JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN

Download ISSN 1412-2936. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015 ...... International Journal of Manpower,. Vol. 17 No. ...

0 downloads 805 Views 2MB Size
ISSN 1412-2936 ISSN 1412 - 2936

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA

Analisa Kualitas Pelayanan Serta Pengaruh Terhadap Keputusan Memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan Runik Puji Rahayu Pendekatan Konsep : Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi Mohammad Amir Furqon Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Publik Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Subhan Dan Jamilatus Sirat Peran Kemampuan Inovasi Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Menengah (Ukm) (Survey Pada Usaha Kecil Menengah (Ukm) Dikota Malang) Zainurrafiqi Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Menggunakan Bahan Bakar Minyak Tanah Dan Gas Elpiji Di Desa Pandan Kecamatan Galis Alfi Hasaniyah

Evaluasi Penentuan Harga Jual Dan Pencapaian Target Laba (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan) Rosy Aprieza Puspita Zandra Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Sebagai Dasar Penentuan Penghasilan Kena Pajak Dalam Laporan Keuangan Fiskal Pada Pkp-Ri Kabupaten Pamekasan Siti Salama Amar

Makro

Vol. 2

No. 20

Hlm 1-97

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Pamekasan 08 Nov 2015

ISSN 1412 - 2936

ISSN 1412-2936

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA

Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM

Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM

Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM

Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM

Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi :      

Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue

Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

ISSN 1412-2936 KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email [email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro.

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian.

f. Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel.

2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman.

3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96). 2) Satu sumber kutipan dengan penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96)

dua

3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004) Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

ISSN 1412-2936 b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19). c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013).

5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh:

from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306. c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.

1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316. 2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

ISSN 1412-2936

MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 2 No 20, 8 November 2015

DAFTAR ISI Runik Puji Rahayu Analisa Kualitas Pelayanan Serta Pengaruh Terhadap Keputusan Memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan

1-9

Mohammad Amir Furqon Pendekatan Konsep : Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi

10-22

Subhan dan Jamilatus Sirat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Publik Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

23-44

Zainurrafiqi Peran Kemampuan Inovasi Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Menengah (Ukm) (Survey Pada Usaha Kecil Menengah Dikota Malang)

45-62

Alfi Hasaniyah Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Menggunakan Bahan Bakar Minyak Tanah Dan Gas Elpiji Di Desa Pandan Kecamatan Galis

63-71

Rosy Aprieza Puspita Zandra Evaluasi Penentuan Harga Jual Dan Pencapaian Target Laba (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan)

72-84

Siti Salama Amar Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Sebagai Dasar Penentuan Penghasilan Kena Pajak Dalam Laporan Keuangan Fiskal Pada Pkp-Ri Kabupaten Pamekasan 85-98

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

ISSN 1412-2936

ANALISA KUALITAS PELAYANAN SERTA PENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PT ASURANSI JIWASRAYA PAMEKASAN Runik Puji Rahayu UNIVERSITAS MADURA ABSTRAK Dalam era perdagangan bebas, setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dari pesaing menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh pesaing. Dengan demikian, hanya perusahaan yang berkualitas yang dapat bersaing dan menguasai pasar. Penelitian ini mengambil sampel secara random sebanyak 125 responden dari Masyarakat kecamatan Kota Pamekasan yang menjadi nasabah PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi linear ganda. PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang jasa layanan perasuransian sehingga lebih berorientasi dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Berdasarkan hasil penelitian maka distribusi frekuensi jawaban responden adalah sebagai berikut: Variabel Bebas yaitu pelayanan (X) terdiri-dari: tepat waktu, akurasi pelayanan, kesopanan dan keteraturan, tanggungjawab, kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan. Variabel Terikat yaitu Minat konsumen (Y) dengan indikator: kebutuhan, mencari informasi, evaluasi informasi, keputusan dan evaluasi layanan. Dari hasil penelitian ini disarankan agar PT Asuransi Jiwasraya memberikan pelayanan terbaik terhadap semua nasabahnya. Selain itu PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan juga bisa konsisten berupaya membangun komunikasi dengan para nasabahnya. Komunikasi ini antara lain dengan bagaimana menangani keluhan maupun pujian yang dilontarkan nasabah.Yang kemudian di tindak lanjuti dengan pengawasan yang sangat ketat dan cermat.

PENDAHULUAN PT Asuransi Jiwas Raya adalah suatu lembaga yang melakukan mekanisme pemindahan resiko. Pemegang polis menukarkan ketidakpastiannya dengan kepastian. Dalam membeli asuransi jiwa, pemegang polis terlibat dalam suatu perjanjian yang disebut polis asuransi jiwa dimana tertanggung membayar sejumlah premi dan sebaliknya perusahaan asuransi setuju untuk membayarkan sejumlah uang pertanggungan jika tertanggung meninggal selama masa berlaku polis atau dalam beberapa kasus

tertanggung hidup di akhir masa asuransi. PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang jasa layanan perasuransian sehingga lebih berorientasi dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Untuk mencapai kepuasan nasabah banyak hal lain yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya Pamekasans seperti memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, tepat waktu, menjaga kebersihan, melayani tanpa peduli jabatan, melakukan pekerjaan lebih

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

1

ISSN 1412-2936

dari yang diharapkan nasabah, tetap melakukan komunikasi walau sudah sibuk dengan tugasnya selalu membantu nasabah sehingga nasabah merasa puas. Dengan demikian PT Asuransi Jiwasraya berharap akan memberikan pelayanan terbaik terhadap semua nasabahnya. Selain itu PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan juga secara konsisten berupaya membangun komunikasi dengan para nasabahnya. Komunikasi ini antara lain dengan bagaimana menangani keluhan maupun pujian yang dilontarkan nasabah.Yang kemudian di tindak lanjuti dengan pengawasan yang sangat ketat dan cermat. Nasabah yang betul-betul setia dengan pelayanan PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan adalah nasabah yang puas dengan pelayanan yang diberikan. Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini yang membahas tentang: ” Analisa kualitas pelayanan dan pengaruhnya terhadap keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan” permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh Pelayanan terhadap keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan? Tinjauan Pustaka Pelayanan Pelayanan merupakan faktor yang amat penting untuk mendapat perhatian dalam sikap manusia, apalagi bagi suatu perusahaan seperti Perbankan. Sehubungan dengan hal tersebut, Misbah Sanusi (1998 : 21) menyebutkan bahwa agar para pembeli tidak lari dan dapat berkesan positif maka harus diciptakan

pelayanan yang maksimal, apakah dengan senyum yang penuh bersahabat, apakah dengan tata krama, ataupun dengan menawarkan keperluan para pembeli. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Pada penjualan jasa maka pelayanan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen (costamer yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Norman (1991:14) mengenai karakteristik tentang pelayanan, yakni sebagai berikut: 1. Pelayanan tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi. 2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindakan sosial. 3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan terjadi ditempat yang sama. Karakteristik di atas dapat menjadi dasar bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik. Pengertian yang lebih luas juga disampaikan oleh Daviddow dan Utal (1989:19) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan. Faktor-Faktor dan Strategi Penentu Kualitas Pelayanan . Dimensi pelayanan harus selalu diperhatikan dan ditingkatkan untuk memberikan suatu kepercayaan kepada pelanggan dengan selalu

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

2

ISSN 1412-2936

meningkatkan mutu pelayanan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a. Ketepatan waktu pelayanan b. Akurasi pelayanan c. Kesopanan dan keteraturan serta keramahan d. Tanggung jawab e. Kelengkapan yang berkaitan dengan sarana pendukung f. Kemudahan bagi pelanggan untuk mendapatkan pelayanan g. Kenyamanan dalam memberikan pelayanan Dapat disimpulkan bahwa pelayanan sangat erat hubungannya dengan membangun perilaku pelanggan. Orientasi pelayanan dalam upaya membangun perilaku pelanggan adalah dengan menciptakan budaya pelayanan . Pelayanan sebagai budaya berarti melakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara instansi/organisasi pemberi pelayanan dengan pelanggannya dan dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk menciptakan perilaku pelanggan yang baik. Oleh sebab itu, strategi kualitas pelayanan juga mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan tersebut. Tjiptono (2003:132) menyatakan bahwa strategi kualitas pelayanan atau jasa harus mencakup empat hal sebagai berikut: a. Atribut layanan pelanggan b. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa c. Implementasi Tinjauan Konsumen

Tentang

Kepuasan

Kebutuhan manusia adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat berlindung, keamanan, hak milik, dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar. Mereka membutuhkan hakekat biologis dan kondisi manusia. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan para ahli, salah satunya yang didefinisikan oleh Engel dan kawan-kawan dalam Husein Umar (2002:49), mengatakan bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya yang terdiri – dari atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial, dan referensi serta keluarga. Faktor yang lain adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap . Menurut schnaar pada Tjipto (1999:24) pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Engel (1990) dalam Tjiptono (1997:24) menjelaskan lebih lanjut bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan. Adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (hasil) yang ia rasakan dengan hasilnya. Kepuasan dibagi dua macam, yaitu kepuasan funsional dan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

3

ISSN 1412-2936

kepuasan psikologika. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari sungsi suatu produk yang dimanfaatkan. Sedangkan kepuasan psikologika merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk. Model Perilaku Konsumen Assael (1992:9) menyebutkan bahwa The central component of the model is consumer decesion making, that is the process of perceiving and evaluating brand information., considering how brand alternatives meet the consumer’s needs, and decesion on a brand. Maksudnya adalah komponen utama dari model yaitu pengambilan keputusan konsumen yang merupakan suatu proses mempersepsikan dan mengevaluasi informasi merk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merk memenuhi kebutuhan konsumen dan memutuskan pada sebuah merk.

Swasta dan Handoko (2000:10) yang dimaksud perilaku konsumen adalah kegiatan - kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang - barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatankegiatan tersebut. Dalam mempelajari perilaku konsumen terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik. menurut Kotler dan Handoko (2000:183) menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lainnya serta karateristik pembeli. Gambar dibawah ini adalah pendapat Kotler tentang Proses pembelian model lima tahap sebagai tahapan proses yang dilakukan oleh konsumen sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian

Gambar 2.1 Proses pembelian model lima tahap

Pengenalan kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternative

Keputusan pembelian

Perilaku purna beli

Sumber: Kotler (2000:204)

Model perilaku menurut Assael (1992:10), menunjukkan bahwa pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi oleh individu konsumen yaitu karteristiknya dan apa yang dipikirkan, pengaruh lingkungan dan strategi pemasaran perusahaan.

Proses Pengambilan Keputusan (membeli) Kottler dalam Tjiptono (2000:20) berpendapat bahwa dalam keputusan pembelian barang, konsumen sering ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Pengambilan keputusan (memilih) yang dilakukan konsumen

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

4

ISSN 1412-2936

pada dasarnya untuk melakukan pembelian diawali oleh adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan dari konsumen itu sendiri.Sutisna (2001:16) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : 1. Menganalisa keinginan dan kebutuhan 2. Pencarian informasi dan sumber informasi yang ada 3. Evaluasi berbagai alternatif 4. Keputusan untuk membeli 5. Perilaku setelah pembelian / Evaluasi pasca pembelian Hipotesis Berdasarkan pada pendahuluan dan pokok permasalahan peneletian, maka hipotesa penelitian ini adalah: “Diduga pelayanan yang terdiridari: ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keteraturan pelayanan, tanggungjawab pelayanan, kelengkapan pelayanan, kemudahan pelayanan dan kenyamanan pelayanan mempengaruhi keputusan memilih PT Asuransi Jiwasraya Pamekasan”.

Tehnik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang di buktikan dari kegiatan analisa dalam penelitian ini maka dilakukan pengumpulan data dengan teknik: 1. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya-jawab secara langsung kepada responden. 2. Kuesioner Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalarn penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden. Instrumen ini dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Pengujian Instrumen Data Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengan menggunakan metode korelasi productmoment (pearson correlation ), (Sugiono,2002:277)

n ( ΣXY) – (ΣX . ΣY) r = √ [ ΣX2 – (ΣX)2 ] [n ΣY2 - (ΣY)2 ] dimana : r = X= Y= n =

Korelasi product moment Variabel bebas Variabel terikat Jumlah sampel

Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode cronbach alpha ( Danim,2000:199), yakni: kr α = 1 + (k – 1 ) r

dimana: α = Koefisien reliabilitas k = Koefisien rata –rata korelasi antar variabel r = Jumlah variabel dalam persamaan Sedangkan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

5

ISSN 1412-2936

koefisien reliabilitas (alpha)

adalah

sebagai berikut :

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien reliabilitas (alpha) No Interval Kriteria 1 < 0,200 Sangat rendah 2 0,200 – 0,399 Rendah 3 0,400 – 0,599 Cukup 4 0,600 – 0,799 Tinggi 5 0,800 – 1,00 Sangat tinggi Sumber : Sugiono (2003:96)

Tehnik Analisis Data Dan Uji Hipotesis Tehnik Analisis Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif: 1. Analisis kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang obyek yang akan diteliti, dengan menggunakan skala linkert sebagai berikut : Sangat setuju = 4,51s/d 5,00 Setuju = 3,51 s/d 4,50 Cukup setuju = 2,51 s/d 3,50 Tidak setuju = 1,51 s/d 2,50 Sangat tidak setuju = 1,00 s/d 1,50 2. Analisis kuantitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi obyek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistic yaitu dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana Y =a+bX dimana : Y = variable terikat yang ditentukan oleh besarnya X X = variable bebas yang menentukan besarnya Y b = koefisien korelasi a = nilai kostanta

Uji Hipotesis Sedangkan untuk menguji hipotesa yaitu dengan menggunakan uji t. Adapun uji hipotesisnya adalah sebagai berikut” Menurut Sugiono (2001:154) rumusnya adalah sebagai berikut: bi - bii t = Sbi Dimana, bi = koefisien korelasi ke i bii = parameter ke I yang dihipotesiskan Sbi = kesalahan standart bi Dengan membandingkan t hitung dan t tabel pada α 0,05 maka : 1. t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variable bebas kurang menjelaskan variabel terikatnya 2. t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variable bebasnya dapat menjelaskan variable terikatnya. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dari variabel semua faktor maka untuk mengetahui validitas dari semua variabel maka dilakukan uji validitas semua faktor

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

6

ISSN 1412-2936

yang akan diteliti. Variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r > 0,3.

Adapun hasil uji sebagai berikut:

validitas

adalah

Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Variabel X Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Variabel Y Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5

Indikator

Koefisien Korelasi

Keterangan

Tepat waktu Akurasi pelayanan Kesopanan dan keteraturan Tanggungjawab Kelengkapan Kemudahan Kenyamanan

0,502 0,503 0,604 0,607 0,516 0,608 0,506

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Kebutuhan pelayanan Mencari informasi Evaluasi informasi Keputusan Evaluasi pelayanan

0,511 0,502 0,614 0,528 0,520

Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber data: diolah berdasarkan lampiran

Berdasakan tabel diatas, dari hasil uji validitas ternyata semua indikator variabel valid karena koefisien korelasinya > 0,3) sehingga samua indikator variabel dapat diikutkan dalam proses selanjutnya. b. Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

metode cronbach alpha. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dari instrumen penelitian. Variabel dapat dinyatakan handal apabila koefisien alpha > 0,5, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS Program Versi 16.00 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Keterangan

X

Pelayanan

Y

Minat konsumen

Koefisien Alpha 0,641

Keterangan

0,623

Handal

Handal

Sumber data: diolah berdasarkan lampiran

Semua variabel penelitian yang terdiri-dari Pelayanan (X) dan Minat konsumen (Y) mempunyai tingkat kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5 .

Analisa Diskriptif Berdasarkan hasil penelitian maka distribusi frekuensi jawaban responden adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas yaitu pelayanan (X) terdiri-dari: tepat waktu, akurasi pelayanan, kesopanan dan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

7

ISSN 1412-2936

Analisa Statistik Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16 maka persamaan regresi linear berganda dari penelitian sebagai berikut: a. Persamaan Regresi Liner Berganda

keteraturan, tanggungjawab, kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan. b. Variabel Terikat yaitu Minat konsumen (Y) dengan indikator: kebutuhan, mencari informasi, evaluasi informasi, keputusan dan evaluasi layanan.

Coefficients Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Model 1

a

B (Constant) X

Std. Error

Beta

3.342

.452

.562

.105

t

.188

Sig. 7.388

.000

8.124

.036

a. Dependent Variable: Y Sumber data: diolah dari lampiran

Berdasarkan tabel cofficients, dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 3,342 + 0,562 X + E Nilai kontanta sebesar 3,342 hal ini berarti bahwa pada saat X sama dengan nol maka kinerja

sebesar 3,342. Koefisien variabel pelayanan (X) sebesar 0,562 hal ini berarti bahwa bilamana variabel pelayanan (X) dinaikkan satu – satuan maka akan menaikkan kinerja sebesar 0,562 atau 54,0%.

Nilai R b

Model Summary

Model 1

R

R Square a

.788

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.510

.028

Durbin-Watson

.29062

1.796

a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y Sumber data: diolah dari lampiran

Hasil perhitungan R pada table diatas, yaitu menunjukkan gambaran pengaruh antara variable bebas yang terdiri – dari pelayanan (X) terhadap variable terikat yaitu keputusan memilih (Y). Nilai R sebesar 0,788

atau 78,8% yaitu menggambarkan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat bersifat searah dan kuat. Sedangkan nilai R squared atau determinan R sebesar 0,510 atau 51,0% pengaruh secara

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

8

ISSN 1412-2936

simultan sedangkan sisanya (100% 51,0% = 49%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Uji t Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung untuk variabel pelayanan (X) sebesar 8,124 dan kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung > t tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pelayanan (X) berpengaruh terhadap keputusan memilih (Y) dapat dibuktikan kebenarannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan pelayanan (X) berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu minat konsumen (Y) dengan nilai R sebesar 0,778 atau 77,8%. 2. Dari hasil perhitungan dari variabel bebas yaitu pelayanan (X) memberikan pengaruh terhadap minat konsumen (Y) dapat dibuktikan kebenarannya. 3. Nilai R squared atau determinan R sebesar 0,510 atau 51,0% pengaruh secara simultan sedangkan sisanya (100% - 51,0% = 49%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Danim dalam Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Edisi

Kedua, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Djarwanto Ps, Pangestu Subagyo, 1995, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta Engel,James, 1994, Perilaku konsumen, Edisi Ke Enam,jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta Fandy Tjiptono, 2003, Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Kerlinger, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Lukman Denda Wijaya, 2006, Majalah Bulanan Internal BCA Misbah Sanusi, 1998, Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta Sudharmanto, 2005, Analisa Regresi Linear Berganda Dengan SPSS, Liberty, Yogyakarta Santoso Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS statistic Parametrik, Alek Media Komputindo, Jakarta Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Sugiono, 2003, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Schnaar, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Husein Umar, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Yarnest, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Zeithmal, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

9

ISSN 1412-2936 PENDEKATAN KONSEP : PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KINERJA MELALUI KOMITMEN ORGANISASI

Mohammad Amir Furqon Universitas Madura Email: [email protected]

ABSTRAK Karya tulis ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antar variabel yang terdiri atas karakteristik pekerjaan sebagai variabel bebas dan kinerja sebagai variebel terikat melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Melalui pembahasan beberapa variabel dalam karya tulis ini sangat diharapkan bisa menambah khasanah keilmuan khususnya bidang manajemen sumber daya manusia. Kata Kunci: Karakteristik Pekerjaan, Kinerja, Komitmen Organisasi Keberadaan manusia, dalam hal ini

PENDAHULUAN Sebuah perubahan (change) dalam

adalah

tenaga

kerja,

pada

sebuah

kehidupan adalah mutlak terjadi, sekalipun

organisasi memiliki posisi yang sangat vital

dalam

dalam

sebuah

organisasi.

Putaran

pencapaian

tujuan

organisasi.

perubahan tersebut sifatnya berkelanjutan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki

dan hal ini sudah menjadi sifat dasar dari

perlu dikelola atau di-manage dengan baik.

kehidupan organisasi serta merupakan

Dalam

harapan dari karyawan. Semua organisasi

sumberdaya manusia, agar menghasilkan

mengoperasikan dan mencari dukungan di

karyawan profesional dengan integritas

lingkungan yang secara konstan berkaitan

tinggi, diperlukan suatu acuan baku yang

dengan sebuah perubahan. Revolusi dan

diberlakukan oleh suatu organisasi. Acuan

evolusi dalam hal tehnologi, globalisasi,

baku ini dapat memberikan gambaran

hingga

organisasi

fragmentasi

pasar

secara

konteks

dalam

pemberdayaan

menentukan

langkah

fundamental telah mengubah sifat dari

serta merumuskan strategi untuk mencapai

organisasi. Secara simultan, tenaga kerja

tujuan organisasi.

yang timbul akibat perubahan-perubahan

Pada akhirnya, kesuksesan sebuah

tersebut ikut berubah menjadi lebih mobil,

organisasi tidak hanya tergantung pada

terdidik, beragam dalam pekerjaan serta

bagaimana

organisasi

menghasilkan

mempunyai lebih banyak pilihan hidup

kompetensi

manusia,

tetapi

daripada masa sebelumnya (Stum et al.,

bagaimana

organisasi

2001).

stimulus komitmen terhadap organisasi itu

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

juga

memberikan

Page 15 10

ISSN 1412-2936 sendiri. Komitmen organisasi menjadi hal

besar adalah konsekuensi dari otomasi dan

yang penting mengingat pada lingkungan

teknologi

perusahaan,

pengelolaan

baik

internal

maupun

baru.

Oleh

secara

baik

eksternal, selalu mengalami perubahan

perubahan

yang berkelanjutan. Keefektifan organisasi

penting bagi suatu organisasi.

sering

implementasi

Berangkat

dari

perubahan. Dan hampir semua organisasi

dipandang

perlu

selalu

penelitian

kali

menuntut

memperkenalkan

perubahan-

beserta

karena

terhadap

komitmen

uraian

adalah

diatas,

untuk

itu

maka

mengadakan

guna

mengetahui:

perubahan kecil yang adaptif. Karena

“PENDEKATAN KONSEP : PENGARUH

perubahan-perubahan yang terjadi dalam

KARAKTERISTIK

lingkungan

TERHADAP

perusahaan

membawa Meskipun

dampak sebagian

seringkali ketidakpastian.

harus

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang

adaptif,

yang

terhadap

perubahan

dan

adalah

organisasi

yang

pelanggan,

yang

mendapatkan komitmen dan pengendaliandiri

karyawan.

Komitmen

bersama-sama dengan berkompeten, menentukan

adalah suatu

MELALUI

KOMITMEN ORGANISASI ”.

bahkan menyakitkan. tanggap

KINERJA

melakukan

perubahan secara luas, komprehensif dan Organisasi

PEKERJAAN

yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan 1.

organisasi

untuk

dalam

Apakah terdapat pengaruh secara langsung yang signifikan karakteristik

pekerja yang dalam

diangkat

penelitian ini adalah :

pegawai,

penting

yang

pekerjaan terhadap kinerja? 2.

