasil
rekonstruktif dengan mengadaptasi model
penelitian Nijhof, de Jong dan Beukhof,
dari
(1998)
penelitian
Beukhof,
Nijhof,
de
Jong
dan
tersebut
pribadi
dan Suliman
(2002),
peneliti
menggunakan
model
mempunyai hubungan yang kuat dengan
kerangka kerja dari penelitian tersebut
komitmen organisasi. Selain itu literatur
sebagai dasar dalam model kerangka kerja
rujukan yang lain juga menyebutkan bahwa
penelitian ini. Penelitian Nijhof, de Jong
karakteristik
pribadi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
ternyata
bahwa
(1998)
karena
karakteristik
menyatakan
tidak
tidak
memainkan
Page 17 12
ISSN 1412-2936 peranan yang kuat dalam menentukan
terhadap perusahaannya (Chow et al,
komitmen (Morris et al., 1993 dalam Nijhof,
1994). Disinyalir bahwa semakin tinggi
de Jong dan Beukhof, 1998).
komitmen
karyawan,
maka
akan
Kemudian peneliti merujuk pada
semakin besar loyalitas, produktifitas,
model penelitian komitmen – kinerja dari
dan tanggung jawab lebih terhadap
beberapa penelitian terdahulu (Putteril dan
suatu
Rohrer, 1995; Suliman dan Iles, 2000;
organisasi. Komitmen dapat diartikan
Suliman, 2002; serta Maxwell dan Steele,
sebagai
2003).
tinggal Walaupun
peneliti
hal
yang
berkaitan
keinginan di
dengan
karyawan
(dalam)
untuk
organisasi,
menggunakan
penggunaan hasil usaha dalam bekerja
adaptasi model dari penelitian Nijhof, de
selagi mereka juga menerima tujuan-
Jong, dan Beukhof, (1998) dan Suliman
tujuan dari organisasi.
(2002) yang direkonstruksi, peneliti tidak serta
merta
menggunakan
indikator-
indikator dalam penelitian tersebut. Karena beberapa
rujukan
theory-nya
menyebutkan
masing-masing
grand
menyangkut
indikator dari antecedents dan outcomes dari komitmen organisasi. dan persamaan yang tersebut diatas, penelitian ini menggunakan analisis jalur, meneliti
langsung
hubungan
maupun
tak
baik
secara
langsung
dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan analisis jalur ini diharapkan dapat membantu
menguji model
jalur
untuk
mengetahui kongruensinya dengan data yang diperoleh.
serta
Jackson
(2001)
berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah
tingkat
kepercayaan
dan
penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut. Brewer
Terlepas dari beberapa perbedaan
untuk
Mathis
(1996)
menyatakan
komitmen
organisasi sebagai sebuah kesediaan para karyawan untuk memberikan kontribusi usaha kepada sistem kerjasama dalam organisasi.
Sedangkan
mendefinisikan
Cascio
komitmen
(2003)
organisasi
sebagai suatu penghubung atau obligasi; ikatan
dari
suatu
individu
kepada
organisasi yang membuatnya sukar untuk meninggalkan organisasi tersebut. Dalam literatur yang lain, komitmen organisasi didefinisikan sebagai kekuatan
Kajian Teori
relatif dari identifikasi individu dengan/dan
Komitmen Organisasi Komitmen
penyertaan pada organisasi (Mowday et al, organisasi
telah
mendapatkan perhatian khusus oleh para peneliti dan praktisi. Pertumbuhan produktivitas Jepang yang sangat tinggi dapat dijelaskan salah satunya karena dedikasi
karyawan
dan
1982 dalam Nijhof, de Jong dan Beukhof, 1998). Sedangkan Chow (1994); Rowland dan Ferris dalam Awamleh (1996); serta Porter (1974) dalam Maxwell dan Steele (2003) mendefinisikan komitmen organisasi
loyalitas
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 18 13
ISSN 1412-2936 sebagai kekuatan identifikasi individual dan
pengukuran
penyertaan
mempengaruhi komitmen.
terhadap
organisasi
serta
mempunyai tiga faktor karakteristik :
Elizur
Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi
tetap menjadi anggota organisasi Beberapa
model
1998; Suliman dan Iles, 2000; Suliman, Putteril
dan
Rohrer,
komitmen
dengan
kinerja
(commitment – performance model). model
hubungan
ini
menggambarkan kinerja sebagai hasil dari komitmen dan kondisi-kondisi yang mendahului
(antecedents)
sebelum
timbul adanya komitmen. Lebih lanjut hal ini dapat menjadi generalisasi bahwa kinerja merupakan salah satu hasil (outcomes) dari komitmen organisasi.
sebagai suatu variabel yang terdahulu seperti
Yang
umur,
masa
jabatan, jenis kelamin dan pendidikan seperti perputaran tenaga kerja, niat untuk
meninggalkan
pekerjaan
dan
ketidakhadiran. Mowday (1982) dalam Nijhof, de Jong dan
Beukhof
empat
Mempengaruhi
(1998)
kategori
menyarankan
variabel
yang
mempengaruhi komitmen : karakteristik pribadi,
karakteristik
pekerjaan,
pengalaman pekerjaan dan karakteristik struktural/organisasi;
dan keempatnya
itu yang paling sering disebut, walaupun pada akhirnya banyak dari penelitian yang
menyebutkan
pekerjaan
sebagai dalam
karakteristik
penyebab
yang
menentukan
komitmen.
Komitmen
Stum (2001) mengajukan asumsi
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
komitmen organisasi sungguh berbeda dilihat dari asal dan alam mereka (Steers,
1977
Steele,
2003).
dalam
Maxwell
Dikarenakan
dan
luasnya
teori dan keragaman dari antecedents, maka
area
pekerjaan, telah diteliti dari beberapa
terpenting Karakteristik
dalam
1995)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan
Dimana
terutama
bahwa
dan sebagai peramal berbagai hasil
penelitian
terdahulu (Nijhof, de Jong dan Beukhof,
antara
komitmen,
mengatakan
(antecedents)
Keinginan yang kuat untuk ingin
2002;
(1996)
yang
perspektif. Komitmen telah bertindak
Kemauan untuk memberikan usaha ekstra terhadap organisasi
variabel
pengkategorian
karakteristik-karakteristik
terhadap tersebut
sangatlah bermanfaat dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
teori model hierarki komitmen organisasi. Dalam
teori
ini
disebutkan
bahwa
komitmen dikendalikan oleh kebutuhan tenaga
kerja
Penghargaan,
(Keamanan Afiliasi,
Kerja,
Pertumbuhan,
Work/life harmony) – sebuah tinjauan kembali terhadap teori kebutuhan Maslow. Sementara Maxwell dan Steele (2003) dalam penelitiannya berpendapat bahwa karakteristik pekerjaan dan pengalaman
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 19 14
ISSN 1412-2936 kerja merupakan dua karakteristik yang
Melihat berbagai macam karakteristik
terpenting dalam memberikan harapan
yang mempengaruhi komitmen tersebut
terbentuknya komitmen, khususnya dalam
diatas
mengambil obyek sampel pada manajer
dengan
hotel.
penelitian yang ada, maka Peneliti
dan
kemudian
disesuaikan
keterbatasan-keterbatasan
Nijhof, de Jong dan Beukhof, (1998)
dalam penelitian ini memutuskan bahwa
mengutarakan
karakteristik-karakteristik
pendapat
penelitiannya
bahwa
karakteristik
yang
dalam
karakteristik-
terpenting
dalam
mempengaruhi terbentuknya komitmen
mempengaruhi
yang
komitmen
organisasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
adalah karakteristik pribadi, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik organisasi. Hal
ini
mempunyai
Karakteristik Pekerjaan
kemiripan
Dalam
beberapa
studi
ditarik
dengan penelitian Awamleh (1996), yang
kesimpulan bahwa karakteristik pekerjaan
menyebutkan bahwa terdapat hubungan
adalah
lemah dan negatif antara jenis kelamin,
memprediksi komitmen (Nijhof, de Jong
umur, lama jabatan dan pendidikan dengan
dan Beukhof, 1998). Sementara Maxwell
komitmen serta adanya hubungan lemah
dan Steele (2003) menyarankan teori
positif antara komitmen dan tingkatan
karakteristik pekerjaan yang berupa :
organisasi.
yang
paling
1. Lingkup
penting
dalam
pekerjaan
yang
Porter et al. (1974) dalam Kwon
mengijinkan beberapa tantangan
dan Banks (2004) menggunakan daftar
tetapi tidak melibatkan beban
pertanyaan komitmen organisasinya untuk
pekerjaan
mengukur tingkat komitmen organisasi,
adalah penting dalam memberi
kemudian
harapan kepada komitmen.
ditemukan
antecendents
yang
bahwa
beberapa
signifikan
dengan
komitmen organisasi antara lain adalah : 1. 2. 3.
yang
2. Menghindarkan
terlalu
pertentangan
peranan, dan mungkin kerancuan
variabel masa jabatan dan jenis
peran,
kelamin demografis;
membangkitkan komitmen.
karakteristik pekerjaan, umpan balik
berat
adalah
penting
untuk
Lebih lanjut Maxwell dan Steele
dan variasi ketrampilan; dan
(2003) menyebutkan bahwa karakteristik
karakteristik organisasi, berkaitan
pekerjaan tersebut terdiri dari lingkup
dengan keterkaitan dan dukungan
pekerjaan,
terhadap
kerancuan peran. Disebutkan dalam hasil
kesempatan komunikasi.
organisasi, promosi,
sikap, dan
penelitiannya
pertentangan ketiga
peran,
indikator
dan
tersebut
memiliki kesesuaian antara riset empirik dengan literaturnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 20 15
ISSN 1412-2936 Penelitian
ini
merujuk
pada
digunakan
pernyataan Robbins (1996) dan Hackman
dalam
menyelesaikan pekerjaan itu.
dan Oldham (1975) dalam Kwon dan
(5) Umpan balik : sejauh mana
Banks (2004) yang menunjukkan bahwa
pelaksanaan
pribadi dan hasil pekerjaan yang positif
pekerjaan yang dituntut oleh
diperoleh
pekerjaan
manakala
suatu
pekerjaan
kegiatan
itu
menghasilkan
tersebut mempunyai tingkat tinggi untuk
diperolehnya
lima dimensi pekerjaan inti, yang juga
langsung
banyak dikenal sebagai model karakteristik
individu mengenai keefektifan
pekerjaan model)
–
(JCM
dari
Job
Hackman
Characteristic dan
informasi
dan
jelas
oleh
karyawannya.
Oldham
sebagaimana berikut ini : (1) Variasi ketrampilan :
sejauh
mana pekerjaan itu menuntut keragaman
kegiatan
yang
berbeda sehingga pekerja itu dapat menggunakan sejumlah keterampilan dan bakat yang berbeda. pekerjaan
itu
menuntut
diselesaikannya
sepotong
kerja yang utuh dan dapat dikenali. pekerjaan
:
sejauh
itu
mana
mempunyai
dampak yang cukup besar kehidupan
atau
pekerjaan orang lain. pekerjaan
itu
memberikan
kebebasan,
perusahaan.
negatif
Benkoff
pada
(1997)
secara
umum memberikan asumsi hasil dari komitmen adalah tidak adanya konflik Maxwell
dan
menyebutkan
Steele bahwa
(2003) komitmen
karyawan bisa menjadi instrumen yang penting dalam mengembangkan kinerja norma-norma dan tujuan organisasi. Suliman
dan
Iles
(2000)
dalam
penelitiannya juga mengatakan bahwa komitmen
organisasi
mempunyai
karyawan. Putterill dan Rohrer (1995) juga
menggunakan
pengembangan
model komitmen – kinerja (C-P Model)
ketidaktergantungan,
dan
keleluasaan yang cukup besar individu
menjadwalkan tersebut
maupun
hubungan yang tinggi terhadap kinerja
(4) Otonomi tugas : sejauh mana
kepada
positif
karyawan, selain berupa proses adopsi
tugas
pada
Komitmen memberikan hasil yang baik
dari keinginan dan mentaati perubahan.
(2) Identitas tugas : sejauh mana
(3) Arti
Hasil dari Komitmen Organisasi
dalam pekerjaan
dan
untuk melihat tingkat kinerja sebagai hasil dari komitmen. Model komitmen – kinerja
digunakan
dalam
penelitian
Putteril dan Rohrer (1995); Suliman dan
dalam
menentukan prosedur untuk Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 21 16
ISSN 1412-2936 Iles (2000); serta Maxwell dan Steele
kooperatif karyawan. Beberapa dimensi
(2003).
kinerja tersebut
Chow
(1994)
menyebutkan
bahwa
komitmen menunjuk ke arah keinginan untuk
tinggal
di
dalam
tujuan/kecenderungan
tinggal,
ingatan keanggotaan, kehadiran dan kinerja. Oleh karena itu, komitmen organisasi
sering
dilihat
sebagai
peramal perputaran dan ketidakhadiran yang
dapat
dipercaya.
Sementara
Nijhof, de Jong dan Beukhof (1998) mencatat
bahwa
memberikan
komitmen
efek
tergantung dari kriteria pekerjaan spesifik yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dalam
organisasi,
untuk
positif
dapat
terhadap
peningkatan
kualitas
kerja,
pengembangan
komunikasi
dalam
organisasi, serta keinginan yang tinggi
adalah berbeda karena
perspektif
keefektifan
kinerja
dalam penelitian ini
peneliti membagi
hasil-hasil (outcomes) dari komitmen organisasi adalah sebagai berikut ini : Kinerja Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai melaksanakan
tugasnya
sesuai
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mathis dan Jackson (2001) berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Termasuk di dalamnya adalah adalah kuantitas dan kualitas dari output jangka
karyawan
merupakan hasil dan tujuan dari komitmen. Maxwell dan Steele (2003) mengatakan bahwa efek dari komitmen terhadap kinerja karyawan asumsi
kebanyakan dasar
dan
masih tidak
berupa konklusif.
Kurangnya bukti-bukti praktis merupakan salah satu faktor yang membuat sulit kesimpulan-kesimpulan
definitif
dari
hubungan tersebut. Meskipun demikian,
Maxwell dan
Steele (2003) berpendapat bahwa terdapat terbentuk.
Berdasarkan beberapa rujukan di atas,
beserta
dari
beberapa teori hubungan/posisi yang bisa
untuk berubah.
dalam
organisasional,
waktunya,
juga
sikap
Pertama,
komitmen
mempengaruhi kinerja; bahwa karyawan yang berkomitmen akan lebih tekun dalam melengkapi tugas-tugas yang diberikan dan dalam keberhasilan mencapai tujuan, sedangkan
karyawan
berkomitmen
tidak
(Salancik,1977
yang
akan
dalam
tidak
seperti
Maxwell
itu dan
Steele,2003). Kedua, hasil dari komitmen adalah kualitas jasa yang ditampilkan oleh organisasi (Iverson et al., 1996 dalam Maxwell
dan
penerimaan menjadi
Steele
2003).
Ketiga,
terhadap
perubahan
bisa
konsekuensi
langsung
dari
komitmen (Iverson et al., 1996 dalam Maxwell
dan
Steele
karyawan
yang
pimpinan
mereka
mempercayainya
2003)
dimana
berkomitmen
pada
kebanyakan
akan
dan
menerima
perubahan yang mempengaruhi mereka. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 22 17
ISSN 1412-2936 Keempat,
komitmen
dalam
hal
ini
Kinerja
yang –
diilhami
komitmen individu akan mengasumsikan
organisasi
peran tanggungjawab ekstra (O’Reilly dan
komitmen dapat meningkatkan
Chatman,1986 dalam Maxwell dan Steele
capaian kerja karyawan.
2003).
artinya
oleh
Pengambil-alihan
bahwa
tugas
pekerjaan ekstra – komitmen Dalam model penelitian Suliman
secara
positif
dan Iles dimensi kinerja ini mempunyai
hubungan
hubungan
timbal
komitmen
organisasi
balik
organisasi
adalah
proses
dengan
adopsi aktivitas peran ekstra
maupun
dengan
dalam organisasi.
sendiri. Disebutkan oleh Suliman dan Iles antecendents
dengan
baik
antecendents dari komitmen organisasi itu bahwa
mempunyai
dari
iklim
komitmen
kerja
(work
climate). Variabel kinerja dalam penelitian Suliman dan Iles tersebut diukur dengan menggunakan immediate supervisor rating system.
KERANGKA
KERJA
KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK) Penelitian dengan
ini
bersifat
mendasarkan
rekonstruktif, pada
model
penelitian commitment-effect Nijhof, de Jong, dan Beukhof (1998) serta model penelitian Suliman (2002) yang terlihat pada gambar berikut :
Sedangkan Maxwell dan Steele (2003) mengajukan item-item dari variabel kinerja sebagai berikut :
Karakteristik Pekerjaan (X1) Kinerja (Y)
Komitmen Organisasi (X2) Gambar 3.1 Model Penelitian (disadur dari Nijhof, de Jong, dan Beukhof , 1998)
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 23 18
ISSN 1412-2936 Dari gambar diatas, dapat ditarik suatu
Management Development, Vol. 15
konsep kerangka kerja bahwa variabel
No. 5, pp. 65-74. Diakses dari
karakteristik
www.emeraldinsight.com
pekerjaan
(X1)
bisa
berpengaruh secara langsung terhadap variabel
kinerja
(Y)
dan
karakteristik
pekerjaan
berpengaruh
secara
terhadap
variabel
variabel
intervening
variabel
Benkhoff,
Birgit.
1997.
Disentangling
Organizational Commitment – The
langsung
Dangers of the OCQ for Research
melalui
and Policy. MCB University Press :
komitmen
Personnel Review, Vol. 26 No. 1/2,
kinerja yaitu
25 September 2005.
bisa
juga
tidak
tanggal
organisasi (X2).
pp.
114-131.
Diakses
www.emeraldinsight.com
KESIMPULAN DAN SARAN
dari tanggal
15 Oktober 2005. Berdasarkan
hasil
penelitian
seperti
yang telah diuraikan maka dapat ditarik suatu
konsep
bahwa
pekerjaan
bisa
langsung
terhadap
berpengaruh kinerja
karakteristik
pekerjaan
berpengaruh
secara
terhadap
karakteristik
kinerja
dan
juga
tidak
melalui
secara bisa
langsung komitmen
organisasi. Disarankan
Brewer,
Ann
M.
Commitment
1996.
Developing
Between
Managers
and Employees. MCB University Press
:
Journal
of
Managerial
Psychology, Vol. 11 No. 4, pp. 2434.
Diakses
dari
www.emeraldinsight.com
tanggal
15 Oktober 2005. Boselie, Paul dan Ton van de Wiele. 2002.
dalam
penelitian
untuk
Employee perceptions of HRM and
menguji conceptual framework pada
TQM,
and
organisasi bisnis manufaktur dan jasa
Satisfaction and Intention to Leave.
untuk meningkatkan sumbangan ilmu
MCB
khususnya manajemen sumber daya
Service Quality Vol. 12 No. 3 pp.
manusia.
165
UP –
The
Effects
Limited 172.
:
on
Managing
Diakses
www.emeraldinsight.com
dari tanggal
25 September 2005. DAFTAR RUJUKAN Arikunto,
Brooks, Gordon. 2002. Knowledge-based
Suharsimi.
Penelitian:
1998.
Suatu
Prosedur Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Awamleh, Nail A.H.K. 1996. Organizational Commitment
of
Civil
Service
Managers in Jordan: a Field Study. MCB University Press : Journal of
Structure
and
Organisational
Commitment. MCB UP Limited : Management Decision Vol. 40 / 6, pp.
566-573.
Diakses
www.emeraldinsight.com
dari tanggal
15 September 2005. Carmeli, Abraham. 2005. The Relationship Between
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Organizational
Culture
Page 24 19
ISSN 1412-2936 and
Withdrawal
Behavior.
Intentions
Emerald
and
Elizur, Dov. 1996.
Work Values and
Group
Commitment. MCB University Press
Publishing Limited : International
: International Journal of Manpower,
Journal of Manpower Vol. 26 No. 2,
Vol. 17 No. 3, pp. 25-30. Diakses
pp.
dari
177-195.
Diakses
www.emeraldinsight.com
dari tanggal
25 September 2005.
www.emeraldinsight.com
tanggal 15 September 2005. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.
Carmeli, Abraham dan David Gefen. 2005.
1999. Metodologi Penelitian Bisnis
The Relationship Between Work
– Untuk Akuntansi dan Manajemen.
Commitment Models and Employee
Yogyakarta : BPFE.
Withdrawal
Intentions.
Emerald
Kerlinger,
Fred
N.
1996.
Asas-asas
Group Publishing Limited : Journal
Penelitian Behavioral. Yogyakarta :
of Managerial Psychology Vol. 20
Gadjah Mada University Press.
No. 2, pp. 63-86. Diakses dari www.emeraldinsight.com
tanggal
25 September 2005.
Kwon, Ik-Whan G and Doyle W. Banks. 2004. Factors Related To The Organizational
and
Professional
Commitment of Internal Auditors. © Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human
Emerald Group Publishing Limited :
Resources : Productivity, Quality of
Managerial Auditing Journal Vol. 19
Work Life, Profits. New York: Mc
No. 5 pp. 606-622. Diakses dari
Graw-Hill.
www.emeraldinsight.com
Chow, Irene Hau-siu. 1994. Organizational Commitment
and
Career
Development of Chinese Managers in Hong Kong and Taiwan. MCB University
Press
:
tanggal
16 November 2005. Luthans,
Fred.
1995.
Organizational
Behavior – 7th edition. Singapore : McGraw-Hill Book Co.
International
Mathis, Robert L & John J. Jackson. 2001.
Journal of Career Management Vol.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
6 No. 4, pp. 3-9. Diakses dari
Jakarta : PT
www.emeraldinsight.com
Patria.
tanggal
15 September 2005.
Maxwell, Gillian & Gordon Steele. 2003.
Curtis, Susan dan Dennis Wright. 2001. Retaining Employees - The Fast Track to Commitment. Management Research News Volume 24 Number 8/9.
Diakses
www.emeraldinsight.com
Salemba Emban
dari tanggal
Organisational
Commitment
:
a
Study of Managers in Hotels. MCB University
Press
:
International
Journal of Contemporary Hospitality Management Vol. 15/7, pp. 362369.
Diakses
dari
25 Agustus 2005.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 25 20
ISSN 1412-2936 www.emeraldinsight.com
tanggal
15 Oktober 2005.
Vol. 16 No. 5/6, 1995, pp. 56-69. Diakses
McGreevy, Malcolm. 2003. The Changing Nature of Work. MCB UP Limited : Industrial and Commercial Training
dari
www.emeraldinsight.com
tanggal
13 Desember 2005. Robbins,
Stephen
P.
1996.
Perilaku
Vol 35 No 5, pp. 191 – 195.
Organisasi : Konsep, Kontroversi,
Diakses
Aplikasi. Jakarta : Prenhallindo.
dari
www.emeraldinsight.com
tanggal
15 Oktober 2005. Muslimin.
2002.
Bidang
Sanusi,
Anwar.
2003.
Metodologi
Penelitian Praktis untuk Ilmu Sosial
Metodologi
Sosial.
Penelitian
Malang:
Bayu
Media.
dan
Ekonomi.
Malang:
Buntara
Media. Suliman, Abubakr dan Paul Iles. 2000, Is
Nijhof, Wim J; Margriet J. de Jong & Gijs Beukhof
continuance commitment beneficial
.1998.
Employee
to
in
Changing
performance relationship: a new
Commitment Organisations
:
an
Exploration.
look.
organizations? MCB
Commitment-
University
Press
:
MCB University Press : Journal of
Journal of Managerial Psychology,
European Industrial Training Vol.
Vol. 15 No. 5, pp. 407-426. Diakses
22/6, pp. 243-248. Diakses dari
dari
www.emeraldinsight.com
tanggal 25 September 2005.
tanggal
15 Oktober 2005.
Suliman, Abubakr M.T. 2002, Is it really
Piercy, Nigel F, David W. Cravens and Neil A.
Morgan.
www.emeraldinsight.com
1998.
mediating construct? The Mediating
Salesforce
Role of Organizational Commitment
performance and behaviour-based
in Work Climate – Performance
management
in
Relationship. MCB University Press
sales
Limited : Journal of Management
University
Development, Vol.21 No.3, pp. 170-
processes
business-to
business
organizations. Press
:
MCB
European
Journal
of
183.
Diakses
Marketing, Vol. 32 No. 1/2, pp. 79-
www.emeraldinsight.com
100.
10 Januari 2006.
Diakses
www.emeraldinsight.com
dari tanggal
13 Desember 2005.
dari tanggal
Stum, David L. 2001. Maslow Revisited : Building the Employee Commitment
Putterill, Martin S. and Thomas C. Rohrer.
Pyramid.
MCB University Press :
1995. A causal model of employee
Journal of Strategy and Leadership
commitment in a manufacturing
Vol. 29.4.2001, pp. 4-9. Diakses
setting.
dari
MCB
University
Press
:International Journal of Manpower,
www.emeraldinsight.com
tanggal 19 Oktober 2005.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 26 21
ISSN 1412-2936 Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Universitas
Negeri
Yilmaz,
Cengiz. Performance
Malang.
2000.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
bagi
Praktisi
and
Salesperson Job
Attitudes
Revisited – An Extended Model and Effects of
Potential Moderators.