Apakah terdapat pengaruh secara tidak langsung yang signifikan antara

mampu bersaing di dalam mutu dan

karakteristik

pekerjaan

terhadap

sepakat untuk perubahan. Keterampilan

kinerja yang ditengahi oleh komitmen

yang diperlukan di dalam organisasi sudah

organisasi?

berubah selama 15 tahun terakhir sebagian

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 11 16

ISSN 1412-2936

Tabel Jabaran Variabel penelitian Variabel

Indikator

Variabel bebas: Karakteristik Pekerjaan (X1)

 Variasi ketrampilan  Identitas tugas  Arti tugas  Otonomi tugas  Umpan balik (Hackman dan Oldham ,1975 dalam Kwon dan Banks, 2004)

Variabel Interfening : Komitmen Organisasi (X2)

 Identifikasi  Keterlibatan  Kesetiaan (Mowday dan Steers, 1979 dalam Brewer, 1996)

Variabel terikat : Kinerja (Y)

Kinerja Perilaku  Pengetahuan teknis  Penjualan adaptif  Kerjasama Kelompok  Perencanaan Penjualan  Dukungan terhadap Penjualan Kinerja Hasil  Penguasaan pasar  Keuntungan dari penjualan produk  Target dan sasaran yang dicapai (Nigel F Piercy, David W. Cravens and Neil A. Morgan, 1998)

KAJIAN PUSTAKA

dan

A. Kajian Empiris

karakteristik pribadi sebagai salah satu

1. Penelitian

Terdahulu

Tentang

Beukhof,

tersebut

mencantumkan

antecedents komitmen organisasi. Namun dalam model penelitian ini karakteristik

Komitmen Penelitian ini merupakan penelitian

pribadi justru dihilangkan, karena hasil

rekonstruktif dengan mengadaptasi model

penelitian Nijhof, de Jong dan Beukhof,

dari

(1998)

penelitian

Beukhof,

Nijhof,

de

Jong

dan

tersebut

pribadi

dan Suliman

(2002),

peneliti

menggunakan

model

mempunyai hubungan yang kuat dengan

kerangka kerja dari penelitian tersebut

komitmen organisasi. Selain itu literatur

sebagai dasar dalam model kerangka kerja

rujukan yang lain juga menyebutkan bahwa

penelitian ini. Penelitian Nijhof, de Jong

karakteristik

pribadi

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

ternyata

bahwa

(1998)

karena

karakteristik

menyatakan

tidak

tidak

memainkan

Page 17 12

ISSN 1412-2936 peranan yang kuat dalam menentukan

terhadap perusahaannya (Chow et al,

komitmen (Morris et al., 1993 dalam Nijhof,

1994). Disinyalir bahwa semakin tinggi

de Jong dan Beukhof, 1998).

komitmen

karyawan,

maka

akan

Kemudian peneliti merujuk pada

semakin besar loyalitas, produktifitas,

model penelitian komitmen – kinerja dari

dan tanggung jawab lebih terhadap

beberapa penelitian terdahulu (Putteril dan

suatu

Rohrer, 1995; Suliman dan Iles, 2000;

organisasi. Komitmen dapat diartikan

Suliman, 2002; serta Maxwell dan Steele,

sebagai

2003).

tinggal Walaupun

peneliti

hal

yang

berkaitan

keinginan di

dengan

karyawan

(dalam)

untuk

organisasi,

menggunakan

penggunaan hasil usaha dalam bekerja

adaptasi model dari penelitian Nijhof, de

selagi mereka juga menerima tujuan-

Jong, dan Beukhof, (1998) dan Suliman

tujuan dari organisasi.

(2002) yang direkonstruksi, peneliti tidak serta

merta

menggunakan

indikator-

indikator dalam penelitian tersebut. Karena beberapa

rujukan

theory-nya

menyebutkan

masing-masing

grand

menyangkut

indikator dari antecedents dan outcomes dari komitmen organisasi. dan persamaan yang tersebut diatas, penelitian ini menggunakan analisis jalur, meneliti

langsung

hubungan

maupun

tak

baik

secara

langsung

dari

variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan analisis jalur ini diharapkan dapat membantu

menguji model

jalur

untuk

mengetahui kongruensinya dengan data yang diperoleh.

serta

Jackson

(2001)

berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah

tingkat

kepercayaan

dan

penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut. Brewer

Terlepas dari beberapa perbedaan

untuk

Mathis

(1996)

menyatakan

komitmen

organisasi sebagai sebuah kesediaan para karyawan untuk memberikan kontribusi usaha kepada sistem kerjasama dalam organisasi.

Sedangkan

mendefinisikan

Cascio

komitmen

(2003)

organisasi

sebagai suatu penghubung atau obligasi; ikatan

dari

suatu

individu

kepada

organisasi yang membuatnya sukar untuk meninggalkan organisasi tersebut. Dalam literatur yang lain, komitmen organisasi didefinisikan sebagai kekuatan

Kajian Teori

relatif dari identifikasi individu dengan/dan

Komitmen Organisasi Komitmen

penyertaan pada organisasi (Mowday et al, organisasi

telah

mendapatkan perhatian khusus oleh para peneliti dan praktisi. Pertumbuhan produktivitas Jepang yang sangat tinggi dapat dijelaskan salah satunya karena dedikasi

karyawan

dan

1982 dalam Nijhof, de Jong dan Beukhof, 1998). Sedangkan Chow (1994); Rowland dan Ferris dalam Awamleh (1996); serta Porter (1974) dalam Maxwell dan Steele (2003) mendefinisikan komitmen organisasi

loyalitas

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 18 13

ISSN 1412-2936 sebagai kekuatan identifikasi individual dan

pengukuran

penyertaan

mempengaruhi komitmen.

terhadap

organisasi

serta

mempunyai tiga faktor karakteristik : 

Elizur

Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi



tetap menjadi anggota organisasi Beberapa

model

1998; Suliman dan Iles, 2000; Suliman, Putteril

dan

Rohrer,

komitmen

dengan

kinerja

(commitment – performance model). model

hubungan

ini

menggambarkan kinerja sebagai hasil dari komitmen dan kondisi-kondisi yang mendahului

(antecedents)

sebelum

timbul adanya komitmen. Lebih lanjut hal ini dapat menjadi generalisasi bahwa kinerja merupakan salah satu hasil (outcomes) dari komitmen organisasi.

sebagai suatu variabel yang terdahulu seperti

Yang

umur,

masa

jabatan, jenis kelamin dan pendidikan seperti perputaran tenaga kerja, niat untuk

meninggalkan

pekerjaan

dan

ketidakhadiran. Mowday (1982) dalam Nijhof, de Jong dan

Beukhof

empat

Mempengaruhi

(1998)

kategori

menyarankan

variabel

yang

mempengaruhi komitmen : karakteristik pribadi,

karakteristik

pekerjaan,

pengalaman pekerjaan dan karakteristik struktural/organisasi;

dan keempatnya

itu yang paling sering disebut, walaupun pada akhirnya banyak dari penelitian yang

menyebutkan

pekerjaan

sebagai dalam

karakteristik

penyebab

yang

menentukan

komitmen.

Komitmen

Stum (2001) mengajukan asumsi

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

komitmen organisasi sungguh berbeda dilihat dari asal dan alam mereka (Steers,

1977

Steele,

2003).

dalam

Maxwell

Dikarenakan

dan

luasnya

teori dan keragaman dari antecedents, maka

area

pekerjaan, telah diteliti dari beberapa

terpenting Karakteristik

dalam

1995)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan

Dimana

terutama

bahwa

dan sebagai peramal berbagai hasil

penelitian

terdahulu (Nijhof, de Jong dan Beukhof,

antara

komitmen,

mengatakan

(antecedents)

Keinginan yang kuat untuk ingin

2002;

(1996)

yang

perspektif. Komitmen telah bertindak

Kemauan untuk memberikan usaha ekstra terhadap organisasi



variabel

pengkategorian

karakteristik-karakteristik

terhadap tersebut

sangatlah bermanfaat dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

teori model hierarki komitmen organisasi. Dalam

teori

ini

disebutkan

bahwa

komitmen dikendalikan oleh kebutuhan tenaga

kerja

Penghargaan,

(Keamanan Afiliasi,

Kerja,

Pertumbuhan,

Work/life harmony) – sebuah tinjauan kembali terhadap teori kebutuhan Maslow. Sementara Maxwell dan Steele (2003) dalam penelitiannya berpendapat bahwa karakteristik pekerjaan dan pengalaman

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 19 14

ISSN 1412-2936 kerja merupakan dua karakteristik yang

Melihat berbagai macam karakteristik

terpenting dalam memberikan harapan

yang mempengaruhi komitmen tersebut

terbentuknya komitmen, khususnya dalam

diatas

mengambil obyek sampel pada manajer

dengan

hotel.

penelitian yang ada, maka Peneliti

dan

kemudian

disesuaikan

keterbatasan-keterbatasan

Nijhof, de Jong dan Beukhof, (1998)

dalam penelitian ini memutuskan bahwa

mengutarakan

karakteristik-karakteristik

pendapat

penelitiannya

bahwa

karakteristik

yang

dalam

karakteristik-

terpenting

dalam

mempengaruhi terbentuknya komitmen

mempengaruhi

yang

komitmen

organisasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

adalah karakteristik pribadi, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik organisasi. Hal

ini

mempunyai

Karakteristik Pekerjaan

kemiripan

Dalam

beberapa

studi

ditarik

dengan penelitian Awamleh (1996), yang

kesimpulan bahwa karakteristik pekerjaan

menyebutkan bahwa terdapat hubungan

adalah

lemah dan negatif antara jenis kelamin,

memprediksi komitmen (Nijhof, de Jong

umur, lama jabatan dan pendidikan dengan

dan Beukhof, 1998). Sementara Maxwell

komitmen serta adanya hubungan lemah

dan Steele (2003) menyarankan teori

positif antara komitmen dan tingkatan

karakteristik pekerjaan yang berupa :

organisasi.

yang

paling

1. Lingkup

penting

dalam

pekerjaan

yang

Porter et al. (1974) dalam Kwon

mengijinkan beberapa tantangan

dan Banks (2004) menggunakan daftar

tetapi tidak melibatkan beban

pertanyaan komitmen organisasinya untuk

pekerjaan

mengukur tingkat komitmen organisasi,

adalah penting dalam memberi

kemudian

harapan kepada komitmen.

ditemukan

antecendents

yang

bahwa

beberapa

signifikan

dengan

komitmen organisasi antara lain adalah : 1. 2. 3.

yang

2. Menghindarkan

terlalu

pertentangan

peranan, dan mungkin kerancuan

variabel masa jabatan dan jenis

peran,

kelamin demografis;

membangkitkan komitmen.

karakteristik pekerjaan, umpan balik

berat

adalah

penting

untuk

Lebih lanjut Maxwell dan Steele

dan variasi ketrampilan; dan

(2003) menyebutkan bahwa karakteristik

karakteristik organisasi, berkaitan

pekerjaan tersebut terdiri dari lingkup

dengan keterkaitan dan dukungan

pekerjaan,

terhadap

kerancuan peran. Disebutkan dalam hasil

kesempatan komunikasi.

organisasi, promosi,

sikap, dan

penelitiannya

pertentangan ketiga

peran,

indikator

dan

tersebut

memiliki kesesuaian antara riset empirik dengan literaturnya.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 20 15

ISSN 1412-2936 Penelitian

ini

merujuk

pada

digunakan

pernyataan Robbins (1996) dan Hackman

dalam

menyelesaikan pekerjaan itu.

dan Oldham (1975) dalam Kwon dan

(5) Umpan balik : sejauh mana

Banks (2004) yang menunjukkan bahwa

pelaksanaan

pribadi dan hasil pekerjaan yang positif

pekerjaan yang dituntut oleh

diperoleh

pekerjaan

manakala

suatu

pekerjaan

kegiatan

itu

menghasilkan

tersebut mempunyai tingkat tinggi untuk

diperolehnya

lima dimensi pekerjaan inti, yang juga

langsung

banyak dikenal sebagai model karakteristik

individu mengenai keefektifan

pekerjaan model)



(JCM

dari

Job

Hackman

Characteristic dan

informasi

dan

jelas

oleh

karyawannya.

Oldham

sebagaimana berikut ini : (1) Variasi ketrampilan :

sejauh

mana pekerjaan itu menuntut keragaman

kegiatan

yang

berbeda sehingga pekerja itu dapat menggunakan sejumlah keterampilan dan bakat yang berbeda. pekerjaan

itu

menuntut

diselesaikannya

sepotong

kerja yang utuh dan dapat dikenali. pekerjaan

:

sejauh

itu

mana

mempunyai

dampak yang cukup besar kehidupan

atau

pekerjaan orang lain. pekerjaan

itu

memberikan

kebebasan,

perusahaan.

negatif

Benkoff

pada

(1997)

secara

umum memberikan asumsi hasil dari komitmen adalah tidak adanya konflik Maxwell

dan

menyebutkan

Steele bahwa

(2003) komitmen

karyawan bisa menjadi instrumen yang penting dalam mengembangkan kinerja norma-norma dan tujuan organisasi. Suliman

dan

Iles

(2000)

dalam

penelitiannya juga mengatakan bahwa komitmen

organisasi

mempunyai

karyawan. Putterill dan Rohrer (1995) juga

menggunakan

pengembangan

model komitmen – kinerja (C-P Model)

ketidaktergantungan,

dan

keleluasaan yang cukup besar individu

menjadwalkan tersebut

maupun

hubungan yang tinggi terhadap kinerja

(4) Otonomi tugas : sejauh mana

kepada

positif

karyawan, selain berupa proses adopsi

tugas

pada

Komitmen memberikan hasil yang baik

dari keinginan dan mentaati perubahan.

(2) Identitas tugas : sejauh mana

(3) Arti

Hasil dari Komitmen Organisasi

dalam pekerjaan

dan

untuk melihat tingkat kinerja sebagai hasil dari komitmen. Model komitmen – kinerja

digunakan

dalam

penelitian

Putteril dan Rohrer (1995); Suliman dan

dalam

menentukan prosedur untuk Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 21 16

ISSN 1412-2936 Iles (2000); serta Maxwell dan Steele

kooperatif karyawan. Beberapa dimensi

(2003).

kinerja tersebut

Chow

(1994)

menyebutkan

bahwa

komitmen menunjuk ke arah keinginan untuk

tinggal

di

dalam

tujuan/kecenderungan

tinggal,

ingatan keanggotaan, kehadiran dan kinerja. Oleh karena itu, komitmen organisasi

sering

dilihat

sebagai

peramal perputaran dan ketidakhadiran yang

dapat

dipercaya.

Sementara

Nijhof, de Jong dan Beukhof (1998) mencatat

bahwa

memberikan

komitmen

efek

tergantung dari kriteria pekerjaan spesifik yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dalam

organisasi,

untuk

positif

dapat

terhadap

peningkatan

kualitas

kerja,

pengembangan

komunikasi

dalam

organisasi, serta keinginan yang tinggi

adalah berbeda karena

perspektif

keefektifan

kinerja

dalam penelitian ini

peneliti membagi

hasil-hasil (outcomes) dari komitmen organisasi adalah sebagai berikut ini : Kinerja Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai melaksanakan

tugasnya

sesuai

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mathis dan Jackson (2001) berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Termasuk di dalamnya adalah adalah kuantitas dan kualitas dari output jangka

karyawan

merupakan hasil dan tujuan dari komitmen. Maxwell dan Steele (2003) mengatakan bahwa efek dari komitmen terhadap kinerja karyawan asumsi

kebanyakan dasar

dan

masih tidak

berupa konklusif.

Kurangnya bukti-bukti praktis merupakan salah satu faktor yang membuat sulit kesimpulan-kesimpulan

definitif

dari

hubungan tersebut. Meskipun demikian,

Maxwell dan

Steele (2003) berpendapat bahwa terdapat terbentuk.

Berdasarkan beberapa rujukan di atas,

beserta

dari

beberapa teori hubungan/posisi yang bisa

untuk berubah.

dalam

organisasional,

waktunya,

juga

sikap

Pertama,

komitmen

mempengaruhi kinerja; bahwa karyawan yang berkomitmen akan lebih tekun dalam melengkapi tugas-tugas yang diberikan dan dalam keberhasilan mencapai tujuan, sedangkan

karyawan

berkomitmen

tidak

(Salancik,1977

yang

akan

dalam

tidak

seperti

Maxwell

itu dan

Steele,2003). Kedua, hasil dari komitmen adalah kualitas jasa yang ditampilkan oleh organisasi (Iverson et al., 1996 dalam Maxwell

dan

penerimaan menjadi

Steele

2003).

Ketiga,

terhadap

perubahan

bisa

konsekuensi

langsung

dari

komitmen (Iverson et al., 1996 dalam Maxwell

dan

Steele

karyawan

yang

pimpinan

mereka

mempercayainya

2003)

dimana

berkomitmen

pada

kebanyakan

akan

dan

menerima

perubahan yang mempengaruhi mereka. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 22 17

ISSN 1412-2936 Keempat,

komitmen

dalam

hal

ini



Kinerja

yang –

diilhami

komitmen individu akan mengasumsikan

organisasi

peran tanggungjawab ekstra (O’Reilly dan

komitmen dapat meningkatkan

Chatman,1986 dalam Maxwell dan Steele

capaian kerja karyawan. 

2003).

artinya

oleh

Pengambil-alihan

bahwa

tugas

pekerjaan ekstra – komitmen Dalam model penelitian Suliman

secara

positif

dan Iles dimensi kinerja ini mempunyai

hubungan

hubungan

timbal

komitmen

organisasi

balik

organisasi

adalah

proses

dengan

adopsi aktivitas peran ekstra

maupun

dengan

dalam organisasi.

sendiri. Disebutkan oleh Suliman dan Iles antecendents

dengan

baik

antecendents dari komitmen organisasi itu bahwa

mempunyai

dari

iklim

komitmen

kerja

(work

climate). Variabel kinerja dalam penelitian Suliman dan Iles tersebut diukur dengan menggunakan immediate supervisor rating system.

KERANGKA

KERJA

KONSEPTUAL

(CONCEPTUAL FRAMEWORK) Penelitian dengan

ini

bersifat

mendasarkan

rekonstruktif, pada

model

penelitian commitment-effect Nijhof, de Jong, dan Beukhof (1998) serta model penelitian Suliman (2002) yang terlihat pada gambar berikut :

Sedangkan Maxwell dan Steele (2003) mengajukan item-item dari variabel kinerja sebagai berikut :

Karakteristik Pekerjaan (X1) Kinerja (Y)

Komitmen Organisasi (X2) Gambar 3.1 Model Penelitian (disadur dari Nijhof, de Jong, dan Beukhof , 1998)

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 23 18

ISSN 1412-2936 Dari gambar diatas, dapat ditarik suatu

Management Development, Vol. 15

konsep kerangka kerja bahwa variabel

No. 5, pp. 65-74. Diakses dari

karakteristik

www.emeraldinsight.com

pekerjaan

(X1)

bisa

berpengaruh secara langsung terhadap variabel

kinerja

(Y)

dan

karakteristik

pekerjaan

berpengaruh

secara

terhadap

variabel

variabel

intervening

variabel

Benkhoff,

Birgit.

1997.

Disentangling

Organizational Commitment – The

langsung

Dangers of the OCQ for Research

melalui

and Policy. MCB University Press :

komitmen

Personnel Review, Vol. 26 No. 1/2,

kinerja yaitu

25 September 2005.

bisa

juga

tidak

tanggal

organisasi (X2).

pp.

114-131.

Diakses

www.emeraldinsight.com

KESIMPULAN DAN SARAN

dari tanggal

15 Oktober 2005. Berdasarkan

hasil

penelitian

seperti

yang telah diuraikan maka dapat ditarik suatu

konsep

bahwa

pekerjaan

bisa

langsung

terhadap

berpengaruh kinerja

karakteristik

pekerjaan

berpengaruh

secara

terhadap

karakteristik

kinerja

dan

juga

tidak

melalui

secara bisa

langsung komitmen

organisasi. Disarankan

Brewer,

Ann

M.

Commitment

1996.

Developing

Between

Managers

and Employees. MCB University Press

:

Journal

of

Managerial

Psychology, Vol. 11 No. 4, pp. 2434.

Diakses

dari

www.emeraldinsight.com

tanggal

15 Oktober 2005. Boselie, Paul dan Ton van de Wiele. 2002.

dalam

penelitian

untuk

Employee perceptions of HRM and

menguji conceptual framework pada

TQM,

and

organisasi bisnis manufaktur dan jasa

Satisfaction and Intention to Leave.

untuk meningkatkan sumbangan ilmu

MCB

khususnya manajemen sumber daya

Service Quality Vol. 12 No. 3 pp.

manusia.

165

UP –

The

Effects

Limited 172.

:

on

Managing

Diakses

www.emeraldinsight.com

dari tanggal

25 September 2005. DAFTAR RUJUKAN Arikunto,

Brooks, Gordon. 2002. Knowledge-based

Suharsimi.

Penelitian:

1998.

Suatu

Prosedur Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Awamleh, Nail A.H.K. 1996. Organizational Commitment

of

Civil

Service

Managers in Jordan: a Field Study. MCB University Press : Journal of

Structure

and

Organisational

Commitment. MCB UP Limited : Management Decision Vol. 40 / 6, pp.

566-573.

Diakses

www.emeraldinsight.com

dari tanggal

15 September 2005. Carmeli, Abraham. 2005. The Relationship Between

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Organizational

Culture

Page 24 19

ISSN 1412-2936 and

Withdrawal

Behavior.

Intentions

Emerald

and

Elizur, Dov. 1996.

Work Values and

Group

Commitment. MCB University Press

Publishing Limited : International

: International Journal of Manpower,

Journal of Manpower Vol. 26 No. 2,

Vol. 17 No. 3, pp. 25-30. Diakses

pp.

dari

177-195.

Diakses

www.emeraldinsight.com

dari tanggal

25 September 2005.

www.emeraldinsight.com

tanggal 15 September 2005. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.

Carmeli, Abraham dan David Gefen. 2005.

1999. Metodologi Penelitian Bisnis

The Relationship Between Work

– Untuk Akuntansi dan Manajemen.

Commitment Models and Employee

Yogyakarta : BPFE.

Withdrawal

Intentions.

Emerald

Kerlinger,

Fred

N.

1996.

Asas-asas

Group Publishing Limited : Journal

Penelitian Behavioral. Yogyakarta :

of Managerial Psychology Vol. 20

Gadjah Mada University Press.

No. 2, pp. 63-86. Diakses dari www.emeraldinsight.com

tanggal

25 September 2005.

Kwon, Ik-Whan G and Doyle W. Banks. 2004. Factors Related To The Organizational

and

Professional

Commitment of Internal Auditors. © Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human

Emerald Group Publishing Limited :

Resources : Productivity, Quality of

Managerial Auditing Journal Vol. 19

Work Life, Profits. New York: Mc

No. 5 pp. 606-622. Diakses dari

Graw-Hill.

www.emeraldinsight.com

Chow, Irene Hau-siu. 1994. Organizational Commitment

and

Career

Development of Chinese Managers in Hong Kong and Taiwan. MCB University

Press

:

tanggal

16 November 2005. Luthans,

Fred.

1995.

Organizational

Behavior – 7th edition. Singapore : McGraw-Hill Book Co.

International

Mathis, Robert L & John J. Jackson. 2001.

Journal of Career Management Vol.

Manajemen Sumber Daya Manusia.

6 No. 4, pp. 3-9. Diakses dari

Jakarta : PT

www.emeraldinsight.com

Patria.

tanggal

15 September 2005.

Maxwell, Gillian & Gordon Steele. 2003.

Curtis, Susan dan Dennis Wright. 2001. Retaining Employees - The Fast Track to Commitment. Management Research News Volume 24 Number 8/9.

Diakses

www.emeraldinsight.com

Salemba Emban

dari tanggal

Organisational

Commitment

:

a

Study of Managers in Hotels. MCB University

Press

:

International

Journal of Contemporary Hospitality Management Vol. 15/7, pp. 362369.

Diakses

dari

25 Agustus 2005.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 25 20

ISSN 1412-2936 www.emeraldinsight.com

tanggal

15 Oktober 2005.

Vol. 16 No. 5/6, 1995, pp. 56-69. Diakses

McGreevy, Malcolm. 2003. The Changing Nature of Work. MCB UP Limited : Industrial and Commercial Training

dari

www.emeraldinsight.com

tanggal

13 Desember 2005. Robbins,

Stephen

P.