MCB
Limited
UP
:
European
Journal of Marketing, Vol. 36 No. 11/12, pp. 1389 - 1414. Diakses dari
Wibisono, Dermawan. 2002. Riset Bisnis Panduan
2002.
www.emeraldinsight.com
tanggal 13 Desember 2005.
dan
Akademisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 22 27
ISSN 1412-2936 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIK OFFERING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Subhan Jamilatus Sirat Universitas Madura
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage baik parsial maupun simultan terhadap Under Pricing. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Under Pricing. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa dokumen yang merupakan data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia. Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai 2014.
Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil uji t dan uji F menujukkan bahwa Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Under Pricing. Kata Kunci : Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage dan Under Pricing
berasal dari dalam perusahaan, misal laba
PENDAHULUAN Perusahaan mengembangkan
dalam usahanya
rangka tentu
yang
ditahan
akumulasi
oleh
penyusutan
perusahaan (2).
dan
Eksternal
membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Source adalah sumber modal yang berasal
Alternatif
dapat
dari luar perusahaan yaitu melalui utang
digunakan oleh perusahan yang sedang
pada suplier, meminjam di bank, dan
membutuhkan dana adalah dengan cara
menerbitkan
sumber
modal
yang
hak
kepemilikan
(saham)
(1). Internal Source yaitu modal yang Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 28 23
ISSN 1412-2936 kepada masyarakat di pasar modal atau
public.
sering dikenal dengan go public.
melakukan
Salah satu caranya yaitu melalui penjualan
saham
biasa
Umumnya
Akuntan
IPO
Publik
perusahaan
akan
memilih
(KAP)
yang
yang Kantor memiliki
perusahaan
reputasi baik agar laporan keuangan dapat
kepada investor kepada publik. Proses
lebih dipercaya. Laporan keuangan yang
penawaran saham oleh emiten kepada
telah diaudit akan memberikan tingkat
masyarakat selanjutnya akan dicatatkan di
kepercayaan yang lebih besar kepada
bursa efek di sebut Initil Public Offering
pemakainya. Adanya laporan keuangan
(IPO) atau penawaran saham perdana.
yang dapat dipercaya akan mengurangi
Harga saham yang dijual di pasar perdana
terjadinya
(saat IPO) telah ditentukan terlebih dahulu
informasi terjadi jika salah satu pihak dari
berdasarkan
suatu transaksi memiliki informasi lebih
kesepakatan
antara
asimetri
perusahaan emiten dengan penjamin emisi
banyak
(underwriter), sedangkan harga di pasar
(prastica 2012:99).
sekunder
ditentukan
oleh
mekanisme
pasar.
informasi.
dibandingkan Triani
menjelaskan
dan
pihak
Nikmah
terjadinya
(2006:2)
under
pricing
karena
saham di pasar perdana atau pada saat
antara
IPO signifikan lebih rendah dibandingkan
penjamin emisi dan antara investor yang
dengan harga di pasar sekunder pada hari
memiliki
pertama. Overpricing adalah apabila harga
perusahaan emiten dengan investor yang
saat IPO secara signifikan lebih tinggi
tidak
dibandingkan dengan harga yang terjadi di
perusahaan
pasar sekunder pada hari pertama. IPO
pricing yang terjadi di Indonesia, dapat
pada
abnormal
diketahui dari 226 IPO dari tahun 1997
return yang positif (initial return) bagi para
sampai dengan 2010, sebanyak 186 IPO
investor
atau sebesar 82,30% memberikan return
segera
tersebut
memberikan setelah
saham-saham
diperdagangkan
di
pasar
information
lainnya
Under pricing terjadi apabila harga
umumnya
adanya
Asimetri
perusahaan informasi memiliki
asymmetry
emiten tentang
informasi
emiten.
fenomena
dengan prospek prospek under
awal (initial return) yang positif. Banyaknya
sekunder. Hal ini dapat disebabkan karena
fenomena
pada saat IPO harga saham relatih lebih
menunjukkan bahwa harga saham pada
murah dibandingkan harga saham pada
saat penawaran perdana secara merata
saat diperdagangkan di pasar sekunder
dapat dikatakan murah (Jogiyanto, 2007)
sehingga para investor akan memperoleh
dalam Kristiantari (2013:788).
keuntungan yang relatif besar. Laporan salah
satu
keuangan
sumber
underpricing
Reputasi merupakan
informasi
auditor
yang
terjadi
menunjukkan
kualitas dan profesionalisme auditor yang
yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan.
digunakan oleh investor dan underwriter
Auditor yang bereputasi tinggi mempunyai
untuk menilai perusahaan yang akan go
komitmen
yang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
lebih
besar
dalam
Page 29 24
ISSN 1412-2936 mempertahankan sehingga
kualitas
laporan
diperiksa
auditnya
perusahaan
memberikan
keyakinan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah
yang
pemilik (berapapun porsinya dari suatu
yang
perusahaan
yang
menerbitkan
lebih besar kepada investor akan kualitas
saham)
informasi yang disajikan dalam prospektus
dengan porsi kepemilikannya yang tertera
dan
pada saham. jika bila kita membeli saham
laporan
Keyakinan
keuangan
terhadap
perusahaan.
tersebut
sesuai
laporan
sebuah perusahaan, maka dapat dikatakan
keuangan inilah yang menjadi referensi
bahwa kita membeli sebagian dari setiap
investor dalam menentukan keputusan
gedung, mobil, perabotan, mobil atau
investasi. Semakin baik reputasi auditor
apapun yang dimiliki oleh perusahaan
maka
tersebut (Sandhiaji 2004:14).
akan
informasi
perusahaan
kertas
mengurangi
ketidakpastian/
resiko
tingat
perusahaan
Perusahaan
yang
membutuhkan
sehingga dapat mengurangi kemungkinan
dana dapat melakukan penerbitan surat
terjadinya under pricing.
berharga seperti saham (stock), obligasi
Financial leverage
mempengaruhi
(bond),
dan
sekuritas
lainnya.
Surat
tingkat under pricing perusahaan yang
berharga yang baru dijual dapat berupa
melakukan penawaran umum perdana.
penawaran perdana ke publik (initial public
Tingkat leverage menggambarkan tingkat
offering) atau tambahan surat berharga
risiko perusahaan. Financial leverage yang
baru jika perusahaan sudah go public.
tinggi menunjukan resiko financial atau
Initial Public Offering merupakan kegiatan
resiko
yang dilakukan perusahaan dalam rangka
kegagalan
perusahaan
untuk
mengembalikan pinjaman akan semakin
penawaran
umum
penjualan
saham
tinggi, dan sebaliknya (Handayani, 2008).
perdana (Handayani: 31). Setelah saham dijual di pasar perdana kemudian saham tersebut didaftarkan di pasar sekunder
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas,
(listing).
Dengan
mendaftarkan
saham
maka dapat dirumuskan masalah sebagai
tersebut di bursa, saham tersebut mulai
berikut: Apakah Ukuran Perusahaan, Umur
dapat
Perusahaan,
bersama dengan efek yang lain.
Reputasi
Auditor
dan
Financial Leverage Berpengaruh Terhadap Under Pricing.
diperdagangkan
Bagi
perusahaan
di
bursa yang
efek ingin
membutukan dana dapat menjual saham atau efek kemasyarakat luas di pasar
KAJIAN PUSTAKA
modal
Initial Public Offering (IPO)
penjualan ini disebut penawaran umum
Saham adalah tanda penyertaan atau
untuk
pertama
kalinya,
maka
perdana (Initial Public Offering).
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan.
Selembar
saham
adalah selembar kertas yang menerangkan Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 30 25
ISSN 1412-2936 dan lebih besar dianggap mampu bertahan
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (size) dapat
dalam waktu yang lama. Kebanyakan
digunakan sebagai proksi ketidakpastian
investor
terhadap keadaan
dimasa
menginvestasikan modalnya di perusahaan
yang akan datang. Terdapat bermacam-
yang memiliki skala ekonomi yang lebih
macam kriteria untuk mengukur besar
tinggi,
kecilnya
keuntungan yang tinggi pula.Perusahaan
perusahaan
perusahaan
misalnya
jumlah
omset penjualan, jumlah produk, modal
yang
perusahaan dan total aktiva.
dikenal
Menurut Kristiantari Ayu Dewa I
lebih
memilih
karena
investor
berskala
besar
jika
perusahaan
lebih
dibandingkan
kecil.
Ukuran
(25:2012), ukuran perusahaan adalah rata-
perusahaan
rata penjualan bersih untuk tahun yang
kepercayaan
bersangkutan sampai beberapa
perusahaan, semakin dikenal masyarakat
tahun.
turut
menganggap
cenderung
masyarakat
dengan
untuk
menentukan
investor
Semakin
yang
memiliki aset yang bernilai tinggi. Secara
mendapatkan informasi mengenai Prospek
teoritis
perusahaan
besar
memiliki
semakin
besar
Perusahaan-perusahaan besar biasanya perusahaan
berarti
tingkat
kedepan.
mudah
untuk
Semakin
besar
kepastian lebih besar untuk mengurangi
perusahaan, semakin dikenal masyarakat
tingkat
ketidakpastian
yang
masa
depan
tentang
perusahaan
prospek daripada
berarti
semakin
mendapatkan
mudah
informasi
mengenai
perusahaan kecil. Jadi, ukuran perusahaan
perusahaan.
merupakan ukuran atau besarnya aset
informasi akan meningkatkan kepercayaan
yang
investor
dimiliki
oleh
perusahaan.
Maka
Kemudahan
untuk
dan
mendapatkan
mengurangi
dengan demikian, perusahaan yang besar
ketidakpastian.
akan lebih berani mengeluarkan saham
perusahaan
baru dalam memenuhi kebutuhan untuk
semakin
membiayai
tersebut.Aset perusahaan yang besar akan
pertumbuhan
penjualan
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Yurena (99:2012) Aktiva merupakan
tolok
besaran
akan besar
memberikan
sinyal
besar
aset
mengindikasikan
ukuran bahwa
perusahaan perusahaan
tersebut mempunyai prospek.
suatu
Menurut Sanjhiadi (40:2004), ukuran
perusahaan. Biasanya perusahaan besar
perusahaan adalah jumlah total aktiva
mempunyai
prusahaan
aktiva
ukur
Semakin
faktor
yang
besar
pula
tahun
terakhir
sebelum
nilainya. Secara teoritis perusahaan yang
perusahaan melaksanakan IPO dengan
lebih besar mempunyai kepastian yang
meng-log natural dari total asset. Total
lebih besar daripada perusahaan kecil
aktiva perusahaan menunjukkan total aset
sehingga
akan
mengurangi
tingkat
perusahaan, baik aset lancar maupun aset
mengenai
prospek
tidak lancar . total aset perusahaan diambil
perusahaan ke depan. Suatu perusahaan
dari laporan keuangan perusahaan satu
ketidakpastian
dengan skala ekonomi yang lebih tinggi Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 31 26
ISSN 1412-2936 tahun
terakhir
sebelum
perusahaan
Reputasi Auditor
tersebut melakukan IPO.
Menurut Shanjiadi (25:2004) Auditor adalah pihak yang memiliki kewenangan
SIZE = Ln (Total Assets)
melakukan pemeriksaaan atas laporan keuangan
guna
memberikan
pendapat atas laporan keuangan yang
Umur Perusahaan Perusahaan
emiten,
lama
dipublikasikan oleh emiten .Salah satu
kemampuan
persyaratan yang diperlukan oleh BEI
perusahaan dapat bertahan hidup dan
untuk perusahaan go public adalah laporan
banyaknya informasi yag diserap oleh
keuangan perusahaan prospektif harus
publik. Semakin lama perusahaan berdiri,
tanpa syarat, oleh karena itu auditor
semakin banyak informasi yang diperoleh
sebagai
masyarakat tentang perusahaan tersebut
memiliki
dan akan mempunyai publikasi yang lebih
perusahaan emiten untuk memutuskan
baik
apakah perusahaan itu bisa terdaftar di
berdiri
yang
sudah
menunjukkan
daripada
perusahaan
yang
baru
pemeriksa peran
laporan besar
bagi
pasar
kondisi
perlu
merupakan salah satu sumber informasi
mengeluarkan banyak biaya untuk mencari
yang digunakan oleh investor atau calon
informasi tentang peusahaan yang akan
investor dan underwriter untuk menilai
melakukan IPO. Dengan demikian semakin
perusahaan yang akan go public. Salah
lama perusahan berdiri kian menunjukkan
satu persyaratan dalam proses go public
eksistensinya dan semakin meningkatkan
adalah
laporan
kepercayaan investor.
diaudit
oleh
investor
tidak
Menurut Prastica 102:2012) umur perusahaan tersebut
diukur berdiri
sejak
perusahaan
keuangan kantor
keuangan
yang
akuntan
telah publik
(Keputusan Menteri Keuangan RI No.859 /KMK.01/1987). Laporan keuangan yang
akta
telah diaudit akan memberikan tingkat
pendirian sampai dengan saat perusahaan
kepercayaan yang lebih besar kepada
tersebut melakukan penawaran saham.
pemakainya. Auditor memegang peranan
informasi
yang penting dalam proses go public, yaitu
mengenai
berdasarkan
Laporan
calon
berdiri (Daljono dalam Tifani, 2011). Dalam ini,
saham.
keuangan
tanggal
pendirian
diperoleh dari prospectus ringkas. Skala
sebagai
pengukuran yang digunakan adalah skala
perusahaan, yang melakukan pemeriksaan
tahunan antara lain tahun perusahaan IPO
laporan keuangan perusahaan sebagai
dan tahun perusahaan berdiri.
calon emiten. Penggunaan auditor yang
Age = Tahun
pihak
profesional
yang
dapat
ditunjuk
digunakan
oleh
sebagai
perusahaan IPO –
petunjuk terhadap kualitas emiten. Kualitas
tahun perusahaan
audit itu sangat penting, kerena kualitas
berdiri
audit
yang
tinggi
akan
menghasilkan
laporan keuangan yang dapat dipercaya Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 32 27
ISSN 1412-2936 sebagai dasar pengambilan keputusan.
variabel ini adalah teori asimetri informasi
Berdasarkan
dapat
dimana adanya perbedaan informasi yang
disimpulkan bahwa pihak luar perusahaan
dimiliki antara informed investor dengan
mendasarkan keputusannya kepada hasil
uninformed investor. Perbedaan informasi
audit auditor sedangkan auditor menarik
yang terjadi ialah bahwa informed investor
sebuah kesimpulan berdasarkan pekerjaan
akan lebih mengetahui kondisi perusahaan
audit yang telah di lakukan berdasarkan
baik
standar- standar yang telah di tetapkan.
perusahaan
Auditor yang berkualitas akan dihargai di
uninformed
pasaran dalam bentuk permintaan jasa
secara detail mengenai laporan keuangan
audit,
yang
serta kondisi perusahaan. Disinilah auditor
berkualitas akan memiliki reputasi yang
sangat penting posisinya ketika informed
tinggi pula. Reputasi auditor dari KAP yang
investor lebih mempercayai auditor yang
quqlifed memberikan keyakinan kepada
bereputasi tinggi. Sehingga penilaian dari
investor akan laporan keuangan yang
informed investor pun menjadi sangat
diauditnya. Auditor yang memiliki reputasi
penting di posisi auditor. Auditor yang
tinggi,
tingkat
berkualitas akan dihargai dipasaran dalam
akan
bentuk peningkatan permintaan jasa audit
laporan
dan auditor yang memiliki reputasi yang
penjelasan
dengan
begitu
akan
kepercayaan
ini,
auditor
memberikan yang
lebih
kebenaran
informasi
keuangan.
Pemakaian
berkualitas
akan
investor,
bahwa
informasi
yang
besar
dalam auditor
diinterpretasikan emiten tidak
dari
laporan dan
keuangan lainnya.
investor
mengetahui
tinggi
oleh
reputasinya dengan memberikan kualitas audit
yang
akan
Sedangkan
yang
mempunyai
maka
tidak
kondisi
mempertahankan
tinggi pula.
Atas kualitas
menyesatkan
pengauditannya yang tinggi, auditor akan
mengenai prospeknya dimasa mendatang,
dihargai dalam bentuk premium harga oleh
Hal ini akan mengurangi ketidakpastian
klien.
sehingga akan berpengaruh pada tingkat
profesional akan mengurangi kesempatan
underpricing saham.
emiten
Menurut Wicaksono (2012), reputasi
Dengan untuk
memakai berlaku
auditor curang
yang dalam
menyajikan informasi yang tidak akurat ke
auditor diukur berdasarkan pertimbangan
pasar.
Semakin
pangsa pasar auditor di Indonesia dengan
auditor
untuk
menggunakan
terhadap klien, maka tingkat under pricing
variabel
dummy,
yang
ditentukan dengan menggunakan skala (1)
banyak
kemampuan
melakukan
pengauditan
semakin rendah.
untuk emiten yang menggunakan auditor dalam kategori The Big Four, dan skala (0)
Financial Laverage
untuk auditor dalam kategori Secont tier.
Financial Laverage dapat diartikan
penggolongan auditor (KAP) didasarkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi
pada jumlah staf professional yang ada
hutang dengan modal yang dimilikinya
didalamnya. Teori yang berkaitan dengan
(Kristiantari Ayu Dewa I 29:2012) . Dengan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 33 28
ISSN 1412-2936 demikian kondisi seperti ini menunjukkan
tahun
resiko
tersebut melakukan IPO.
yang
dihadapi
perusahaan
terakhir
berkaitan dengan hutang yang yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki
sebelum
perusahaan
Total Hutang DER =
x 100%
kewajiban yang tinggi membuat pihak
Total ekuitas
manajemen perusahaan menjadi lebih sulit memberikan prediksi jalannya perusahaan kedepannya.
Masalah
laverage
timbul
Under pricing Penentuan merupakan
dengan
dikatakan
dilakukan oleh investment banker dalam
menguntungkan
IPO. Karena seperti halnya dengan teori
menghasilkan bila
tetap
laverage
pendapatan
harus
permintaan. Dimana emiten berhadapan
penggunaan dana tersebut lebih besar
dengan suatu potencial costs, jika harga
daripada beban tetap dari penggunaan
penawaran
dana
kemungkinan sekuritas tidah akan laku,
merugikan
diterima
yang
dari
tersebut,
yang
tersulit
penawaran
setelah perusahaan menggunakan dana beban
hal
harga
sedangkan
perusahaan
dikatakan
tinggi
maka
tidak
sebagai akibatnya sekuritas tersebut harus
memperoleh pendapatan dari penggunaan
ditarik. Sedangkan jika harga sekuritas
dana tersebut sebanyak beban tetap yang
terlalu
harus dibayar.
mengalami
Menurut financial
apabila
terlalu
wicaksono leverage
(32:2013), menunjukkan
rendah,maka
menanggung kesempatan
opportunity biaya untuk
emiten
akan
cost,
yaitu
karena
hilaghnya
memperoleh
return
kemampuan perusahaan dalam membayar
yang lebih tinggi ( Erlina, 2004 dalam
hutangnya dengan equity yang dimiliki oleh
Sandhiaji (2004:35)
perusahaan. Variabel financial leverage
Proses penjualan saham biasanya
diukur dari the dept equity ratio (DER)
bagi perusahaan go public terlebih dahulu
dikarenakan DER mencerminkan besarnya
menjual sahamnya di pasar perdana.
proporsi antara total dept (total hutang) dan
Sebelum melakukan penawaran perdana,
total ekuitas. Total hutang perusahaan
perusahaan
menunjukkan total kewajiban perusahaan,
melakukan
baik kewajiban jangka pendek maupun
menetapkan volume penawaran dan harga
jangka
perusahaan
perdana. Pada umumnya harga saham
diambil dari laporan keuangan perusahaan
pada saat IPO lebih rendah dibawah nilai
satu tahun terakhir sebelum perusahaan
perusahaan
tersebut melakukan IPO. Total ekuitas
pricing adalah selisih positif antara harga
perusahaan
penawaran perdana dengan harga saham
panjang.
Hutang
menunjukkan
total
modal
perusahaan. Modal perusahaan diambil dari laporan keuangan perusahaan satu
terlebih beberapa
yang
dahulu
harus
persiapan
yaitu
sebenarnya.
Under
perusahaan di pasar sekunder. Menurut Christina Yolana (538:2005) Under pricing adalah adanya selisih positif
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 34 29
ISSN 1412-2936 antara harga
saham dipasar sekunder
dengan harga saham di pasar perdana atau
saat
IPO.
Selisih
harga
pasar
perdana
akan
memperoleh
capital gain.
inilah
Sedangkan investor berharap agar
yangdikenal sebagai initial return (IR) atau
under pricing yang terjadi semakin besar
positif return bagi investor. Under pricing
karena semakin besar under pricing, maka
adalah fenomena yang umum dan sering
semakin besar capital gain yang diterima
terjadi dipasar modal manapun saat emiten
pada saat saham dijual di pasar sekunder
melakukan IPO.
Under
pricing
bisa
disebabkan
oleh
Under pricing saham adalah suatu
beberapa hal dan ada pula teori – teori
keadaan dimana efek yang dijual di bawah
yang mendasari mengapa hal tersebut
nilai likuidasinya atau nilai pasar yang
dapat terjadi. Berikut adalah 3 teori yang
seharusnya
menjelaskan mengenai terjadinya under
diterima
oleh
pemegang
saham . Under pricing dapat diartikan juga
pricing:
sebagai kondisi dimana harga penawaran
1. Theory Investment Banker Monopsony
pada saat IPO dinilai lebih rendah secara
Power Hypotesis.
signifikan dibandingkan harga saham pada
Teori
saat penutupan hari pertama di pasar
underwriter sebagai pihak yang lebih
sekunder. Under pricing dapat diketahui
mengetahui
atau dihitung melalui proxy initial return
cenderung menetapkan harga yang
dimana initial return akan menunjukkan
lebih rendah untuk menghindari risiko
besarnya
dialami
yang ditanggungnya.Ketika perusahaan
under
sekuritas tersebut go public, mereka
pricing ini, sering menimbulakan suatu
cenderung membuat harga sahamnya
dilema dalam perusahaan, yakni antara
sendiri under priced, seperti saham
perusahaan yang menjual sahamnya di
perusahaan
pasar perdana dengan investor yang akan
berhasil
menginvestasikan dananya. Berikut adalah
emiten) dan badan pengatur pasar
alasan
modal bahwa under pricing adalah hal
under
perusahaan
pricing
Adanya
mengapa
yang
fenomena
pemilik
perusahaan
menginginkan agar dapat meminimalkan under pricing : 1.
2.
ini
berpendapat kondisi
lain.
bahwa
pasar
Hal
meyakinkan
modal
seperti klien
ini,
(calon
yang normal terjadi pada IPO. 2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis.
Bila saham dijual dalam kondisi under
Teori ini berpendapat bahwa fenomena
pricing, berarti perusahaan kehilangan
under
kesempatan untuk mendapatkan dana
cerminan dari upaya underwriter dan
secara maksimal.
issuer
Terjadinya
under
merupakan
menjaga
dan
menghindarkan akibat hukum di masa
menyebabkan transfer kemakmuran
yang akan datang dan risiko penurunan
dari
reputasinya karena tidak menyajikan
kepada
ini
untuk
tersebut
akan
pemilik
pricing
pricing
investor.
Khususnya yang membeli saham di
nilai perusahaan yang sesungguhnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 35 30
ISSN 1412-2936 3. The Ownership Dispersion Hypotesis
kamus besar bahasa indonesia, hipotesis
Teori ini menyatakan emiten memiliki
dijadikan patokan duga, annggapan dasar,
tujuan
harga
postulat. Jadi, hipotesis dapat dinyatakan
untuk
sebagai
pasar
rumusan masalah. Maka, hipotesis yg
ketika
saham
merendahkan
perdananya
memperluas sehingga
permintaan
dapat
pemegang
yaitu
memperoleh
saham
minoritas
para dalam
jawaban
H1 : Diduga ukuran perusahaan, umur perusahaan,
saham
mayoritas).
financial
terbagi
dalam
pemegang
yang saham
minoritas akan meningkatkan likuiditas
terhadap
dipilih peneliti adalah sebagai berikut :
jumlah besar (tidak ada pemegang Investor
sementara
reputasi auditor
leverage
secara
dan
parsial
tberpengaruh terhadap under pricing. H2 : Diduga ukuran perusahaan, umur
saham dan membuat pihak luar sulit
perusahaan,
untuk
financial leverage secara simultan
menguasai
atau
menentang
kebijakan manajemen. Under
pricing
reputasi auditor
berpengaruh terhadap under pricing. diukur
dengan
perbedaan harga ketika saham emiten
METODE PENELITIAN
pertama
rendah
Jenis Penelitian
daripada harga penutupan dihari pertama
Penelitian
kali
ditawarkan
lebih
perdagangan saham. variabel dependen
penelitian
tingkat
menekankan
under
pricing
dan
diukur
dengan
ini
deskriptif pada
termasuk
jenis
kuantitatif
yang
pengujian
hipotesis
menggunakan initial return (keuntungan
untuk menentukan hubungan antar variabel
karena adanya perbedaan harga saham
yang mempunyai tujuan untuk menyusun
pada
teori sebagai hasil induksi dan pengantar
pasar
perdana
dengan
harga
penutupan saham pada pasar sekunder.
terhadap fakta
Closing price merupakan harga penutupan hari pertama di pasar sekunder. Offering
Jenis Data dan Sumber Data
price merupakan harga yang ditawarkan di pasar perdana.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
CP - OP IR =
kuantitatif adalah data yang dinyatakan ×100%
dalam bentuk angka-angka. Berdasarkan
OP
sumbernya. Sumber
data
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
Hipotesis Hipotesis adalah sesuatu yang di anggap
benar
pengutaraan
untuk pendapat,
alasan
atau
meskipun
tersebut
berupa
dokumen
yang
merupakan data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia.
kebenarannya belum dibuktikan. Dalam Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 31 36
ISSN 1412-2936 4. Tersedia
Populasi dan Sampel Populasi melakukan
yang
diambil
untuk
ini
adalah
penelitian
perusahaan-perusahaan yang melakukan dipilih
dengan
saham
dan
selama periode penelitian. 5. Perusahaan yang yang
metode
purposive sampling dengan kriteria sebagai
harga
tanggal listing di Bursa Efek Indonesia
IPO yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Sampel
data
digunakan
mempunyai data untuk
keperluan
laporan
keuangan
penelitian ini. 6. Tersedia
data
berikut :
konsolidasi dalam mata uang rupiah
1. perusahaan yang melakukan IPO yang
(Rp).