1996.

Perilaku

Vol 35 No 5, pp. 191 – 195.

Organisasi : Konsep, Kontroversi,

Diakses

Aplikasi. Jakarta : Prenhallindo.

dari

www.emeraldinsight.com

tanggal

15 Oktober 2005. Muslimin.

2002.

Bidang

Sanusi,

Anwar.

2003.

Metodologi

Penelitian Praktis untuk Ilmu Sosial

Metodologi

Sosial.

Penelitian

Malang:

Bayu

Media.

dan

Ekonomi.

Malang:

Buntara

Media. Suliman, Abubakr dan Paul Iles. 2000, Is

Nijhof, Wim J; Margriet J. de Jong & Gijs Beukhof

continuance commitment beneficial

.1998.

Employee

to

in

Changing

performance relationship: a new

Commitment Organisations

:

an

Exploration.

look.

organizations? MCB

Commitment-

University

Press

:

MCB University Press : Journal of

Journal of Managerial Psychology,

European Industrial Training Vol.

Vol. 15 No. 5, pp. 407-426. Diakses

22/6, pp. 243-248. Diakses dari

dari

www.emeraldinsight.com

tanggal 25 September 2005.

tanggal

15 Oktober 2005.

Suliman, Abubakr M.T. 2002, Is it really

Piercy, Nigel F, David W. Cravens and Neil A.

Morgan.

www.emeraldinsight.com

1998.

mediating construct? The Mediating

Salesforce

Role of Organizational Commitment

performance and behaviour-based

in Work Climate – Performance

management

in

Relationship. MCB University Press

sales

Limited : Journal of Management

University

Development, Vol.21 No.3, pp. 170-

processes

business-to

business

organizations. Press

:

MCB

European

Journal

of

183.

Diakses

Marketing, Vol. 32 No. 1/2, pp. 79-

www.emeraldinsight.com

100.

10 Januari 2006.

Diakses

www.emeraldinsight.com

dari tanggal

13 Desember 2005.

dari tanggal

Stum, David L. 2001. Maslow Revisited : Building the Employee Commitment

Putterill, Martin S. and Thomas C. Rohrer.

Pyramid.

MCB University Press :

1995. A causal model of employee

Journal of Strategy and Leadership

commitment in a manufacturing

Vol. 29.4.2001, pp. 4-9. Diakses

setting.

dari

MCB

University

Press

:International Journal of Manpower,

www.emeraldinsight.com

tanggal 19 Oktober 2005.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 26 21

ISSN 1412-2936 Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Universitas

Negeri

Yilmaz,

Cengiz. Performance

Malang.

2000.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.

bagi

Praktisi

and

Salesperson Job

Attitudes

Revisited – An Extended Model and Effects of

Potential Moderators.

MCB

Limited

UP

:

European

Journal of Marketing, Vol. 36 No. 11/12, pp. 1389 - 1414. Diakses dari

Wibisono, Dermawan. 2002. Riset Bisnis Panduan

2002.

www.emeraldinsight.com

tanggal 13 Desember 2005.

dan

Akademisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 22 27

ISSN 1412-2936 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIK OFFERING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Subhan Jamilatus Sirat Universitas Madura

ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage baik parsial maupun simultan terhadap Under Pricing. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Under Pricing. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa dokumen yang merupakan data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia. Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai 2014.

Metode pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil uji t dan uji F menujukkan bahwa Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Under Pricing. Kata Kunci : Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Financial Leverage dan Under Pricing

berasal dari dalam perusahaan, misal laba

PENDAHULUAN Perusahaan mengembangkan

dalam usahanya

rangka tentu

yang

ditahan

akumulasi

oleh

penyusutan

perusahaan (2).

dan

Eksternal

membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Source adalah sumber modal yang berasal

Alternatif

dapat

dari luar perusahaan yaitu melalui utang

digunakan oleh perusahan yang sedang

pada suplier, meminjam di bank, dan

membutuhkan dana adalah dengan cara

menerbitkan

sumber

modal

yang

hak

kepemilikan

(saham)

(1). Internal Source yaitu modal yang Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 28 23

ISSN 1412-2936 kepada masyarakat di pasar modal atau

public.

sering dikenal dengan go public.

melakukan

Salah satu caranya yaitu melalui penjualan

saham

biasa

Umumnya

Akuntan

IPO

Publik

perusahaan

akan

memilih

(KAP)

yang

yang Kantor memiliki

perusahaan

reputasi baik agar laporan keuangan dapat

kepada investor kepada publik. Proses

lebih dipercaya. Laporan keuangan yang

penawaran saham oleh emiten kepada

telah diaudit akan memberikan tingkat

masyarakat selanjutnya akan dicatatkan di

kepercayaan yang lebih besar kepada

bursa efek di sebut Initil Public Offering

pemakainya. Adanya laporan keuangan

(IPO) atau penawaran saham perdana.

yang dapat dipercaya akan mengurangi

Harga saham yang dijual di pasar perdana

terjadinya

(saat IPO) telah ditentukan terlebih dahulu

informasi terjadi jika salah satu pihak dari

berdasarkan

suatu transaksi memiliki informasi lebih

kesepakatan

antara

asimetri

perusahaan emiten dengan penjamin emisi

banyak

(underwriter), sedangkan harga di pasar

(prastica 2012:99).

sekunder

ditentukan

oleh

mekanisme

pasar.

informasi.

dibandingkan Triani

menjelaskan

dan

pihak

Nikmah

terjadinya

(2006:2)

under

pricing

karena

saham di pasar perdana atau pada saat

antara

IPO signifikan lebih rendah dibandingkan

penjamin emisi dan antara investor yang

dengan harga di pasar sekunder pada hari

memiliki

pertama. Overpricing adalah apabila harga

perusahaan emiten dengan investor yang

saat IPO secara signifikan lebih tinggi

tidak

dibandingkan dengan harga yang terjadi di

perusahaan

pasar sekunder pada hari pertama. IPO

pricing yang terjadi di Indonesia, dapat

pada

abnormal

diketahui dari 226 IPO dari tahun 1997

return yang positif (initial return) bagi para

sampai dengan 2010, sebanyak 186 IPO

investor

atau sebesar 82,30% memberikan return

segera

tersebut

memberikan setelah

saham-saham

diperdagangkan

di

pasar

information

lainnya

Under pricing terjadi apabila harga

umumnya

adanya

Asimetri

perusahaan informasi memiliki

asymmetry

emiten tentang

informasi

emiten.

fenomena

dengan prospek prospek under

awal (initial return) yang positif. Banyaknya

sekunder. Hal ini dapat disebabkan karena

fenomena

pada saat IPO harga saham relatih lebih

menunjukkan bahwa harga saham pada

murah dibandingkan harga saham pada

saat penawaran perdana secara merata

saat diperdagangkan di pasar sekunder

dapat dikatakan murah (Jogiyanto, 2007)

sehingga para investor akan memperoleh

dalam Kristiantari (2013:788).

keuntungan yang relatif besar. Laporan salah

satu

keuangan

sumber

underpricing

Reputasi merupakan

informasi

auditor

yang

terjadi

menunjukkan

kualitas dan profesionalisme auditor yang

yang

mengaudit laporan keuangan perusahaan.

digunakan oleh investor dan underwriter

Auditor yang bereputasi tinggi mempunyai

untuk menilai perusahaan yang akan go

komitmen

yang

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

lebih

besar

dalam

Page 29 24

ISSN 1412-2936 mempertahankan sehingga

kualitas

laporan

diperiksa

auditnya

perusahaan

memberikan

keyakinan

bahwa pemilik kertas tersebut adalah

yang

pemilik (berapapun porsinya dari suatu

yang

perusahaan

yang

menerbitkan

lebih besar kepada investor akan kualitas

saham)

informasi yang disajikan dalam prospektus

dengan porsi kepemilikannya yang tertera

dan

pada saham. jika bila kita membeli saham

laporan

Keyakinan

keuangan

terhadap

perusahaan.

tersebut

sesuai

laporan

sebuah perusahaan, maka dapat dikatakan

keuangan inilah yang menjadi referensi

bahwa kita membeli sebagian dari setiap

investor dalam menentukan keputusan

gedung, mobil, perabotan, mobil atau

investasi. Semakin baik reputasi auditor

apapun yang dimiliki oleh perusahaan

maka

tersebut (Sandhiaji 2004:14).

akan

informasi

perusahaan

kertas

mengurangi

ketidakpastian/

resiko

tingat

perusahaan

Perusahaan

yang

membutuhkan

sehingga dapat mengurangi kemungkinan

dana dapat melakukan penerbitan surat

terjadinya under pricing.

berharga seperti saham (stock), obligasi

Financial leverage

mempengaruhi

(bond),

dan

sekuritas

lainnya.

Surat

tingkat under pricing perusahaan yang

berharga yang baru dijual dapat berupa

melakukan penawaran umum perdana.

penawaran perdana ke publik (initial public

Tingkat leverage menggambarkan tingkat

offering) atau tambahan surat berharga

risiko perusahaan. Financial leverage yang

baru jika perusahaan sudah go public.

tinggi menunjukan resiko financial atau

Initial Public Offering merupakan kegiatan

resiko

yang dilakukan perusahaan dalam rangka

kegagalan

perusahaan

untuk

mengembalikan pinjaman akan semakin

penawaran

umum

penjualan

saham

tinggi, dan sebaliknya (Handayani, 2008).

perdana (Handayani: 31). Setelah saham dijual di pasar perdana kemudian saham tersebut didaftarkan di pasar sekunder

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas,

(listing).

Dengan

mendaftarkan

saham

maka dapat dirumuskan masalah sebagai

tersebut di bursa, saham tersebut mulai

berikut: Apakah Ukuran Perusahaan, Umur

dapat

Perusahaan,

bersama dengan efek yang lain.

Reputasi

Auditor

dan

Financial Leverage Berpengaruh Terhadap Under Pricing.

diperdagangkan

Bagi

perusahaan

di

bursa yang

efek ingin

membutukan dana dapat menjual saham atau efek kemasyarakat luas di pasar

KAJIAN PUSTAKA

modal

Initial Public Offering (IPO)

penjualan ini disebut penawaran umum

Saham adalah tanda penyertaan atau

untuk

pertama

kalinya,

maka

perdana (Initial Public Offering).

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan.

Selembar

saham

adalah selembar kertas yang menerangkan Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 30 25

ISSN 1412-2936 dan lebih besar dianggap mampu bertahan

Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (size) dapat

dalam waktu yang lama. Kebanyakan

digunakan sebagai proksi ketidakpastian

investor

terhadap keadaan

dimasa

menginvestasikan modalnya di perusahaan

yang akan datang. Terdapat bermacam-

yang memiliki skala ekonomi yang lebih

macam kriteria untuk mengukur besar

tinggi,

kecilnya

keuntungan yang tinggi pula.Perusahaan

perusahaan

perusahaan

misalnya

jumlah

omset penjualan, jumlah produk, modal

yang

perusahaan dan total aktiva.

dikenal

Menurut Kristiantari Ayu Dewa I

lebih

memilih

karena

investor

berskala

besar

jika

perusahaan

lebih

dibandingkan

kecil.

Ukuran

(25:2012), ukuran perusahaan adalah rata-

perusahaan

rata penjualan bersih untuk tahun yang

kepercayaan

bersangkutan sampai beberapa

perusahaan, semakin dikenal masyarakat

tahun.

turut

menganggap

cenderung

masyarakat

dengan

untuk

menentukan

investor

Semakin

yang

memiliki aset yang bernilai tinggi. Secara

mendapatkan informasi mengenai Prospek

teoritis

perusahaan

besar

memiliki

semakin

besar

Perusahaan-perusahaan besar biasanya perusahaan

berarti

tingkat

kedepan.

mudah

untuk

Semakin

besar

kepastian lebih besar untuk mengurangi

perusahaan, semakin dikenal masyarakat

tingkat

ketidakpastian

yang

masa

depan

tentang

perusahaan

prospek daripada

berarti

semakin

mendapatkan

mudah

informasi

mengenai

perusahaan kecil. Jadi, ukuran perusahaan

perusahaan.

merupakan ukuran atau besarnya aset

informasi akan meningkatkan kepercayaan

yang

investor

dimiliki

oleh

perusahaan.

Maka

Kemudahan

untuk

dan

mendapatkan

mengurangi

dengan demikian, perusahaan yang besar

ketidakpastian.

akan lebih berani mengeluarkan saham

perusahaan

baru dalam memenuhi kebutuhan untuk

semakin

membiayai

tersebut.Aset perusahaan yang besar akan

pertumbuhan

penjualan

dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Yurena (99:2012) Aktiva merupakan

tolok

besaran

akan besar

memberikan

sinyal

besar

aset

mengindikasikan

ukuran bahwa

perusahaan perusahaan

tersebut mempunyai prospek.

suatu

Menurut Sanjhiadi (40:2004), ukuran

perusahaan. Biasanya perusahaan besar

perusahaan adalah jumlah total aktiva

mempunyai

prusahaan

aktiva

ukur

Semakin

faktor

yang

besar

pula

tahun

terakhir

sebelum

nilainya. Secara teoritis perusahaan yang

perusahaan melaksanakan IPO dengan

lebih besar mempunyai kepastian yang

meng-log natural dari total asset. Total

lebih besar daripada perusahaan kecil

aktiva perusahaan menunjukkan total aset

sehingga

akan

mengurangi

tingkat

perusahaan, baik aset lancar maupun aset

mengenai

prospek

tidak lancar . total aset perusahaan diambil

perusahaan ke depan. Suatu perusahaan

dari laporan keuangan perusahaan satu

ketidakpastian

dengan skala ekonomi yang lebih tinggi Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 31 26

ISSN 1412-2936 tahun

terakhir

sebelum

perusahaan

Reputasi Auditor

tersebut melakukan IPO.

Menurut Shanjiadi (25:2004) Auditor adalah pihak yang memiliki kewenangan

SIZE = Ln (Total Assets)

melakukan pemeriksaaan atas laporan keuangan

guna

memberikan

pendapat atas laporan keuangan yang

Umur Perusahaan Perusahaan

emiten,

lama

dipublikasikan oleh emiten .Salah satu

kemampuan

persyaratan yang diperlukan oleh BEI

perusahaan dapat bertahan hidup dan

untuk perusahaan go public adalah laporan

banyaknya informasi yag diserap oleh

keuangan perusahaan prospektif harus

publik. Semakin lama perusahaan berdiri,

tanpa syarat, oleh karena itu auditor

semakin banyak informasi yang diperoleh

sebagai

masyarakat tentang perusahaan tersebut

memiliki

dan akan mempunyai publikasi yang lebih

perusahaan emiten untuk memutuskan

baik

apakah perusahaan itu bisa terdaftar di

berdiri

yang

sudah

menunjukkan

daripada

perusahaan

yang

baru

pemeriksa peran

laporan besar

bagi

pasar

kondisi

perlu

merupakan salah satu sumber informasi

mengeluarkan banyak biaya untuk mencari

yang digunakan oleh investor atau calon

informasi tentang peusahaan yang akan

investor dan underwriter untuk menilai

melakukan IPO. Dengan demikian semakin

perusahaan yang akan go public. Salah

lama perusahan berdiri kian menunjukkan

satu persyaratan dalam proses go public

eksistensinya dan semakin meningkatkan

adalah

laporan

kepercayaan investor.

diaudit

oleh

investor

tidak

Menurut Prastica 102:2012) umur perusahaan tersebut

diukur berdiri

sejak

perusahaan

keuangan kantor

keuangan

yang

akuntan

telah publik

(Keputusan Menteri Keuangan RI No.859 /KMK.01/1987). Laporan keuangan yang

akta

telah diaudit akan memberikan tingkat

pendirian sampai dengan saat perusahaan

kepercayaan yang lebih besar kepada

tersebut melakukan penawaran saham.

pemakainya. Auditor memegang peranan

informasi

yang penting dalam proses go public, yaitu

mengenai

berdasarkan

Laporan

calon

berdiri (Daljono dalam Tifani, 2011). Dalam ini,

saham.

keuangan

tanggal

pendirian

diperoleh dari prospectus ringkas. Skala

sebagai

pengukuran yang digunakan adalah skala

perusahaan, yang melakukan pemeriksaan

tahunan antara lain tahun perusahaan IPO

laporan keuangan perusahaan sebagai

dan tahun perusahaan berdiri.

calon emiten. Penggunaan auditor yang

Age = Tahun

pihak

profesional

yang

dapat

ditunjuk

digunakan

oleh

sebagai

perusahaan IPO –

petunjuk terhadap kualitas emiten. Kualitas

tahun perusahaan

audit itu sangat penting, kerena kualitas

berdiri

audit

yang

tinggi

akan

menghasilkan

laporan keuangan yang dapat dipercaya Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 32 27

ISSN 1412-2936 sebagai dasar pengambilan keputusan.

variabel ini adalah teori asimetri informasi

Berdasarkan

dapat

dimana adanya perbedaan informasi yang

disimpulkan bahwa pihak luar perusahaan

dimiliki antara informed investor dengan

mendasarkan keputusannya kepada hasil

uninformed investor. Perbedaan informasi

audit auditor sedangkan auditor menarik

yang terjadi ialah bahwa informed investor

sebuah kesimpulan berdasarkan pekerjaan

akan lebih mengetahui kondisi perusahaan

audit yang telah di lakukan berdasarkan

baik

standar- standar yang telah di tetapkan.

perusahaan

Auditor yang berkualitas akan dihargai di

uninformed

pasaran dalam bentuk permintaan jasa

secara detail mengenai laporan keuangan

audit,

yang

serta kondisi perusahaan. Disinilah auditor

berkualitas akan memiliki reputasi yang

sangat penting posisinya ketika informed

tinggi pula. Reputasi auditor dari KAP yang

investor lebih mempercayai auditor yang

quqlifed memberikan keyakinan kepada

bereputasi tinggi. Sehingga penilaian dari

investor akan laporan keuangan yang

informed investor pun menjadi sangat

diauditnya. Auditor yang memiliki reputasi

penting di posisi auditor. Auditor yang

tinggi,

tingkat

berkualitas akan dihargai dipasaran dalam

akan

bentuk peningkatan permintaan jasa audit

laporan

dan auditor yang memiliki reputasi yang

penjelasan

dengan

begitu

akan

kepercayaan

ini,

auditor

memberikan yang

lebih

kebenaran

informasi

keuangan.

Pemakaian

berkualitas

akan

investor,

bahwa

informasi

yang

besar

dalam auditor

diinterpretasikan emiten tidak

dari

laporan dan

keuangan lainnya.

investor

mengetahui

tinggi

oleh

reputasinya dengan memberikan kualitas audit

yang

akan

Sedangkan

yang

mempunyai

maka

tidak

kondisi

mempertahankan

tinggi pula.

Atas kualitas

menyesatkan

pengauditannya yang tinggi, auditor akan

mengenai prospeknya dimasa mendatang,

dihargai dalam bentuk premium harga oleh

Hal ini akan mengurangi ketidakpastian

klien.

sehingga akan berpengaruh pada tingkat

profesional akan mengurangi kesempatan

underpricing saham.

emiten

Menurut Wicaksono (2012), reputasi

Dengan untuk

memakai berlaku

auditor curang

yang dalam

menyajikan informasi yang tidak akurat ke

auditor diukur berdasarkan pertimbangan

pasar.

Semakin

pangsa pasar auditor di Indonesia dengan

auditor

untuk

menggunakan

terhadap klien, maka tingkat under pricing

variabel

dummy,

yang

ditentukan dengan menggunakan skala (1)

banyak

kemampuan

melakukan

pengauditan

semakin rendah.

untuk emiten yang menggunakan auditor dalam kategori The Big Four, dan skala (0)

Financial Laverage

untuk auditor dalam kategori Secont tier.

Financial Laverage dapat diartikan

penggolongan auditor (KAP) didasarkan

kemampuan perusahaan untuk melunasi

pada jumlah staf professional yang ada

hutang dengan modal yang dimilikinya

didalamnya. Teori yang berkaitan dengan

(Kristiantari Ayu Dewa I 29:2012) . Dengan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 33 28

ISSN 1412-2936 demikian kondisi seperti ini menunjukkan

tahun

resiko

tersebut melakukan IPO.

yang

dihadapi

perusahaan

terakhir

berkaitan dengan hutang yang yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki

sebelum

perusahaan

Total Hutang DER =

x 100%

kewajiban yang tinggi membuat pihak

Total ekuitas

manajemen perusahaan menjadi lebih sulit memberikan prediksi jalannya perusahaan kedepannya.

Masalah

laverage

timbul

Under pricing Penentuan merupakan

dengan

dikatakan

dilakukan oleh investment banker dalam

menguntungkan

IPO. Karena seperti halnya dengan teori

menghasilkan bila

tetap

laverage

pendapatan

harus

permintaan. Dimana emiten berhadapan

penggunaan dana tersebut lebih besar

dengan suatu potencial costs, jika harga

daripada beban tetap dari penggunaan

penawaran

dana

kemungkinan sekuritas tidah akan laku,

merugikan

diterima

yang

dari

tersebut,

yang

tersulit

penawaran

setelah perusahaan menggunakan dana beban

hal

harga

sedangkan

perusahaan

dikatakan

tinggi

maka

tidak

sebagai akibatnya sekuritas tersebut harus

memperoleh pendapatan dari penggunaan

ditarik. Sedangkan jika harga sekuritas

dana tersebut sebanyak beban tetap yang

terlalu

harus dibayar.

mengalami

Menurut financial

apabila

terlalu

wicaksono leverage

(32:2013), menunjukkan

rendah,maka

menanggung kesempatan

opportunity biaya untuk

emiten

akan

cost,

yaitu

karena

hilaghnya

memperoleh

return

kemampuan perusahaan dalam membayar

yang lebih tinggi ( Erlina, 2004 dalam

hutangnya dengan equity yang dimiliki oleh

Sandhiaji (2004:35)

perusahaan. Variabel financial leverage

Proses penjualan saham biasanya

diukur dari the dept equity ratio (DER)

bagi perusahaan go public terlebih dahulu

dikarenakan DER mencerminkan besarnya

menjual sahamnya di pasar perdana.

proporsi antara total dept (total hutang) dan

Sebelum melakukan penawaran perdana,

total ekuitas. Total hutang perusahaan

perusahaan

menunjukkan total kewajiban perusahaan,

melakukan

baik kewajiban jangka pendek maupun

menetapkan volume penawaran dan harga

jangka

perusahaan

perdana. Pada umumnya harga saham

diambil dari laporan keuangan perusahaan

pada saat IPO lebih rendah dibawah nilai

satu tahun terakhir sebelum perusahaan

perusahaan

tersebut melakukan IPO. Total ekuitas

pricing adalah selisih positif antara harga

perusahaan

penawaran perdana dengan harga saham

panjang.

Hutang

menunjukkan

total

modal

perusahaan. Modal perusahaan diambil dari laporan keuangan perusahaan satu

terlebih beberapa

yang

dahulu

harus

persiapan

yaitu

sebenarnya.

Under

perusahaan di pasar sekunder. Menurut Christina Yolana (538:2005) Under pricing adalah adanya selisih positif

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 34 29

ISSN 1412-2936 antara harga

saham dipasar sekunder

dengan harga saham di pasar perdana atau

saat

IPO.

Selisih

harga

pasar

perdana

akan

memperoleh

capital gain.

inilah

Sedangkan investor berharap agar

yangdikenal sebagai initial return (IR) atau

under pricing yang terjadi semakin besar

positif return bagi investor. Under pricing

karena semakin besar under pricing, maka

adalah fenomena yang umum dan sering

semakin besar capital gain yang diterima

terjadi dipasar modal manapun saat emiten

pada saat saham dijual di pasar sekunder

melakukan IPO.