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
7. Memiliki data yang lengkap, yang terdiri
2012-2014.
dari
2. Perusahaan tersebut tidak mengalami
tanggal
perdana,
delisting.
listing,
harga
harga
saham
saham
penutupan,
nama auditor, jumlah asset perusahaan
3. Perusahaan tersebut tidak mengalami over pricing.
dan rasio-rasio yang diperlukan. Berdasarkan kriteria di atas, maka yang menjadi
sampel
pada
penelitian
ini
berjumlah 55 perusahaan. Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel jumlah perusahaan
Keterangan Perusahaan yang melakukan IPO periode 2012-2014 Perusahaan yang harga sahamnya tidak mengalami under pricing
77 (10)
Perusahaan yang harga sahamnya mengalami wajar
(2)
Perusahaan yang harga sahamnya mengalami under pricing laporan keuangan konsolidasian dalam non rupiah
65 (10)
perusahaan yang terpilih sebagai sampel
55
Sumber Data: www.idx.co.id.
Teknik pengumpulan data
Teknik Analisa Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara
studi
pustaka
Analisis Statistik Statistik deskriptif digunakan untuk
dan
memberikan gambaran mengenai variabel-
dokumentasi (Ghozali,2013). Data tersebut
variabel penelitian, sehingga dapat menjadi
didapat melalui Indonesian Capital Market
acuan analisis lebih lanjut tentang nilai
Directory dari tahun 2012-2014, Yahoo
minimum, nilai maksimum, mean, varians
Finance dan Dokumentasi yang diperoleh
dan standar deviasi.
dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 37 32
ISSN 1412-2936 Uji Normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
Dilakukannya uji normalitas adalah
Uji Heteroskedastisitas digunakan
untuk mengetahui penyebaran data dalam
untuk mengetahui apakah dalam model
pengujian regresi juga menguji apakah
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
model regresi variabel independen dan
residual satu pengamatan ke pangamatan
variabel dependennya memiliki distribusi
yang
data
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
normal
atau
tidak.
Pengujian
lain.
Dalam
penelitian
ini
dilakukan terhadap nilai unstandardized
koefisien korelasi spearman’s rho
residual
mengkorelasikan
dari
model
regresi
dengan
variabel
yaitu
independen
menggunakan uji one sample kormogarov
dengan
smirnov. Apabila nilai signifikansi atau nilai
korelasi
probabilitas <0,05 maka distribusi data
dengan residual terdapat signifikan lebih
tidak normal dan apabila nilai signifikansi
dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
atau nilai probabilitas >0,05 maka data
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
distribusi normal.
pada model regresi.
Uji Asumsi Klasik
c. Uji Autokorelasi
a.
antara
residual.
variabel
Jika
independen
Uji aurokorelasi bertujuan menguji
Uji Multikolonieritas Uji
unstandardized
uji
multikolinieritas
dimaksudkan
apakah apakah dalam model regresi linear
untuk membuktikan atau menguji ada
ada korelasi antara kesalahan pengganggu
tidaknya hubungan yang linear antara
pada
variabel bebas (independen) satu dengan
pengganggu
variabel
(sebelumnya),
bebas
(independen)
lainnya
periode
t
dengan
pada untuk
kesalahan
periode menguji
t-1 adanya
(Ghozali, 2013). Cara yang digunakan
korelasi digunakan Durbin-Watson (DW)
untuk
dengan catatan hanya digunakan untuk
mendeteksi
terjadinya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah
auto
dengan uji Variance Inflation Factor (VIF).
mensyaratkan adanya konstanta dalam
Pedoman suatu model regresi yang bebas
model regresi dan tidak ada variabel lagi
multikolinearitas jika angka tolerance >
diantara
0.10 dan nilai VIF < 10. Semakin kecil nilai
regresi yang baik terhindar dari masalah
tolerance dan semakin besar variance
autokorelasi. Untuk mendeteksiterjadinya
inflation
semakin
autokerelasi
masalah
pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson
factor
mendekati multikolinieriritas.
(VIF)
maka
terjadinya
korelasi
tingkat
variabel
dapat
satu
independen.
dilakukan
dan
Model
dengan
(DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 38 33
ISSN 1412-2936 Tabel 2 Pengujian Autokorelasi Jika nilai DW
Kesimpulan
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi positif
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl du < d < 4 – du
Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi, positif ataupun negatif
Sumber: Ghozali (2013)
terhadap variabel dependen. Pengujian ini
Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggunakan teknik analisis
data
Regresi
Linear
secara
dengan
metode
Berganda.
matematis
analisis
Analisis
ditulis
ini
dilakukan dengan probabilitas signifikansi dengan tingkat kesalahan 5 % (0,05). Ho = 0, Tidak terdapat pengaruh yang
dengan
signifikan
persamaan sebagai berikut: UP = + 1X1+ 2X2+ 3X3 + 4X4+
antara
reputasi
auditor,
umur
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
financial
leverage
dan
terhadap
tingkat under pricing secara Dimana:
parsial. Ha ≠ 0,
UP
= Under pricing
= Konstanta
signifikan
X1
= Ukuran Perusahaan
auditor,
umur
X2
= Umur Perusahaan
ukuran
perusahaan,
X3
= Reputasi Auditor
financial
leverage
X4
= Financial Leverage
tingkat under pricing secara
1
=
Koefisien
regresi
2
=
Koefisien
regresi
umur
=
Koefisien
regresi
umur
perusahaan, dan
terhadap
nilai probabilitas dengan kriteria : ditolak Jika Sig t ≤ α
Uji Hipotesis
Uji Simultan ( uji f ) Uji
Uji Parsial (Uji t) statistik
maka Ho ditolak dan Ha
diterima
= Kesalahan acak
Uji
reputasi
Jika Sig t > α maka Ho diterima dan Ha
perusahaan
antara
yang
Keputusan statistik diambil berdasarkan
perusahaan 3
pengaruh
parsial.
ukuran
perusahaan
Terdapat
pada
F
pada
dasarnya
dasarnya
menunjukkan apakah ada pengaruh secara
menunjukkan apakah ada pengaruh antara
bersama sama antara variabel terikat
masing
dengan variabel bebas yaitu pengaruh-
masing
t
ststistik
variabel
independen
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 39 34
ISSN 1412-2936 pengaruh
variabel
secara
simultan
Keputusan statistik diambil berdasarkan
terhadap under pricing.
nilai probabilitas dengan kriteria :
Uji ini digunakan untuk melihat apakah
Jika Sig f > α, maka Ho diterima dan Ha
seluruh variabel bebas secara simultan
ditolak
mempengaruhi variabel terikat. Pengujian
Jika Sig f ≤ α, maka Ho ditolak dan Ha
ini dilakukan dengan probabilita signifikansi
ditrima.
dengan tingkat kesalahan 5 % (0,05). Ho = 0, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Ha ≠ 0,
antara
reputasi
auditor,
umur
ukuran
perusahaan,
financial
leverage
ANALISA DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
perusahaan,
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk
dan
mengetahui gambaran umum mengenai
terhadap
data penelitian yang digunakan. Dalam
tingkat under pricing secara
statistik deskriptif dapat diketahui keadaan
simultan.
variabel penelitian dari perusahaan sampel
Terdapat signifikan
pengaruh antara
yang
reputasi
auditor,
umur
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
financial
leverage
dan
terhadap
yang ada, yakni ukuran perusahaan, umur perusahaan,
reputasi
auditor,
financial
leverage dan under pricing . Hasil uji statistik deskriptif disajikan dalam tabel 3 berikut ini:
tingkat under pricing secara simultan . Tabel 3
UKP UMR RA FL UND Valid N (listwise)
N 55 55 55 55 55 55
Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimum Maximum 21,77 31,10 5,00 58,00 ,00 1,00 ,06 19,47 ,01 2,88
Mean 27,5908 22,8545 ,2545 2,5424 ,3062
Std. Deviation 1,39442 13,92629 ,43962 3,48654 ,42219
Sumber : Hasil Out SPSS diolah
Dari hasil statistik deskriptif tersebut
nilai dengan nilai rata-rata sebesar 22,8545
dapat diketahui jumlah sampel yang diteliti
dan standar deviasi sebesar 13,92629.
sebanyak 55 perusahaan. Variabel tingkat
Variabel reputasi auditor memiliki nilai rata-
ukuran perusahaan
diperoleh nilai rata-
rata sebesar 0,254545 dan standar deviasi
rata sebesar 27,5908 dan standar deviasi
sebesar 0 ,4396203. Variabel financial
sebesar 1,3944. Variabel umur perusahaan
leverage dengan nilai rata-rata sebesar
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 35 40
ISSN 1412-2936 2,5424dan 3,48654.
standar Pada
deviasi
variabel
under
sebesar pricing
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,3062dan
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas
standar deviasi sebesar 0,42219
Uji
normalitas
mengetahui
digunakan
apakah
data
untuk
terdistribusi
normal atau tidak. Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UKP UMR RA FL N 55 55 55 55 Normal Mean 27,5908 22,8545 ,2545 2,5424 a,b Parameters Std. Deviation 1,39442 13,92629 ,43962 3,48654 Absolute ,117 ,158 ,464 ,238 Most Extreme Positive ,095 ,158 ,464 ,238 Differences Negative -,117 -,100 -,281 -,238 Kolmogorov-Smirnov Z ,869 1,173 3,442 1,765 Asymp. Sig. (2-tailed) ,438 ,128 ,128 ,473 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Output SPSS diolah
Dari 0,05
55 ,3062 ,42219 ,239 ,239 -,239 1,773 ,639
hasil pengujian normalitas
tersebut terlihat bahwa signifikansi lebih dari
UND
yang
Uji Autokorelasi
bahwa
Metode uji ini digunakan untuk
variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai
mengetahui apakah dalam suatu model
Asymptotic Significance sebesar 0,438.
regresi linier ada korelasi antara kesalahan
Pada variabel umur perusahaan diperoleh
pengganggu
nilai
kesalahan pada periode t-1.Jika terjadi
Asymptotic
0,128.Pada diperoleh sebesar
menunjukkan
b.
Significance
variabel nilai
Asymptotic
0,781.Pada
diperoleh
nilai
reputasi
auditor
Significance
financial
Asymptotic
sebesar
korelasi,
pada
berarti
periode dijumpai
t,
dengan problem
autokorelasi. Untuk nilai observasi (n)
leverage
sebesar 55 dan variabel independen (k)
Significance
sebanyak 5, pada Tabel Durbin-Watson
sebesar 0,473.Pada variabel under pricing
(DW)
diperoleh
Significance
du=1,768. Hasil pengujian Durbin-Watson
sebesar 0,639. Hal ini mengindikasikan
yang telah dilakukan disajikan pada tabel 5
bahwa
berikut ini.
nilai
data
Asymptotic
variabel-variabel
tersebut
diperoleh
nilai
dL=1,374
dan
berdistribusi normal.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 41 36
ISSN 1412-2936
Tabel 5 Hasil Uji Gejala Autokorelasi Model Summary Model
R
R Square Adjusted R Square
b
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate a
1 ,202 ,041 -,036 a. Predictors: (Constant), FL, UMR, UKP, RA b. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai
Durbin-Watson
yang
c.
3,9226986
2,038
Uji Multikolonieritas
diperoleh
Uji
gejala
multikolinearitas
sebesar 2,038 dengan menggunakan nilai
digunakan untuk menguji apakah ada
signifikan 5% . oleh karena nilai DW 2,038
korelasi
lebih besar dari batas atas du(1,768) dan
Metode yang digunakan untuk mendeteksi
kurang dari 4-1,768 atau 2,232. maka
adanya
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
menggunakan nilai VIF (Variance Inflation
autokorelasi yang sesuai dengan kondisi
Factor), nilai VIF berada pada kisaran 0,10
du < d < 4 - du.
sampai 10 menunjukkan tidak terdapat
antara
variabel
independen.
multikolinearitas
dengan
gejala multikolinearitas dengan variabel bebas
yang
lainnya.
Hasil
uji
gejala
multikolinearitas disajikan pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Hasil Uji Gejala Multikolinieritas a Coefficients Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model
1
(Constant) UKP UMR RA FL
,900 ,998 ,890 ,980
1,111 1,002 1,123 1,020
a. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah
Berdasarkan
hasil
pengujian
multikolinieritas menunjukkan bahwa VIF
multikolinearitas dapat dilihat hasil uji
untuk masing-masing variabel lebih kecil
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 42 37
ISSN 1412-2936 dari 10. Yakni nilai ukuran perusahaan sebesar 1,111, nilai umur perusahaan sebesar
1,002,
auditor
Uji Heteroskedastisitas digunakan
sebesar 1,123, nilai financial leverage
untuk mengetahui apakah dalam model
sebesar 1,020. Maka dapat disimpulkan
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
bahwa tidak ada multikolinearitas antar
residual satu pengamatan ke pangamatan
variabel independen dalam model regresi.
yang
dan nilai Tolerance nya lebih besar dari
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
0,10
koefisien korelasi spearman’s rho
yakni
nilai
nilai
reputasi
Uji Heteroskedastisitas
ukuran
perusahaan
lain.
Dalam
penelitian
uji yaitu
sebesar 0,900, nilai umur perusahaan
mengkorelasikan
sebesar
auditor
dengan
sebesar 0,890, nilai financial leverage
korelasi
sebesar 0,980. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan residual terdapat signifikan lebih
tidak
0,998,
nilai
reputasi
variabel
ini
unstandardized antara
independen
residual.
variabel
Jika
independen
ada
korelasi
antar
variabel
dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
independen
artinya
tidak
terjadi
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
multikolinieritas pada model regresi .
pada model regresi. Adapun hasil uji heteroskedastisitas disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 7
Spearman's rho
Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations UKP UMR Correlation 1,000 -,012 Coefficient UKP Sig. (2-tailed) . ,933 N 55 55 Correlation -,012 1,000 Coefficient UMR Sig. (2-tailed) ,933 . N 55 55 * Correlation ,337 ,099 Coefficient RA Sig. (2-tailed) ,012 ,473 N 55 55 * Correlation ,270 ,113 Coefficient FL Sig. (2-tailed) ,046 ,410 N 55 55 Correlation -,185 ,060 Coefficient UND Sig. (2-tailed) ,177 ,665 N 55 55
RA * ,337
FL * ,270
UND -,185
,012 55 ,099
,046 55 ,113
,177 55 ,060
,473 55 1,000
,410 55 * ,322
,665 55 * -,330
. 55 * ,322
,016 55 1,000
,014 55 -,027
,016 55 * -,330
. 55 -,027
,844 55 1,000
,064 55
,844 55
. 55
Sumber: Hasil Output SPSS diolah Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 43 38
ISSN 1412-2936 Setelah
dilakukan
uji
masalah heterokedastisitas pada model
heterokedastisitas, dapat diketahui bahwa
regresi.
nilai korelasi ketiga variabel independen
Regresi Linier Berganda
dengan unstandardized residual memiliki
Pada penelitian ini, analisis regresi
nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu hasil
linier berganda digunakan untuk menguji
signifikansi ukuran perusahaan sebesar
pengaruh
0,177, umur perusahaan sebesar
0,665,
perusahaann, reputasi auditor dan financial
dan
leverage.Hasil dari analisis regresi linier
0,844.maka
berganda pada penelitian ini disajikan pada
reputasi
auditor
financial
leverage
sebesar
0,064
sebesar
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
ukuran
perusahaan,
umur
tabel 8 berikut ini: Tabel 8
Hasil Analisis ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor dan financial leverage
Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) UKP UMR RA FL
,229 ,090 -,040 -,784 -,105
Std. Error 11,085 ,403 ,038 1,287 ,153
Standardized Coefficients Beta
T
,032 -,146 -,089 -,097
Sig.
,021 ,222 -1,051 -,610 -,690
,984 ,825 ,298 ,545 ,493
a. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah
Berdasarkan pengujian regresi linier
meningkatkan under pricing sebesar
berganda yang telah dilakukan, maka
0,090 dengan menganggap variabel
dapat diketahui sebuah persamaan regresi
lain tetap.
sebagai berikut :
2) Koefisien regresi sebesar -0,040 yang berarti
Y = 0,229 + 0,090 -0,040 -0,784 -0,105 +ᵋ
variabel
pengaruh
umur
mempunyai
negatif
terhadap
underpricing, atau secara fungsional 1) Koefisien regresi sebesar 0,090 yang berarti
variabel
ukuran
dapat dinyatakan jika umur meningkat
perusahaan
sebesar satu persen, maka akan dapat
mempunyai pengaruh positif terhadap
menurunkan under pricing sebesar -
underpricing, atau secara fungsional
0,040 dengan menganggap variabel
dapat
lain tetap.
dinyatakan
jika
ukuran
perusahaan meningkat sebesar satu persen,
maka
akan
dapat
3) Koefisien regresi sebesar -0,784 yang berarti
variabel
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
reputasi
auditor
Page39 44
ISSN 1412-2936 mempunyai pengaruh negatif terhadap
pengaruh variabel ukuran perusahaan
underpricing, atau secara fungsional
terhadap under pricing.
dapat dinyatakan jika reputasi auditor
2. Hasil uji parsial
umur perusahaan
meningkat sebesar satu persen, maka
dengan nilai signifikansi sebesar 0,298
akan dapat menurunkan under pricing
lebih besar dari 0,05 yang berarti
sebesar -0,784 dengan menganggap
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
variabel lain tetap.
ini membuktikan bahwa tidak adanya
4) Koefisien regresi sebesar -0,105 yang berarti
variabel
mempunyai terhadap fungsional
financial
laverage
pengaruh
underpricing, dapat
pengaruh variabel ukuran perusahaan
atau
terhadap under pricing
negative
3. Hasil uji parsial reputasi auditor dengan
secara
nilai signifikansi sebesar 0,545 lebih
dinyatakan
jika
besar dari 0,05 yang berarti bahwa H0
financial laverage meningkat sebesar
diterima
satu
membuktikan
persen,
maka
akan
dapat
dan
H1
ditolak.
bahwa
Hal
tidak
ini
adanya
meningkatkan under pricing sebesar -
pengaruh variabel ukuran perusahaan
0,105 dengan menganggap variabel
terhadap under pricing
lain tetap .
4. Hasil uji parsial
financial leverage
dengan nilai signifikansi sebesar 0,493 Pengujian Hipotesis
lebih besar dari 0,05 yang berarti
Uji t
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal Uji t dilakukan untuk mengetahui
ini membuktikan bahwa tidak adanya
signifikansi secara parsial antara variabel
pengaruh variabel ukuran perusahaan
independen dengan variabel dependen
terhadap under pricing.
dengan mengasumsikan bahwa variabel
Uji f
independen lainnya konstan. Berdasarkan
Pengujian
ini
dimaksudkan
terdapat
atau
untuk
tabel 8 di atas disimpulkan bahwa:
mengetahui
tidaknya
1. Hasil uji parsial ukuran perusahaan
pengaruh semua variable independen yang
dengan nilai signifikansi sebesar 0,825
dimasukkan ke dalam model mempunyai
lebih besar dari 0,05 yang berarti
pengaruh secara bersama-sama terhadaap
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
variabel
ini membuktikan bahwa tidak adanya
penelitian ini disajikan pada tabel 9 berikut
dependen. Hasil dari uji t pada
ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page4045
ISSN 1412-2936 Tabel 9
Model
Hasil Uji Hipotesis f a ANOVA Mean Square Df
Sum of
F
Sig.
Squares 32,789
4
8,197
769,378
50
15,388
Regression 1
Residual
Total 802,167 a. Dependent Variable: UND b. Predictors: (Constant), FL, UMR, UKP, RA Sumber: Hasil Output SPSS diolah
Berdasarkan hasil uji F dengan
b
,533
,712
54
terhadap
under
pricing
.
Hal
ini
tingkat probabilitas signifikansi 0,712 lebih
bertentangan dengan hasil penelian yang
besar dari 0,05 maka model regresi dapat
dilakukan
oleh
digunakan
Ekadjaja
(2009),
pricing
untuk
dapat
under
dan
Agustin
Hasanah(2013),
Eka
dikatakan
bahwa
Retnowati Sri (2008),Sri Retno Handayani
perusahaan,
umur
(2008) menyatakan bahwa secara parsial
perusahaan, reputasi auditor dan financial
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
leverage
yang signifikan terhadap tingkat under
variabel
atau
memprediksi
Wendy
ukuran secata
bersama-sama
tidak
berpengaruh terhadap under pricing.
pricing. ukuran
perusahaan
tidak
dapat
Pembahasan
dijadikan sebagai patokan dalam melihat
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
kualitas perusahaan, karena belum tentu
Tingkat Under pricing
perusahaan
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap
yang
berukuran
kecil
mempunyai kinerja atau prospek yang
tingkat under pricing secara persial tidak
kurang
berpengaruh
pricing,
perusahaan yang berukuran besar. Oleh
perusahaan
karena itu, informasi ukuran perusahaan
dimana
terhadap
variabel
under
ukuran
baik
dibandingkan
prospektus
kurang
dengan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,825 (>
dalam
diperhatikan
0,05) yang berarti bahwa H0 diterima dan
investor dalam berinvestasi di pasar modal.
H1 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Christian
Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap
(2013) dengan
Tingkat Under pricing
sampel 39 perusahaan
yang melakukkan IPO tahun 2012-2014
Pengaruh umur perusahaan tidak
menggunakan variabel ukuran perusahaan,
berpengaruh terhadap tingkat under pricing
umur perusahaan, reputasi auditor dan
secara
financial
perusahaan
ukuran
leverage perusahaan
menyatakan tidak
bahwa
berpengaruh
persial,
dimana
memiliki
variabel
nilai
umur
signifikansi
sebesar 0,298 (> 0,05) yang memiliki arti
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 46 41
ISSN 1412-2936 bahwa H0 diterima dan H2 ditolak. Dengan
Pengaruh Financial Leverage Terhadap
adanya nilai signifikansi sebesar 0,825
Tingkat Under pricing
tersebut,
membuktikan
bahwa
umur
Pengaruh Financial Leverage tidak
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap tingkat under pricing
terjadinya
secara persial, dimana variabel
under
berpengaruhnya
pricing. umur
Tidak
financial
perusahaan
leverage memiliki nilai signifikansi sebesar
dikarenakan perusahaan dengan umur
0,493 (>0,05) yang menandakan bahwa H0
berapapun
diterima dan H1 ditolak. Dengan adanya
dapat
mengalami
kondisi
keuangan yang tidak sehat atau bahkan
nilai
kebangkrutan.
membuktikan
Hasil
penelitian
ini
signifikansi bahwa
sebesar
0,493
variabel
financial
konsisten dengan yang dilakukan oleh
leverage tidak memiliki pengaruh terhadap
Ricky
penerimaan
Riadi
bahwa
(2013)
umur
yang
menyatakan
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap under pricing. Reputasi
Audit
reputasi
Terhadap audit
Hasil
yang dilakukan oleh Christian (2013),
Tingkat Under pricing Pengaruh
leverage.
penelitian ini konsisten dengan penelitian Wendy
Pengaruh
financial
tidak
berpengaruh terhadap tingkat under pricing
dan
Agustin
Ekadjaja
(2009),
Hasanah dan Dinnul (2011) dan Eka Retnowati
(2011)
variabel
financial
menyatakan
bahwa
leverage
tidak
berpengaruh terhadap under pricing.
secara persial, dimana Pada variabel
Alasan mengapa financial leverage
reputasi auditor memiliki nilai signifikansi
tidak berpengaruh terhadap under pricing
sebesar 0,545 (> 0,05) yang berarti bahwa
adalah karena rasio yang menunjukkan
H0 diterima dan H1 ditolak. Yang artinya
rasio
semakin rendah reputasi auditor maka
resiko
tingkat underpricing akan semakin besar.
sehingga
Hasil
harga saham dan berdampak pada return
penelitian
ini
konsisten
dengan
hutang
perusahaan
penelitian yang dilakukan oleh Christian
saham
(2013),
investor,
Wendy
dan
Agustin
Ekadjaja
ini
lebih
mencerminkan
yang
relatif
megakibatkan yang
nantinya
ketidakpastian akan
akibatnya investor
menghindari
tidak berpengaruh terhadap under pricing.
memiliki financial leverage tinggi.
halnya
diterima
cenderung
(2009) menyatakan bahwa reputasi auditor Seperti
tinggi
saham-saham
yang
kebanyakan
penelitian yang telah dilakukan, ternyata
KESIMPULAN DAN SARAN
pada penelitian ini ditemukan pula bahwa
Simpulan
variabel
berpengaruh
1. Hasil dari Uji t membuktikan bahwa
terhadap under pricing seperti penelitial
kelima variabel bebas yakni ukuran
yang
perusahaan,
reputasi dilakukan
menyatakan
auditor oleh
bahwa
Johnson(2011) reputasi
berpengaruh terhadap underpricing.
auditor
umur
perusahaan,
reputasi auditor dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page42 47
ISSN 1412-2936 tingkat
under
dikarenakan
pricing.
nilai
Hal
signifikansi
ini
DAFTAR PUSTAKA
dari
Ghozali, Imam. 2013, Aplikasi Analisis
kelima variabel bebas ini lebih dari 0,05
Multivariate Dengan Program SPSS
yakni
ukuran
perusahaan
sebesar
21
0,825,
umur
perusahaan
sebesar
Universitas Diponegoro. Semarang
0,298, reputasi auditor sebesar 0,545 dan financial leverage sebesar 0,493.