Under

pricing

bisa

disebabkan

oleh

Under pricing saham adalah suatu

beberapa hal dan ada pula teori – teori

keadaan dimana efek yang dijual di bawah

yang mendasari mengapa hal tersebut

nilai likuidasinya atau nilai pasar yang

dapat terjadi. Berikut adalah 3 teori yang

seharusnya

menjelaskan mengenai terjadinya under

diterima

oleh

pemegang

saham . Under pricing dapat diartikan juga

pricing:

sebagai kondisi dimana harga penawaran

1. Theory Investment Banker Monopsony

pada saat IPO dinilai lebih rendah secara

Power Hypotesis.

signifikan dibandingkan harga saham pada

Teori

saat penutupan hari pertama di pasar

underwriter sebagai pihak yang lebih

sekunder. Under pricing dapat diketahui

mengetahui

atau dihitung melalui proxy initial return

cenderung menetapkan harga yang

dimana initial return akan menunjukkan

lebih rendah untuk menghindari risiko

besarnya

dialami

yang ditanggungnya.Ketika perusahaan

under

sekuritas tersebut go public, mereka

pricing ini, sering menimbulakan suatu

cenderung membuat harga sahamnya

dilema dalam perusahaan, yakni antara

sendiri under priced, seperti saham

perusahaan yang menjual sahamnya di

perusahaan

pasar perdana dengan investor yang akan

berhasil

menginvestasikan dananya. Berikut adalah

emiten) dan badan pengatur pasar

alasan

modal bahwa under pricing adalah hal

under

perusahaan

pricing

Adanya

mengapa

yang

fenomena

pemilik

perusahaan

menginginkan agar dapat meminimalkan under pricing : 1.

2.

ini

berpendapat kondisi

lain.

bahwa

pasar

Hal

meyakinkan

modal

seperti klien

ini,

(calon

yang normal terjadi pada IPO. 2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis.

Bila saham dijual dalam kondisi under

Teori ini berpendapat bahwa fenomena

pricing, berarti perusahaan kehilangan

under

kesempatan untuk mendapatkan dana

cerminan dari upaya underwriter dan

secara maksimal.

issuer

Terjadinya

under

merupakan

menjaga

dan

menghindarkan akibat hukum di masa

menyebabkan transfer kemakmuran

yang akan datang dan risiko penurunan

dari

reputasinya karena tidak menyajikan

kepada

ini

untuk

tersebut

akan

pemilik

pricing

pricing

investor.

Khususnya yang membeli saham di

nilai perusahaan yang sesungguhnya.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 35 30

ISSN 1412-2936 3. The Ownership Dispersion Hypotesis

kamus besar bahasa indonesia, hipotesis

Teori ini menyatakan emiten memiliki

dijadikan patokan duga, annggapan dasar,

tujuan

harga

postulat. Jadi, hipotesis dapat dinyatakan

untuk

sebagai

pasar

rumusan masalah. Maka, hipotesis yg

ketika

saham

merendahkan

perdananya

memperluas sehingga

permintaan

dapat

pemegang

yaitu

memperoleh

saham

minoritas

para dalam

jawaban

H1 : Diduga ukuran perusahaan, umur perusahaan,

saham

mayoritas).

financial

terbagi

dalam

pemegang

yang saham

minoritas akan meningkatkan likuiditas

terhadap

dipilih peneliti adalah sebagai berikut :

jumlah besar (tidak ada pemegang Investor

sementara

reputasi auditor

leverage

secara

dan

parsial

tberpengaruh terhadap under pricing. H2 : Diduga ukuran perusahaan, umur

saham dan membuat pihak luar sulit

perusahaan,

untuk

financial leverage secara simultan

menguasai

atau

menentang

kebijakan manajemen. Under

pricing

reputasi auditor

berpengaruh terhadap under pricing. diukur

dengan

perbedaan harga ketika saham emiten

METODE PENELITIAN

pertama

rendah

Jenis Penelitian

daripada harga penutupan dihari pertama

Penelitian

kali

ditawarkan

lebih

perdagangan saham. variabel dependen

penelitian

tingkat

menekankan

under

pricing

dan

diukur

dengan

ini

deskriptif pada

termasuk

jenis

kuantitatif

yang

pengujian

hipotesis

menggunakan initial return (keuntungan

untuk menentukan hubungan antar variabel

karena adanya perbedaan harga saham

yang mempunyai tujuan untuk menyusun

pada

teori sebagai hasil induksi dan pengantar

pasar

perdana

dengan

harga

penutupan saham pada pasar sekunder.

terhadap fakta

Closing price merupakan harga penutupan hari pertama di pasar sekunder. Offering

Jenis Data dan Sumber Data

price merupakan harga yang ditawarkan di pasar perdana.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

CP - OP IR =

kuantitatif adalah data yang dinyatakan ×100%

dalam bentuk angka-angka. Berdasarkan

OP

sumbernya. Sumber

data

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

Hipotesis Hipotesis adalah sesuatu yang di anggap

benar

pengutaraan

untuk pendapat,

alasan

atau

meskipun

tersebut

berupa

dokumen

yang

merupakan data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia.

kebenarannya belum dibuktikan. Dalam Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 31 36

ISSN 1412-2936 4. Tersedia

Populasi dan Sampel Populasi melakukan

yang

diambil

untuk

ini

adalah

penelitian

perusahaan-perusahaan yang melakukan dipilih

dengan

saham

dan

selama periode penelitian. 5. Perusahaan yang yang

metode

purposive sampling dengan kriteria sebagai

harga

tanggal listing di Bursa Efek Indonesia

IPO yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Sampel

data

digunakan

mempunyai data untuk

keperluan

laporan

keuangan

penelitian ini. 6. Tersedia

data

berikut :

konsolidasi dalam mata uang rupiah

1. perusahaan yang melakukan IPO yang

(Rp).

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

7. Memiliki data yang lengkap, yang terdiri

2012-2014.

dari

2. Perusahaan tersebut tidak mengalami

tanggal

perdana,

delisting.

listing,

harga

harga

saham

saham

penutupan,

nama auditor, jumlah asset perusahaan

3. Perusahaan tersebut tidak mengalami over pricing.

dan rasio-rasio yang diperlukan. Berdasarkan kriteria di atas, maka yang menjadi

sampel

pada

penelitian

ini

berjumlah 55 perusahaan. Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel jumlah perusahaan

Keterangan Perusahaan yang melakukan IPO periode 2012-2014 Perusahaan yang harga sahamnya tidak mengalami under pricing

77 (10)

Perusahaan yang harga sahamnya mengalami wajar

(2)

Perusahaan yang harga sahamnya mengalami under pricing laporan keuangan konsolidasian dalam non rupiah

65 (10)

perusahaan yang terpilih sebagai sampel

55

Sumber Data: www.idx.co.id.

Teknik pengumpulan data

Teknik Analisa Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

cara

studi

pustaka

Analisis Statistik Statistik deskriptif digunakan untuk

dan

memberikan gambaran mengenai variabel-

dokumentasi (Ghozali,2013). Data tersebut

variabel penelitian, sehingga dapat menjadi

didapat melalui Indonesian Capital Market

acuan analisis lebih lanjut tentang nilai

Directory dari tahun 2012-2014, Yahoo

minimum, nilai maksimum, mean, varians

Finance dan Dokumentasi yang diperoleh

dan standar deviasi.

dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 37 32

ISSN 1412-2936 Uji Normalitas

b. Uji Heteroskedastisitas

Dilakukannya uji normalitas adalah

Uji Heteroskedastisitas digunakan

untuk mengetahui penyebaran data dalam

untuk mengetahui apakah dalam model

pengujian regresi juga menguji apakah

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari

model regresi variabel independen dan

residual satu pengamatan ke pangamatan

variabel dependennya memiliki distribusi

yang

data

heteroskedastisitas dilakukan dengan uji

normal

atau

tidak.

Pengujian

lain.

Dalam

penelitian

ini

dilakukan terhadap nilai unstandardized

koefisien korelasi spearman’s rho

residual

mengkorelasikan

dari

model

regresi

dengan

variabel

yaitu

independen

menggunakan uji one sample kormogarov

dengan

smirnov. Apabila nilai signifikansi atau nilai

korelasi

probabilitas <0,05 maka distribusi data

dengan residual terdapat signifikan lebih

tidak normal dan apabila nilai signifikansi

dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

atau nilai probabilitas >0,05 maka data

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

distribusi normal.

pada model regresi.

Uji Asumsi Klasik

c. Uji Autokorelasi

a.

antara

residual.

variabel

Jika

independen

Uji aurokorelasi bertujuan menguji

Uji Multikolonieritas Uji

unstandardized

uji

multikolinieritas

dimaksudkan

apakah apakah dalam model regresi linear

untuk membuktikan atau menguji ada

ada korelasi antara kesalahan pengganggu

tidaknya hubungan yang linear antara

pada

variabel bebas (independen) satu dengan

pengganggu

variabel

(sebelumnya),

bebas

(independen)

lainnya

periode

t

dengan

pada untuk

kesalahan

periode menguji

t-1 adanya

(Ghozali, 2013). Cara yang digunakan

korelasi digunakan Durbin-Watson (DW)

untuk

dengan catatan hanya digunakan untuk

mendeteksi

terjadinya

multikolinearitas dalam penelitian ini adalah

auto

dengan uji Variance Inflation Factor (VIF).

mensyaratkan adanya konstanta dalam

Pedoman suatu model regresi yang bebas

model regresi dan tidak ada variabel lagi

multikolinearitas jika angka tolerance >

diantara

0.10 dan nilai VIF < 10. Semakin kecil nilai

regresi yang baik terhindar dari masalah

tolerance dan semakin besar variance

autokorelasi. Untuk mendeteksiterjadinya

inflation

semakin

autokerelasi

masalah

pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson

factor

mendekati multikolinieriritas.

(VIF)

maka

terjadinya

korelasi

tingkat

variabel

dapat

satu

independen.

dilakukan

dan

Model

dengan

(DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 38 33

ISSN 1412-2936 Tabel 2 Pengujian Autokorelasi Jika nilai DW

Kesimpulan

0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif

dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi positif

4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif

4 – du ≤ d ≤ 4 – dl du < d < 4 – du

Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi, positif ataupun negatif

Sumber: Ghozali (2013)

terhadap variabel dependen. Pengujian ini

Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggunakan teknik analisis

data

Regresi

Linear

secara

dengan

metode

Berganda.

matematis

analisis

Analisis

ditulis

ini

dilakukan dengan probabilitas signifikansi dengan tingkat kesalahan 5 % (0,05). Ho = 0, Tidak terdapat pengaruh yang

dengan

signifikan

persamaan sebagai berikut: UP =  + 1X1+ 2X2+  3X3 +  4X4+ 

antara

reputasi

auditor,

umur

perusahaan,

ukuran

perusahaan,

financial

leverage

dan

terhadap

tingkat under pricing secara Dimana:

parsial. Ha ≠ 0,

UP

= Under pricing



= Konstanta

signifikan

X1

= Ukuran Perusahaan

auditor,

umur

X2

= Umur Perusahaan

ukuran

perusahaan,

X3

= Reputasi Auditor

financial

leverage

X4

= Financial Leverage

tingkat under pricing secara

1

=

Koefisien

regresi

2

=

Koefisien

regresi

umur

=

Koefisien

regresi

umur

perusahaan, dan

terhadap

nilai probabilitas dengan kriteria : ditolak Jika Sig t ≤ α

Uji Hipotesis

Uji Simultan ( uji f ) Uji

Uji Parsial (Uji t) statistik

maka Ho ditolak dan Ha

diterima

= Kesalahan acak

Uji

reputasi

Jika Sig t > α maka Ho diterima dan Ha

perusahaan 

antara

yang

Keputusan statistik diambil berdasarkan

perusahaan 3

pengaruh

parsial.

ukuran

perusahaan

Terdapat

pada

F

pada

dasarnya

dasarnya

menunjukkan apakah ada pengaruh secara

menunjukkan apakah ada pengaruh antara

bersama sama antara variabel terikat

masing

dengan variabel bebas yaitu pengaruh-

masing

t

ststistik

variabel

independen

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 39 34

ISSN 1412-2936 pengaruh

variabel

secara

simultan

Keputusan statistik diambil berdasarkan

terhadap under pricing.

nilai probabilitas dengan kriteria :

Uji ini digunakan untuk melihat apakah

Jika Sig f > α, maka Ho diterima dan Ha

seluruh variabel bebas secara simultan

ditolak

mempengaruhi variabel terikat. Pengujian

Jika Sig f ≤ α, maka Ho ditolak dan Ha

ini dilakukan dengan probabilita signifikansi

ditrima.

dengan tingkat kesalahan 5 % (0,05). Ho = 0, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan

Ha ≠ 0,

antara

reputasi

auditor,

umur

ukuran

perusahaan,

financial

leverage

ANALISA DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

perusahaan,

Uji statistik deskriptif dilakukan untuk

dan

mengetahui gambaran umum mengenai

terhadap

data penelitian yang digunakan. Dalam

tingkat under pricing secara

statistik deskriptif dapat diketahui keadaan

simultan.

variabel penelitian dari perusahaan sampel

Terdapat signifikan

pengaruh antara

yang

reputasi

auditor,

umur

perusahaan,

ukuran

perusahaan,

financial

leverage

dan

terhadap

yang ada, yakni ukuran perusahaan, umur perusahaan,

reputasi

auditor,

financial

leverage dan under pricing . Hasil uji statistik deskriptif disajikan dalam tabel 3 berikut ini:

tingkat under pricing secara simultan . Tabel 3

UKP UMR RA FL UND Valid N (listwise)

N 55 55 55 55 55 55

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimum Maximum 21,77 31,10 5,00 58,00 ,00 1,00 ,06 19,47 ,01 2,88

Mean 27,5908 22,8545 ,2545 2,5424 ,3062

Std. Deviation 1,39442 13,92629 ,43962 3,48654 ,42219

Sumber : Hasil Out SPSS diolah

Dari hasil statistik deskriptif tersebut

nilai dengan nilai rata-rata sebesar 22,8545

dapat diketahui jumlah sampel yang diteliti

dan standar deviasi sebesar 13,92629.

sebanyak 55 perusahaan. Variabel tingkat

Variabel reputasi auditor memiliki nilai rata-

ukuran perusahaan

diperoleh nilai rata-

rata sebesar 0,254545 dan standar deviasi

rata sebesar 27,5908 dan standar deviasi

sebesar 0 ,4396203. Variabel financial

sebesar 1,3944. Variabel umur perusahaan

leverage dengan nilai rata-rata sebesar

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 35 40

ISSN 1412-2936 2,5424dan 3,48654.

standar Pada

deviasi

variabel

under

sebesar pricing

memiliki nilai rata-rata sebesar 0,3062dan

Uji Asumsi Klasik a.

Uji Normalitas

standar deviasi sebesar 0,42219

Uji

normalitas

mengetahui

digunakan

apakah

data

untuk

terdistribusi

normal atau tidak. Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UKP UMR RA FL N 55 55 55 55 Normal Mean 27,5908 22,8545 ,2545 2,5424 a,b Parameters Std. Deviation 1,39442 13,92629 ,43962 3,48654 Absolute ,117 ,158 ,464 ,238 Most Extreme Positive ,095 ,158 ,464 ,238 Differences Negative -,117 -,100 -,281 -,238 Kolmogorov-Smirnov Z ,869 1,173 3,442 1,765 Asymp. Sig. (2-tailed) ,438 ,128 ,128 ,473 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Dari 0,05

55 ,3062 ,42219 ,239 ,239 -,239 1,773 ,639

hasil pengujian normalitas

tersebut terlihat bahwa signifikansi lebih dari

UND

yang

Uji Autokorelasi

bahwa

Metode uji ini digunakan untuk

variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai

mengetahui apakah dalam suatu model

Asymptotic Significance sebesar 0,438.

regresi linier ada korelasi antara kesalahan

Pada variabel umur perusahaan diperoleh

pengganggu

nilai

kesalahan pada periode t-1.Jika terjadi

Asymptotic

0,128.Pada diperoleh sebesar

menunjukkan

b.

Significance

variabel nilai

Asymptotic

0,781.Pada

diperoleh

nilai

reputasi

auditor

Significance

financial

Asymptotic

sebesar

korelasi,

pada

berarti

periode dijumpai

t,

dengan problem

autokorelasi. Untuk nilai observasi (n)

leverage

sebesar 55 dan variabel independen (k)

Significance

sebanyak 5, pada Tabel Durbin-Watson

sebesar 0,473.Pada variabel under pricing

(DW)

diperoleh

Significance

du=1,768. Hasil pengujian Durbin-Watson

sebesar 0,639. Hal ini mengindikasikan

yang telah dilakukan disajikan pada tabel 5

bahwa

berikut ini.

nilai

data

Asymptotic

variabel-variabel

tersebut

diperoleh

nilai

dL=1,374

dan

berdistribusi normal.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 41 36

ISSN 1412-2936

Tabel 5 Hasil Uji Gejala Autokorelasi Model Summary Model

R

R Square Adjusted R Square

b

Std. Error of the

Durbin-Watson

Estimate a

1 ,202 ,041 -,036 a. Predictors: (Constant), FL, UMR, UKP, RA b. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai

Durbin-Watson

yang

c.

3,9226986

2,038

Uji Multikolonieritas

diperoleh

Uji

gejala

multikolinearitas

sebesar 2,038 dengan menggunakan nilai

digunakan untuk menguji apakah ada

signifikan 5% . oleh karena nilai DW 2,038

korelasi

lebih besar dari batas atas du(1,768) dan

Metode yang digunakan untuk mendeteksi

kurang dari 4-1,768 atau 2,232. maka

adanya

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

menggunakan nilai VIF (Variance Inflation

autokorelasi yang sesuai dengan kondisi

Factor), nilai VIF berada pada kisaran 0,10

du < d < 4 - du.

sampai 10 menunjukkan tidak terdapat

antara

variabel

independen.

multikolinearitas

dengan

gejala multikolinearitas dengan variabel bebas

yang

lainnya.

Hasil

uji

gejala

multikolinearitas disajikan pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Hasil Uji Gejala Multikolinieritas a Coefficients Collinearity Statistics Tolerance VIF

Model

1

(Constant) UKP UMR RA FL

,900 ,998 ,890 ,980

1,111 1,002 1,123 1,020

a. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan

hasil

pengujian

multikolinieritas menunjukkan bahwa VIF

multikolinearitas dapat dilihat hasil uji

untuk masing-masing variabel lebih kecil

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 42 37

ISSN 1412-2936 dari 10. Yakni nilai ukuran perusahaan sebesar 1,111, nilai umur perusahaan sebesar

1,002,

auditor

Uji Heteroskedastisitas digunakan

sebesar 1,123, nilai financial leverage

untuk mengetahui apakah dalam model

sebesar 1,020. Maka dapat disimpulkan

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari

bahwa tidak ada multikolinearitas antar

residual satu pengamatan ke pangamatan

variabel independen dalam model regresi.

yang

dan nilai Tolerance nya lebih besar dari

heteroskedastisitas dilakukan dengan uji

0,10

koefisien korelasi spearman’s rho

yakni

nilai

nilai

reputasi

Uji Heteroskedastisitas

ukuran

perusahaan

lain.

Dalam

penelitian

uji yaitu

sebesar 0,900, nilai umur perusahaan

mengkorelasikan

sebesar

auditor

dengan

sebesar 0,890, nilai financial leverage

korelasi

sebesar 0,980. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan residual terdapat signifikan lebih

tidak

0,998,

nilai

reputasi

variabel

ini

unstandardized antara

independen

residual.

variabel

Jika

independen

ada

korelasi

antar

variabel

dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

independen

artinya

tidak

terjadi

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

multikolinieritas pada model regresi .

pada model regresi. Adapun hasil uji heteroskedastisitas disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 7

Spearman's rho

Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations UKP UMR Correlation 1,000 -,012 Coefficient UKP Sig. (2-tailed) . ,933 N 55 55 Correlation -,012 1,000 Coefficient UMR Sig. (2-tailed) ,933 . N 55 55 * Correlation ,337 ,099 Coefficient RA Sig. (2-tailed) ,012 ,473 N 55 55 * Correlation ,270 ,113 Coefficient FL Sig. (2-tailed) ,046 ,410 N 55 55 Correlation -,185 ,060 Coefficient UND Sig. (2-tailed) ,177 ,665 N 55 55

RA * ,337

FL * ,270

UND -,185

,012 55 ,099

,046 55 ,113

,177 55 ,060

,473 55 1,000

,410 55 * ,322

,665 55 * -,330

. 55 * ,322

,016 55 1,000

,014 55 -,027

,016 55 * -,330

. 55 -,027

,844 55 1,000

,064 55

,844 55

. 55

Sumber: Hasil Output SPSS diolah Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 43 38

ISSN 1412-2936 Setelah

dilakukan

uji

masalah heterokedastisitas pada model

heterokedastisitas, dapat diketahui bahwa

regresi.

nilai korelasi ketiga variabel independen

Regresi Linier Berganda

dengan unstandardized residual memiliki

Pada penelitian ini, analisis regresi

nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu hasil

linier berganda digunakan untuk menguji

signifikansi ukuran perusahaan sebesar

pengaruh

0,177, umur perusahaan sebesar

0,665,

perusahaann, reputasi auditor dan financial

dan

leverage.Hasil dari analisis regresi linier

0,844.maka

berganda pada penelitian ini disajikan pada

reputasi

auditor

financial

leverage

sebesar

0,064

sebesar

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

ukuran

perusahaan,

umur

tabel 8 berikut ini: Tabel 8

Hasil Analisis ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor dan financial leverage

Model

Unstandardized Coefficients B

1

(Constant) UKP UMR RA FL

,229 ,090 -,040 -,784 -,105

Std. Error 11,085 ,403 ,038 1,287 ,153

Standardized Coefficients Beta

T

,032 -,146 -,089 -,097

Sig.

,021 ,222 -1,051 -,610 -,690

,984 ,825 ,298 ,545 ,493

a. Dependent Variable: UND Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan pengujian regresi linier

meningkatkan under pricing sebesar

berganda yang telah dilakukan, maka

0,090 dengan menganggap variabel

dapat diketahui sebuah persamaan regresi

lain tetap.

sebagai berikut :

2) Koefisien regresi sebesar -0,040 yang berarti

Y = 0,229 + 0,090 -0,040 -0,784 -0,105 +ᵋ

variabel

pengaruh

umur

mempunyai

negatif

terhadap

underpricing, atau secara fungsional 1) Koefisien regresi sebesar 0,090 yang berarti

variabel

ukuran

dapat dinyatakan jika umur meningkat

perusahaan

sebesar satu persen, maka akan dapat

mempunyai pengaruh positif terhadap

menurunkan under pricing sebesar -

underpricing, atau secara fungsional

0,040 dengan menganggap variabel

dapat

lain tetap.

dinyatakan

jika

ukuran

perusahaan meningkat sebesar satu persen,

maka

akan

dapat

3) Koefisien regresi sebesar -0,784 yang berarti

variabel

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

reputasi

auditor

Page39 44

ISSN 1412-2936 mempunyai pengaruh negatif terhadap

pengaruh variabel ukuran perusahaan

underpricing, atau secara fungsional

terhadap under pricing.

dapat dinyatakan jika reputasi auditor

2. Hasil uji parsial

umur perusahaan

meningkat sebesar satu persen, maka

dengan nilai signifikansi sebesar 0,298

akan dapat menurunkan under pricing

lebih besar dari 0,05 yang berarti

sebesar -0,784 dengan menganggap

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal

variabel lain tetap.

ini membuktikan bahwa tidak adanya

4) Koefisien regresi sebesar -0,105 yang berarti

variabel

mempunyai terhadap fungsional

financial

laverage

pengaruh

underpricing, dapat

pengaruh variabel ukuran perusahaan

atau

terhadap under pricing

negative

3. Hasil uji parsial reputasi auditor dengan

secara

nilai signifikansi sebesar 0,545 lebih

dinyatakan

jika

besar dari 0,05 yang berarti bahwa H0

financial laverage meningkat sebesar

diterima

satu

membuktikan

persen,

maka

akan

dapat

dan

H1

ditolak.

bahwa

Hal

tidak

ini

adanya

meningkatkan under pricing sebesar -

pengaruh variabel ukuran perusahaan

0,105 dengan menganggap variabel

terhadap under pricing

lain tetap .