Hasanah,
Edisi Akbar
Analisis
7.
Badan
Alvian
Penerbit
Dinnul.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi 2. Hasil dari uji f membuktikan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor dan financial leverage tidak
berpengaruh terhadap
tingkat
Bursa Efek Indonesia. STIE MDP. Handayani, Sri Retno (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
signifikan 0,712 lebih besar dari 0,05.
Umum Perdana (Studi Kasus pada
pricing
pada
Penawaran
Perusahaan Keuangan yang Go
Variabel
yang
digunakan
ukuran
perusahaan,
terbatas
perusahaan, reputasi
umur
auditor
dan
financial leverage. Sedangkan masih banyak variabel-variabel yang memiliki
Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-
2006.
Tesis.
Semarang:
Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Kristiantari, Dewa I. 2013. Analisis Faktor-
pengaruh juga terhadap under pricing.
Faktor Yang Mempengaruhi Under
Bagi perusahaan diharapkan dapat
pricing Saham Pada Penawaran
memberikan informasi secara lengkap,
Saham Perdana Di Bursa Efek
sesuai dengan kondisi riil perusahaan
Indonesia . Jurnal Ilmiah Akuntansi
dan lebih up to date dalam bentuk
Dan Humanika JINAH. Vol 2, No. 2,
laporan
Singaraja.
keuangan
yang
akan
dipublikasikan.
3.
Underpricing Saham Perdana Di
Under
pada
2.
Tingkat
under pricing dimana f diperoleh nilai Saran
1.
2013.
Martini,
Dwi,
Yolana
Christina.
2005.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
Variabel-Variabel
menggunakan periode penelitian yang
Mempengaruhi Venomena Under
lebih
sampel
pricing Pada Penawaran Saham
lebih
Perdana Di BEJ 1994-2001. SNA
luas
penelitian
agar yang
jumlah digunakan
banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian selanjutnya juga dapat
mencoba
variabel-variabel kemungkinan pricing.
menggunakan lainnya
mempengaruhi
Yang
VIII. Solo. Nikmah, Triani Apriliani. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor,
yang
Persentase Penjamin Emisi, Ukuran
under
Perusahaan Dan Fenomena under pricing. Studi Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. SNA VIIII. Padang.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 48 43
ISSN 1412-2936 Sandiadji, Nugroho Bram. Analisis Faktor-
Prastica,
Yurena.
2012.
Faktor-Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Yang Mempengaruhi Tingkat Under
Under
Pada Penawaran
pricing
Pada
Umun Perdana 1996-2002. Tesis.
Umum
Saham
Universitas Diponogoro.
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol. 1,
pricing
Supomo, Indriantoro. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk
Akuntansi
Dan
Manajemen, Edisi Pertama. Tobing, Christian
Saat
Penawaran
Perdana.
Jurnal
No. 2, Maret 2012. www.idx.co.id Yulia, Muna. Analisis Faktor-Faktor Yang
Riolsen Lbn. 2013.
Mempengaruhi
Under
pricing
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penawaran Umum Perdana (IPO)
Tingkat
Di
Under
pricing
Pada
Bursa
Efek
Jakarta.
Jurnal
Perusahaan Yang Melakukan IPO
Penelitian
Dan
Pengembangan
Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun
Akuntansi Vol. 1, No. 2, Maret 2007.
2010-2012.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 49 44
ISSN 1412-2936 PERAN KEMAMPUAN INOVASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) (Survey pada Usaha Kecil Menengah (UKM) dikota Malang)
Zainurrafiqi
[email protected] Fakulats Ekonomi Universitas Madura
ABSTRAK Usaha Kecil Menengah (UKM) membutuhkan Kemampuan Inovasi yang kuat untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis. Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian ini menekankan pentingnya akan peran Kemampuan Inovasi dalam meningkatkan Kinerja Bisnis. Data diperoleh dari 228 UKM di kota Malang. Analisis Data menggunakan Structural Equation Model (SEM). Secara keseluruhan hasil penelitian ini sebagai berikut: pertama, Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Kedua, Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Ketiga, Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi. Keempat, Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Dan kelima, Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran. Kata kunci:
Orientasi Pembelajaran , Sumberdaya Teknologi Informasi (TI),
Kewirausahaan, Kemampuan Inovasi, Kinerja Bisnis. St-Pierre,
PENDAHULUAN Lingkungan bisnis berubah dengan sangat
cepat
kebutuhan
begitupun
konsumen.
juga
dengan
Beberapa
2005).
mempelajari
UKM
ilmu
dituntut baru
untuk dalam
mengembangkan produk baru sehingga
UKM
bisa menarik minat pasar dan konsumen.
hadir berkembang ditengah kompleknya
Inovasi adalah modal utama kelangsungan
lingkungan bisnis yang ditandai dengan
hidup perusahaan (Hurley and Hult, 1998).
kebutuhan akan efesiensi yang tinggi,
UKM butuh mengelola Kemampuan Inovasi
efektifitas dan kompetitifitas berdasarkan
dengan
inovasi dan pengetahuan (Raymond and
perusahaan siap meraih Kinerja Bisnis
efektif
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
untuk
menyiapkan
Page 50 45
ISSN 1412-2936 yang lebih besar. Inovasi adalah pusat
terhadap Kinerja Bisnis. Ketiga, pengaruh
strategi
Orientasi
yang
perusahaan
berperan
pada
untuk
suatu
Pembelajaran
terhadap
memenangkan
Kemampuan Inovasi. Keempat, pengaruh
persaingan serta mendapatkan manfaat
Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan
sebanyak mungkin di pasar.
Kemampuan
Menurut
Nasution,
terhadap
Kinerja
al.
(2011)
Bisnis. Dan kelima, pengaruh Sumberdaya
merujuk
pada
Teknologi Informasi (TI) terhadap Orientasi
untuk
Pembelajaran . Batasan penelitian yaitu
mengadopsi atau menerapkan ide baru,
penelitian ini dilakukan pada UKM di kota
proses
Malang. Penelitian ini berkontribusi untuk
Kemampuan
Inovasi
kemampuan
perusahaan
atau
Beberapa
et
Inovasi
produk
dengan
peneliti
telah
sukses.
melakukan
penelitian terkait dengan faktor-faktor yang
menyeselesaikan
permasalahan
yang
terdapat dalam UKM.
mempengaruhi Kemampuan Inovasi serta dampaknya
pada
Kinerja
Perusahaan
mengembangkan
Kemampuan beratkan
Bisnis.
Inovasi
dengan
pada Orientasi
menitik
Pembelajaran
TEORI DAN HIPOTESIS Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis Yang
(2011)
Kemampuan
mendefinisakn
Inovasi
sebagai
suatu
(Calantone, et al., 2002) dan menyiapkan
kemampuan potensial perusahaan untuk
Sumberdaya
menempatkan
Teknologi
Informasi
(TI)
dirinya
arena
(Benitez-Amado et al., 2010), dengan
moderenisasi
tujuan untuk memperoleh kinerja yang
produk baru, teknologi dan kemajuan-
lebih baik. Menurut hasil penelitian yang
kemajuan lainnya yang berdampak pada
dilakukan oleh Lee dan Hsieh (2010)
keunggulan
disimpulkan bahwa Kewirausahaan juga
pesaingnya. Penelitian yang dilakukan oleh
berperan
meningkatkan
Jimenez-jimenez
bersaing.
Pada
keunggulan
dasarnya
antara
seperti
pada
bersaing &
pengembangan
melebihi
Sanz-Valle
para (2011)
berpendapat bahwa definisi dari inovasi
Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan
adalah
Orientasi Pembelajaran
adalah sama-
mengadopsi ide baru atau tingkah laku.
sama sangat menekankan pada kesediaan
Selanjtnya, Robert (1999) mendefinisikan
dan kemampuan untuk berinovasi didalam
Inovasi adalah konsep yang sangat luas
perusahaan (Nasution, et al., 2011 dan
dalam
Benitez-Amado, et al., 2010). .
perkembangan.
Penelitian
ini
ide
yang
keberlangsungan Berdasarkan
termasuk
suatu penelitian
beratkan
terdahulu tersebut maka dalam penelitian
pentingnya Peran Kemampuan Inovasi
ini mendefinisikan Kemampuan Inovasi
dalam
Bisnis.
sebagai Kemampuan Organisasi untuk
Pertama peneltian ini menguji pengaruh
menciptakan ide baru, proses dan produk
Kemampuan
dengan
meningkatkan Inovasi
menitik
berbagi
Kinerja terhadap
Kinerja
Bisnis. Kedua, pengaruh Kewirausahaan
sukses.
membutuhkan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Artinya kapasitas
UKM untuk
Page46 51
ISSN 1412-2936 menciptakan sesuatu yang baru dalam rangka mendapatkan keunggulan bersaing. Menurut
Calantone,
et
al.
Hipotesis 1: Kemampuan
(2002)
Inovasi
mempunyai pengaruh yang
Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
signifikan
haruslah inovatif untuk bisa bertahan hidup
terhadap Kinerja Bisnis
dalam
sengitnya
persaingan
(2011);
Sinkula,
et
positif
bisnis.
Sedangkan Jiménez-jiménez dan SanzValle
dan
al.
(2001)
Kewirausahaan dan Kinerja Bisnis Menurut
Nasution
(2011),
menyatakan bahwa inovasi bisa membantu
kewirausahaan
perusahaan menyelesaikan permasalahan
sebuah prosses peningkatan dari kekayaan
lingkungan eksternal, dan juga inovasi
melalui inovasi dan eksploitasi dari sebuah
adalah sebagai salah satu alat atau modal
peluang
utama
bisa
karakteristik jiwa wiraswasta yang berani
bertahan lebih lama dalam dunia bisnis.
mengambil resiko, otonom, dan proaktif.
Organisasi bisnis dengan Kemampuan
Sedangkan Wang (2008), Covin, dan
Inovasi
Slevin
suatu
perusahaan
yang
tinggi
untuk
dapat
membantu
digambarkan
yang
mana
(1991)
memerlukan
dalam
temuannya
perusahaan untuk cepat merespon peluang
menyimpulkan
bisnis yang ada serta dapat memanfaatkan
sebagai sebuah proses yang mencakup
produk baru dan peluang pasar dari pada
inovasi pasar, produk, pengambilan resiko,
organisasi
proaktif dalam pengenalan inovasi, dan
bisnis
lainnya
yang
tidak
inovatif.
bahwa
sebagai
kewirausahaan
bersikap agresif terhadap kompetitor.
Penelitian
yang
Jimenez-jimenez
&
dilakukan Sanz-Valle
oleh
Selanjutnya Slater dan Narver (2005)
(2011),
menyatakan bahwa kewirausahaan dalam
Allred & Swan (2005), dan Wang (2012)
organisasi
menemukan bahwa Kemampuan Inovasi
mengidentifiksi kebutuhan pelanggan yang
mempunyai pengaruh yang signifikan dan
tersembunyi dan cara yang inovatif untuk
positif terhadap Kinerja Bisnis, dengan
memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan
Kemampuan
Inovasi
yang
maka
wiraswasta yang paling utama tidak hanya
perusahan
bisa
dengan
mudah
menciptakan produk terbaik dari pada
ada
mendapatkan keunggulan bersaing serta
pesaing
bisa
perusahaan
membimbing
memenangkan
mereka
persaingan
dalam
bisnis
memungkinkan
namun untuk
juga
untuk
memimpin
mengenali
serta
dan
memenuhi keinginan pelanggan. Kehadiran
meningkatkan Kinerja Bisnis perusahaan
wiraswasta dalam perusahaan tidak hanya
(Damanpour, 1991; Hurley & Hult, 1998
menemukan
dan
perusahaan
Rhodes, et al. (2008). Berdasarkan
penelitian
terdahulu
penelitian
ini
tersebut
mengusulkan
maka hipotisis
teknologi namun
juga
baru
untuk
bagaimana
kehadirannya bisa membawa perusahaan kearah
yang
lebih
maju
serta
bisa
sebagai berikut: Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 52 47
ISSN 1412-2936 memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi pihak internal perusahaan.
Orientasi Pembelajaran
Wang (2008) Menyebutkan bahwa firma
kewirausahaan
Fiol & Lyles (1985) menyebutkn bahwa
menanamkan
proses keseluran dalam organisasi untuk belajar yang dimulai dari masing-masing
fleksibilitas, dan bantuan perorangan dan
individu
sehingga
kelompok,
kebebasan
untuk
belajar
secara
kreatifitas
mereka
dan
melatih untuk
mencerminkan
terbentuk
semangat
keseluran
dalam
perusahaan. Sementara Calantone, et al.
memperjuangkan ide-ide mereka. Oleh
(2002)
karena itu, siapapun yang menerapkan
Pembelajaran
kewirusahaan
perusahaan
secara
dan
menciptakan
serta
menggunakan
adanya tanda peluang didalam lingkungan
pengetahuan
untuk
meningkatkan
serta
keunggulan
perubahan
dapat
terhadap
dapat
Kinerja
lingkungan
memahami
Bisnis
temuannya
menemukan
yang
Covin
prinsip-prinsip
sukses.
dan
Slevin
mengatakan
kegiatan
luas
bersaing,
untuk
berdasarkan
Dalam
penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini
(1991)
mendefinisikan
Orientasi
sebagai
signifikan mempengaruhi Kinerja Bisnis.
menghasilkan
Sebuah
mengembangkan
yang
Orientasi
adalah
menyatakan bahwa kewirausahaan secara kewirausahaan
bahwa
tinggi
aktifitas
Pembelajaran
perusahaan
proses
dalam
yang
dapat
wawasan
dan
menyediakan bisnis dengan kemampuan
pengetahuan untuk meningkatkan kinerja
untuk
perusahaan.
menemukan
dan
menciptakan
kesempatan baru sehingga mereka dapat
menyebutkan
dibedakan dengan perusahaan yang lain
organisasi
dan
fleksibelitas,
dapat
menciptakan
keunggulan
Hult,
al.
(2004)
budaya
belajar
berdampak
pada
bahwa bisa
et
kesempatan
untuk
bersaing. Wiklunda dan Shepherd (2005)
berkembang, dan semua hal yang terbaik
meneliti 4132 UKM di Swedia dan hasilnya
untuk
menunjukkan
peningkatan kinerja serta kemampuan.
bahwa
kewirausahaan
perusahaan
terkait
berpengaruh secara signifikan terhadap
Jadi Orientasi Pembelajaran
Kinerja
dalam
Bisnis.
Berdasarkan
penelitian
membentuk
berperan
perusahaan
semakin
mengusulkan hipotisis sebagai berikut:
semakin fleksibel dengan dilakukannya
Hipotesis 2: Kewirausahaan mempunyai
inovasi yang kreatif. (Jimenez-jimenez &
yang
signifikan
dan positif terhadap Kinerja Bisnis.
dalam
beroprasi
untuk
terdahulu tersebut maka penelitian ini
pengaruh
cepat
dengan
dan
Sanz-Valle, 2011). Beberapa peneliti menyebutkan subdemensi
untuk
mengukur
Orientasi
Pembelajaran . Baker & Sinkula (1999), Orientasi
Pembelajaran
Kemampuan Inovasi
dan
Sinkula, et al. (2001) dan Nasution, et al. (2011) menggunakan 3 konsep untuk Orientasi Pembelajaran , yaitu komitemen
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 53 48
ISSN 1412-2936 belajar, berbagi pendapat, Membuka Diri.
inovatif berasosiasi secara positif dengan
Komitmen Pembelajaran adalah prinsip
budaya
yang
menekankan
adaptasi,
utama
inovasi,
dan
pembelajaran.
Menurut
dalam
belajar,
hal
itu
adalah
pondasi utama perusahaan untuk terus
penelitian
belajar
menemukan
dalam
kemampuan,
rangka
berbagi
meningkatkan
et
al.
bahwa
(2001) Orientasi
adalah
Pembelajaran mempunyai pengaruh yang
fokus perusahaan yang luas untuk belajar.
signifikan dan positif terhadap Kemampuan
Calantone,
mengatakan
Inovasi. Berdasarkan penelitian terdahulu
bahwa tanpa berbagi pendapat maka
tersebut maka penelitian ini mengusulkan
belajar
hipotisis sebagai berikut:
et
al.
kurang
pendapat
Calantone,
(2002)
mempunyai
makna,
seringkali dalam berbagi pendapat proses
Hipotesis 3: Orientasi
Pembelajaran
belajar menjadi semakin bermakna dan
mempunyai pengaruh yang
semakin mendalam ilmu yang dipelajari
signifikan
serta dalam berbagi pendapat seseorang
terhadap
bisa mendapatkan ide baru.
Inovasi.
dan
positif
Kemampuan
Alegre dan Chiva (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berperan sebagai
Sumberdaya Teknologi Informasi (TI),
sebuah penentu dalam pengembangan
Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis
projek produk baru dikarenakan hal itu akan
membuat
beradaptasi
produk
untuk
Real, et al. (2006) memberikan konsep
baru
mampu
dari infrastruktur teknologi informasi dalam
merubah
faktor
ilmu menejemen, digambarkan sebagai
lingkungan, seperti permintaan pelanggan
kapabilitas
yang
mampu untuk mendukung menyebarkan
tidak
teknologi
menentu,
atau
pengembangan
pergulatan
persaingan.
teknologi
informasi
yang
pengetahuan dalam sebuah organisasi.
Pembelajaran generatif adalah yang paling
White
cepat dari pembelajaran organisasi, hal ini
menyarankan
tampak ketika sebuah organisasi bersedia
implementasi dari praktek pembelajaran
untuk
dan
bertanya
penyelenggaran
tentang
panjang
asumsi
(2011),
teknologi
pengetahuan
oleh
mereka sebagai
individu
pelanggan, kemampuan, atau strategi dan
manusia.
Penelitian
menghasilkan perubahan dalam pelatihan,
sumber teknologi informasi adalah sebgai
strategi dan nilai (Aragón-Correa, et al.,
alat, proses, pengetahuan, dan sistem
2007).
yang
ini
adalah
memiliki
membantu
atau
untuk
jenis
misi,
Bruton
organisasi
Pemeblajaran
tentang
dan
ini
usaha
menyimpulkan
kemampuan
untuk
sebuah alat pendukung untuk inovasi yang
memproses data menjadi informasi yang
radikal dalam sebuah produk dan proses.
berguna untuk menghasilkan pengatuan
Hurley dan Hult (1998) fokus kepada
dan aktivitas pembelajaran.
agensi yang besar di pemerintah pusat US
White & Bruton, (2011) berpendapat
untuk menunjukkan bahwa organisasi yang
bahwa tidak hanya bisnis dimasa depan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 54 49
ISSN 1412-2936 yang akan langsung di hendel oleh tenologi
Hipotesis 4: Sumberdaya
Teknologi
akan tetapi sumber dari bisnis hari ini
Informasi
dijalankan oleh teknologi dan aplikasinya.
Kemampuan
Dia
mempunyai pengaruh yang
percaya
bahwa
perkembangan
(TI)
dan Inovasi
teknologi didukung oleh perkembangan
signifikan
dan
positif
paten diseluruh dunia.
terhadap Kinerja Bisnis.
Selanjutnya, Taraf & Gordon (2007) menandai
bahwa
sumber
informasi
teknologi seperti teknologi sebagai sarana teknologi infomasi dan manusia sebagai sumber
informasi
bertindak
teknologi
sebagai
mampu
dan Orientasi Pembelajaran Hal teknologi
yang
paling
informasi
penting
untuk
dalam
pelaksanaan
yang
orientasi pembelajaran adalah ditetapkan
memungkinkan membuat inovasi bisnis.
oleh teori dan fakta-fakta empiris. Menurut
Teknologi
penelitian Real, et al. (2006), teknologi
sebagai
infomasi
(TI)
kunci
Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)
sarana
akan
meningkatkan
teknologi
mampu
perusahaan
untuk
informasi
dan
signifikan
memiliki
pengaruh
terhadap
yang
Orientasi
kemampuannya untuk mendirikan sebuah
Pembelajaran. Teknologi informasi adalah
lingkungan
sebuah
inovatif
kreatifitas
dan
yang
mendorong
pengembangan
komponen
yang
kuat
dalam
sebuah
pembelajaran karena digunakan sebagai
produk baru dan proses. Kreatifitas dapat
alat, proses, pengetahuan dan sistem yang
dirangsang
mampu
jika
sumberdaya
yang
meningkatkan Demikian
perusahaan
dimilikinya
wewenang
juga
menjamin
para
untuk
merubah
data
menjadi
serta
informasi yang berguna untuk menyiapkan
karyawan.
pengetahuan dan aktifitas pembelajaran.
karyawan
akan
Hasil Rogé, et al. (2011) menunjukkan
menggunakan teknologi sebagai sarana
bahwa
teknologi infomasi (TI) seperti databes,
pengaruh langsung yang signifikan dan
aplikasi
positif terhadap orientasi pembelajaran.
atau
sistem
email
untuk
teknologi
informasi
mengembangkan tugas mereka dengan
Orientasi
cara yang lebih inovatif (Chandler, et al.,
perolehan, penyebaran, dan penggunaan
2000).
(2010)
informasi. Lee & Choi (2003) menemukan
dari
bahwa Teknologi Informasi berpengaruh
teknologi
secara signifikan terhadap variabel Proses
infomasi dan manusia sebagai sumber
Pembelajaran Perusahaan. Berdasarkan
informasi teknologi memiliki pengaruh pada
penelitian
terdahulu
perkembangan lingkungan yang inovatif.
penelitian
ini
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut
sebagai berikut:
maka penelitian ini mengusulkan hipotisis
Hipotesis 5: Sumberdaya
Benitez-Amado,
menemukan teknologi
bahwa sebagai
sebagai berikut:
et
al.
penyebaran sarana
pembelajaran
memiliki
tersebut
mengusulkan
Informasi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
berfokus
(TI)
pada
maka hipotisis
Teknologi mempunyai
Page 55 50
ISSN 1412-2936 pengaruh dan
yang
signifikan
positif
Orientasi Pembelajaran .
terhadap
METODOLOGI Kerangka Penelitian Orientasi Pembelajaran H3
H5
Sumberdaya Teknologi Informasi
H4
Kemampuan Inovasi
H1
Kinerja Bisnis
H2
Gambar 1 kerangka Penelitian Kerangka Penelitian
Kewirausahaan
sebanyak 215 yang mana hasil jawaban
Pengumpulan Data Sampel pada penelitian ini adalah
yang efektif rata-rata 94%.
pemilik/Manajer UKM di Kota Malang, penelitian ini menggunakan pendekatan wawancara
secara
untuk
Variabel pada penelitian ini diukur
mendapatkan data dari pemilik/manajer
dengan menggunakan skla Likert dengan
UKM. Alasan memilih UKM di Malang
ring 7 ke 1. Dimana 7 artinya “Sangat
sebagai
kota
Setuju” dan 1 artinya “Sangat Tidak
malang sebagai salah satu pusat bisnis
Setuju”. Variabel pada penelitian ini terdiri
terbesar
kususnya
di
dari
memiliki
komitmen
yang
objek
memajukan kususnya
penelitian
bisnis para
meningkatkan
personal
Pengukuran
di
pelaku inovasi
karena
Jawatimur tinggi
kota
dan untuk
bisnis
dan
Variabel
Variabel Independen yaitu:
Mereka
a. Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)
untuk
mengembangkan kinerja mereka.
dependen
independen.
tersebut,
UKM.
varibel
Untuk
pengukuran
Sumberdaya
Teknologi
vaiabel
Informasi
(TI)
Penelitian ini menggunakan kuesioner
penelitian ini merujuk pada penelitian yang
yang didistribusikan kepada 228 UKM di
dilakukan oleh Ray, et al. (2005) dan
kota
tersebut
Benitez-Amado, et al., 2010). Mereka
industri di
mengusulkan untuk variabel Sumberdaya
Kota Malang. Responden yang digunakan
Teknologi Informasi (TI) terdiri dari 5 item,
Malang.
Kuesioner
disebarkan ke koperasi dan
2
item
untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Sumberdaya
Teknologi
Page 56 51
ISSN 1412-2936 Informasi
(TI)
berdasarkan
alat
teknologinya dan 3 item untuk Sumberdaya Teknologi
Informasi
(TI)
berdasarkan
manusianya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data telah di analisis menggunakan
b. Kewirausahaan
sofwer AMOS 17 dan program Structural
Untuk
mengukur
variabel
Equation Model (SEM). Menurut Kaplan
Kewirausahaan,
penelitian
merujuk
(2000), ada 2 langkah dalam prosedur
pada penelitian yang dilakukan oleh Wang
Structural Equation Model (SEM). Langkah
(2008) dan Nasution, et al. (2011). Mereka
pertama adalah Model Pengukuran dan
mengusulkan
langkah kedua adalah Model Stuktural.
ini
untuk
variabel
Kewirausahaan terdiri dari 4 item yaitu proaktif, persaingan yang agresif, berani
Model Pengukuran
menghadapi resiko dan inovatif.