4. Hasil uji parsial

financial leverage

dengan nilai signifikansi sebesar 0,493 Pengujian Hipotesis

lebih besar dari 0,05 yang berarti

Uji t

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal Uji t dilakukan untuk mengetahui

ini membuktikan bahwa tidak adanya

signifikansi secara parsial antara variabel

pengaruh variabel ukuran perusahaan

independen dengan variabel dependen

terhadap under pricing.

dengan mengasumsikan bahwa variabel

Uji f

independen lainnya konstan. Berdasarkan

Pengujian

ini

dimaksudkan

terdapat

atau

untuk

tabel 8 di atas disimpulkan bahwa:

mengetahui

tidaknya

1. Hasil uji parsial ukuran perusahaan

pengaruh semua variable independen yang

dengan nilai signifikansi sebesar 0,825

dimasukkan ke dalam model mempunyai

lebih besar dari 0,05 yang berarti

pengaruh secara bersama-sama terhadaap

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal

variabel

ini membuktikan bahwa tidak adanya

penelitian ini disajikan pada tabel 9 berikut

dependen. Hasil dari uji t pada

ini:

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page4045

ISSN 1412-2936 Tabel 9

Model

Hasil Uji Hipotesis f a ANOVA Mean Square Df

Sum of

F

Sig.

Squares 32,789

4

8,197

769,378

50

15,388

Regression 1

Residual

Total 802,167 a. Dependent Variable: UND b. Predictors: (Constant), FL, UMR, UKP, RA Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan hasil uji F dengan

b

,533

,712

54

terhadap

under

pricing

.

Hal

ini

tingkat probabilitas signifikansi 0,712 lebih

bertentangan dengan hasil penelian yang

besar dari 0,05 maka model regresi dapat

dilakukan

oleh

digunakan

Ekadjaja

(2009),

pricing

untuk

dapat

under

dan

Agustin

Hasanah(2013),

Eka

dikatakan

bahwa

Retnowati Sri (2008),Sri Retno Handayani

perusahaan,

umur

(2008) menyatakan bahwa secara parsial

perusahaan, reputasi auditor dan financial

ukuran perusahaan mempunyai pengaruh

leverage

yang signifikan terhadap tingkat under

variabel

atau

memprediksi

Wendy

ukuran secata

bersama-sama

tidak

berpengaruh terhadap under pricing.

pricing. ukuran

perusahaan

tidak

dapat

Pembahasan

dijadikan sebagai patokan dalam melihat

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap

kualitas perusahaan, karena belum tentu

Tingkat Under pricing

perusahaan

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap

yang

berukuran

kecil

mempunyai kinerja atau prospek yang

tingkat under pricing secara persial tidak

kurang

berpengaruh

pricing,

perusahaan yang berukuran besar. Oleh

perusahaan

karena itu, informasi ukuran perusahaan

dimana

terhadap

variabel

under

ukuran

baik

dibandingkan

prospektus

kurang

dengan

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,825 (>

dalam

diperhatikan

0,05) yang berarti bahwa H0 diterima dan

investor dalam berinvestasi di pasar modal.

H1 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Christian

Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap

(2013) dengan

Tingkat Under pricing

sampel 39 perusahaan

yang melakukkan IPO tahun 2012-2014

Pengaruh umur perusahaan tidak

menggunakan variabel ukuran perusahaan,

berpengaruh terhadap tingkat under pricing

umur perusahaan, reputasi auditor dan

secara

financial

perusahaan

ukuran

leverage perusahaan

menyatakan tidak

bahwa

berpengaruh

persial,

dimana

memiliki

variabel

nilai

umur

signifikansi

sebesar 0,298 (> 0,05) yang memiliki arti

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 46 41

ISSN 1412-2936 bahwa H0 diterima dan H2 ditolak. Dengan

Pengaruh Financial Leverage Terhadap

adanya nilai signifikansi sebesar 0,825

Tingkat Under pricing

tersebut,

membuktikan

bahwa

umur

Pengaruh Financial Leverage tidak

perusahaan tidak berpengaruh terhadap

berpengaruh terhadap tingkat under pricing

terjadinya

secara persial, dimana variabel

under

berpengaruhnya

pricing. umur

Tidak

financial

perusahaan

leverage memiliki nilai signifikansi sebesar

dikarenakan perusahaan dengan umur

0,493 (>0,05) yang menandakan bahwa H0

berapapun

diterima dan H1 ditolak. Dengan adanya

dapat

mengalami

kondisi

keuangan yang tidak sehat atau bahkan

nilai

kebangkrutan.

membuktikan

Hasil

penelitian

ini

signifikansi bahwa

sebesar

0,493

variabel

financial

konsisten dengan yang dilakukan oleh

leverage tidak memiliki pengaruh terhadap

Ricky

penerimaan

Riadi

bahwa

(2013)

umur

yang

menyatakan

perusahaan

tidak

berpengaruh terhadap under pricing. Reputasi

Audit

reputasi

Terhadap audit

Hasil

yang dilakukan oleh Christian (2013),

Tingkat Under pricing Pengaruh

leverage.

penelitian ini konsisten dengan penelitian Wendy

Pengaruh

financial

tidak

berpengaruh terhadap tingkat under pricing

dan

Agustin

Ekadjaja

(2009),

Hasanah dan Dinnul (2011) dan Eka Retnowati

(2011)

variabel

financial

menyatakan

bahwa

leverage

tidak

berpengaruh terhadap under pricing.

secara persial, dimana Pada variabel

Alasan mengapa financial leverage

reputasi auditor memiliki nilai signifikansi

tidak berpengaruh terhadap under pricing

sebesar 0,545 (> 0,05) yang berarti bahwa

adalah karena rasio yang menunjukkan

H0 diterima dan H1 ditolak. Yang artinya

rasio

semakin rendah reputasi auditor maka

resiko

tingkat underpricing akan semakin besar.

sehingga

Hasil

harga saham dan berdampak pada return

penelitian

ini

konsisten

dengan

hutang

perusahaan

penelitian yang dilakukan oleh Christian

saham

(2013),

investor,

Wendy

dan

Agustin

Ekadjaja

ini

lebih

mencerminkan

yang

relatif

megakibatkan yang

nantinya

ketidakpastian akan

akibatnya investor

menghindari

tidak berpengaruh terhadap under pricing.

memiliki financial leverage tinggi.

halnya

diterima

cenderung

(2009) menyatakan bahwa reputasi auditor Seperti

tinggi

saham-saham

yang

kebanyakan

penelitian yang telah dilakukan, ternyata

KESIMPULAN DAN SARAN

pada penelitian ini ditemukan pula bahwa

Simpulan

variabel

berpengaruh

1. Hasil dari Uji t membuktikan bahwa

terhadap under pricing seperti penelitial

kelima variabel bebas yakni ukuran

yang

perusahaan,

reputasi dilakukan

menyatakan

auditor oleh

bahwa

Johnson(2011) reputasi

berpengaruh terhadap underpricing.

auditor

umur

perusahaan,

reputasi auditor dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page42 47

ISSN 1412-2936 tingkat

under

dikarenakan

pricing.

nilai

Hal

signifikansi

ini

DAFTAR PUSTAKA

dari

Ghozali, Imam. 2013, Aplikasi Analisis

kelima variabel bebas ini lebih dari 0,05

Multivariate Dengan Program SPSS

yakni

ukuran

perusahaan

sebesar

21

0,825,

umur

perusahaan

sebesar

Universitas Diponegoro. Semarang

0,298, reputasi auditor sebesar 0,545 dan financial leverage sebesar 0,493.

Hasanah,

Edisi Akbar

Analisis

7.

Badan

Alvian

Penerbit

Dinnul.

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi 2. Hasil dari uji f membuktikan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor dan financial leverage tidak

berpengaruh terhadap

tingkat

Bursa Efek Indonesia. STIE MDP. Handayani, Sri Retno (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

signifikan 0,712 lebih besar dari 0,05.

Umum Perdana (Studi Kasus pada

pricing

pada

Penawaran

Perusahaan Keuangan yang Go

Variabel

yang

digunakan

ukuran

perusahaan,

terbatas

perusahaan, reputasi

umur

auditor

dan

financial leverage. Sedangkan masih banyak variabel-variabel yang memiliki

Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-

2006.

Tesis.

Semarang:

Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Kristiantari, Dewa I. 2013. Analisis Faktor-

pengaruh juga terhadap under pricing.

Faktor Yang Mempengaruhi Under

Bagi perusahaan diharapkan dapat

pricing Saham Pada Penawaran

memberikan informasi secara lengkap,

Saham Perdana Di Bursa Efek

sesuai dengan kondisi riil perusahaan

Indonesia . Jurnal Ilmiah Akuntansi

dan lebih up to date dalam bentuk

Dan Humanika JINAH. Vol 2, No. 2,

laporan

Singaraja.

keuangan

yang

akan

dipublikasikan.

3.

Underpricing Saham Perdana Di

Under

pada

2.

Tingkat

under pricing dimana f diperoleh nilai Saran

1.

2013.

Martini,

Dwi,

Yolana

Christina.

2005.

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan

Variabel-Variabel

menggunakan periode penelitian yang

Mempengaruhi Venomena Under

lebih

sampel

pricing Pada Penawaran Saham

lebih

Perdana Di BEJ 1994-2001. SNA

luas

penelitian

agar yang

jumlah digunakan

banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian selanjutnya juga dapat

mencoba

variabel-variabel kemungkinan pricing.

menggunakan lainnya

mempengaruhi

Yang

VIII. Solo. Nikmah, Triani Apriliani. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor,

yang

Persentase Penjamin Emisi, Ukuran

under

Perusahaan Dan Fenomena under pricing. Studi Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. SNA VIIII. Padang.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 48 43

ISSN 1412-2936 Sandiadji, Nugroho Bram. Analisis Faktor-

Prastica,

Yurena.

2012.

Faktor-Faktor

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Yang Mempengaruhi Tingkat Under

Under

Pada Penawaran

pricing

Pada

Umun Perdana 1996-2002. Tesis.

Umum

Saham

Universitas Diponogoro.

Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol. 1,

pricing

Supomo, Indriantoro. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk

Akuntansi

Dan

Manajemen, Edisi Pertama. Tobing, Christian

Saat

Penawaran

Perdana.

Jurnal

No. 2, Maret 2012. www.idx.co.id Yulia, Muna. Analisis Faktor-Faktor Yang

Riolsen Lbn. 2013.

Mempengaruhi

Under

pricing

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penawaran Umum Perdana (IPO)

Tingkat

Di

Under

pricing

Pada

Bursa

Efek

Jakarta.

Jurnal

Perusahaan Yang Melakukan IPO

Penelitian

Dan

Pengembangan

Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun

Akuntansi Vol. 1, No. 2, Maret 2007.

2010-2012.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 49 44

ISSN 1412-2936 PERAN KEMAMPUAN INOVASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) (Survey pada Usaha Kecil Menengah (UKM) dikota Malang)

Zainurrafiqi [email protected] Fakulats Ekonomi Universitas Madura

ABSTRAK Usaha Kecil Menengah (UKM) membutuhkan Kemampuan Inovasi yang kuat untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis. Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian ini menekankan pentingnya akan peran Kemampuan Inovasi dalam meningkatkan Kinerja Bisnis. Data diperoleh dari 228 UKM di kota Malang. Analisis Data menggunakan Structural Equation Model (SEM). Secara keseluruhan hasil penelitian ini sebagai berikut: pertama, Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Kedua, Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Ketiga, Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi. Keempat, Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Dan kelima, Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran. Kata kunci:

Orientasi Pembelajaran , Sumberdaya Teknologi Informasi (TI),

Kewirausahaan, Kemampuan Inovasi, Kinerja Bisnis. St-Pierre,

PENDAHULUAN Lingkungan bisnis berubah dengan sangat

cepat

kebutuhan

begitupun

konsumen.

juga

dengan

Beberapa

2005).

mempelajari

UKM

ilmu

dituntut baru

untuk dalam

mengembangkan produk baru sehingga

UKM

bisa menarik minat pasar dan konsumen.

hadir berkembang ditengah kompleknya

Inovasi adalah modal utama kelangsungan

lingkungan bisnis yang ditandai dengan

hidup perusahaan (Hurley and Hult, 1998).

kebutuhan akan efesiensi yang tinggi,

UKM butuh mengelola Kemampuan Inovasi

efektifitas dan kompetitifitas berdasarkan

dengan

inovasi dan pengetahuan (Raymond and

perusahaan siap meraih Kinerja Bisnis

efektif

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

untuk

menyiapkan

Page 50 45

ISSN 1412-2936 yang lebih besar. Inovasi adalah pusat

terhadap Kinerja Bisnis. Ketiga, pengaruh

strategi

Orientasi

yang

perusahaan

berperan

pada

untuk

suatu

Pembelajaran

terhadap

memenangkan

Kemampuan Inovasi. Keempat, pengaruh

persaingan serta mendapatkan manfaat

Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan

sebanyak mungkin di pasar.

Kemampuan

Menurut

Nasution,

terhadap

Kinerja

al.

(2011)

Bisnis. Dan kelima, pengaruh Sumberdaya

merujuk

pada

Teknologi Informasi (TI) terhadap Orientasi

untuk

Pembelajaran . Batasan penelitian yaitu

mengadopsi atau menerapkan ide baru,

penelitian ini dilakukan pada UKM di kota

proses

Malang. Penelitian ini berkontribusi untuk

Kemampuan

Inovasi

kemampuan

perusahaan

atau

Beberapa

et

Inovasi

produk

dengan

peneliti

telah

sukses.

melakukan

penelitian terkait dengan faktor-faktor yang

menyeselesaikan

permasalahan

yang

terdapat dalam UKM.

mempengaruhi Kemampuan Inovasi serta dampaknya

pada

Kinerja

Perusahaan

mengembangkan

Kemampuan beratkan

Bisnis.

Inovasi

dengan

pada Orientasi

menitik

Pembelajaran

TEORI DAN HIPOTESIS Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis Yang

(2011)

Kemampuan

mendefinisakn

Inovasi

sebagai

suatu

(Calantone, et al., 2002) dan menyiapkan

kemampuan potensial perusahaan untuk

Sumberdaya

menempatkan

Teknologi

Informasi

(TI)

dirinya

arena

(Benitez-Amado et al., 2010), dengan

moderenisasi

tujuan untuk memperoleh kinerja yang

produk baru, teknologi dan kemajuan-

lebih baik. Menurut hasil penelitian yang

kemajuan lainnya yang berdampak pada

dilakukan oleh Lee dan Hsieh (2010)

keunggulan

disimpulkan bahwa Kewirausahaan juga

pesaingnya. Penelitian yang dilakukan oleh

berperan

meningkatkan

Jimenez-jimenez

bersaing.

Pada

keunggulan

dasarnya

antara

seperti

pada

bersaing &

pengembangan

melebihi

Sanz-Valle

para (2011)

berpendapat bahwa definisi dari inovasi

Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan

adalah

Orientasi Pembelajaran

adalah sama-

mengadopsi ide baru atau tingkah laku.

sama sangat menekankan pada kesediaan

Selanjtnya, Robert (1999) mendefinisikan

dan kemampuan untuk berinovasi didalam

Inovasi adalah konsep yang sangat luas

perusahaan (Nasution, et al., 2011 dan

dalam

Benitez-Amado, et al., 2010). .

perkembangan.

Penelitian

ini

ide

yang

keberlangsungan Berdasarkan

termasuk

suatu penelitian

beratkan

terdahulu tersebut maka dalam penelitian

pentingnya Peran Kemampuan Inovasi

ini mendefinisikan Kemampuan Inovasi

dalam

Bisnis.

sebagai Kemampuan Organisasi untuk

Pertama peneltian ini menguji pengaruh

menciptakan ide baru, proses dan produk

Kemampuan

dengan

meningkatkan Inovasi

menitik

berbagi

Kinerja terhadap

Kinerja

Bisnis. Kedua, pengaruh Kewirausahaan

sukses.

membutuhkan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Artinya kapasitas

UKM untuk

Page46 51

ISSN 1412-2936 menciptakan sesuatu yang baru dalam rangka mendapatkan keunggulan bersaing. Menurut

Calantone,

et

al.

Hipotesis 1: Kemampuan

(2002)

Inovasi

mempunyai pengaruh yang

Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan

signifikan

haruslah inovatif untuk bisa bertahan hidup

terhadap Kinerja Bisnis

dalam

sengitnya

persaingan

(2011);

Sinkula,

et

positif

bisnis.

Sedangkan Jiménez-jiménez dan SanzValle

dan

al.

(2001)

Kewirausahaan dan Kinerja Bisnis Menurut

Nasution

(2011),

menyatakan bahwa inovasi bisa membantu

kewirausahaan

perusahaan menyelesaikan permasalahan

sebuah prosses peningkatan dari kekayaan

lingkungan eksternal, dan juga inovasi

melalui inovasi dan eksploitasi dari sebuah

adalah sebagai salah satu alat atau modal

peluang

utama

bisa

karakteristik jiwa wiraswasta yang berani

bertahan lebih lama dalam dunia bisnis.

mengambil resiko, otonom, dan proaktif.

Organisasi bisnis dengan Kemampuan

Sedangkan Wang (2008), Covin, dan

Inovasi

Slevin

suatu

perusahaan

yang

tinggi

untuk

dapat

membantu

digambarkan

yang

mana

(1991)

memerlukan

dalam

temuannya

perusahaan untuk cepat merespon peluang

menyimpulkan

bisnis yang ada serta dapat memanfaatkan

sebagai sebuah proses yang mencakup

produk baru dan peluang pasar dari pada

inovasi pasar, produk, pengambilan resiko,

organisasi

proaktif dalam pengenalan inovasi, dan

bisnis

lainnya

yang

tidak

inovatif.

bahwa

sebagai

kewirausahaan

bersikap agresif terhadap kompetitor.

Penelitian

yang

Jimenez-jimenez

&

dilakukan Sanz-Valle

oleh

Selanjutnya Slater dan Narver (2005)

(2011),

menyatakan bahwa kewirausahaan dalam

Allred & Swan (2005), dan Wang (2012)

organisasi

menemukan bahwa Kemampuan Inovasi

mengidentifiksi kebutuhan pelanggan yang

mempunyai pengaruh yang signifikan dan

tersembunyi dan cara yang inovatif untuk

positif terhadap Kinerja Bisnis, dengan

memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan

Kemampuan

Inovasi

yang

maka

wiraswasta yang paling utama tidak hanya

perusahan

bisa

dengan

mudah

menciptakan produk terbaik dari pada

ada

mendapatkan keunggulan bersaing serta

pesaing

bisa

perusahaan

membimbing

memenangkan

mereka

persaingan

dalam

bisnis

memungkinkan

namun untuk

juga

untuk

memimpin

mengenali

serta

dan

memenuhi keinginan pelanggan. Kehadiran

meningkatkan Kinerja Bisnis perusahaan

wiraswasta dalam perusahaan tidak hanya

(Damanpour, 1991; Hurley & Hult, 1998

menemukan

dan

perusahaan

Rhodes, et al. (2008). Berdasarkan

penelitian

terdahulu

penelitian

ini

tersebut

mengusulkan

maka hipotisis

teknologi namun

juga

baru

untuk

bagaimana

kehadirannya bisa membawa perusahaan kearah

yang

lebih

maju

serta

bisa

sebagai berikut: Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 52 47

ISSN 1412-2936 memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi pihak internal perusahaan.

Orientasi Pembelajaran

Wang (2008) Menyebutkan bahwa firma

kewirausahaan

Fiol & Lyles (1985) menyebutkn bahwa

menanamkan

proses keseluran dalam organisasi untuk belajar yang dimulai dari masing-masing

fleksibilitas, dan bantuan perorangan dan

individu

sehingga

kelompok,

kebebasan

untuk

belajar

secara

kreatifitas

mereka

dan

melatih untuk

mencerminkan

terbentuk

semangat

keseluran

dalam

perusahaan. Sementara Calantone, et al.

memperjuangkan ide-ide mereka. Oleh

(2002)

karena itu, siapapun yang menerapkan

Pembelajaran

kewirusahaan

perusahaan

secara

dan

menciptakan

serta

menggunakan

adanya tanda peluang didalam lingkungan

pengetahuan

untuk

meningkatkan

serta

keunggulan

perubahan

dapat

terhadap

dapat

Kinerja

lingkungan

memahami

Bisnis

temuannya

menemukan

yang

Covin

prinsip-prinsip

sukses.

dan

Slevin

mengatakan

kegiatan

luas

bersaing,

untuk

berdasarkan

Dalam

penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini

(1991)

mendefinisikan

Orientasi

sebagai

signifikan mempengaruhi Kinerja Bisnis.

menghasilkan

Sebuah

mengembangkan

yang

Orientasi

adalah

menyatakan bahwa kewirausahaan secara kewirausahaan

bahwa

tinggi

aktifitas

Pembelajaran

perusahaan

proses

dalam

yang

dapat

wawasan

dan

menyediakan bisnis dengan kemampuan

pengetahuan untuk meningkatkan kinerja

untuk

perusahaan.

menemukan

dan

menciptakan

kesempatan baru sehingga mereka dapat

menyebutkan

dibedakan dengan perusahaan yang lain

organisasi

dan

fleksibelitas,

dapat

menciptakan

keunggulan

Hult,

al.

(2004)

budaya

belajar

berdampak

pada

bahwa bisa

et

kesempatan

untuk

bersaing. Wiklunda dan Shepherd (2005)

berkembang, dan semua hal yang terbaik

meneliti 4132 UKM di Swedia dan hasilnya

untuk

menunjukkan

peningkatan kinerja serta kemampuan.

bahwa

kewirausahaan

perusahaan

terkait

berpengaruh secara signifikan terhadap

Jadi Orientasi Pembelajaran

Kinerja

dalam

Bisnis.

Berdasarkan

penelitian

membentuk

berperan

perusahaan

semakin

mengusulkan hipotisis sebagai berikut:

semakin fleksibel dengan dilakukannya

Hipotesis 2: Kewirausahaan mempunyai

inovasi yang kreatif. (Jimenez-jimenez &

yang

signifikan

dan positif terhadap Kinerja Bisnis.

dalam

beroprasi

untuk

terdahulu tersebut maka penelitian ini

pengaruh

cepat

dengan

dan

Sanz-Valle, 2011). Beberapa peneliti menyebutkan subdemensi

untuk

mengukur

Orientasi

Pembelajaran . Baker & Sinkula (1999), Orientasi

Pembelajaran

Kemampuan Inovasi

dan

Sinkula, et al. (2001) dan Nasution, et al. (2011) menggunakan 3 konsep untuk Orientasi Pembelajaran , yaitu komitemen

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 53 48

ISSN 1412-2936 belajar, berbagi pendapat, Membuka Diri.

inovatif berasosiasi secara positif dengan

Komitmen Pembelajaran adalah prinsip

budaya

yang

menekankan

adaptasi,

utama

inovasi,

dan

pembelajaran.