Kebaikan Indikasi Kelayakan (Goodness
Dan untuk variavel dependen yaitu: a. Orientasi Pembelajaran
Fit Indices) Model Pengukuran ini telah diestimasi
Peneltian ini merujuk pada penelitian
menggunakan metode Confirmatory Factor
yang dilakukan oleh Nasution, et al. (2011),
Analysis (CFA). Menurut Hooper, et al.
Calantone, et al. (2002), Hult, et al. (2002),
(2008) Pengukuran Indikasi Kelayakan
Sinkula, et al. (2001). Variabel Orientasi
adalah nilai Chi-square (χ2), Goodness of
Pembelajaran
terdiri dari 8 item, 3 item
Fit (GFI), Adjusted Goodness of Fit (AGFI),
untuk Komitmen Pembelajaran, 3 item
Root Mean Square Error of Approximation
untuk berbagi pendapat dan 2 item untuk
(RMSEA), Comparative fit index (CFI), dan
Membuka Diri.
indikator lainnya yang termasuk secara
b. Kemampuan Inovasi Peneltian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Rhodes, et al. (2008),
keseluruhan
indikasi
kelayakan
model
Pengukuran. Hasil
analisis
pada
Tabel
1
Nasution, et al. (2011), dan Jimenez-
menunjukkan χ2/df-ratio adalah 1.99 yaitu
jimenez & Sanz-Valle (2011). Variabel
kurang dari 2. Hal tersebut berarti bahwa
Kemampuan Inovasi terdiri dari 5 item, 2
model telah di terima. GFI, NFI, NNFI, dan
item intuk inovasi produk, 3 item untuk
CFI adalah lebih besar dari atau mendekati
inovasi proses.
0.9, jadi GFI, NFI, NNFI, dan CFI telah
c. Kinerja Bisnis
diterima. Untuk nilai RMSEA yaitu 0.07, hal
Peneltian ini merujuk pada penelitian
tersebut masih diterima karena menurut
yang dilakukan oleh Rhodes, et al. (2008)
MacCallum, et al. (1996) ring RMSEA 0.05
dan Delaney & Huselid (1996). Variabel
sampai 0.10 adalah diterima. Pengukuran
Kinerja Bisnis terdiri dari 4 item, 2 item
secara keseluruhan telah mengindikasikan
untuk kinerja keuangan, 2 item untuk
Kebaikan Kelayakan untuk model.
kinerja non keuangan. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 57 52
ISSN 1412-2936
Tabel 1 Hasil Kelayakan Model Pengukuran Index Chi-squire (χ2) Chi-squire DF Chi-squire (χ2/df) Goodness of Fit (GFI) Adjusted Goodness of Fit (AGFI) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Root Mean Square of Residual (RMR) Normed fit index (NFI) Non-normed Fit Index (NNFI) Comparative fit index (CFI)
Result 109.29 55 1.99 0.92 0.87 0.07 0.01 0.90 0.92 0.95
Tabel 2 Skala Riabilitas Gabungan Dan Analisis Validitas Konfergen Standardized t Indicator Composite Konstruk (F) dan Indikator (V) Loading value Reliability Reliability Orientasi Pembelajaran (F1) V1 Komitmen Pembelajaran 0.661 9.15 0.437 V2 Berbagi Pendapat 0.612 8.49 0.375 0.57 V3 Membuka Diri 0.367 4.88 0.135 Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (F2) Sumberdaya Teknologi V4 0.802 12.70 0.643 Informasi (TI)-Teknologi 0.83 Sumberdaya Teknologi V5 0.881 14.20 0.775 Informasi (TI)-Manusia Kewirausahaan (F3) V6 Pasar Proaktif 0.231 3.11 0.053 V7 Bersaing Agresif 0.476 6.72 0.226 0.64 V8 Berani Menghadapi Resiko 0.781 12.13 0.611 V9 Inovatif 0.683 10.32 0.466 Kemampuan Inovasi (F4) V10 Inovasi Produk 0.778 11.88 0.605 0.69 V11 Inovasi Proses 0.680 10.27 0.462 Kinerja Bisnis (F5) V12 Keuangan 0.751 11.68 0.564 0.84 V13 Non Keuangan 0.936 15.12 0.877 Analisis Reabilitas dan Model Pengukuran
Model
Pengukuran
untuk
riabilitas
telah memenuhi standar untuk pengujuan Variabel, termasuk semua Variabel yang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 58 53
ISSN 1412-2936 telah di observasi menggunakan loding
antara 0.6, nilai yang direkomendasikan
tandar
oleh Fornell & Larcker (1981), yaitu lebih
faktor,
dan
untuk
menghitung
riabilitas gabungan untuk setiap variabel.
besar dari 0.60.
Riabilitas gabungan pada Tabel 2 yaitu Analisis validitas dan Model Pengukuran
Validitas Diskriminan Semakin
Validitas Konfergen Untuk
Pendeteksian
tinggi
Koefisien
Korelasi
Validitas,
antara 2 variabel mumungkinkan adanya
penelitian ini menggunakan Analisis Faktor
indikasi Validitas Diskriminan tidak bisa
Konfirmatori
terpenuhi. Oleh karena itu, pada penelitian
untuk
mengukur
skala
Validitas Konvergen. Dari Tabel 2 pada
ini
kolom
Pembelajaran
t-value,
standar
loading
untuk
bermaksud ”
memilih dan
“
Orientasi
“Kewirausahaan”,
semua variabel yang diobservasi adalah
“Kewirausahaan”
signifikan
1.96),
Inovasi” dengan keefisien korelasi yaitu
menunjukkan Jalur (path) koefisien yang
lebih besar dari 0.8 untuk membuktikan
signifikan, dan ini sebagai bukti bahwa
bahwa
hasil dari indikator-indikator tersebut telah
mempunyai Validitas Diskriminan.
(lebih
besar
dari
dua
dan
pasang
“Kemampuan
variabel
tersebut
memenuhi persyaratan Validitas Konfergen (Anderson & Gerbing, 1988). Tabel 3
Orientasi Pembelajaran ↔ Kewirausahaan Kewirausahaan ↔ Kemampuan Inovasi
Analisis Validitas Diskriminan Unidimensional Measurement The Correlation Measurement Model difference Coefficient Model Chi7.855 117.14 109.285 square 0.81*** DF 1 56 55 0.86***
Chisquare DF
117.08
109.285
7.795
56
55
1
Catatan: *p<0.05, **p<0.01, ***p<0.001. Hasil
pengujian
pada
Tabel
nilai
chi-square
Diskriman telah terpenuhi karena korelasi
berbeda diantara pengujian dan model
terbesar antar variabel adalah berbeda
pengukran tak berdimensi untuk 1 pasang
secara signifikan.
adalah signifikan. Hal itu dapat disimpulkan
Variasi Metode Umum/Common Method
bahwa veriabel-variabel tersebut berbeda.
Variance (CMV)
menunjukkan
bahwa
3
telah
menunjukkan
bahwa
Valitas
Secara garis besar, semua pengukuran
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 59 54
pvalue < 0.05
< 0.05
ISSN 1412-2936 Efek dari Common Method Variance
jika sebagian besar varian bisa jelaskankan
(CMV) adalah sebuah potensi validitas
oleh faktor tunggal, hasil test dari penelitian
yang utama dalam penelitian ilmu sosial
ini
(Sharma, et al., 2009). Ketika dua variabel
Menurut Podsakoff, et al. (2003) bahwa
atau lebih dikumpulkan dari responden
CMV tidak diasumsikan ada karena faktor
yang
pertama tidak menjelaskan sebagian besar
sama
dan
menginterpretasikan
mencoba kesamaan
untuk mereka
menunjukkan
nilai
CMV
40.04%.
varian pada variabel.
maka sebuah masalah dalam CMV dapat
Kedua, penelitian ini menggunakan
terjadi. Dalam pendapat Podsakoff, et al.
Faktor
(2003)
CMV
Latent Factor) untuk mengetahui varian
menunjukkan adanya sebuah bias yang
umum diantara varibel yang diobservasi
muncul setelah angka yang umum. Sebuah
pada model. Perbedaan signifikansi antara
konteks
model
mengatakan
ukuran
bahwa
yang
umum,
sebuah
Tersembunyi
metode
Umum
umum
dan
pengukuran
karakteristek item itu sendiri. CMV memiliki
Hasil pengujian bisa dilihat pada Tabel 4
sebuah pengaruh yang besar terhadap
dimana nilai p-value kurang dari 0.05.
pengamatan
secara
antara
variabel
dilakukan
model
konteks pokok yang umum, atau dari
pengaruh
telah
(Common
keseluruhan
pengujian.
Analisis
CMV
prediktor dan variabel kriteria didalam
menunjukkan bahwa tidak ada bias dalam
organisasi dan penelitian tingkah laku.
jawaban, jadi dapat disimpulkan bahwa
Penelitian ini menggunakan dua jalan untuk mengetes CMV. Pertama, ialah uji
rendahnya tingkat validitas pada penelitian ini
tidak
mungkin
ditemukan.
Harman's single factor, yaitu menekankan Tabel 4 Hasil Faktor Tersembunyi Umum Common Latent Measurement The difference Model Model Chisquare DF
247.142
109.285
137.857
65
55
10
p-value < 0.05
dilihat pada Tabel 5. Nilai Chi-square
Model Struktural Penelitian ini menyajikan penelitian
(χ2)/df-ratio yaitu 2.65. Menurut Hooper, et
empirik tentang Peran Kemampuan Inovasi
al. (2008) bahwa kurang dari 3 dapat
terhadap Kinerja Bisnis. Unutk menguji
diterima. GFI dan NNFI masih diterima
Hipotesis
ini
karena lebih besar dari 0.8 dan mendekati
menggunakan analisis Structural Equation
0.9. RMSEA masih diterima karena nilainya
Model (SEM). Secara keseluruhan hasil
sama dengan atau kurang dari 0.1. Secara
pngujian
Kebaikan
keseluruhan persyaratan untuk Indikasi
Kelayakan pada Model Struktural bisa
Kebaikan Kelayakan pada Model struktural
Penelitian,
untuk
penelitian
Indikasi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 60 55
ISSN 1412-2936 telah diterima. Model Struktural RNFI harus
memaksimumkan
lebih besar dari 0.9, mendekati 1 adalah
parsimony
lebih baik. RPR adalah untuk mendeteksi
Dengan nilai RPFI yang lebih tinggi maka
Tingkat Parsimoni untuk model Struktural.
lebih diperlukan. Hal itu dapat dilihat pada
Ring nilai mulai 0.0 sampai 1.0, semakin
Tabel 5 RNFI= 0.91, of RPR = 0.27, and
besar
RPFI
semakin
baik
kebaikan
=
0.24,
menunjukkan
memilih
parsimony.
yang
secara
simultan
dan
pada porsi Model Struktural.
kelayakannya. RPFI sangat berguna untuk model
kelayakan
Model
kebaikan
Struktural kelayakan
ini dan
Tabel 5 Model Struktural Indikasi Kebaikan Kelayakan Chisquare
DF
χ2/df
156.50
59
2.65
GF I 0.8 9
Combined Model AGF CF NF I I I 0.9 0.8 0.84 0 5
NNF I
RM R
RMSE A
0.87
0.02
0.08
Structural model RNF RPF RPR I I 0.91
0.27
0.24
Tabel 6 Koefisien Jalur Model Struktural Dependent Variabel
Independent Variabel
Kinerja Bisnis
Kemampuan Inovasi Orientasi Pembelajaran
Kemampuan Inovasi (H1) Kewirausahaan (H2) Orientasi Pembelajaran (H3) Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (H4) Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (H5)
Bagian ini akan dibahas mengenai pengesahan pengujian hipotesis.
Sebab
Standardized Jalur (path) coefficient
t value
0.44
4.34***
0.16
2.27*
0.73
2.60**
0.35
3.23**
0.33
7.37***
Square Multiple Correlation ( r2) 0.52
0.81
0.57
Kemampuan Inovasi yaitu 0.73; Sumber Teknologi
Informasi
→
Kemampuan
akibat jalur (path) antara variabel pada
Inovasi yaitu 0.35; dan Sumber Teknologi
pengujian hipotesis (H1 sampai H5) dan
Informasi → Orientasi Pembelajaran yaitu
hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
0.33. Selanjutnya, “Kemampuan Inovasi”
Hasil
sebagai variabel dependen, nilai r2 yaitu
nilai
jalur
Model
Struktural
ditunjukkan oleh Gambar 2. Pada Tabel
0.81;
terlihat
memiliki nilai r2 yaitu 0.57. dan “Kinerja
hasil
Kemampuan
koefisien Inovasi
jalur
yaitu
dan
→
Bisnis”
dan
“Orientasi
Pembelajaran
”
memiliki nilai r2 0.57. menurut
Kewirausahaan yaitu 0.44 dan 0.16 secara
Kleijnen, et al. (2007) kategori ukuran
berturut-turut; Orientasi Pembelajaran
pengaruh r2 yaitu kecil 0.02, sedang 0.13,
→
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 61 56
ISSN 1412-2936 besar 0.26. Dapat disimpulkan bahwa
memiliki tingkat dukungan yang tinggi.
Kemampuan
Hasil analisis jalur bisa dilihat pada Tabel
Pembelajaran
Inovasi,
Orientasi
dan Kinerja Bisnis adalah
V2
V1
V3
0.6
0.68
6.
0.36
Orientasi Pembelajaran 0.73** V4
0.76
0.72
Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)
0.82
V11
V10
0.68
0.35**
Kemampuan Inovasi
V12
0.44**
V5 V8
V7
V6 0.18
0.44
0.77
V9
D2
0.73
V13
0.75 0.93
Kinerja Bisnis
0.16*
Kewirausahaan D1
Catatan: *p<0.05, **p<0.01, ***p<0.001. Gambar 2 Hasil Model Struktural
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 62 57
ISSN 1412-2936
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bagian ini akan membahas tentang Kesimpulan, Batasan dan Saran penelitian. Kesimpulan Penelitian Pengaruh Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis (H1 Diterima). Temuan pertama pada penelitian ini yaitu Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.44, t=4.34, p<.001). temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Allred & Swan (2005) dan Jimenez-jimenez & SanzValle (2011) menyebutkan bahwa Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis, hal itu membuktikan bahwa Kemampuan Inovasi berperan penting dalam mempengaruhi Kinerja Bisnis. UKM bisa meningkatkan kinerjanya baik secara finansial ataupun non finansial dengan mengembangkan Kemampuan Inovasi untuk menciptakan produk baru dan proses yang lebih inovatif daripada pesaing. Pengaruh Kewirausahaan terhadap Kinerja Bisnis (H2 Diterima). Temuan kedua pada penelitian ini yaitu Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.16, t=2.27, p<.05). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Covin & Slevin (1991) dan Wiklunda & Shepherd (2005) menyebutkan bahwa Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Selama UKM terus meningkatkan jiwa kewirausahaan dengan ikut serta secara aktif pada kegiatan pemasaran, bersaing secara agresif, berani menghadapi resiko dan aktif melakukan inovasi, maka UKM akan membuka peluang baru untuk
meningkatkan Kinerja Bisnis untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Pengaruh Orientasi Pembelajaran terhadap Kemampuan Inovasi (H3 Diterima). Temuan ketiga pada penelitian ini yaitu Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi (koefisien=0.73, t=2.60, p<.01). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Calantone, et al. (2002) menyebutkan bahwa Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi. Jika UKM mempunyai komitmen yang tinggi untuk selalu belajar, maka hal itu akan memberikan banyak manfaat bagi UKM, seiring dengan bertambahya pengetahuan yang diperoleh dari belajar, UKM bisa mempunyai banyak inspirasi untuk mengembangkan produknya serta menjaga produknya agar tetap laku. Manajer UKM juga harus menyalurkan pengetahuannya kepada para karyawannya sehingga diharapkan karyawan dengan pegetahuan yang dimilikinya bisa menciptakan suatu inovasi tertentu yang dapat membantu perusahaan mendapatkan keunggulan bersaing dan mencapai tujuannya. Karyawan dengan pengetahuan yang luas akan dengan mudah untuk membuka diri menerima ide-ide baru yang bermanfaat untuk pengembangan UKM (Sinkula, et al., 2001). Pengaruh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis (H4 Diterima). Temuan keempat pada penelitian ini yaitu Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.35, t=3.23, p<.01). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Benitez-Amado, et
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 62 58
ISSN 1412-2936
al. (2010) dan Rhodes, et al. (2008) menyebutkan bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Hal ini adalah bukti bahwa UKM dengan Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) yang tinggi dapat menciptakan produk inovatif serta proses inovatif di perusahaan. Manusia yang menggunkan kecanggihan teknologi informasi dapat mengembangkan kemampuannya untuk berinovasi diperusahaan. Teknologi bisa membantu seseorang untuk lebih kreatif untuk menciptakan serta mengembangkan produk baru yang inovatif. Pengaruh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) terhadap Orientasi Pembelajaran (H5 Diterima). Temuan terakhir pada penelitian ini yaitu Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran (koefisien=0.33, t=7.37, p<.001). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Real, et al. (2006) dan Rogé, et al. (2011) menyebutkan bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran . Hal ini adalah bukti bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan semangat belajar pada UKM. UKM butuh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan manusia yang menguasai teknologi di bidang Informasi untuk menciptakan rasa nyaman dalam belajar. Ketika UKM lebih bersemangat untuk meningjatkan kecanggihan Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) nya maka UKM akan mempunyai kemampuan untuk menjadi semakin inovatif dalam hal menciptakan produk.
BATASAN DAN SARAN PENELITIAN Berdasarkan temuan pada penitian ini bahwa peran Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis adalah sangat penting dalam ligkungan bisnis, namun seiring dengan perkembangan waktu peran tersebut bisa berubah. Penelitian ini memeiliki batasan serta saran untuk penelitian selanjutnya. Batasan a. Analisis Model Pengukuran Reabilitas menunjukkan nilai babungan Reabilitas dari Orientasi Pembelajaran kurang dari 0.60. hal itu dikarenakan standar loading dari tiap-tiap indikator nilainya rendah. b. Penelitian ini fokus pada UKM di Kota Malang, dimana datanya diperoleh dari koperasi dan industri di Kota Malang, jadi hasil penelitian ini dapat digenalisir pada bidang UKM saja. Saran Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi penelitian yang akan datang, berikut saran berdasarkan penelitian ini: a. UKM harus meningkatkan Kewirausahaan untuk meningkatkan Kinerja Bisnis, UKM harus bejuang lebih keras untuk semakin aktif dan agresif dalam bersaing dalam merespon semua peluang bisnis yang ada. b. Penelitian ini fokus pada UKM di Kota Malang, disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti dikota yang lainnya termasuk bisa meneliti perusahan besar. c. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan analisis crosssectional, yakni dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, apakah masih sejalan atau tidak. Tujuannya adalah untuk mengamati peran Kemampuan Inovasi dalam beberapa dekade, dan dampaknya pada Kinerja Bisnis. Bagaimanapun beberapa variabel bisa saja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page59 63
ISSN 1412-2936
berubah seiring perubahan waktu yang berdampak pada berubahnya hasil penelitian, oleh karena itu, disarankan untuk penelitian yang akan datang untuk mengembangkan model teori menjadi semakin mendalam. d. Kerangka Teori pada penelitian ini terdiri dari 5 macam variabel yaitu Orientasi Pembelajaran , Sumberdaya Teknologi Informasi (TI), Kewirausahaan, Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis. Oleh karena itu, saran nagi penelitian selanjutnya untuk lebih mengembangkan Kerangka Teori dengan menganalisis variabel yang lainnya seperti Budaya dan Permasalahan Lingkungan. REFERENSI Alegre, J. and R. Chiva, 2008, “Assessing the Impact of Organizational Learning Capability on Product Innovation Performance: An Empirical Test,” Technovation, 28, 315-326. Allred, B.B. and K.S. Swan, 2005, “The Mediating Role of Innovation on The Influence of Industry Structure and National Context on Firm Performance,” Journal of International Management, Vol. 11, No.3, p.p.229-252. Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988, “Structural Equation Modeling in Practice: A Review and Recommended Two Step Approach,” Psychological Bullentin, Vol. 103, p.p.411-423. Aragón-Correa, J.A. and V.J. GarcíaMorales, 2007, “Leadership and Organizational Learning's Role on Innovation and Performance: Lessons from Spain,” Industrial Marketing Management, Vol. 36, No.3, p.p.349-359. Baker, W.E. and J.M. Sinkula, 1999, “The Synergistic Effect of Market Orientation and Learning
Orientation on Organizational Performance,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 27, No.4, p.p.411-427. Benitez-Amado, J., M.N. PerezArostegui, and J. Tamayo-Torres, 2010, “Information TechnologyEnabled Innovativeness and Green Capabilities,” Journal of Computer Information System, p.p.87-96. Calantone, R.J., S.T. Cavusgil, and Y. Zhao, 2002, “Learning Orientation, Firm Innovation Capability, and Firm Performance,” Industrial Marketing Management, Vol. 31, p.p.515-524. Chandler, G..N., K. Chalon, and W.L. Douglas, 2000, “Unraveling The Determinant and Consequences of An Innovation-Supportive Organizational Culture,” Entrepreneurship theory and practice, p.p.59-76. Covin, J.G. and D.P. Slevin, 1991, “A Conceptual Model of Entrepreneurship as Firm Behaviour,” Entrepreneurship theory and practice, p.p.7-25. Damanpour, F., 1991, “Organizational Innovation: A Meta-Analysis of Effects of Determinants and Moderators,” Academy of Management Journal, Vol. 34, p.p.555-590. Delaney, J.T. and M.A. Huselid, 1996, “The Impact of Human Resource Management Practices on Perceptions of Organizational Performance,” Academy of Management Journal, Vol. 39, No.4, p.p.949-969. Fiol, C.M. and M.A. Lyles, 1985, “Organizational Learning,” Academy of Management review, Vol. 10, No.4, p.p.803-813. Fornell, C. and D.F. Larcker, 1981, “Evaluating Structural Equation Models with Unobservable
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page6064
ISSN 1412-2936
Variabels and Measurement Error,” Journal of Marketing Research, Vol. 18, p.p.39-50. Hult, G.T.M., O.C. Ferrell, and R.F. Hurley, 2002, “Global Organizational Learning Effects on Cycle Time Performance,” Journal of Business Research, Vol. 55, p.p.377-387. Hult, G.T.M., R.F. Hurley, and G.A. Knight, 2004, “Innovativeness: Its Antecedents and Impact on Business Performance,” Industrial Marketing Management, Vol. 33, No.5, p.p.429-438. Hurley, R.F. and G.T.M. Hult, 1998, “Innovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Integration and Empirical Examination,” Journal of Marketing, Vol. 62, No.3, p.p.4254. Hooper, D., J. Coughlan, and M.R. Mullen, 2008, Structural Equation Modelling: Guidelines for Determining Model Fit,” The Electronic Journal of Business Research Methods, Vol. 6, No.1, p.p.53-60. Jiménez-Jiménez, D. and R. SanzValle, 2011, “Innovation, Organizational Learning, and Performance,” Journal of Business Research, Vol. 64, No.4, p.p.408-417. Kaplan, D., 2000, Structural Equation Modeling Foundation and Extensions. London: Sage Publication. Kleijnen, M., K.D. Ruyter, and M. Wetzels, 2007, “An Assessment of Value Creation in Mobile Service Delivery and The Moderating Role of Time Consciousness,” Journal of Retailing, Vol. 83, No.1, p.p.33– 46. Lee, H. and B. Choi, 2003, “Knowledge Management Enablers, Processes, and Organizational
Performance: An Integrative View and Empirical Examination,” Journal of Management Information Systems, Vol. 20, p.p.179-228. Lee, J.S. and C.J. Hsieh, 2010, “A Research in Relating Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative Capability, and Sustained Competitive Advantage,” Journal of Business & Economics Research, Vol. 8, No.9, p.p.109-119. MacCallum, R.C., M.W. Browne, and H.M. Sugawara, 1996, “Power Analysis and Determination of Sample Size for Covariance Structure Modeling,” Psychological methods, Vol. 1, No.2, p.p.130-149. Nasution, H. N., F.T. Mavondo, T.M. Felix, J.M. Margaret, and O.N. Nelson, 2011, “Entrepreneurship: Its Relationship with Market Orientation and Learning Orientation and As Antecedents to Innovation And Customer Value,” Industrial Marketing Management, Vol. 40, No.3, p.p.336-345. Podsakoff, P.M., S.B. MacKenzie, J.Y. Lee, and N.P. Podsakoff, 2003, “Common Method Biases in Behavioral Research: A Critical Review of The Literature and Recommended Remedies,” Journal of Applied Psychology, Vol. 88, p.p.879-903. Ray, G., W.A. Muhanna, and J.B. Barney, 2005, “Information Technology and The Performance of The Customer Service Process: A Resource-Based Analysis,” MIS Quarterly, Vol. 29, No.4, p.p.625-652. Real, J. C., A. Leal, and J.L. Rolan, 2006, “Information Technology As A Determinant of Organizational Learning and Technological Distinctive Competencies,”
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 65 61
ISSN 1412-2936
Industrial Marketing Management, Vol. 35, No.4, p.p.505-521. Rhodes, J., R. Hung, P. Lok, B.Y. Lien, and C.M. Wu, 2008, “Factors Influencing Organizational Knowledge Transfer: Implication for Corporate Performance,” Journal of Knowledge Management, Vol. 12, No.3, p.p.84-100. Roberts, P.W., 1999, “Product Innovation, Product–Market Competition and Persistent Profitability in The U.S. Pharmaceutical Industry,” Strategic Management, Vol. 20, No.7, p.p.655. Rogé, J.N., J. Hughes, and P.N. Simpson, 2011, “Learning to Thread The Needle: Information Technology Strategy,” The journal of computer information systems, Vol. 52, No.1, p.p.76-86. Sharma, R., P. Yetton, and J. Crawford, 2009, “Estimating The Effect of Common Method Variance: The Method-Method Pair Technique with An Illustration from TAM Research,” MIS Quarterly, Vol. 33, No.3, p.p.473490. Sinkula, J.M., W.E. Baker, and T. Noordewier, 2001, “A Framework for Market-Based Organizational Learning Linking Values, Knowledge, and Behaviour,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 24, No.4, p.p.305-318.