Menurut

dalam

belajar,

hal

itu

adalah

pondasi utama perusahaan untuk terus

penelitian

belajar

menemukan

dalam

kemampuan,

rangka

berbagi

meningkatkan

et

al.

bahwa

(2001) Orientasi

adalah

Pembelajaran mempunyai pengaruh yang

fokus perusahaan yang luas untuk belajar.

signifikan dan positif terhadap Kemampuan

Calantone,

mengatakan

Inovasi. Berdasarkan penelitian terdahulu

bahwa tanpa berbagi pendapat maka

tersebut maka penelitian ini mengusulkan

belajar

hipotisis sebagai berikut:

et

al.

kurang

pendapat

Calantone,

(2002)

mempunyai

makna,

seringkali dalam berbagi pendapat proses

Hipotesis 3: Orientasi

Pembelajaran

belajar menjadi semakin bermakna dan

mempunyai pengaruh yang

semakin mendalam ilmu yang dipelajari

signifikan

serta dalam berbagi pendapat seseorang

terhadap

bisa mendapatkan ide baru.

Inovasi.

dan

positif

Kemampuan

Alegre dan Chiva (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berperan sebagai

Sumberdaya Teknologi Informasi (TI),

sebuah penentu dalam pengembangan

Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis

projek produk baru dikarenakan hal itu akan

membuat

beradaptasi

produk

untuk

Real, et al. (2006) memberikan konsep

baru

mampu

dari infrastruktur teknologi informasi dalam

merubah

faktor

ilmu menejemen, digambarkan sebagai

lingkungan, seperti permintaan pelanggan

kapabilitas

yang

mampu untuk mendukung menyebarkan

tidak

teknologi

menentu,

atau

pengembangan

pergulatan

persaingan.

teknologi

informasi

yang

pengetahuan dalam sebuah organisasi.

Pembelajaran generatif adalah yang paling

White

cepat dari pembelajaran organisasi, hal ini

menyarankan

tampak ketika sebuah organisasi bersedia

implementasi dari praktek pembelajaran

untuk

dan

bertanya

penyelenggaran

tentang

panjang

asumsi

(2011),

teknologi

pengetahuan

oleh

mereka sebagai

individu

pelanggan, kemampuan, atau strategi dan

manusia.

Penelitian

menghasilkan perubahan dalam pelatihan,

sumber teknologi informasi adalah sebgai

strategi dan nilai (Aragón-Correa, et al.,

alat, proses, pengetahuan, dan sistem

2007).

yang

ini

adalah

memiliki

membantu

atau

untuk

jenis

misi,

Bruton

organisasi

Pemeblajaran

tentang

dan

ini

usaha

menyimpulkan

kemampuan

untuk

sebuah alat pendukung untuk inovasi yang

memproses data menjadi informasi yang

radikal dalam sebuah produk dan proses.

berguna untuk menghasilkan pengatuan

Hurley dan Hult (1998) fokus kepada

dan aktivitas pembelajaran.

agensi yang besar di pemerintah pusat US

White & Bruton, (2011) berpendapat

untuk menunjukkan bahwa organisasi yang

bahwa tidak hanya bisnis dimasa depan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 54 49

ISSN 1412-2936 yang akan langsung di hendel oleh tenologi

Hipotesis 4: Sumberdaya

Teknologi

akan tetapi sumber dari bisnis hari ini

Informasi

dijalankan oleh teknologi dan aplikasinya.

Kemampuan

Dia

mempunyai pengaruh yang

percaya

bahwa

perkembangan

(TI)

dan Inovasi

teknologi didukung oleh perkembangan

signifikan

dan

positif

paten diseluruh dunia.

terhadap Kinerja Bisnis.

Selanjutnya, Taraf & Gordon (2007) menandai

bahwa

sumber

informasi

teknologi seperti teknologi sebagai sarana teknologi infomasi dan manusia sebagai sumber

informasi

bertindak

teknologi

sebagai

mampu

dan Orientasi Pembelajaran Hal teknologi

yang

paling

informasi

penting

untuk

dalam

pelaksanaan

yang

orientasi pembelajaran adalah ditetapkan

memungkinkan membuat inovasi bisnis.

oleh teori dan fakta-fakta empiris. Menurut

Teknologi

penelitian Real, et al. (2006), teknologi

sebagai

infomasi

(TI)

kunci

Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)

sarana

akan

meningkatkan

teknologi

mampu

perusahaan

untuk

informasi

dan

signifikan

memiliki

pengaruh

terhadap

yang

Orientasi

kemampuannya untuk mendirikan sebuah

Pembelajaran. Teknologi informasi adalah

lingkungan

sebuah

inovatif

kreatifitas

dan

yang

mendorong

pengembangan

komponen

yang

kuat

dalam

sebuah

pembelajaran karena digunakan sebagai

produk baru dan proses. Kreatifitas dapat

alat, proses, pengetahuan dan sistem yang

dirangsang

mampu

jika

sumberdaya

yang

meningkatkan Demikian

perusahaan

dimilikinya

wewenang

juga

menjamin

para

untuk

merubah

data

menjadi

serta

informasi yang berguna untuk menyiapkan

karyawan.

pengetahuan dan aktifitas pembelajaran.

karyawan

akan

Hasil Rogé, et al. (2011) menunjukkan

menggunakan teknologi sebagai sarana

bahwa

teknologi infomasi (TI) seperti databes,

pengaruh langsung yang signifikan dan

aplikasi

positif terhadap orientasi pembelajaran.

atau

sistem

email

untuk

teknologi

informasi

mengembangkan tugas mereka dengan

Orientasi

cara yang lebih inovatif (Chandler, et al.,

perolehan, penyebaran, dan penggunaan

2000).

(2010)

informasi. Lee & Choi (2003) menemukan

dari

bahwa Teknologi Informasi berpengaruh

teknologi

secara signifikan terhadap variabel Proses

infomasi dan manusia sebagai sumber

Pembelajaran Perusahaan. Berdasarkan

informasi teknologi memiliki pengaruh pada

penelitian

terdahulu

perkembangan lingkungan yang inovatif.

penelitian

ini

Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut

sebagai berikut:

maka penelitian ini mengusulkan hipotisis

Hipotesis 5: Sumberdaya

Benitez-Amado,

menemukan teknologi

bahwa sebagai

sebagai berikut:

et

al.

penyebaran sarana

pembelajaran

memiliki

tersebut

mengusulkan

Informasi

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

berfokus

(TI)

pada

maka hipotisis

Teknologi mempunyai

Page 55 50

ISSN 1412-2936 pengaruh dan

yang

signifikan

positif

Orientasi Pembelajaran .

terhadap

METODOLOGI Kerangka Penelitian Orientasi Pembelajaran H3

H5

Sumberdaya Teknologi Informasi

H4

Kemampuan Inovasi

H1

Kinerja Bisnis

H2

Gambar 1 kerangka Penelitian Kerangka Penelitian

Kewirausahaan

sebanyak 215 yang mana hasil jawaban

Pengumpulan Data Sampel pada penelitian ini adalah

yang efektif rata-rata 94%.

pemilik/Manajer UKM di Kota Malang, penelitian ini menggunakan pendekatan wawancara

secara

untuk

Variabel pada penelitian ini diukur

mendapatkan data dari pemilik/manajer

dengan menggunakan skla Likert dengan

UKM. Alasan memilih UKM di Malang

ring 7 ke 1. Dimana 7 artinya “Sangat

sebagai

kota

Setuju” dan 1 artinya “Sangat Tidak

malang sebagai salah satu pusat bisnis

Setuju”. Variabel pada penelitian ini terdiri

terbesar

kususnya

di

dari

memiliki

komitmen

yang

objek

memajukan kususnya

penelitian

bisnis para

meningkatkan

personal

Pengukuran

di

pelaku inovasi

karena

Jawatimur tinggi

kota

dan untuk

bisnis

dan

Variabel

Variabel Independen yaitu:

Mereka

a. Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)

untuk

mengembangkan kinerja mereka.

dependen

independen.

tersebut,

UKM.

varibel

Untuk

pengukuran

Sumberdaya

Teknologi

vaiabel

Informasi

(TI)

Penelitian ini menggunakan kuesioner

penelitian ini merujuk pada penelitian yang

yang didistribusikan kepada 228 UKM di

dilakukan oleh Ray, et al. (2005) dan

kota

tersebut

Benitez-Amado, et al., 2010). Mereka

industri di

mengusulkan untuk variabel Sumberdaya

Kota Malang. Responden yang digunakan

Teknologi Informasi (TI) terdiri dari 5 item,

Malang.

Kuesioner

disebarkan ke koperasi dan

2

item

untuk

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Sumberdaya

Teknologi

Page 56 51

ISSN 1412-2936 Informasi

(TI)

berdasarkan

alat

teknologinya dan 3 item untuk Sumberdaya Teknologi

Informasi

(TI)

berdasarkan

manusianya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data telah di analisis menggunakan

b. Kewirausahaan

sofwer AMOS 17 dan program Structural

Untuk

mengukur

variabel

Equation Model (SEM). Menurut Kaplan

Kewirausahaan,

penelitian

merujuk

(2000), ada 2 langkah dalam prosedur

pada penelitian yang dilakukan oleh Wang

Structural Equation Model (SEM). Langkah

(2008) dan Nasution, et al. (2011). Mereka

pertama adalah Model Pengukuran dan

mengusulkan

langkah kedua adalah Model Stuktural.

ini

untuk

variabel

Kewirausahaan terdiri dari 4 item yaitu proaktif, persaingan yang agresif, berani

Model Pengukuran

menghadapi resiko dan inovatif.

Kebaikan Indikasi Kelayakan (Goodness

Dan untuk variavel dependen yaitu: a. Orientasi Pembelajaran

Fit Indices) Model Pengukuran ini telah diestimasi

Peneltian ini merujuk pada penelitian

menggunakan metode Confirmatory Factor

yang dilakukan oleh Nasution, et al. (2011),

Analysis (CFA). Menurut Hooper, et al.

Calantone, et al. (2002), Hult, et al. (2002),

(2008) Pengukuran Indikasi Kelayakan

Sinkula, et al. (2001). Variabel Orientasi

adalah nilai Chi-square (χ2), Goodness of

Pembelajaran

terdiri dari 8 item, 3 item

Fit (GFI), Adjusted Goodness of Fit (AGFI),

untuk Komitmen Pembelajaran, 3 item

Root Mean Square Error of Approximation

untuk berbagi pendapat dan 2 item untuk

(RMSEA), Comparative fit index (CFI), dan

Membuka Diri.

indikator lainnya yang termasuk secara

b. Kemampuan Inovasi Peneltian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Rhodes, et al. (2008),

keseluruhan

indikasi

kelayakan

model

Pengukuran. Hasil

analisis

pada

Tabel

1

Nasution, et al. (2011), dan Jimenez-

menunjukkan χ2/df-ratio adalah 1.99 yaitu

jimenez & Sanz-Valle (2011). Variabel

kurang dari 2. Hal tersebut berarti bahwa

Kemampuan Inovasi terdiri dari 5 item, 2

model telah di terima. GFI, NFI, NNFI, dan

item intuk inovasi produk, 3 item untuk

CFI adalah lebih besar dari atau mendekati

inovasi proses.

0.9, jadi GFI, NFI, NNFI, dan CFI telah

c. Kinerja Bisnis

diterima. Untuk nilai RMSEA yaitu 0.07, hal

Peneltian ini merujuk pada penelitian

tersebut masih diterima karena menurut

yang dilakukan oleh Rhodes, et al. (2008)

MacCallum, et al. (1996) ring RMSEA 0.05

dan Delaney & Huselid (1996). Variabel

sampai 0.10 adalah diterima. Pengukuran

Kinerja Bisnis terdiri dari 4 item, 2 item

secara keseluruhan telah mengindikasikan

untuk kinerja keuangan, 2 item untuk

Kebaikan Kelayakan untuk model.

kinerja non keuangan. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 57 52

ISSN 1412-2936

Tabel 1 Hasil Kelayakan Model Pengukuran Index Chi-squire (χ2) Chi-squire DF Chi-squire (χ2/df) Goodness of Fit (GFI) Adjusted Goodness of Fit (AGFI) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Root Mean Square of Residual (RMR) Normed fit index (NFI) Non-normed Fit Index (NNFI) Comparative fit index (CFI)

Result 109.29 55 1.99 0.92 0.87 0.07 0.01 0.90 0.92 0.95

Tabel 2 Skala Riabilitas Gabungan Dan Analisis Validitas Konfergen Standardized t Indicator Composite Konstruk (F) dan Indikator (V) Loading value Reliability Reliability Orientasi Pembelajaran (F1) V1 Komitmen Pembelajaran 0.661 9.15 0.437 V2 Berbagi Pendapat 0.612 8.49 0.375 0.57 V3 Membuka Diri 0.367 4.88 0.135 Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (F2) Sumberdaya Teknologi V4 0.802 12.70 0.643 Informasi (TI)-Teknologi 0.83 Sumberdaya Teknologi V5 0.881 14.20 0.775 Informasi (TI)-Manusia Kewirausahaan (F3) V6 Pasar Proaktif 0.231 3.11 0.053 V7 Bersaing Agresif 0.476 6.72 0.226 0.64 V8 Berani Menghadapi Resiko 0.781 12.13 0.611 V9 Inovatif 0.683 10.32 0.466 Kemampuan Inovasi (F4) V10 Inovasi Produk 0.778 11.88 0.605 0.69 V11 Inovasi Proses 0.680 10.27 0.462 Kinerja Bisnis (F5) V12 Keuangan 0.751 11.68 0.564 0.84 V13 Non Keuangan 0.936 15.12 0.877 Analisis Reabilitas dan Model Pengukuran

Model

Pengukuran

untuk

riabilitas

telah memenuhi standar untuk pengujuan Variabel, termasuk semua Variabel yang

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 58 53

ISSN 1412-2936 telah di observasi menggunakan loding

antara 0.6, nilai yang direkomendasikan

tandar

oleh Fornell & Larcker (1981), yaitu lebih

faktor,

dan

untuk

menghitung

riabilitas gabungan untuk setiap variabel.

besar dari 0.60.

Riabilitas gabungan pada Tabel 2 yaitu Analisis validitas dan Model Pengukuran

Validitas Diskriminan Semakin

Validitas Konfergen Untuk

Pendeteksian

tinggi

Koefisien

Korelasi

Validitas,

antara 2 variabel mumungkinkan adanya

penelitian ini menggunakan Analisis Faktor

indikasi Validitas Diskriminan tidak bisa

Konfirmatori

terpenuhi. Oleh karena itu, pada penelitian

untuk

mengukur

skala

Validitas Konvergen. Dari Tabel 2 pada

ini

kolom

Pembelajaran

t-value,

standar

loading

untuk

bermaksud ”

memilih dan



Orientasi

“Kewirausahaan”,

semua variabel yang diobservasi adalah

“Kewirausahaan”

signifikan

1.96),

Inovasi” dengan keefisien korelasi yaitu

menunjukkan Jalur (path) koefisien yang

lebih besar dari 0.8 untuk membuktikan

signifikan, dan ini sebagai bukti bahwa

bahwa

hasil dari indikator-indikator tersebut telah

mempunyai Validitas Diskriminan.

(lebih

besar

dari

dua

dan

pasang

“Kemampuan

variabel

tersebut

memenuhi persyaratan Validitas Konfergen (Anderson & Gerbing, 1988). Tabel 3

Orientasi Pembelajaran ↔ Kewirausahaan Kewirausahaan ↔ Kemampuan Inovasi

Analisis Validitas Diskriminan Unidimensional Measurement The Correlation Measurement Model difference Coefficient Model Chi7.855 117.14 109.285 square 0.81*** DF 1 56 55 0.86***

Chisquare DF

117.08

109.285

7.795

56

55

1

Catatan: *p<0.05, **p<0.01, ***p<0.001. Hasil

pengujian

pada

Tabel

nilai

chi-square

Diskriman telah terpenuhi karena korelasi

berbeda diantara pengujian dan model

terbesar antar variabel adalah berbeda

pengukran tak berdimensi untuk 1 pasang

secara signifikan.

adalah signifikan. Hal itu dapat disimpulkan

Variasi Metode Umum/Common Method

bahwa veriabel-variabel tersebut berbeda.

Variance (CMV)

menunjukkan

bahwa

3

telah

menunjukkan

bahwa

Valitas

Secara garis besar, semua pengukuran

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 59 54

pvalue < 0.05

< 0.05

ISSN 1412-2936 Efek dari Common Method Variance

jika sebagian besar varian bisa jelaskankan

(CMV) adalah sebuah potensi validitas

oleh faktor tunggal, hasil test dari penelitian

yang utama dalam penelitian ilmu sosial

ini

(Sharma, et al., 2009). Ketika dua variabel

Menurut Podsakoff, et al. (2003) bahwa

atau lebih dikumpulkan dari responden

CMV tidak diasumsikan ada karena faktor

yang

pertama tidak menjelaskan sebagian besar

sama

dan

menginterpretasikan

mencoba kesamaan

untuk mereka

menunjukkan

nilai

CMV

40.04%.

varian pada variabel.

maka sebuah masalah dalam CMV dapat

Kedua, penelitian ini menggunakan

terjadi. Dalam pendapat Podsakoff, et al.

Faktor

(2003)

CMV

Latent Factor) untuk mengetahui varian

menunjukkan adanya sebuah bias yang

umum diantara varibel yang diobservasi

muncul setelah angka yang umum. Sebuah

pada model. Perbedaan signifikansi antara

konteks

model

mengatakan

ukuran

bahwa

yang

umum,

sebuah

Tersembunyi

metode

Umum

umum

dan

pengukuran

karakteristek item itu sendiri. CMV memiliki

Hasil pengujian bisa dilihat pada Tabel 4

sebuah pengaruh yang besar terhadap

dimana nilai p-value kurang dari 0.05.

pengamatan

secara

antara

variabel

dilakukan

model

konteks pokok yang umum, atau dari

pengaruh

telah

(Common

keseluruhan

pengujian.

Analisis

CMV

prediktor dan variabel kriteria didalam

menunjukkan bahwa tidak ada bias dalam

organisasi dan penelitian tingkah laku.

jawaban, jadi dapat disimpulkan bahwa

Penelitian ini menggunakan dua jalan untuk mengetes CMV. Pertama, ialah uji

rendahnya tingkat validitas pada penelitian ini

tidak

mungkin

ditemukan.

Harman's single factor, yaitu menekankan Tabel 4 Hasil Faktor Tersembunyi Umum Common Latent Measurement The difference Model Model Chisquare DF

247.142

109.285

137.857

65

55

10

p-value < 0.05

dilihat pada Tabel 5. Nilai Chi-square

Model Struktural Penelitian ini menyajikan penelitian

(χ2)/df-ratio yaitu 2.65. Menurut Hooper, et

empirik tentang Peran Kemampuan Inovasi

al. (2008) bahwa kurang dari 3 dapat

terhadap Kinerja Bisnis. Unutk menguji

diterima. GFI dan NNFI masih diterima

Hipotesis

ini

karena lebih besar dari 0.8 dan mendekati

menggunakan analisis Structural Equation

0.9. RMSEA masih diterima karena nilainya

Model (SEM). Secara keseluruhan hasil

sama dengan atau kurang dari 0.1. Secara

pngujian

Kebaikan

keseluruhan persyaratan untuk Indikasi

Kelayakan pada Model Struktural bisa

Kebaikan Kelayakan pada Model struktural

Penelitian,

untuk

penelitian

Indikasi

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 60 55

ISSN 1412-2936 telah diterima. Model Struktural RNFI harus

memaksimumkan

lebih besar dari 0.9, mendekati 1 adalah

parsimony

lebih baik. RPR adalah untuk mendeteksi

Dengan nilai RPFI yang lebih tinggi maka

Tingkat Parsimoni untuk model Struktural.

lebih diperlukan. Hal itu dapat dilihat pada

Ring nilai mulai 0.0 sampai 1.0, semakin

Tabel 5 RNFI= 0.91, of RPR = 0.27, and

besar

RPFI

semakin

baik

kebaikan

=

0.24,

menunjukkan

memilih

parsimony.

yang

secara

simultan

dan

pada porsi Model Struktural.

kelayakannya. RPFI sangat berguna untuk model

kelayakan

Model

kebaikan

Struktural kelayakan

ini dan

Tabel 5 Model Struktural Indikasi Kebaikan Kelayakan Chisquare

DF

χ2/df

156.50

59

2.65

GF I 0.8 9

Combined Model AGF CF NF I I I 0.9 0.8 0.84 0 5

NNF I

RM R

RMSE A

0.87

0.02

0.08

Structural model RNF RPF RPR I I 0.91

0.27

0.24

Tabel 6 Koefisien Jalur Model Struktural Dependent Variabel

Independent Variabel

Kinerja Bisnis

Kemampuan Inovasi Orientasi Pembelajaran

Kemampuan Inovasi (H1) Kewirausahaan (H2) Orientasi Pembelajaran (H3) Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (H4) Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) (H5)

Bagian ini akan dibahas mengenai pengesahan pengujian hipotesis.

Sebab

Standardized Jalur (path) coefficient

t value

0.44

4.34***

0.16

2.27*

0.73

2.60**

0.35

3.23**

0.33

7.37***

Square Multiple Correlation ( r2) 0.52

0.81

0.57

Kemampuan Inovasi yaitu 0.73; Sumber Teknologi

Informasi



Kemampuan

akibat jalur (path) antara variabel pada

Inovasi yaitu 0.35; dan Sumber Teknologi

pengujian hipotesis (H1 sampai H5) dan

Informasi → Orientasi Pembelajaran yaitu

hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

0.33. Selanjutnya, “Kemampuan Inovasi”

Hasil

sebagai variabel dependen, nilai r2 yaitu

nilai

jalur

Model

Struktural

ditunjukkan oleh Gambar 2. Pada Tabel

0.81;

terlihat

memiliki nilai r2 yaitu 0.57. dan “Kinerja

hasil

Kemampuan

koefisien Inovasi

jalur

yaitu

dan



Bisnis”

dan

“Orientasi

Pembelajaran



memiliki nilai r2 0.57. menurut

Kewirausahaan yaitu 0.44 dan 0.16 secara

Kleijnen, et al. (2007) kategori ukuran

berturut-turut; Orientasi Pembelajaran

pengaruh r2 yaitu kecil 0.02, sedang 0.13,



Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 61 56

ISSN 1412-2936 besar 0.26. Dapat disimpulkan bahwa

memiliki tingkat dukungan yang tinggi.

Kemampuan

Hasil analisis jalur bisa dilihat pada Tabel

Pembelajaran

Inovasi,

Orientasi

dan Kinerja Bisnis adalah

V2

V1

V3

0.6

0.68

6.