Slater, S.F. and J.C. Narver, 1995, “Market Orientation and The Learning Organization,” Journal of Marketing, Vol. 59, p.p.63-74. Tarafdar, M. and S.R. Gordon, 2007, “Understanding The Influence of Information Systems Competencies on Process Innovation: A Resource-Based View,” The Journal of Strategic Information Systems, Vol. 16, No.4, p.p.353-392. Wang, C.L., 2008, “Entrepreneurial Orientation, Learning Orientation, and Firm Performance,” Entrepreneurship Theory and Practice, p.p.635-657. Wang, Z. and N. Wang, 2012, “Knowledge Sharing, Innovation and Firm Performance,” Expert Systems with Applications, Vol. 39, No.10, p.p.8899-8908. White, M.A. and G..D. Bruton, 2011, The Management of Technology and Innovation : a Strategic Approach, Australia: SouthWestern: Cengage Learning. Wiklund, J. and D. Shepherd, 2005, “Entrepreneurial Orientation and Small Business Performance: A Configurational Approach,” Journal of Business Venturing, Vol. 20, No.1, p.p.71-91. Yang, J, 2011, “Innovation Capability and Corporate Growth: An Empirical Investigation in China,” Journal of Engineering and Technology Management, p.p.113.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 66 62
ISSN 1412-2936
UJI BEDA PARA IBU RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK TANAH DAN GAS ELPIJI DI DESA PANDAN KECAMATAN GALIS Alfi Hasaniyah UNIVERSITAS MADURA ABSTRAK Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI sebagai Anggota Tim brsama-sama dengan Departemen ESDM, PT. Pertamina Departemen Perindustrian dan Kementrian Negara KUKM menggelar Sosialisasi Kebijakan Energi Alternatif Pengalihan Penggunaan Minyak Tanah ke LPG. Karena dari segi biaya, menurut penelitian atas perhitungan keuntungan konsumen secara ekonomis yang dilakukan oleh pertamina, pemakaian LPG ( elpiji ) juga jauh lebih hemat daripada minyak tanah dalam menghasilkan pembakaran. Dari hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pengeluaran untuk membeli minyak tanah lebih besar jika dibandingkan dengan LPG ( untuk tabung ukuran 3 kg ). Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak tanah selama 1 bulan ( 30 hari ) sebesar Rp. 75.000,00 sedangkan LPG dengan tabung 3 kg hanya Rp. 51.000,00, sehingga konsumen dapat menghemat biaya belanja rumah tangga dalam hal ini pengeluaran konsumsi bahan bakar sebesar Rp. 24.000,00. Desa Pandan Kecamatan Galis adalah salah satu desa dari sekian desa yang ada di Kabupaten Pamekasan mendapatkan program konversi dari minyak tanah ke gas elpiji,itu semua karena sosialisasi Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG bertujuan mengajak masyarakat untuk beralih dari penggunaan bahan bakar minyak tanah ke penggunaan LPG secara baik dan benar. Sedangkan sasaran khusus adalah industri kecil, industri rumah tangga dan keluarga miskin. Diharapkan agar terjadi pemahaman masyarakat tentang perlunya beralih ke LPG sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan energi yang bersih sebagai pengganti minyak tanah. Melalui Sosialisasi ini masyarakat mau menggunakan LPG sebagai energi alternatif yang terhitung hemat dan bersih lingkungan.
Pendahuluan Program konversi minyak tanah ke gas LPG ( elpiji ) dipilih oleh pemerintah sebagai solusi agar masyarakat dapat berhemat dalam pemakaian bahan bakar untuk sehari – hari. Hal ini disebabkan karena semakin melambungnya harga minyak di pasar dalam beberapa tahun terakhir. Harga komiditi tersebut diperkirakan akan terus naik di masa mendatang dan hal ini akan diiringi dengan berkurangnya suplai bahan bakar minyak.
Melihat keadaan tersebut maka LPG ( elpiji ) dipilih karena produksi dan potensi kandungannya masih cukup besar di Indonesia. Untuk konsumsi domestik sudah lebih dari cukup sehingga sebagian masih bisa di ekspor dari segi ini, berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi LPG ( elpiji ) lebih rendah daripada minyak tanah. Pemerintah dapat menghemat subsidi untuk pengguna jika program ini berhasil. terkait dengan kebijakan subsidi menjadi polemik di masyarakat, terkait dengan bagaimana perhitungan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page63 63
ISSN 1412-2936
subsidi dilaksanakan, berapa besaran yang perlu ditetapkan, siapa yang menjadi target subsidi tersebut, dan apakah subsidi akan benar-benar dinikmati oleh masyarakat yang menjadi target sasaran. Oleh sebab itu, pemerintah mengadakan program konversi dari minyak tanah ke gas elpiji. Minyak tanah subsidi yang selama ini diterapkan pada komoditi yang vital bagi masyarakat menyebabkan masyarakat merasa enggan untuk beralih kepada gas elpiji walaupun diberikan secara gratis, karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak tanah.. Selain itu, sebagian warga juga mengeluh karena kompor dan tabung gas gratis yang mereka terima dalam kondisi rusak dan tidak bisa digunakan. Belum maksimalnya kinerja pelaksana dalam pendistribusian dimana terdapat paket perdana diserahkan kemasyarakat dan kurangnya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh konsultan pendistribusian, hal tersebut mengakibatkan : Adanya “oknum” aparat desa yang menarik pengutan biaya dari masyarakat penerima paket perdana LPG 3 Kg dengan alasan untuk pendataan dan pendistribusian, Adanya “oknum” yang ingin menjual produk regulator/selang yang melakukan sosialisasi ilegal kepada masyarakat, Adanya “oknum” yang menjual jasa asuransi, Adanya warga masyarakat yang telah menerima paket perdana LPG 3 Kg dan “menjual” kembali paket perdana LPG 3 Kg. Sebagian besar masyarakat masyarakat terutama dari kalangan ekonomi menengah kebawah menggunakan minyak tanah baik sebagai bahan bakar untuk memasak ataupun beberapa kegiatan lainnya. Namun akhir – akhir ini minyak tanah menjadi sulit didapatkan dan kalaupun ada harganya juga relatif mahal,
sehingga masyarakat menjadi kesulitan untuk memperolehnya. Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini karena banyak ibu rumah tangga yang sebagian besar menyadari dan sebagian ibu rumah tangga masih merasa takut menggunakan gas LPG. Dari latar belakang masalah peneliti membahas tentang “Uji Beda Para Ibu rumah tangga memilih bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan ”. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Adakah perbedaan para ibu rumah tangga menggunakan bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan?” Landasan Teori Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji Subsidi energi, baik listrik maupun BBM, telah menjadi momok menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan dan menentukan prioritas dalam penyusunan RAPBN, tetapi juga dengan besarnya subsidi – terutama BBM – yang harus ditanggung setiap tahun. Karena itulah, pemerintah bersama DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang dalam UU No. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Meskipun demikian, subsidi minyak tanah dikecualikan. Dengan kata lain, meski telah menerapkan harga pasar untuk bensin dan solar, pemerintah masih mensubsidi minyak tanah untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 63 64
ISSN 1412-2936
keperluan masyarakat berpendapatan rendah dan industri kecil. Namun subsidi minyak tanah dalam dua tahun terakhir masih terasa memberatkan karena besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi yang terjadi dalam managemen energi nasional. Kondisi ini diperberat pula dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran USD 50-60 per barel. Karena itu, langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah kepada bahan bakar gas dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) bisa dianggap sebagai salah satu terobosan penting dalam mengatasi rancunya pengembangan dan pemanfaatan energi, sekaligus mengurangi tekanan terhadap RAPBN. Dari berbagai sumber diketahui bahwa pemerintah berencana untuk mengkonversi penggunaan sekitar 5,2 juta kilo liter minyak tanah kepada penggunaan 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 mendatang yang dimulai dengan 1 juta kilo liter minyak tanah pada tahun 2007 (detik.com, 19/1/07). Langkah ini bisa dipahami cukup strategis mengingat setelah penghapusan subsidi bensin dan solar, permintaan akan minyak tanah tidak memperlihatkan penurunan. Karena itu, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi pemakaian minyak tanah. Ada dua masalah utama yang perlu pemikiran ulang. Pertama, dampak penghapusan subsidi untuk bensin dan solar kelihatannya luput dari perhatian pemikir negeri ini.. Kedua, apabila pemerintah masih akan terus melakukan konversi minyak tanah dengan berbagai kondisi makro, maka pelaksanaannya menuntut pembenahan. Koordinasi menjadi kata kunci. Demikian pula, harus jelas institusi penanggung jawab program utama (executing agency)
dan institusi pelaksana untuk setiap sub program (implementing agency). Untuk mewujudkan kerjasama dan koordinasi yang baik antar instansi sudah sepantasnya dibetuk Tim Terpadu untuk melaksanakan program konversi ini. Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan nasional terhadap BBM. Kedua hal ini sangat perlu diperhatikan untuk menghindarkan berbagai masalah sosial yang belum diantisipasi pemerintah pada saat ini. Pengaruh Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji bagi Masyarakat Masyarakat Indonesia merupakan salah satu masyarakat dunia yang memiliki ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tinggi. Baik itu untuk keperluan rumah tangga, transportasi maupun industri.Tahun 2007 hingga 2010 merupakan tahun dimana pemerintah gencar-gencarnya melakukan sosialisasi penggunanan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) bagi konsumsi rumah tangga dan industri kecil sekaligus membagikan kompor gas beserta tabung gas elpiji yang berisi 3 kg secara gratis kepada masyarakat. Peraturan presiden republik Indonesia Nomor 104 tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga LPG tabung 3 (tiga) kilogram dan Peraturan Menteri ESDM No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan penyediaan dan pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, menjadi dasar hukum kebijakan tersebut. Secara teori, pemakaian 1 liter minyak tanah setara dengan pemakaian 0.57 kg elpiji. Dengan menghitung berdasarkan harga keekonomian minyak tanah dan elpiji,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 64 65
ISSN 1412-2936
subsidi yang diberikan untuk pemakaian 0.57 kg elpiji akan lebih kecil daripada subsidi untuk 1 liter minyak tanah. Secara nasional, jika program konversi minyak tanah ke elpiji berhasil, maka pemerintah akan dapat menghemat 15-20 Trilyun subsidi BBM per tahun. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari konversi minyak tanah ke elpiji adalah: 1. Mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah (minyak tanah oplosan) 2. Mengurangi polusi udara di rumah/dapur 3. Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak 4. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya bahan bakar pesawat/avtur) 5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kerugian lain yang dapat diperoleh dari konversi minyak tanah ke elpiji adalah: 1. Minimnya masyarakat menengah ke bawah tentang pengetahuan tekhnologi baru berupa, kompor yang berbahan bakar gas. 2. Sering terjadinya kasus ledakan gas elpiji di berbagai daerah. 3.Bagi rakyat menengah ke bawah , tambah menyulitkan pengeluaran mereka , yang harus mengeluarkan kocek yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang jauh dari penghasilan mereka, yaitu sebesar Rp.15.000,00 untuk mendapatkan gas elpiji 3kg.
Tetapi Jalur distribusi gas elpiji Pertamina ini masih terbatas. Pemerintah perlu menghitung biaya pembangunan infrastruktur untuk daerah yang belum memiliki jaringan pengisisn gas tersebut. Untuk itu, pemerintah harus lebih matang dan cermat lagi berhitung, baik hitungan soal harga, distribusi, pasokan elpiji, daya beli masyarakat serta ongkos sosialnya. Model Perilaku Konsumen Menurut Swasta (2000:10) yang dimaksud perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang – barang dan jasa – jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Dalam mempelajari perilaku konsumen terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus lebih melihat factorfaktor yang mempengaruhi pembeli,antara lain faktor internal yaitu berada dalam diri pembeli jasa atau produk itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan dan program pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Adapun model perilaku konsumen menurut Kotler (2000:183), dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page66 65
ISSN 1412-2936
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler
Rangsangan Pemasaran
Rangsangan Lainnya
Karateristik Pembeli
Proses Keputusan Pembeli
Produk Harga Distribusi Promosi
Ekonomi Tehnologi Politik Budaya
Budaya Sosial Pribadi Psikologi
Pengenalan. Masalah Pencarian informasi Keputusan pembelian
Sumber : Kotler ( 2000 : 83 ) Pada model diatas memperlihatkan rangsangan pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat dan promosi (bauran pemasaran) dan rangsangan lainnya seperti ekonomi, tehnologi, politik dan buaya harus disesuikan dengan karateristik pembeli. Karateristik pembeli yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi sangat besar sekali pengaruhnya di dalam memahami serta merespon rangsangan tersebut sehingga akan menimbulkan dan menentukan proses pengambilan keputusan dalam membeli dari konsumen. Proses Pengambilan Keputusan Menurut Kottler dalam Tjiptono (2000:20) menyebutkan bahwa dalam keputusan pembelian barang, konsumen sering ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Pengambilan keputusan (memilih) yang dilakukan konsumen pada dasarnya untuk melakukan pembelian diawali oleh adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan dari konsumen itu sendiri. Atas kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan itu, maka konsumen mulai mencari informasi tentang produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Dari
Keputusan Pembeli Pilihan Produk Pilihan Merk Pilihan Pemasok Penetuan Pembelian Jml. Pembelian
informasi yang didapat selanjutnya konsumen akan melakukan seleksi atas macam/produk yang tersedia . proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : 6. Menganalisa keinginan dan kebutuhan 7. Pencarian informasi dan sumber informasi yang ada 8. Penilaian dan pemilihan ( seleksi ) terhadap alternative pembelian 9. Keputusan untuk membeli 10. Perilaku setelah pembelian Hipotesis Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ho: Diduga, ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah ke elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan b. Hi: Diduga, Tidak ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah ke elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Tehnik Pengumpulan Data Adapun prosedur pengumpulan data, pada penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner.Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalarn penelitian ini dengan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page67 63
ISSN 1412-2936
cara menyebarkan angket kepada para responden. Pengujian Instrumen Data Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data
yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengan menggunakan metode korelasi productmoment (pearson correlation) (Sugiono,2002:277) dengan rumus sebagai berikut:
n ( ΣXY) – (ΣX . ΣY) rxy =
√ [ ΣX2 – (ΣX)2 ] [n ΣY2 - (ΣY)2 ]
dimana : r = X= Y= n =
Korelasi product moment Variabel bebas Variabel terikat Jumlah sampel
Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode cronbach alpha (Danim,2000:199), yakni: kr α = 1 + (k – 1 ) r dimana: α = Koefisien reliabilitas k = Koefisien rata –rata korelasi antar variabel r = Jumlah variabel dalam persamaan Tehnik Analisis Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif: 3. Analisis kualitatif Adapun tehnik ini dengan menggunakan skala linkert sebagai berikut : a. Sangat baik = 4,51s/d 5,00 b. Baik = 3,51 s/d 4,50
c. Cukup = 2,51 s/d 3,50 d. Tidak baik = 1,51 s/d 2,50 e. Sangat tidak baik = 1,00 s/d 1,50
baik
4. Analisis kuantitatif Analisa ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan kondisi objek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistik, oleh karena itu di pergunakan analisis Chi kuadrat. Formula untuk menghitungnya adalah:
Dimana: X2 = chi luadrat fo
=
frekuensi
yang
diperoleh fe diharapkan
=
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
frekuensi
yang
Page68 63
ISSN 1412-2936
Bilamana chi kuadrat/chi square < chi tabel Hi diterima dan Ho diterima.
Pengujian Hipotesis Setelah diadakan penghitungan sebagaimana rumus diatas, selanjutnya perlu pengujian hipotesa. Pada pengujian hipotesa itu menghubungkan hasil perhitungan chi kuadrat dengan chi tabel. Dengan menggunakan toleransi 5% atau taraf nyata 5% maka menurut Sugiono (2002:428) sebagai berikut: Bilamana chi kuadrat/chi square > chi tabel Hi diterima dan Ho ditolak
Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dari variabel semua faktor maka untuk mengetahui validitas dari semua variabel maka dilakukan uji validitas semua faktor yang akan diteliti. Variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r > 0,3. Adapun hasil uji validitas adalah sebagai berikut:
Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Variabel X_1 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Variabel X_2 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Sumber data: diolah
Indikator
Koefisien Korelasi
Keterangan
Harga Kualitas Aman Praktis Dan Efisien
0,612 0,507 0,407 0,409
Valid Valid Valid Valid
Harga Kualitas Aman Praktis Dan Efisien
0,415 0,406 0,528 0,414
Valid Valid Valid Valid
Berdasakan tabel diatas, dari hasil uji validitas ternyata semua indikator variabel valid karena koefisien korelasinya > 0,3) sehingga samua indikator variabel dapat diikutkan dalam proses selanjutnya. b. Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
metode cronbach alpha. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dari instrumen penelitian. Variabel dapat dinyatakan handal apabila koefisien alpha > 0,5, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS Program Versi 16.00 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Keterangan
X_1 Minyak Tanah X_2 Gas Sumber data: diolah
Koefisien Alpha 0,445 0,550
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Keterangan Handal Handal
Page 63 69
ISSN 1412-2936
Semua variabel penelitian yang terdiri-dari Motivasi (X) dan kinerja (Y) mempunyai tingkat kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5 Uji Hipotesis Setelah melakukan pembahasan tentang perbedaan selera konsumen dalam memilih minyak tanah dengan gas elpiji baik secara simultan maupun secara parsial, maka selanjutnya perlu dilakukan hipotesis. Untuk melakukan uji hipotesis membandingkan antara Chi hitung dengan Chi tabel sebagai berikut. Pada perhitungan untuk selera konsumen atau para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dengan gas elpiji diperoleh nilai Chi hitung sebesar 10,76. Sedangkan Chi tabel dengan dk = 3 dan tingkat signifikan 5% diperoleh nilai 7,815. Oleh karena Chi hitung lebih besar dari Chi tabel maka hipotesis yang menyatakan “diduga ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dan gas elpiji” dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan diterimanya hipotesis di atas maka secara otomatis hipotesis nihil yang berbunyi “diduga tidak ada para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dan gas elpiji” dinyatakan ditolak. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Memilih Bahan Bakar Minyak Tanah dan Gas Elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari pembahasan penelitian ini ditemukan bahwa ternyata ada perbedaan selera konsumen atau para ibu rumah tangga di Desa Pandan Kecamatan Galis
Kabupaten Pamekasan dalam memilih bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji dapat dibuktikan atau diterima kebenarannya yang ditandai dengan nilai Chi hitung sebesar10,76 sedangkan nilai Chi tabel dengan dk = 3 dan taraf signifikan 5% sebesar 7,815. 2. Penyebab perbedaan ini adalah dari faktor harga, dimana nilai Chi hitungnya sebesar 22,85 sedangkan nilai Chi tabelnya dengan dk = 4 sebesar 9,488. Penyebab perbedaa lainnya adalah indikator aman/rasa aman dimana nilai Chi hitungnya sebesar 14,09 sedangkan nilai Chi tabel dengan dk = 4 sebesar 9,488. 3. Untuk indikator kualitas dan indikator praktis dan efisien bukan merupakan penyebab terjadinya perbedaan selera para ibu rumah tangga di Desa PandanKecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, karena nilai Chi hitung lebih kecil dari nilai Chi tabel. Masing-masing nilai Chi hitung untuk indikator kualitas 4.sebesar 4,56 sedangkan praktis dan efisien nilai Chi hitungnya sebesar 7,21 dan nilai Chi tabel dengan dk = 4 sebesar 9,488. DAFTAR PUSTAKA Djarwanto Ps, Pangestu Subagyo, 1995, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta Engel,James, 1994, Perilaku konsumen, Edisi Ke Enam,jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta Kerlinger, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Misbah Sanusi, 1998, Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 70 62
ISSN 1412-2936
Sudharmanto, 2005, Analisa Regresi Linear Berganda Dengan SPSS, Liberty, Yogyakarta Santoso Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS statistic Parametrik, Alek Media Komputindo, Jakarta Yarnest, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Zeithmal, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Sumarni, Murti, John Soepriharto, Pengantar Bisnis, Liberty, Yogyakarta, 1995
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page7163
ISSN 1412-2936 EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL DAN PENCAPAIAN TARGET LABA (STUDI KASUS PADA PABRIK TAHU TAQWA PAMEKASAN)
Rosy Aprieza Puspita Zandra
[email protected] ABSTRAK Ukuran keberhasilan pengelolaan suatu bisnis dapat diukur dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Pengetahuan mengenai konsep Full Costing dan Variable Costing dianggap penting agar perusahaan tidak keliru dalam memperhitungkan harga jual dan laba/rugi yang teliti. Demikian pula halnya dengan analisis biaya volume laba yang akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi pencapaian laba perusahaan dalam rencana perkembangan perusahaan, dimana realitanya membutuhkan suatu manajemen dan strategi yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi cara penentuan harga jual dan pencapaian target laba yang telah diterapkan perusahaan selama tahun 2014. Metode penelitian ini adalah deskriptif berdasar studi kasus pada Pabrik Tahu Taqwa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa; (1) Perusahaan menggunakan konsep perhitungan Full Costing dalam penentuan harga jual, (2) Target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah tercapai, (3) Penjualan perusahaan berada di titik impas, (4) Sesuai dengan konsep analisis biaya volume laba, diketahui bahwa harga jual yang ditentukan oleh perusahaan mempunyai selisih lebih atas harga jual yang seharusnya dibebankan pada produk, yaitu sebesar Rp 303; hal ini juga menyebabkan laba operasi menjadi lebih tinggi daripada laba yang seharusnya dihitung dengan variable costing, sebesar Rp 363.208,-
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi bisnis di era globalisasi menuntut seluruh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Suatu perusahaan harus mampu bersaing dalam perkembangan ekonomi karena perusahaan industri ini menyediakan kebutuhan masyarakat, serta dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu bidang industri potensial yang terdapat di Pamekasan adalah industri makanan, termasuk diantaranya adalah tahu. Minat konsumsi masyarakat yang cukup besar terhadap tahu, menjadi pemicu naiknya tingkat persaingan pada industri ini karena jumlah produsen tahu di Pamekasan semakin meningkat. Akibat dari banyaknya pabrik tahu di Pamekasan membuat setiap pengelola atau pengusaha dituntut harus melakukan tugasnya dengan baik untuk mengatasi persaingan yang ada. Karena dapat dikatakan sukses tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh kinerja para pengelola yang ada. Dan sebagai ukuran berhasil atau tidaknya pengelola tersebut dapat dinilai dari laba yang dihasilkan oleh
perusahaan itu sendiri dalam jangka waktu atau dalam periode tertentu. Salah satu pabrik tahu yang rutin melakukan aktivitas produksi di Pamekasan adalah Pabrik Tahu Taqwa. Selama ini Pabrik Tahu Taqwa membuat perhitungan pendapatan laba pabrik dengan cara sederhana yang cenderung mengarah pada konsep Full Costing, tanpa mengetahui secara tepat apakah laba telah diperoleh secara maksimal, dan apakah perhitungan yang disusun oleh pengelola telah dapat mencerminkan keadaan pabrik yang sebenarnya. Padahal, untuk kepentingan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, konsep variable costing adalah yang disarankan. Karena konsep variable costing lah yang akan dipergunakan dalam analisis biaya volume laba. Demi mendukung lancarnya operasi perusahaan dan keberhasilan perolehan laba, pengetahuan mengenai analisis biaya volume laba sangatlah dibutuhkan. Perhitungan biaya volume laba untuk mencapai target laba merupakan suatu rencana perkembangan perusahaan,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 64 72
ISSN 1412-2936 dimana realitanya membutuhkan suatu manajemen dan strategi yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Tujuan dilakukan perhitungan ini adalah agar perusahaan memiliki suatu acuan untuk mencapai target laba yang ditentukan, berapa volume laba penjualan yang harus direncanakan perusahaan, dimana hal ini melibatkan transaksi penjualan, biaya tetap dan biaya variabel. Analisis biaya volume laba merupakan sauatu alat bantu yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Oleh karena analisis biaya volume laba menekankan pada keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis biaya volume laba dapat digunakan dalam perencanaan volume penjualan dalam mencapai target laba yang diinginkan. Samahati (2013) melakukan penelitian mengenai analisis biaya volume laba dalam perencanaan laba pada Hotel sedona Manado. Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan telah mengadakan perhitungan laba yang tepat sehingga target laba yang diharapkan dapat dicapai. Sedangkan penelitian Lamsihar (2009) yang dilakukan pada PT Indoteras Sumatera, memperoleh kesimpulan bahwa meskipun jumlah penjualan berada di atas titik impas, namun target laba perusahaan tidak tercapai karena kurang baiknya sistem pengendalian intern perusahaan yang diterapkan. Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk mengadakan replikasi penelitian mengenai masalah ini pada objek yang berbeda,dengan judul “Evaluasi Penentuan Harga Jual dan Pencapaian Target Laba Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan” Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dirumuskan dala penelitian ini adalah, 1. Apakah penentuan harga jual tahu di Pabrik Tahu Taqwa telah sesuai dengan konsep variable costing?
2. Apakah perhitungan biaya volume laba pada Pabrik Tahu Taqwa sudah sesuai dengan target laba yang diinginkan? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk; 1. Menganalisis cara penentuan harga jual pada Pabrik Tahu Taqwa. 2. Menganalisis perhitungan biaya volume laba untuk mencapai target laba pada perusahaan. Kajian Pustaka Biaya Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Bustami, 2006:4). Hansen & Mowen (2009:47) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Pada sebuah perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah digunakan untuk menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa. Biaya yang kadaluarsa disebut beban (expense). Dalam setiap periode, beban dikurangkan dari laporan laba-rugi untuk menentukan laba periode tersebut. Agar perusahaan tetap eksis dalam bisnisnya, pendapatan harus melebihi beban, selain itu, laba yang dihasilkan harus cukup besar untuk dapat memuaskan pemilik perusahaan. Jadi, biaya dan harga berkaitan dalam pengertian bahwa harga harus melebihi biaya agar menghasilkan laba yang memadai. Oleh karena itu, para manajer perlu mengetahui biaya dan berbagai kecenderungan pada biaya. Biasanya, dengan memahami biaya berarti benarbenar mengetahui berapa biaya yang melekat pada sesuatu atau beberapa objek.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 65 73
ISSN 1412-2936 Dalam akuntansi biaya, biaya dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Tujuan klasifikasi biaya dapat menempatkan penentuan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, salah satunya adalah klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi/penjualan; yaitu menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel. a. Biaya variabel Yaitu biaya (total) yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas (Sugiri, 2009:40). Semakin besar volume aktivitas, maka total biaya variabel akan semakin besar. Bila dinyatakan dalam dasar per unit, biaya variabel akan konstan pada tiap unit produk dan variabel secara total. b. Biaya Tetap Merupakan biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu (Sugiri, 2009:36). Bila biaya tetap dinyatakan dalam dasar per unit maka biaya tersebut akan berubah secara terbalik dengan tingkat aktivitas. Artinya, bila volume aktivitas meningkat maka biaya tetap per unit akan menjadi semakin kecil. Begitu juga sebaliknya. c. Biaya Semivariabel Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Di dalamnya terdiri dari elemen-elemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus. Volume (Penjualan atau Produksi) Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Di dalamnya terdiri dari elemenelemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus. Laba Anthony dan Govindarajan (dalam Lamsihar, 2009) mendefinisikan laba sebagai “ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan beberapa indikator (beberapa diantaranya menunjuk arah yang berbeda)”. Sumber utama perusahaan adalah laba bersih yang dihasilkan dari kegiatan
usaha perusahaan. Akun laba bertambah karena laba bersih dan berkurang karena rugi bersih dari kegiatan usaha. Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dianggap penting karena dapat meningkatkan kualitas keputuan manajemen, karena keputusan tersebut dibuat oleh para pengelola yang paling dekat dengan titik keputusan. Perusahaan perlu memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas keputusan produk (barang atau jasa apa saja yang harus dibuat atau dijual), keputusan pemasaran (bagaimana, dimana dan berapa jumah barang atau jasa yang akan dijual?) dan keputusan perolehan (bagaimana mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa), termasuk pula keputusan untuk menentukan harga jual. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variable Costing Penentuan harga jual merupakan keputusan penting yang harus diambil oleh pihak manajemen (pengelola perusahaan). Untuk kepentingan ini, pengambil keputusan perlu mengetahui biaya-biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa yang dihasilkan. Pengumpulan biaya ini dikenal sebagai pengumpulan harga pokok produksi (biaya produksi). Dengan perhitungan harga pokok produksi yang teliti, maka keputusan mengenai penentuan harga jual pun akan tepat. Selanjutnya, dengan tingkat penjualan tertentu yang dicapai oleh perusahaan, maka tingkat laba yang diharapkan juga semestinya akan dapat tercapai dengan baik. Dalam akuntansi biaya untuk pengumpulan harga pokok terdapat 2 pendekatan, yaitu Full Costing dan Variable Costing. Konsep Full Costing selalu digunakan untuk memenuhi pelaporan kepada pihak eksternal perusahaan (Samryn, 2002: 63), dimana harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead tetap, dan biaya overhead variabel), dengan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page74 66
ISSN 1412-2936 memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan. Sedangkan konsep Variable Costing akan menghasilkan perhitungan harga pokok dan laporan laba/rugi yang digunakan untuk memenuhi kepentingan pihak internal perusahaan (Samryn, 2002:64). Variable Costing sangat penting untuk pihak manajemen, sebagai: a. Alat perencanaan operasi (rencana anggaran) b. Penetapan harga jual c. Alat bantu pengambilan keputusan d. Penentuan titik impas e. Alat pengendalian manajemen Analisis Perhitungan Biaya Volume Laba Analisis biaya volume laba (Sugiri, 2009:98) adalah sebuah teknik untuk mempelajari hubungan antara volume, biaya total, pendapatan total, dan laba. Analisis ini sangat berguna, terutama untuk perencanaan, misalnya perencanaan laba dalam tahun anggaran tertentu. Analisis biaya volume laba dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis biaya volume laba dapat juga berguna untuk sebagai alat bantu untuk menganalisa beberapa topik lainnya, seperti: jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis biaya volume laba memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksikan kondisi usaha pada masa datang yang penuh ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan. yang disajikan dalam jumlah produksi dan harga jual.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba/rugi dengan pendekatan Variable Costing (Samryn, 2002:166). Demikian pula Break Even Point (titik impas) Krismiaji & Aryani (dalam Samahati, 2013), mendefinisikan break even point atau titik impas sebagai sebuah titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian pada titk ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi (laba=0). Margin Of Safety (tingkat keamanan) Krismiaji & Aryani (dalam Samahati, 2013), mendefinisikan Margin of Safety sebagai jumlah unit yang terjual atau diharapkan akan terjual atau pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh di atas titik impas. Simamora (2012:174), Mendefinisikan Margin pengaman (margin of safety) sebagai kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas. Margin pengaman ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Perusahaan yang akan menjadi objek peneliti adalah perusahaan Tahu di Pamekasan, yang beralamat di Jl. R Abd Aziz No145 E Pamekasan. Perusahaan ini bergerak dibidang perusahaan industri Manufaktur. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang topik yang dibahas. Jenis Data Adapun data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page75 67
ISSN 1412-2936 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder karena mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan mengadakan observasi secara langsung dilapangan guna memperoleh data intern kemudian akan diolah oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah berupa wawancara. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, dikumpulkan untuk maksud tertentu. Data yang diperoleh menggunakan literatur dan juga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode studi pustaka dan studi lapangan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
1.
Perhitungan Harga Jual
2.
Perhitungan laba yang direncanakan
3.
Perhitungan Titik Impas
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2000) di dalam suatu penelitian apabila peneliti ingin meniliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka peneliti ini merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi kasus. Pada penelitian ini menggunakan populasi berupa data perusahaan dengan objek penelitian adalah Perusahaan Tahu Taqwa Pamekasan. Populasi yang akan diteliti nantinya adalah tahun 2014 atau 12 bulan. Teknik Analisis Data Dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif yaitu metode yang menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
4. Perhitungan Margin of Safety (Marjin pengaman)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Pabrik Tahu Taqwa merupakan bisnis produksi tahu di wilayah Pamekasan yang beralamat di jalan R Abd Aziz Gg VII No.145 E Pamekasan. Usaha yang
didirikan sejak tahun 2006 ini merupakan perusahaan perorangan yang menggunakan system manajemen keluarga dimana bapak Rahmad Basuki berperan sebagai pendiri dan merangkap sebagai pimpinan perusahaan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 68 76
ISSN 1412-2936 Pada awalnya perusahaan tahu ini memproduksi tahu dengan kapasitas yang kecil dan disesuaikan dengan jumlah pesanan konsumen disamping itu peralatan yang dimiliki sangat sederhana dan sangat terbatas seiring kemajuan zaman dan ditambah permintaan tahu yang semakin meningkat. Perusahaan menata diri dan memperbaiki kekurangan yang ada dengan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
Perhitungan Biaya, Harga Jual dan Pelaporan Laba-Rugi Perusahaan dengan Metode yang Dipilih Perusahaan (Full Costing) Pabrik Tahu Taqwa menggunakan konsep sederhana untuk kepentingankepentingan akumulasi biaya dalam
perhitungan biaya produksi, penentuan harga jual produk, dan perhitungan laba rugi operasi yang hanya disesuaikan dengan persepsi pengelola saja, tanpa mengetahui apakah perhitungan yang disusun sudah tepat ataukah tidak dari segi akuntansinya. Untuk dapat memperhitungkan biaya produksi, Pabrik Tahu Taqwa terlebih dahulu mengumpulkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses produksi setiap bulan; terdiri dari biaya bahan baku berupa kedelai, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang meliputi biaya serbuk kayu; biaya solar; biaya listrik; dan biaya pemeliharaan alat, ditambah juga dengan biaya overhead variabel berupa biaya penyusutan aktiva tetap.
Tabel 1 Format Perhitungan Biaya Produksi Menurut Pabrik Tahu Taqwa Perhitungan Biaya Produksi Bulan XX Biaya Bahan Baku (Kedelai) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik - Biaya Serbuk Kayu - Biaya Solar - Biaya Listrik - Biaya Pemeliharaan Alat Biaya-Biaya Tetap Jumlah Biaya Produksi
Dengan adanya perhitungan biaya produksi tersebut, pihak pengelola Pabrik Tahu Taqwa menjadikannya sebagai dasar untuk menghitung harga jual dan penyusunan perhitungan laba/rugi perusahaan. Pelaporan laba/rugi
Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx
perusahaan dibuat cenderung mengambil konsep Full Costing, yaitu dengan mengurangkan Penjualan dengan seluruh biaya yang ada, yaitu meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Disajikan dalam format perhitungan berikut ini.
Tabel 2 Format Perhitungan Laba/Rugi Perusahaan Menurut Pabrik Tahu Taqwa (Pendekatan Full Costing) Perhitungan Laba/Rugi Perusahaan Penjualan Rp xx Biaya-Biaya; - BBB (Rp xx) - BTK (Rp xx) - BOP (Rp xx) Biaya Tetap (Rp xx) Laba Operasi
Rp xx
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 69 77
ISSN 1412-2936 Jika biaya-biaya yang terjadi di Pabrik Tahu Taqwa digambarkan pada
tabel-tabel
berikut
ini.
Tabel 3 Data Biaya Tetap Selama Tahun 2014
Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah Tabel 4 Data Biaya Variabel Selama Tahun 2014
Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah
Maka, perhitungan penentuan harga jual setelah mempertimbangkan target laba yang ingin dicapai oleh
perusahaan sebesar 15% digambarkan pada tabel berikut ini.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page78 70
ISSN 1412-2936
Tabel 5 Penentuan Harga Jual Menurut Pabrik Tahu Taqwa (Full Costing)
Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah
Secara rutin, Pabrik Tahu Taqwa memproduksi dan menjual sebanyak 1200 papan tahu per bulan, sehingga .
pendapatan penjualan dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini
Tabel 6 Pendapatan Penjualan Menurut Pabrik Tahu Taqwa
Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page79 71
ISSN 1412-2936
Tabel 7 Perhitungan Laba Menurut Pabrik Tahu Taqwa
Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah
Perhitungan Biaya, Harga Jual dan Pelaporan Laba-Rugi Perusahaan dengan Metode Variable Costing Target laba yang diharapkan oleh perusahaan dihitung dengan cara mark up
15 % atau dengan kata lain sebesar 15% dari biaya produksi, dimana biaya dalam hal ini (menurut konsep Variable Costing) adalah jumlah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.
Laba (Mark Up) = 15% × Biaya Produksi
Maka, penentuan harga jual seharusnya dihitung dengan cara sebagai berikut. Tabel 8 Penentuan Harga Jual Dengan Konsep Variable Costing
Sumber: Data diolah peneliti
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 72 80
ISSN 1412-2936
Tabel 9 Pendapatan Penjualan Dengan Metode Variable Costing
Sumber: Data diolah peneliti Tabel 10 Perhitungan Laba dengan Metode Variable Costing
Sumber: Data diolah peneliti
Perbandingan Dua Metode untuk Perhitungan Harga Jual dan Pencapaian Target Laba
yang telah disajikan sebelumnya, berikut ini adalah tabel perbandingan untuk selisih penentuan harga jual dan selisih perolehan laba dari kedua metode..
Berdasarkan pada perhitungan dengan metode Full Costing dan Variable Costing
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page8173
ISSN 1412-2936
Tabel 11 Selisih Penentuan Harga Jual
Sumber: Data diolah peneliti Tabel 12 Selisih Perolehan Laba Operasi
Sumber: Data diolah peneliti
Dari tabel perbandingan di atas, dapat dievaluasi bahwa; 1. Harga jual yang dihitung oleh perusahaan lebih tinggi daripada yang seharusnya, dengan selisih Rp 303 per papan. Untuk kepentingan manajemen, harga jual pada umumnya dihitung dengan pendekatan variabel costing. 2. Menurut tabel 12 di atas, dengan kuantitas penjualan 1200 papan tahu per bulan, tampak bahwa target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah terpenuhi oleh pendapatan penjualan perusahaan
setiap bulannya (perhitungan dengan konsep variable costing dijadikan sebagai target laba yang seharusnya dicapai perusahaan). Keuntungan yang diperoleh lebih tinggi daripada yang seharusnya, karena sejak awal perusahaan keliru dalam memperhitungkan biaya produksi untuk kepentingan penentuan harga jual; yang seharusnya ditentukan dengan konsep variable costing, justru dihitung menggunakan konsep full costing. Sehingga, sebenarnya perusahaan terlalu tinggi menentukan harga jual (lihat tabel 11).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 82 74
ISSN 1412-2936
Analisis Titik Impas dan Marjin Pengaman Berdasarkan informasi perhitungan penjualan dan laba yang disusun oleh
Pabrik tahu Taqwa, maka analisis titik impas dan marjin pengaman yang dihitung ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 13 Analisis Titik Impas
Sumber: Data diolah peneliti Tabel 14 Analisis Margin of Safety (MoS)
Sumber: Data diolah peneliti
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah tercapai 2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa; a. Perusahaan menggunakan konsep perhitungan Full Costing dalam penentuan harga jual
b. Sesuai dengan konsep analisis biaya volume laba, maka harga jual yang ditentukan oleh perusahaan mempunyai selisih lebih atas harga jual yang seharusnya dibebankan pada produk, yaitu sebesar Rp 303; hal ini juga menyebabkan laba operasi menjadi lebih tinggi daripada laba yang seharusnya dihitung dengan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page83 75
ISSN 1412-2936 variable costing, sebesar Rp 363.208,3. Penjualan perusahaan berada di titik impas Saran Sebaiknya Pabrik Tahu Taqwa menggunakan perhitungan dengan metode variable costing dalam menghitung biaya produksi agar harga jual yang ditetapkan tidak terlalu tinggi di pasaran. Karena metode ini merinci semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi secara realistis. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan selama ini. DAFTAR PUSTAKA
Hansen & Mowen. 1999. Akuntansi manajemen Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lamsihar. 2009. Analisis Perhitungan Biaya Volume Laba Untuk Mencapai Target Laba Pada PT Indoteras Sumatera Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Samahaty, Ricky Budiman. 2013. Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada Hotel Sedona Manado, Jurnal EMBA, Hal 1009-1018.
Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiri,
Slamet. 2009. Akuntansi Managemen. Yogyakarta: STIM YKPN.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 76 84
ISSN 1412-2936
PERLAKUAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP SEBAGAI DASAR PENENTUAN PENGHASILAN KENA PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PKP-RI KABUPATEN PAMEKASAN Siti Salama Amar Universitas Madura ABSTRAK Biaya penyusutan merupakan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan. Semakin besar biaya penyusutan tersebut, maka semakin rendah pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengelompokan aktiva tetap sesuai dengan undang-undang perpajakan dan untuk perhitungan penghasilan kena pajak di PKP-RI Kabupaten Pamekasan sesuai dengan undang-undang perpajakan. Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akanmenghasilkan laporan keuangan fiskal.Standar Akuntansi Keuangan khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengumpulan data, mengolah data, menganalisis data, kemudian mengambil kesimpulan, sehinggateknik analisis data yang digunakan adalah membuat daftar penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan golongan, membandingkan laporan Keuangan komersial dengan laporangan keuangan fiscal, melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengoreksi laporan Keuangan sehingga diketahui jumlah penghasilan kena pajak. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada kesalahan pengelompokkan pada aset tetap inventaris untuk umur ekonomis dan tarif yang di pakai oleh PKP-RI Kabupaten Pamekasan. Umur ekonomis yang di gunakan pada inventaris / peralatan 8 tahun dengan tarif 12,5% ,namun pajak mengakuinya selama 4 tahun dengan tarif 25%. Sedangkan pada penyusutan aset gedung / bangunan yang tidak diakui oleh pajak namun pihak peruhaan mengakuinya seperti rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan selain itu walaupun perusahaan sudah menggunakan masa manfaat telah sesuai dengan pajak namun dalam perhitungannya ada yang salah. Pada aset tetap lain-lain juga terjadi kesalahan perhitungan walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan umur ekonomis dan tarif yang di pakai sesuai dengan aturan pajak. Setelah rekonsiliasi fiskal maka diketahui bahwa beban penyusutan aset tetap yang diakui PKP-RI sebesar Rp. 164.231.509,15,- namun fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,- oleh karena itu terjadi koreksi negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,- karena pengkuan komersial lebih rendah dibandingkan pengakuan fiskal. Kata kunci: Penyusutan Aktiva Tetap, Rekonsiliasi Fiskal, Penghasilan Kena Pajak PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan lepas dari penggunaan aktiva tetap walaupun proporsi penggunaan aktiva tetap ini berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Proporsi penggunaan aktiva tetap diperusahaan jasa bisa berbeda dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Harga perolehan harus dialokasikan untuk
periode yang menikmati masa manfaat aktiva tetap tersebut dalam bentuk biaya penyusutan periodik, karena jika alokasi harga perolehan yang lain dibebankan pada satu periode saja, hal ini tidak akan menggambarkan keadaan keuangan perusahaan secara opjektif. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 851
ISSN 1412-2936
kependapatan baik secara langsung maupun tidak Iangsung. Menurut peraturan pajak yang berlaku, biaya penyusutan merupakan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan. Semakin besar biaya penyusutan tersebut, maka semakin rendah pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan. Untuk menentukan biaya penyusutan satu periode, perusahaan menggunakan metode penyusutan tertentu. Penggunaan metode penyusutan yang berbeda akan menyebabkan biaya penyusutan yang berbeda pula untuk satu periode tertentu, sehingga dengan demikian perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak penghasilan yang minimal. Dasar penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada bulan setelah pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara tetap. Berdasarkan Direktur Jendral Pajak, saat dimulainya penyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk dapat menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai dihasilkan. Yang dimaksud dengan menghasilkan dalam ketentuan ini dikaitkan pada saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 36Tahun 2008 pasal 11 ayat (3) dan ayat (4). Sedangkan pengelompokan jenis aktiva tetap sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 138/KMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta termasuk dalam pengelompokan harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan. Semua bentuk badan hukum diharuskan menghitung pajak penghasilan badan dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Laba yang dilaporkan pada SPT (Iaba fiskal) berbeda jumlahnya dengan laba yang dilaporkan pada laporan keuangan (Iaba komersial). Perbedaan tersebut diakibatkan karena perbedaan dasar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Pajak merupakan masalah keuangan Negara. Sejak dikeluarkannyaUndangundang No.7 Tahun 1983 dan terakhir
diubah dengan Undang- Undang No.36 Tahun 2008, maka sitem pemungutan pajak yang dianut yaitu Self Assesment System yang seluruh proses pelaksanaan kewajiban perpajakan mulai dari menentukan siapa yang menjadi wajib pajak, menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang, menyetor yang dilakukannya, dan mempertanggungjawabkan semua kewajiban itu dipercayakan kepada wajib pajak sendiri. Laporan keuangan sebagai proses dari akuntansi, dapat membantu parapemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini dapat memberi gambaran mengenai posisi keuangan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan pada periode tertentu. Pada setiap akhir tahun perusahaan harus membuat laporan keuangan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kemajuan perusahaannya, laporan keuangan akan memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan akuntansi pajak adalah untuk mempermudah perhitunganbesarnya penghasilan kena pajak, cara penyajian atau pengakuan pajak yangditangguhkan serta pengisian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Pajak Penghasilan sehingga dapat memperkecil terjadinya penyimpangan, baik dengan kelalaian maupun dengan sengaja. Pada umumnya perusahaan tidak menguasai peraturan pajak dengan baiksehingga kerap kali terjadi kesalahan.Perusahaan juga sering tidak menerapkan pencatatan sesuai dengan berlakunya undang-undang No.36 tahun 2008 tentang akuntansi pajak penghasilan.Dengan berlakunya Undangundang No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, mengakibatkan perbedaan dalam menentukan laba antara fiskal dengan pihak perusahaan. Akibat perbedaan perlakuan akuntansi ini timbullah suatu pengertianlaba fiskal (penghasilan kena pajak) dan laba akuntansi ( laba usaha ). Akibat perbedaan ini diperlukan koreksi fiskal oleh fiskus terhadaplaba yang disajikan perusahaan. Secara umum perbedaan ini timbul akibat adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya yang berbeda dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 86 2
ISSN 1412-2936
dengan ketentuan Undang-undang pajak penghasilan.Dalam perhitungan besarnya pajak penghasilan PKP-RI Kabupaten Pamekasan menggunakan kebijakan akuntansi yang berpedoman pada akuntansi komersial sehingga terdapat perbedaan dalam pengakuan dalam menentukan penghasilan kena pajak menurut akuntansi komersial dengan Undang-undang perpajakan. Pusat Koperasi Sipil Republik Iindonesia (PKP-RI) Kabupaten Pamekasanmerupakan satu-satunya lembaga yang bergerak di bidang jasa penyaluran uang pinjaman kepada Pegawai Sipil. PKP-RI Kabupaten Pamekasan memiliki aset tetap yang disusutkan berupa bangunan dan bukan bangunan, Fenomina yang terjadi di PKP-RI Kabupaten Pameksan inventaris memiliki masa manfaat8 tahundan di kenakan tarif sebesar 12,5%berlaku untuk semua aset inventaris tampa memilah inventaris yang ada dan tidak disesuaikan dengan kelompok aktiva yang telah ditetapkan oleh undang-undang pajak. Dari segi masa manfaat dan metode penyusutan yang telah berlaku di PKP-RI Kabupaten Pamekasan bisa saja menghasilkan nilai yang berbeda dengan metode fiskal dari perbedaan tersebut apakah akan berpengaruh pada penghasilan kena pajak. KAJIAN PUSTAKA Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi, khususnya informasi tentang prospek arus kas, posisi keuangan, kinerja usaha dan aktivitas pendanaan dan operasi. Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan pajak. UndangUndang Pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal
tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Erly , 2013:75). Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal berbeda. Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiscal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial).Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akanmenghasilkan laporan keuangan fiskal.Standar Akuntansi Keuangan khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Menurut Erly (2013:35), persamaan akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah: a. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya. b. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah asset tetap, baik bangunan maupun bukan bangunan. c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut memiliki masa manfaat terbatas. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke Direktorat Jendral Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti penyelu ndupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page873