0.36

Orientasi Pembelajaran 0.73** V4

0.76

0.72

Sumberdaya Teknologi Informasi (TI)

0.82

V11

V10

0.68

0.35**

Kemampuan Inovasi

V12

0.44**

V5 V8

V7

V6 0.18

0.44

0.77

V9

D2

0.73

V13

0.75 0.93

Kinerja Bisnis

0.16*

Kewirausahaan D1

Catatan: *p<0.05, **p<0.01, ***p<0.001. Gambar 2 Hasil Model Struktural

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 62 57

ISSN 1412-2936

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bagian ini akan membahas tentang Kesimpulan, Batasan dan Saran penelitian. Kesimpulan Penelitian Pengaruh Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis (H1 Diterima). Temuan pertama pada penelitian ini yaitu Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.44, t=4.34, p<.001). temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Allred & Swan (2005) dan Jimenez-jimenez & SanzValle (2011) menyebutkan bahwa Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis, hal itu membuktikan bahwa Kemampuan Inovasi berperan penting dalam mempengaruhi Kinerja Bisnis. UKM bisa meningkatkan kinerjanya baik secara finansial ataupun non finansial dengan mengembangkan Kemampuan Inovasi untuk menciptakan produk baru dan proses yang lebih inovatif daripada pesaing. Pengaruh Kewirausahaan terhadap Kinerja Bisnis (H2 Diterima). Temuan kedua pada penelitian ini yaitu Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.16, t=2.27, p<.05). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Covin & Slevin (1991) dan Wiklunda & Shepherd (2005) menyebutkan bahwa Kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Selama UKM terus meningkatkan jiwa kewirausahaan dengan ikut serta secara aktif pada kegiatan pemasaran, bersaing secara agresif, berani menghadapi resiko dan aktif melakukan inovasi, maka UKM akan membuka peluang baru untuk

meningkatkan Kinerja Bisnis untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Pengaruh Orientasi Pembelajaran terhadap Kemampuan Inovasi (H3 Diterima). Temuan ketiga pada penelitian ini yaitu Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi (koefisien=0.73, t=2.60, p<.01). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Calantone, et al. (2002) menyebutkan bahwa Orientasi Pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kemampuan Inovasi. Jika UKM mempunyai komitmen yang tinggi untuk selalu belajar, maka hal itu akan memberikan banyak manfaat bagi UKM, seiring dengan bertambahya pengetahuan yang diperoleh dari belajar, UKM bisa mempunyai banyak inspirasi untuk mengembangkan produknya serta menjaga produknya agar tetap laku. Manajer UKM juga harus menyalurkan pengetahuannya kepada para karyawannya sehingga diharapkan karyawan dengan pegetahuan yang dimilikinya bisa menciptakan suatu inovasi tertentu yang dapat membantu perusahaan mendapatkan keunggulan bersaing dan mencapai tujuannya. Karyawan dengan pengetahuan yang luas akan dengan mudah untuk membuka diri menerima ide-ide baru yang bermanfaat untuk pengembangan UKM (Sinkula, et al., 2001). Pengaruh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis (H4 Diterima). Temuan keempat pada penelitian ini yaitu Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis (koefisien=0.35, t=3.23, p<.01). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Benitez-Amado, et

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 62 58

ISSN 1412-2936

al. (2010) dan Rhodes, et al. (2008) menyebutkan bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan Kemampuan Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Bisnis. Hal ini adalah bukti bahwa UKM dengan Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) yang tinggi dapat menciptakan produk inovatif serta proses inovatif di perusahaan. Manusia yang menggunkan kecanggihan teknologi informasi dapat mengembangkan kemampuannya untuk berinovasi diperusahaan. Teknologi bisa membantu seseorang untuk lebih kreatif untuk menciptakan serta mengembangkan produk baru yang inovatif. Pengaruh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) terhadap Orientasi Pembelajaran (H5 Diterima). Temuan terakhir pada penelitian ini yaitu Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran (koefisien=0.33, t=7.37, p<.001). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Real, et al. (2006) dan Rogé, et al. (2011) menyebutkan bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Orientasi Pembelajaran . Hal ini adalah bukti bahwa Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan semangat belajar pada UKM. UKM butuh Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) dan manusia yang menguasai teknologi di bidang Informasi untuk menciptakan rasa nyaman dalam belajar. Ketika UKM lebih bersemangat untuk meningjatkan kecanggihan Sumberdaya Teknologi Informasi (TI) nya maka UKM akan mempunyai kemampuan untuk menjadi semakin inovatif dalam hal menciptakan produk.

BATASAN DAN SARAN PENELITIAN Berdasarkan temuan pada penitian ini bahwa peran Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis adalah sangat penting dalam ligkungan bisnis, namun seiring dengan perkembangan waktu peran tersebut bisa berubah. Penelitian ini memeiliki batasan serta saran untuk penelitian selanjutnya. Batasan a. Analisis Model Pengukuran Reabilitas menunjukkan nilai babungan Reabilitas dari Orientasi Pembelajaran kurang dari 0.60. hal itu dikarenakan standar loading dari tiap-tiap indikator nilainya rendah. b. Penelitian ini fokus pada UKM di Kota Malang, dimana datanya diperoleh dari koperasi dan industri di Kota Malang, jadi hasil penelitian ini dapat digenalisir pada bidang UKM saja. Saran Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi penelitian yang akan datang, berikut saran berdasarkan penelitian ini: a. UKM harus meningkatkan Kewirausahaan untuk meningkatkan Kinerja Bisnis, UKM harus bejuang lebih keras untuk semakin aktif dan agresif dalam bersaing dalam merespon semua peluang bisnis yang ada. b. Penelitian ini fokus pada UKM di Kota Malang, disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti dikota yang lainnya termasuk bisa meneliti perusahan besar. c. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan analisis crosssectional, yakni dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, apakah masih sejalan atau tidak. Tujuannya adalah untuk mengamati peran Kemampuan Inovasi dalam beberapa dekade, dan dampaknya pada Kinerja Bisnis. Bagaimanapun beberapa variabel bisa saja

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page59 63

ISSN 1412-2936

berubah seiring perubahan waktu yang berdampak pada berubahnya hasil penelitian, oleh karena itu, disarankan untuk penelitian yang akan datang untuk mengembangkan model teori menjadi semakin mendalam. d. Kerangka Teori pada penelitian ini terdiri dari 5 macam variabel yaitu Orientasi Pembelajaran , Sumberdaya Teknologi Informasi (TI), Kewirausahaan, Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis. Oleh karena itu, saran nagi penelitian selanjutnya untuk lebih mengembangkan Kerangka Teori dengan menganalisis variabel yang lainnya seperti Budaya dan Permasalahan Lingkungan. REFERENSI Alegre, J. and R. Chiva, 2008, “Assessing the Impact of Organizational Learning Capability on Product Innovation Performance: An Empirical Test,” Technovation, 28, 315-326. Allred, B.B. and K.S. Swan, 2005, “The Mediating Role of Innovation on The Influence of Industry Structure and National Context on Firm Performance,” Journal of International Management, Vol. 11, No.3, p.p.229-252. Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988, “Structural Equation Modeling in Practice: A Review and Recommended Two Step Approach,” Psychological Bullentin, Vol. 103, p.p.411-423. Aragón-Correa, J.A. and V.J. GarcíaMorales, 2007, “Leadership and Organizational Learning's Role on Innovation and Performance: Lessons from Spain,” Industrial Marketing Management, Vol. 36, No.3, p.p.349-359. Baker, W.E. and J.M. Sinkula, 1999, “The Synergistic Effect of Market Orientation and Learning

Orientation on Organizational Performance,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 27, No.4, p.p.411-427. Benitez-Amado, J., M.N. PerezArostegui, and J. Tamayo-Torres, 2010, “Information TechnologyEnabled Innovativeness and Green Capabilities,” Journal of Computer Information System, p.p.87-96. Calantone, R.J., S.T. Cavusgil, and Y. Zhao, 2002, “Learning Orientation, Firm Innovation Capability, and Firm Performance,” Industrial Marketing Management, Vol. 31, p.p.515-524. Chandler, G..N., K. Chalon, and W.L. Douglas, 2000, “Unraveling The Determinant and Consequences of An Innovation-Supportive Organizational Culture,” Entrepreneurship theory and practice, p.p.59-76. Covin, J.G. and D.P. Slevin, 1991, “A Conceptual Model of Entrepreneurship as Firm Behaviour,” Entrepreneurship theory and practice, p.p.7-25. Damanpour, F., 1991, “Organizational Innovation: A Meta-Analysis of Effects of Determinants and Moderators,” Academy of Management Journal, Vol. 34, p.p.555-590. Delaney, J.T. and M.A. Huselid, 1996, “The Impact of Human Resource Management Practices on Perceptions of Organizational Performance,” Academy of Management Journal, Vol. 39, No.4, p.p.949-969. Fiol, C.M. and M.A. Lyles, 1985, “Organizational Learning,” Academy of Management review, Vol. 10, No.4, p.p.803-813. Fornell, C. and D.F. Larcker, 1981, “Evaluating Structural Equation Models with Unobservable

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page6064

ISSN 1412-2936

Variabels and Measurement Error,” Journal of Marketing Research, Vol. 18, p.p.39-50. Hult, G.T.M., O.C. Ferrell, and R.F. Hurley, 2002, “Global Organizational Learning Effects on Cycle Time Performance,” Journal of Business Research, Vol. 55, p.p.377-387. Hult, G.T.M., R.F. Hurley, and G.A. Knight, 2004, “Innovativeness: Its Antecedents and Impact on Business Performance,” Industrial Marketing Management, Vol. 33, No.5, p.p.429-438. Hurley, R.F. and G.T.M. Hult, 1998, “Innovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Integration and Empirical Examination,” Journal of Marketing, Vol. 62, No.3, p.p.4254. Hooper, D., J. Coughlan, and M.R. Mullen, 2008, Structural Equation Modelling: Guidelines for Determining Model Fit,” The Electronic Journal of Business Research Methods, Vol. 6, No.1, p.p.53-60. Jiménez-Jiménez, D. and R. SanzValle, 2011, “Innovation, Organizational Learning, and Performance,” Journal of Business Research, Vol. 64, No.4, p.p.408-417. Kaplan, D., 2000, Structural Equation Modeling Foundation and Extensions. London: Sage Publication. Kleijnen, M., K.D. Ruyter, and M. Wetzels, 2007, “An Assessment of Value Creation in Mobile Service Delivery and The Moderating Role of Time Consciousness,” Journal of Retailing, Vol. 83, No.1, p.p.33– 46. Lee, H. and B. Choi, 2003, “Knowledge Management Enablers, Processes, and Organizational

Performance: An Integrative View and Empirical Examination,” Journal of Management Information Systems, Vol. 20, p.p.179-228. Lee, J.S. and C.J. Hsieh, 2010, “A Research in Relating Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative Capability, and Sustained Competitive Advantage,” Journal of Business & Economics Research, Vol. 8, No.9, p.p.109-119. MacCallum, R.C., M.W. Browne, and H.M. Sugawara, 1996, “Power Analysis and Determination of Sample Size for Covariance Structure Modeling,” Psychological methods, Vol. 1, No.2, p.p.130-149. Nasution, H. N., F.T. Mavondo, T.M. Felix, J.M. Margaret, and O.N. Nelson, 2011, “Entrepreneurship: Its Relationship with Market Orientation and Learning Orientation and As Antecedents to Innovation And Customer Value,” Industrial Marketing Management, Vol. 40, No.3, p.p.336-345. Podsakoff, P.M., S.B. MacKenzie, J.Y. Lee, and N.P. Podsakoff, 2003, “Common Method Biases in Behavioral Research: A Critical Review of The Literature and Recommended Remedies,” Journal of Applied Psychology, Vol. 88, p.p.879-903. Ray, G., W.A. Muhanna, and J.B. Barney, 2005, “Information Technology and The Performance of The Customer Service Process: A Resource-Based Analysis,” MIS Quarterly, Vol. 29, No.4, p.p.625-652. Real, J. C., A. Leal, and J.L. Rolan, 2006, “Information Technology As A Determinant of Organizational Learning and Technological Distinctive Competencies,”

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 65 61

ISSN 1412-2936

Industrial Marketing Management, Vol. 35, No.4, p.p.505-521. Rhodes, J., R. Hung, P. Lok, B.Y. Lien, and C.M. Wu, 2008, “Factors Influencing Organizational Knowledge Transfer: Implication for Corporate Performance,” Journal of Knowledge Management, Vol. 12, No.3, p.p.84-100. Roberts, P.W., 1999, “Product Innovation, Product–Market Competition and Persistent Profitability in The U.S. Pharmaceutical Industry,” Strategic Management, Vol. 20, No.7, p.p.655. Rogé, J.N., J. Hughes, and P.N. Simpson, 2011, “Learning to Thread The Needle: Information Technology Strategy,” The journal of computer information systems, Vol. 52, No.1, p.p.76-86. Sharma, R., P. Yetton, and J. Crawford, 2009, “Estimating The Effect of Common Method Variance: The Method-Method Pair Technique with An Illustration from TAM Research,” MIS Quarterly, Vol. 33, No.3, p.p.473490. Sinkula, J.M., W.E. Baker, and T. Noordewier, 2001, “A Framework for Market-Based Organizational Learning Linking Values, Knowledge, and Behaviour,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 24, No.4, p.p.305-318.

Slater, S.F. and J.C. Narver, 1995, “Market Orientation and The Learning Organization,” Journal of Marketing, Vol. 59, p.p.63-74. Tarafdar, M. and S.R. Gordon, 2007, “Understanding The Influence of Information Systems Competencies on Process Innovation: A Resource-Based View,” The Journal of Strategic Information Systems, Vol. 16, No.4, p.p.353-392. Wang, C.L., 2008, “Entrepreneurial Orientation, Learning Orientation, and Firm Performance,” Entrepreneurship Theory and Practice, p.p.635-657. Wang, Z. and N. Wang, 2012, “Knowledge Sharing, Innovation and Firm Performance,” Expert Systems with Applications, Vol. 39, No.10, p.p.8899-8908. White, M.A. and G..D. Bruton, 2011, The Management of Technology and Innovation : a Strategic Approach, Australia: SouthWestern: Cengage Learning. Wiklund, J. and D. Shepherd, 2005, “Entrepreneurial Orientation and Small Business Performance: A Configurational Approach,” Journal of Business Venturing, Vol. 20, No.1, p.p.71-91. Yang, J, 2011, “Innovation Capability and Corporate Growth: An Empirical Investigation in China,” Journal of Engineering and Technology Management, p.p.113.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 66 62

ISSN 1412-2936

UJI BEDA PARA IBU RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK TANAH DAN GAS ELPIJI DI DESA PANDAN KECAMATAN GALIS Alfi Hasaniyah UNIVERSITAS MADURA ABSTRAK Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI sebagai Anggota Tim brsama-sama dengan Departemen ESDM, PT. Pertamina Departemen Perindustrian dan Kementrian Negara KUKM menggelar Sosialisasi Kebijakan Energi Alternatif Pengalihan Penggunaan Minyak Tanah ke LPG. Karena dari segi biaya, menurut penelitian atas perhitungan keuntungan konsumen secara ekonomis yang dilakukan oleh pertamina, pemakaian LPG ( elpiji ) juga jauh lebih hemat daripada minyak tanah dalam menghasilkan pembakaran. Dari hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pengeluaran untuk membeli minyak tanah lebih besar jika dibandingkan dengan LPG ( untuk tabung ukuran 3 kg ). Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak tanah selama 1 bulan ( 30 hari ) sebesar Rp. 75.000,00 sedangkan LPG dengan tabung 3 kg hanya Rp. 51.000,00, sehingga konsumen dapat menghemat biaya belanja rumah tangga dalam hal ini pengeluaran konsumsi bahan bakar sebesar Rp. 24.000,00. Desa Pandan Kecamatan Galis adalah salah satu desa dari sekian desa yang ada di Kabupaten Pamekasan mendapatkan program konversi dari minyak tanah ke gas elpiji,itu semua karena sosialisasi Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG bertujuan mengajak masyarakat untuk beralih dari penggunaan bahan bakar minyak tanah ke penggunaan LPG secara baik dan benar. Sedangkan sasaran khusus adalah industri kecil, industri rumah tangga dan keluarga miskin. Diharapkan agar terjadi pemahaman masyarakat tentang perlunya beralih ke LPG sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan energi yang bersih sebagai pengganti minyak tanah. Melalui Sosialisasi ini masyarakat mau menggunakan LPG sebagai energi alternatif yang terhitung hemat dan bersih lingkungan.

Pendahuluan Program konversi minyak tanah ke gas LPG ( elpiji ) dipilih oleh pemerintah sebagai solusi agar masyarakat dapat berhemat dalam pemakaian bahan bakar untuk sehari – hari. Hal ini disebabkan karena semakin melambungnya harga minyak di pasar dalam beberapa tahun terakhir. Harga komiditi tersebut diperkirakan akan terus naik di masa mendatang dan hal ini akan diiringi dengan berkurangnya suplai bahan bakar minyak.

Melihat keadaan tersebut maka LPG ( elpiji ) dipilih karena produksi dan potensi kandungannya masih cukup besar di Indonesia. Untuk konsumsi domestik sudah lebih dari cukup sehingga sebagian masih bisa di ekspor dari segi ini, berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi LPG ( elpiji ) lebih rendah daripada minyak tanah. Pemerintah dapat menghemat subsidi untuk pengguna jika program ini berhasil. terkait dengan kebijakan subsidi menjadi polemik di masyarakat, terkait dengan bagaimana perhitungan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page63 63

ISSN 1412-2936

subsidi dilaksanakan, berapa besaran yang perlu ditetapkan, siapa yang menjadi target subsidi tersebut, dan apakah subsidi akan benar-benar dinikmati oleh masyarakat yang menjadi target sasaran. Oleh sebab itu, pemerintah mengadakan program konversi dari minyak tanah ke gas elpiji. Minyak tanah subsidi yang selama ini diterapkan pada komoditi yang vital bagi masyarakat menyebabkan masyarakat merasa enggan untuk beralih kepada gas elpiji walaupun diberikan secara gratis, karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak tanah.. Selain itu, sebagian warga juga mengeluh karena kompor dan tabung gas gratis yang mereka terima dalam kondisi rusak dan tidak bisa digunakan. Belum maksimalnya kinerja pelaksana dalam pendistribusian dimana terdapat paket perdana diserahkan kemasyarakat dan kurangnya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh konsultan pendistribusian, hal tersebut mengakibatkan : Adanya “oknum” aparat desa yang menarik pengutan biaya dari masyarakat penerima paket perdana LPG 3 Kg dengan alasan untuk pendataan dan pendistribusian, Adanya “oknum” yang ingin menjual produk regulator/selang yang melakukan sosialisasi ilegal kepada masyarakat, Adanya “oknum” yang menjual jasa asuransi, Adanya warga masyarakat yang telah menerima paket perdana LPG 3 Kg dan “menjual” kembali paket perdana LPG 3 Kg. Sebagian besar masyarakat masyarakat terutama dari kalangan ekonomi menengah kebawah menggunakan minyak tanah baik sebagai bahan bakar untuk memasak ataupun beberapa kegiatan lainnya. Namun akhir – akhir ini minyak tanah menjadi sulit didapatkan dan kalaupun ada harganya juga relatif mahal,

sehingga masyarakat menjadi kesulitan untuk memperolehnya. Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini karena banyak ibu rumah tangga yang sebagian besar menyadari dan sebagian ibu rumah tangga masih merasa takut menggunakan gas LPG. Dari latar belakang masalah peneliti membahas tentang “Uji Beda Para Ibu rumah tangga memilih bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan ”. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Adakah perbedaan para ibu rumah tangga menggunakan bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan?” Landasan Teori Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji Subsidi energi, baik listrik maupun BBM, telah menjadi momok menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan dan menentukan prioritas dalam penyusunan RAPBN, tetapi juga dengan besarnya subsidi – terutama BBM – yang harus ditanggung setiap tahun. Karena itulah, pemerintah bersama DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang dalam UU No. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Meskipun demikian, subsidi minyak tanah dikecualikan. Dengan kata lain, meski telah menerapkan harga pasar untuk bensin dan solar, pemerintah masih mensubsidi minyak tanah untuk

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 63 64

ISSN 1412-2936

keperluan masyarakat berpendapatan rendah dan industri kecil. Namun subsidi minyak tanah dalam dua tahun terakhir masih terasa memberatkan karena besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi yang terjadi dalam managemen energi nasional. Kondisi ini diperberat pula dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran USD 50-60 per barel. Karena itu, langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah kepada bahan bakar gas dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) bisa dianggap sebagai salah satu terobosan penting dalam mengatasi rancunya pengembangan dan pemanfaatan energi, sekaligus mengurangi tekanan terhadap RAPBN. Dari berbagai sumber diketahui bahwa pemerintah berencana untuk mengkonversi penggunaan sekitar 5,2 juta kilo liter minyak tanah kepada penggunaan 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 mendatang yang dimulai dengan 1 juta kilo liter minyak tanah pada tahun 2007 (detik.com, 19/1/07). Langkah ini bisa dipahami cukup strategis mengingat setelah penghapusan subsidi bensin dan solar, permintaan akan minyak tanah tidak memperlihatkan penurunan. Karena itu, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi pemakaian minyak tanah. Ada dua masalah utama yang perlu pemikiran ulang. Pertama, dampak penghapusan subsidi untuk bensin dan solar kelihatannya luput dari perhatian pemikir negeri ini.. Kedua, apabila pemerintah masih akan terus melakukan konversi minyak tanah dengan berbagai kondisi makro, maka pelaksanaannya menuntut pembenahan. Koordinasi menjadi kata kunci. Demikian pula, harus jelas institusi penanggung jawab program utama (executing agency)

dan institusi pelaksana untuk setiap sub program (implementing agency). Untuk mewujudkan kerjasama dan koordinasi yang baik antar instansi sudah sepantasnya dibetuk Tim Terpadu untuk melaksanakan program konversi ini. Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan nasional terhadap BBM. Kedua hal ini sangat perlu diperhatikan untuk menghindarkan berbagai masalah sosial yang belum diantisipasi pemerintah pada saat ini. Pengaruh Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji bagi Masyarakat Masyarakat Indonesia merupakan salah satu masyarakat dunia yang memiliki ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tinggi. Baik itu untuk keperluan rumah tangga, transportasi maupun industri.Tahun 2007 hingga 2010 merupakan tahun dimana pemerintah gencar-gencarnya melakukan sosialisasi penggunanan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) bagi konsumsi rumah tangga dan industri kecil sekaligus membagikan kompor gas beserta tabung gas elpiji yang berisi 3 kg secara gratis kepada masyarakat. Peraturan presiden republik Indonesia Nomor 104 tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga LPG tabung 3 (tiga) kilogram dan Peraturan Menteri ESDM No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan penyediaan dan pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, menjadi dasar hukum kebijakan tersebut. Secara teori, pemakaian 1 liter minyak tanah setara dengan pemakaian 0.57 kg elpiji. Dengan menghitung berdasarkan harga keekonomian minyak tanah dan elpiji,

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 64 65

ISSN 1412-2936

subsidi yang diberikan untuk pemakaian 0.57 kg elpiji akan lebih kecil daripada subsidi untuk 1 liter minyak tanah. Secara nasional, jika program konversi minyak tanah ke elpiji berhasil, maka pemerintah akan dapat menghemat 15-20 Trilyun subsidi BBM per tahun. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari konversi minyak tanah ke elpiji adalah: 1. Mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah (minyak tanah oplosan) 2. Mengurangi polusi udara di rumah/dapur 3. Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak 4. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya bahan bakar pesawat/avtur) 5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kerugian lain yang dapat diperoleh dari konversi minyak tanah ke elpiji adalah: 1. Minimnya masyarakat menengah ke bawah tentang pengetahuan tekhnologi baru berupa, kompor yang berbahan bakar gas. 2. Sering terjadinya kasus ledakan gas elpiji di berbagai daerah. 3.Bagi rakyat menengah ke bawah , tambah menyulitkan pengeluaran mereka , yang harus mengeluarkan kocek yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang jauh dari penghasilan mereka, yaitu sebesar Rp.15.000,00 untuk mendapatkan gas elpiji 3kg.