ISSN 1412-2936
Standar akuntansi keuangan (komersial) dan undang-undang pajak sering memberikan spesifik dan sering berbeda, aturan yang mana yang digunakan untuk melaporkan penghasilan dan tujuan pajak, meskipun kedua pendapatan dilaporkan berdasarkan pada transaksi dibawah fundamental yang sama. Beberapa perbedaan laporan pajak dapat dilihat secara mekanis karena mereka berhubungan dengan suatu perbedaan yang jelas di dalam peraturan.Contoh materi laporan pajak yang berbeda dihasilkan oleh perbedaan yang jelas di dalam aturan-aturan penyusutan, opsi saham, dan konsolidasi (Zain, 2008:3). Salah satu alasan perbedaan akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain karena: tujuan akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit, serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dan merupakan tanggung jawan para Penghasilan kena pajak Menurut muljono (2008:145) Penghasilan kena pajak adalah selisih yang didapat dari penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan di kurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan di tambah dengan penghasilan lainnya yang merupakan objek pajak. Penghasilan kena pajak juga bisa dihitung dari laba secara komersial dikurangi dengan koreksi fiskal. Secara umum besarnya penghasilan kena pajak sebagai berikut: Laba bersih komersial Rp. XXX Koreksi fiskal, terdiri dari: Koreksi positif Rp. XXX Koreksi negatif Rp. XXX Penghasilan kena pajak Rp. XXX METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan yaitu: dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan data-data yang ada pada PKP-RI Kabupaten Pameksan. Definisi Operasional Variabel
akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama system perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan semenamena. Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut di atas, prinsip yang dianut oleh akuntansi keuangan adalah prinsip konservatif, sehingga kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement pelaporan penghasilan atas assetnya dibandingkan dengan pelaporan overstatement. Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, dari sudut pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan yang understatement tersebut tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan pajak yang terutang ( Zain, 2008:118-119). Definisi operasional variabel menunjukkan definisi variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyusutan aktiva tetapyang merupakanmasalah penting selama masa manfaataset tetap.Aktiva tetap tersebut meliputi bangunan dan bukan bangunan dengan skala pengukuran nominalyang menggunakan metode garis lurus. 2. Variabel Dependen Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penghasilan kena pajak, dimana Koreksi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal) dinilai dengan skala pengukuran nominal. Teknik Analisis Data Teknik analisis adalah suatu teknik yang digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengambil kesimpulan atas
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page884
ISSN 1412-2936
sejumlah data penelitian data yang telah terkumpul. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengumpulan data, mengolah data, menganalisis data, kemudian mengambil kesimpulan, sehinggateknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Membuat daftar penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan golongan. 2. Membandingkan laporan Keuangan komersial dengan laporangan keuangan fiskal. 3. Melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengoreksi laporan Keuangan sehinggadiketahui jumlah penghasilan kena pajak.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengakuan Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap PKP-RI Kabupaten Pamekasan Menurut Komersial Berdasarkan data dan imformasi yang peneliti terima dari PKP-RI Kabupaten Pamekasan menggunakan metode garis lurus serta menerapkan masa manfaat
terhadap segala aset tetap di perusahaannya, baik untuk kepentingan perusahaannyamaupun untuk menghitung pajak. Dari data tabel 4.2 diketahuibahwa perhitungan penyusutan aktiva tetap tahun 2014 PKP-RI menggunakan metode garis lurus. Pada perhitungan aset tetap inventaris PKP-RI mengakui umur ekonomis 8 tahun dengan tarif 12,5% berlaku pada semua aset inventaris / peralatan, sehingga beban penyusutan diketahui sebesar Rp. 18.245.625,sedangkan Akumulasi penyusutannya sebesar Rp.72.103.125,dengan nilai buku sebesar Rp. 73.861.875,-. Sedangkan aset tetap gedung / banguan umur ekonomisnya 20 tahun dan dikenakan tarif 5% berlaku pada semua jenis aktiva tetap gedung/banguan, sehingga beban penyusutannya diketahui sebesar Rp. 125.540.259,15,- dan Akumulasi penyusutan sebesar Rp. 975.847.481,74,-dengan nilai buku sebesar Rp. 851.208.354,26,-. Pada aset tetap lain-lain umur ekonomisnya 8 tahun dengan tarif 12,5% sehingga diketahui beban penyusutan sebesar Rp. 1.100.00,Akumulasi Penyusutannya sebesar Rp. 4.400.000,maka nilai bukunya sebesar Rp. 2.200.000,sebagimana pada tabel berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 892
ISSN 1412-2936
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Keterangan Aset Inventaris Kursi susun/Quadra Kursi Kuliah/Rakuda Kursi Susun Polaris Meja Ukuran 120x80 Cm MIC Duduk Kenwood Podium Laptop Tosiba (L645) LCD Projektor Tepe/Ampli Player Tepe/Ampli Player LCD Projektor printer (canon) AC LG2PK + REMOTE AC LG1.2PK + REMOTE Komputer Perlengkapan kantor Jumlah Inventaris Aset Gedung / Bangunan
17
Gedung kantor
18
Gedung persewaan
19
Gedung perhotelan
20
Pagar keliling
21
Rehap gedung kantor
22 23
24
Perbaikan gedung persewaan Perbaikan gedung perhotelan Jumlah aset tetap gedung /bangunan Aset Tetap Lain-Lain Barang bercorak kesenian, kebudayaan Jumlah aset tetap lainlain
Tabel Pengakuan PKP-RI Kabupaten Pamekasan tentang Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Komersial Tahun U Tarif Nilai Bebab Peny. Akm. Pny perole E % Perolehan Per tahun s/d Th. 2014 han 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0
12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2011 2011 2011 2010 2012
5
2004
5
2005
5
2005
5
9.500.000 9.500.000 18.500.000 10.400.000 1.650.000 3.000.000 6.600.000 8.480.000 1.350.000 1.700.000 8.400.000 15.000.000 26.600.000 3.650.000 11.500.000 10.135.000 145.965.000
1.187.500 1.187.500 2.312.500 1.300.000 206.250 375.000 825.000 1.060.000 168.750 212.500 1.050.000 1.875.000 3.325.000 456.250 1.437.500 1.266.875 18.245.625
Nilai Buku Komersial
4.750.000 4.750.000 9.250.000 5.200.000 825.000 1.500.000 3.300.000 4.240.000 675.000 850.000 3.150.000 7.500.000 13.300.000 1.825.000 7.187.500 3.800.625 72.103.125
4.750.000 4.750.000 9.250.000 5.200.000 825.000 1.500.000 3.300.000 4.240.000 675.000 850.000 5.250.000 7.500.000 13.300.000 1.825.000 4.312.500 6.334.375 73.861.875
22.862.400,0 0 32.212.486,9 120.796.826 8.053.121,72 88.584.339,07 3 63.267.790,9 237.254.216 15.816.947,73 173.986.425,07 3 85.734.000
5.715.600,00
62.871.600,00
2007
82.903.018
4.145.150,9
5
2007
682.462.776
34.125.138,8
5
2008
762.740.000
38.137.000
226.959.000 495.781.000
5
2009
390.946.000
19.547.300
117.283.800 273.662.200
33.161.207,2 49.741.810,8 273.001.110,4
409.461.665, 6
2.362.836.83 851.208.354, 125.540.259,15 975.847.481,74 6 26 8
12,5
2011
TOTAL BEBAN PENYUSUTAN
Sumber Data : lampiran 1-3 diolah Dari data di atas maka dapat di ketahui jumlah dari asset tetap inventaris, asset
6.600.000
1.100.000
4.400.000
2.200.000
6.600.000
1.100.000
4.400.000
2.200.000
144.885.884,1 5
UE*umur ekonomis gedung /bangunan, dan asset tetap lain-lain. Seperti pada tabel berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page901
ISSN 1412-2936
Tabel Pengelompokan perhitungan penyusutan aset tetap PKP-RI Kabupaten Pamekasan Per 31 desember 2014 Total Beban NAMA ASET TETAP Peny. Total Akm. Peny TotalNilai buku inventaris /peralatan gedung / bangunan
18.245.625 125.540.259,15
72.103.125 975.847.481,74
73.861.875 851.208.354,26
aset tetap lain-lain JUMLAH Sumber Data : Data Diolah
1.100.000 144.885.884,15
4.400.000 1.052.350.606,74
2.200.000 972.270.229,26
Pengakuan Perhitungan Penyusutan aktiva tetap menurut fiskal Berdasarkan hasil data dan imformasi yang diterima oleh peneliti. Terdapat kesalahan perhitungan penyusutan aktiva tetap serta kesalahan pengakuan umur ekonomis. Pada tabel 4.4 diatas membuktikan bahwa setelah peneliti menyesuaikan dengan undang - undang perpajakan maka yang terjadi pengakuan perhitungan oleh pihak PKP-RI secara komersil, terdapat beberapa kesalahan dalam menyusun perhitungan pada aset inventaris diantaranya, pada umur ekonomis yang digunakan untuk aset tetap inventaris selama 8 tahun dengan tariff 12.5% namunsetelah disesuaikan dengan pajak dari data perusahaan tersebut ternyata tidak semua aset inventari umur ekonomisnya selama 8 tahun namun harus disesuaikan terlebihdahulu dengan golongan aset yang memang sudah ditentukan pajak. Dalam ketentuan pajak mengakui bahwa AC LG2PK + REMOTE itu yang termasuk golongan II dengan umur ekonomis 8 tahun tarif 12,5 % sedangkan selebihnya dari itu pajak mengakuinya termasuk gongan Idengan umur ekonimis 4 tahun dengan tarif 25% , akibat dari perbedaan pengakuan umur ekonomis dan tarif dari pihak komersial dan fiskal maka terjadi perubahan nilai pada pada perhitunga penyutan tersebut. Awalnya pihak komersial (perusahaan) mengakui bahwa beban penyusutan pada aset inventaris senilai Rp. 18.245.625,- namun pajak mengakuinya sebesar Rp. 32.710.000,berarti perubahannya lebih besar pengakuan pajak dari pada pihak perusahaan. Karena terjadi perubahan pada beban penyusutan maka
pengaruhnya terhadap Akumulasi penyusutan dan nilai bukunyapun juga akan berubah seperti perhitungan. Pada aset tetap gedung/ bangunan juga terdapat kesalahan atas perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan. Letak kesalahannya pihak perusahaan menyususutkan rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan. Karena rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan merupakan beban pemeliharaan gedung yang bisa diakui sebagai beban namun akan menambah nilai dari asset gedung itu sendirisehingga nilai gedung kantor pada tahun 2007 berubah menjadi sebesar Rp. 755.336.676,- sedangkan pada beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 37.766.833,8,- sama halnya dengan nilai gedung persewaan nilainya bertambah pada tahun 2008 sebesar Rp. 865.417.303,sehingga beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 43.270.865,15,- nilai perolehan gedung perhotelanpun bertambah pada tahun 2009 sebesar Rp. 580.794.372,8,- dan beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 29.039.468,64,- dari perubahan nilai beban penyusutannya maka pengaruhnya pada akumulasi penyusutan dan nilai bukunya akan berubah juga. Selain itu walaupun pihak perusahaan menggunakan metode penyusutan dan masa manfaatnya telah sesuai dengan aturan pajak tapi dalam perhitungannya terdapat kesalahan.Sehingga semula pihak perusahaan (komersial) mengakui beban penyusutan gedung sebesar Rp. 164.231.509,15,- sedangkan menurut fiskal beban penyusutan yang di tanggung oleh pihak perusahaan sebesar Rp. 183.757.318,9,perusahaan mengakui
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 2 91
ISSN 1412-2936
beban penyusutan aset gedung / bangunan lebih rendah dibandingkan pihak pajak, maka pengaruhnya terhadap Akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tersebut juga akan terjadi perubahan nilai. Pada aset tetap lain- lain juga terjadi kekeliruan dalam perhitungan penyusutannya, dimana komersial sudah mengikuti aturan perpajakan yakni aset tetap lain – lain yang berupa barang bercorak kesenian masuk aktiva kelompok II dengan umur ekonomis 8 tahun dan tarif sebesar 12,5%, namun masih ada kekeliruan dalam perhitungannya, pihak perusahaan mengakui hasil dari perhitungan beban penyusutan aset lain –lain sebesar Rp. 1.100.000,dengan nilai perolehan barangnya sebesar Rp. 6.600.000,- . Namun seharusnya jika perusahaan umur ekonomis pada aset tersebut 8 tahun maka seharusnya nilai beban penyusutannya sebesar Rp. 825.000,- maka hal tersebut juga akan berdampak pada Akumulasi penyusutan dan nilai bukunyapun juga akan berubah sesuai dengan aturan pajak. Setelah mengetahui kekeliruan yang terjadi pada pihak perusahaan maka jumlah perbedaanya sangat beda jauh antara pihak perusahaan dan pihak pajak. Seperti pada perhitungan tabel di bawah ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 2 92
ISSN 1412-2936
No.
Keterangan
Tabel Pengakuan perhitungan penyusutan aktiva tetap setelah disesuaikan dengan fiskal Tari U Tahun f Nilai AKM. PENY m perole BEBAN PENY pen perolehan (2014) ur han y.% 4 25 2011 9.500.000 2.375.000 9.500.000 4 25 2011 9.500.000 2.375.000 9.500.000 4 25 2011 18.500.000 4.625.000 18.500.000 4 25 2011 10.400.000 2.600.000 10.400.000 4 25 2011 1.650.000 412.500 1.650.000 4 25 2011 3.000.000 750.000 3.000.000 4 25 2011 6.600.000 1.650.000 6.600.000 4 25 2011 8.480.000 2.120.000 8.480.000 4 25 2011 1.350.000 337.500 1.350.000 4 25 2011 1.700.000 425.000 1.700.000 4 25 2012 8.400.000 2.100.000 6.300.000 4 25 2011 15.000.000 3.750.000 15.000.000 8 12,5 2011 26.600.000 3.325.000 13.300.000 8 12,5 2011 3.650.000 456.250 1.825.000 4 25 2010 11.500.000 2.875.000 4 25 2012 10.135.000 2.533.750 7.601.250 32.710.000 114.706.250
NILAI BUKU (FISKAL)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kursi susun/Quadra Kursi Kuliah/Rakuda Kursi Susun Polaris Meja Ukuran 120x80 Cm MIC Duduk Kenwood Podium Laptop Tosiba (L645) LCD Projektor Tepe/Ampli Player Tepe/Ampli Player LCD Projektor printer (canon) AC LG2PK + REMOTE AC LG1.2PK + REMOTE Komputer Perlengkapan kantor
17
Gedung kantor
20
5
2007
755.336.676
37.766.833,8
302.134.670,4
18
Gedung persewaan
20
5
2008
865.417.303
43.270.865,15
302.896.056,05
19
Gedung perhotelan
20
5
2009
29.039.468,64
174.224.881,84
20
Pagar keliling Tidak diakui sebagai aset tetap Tidak diakui sebagai aset tetap Tidak diakui sebagai aset tetap
20
5
2007
4.145.150,9
33.161.207,2
453.202.005, 6 562.521.246, 95 406.524.490, 96 49.741.810,8
0
-
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
150.222.318,9
812.416.815,49
1.471.989.55 4,31
825.000
3.300.000
825.000
3.300.000
21 22 23
580.749.372, 8 82.903.018
Jumlah aset gedung
24
Barang bercorak kesenian, kebudayaan
8
12,5
2011
TOTAL PENYUSUTAN Sumber Data : Data Diolah
Dari perhitungan pada tabel diatas telah sesuai dengan rumus garis lurus seperti dalam penjelasan landasan teori halaman 12. Misalnya seperti pada perhitungan asset inventaris, asset gedung, aset lain-lain sesuai dengan rumus maka:
6.600.000
183.757.318,9
Beban penyusutaninventaris = Nilai Perolehan Masa manfaat = 9.500.000 =2.375.000 4
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page938
2.100.000 13.300.000 1.825.000 2.533.750 19.758.750
3.300.000 3.300.000
ISSN 1412-2936
Beban penyusutan gedungkantor (2004) =85.734.000 = 4.286.700 Karena pada tahun 2007 terdapat perbaikan gedung kantor maka menambah pada nilai gedung kantor (85.734.000 –4.286.700 (B.peny.2004)4.286.700 (B. peny.2005) - 4.286.700 (B.peny.2006) = 72.873.900 + 682.462.776 (nilai perbaikan) = 755.336.676 merupakan nilai gedung pada tahun2007. Beban penyusutan gedung kantor(2007) =755.336.676= 37.766.834
perhotelan bertambah (237.254.216 11.862.710,8(B. peny.2005)11.862.710,8(B. peny.2006) 11.862.710,8 (B.peny.2007) – 11.862.710,8 (B.peny.2008) = 189.803.372,8 + 390.946.000 (nilaiperbaikan )= 580.749.372,8, - nilai perolehan gedung perhotelan pada tahun 2009. B. peny. Gedung perhotelan (2009):580.794.372,8 = 29.039.468,64 20 Beban penyusutan asset tetap lain-lain = 6.600.000 =1.100.000
20 Dari perhitungan di atas telah Beban peny.gedung persewaan (2005) =120.796.826 jelas bahwa = 6.039.841,3 ada perbedaan pengakuan 20 antara pihak perusahaan Karena ada perbaikan pada dengan pihak fiskal oleh karena itu tahun2008, maka nilai perolehan terjadilah rekonsiliasi fiskal guna untuk gedung persewaan bertambah menyamakan atas perbedaan (120.796.826perhitungan tersebut. 6.039.841,3(B.peny.2005) 6.039.841,3 (B.peny.2006) - Rekonsiliasi Fiskal Pada 6.039.841,3 (B.peny.2007) = Perhitungan Penyusutan 102.677.303,1 + 762.740.000 = Dari perbedaan pengakuan 865.417.303,1 merupakan nilai tersebut timbullah koreksi fiska untuk perolehan gedung persewaan pada mengetahui nilai yang sebenarnya. tahun 2008, sehingga beban Setelah perhitungan penyusutan aktiva penyusutan menjadi: tetap menurut komersial dan fiskal B. peny. Gedung persewaan (2008) telah diketahui jumlah dari penyusutan =865.417.303= 43.270.865,15 tersebut terdapat perbedaan pengakuan 20 dari masing- masing pihak B.pey.gedung perhotelan(2005) dan hasilnya terdapat perbedaan yang =237.254.216 = 11.862.710,8 sangat signifikan maka harus 20 direkonsiliasi fiskal agar tidak lagi Karena ada perbaikan di tahun 2009, timbul perbedaan pengakuan antara maka nilai perolehan gedung pihak perusahaan dengan pihak pajak.
No
Nama aset
Tabel Rekonsiliasi fiskal pada semua penyusutan aset tetap Penyusutan Koreksi
1
Inventaris
2
Gedung / Bangunan
3
Aset Lain-Lain
JUMLAH Sumber Data : Diolah
Komersial
Fiskal
Positif
Negatif
18.245.625
32.710.000
-14.464.375
144.885.884,15
150.222.318,9
- 5.336.434,75
1.100.000
825.000
275.000
164.231.509,15
183.757.318,9
275.000
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
-19.800.809,75
Page 949
ISSN 1412-2936
Tabel diatas menggambarkan nilai penyusutan fiskal dan selisihnya dengan penyusutan komersial yang menggunakan metode garis lurus. Hasilnya adalah ketika perbedaan pengakuan dari komersial dan fiskal itu berbeda maka rekonsiliasi pada aset inventaris bernilai koreksi negatif sebesar Rp.14.464.375,- karena nilai penyusutan inventaris karena fiskal mengakui lebih tinggi dari pada pengakuan komersial. Sedangkan koreksi fiskal pada gedung / bangunan
terjadi koreksi negatif sebesar Rp. 5.336.434,75,- karena lebih kecil pengakuankomersial dibandingkan pajak. Dan pada aset tetap lain-lain terjadi koreksi positif sebesar Rp. 275.000,-karena lebih besar pengakuan komersial dibandingkan fiskal. Setelah diketahui perhitungan pada semua penyusutan aset aktiva tetap maka diketahui jumlah dari semua penyusutan aset tetap seperti tabel di bawah ini:
Tabel Jumlah beban penyusutan Penyusutan
koreksi
Tahun komersial 2014
164.231.509,15
Fiskal
Positif
183.757.318,9
negatif (19.343.809,75)
Sumber Data : Diolah
Maka tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah seluruh aset tetap menurut komersial sebesar Rp. 164.231.509,15,- sedangkan menurut fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,sehinggasetelah direkonsiliasi pada beban penyusutan dari keselurahan asset tetap PKP-RI tahun 2014 terjadi rekonsiliasi fiskal negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,karena perusahaan mengakui beban penyusutannyalebihkecildibandingkan menurut pihak fiskal. Beban penyusutan yang seharusnya di tanggung oleh perusahaan sebesar Rp. 183.757.318,9,- namun pengakuan dari pihak perusahaanlebih rendah dari pengakuan fiskal hal ini terjadi disebabkan oleh kesalahan dalam
perhitungan dan masa manfaat yang di akui oleh pihak perusahaan, sehingga hal ini akan berpengaruh pada beban penyusutan dan dampaknya terhadappenghasilan kena pajaknya karena beban penyusutan yang sebenarnya lebih tinggi dari pada beban penyusutan yang telah diakui perusahaan sehingga terjadi koreksi negatif sebesar Rp.19.343.809,75,-. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak PKP-RI Kabupaten Pamekasan Setelah mengetahui beban penyusutan yang harus ditanggung oleh perusahaan menurut fiskal maka untuk menentukan penghasilan kena pajaknya adalah sebagai berikut:
Laba usaha perusahaan sebelum pajak Sisa hasil usaha ( SHU ) 2014 Koreksi beda waktu : -/- beban penyusutan
Rp. 9.608.023.995,70 (Rp. 19.343.809,75)
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 8 95
ISSN 1412-2936
Laba kena pajak 2014
Rp. 9.588.680.185,95
Sisa hasil usaha pada tahun 2014 di PKP-RI sebesar Rp.9.608.023.995,70,-seperti terlihat 94 pada lampiran 5. Namun setelah terjadi direkonsiliasifiskal negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,makapenghasilan kena pajak yang harus di tanggung PKP-RI akan semakin berkurang karena jika beban penyusutan sedikit maka laba akan bertambah namun sebaliknya jika penyusutan semakin meningkat maka labapun semakin menurun. Karena pengakuan pajak penyusutannya lebih besar dari pengakuan perusahaan maka laba perusahaanpun berkurang 2. menjadi sebesar Rp.9.588.680.185,95,-pada tahun 2014 sebagai acuan dasar untuk menghitung berapa besar pajak penghasilannya yang harus dibayar PKP-RI pada pihak fiskus atau sebagai pedoman untuk menghitung PPh terutang yang harus dibayar 3. perusahaan terhadap fiskus. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi sebagai dasar penentuanpenghasilan kena pajak pada PKP-RI Kabupaten Pamekasan maka dapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada kesalahan pengelompokkan pada aset tetap inventaris untuk umur ekonomis dan tarif yang di pakai oleh PKPRI Kabupaten Pamekasan. Umur ekonomis yang di gunakan pada inventaris / peralatan 8 tahun dengan tarif 12,5% ,namun pajak mengakuinya selama 4 tahun dengan tarif 25%. Sedangkan pada penyusutan aset gedung / bangunan yang tidak diakui oleh
4.
pajak namun pihak peruhaan mengakuinya seperti rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan selain itu walaupun perusahaan sudah menggunakan masa manfaat telah sesuai dengan pajak namun dalam perhitungannya ada yang salah. Pada aset tetap lain-lain juga terjadi kesalahan perhitungan walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan umur ekonomis dan tarif yang di pakai sesuai dengan aturan pajak. Karena terjadi perbedaan pengakuan antara pihak perusahaan dan pihak pajak maka harus di rekonsiliasi fiskal pada tiap – tiap aset tetap agar diketahui berapa jumlah beban penyusutan yang seharusnya di bebankan oleh perusahaan. Setelah rekonsiliasi fiskal maka diketahui bahwa beban penyusutan aset tetap yang diakui PKP-RI sebesar Rp. 164.231.509,15,- namun fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,- oleh karena itu terjadi koreksi negatif sebesar Rp.19.343.809,75,karena pengkuan komersial lebih rendah dibandingkan pengakuan fiskal. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa perhitungan penyusutan aktiva tetap sangat berpengaruh untuk mengetahui seberapa besar penghasilan kena pajak yang harus di tanggung oleh perusahaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung beban penyusutan maka sangatlah penting untuk mengikuti aturan Undang – Undang pajak yang berlaku. Seperti pada perhitungan beban penyusutan yang telah dilakukan oleh PKP-RI
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page 9 96
ISSN 1412-2936
Kabupaten Pamekasan, karena dalam perhitungan tersebut tidak sesuai dengan pajak maka akan berpengaruh terhadap penghasilan kena pajaknnya. Sehingga diketahui bahwa pengahasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp. 9.588.680.185,95,- di bulatkan menjadi Rp. 9.588.680.000,yang akan menjadi dasar pengenaan pajak tahun 2014. SARAN Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik dari peneliti kepada pihak PKP-RI Kabupaten Pamekasan,yaitu : 1. PKP-RI sebaiknya mengikuti setiap pembaharuan/ perubahan mengenai ketentuan perpajakan yang berlaku terutama mengenai tarif pajak penghasilan. 2. Perusahaan hendaknya lebih teliti dalam penerapkan ketentuan perhitungan pada laporan keuangannya terutama dalam hal penyusutan aset tetap karena hal tersebut mempengaruhi nilai penghasilan kena pajak dan termasuk PPh yang akan dibayar. 3. Pihak perusahaan seharusnya memiliki staf pajak khusus mengenai perhitungan laporan keuangan fiskal. 4. Perusahaan sebaiknya menyesuaikan saja laporan komersialnya dengan ketentuan fiskal agar tidak perlu melakukan rekonsiliasi fiskal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Enam, Penerbit : PT Rinita Cipta. Jakarta
Amelia, Silfi, 2013. Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Perhitungan Aset Tetap Pada CV. Mitra Agro Permai (periode 2007-2011) Di akses 1 mei 2015 jam Dari Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik. (http://triajinugroho.blogspot.com/2011/10/t arif-penyusutan-aktiva-tetapfiskal.html). Dunia, A, Firdaus, 2005. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Penerbit : Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta Hidayat, Safaat, Asep.2013. Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang ( Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010).UNIKOM Journal Of Accounting Skripsi – S1.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta Indriantoro,Nur dan Supomo, Bambang. 2002.Metodelogi Penelitian Bisnis, Buku 1 dan 2, Penerbit: PT. BPFE. Yogyakarta. Muljono, Djoko. 2006. Akuntansi Pajak. Edisi ke-1. Andi. Yogyakarta Ngumar, Sujipto,2005. Dasar – Dasar Akuntansi Di Indonesia. Bagian 2, Penerbit: Stiesra Press. Surabaya Purba, Marisi P. 2009. Akuntansi Pajak Penghasilan. Edisi ke-1. Graha Ilmu. Yogyakarta. Resmi Siti, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus, Buku satu, Edisi delapan, Penerbit: Salemba Empat.Jakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page979
ISSN 1412-2936
Sumarsan Thomas akuntansi dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS, 2013, Jilid Dua, Penerbit: PT Indeks, Jakarta
Suandy, Erly. 2013. Hukum Pajak, Edisi 5, Penerbit: Salemba Empat. Jakarta Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Parpajakan Edisi 3 Penerbit: Salemba Empat, Jakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015
Page98 10
1