Tetapi Jalur distribusi gas elpiji Pertamina ini masih terbatas. Pemerintah perlu menghitung biaya pembangunan infrastruktur untuk daerah yang belum memiliki jaringan pengisisn gas tersebut. Untuk itu, pemerintah harus lebih matang dan cermat lagi berhitung, baik hitungan soal harga, distribusi, pasokan elpiji, daya beli masyarakat serta ongkos sosialnya. Model Perilaku Konsumen Menurut Swasta (2000:10) yang dimaksud perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang – barang dan jasa – jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Dalam mempelajari perilaku konsumen terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus lebih melihat factorfaktor yang mempengaruhi pembeli,antara lain faktor internal yaitu berada dalam diri pembeli jasa atau produk itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan dan program pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Adapun model perilaku konsumen menurut Kotler (2000:183), dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page66 65

ISSN 1412-2936

Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler

Rangsangan Pemasaran

Rangsangan Lainnya

Karateristik Pembeli

Proses Keputusan Pembeli

Produk Harga Distribusi Promosi

Ekonomi Tehnologi Politik Budaya

Budaya Sosial Pribadi Psikologi

Pengenalan. Masalah Pencarian informasi Keputusan pembelian

Sumber : Kotler ( 2000 : 83 ) Pada model diatas memperlihatkan rangsangan pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat dan promosi (bauran pemasaran) dan rangsangan lainnya seperti ekonomi, tehnologi, politik dan buaya harus disesuikan dengan karateristik pembeli. Karateristik pembeli yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi sangat besar sekali pengaruhnya di dalam memahami serta merespon rangsangan tersebut sehingga akan menimbulkan dan menentukan proses pengambilan keputusan dalam membeli dari konsumen. Proses Pengambilan Keputusan Menurut Kottler dalam Tjiptono (2000:20) menyebutkan bahwa dalam keputusan pembelian barang, konsumen sering ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Pengambilan keputusan (memilih) yang dilakukan konsumen pada dasarnya untuk melakukan pembelian diawali oleh adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan dari konsumen itu sendiri. Atas kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan itu, maka konsumen mulai mencari informasi tentang produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Dari

Keputusan Pembeli Pilihan Produk Pilihan Merk Pilihan Pemasok Penetuan Pembelian Jml. Pembelian

informasi yang didapat selanjutnya konsumen akan melakukan seleksi atas macam/produk yang tersedia . proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : 6. Menganalisa keinginan dan kebutuhan 7. Pencarian informasi dan sumber informasi yang ada 8. Penilaian dan pemilihan ( seleksi ) terhadap alternative pembelian 9. Keputusan untuk membeli 10. Perilaku setelah pembelian Hipotesis Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ho: Diduga, ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah ke elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan b. Hi: Diduga, Tidak ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah ke elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Tehnik Pengumpulan Data Adapun prosedur pengumpulan data, pada penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner.Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalarn penelitian ini dengan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page67 63

ISSN 1412-2936

cara menyebarkan angket kepada para responden. Pengujian Instrumen Data Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data

yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengan menggunakan metode korelasi productmoment (pearson correlation) (Sugiono,2002:277) dengan rumus sebagai berikut:

n ( ΣXY) – (ΣX . ΣY) rxy =

√ [ ΣX2 – (ΣX)2 ] [n ΣY2 - (ΣY)2 ]

dimana : r = X= Y= n =

Korelasi product moment Variabel bebas Variabel terikat Jumlah sampel

Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode cronbach alpha (Danim,2000:199), yakni: kr α = 1 + (k – 1 ) r dimana: α = Koefisien reliabilitas k = Koefisien rata –rata korelasi antar variabel r = Jumlah variabel dalam persamaan Tehnik Analisis Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif: 3. Analisis kualitatif Adapun tehnik ini dengan menggunakan skala linkert sebagai berikut : a. Sangat baik = 4,51s/d 5,00 b. Baik = 3,51 s/d 4,50

c. Cukup = 2,51 s/d 3,50 d. Tidak baik = 1,51 s/d 2,50 e. Sangat tidak baik = 1,00 s/d 1,50

baik

4. Analisis kuantitatif Analisa ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan kondisi objek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistik, oleh karena itu di pergunakan analisis Chi kuadrat. Formula untuk menghitungnya adalah:

Dimana: X2 = chi luadrat fo

=

frekuensi

yang

diperoleh fe diharapkan

=

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

frekuensi

yang

Page68 63

ISSN 1412-2936

Bilamana chi kuadrat/chi square < chi tabel Hi diterima dan Ho diterima.

Pengujian Hipotesis Setelah diadakan penghitungan sebagaimana rumus diatas, selanjutnya perlu pengujian hipotesa. Pada pengujian hipotesa itu menghubungkan hasil perhitungan chi kuadrat dengan chi tabel. Dengan menggunakan toleransi 5% atau taraf nyata 5% maka menurut Sugiono (2002:428) sebagai berikut: Bilamana chi kuadrat/chi square > chi tabel Hi diterima dan Ho ditolak

Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dari variabel semua faktor maka untuk mengetahui validitas dari semua variabel maka dilakukan uji validitas semua faktor yang akan diteliti. Variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r > 0,3. Adapun hasil uji validitas adalah sebagai berikut:

Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Variabel X_1 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Variabel X_2 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Sumber data: diolah

Indikator

Koefisien Korelasi

Keterangan

Harga Kualitas Aman Praktis Dan Efisien

0,612 0,507 0,407 0,409

Valid Valid Valid Valid

Harga Kualitas Aman Praktis Dan Efisien

0,415 0,406 0,528 0,414

Valid Valid Valid Valid

Berdasakan tabel diatas, dari hasil uji validitas ternyata semua indikator variabel valid karena koefisien korelasinya > 0,3) sehingga samua indikator variabel dapat diikutkan dalam proses selanjutnya. b. Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

metode cronbach alpha. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dari instrumen penelitian. Variabel dapat dinyatakan handal apabila koefisien alpha > 0,5, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS Program Versi 16.00 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Keterangan

X_1 Minyak Tanah X_2 Gas Sumber data: diolah

Koefisien Alpha 0,445 0,550

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Keterangan Handal Handal

Page 63 69

ISSN 1412-2936

Semua variabel penelitian yang terdiri-dari Motivasi (X) dan kinerja (Y) mempunyai tingkat kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5 Uji Hipotesis Setelah melakukan pembahasan tentang perbedaan selera konsumen dalam memilih minyak tanah dengan gas elpiji baik secara simultan maupun secara parsial, maka selanjutnya perlu dilakukan hipotesis. Untuk melakukan uji hipotesis membandingkan antara Chi hitung dengan Chi tabel sebagai berikut. Pada perhitungan untuk selera konsumen atau para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dengan gas elpiji diperoleh nilai Chi hitung sebesar 10,76. Sedangkan Chi tabel dengan dk = 3 dan tingkat signifikan 5% diperoleh nilai 7,815. Oleh karena Chi hitung lebih besar dari Chi tabel maka hipotesis yang menyatakan “diduga ada perbedaan para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dan gas elpiji” dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan diterimanya hipotesis di atas maka secara otomatis hipotesis nihil yang berbunyi “diduga tidak ada para ibu rumah tangga memilih minyak tanah dan gas elpiji” dinyatakan ditolak. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Uji Beda Para Ibu Rumah Tangga Memilih Bahan Bakar Minyak Tanah dan Gas Elpiji di Desa Pandan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari pembahasan penelitian ini ditemukan bahwa ternyata ada perbedaan selera konsumen atau para ibu rumah tangga di Desa Pandan Kecamatan Galis

Kabupaten Pamekasan dalam memilih bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji dapat dibuktikan atau diterima kebenarannya yang ditandai dengan nilai Chi hitung sebesar10,76 sedangkan nilai Chi tabel dengan dk = 3 dan taraf signifikan 5% sebesar 7,815. 2. Penyebab perbedaan ini adalah dari faktor harga, dimana nilai Chi hitungnya sebesar 22,85 sedangkan nilai Chi tabelnya dengan dk = 4 sebesar 9,488. Penyebab perbedaa lainnya adalah indikator aman/rasa aman dimana nilai Chi hitungnya sebesar 14,09 sedangkan nilai Chi tabel dengan dk = 4 sebesar 9,488. 3. Untuk indikator kualitas dan indikator praktis dan efisien bukan merupakan penyebab terjadinya perbedaan selera para ibu rumah tangga di Desa PandanKecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, karena nilai Chi hitung lebih kecil dari nilai Chi tabel. Masing-masing nilai Chi hitung untuk indikator kualitas 4.sebesar 4,56 sedangkan praktis dan efisien nilai Chi hitungnya sebesar 7,21 dan nilai Chi tabel dengan dk = 4 sebesar 9,488. DAFTAR PUSTAKA Djarwanto Ps, Pangestu Subagyo, 1995, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta Engel,James, 1994, Perilaku konsumen, Edisi Ke Enam,jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta Kerlinger, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Misbah Sanusi, 1998, Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 70 62

ISSN 1412-2936

Sudharmanto, 2005, Analisa Regresi Linear Berganda Dengan SPSS, Liberty, Yogyakarta Santoso Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS statistic Parametrik, Alek Media Komputindo, Jakarta Yarnest, 2001, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung Zeithmal, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Pustaka Utama, Jakarta Sumarni, Murti, John Soepriharto, Pengantar Bisnis, Liberty, Yogyakarta, 1995

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page7163

ISSN 1412-2936 EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL DAN PENCAPAIAN TARGET LABA (STUDI KASUS PADA PABRIK TAHU TAQWA PAMEKASAN)

Rosy Aprieza Puspita Zandra [email protected] ABSTRAK Ukuran keberhasilan pengelolaan suatu bisnis dapat diukur dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Pengetahuan mengenai konsep Full Costing dan Variable Costing dianggap penting agar perusahaan tidak keliru dalam memperhitungkan harga jual dan laba/rugi yang teliti. Demikian pula halnya dengan analisis biaya volume laba yang akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi pencapaian laba perusahaan dalam rencana perkembangan perusahaan, dimana realitanya membutuhkan suatu manajemen dan strategi yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi cara penentuan harga jual dan pencapaian target laba yang telah diterapkan perusahaan selama tahun 2014. Metode penelitian ini adalah deskriptif berdasar studi kasus pada Pabrik Tahu Taqwa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa; (1) Perusahaan menggunakan konsep perhitungan Full Costing dalam penentuan harga jual, (2) Target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah tercapai, (3) Penjualan perusahaan berada di titik impas, (4) Sesuai dengan konsep analisis biaya volume laba, diketahui bahwa harga jual yang ditentukan oleh perusahaan mempunyai selisih lebih atas harga jual yang seharusnya dibebankan pada produk, yaitu sebesar Rp 303; hal ini juga menyebabkan laba operasi menjadi lebih tinggi daripada laba yang seharusnya dihitung dengan variable costing, sebesar Rp 363.208,-

Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi bisnis di era globalisasi menuntut seluruh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Suatu perusahaan harus mampu bersaing dalam perkembangan ekonomi karena perusahaan industri ini menyediakan kebutuhan masyarakat, serta dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu bidang industri potensial yang terdapat di Pamekasan adalah industri makanan, termasuk diantaranya adalah tahu. Minat konsumsi masyarakat yang cukup besar terhadap tahu, menjadi pemicu naiknya tingkat persaingan pada industri ini karena jumlah produsen tahu di Pamekasan semakin meningkat. Akibat dari banyaknya pabrik tahu di Pamekasan membuat setiap pengelola atau pengusaha dituntut harus melakukan tugasnya dengan baik untuk mengatasi persaingan yang ada. Karena dapat dikatakan sukses tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh kinerja para pengelola yang ada. Dan sebagai ukuran berhasil atau tidaknya pengelola tersebut dapat dinilai dari laba yang dihasilkan oleh

perusahaan itu sendiri dalam jangka waktu atau dalam periode tertentu. Salah satu pabrik tahu yang rutin melakukan aktivitas produksi di Pamekasan adalah Pabrik Tahu Taqwa. Selama ini Pabrik Tahu Taqwa membuat perhitungan pendapatan laba pabrik dengan cara sederhana yang cenderung mengarah pada konsep Full Costing, tanpa mengetahui secara tepat apakah laba telah diperoleh secara maksimal, dan apakah perhitungan yang disusun oleh pengelola telah dapat mencerminkan keadaan pabrik yang sebenarnya. Padahal, untuk kepentingan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, konsep variable costing adalah yang disarankan. Karena konsep variable costing lah yang akan dipergunakan dalam analisis biaya volume laba. Demi mendukung lancarnya operasi perusahaan dan keberhasilan perolehan laba, pengetahuan mengenai analisis biaya volume laba sangatlah dibutuhkan. Perhitungan biaya volume laba untuk mencapai target laba merupakan suatu rencana perkembangan perusahaan,

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 64 72

ISSN 1412-2936 dimana realitanya membutuhkan suatu manajemen dan strategi yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Tujuan dilakukan perhitungan ini adalah agar perusahaan memiliki suatu acuan untuk mencapai target laba yang ditentukan, berapa volume laba penjualan yang harus direncanakan perusahaan, dimana hal ini melibatkan transaksi penjualan, biaya tetap dan biaya variabel. Analisis biaya volume laba merupakan sauatu alat bantu yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Oleh karena analisis biaya volume laba menekankan pada keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis biaya volume laba dapat digunakan dalam perencanaan volume penjualan dalam mencapai target laba yang diinginkan. Samahati (2013) melakukan penelitian mengenai analisis biaya volume laba dalam perencanaan laba pada Hotel sedona Manado. Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan telah mengadakan perhitungan laba yang tepat sehingga target laba yang diharapkan dapat dicapai. Sedangkan penelitian Lamsihar (2009) yang dilakukan pada PT Indoteras Sumatera, memperoleh kesimpulan bahwa meskipun jumlah penjualan berada di atas titik impas, namun target laba perusahaan tidak tercapai karena kurang baiknya sistem pengendalian intern perusahaan yang diterapkan. Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk mengadakan replikasi penelitian mengenai masalah ini pada objek yang berbeda,dengan judul “Evaluasi Penentuan Harga Jual dan Pencapaian Target Laba Pada Pabrik Tahu Taqwa Pamekasan” Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dirumuskan dala penelitian ini adalah, 1. Apakah penentuan harga jual tahu di Pabrik Tahu Taqwa telah sesuai dengan konsep variable costing?

2. Apakah perhitungan biaya volume laba pada Pabrik Tahu Taqwa sudah sesuai dengan target laba yang diinginkan? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk; 1. Menganalisis cara penentuan harga jual pada Pabrik Tahu Taqwa. 2. Menganalisis perhitungan biaya volume laba untuk mencapai target laba pada perusahaan. Kajian Pustaka Biaya Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Bustami, 2006:4). Hansen & Mowen (2009:47) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Pada sebuah perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah digunakan untuk menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa. Biaya yang kadaluarsa disebut beban (expense). Dalam setiap periode, beban dikurangkan dari laporan laba-rugi untuk menentukan laba periode tersebut. Agar perusahaan tetap eksis dalam bisnisnya, pendapatan harus melebihi beban, selain itu, laba yang dihasilkan harus cukup besar untuk dapat memuaskan pemilik perusahaan. Jadi, biaya dan harga berkaitan dalam pengertian bahwa harga harus melebihi biaya agar menghasilkan laba yang memadai. Oleh karena itu, para manajer perlu mengetahui biaya dan berbagai kecenderungan pada biaya. Biasanya, dengan memahami biaya berarti benarbenar mengetahui berapa biaya yang melekat pada sesuatu atau beberapa objek.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 65 73

ISSN 1412-2936 Dalam akuntansi biaya, biaya dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Tujuan klasifikasi biaya dapat menempatkan penentuan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, salah satunya adalah klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi/penjualan; yaitu menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel. a. Biaya variabel Yaitu biaya (total) yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas (Sugiri, 2009:40). Semakin besar volume aktivitas, maka total biaya variabel akan semakin besar. Bila dinyatakan dalam dasar per unit, biaya variabel akan konstan pada tiap unit produk dan variabel secara total. b. Biaya Tetap Merupakan biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu (Sugiri, 2009:36). Bila biaya tetap dinyatakan dalam dasar per unit maka biaya tersebut akan berubah secara terbalik dengan tingkat aktivitas. Artinya, bila volume aktivitas meningkat maka biaya tetap per unit akan menjadi semakin kecil. Begitu juga sebaliknya. c. Biaya Semivariabel Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Di dalamnya terdiri dari elemen-elemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus. Volume (Penjualan atau Produksi) Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Di dalamnya terdiri dari elemenelemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus. Laba Anthony dan Govindarajan (dalam Lamsihar, 2009) mendefinisikan laba sebagai “ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan beberapa indikator (beberapa diantaranya menunjuk arah yang berbeda)”. Sumber utama perusahaan adalah laba bersih yang dihasilkan dari kegiatan

usaha perusahaan. Akun laba bertambah karena laba bersih dan berkurang karena rugi bersih dari kegiatan usaha. Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dianggap penting karena dapat meningkatkan kualitas keputuan manajemen, karena keputusan tersebut dibuat oleh para pengelola yang paling dekat dengan titik keputusan. Perusahaan perlu memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas keputusan produk (barang atau jasa apa saja yang harus dibuat atau dijual), keputusan pemasaran (bagaimana, dimana dan berapa jumah barang atau jasa yang akan dijual?) dan keputusan perolehan (bagaimana mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa), termasuk pula keputusan untuk menentukan harga jual. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variable Costing Penentuan harga jual merupakan keputusan penting yang harus diambil oleh pihak manajemen (pengelola perusahaan). Untuk kepentingan ini, pengambil keputusan perlu mengetahui biaya-biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa yang dihasilkan. Pengumpulan biaya ini dikenal sebagai pengumpulan harga pokok produksi (biaya produksi). Dengan perhitungan harga pokok produksi yang teliti, maka keputusan mengenai penentuan harga jual pun akan tepat. Selanjutnya, dengan tingkat penjualan tertentu yang dicapai oleh perusahaan, maka tingkat laba yang diharapkan juga semestinya akan dapat tercapai dengan baik. Dalam akuntansi biaya untuk pengumpulan harga pokok terdapat 2 pendekatan, yaitu Full Costing dan Variable Costing. Konsep Full Costing selalu digunakan untuk memenuhi pelaporan kepada pihak eksternal perusahaan (Samryn, 2002: 63), dimana harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead tetap, dan biaya overhead variabel), dengan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page74 66

ISSN 1412-2936 memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan. Sedangkan konsep Variable Costing akan menghasilkan perhitungan harga pokok dan laporan laba/rugi yang digunakan untuk memenuhi kepentingan pihak internal perusahaan (Samryn, 2002:64). Variable Costing sangat penting untuk pihak manajemen, sebagai: a. Alat perencanaan operasi (rencana anggaran) b. Penetapan harga jual c. Alat bantu pengambilan keputusan d. Penentuan titik impas e. Alat pengendalian manajemen Analisis Perhitungan Biaya Volume Laba Analisis biaya volume laba (Sugiri, 2009:98) adalah sebuah teknik untuk mempelajari hubungan antara volume, biaya total, pendapatan total, dan laba. Analisis ini sangat berguna, terutama untuk perencanaan, misalnya perencanaan laba dalam tahun anggaran tertentu. Analisis biaya volume laba dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis biaya volume laba dapat juga berguna untuk sebagai alat bantu untuk menganalisa beberapa topik lainnya, seperti: jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis biaya volume laba memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksikan kondisi usaha pada masa datang yang penuh ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan. yang disajikan dalam jumlah produksi dan harga jual.

Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba/rugi dengan pendekatan Variable Costing (Samryn, 2002:166). Demikian pula Break Even Point (titik impas) Krismiaji & Aryani (dalam Samahati, 2013), mendefinisikan break even point atau titik impas sebagai sebuah titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian pada titk ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi (laba=0). Margin Of Safety (tingkat keamanan) Krismiaji & Aryani (dalam Samahati, 2013), mendefinisikan Margin of Safety sebagai jumlah unit yang terjual atau diharapkan akan terjual atau pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh di atas titik impas. Simamora (2012:174), Mendefinisikan Margin pengaman (margin of safety) sebagai kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas. Margin pengaman ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Perusahaan yang akan menjadi objek peneliti adalah perusahaan Tahu di Pamekasan, yang beralamat di Jl. R Abd Aziz No145 E Pamekasan. Perusahaan ini bergerak dibidang perusahaan industri Manufaktur. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang topik yang dibahas. Jenis Data Adapun data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page75 67

ISSN 1412-2936 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder karena mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan mengadakan observasi secara langsung dilapangan guna memperoleh data intern kemudian akan diolah oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah berupa wawancara. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, dikumpulkan untuk maksud tertentu. Data yang diperoleh menggunakan literatur dan juga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode studi pustaka dan studi lapangan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1.

Perhitungan Harga Jual

2.

Perhitungan laba yang direncanakan

3.

Perhitungan Titik Impas

Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2000) di dalam suatu penelitian apabila peneliti ingin meniliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka peneliti ini merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi kasus. Pada penelitian ini menggunakan populasi berupa data perusahaan dengan objek penelitian adalah Perusahaan Tahu Taqwa Pamekasan. Populasi yang akan diteliti nantinya adalah tahun 2014 atau 12 bulan. Teknik Analisis Data Dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif yaitu metode yang menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

4. Perhitungan Margin of Safety (Marjin pengaman)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Pabrik Tahu Taqwa merupakan bisnis produksi tahu di wilayah Pamekasan yang beralamat di jalan R Abd Aziz Gg VII No.145 E Pamekasan. Usaha yang

didirikan sejak tahun 2006 ini merupakan perusahaan perorangan yang menggunakan system manajemen keluarga dimana bapak Rahmad Basuki berperan sebagai pendiri dan merangkap sebagai pimpinan perusahaan.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 68 76

ISSN 1412-2936 Pada awalnya perusahaan tahu ini memproduksi tahu dengan kapasitas yang kecil dan disesuaikan dengan jumlah pesanan konsumen disamping itu peralatan yang dimiliki sangat sederhana dan sangat terbatas seiring kemajuan zaman dan ditambah permintaan tahu yang semakin meningkat. Perusahaan menata diri dan memperbaiki kekurangan yang ada dengan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.

Perhitungan Biaya, Harga Jual dan Pelaporan Laba-Rugi Perusahaan dengan Metode yang Dipilih Perusahaan (Full Costing) Pabrik Tahu Taqwa menggunakan konsep sederhana untuk kepentingankepentingan akumulasi biaya dalam

perhitungan biaya produksi, penentuan harga jual produk, dan perhitungan laba rugi operasi yang hanya disesuaikan dengan persepsi pengelola saja, tanpa mengetahui apakah perhitungan yang disusun sudah tepat ataukah tidak dari segi akuntansinya. Untuk dapat memperhitungkan biaya produksi, Pabrik Tahu Taqwa terlebih dahulu mengumpulkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses produksi setiap bulan; terdiri dari biaya bahan baku berupa kedelai, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang meliputi biaya serbuk kayu; biaya solar; biaya listrik; dan biaya pemeliharaan alat, ditambah juga dengan biaya overhead variabel berupa biaya penyusutan aktiva tetap.

Tabel 1 Format Perhitungan Biaya Produksi Menurut Pabrik Tahu Taqwa Perhitungan Biaya Produksi Bulan XX Biaya Bahan Baku (Kedelai) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik - Biaya Serbuk Kayu - Biaya Solar - Biaya Listrik - Biaya Pemeliharaan Alat Biaya-Biaya Tetap Jumlah Biaya Produksi

Dengan adanya perhitungan biaya produksi tersebut, pihak pengelola Pabrik Tahu Taqwa menjadikannya sebagai dasar untuk menghitung harga jual dan penyusunan perhitungan laba/rugi perusahaan. Pelaporan laba/rugi

Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx

perusahaan dibuat cenderung mengambil konsep Full Costing, yaitu dengan mengurangkan Penjualan dengan seluruh biaya yang ada, yaitu meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Disajikan dalam format perhitungan berikut ini.

Tabel 2 Format Perhitungan Laba/Rugi Perusahaan Menurut Pabrik Tahu Taqwa (Pendekatan Full Costing) Perhitungan Laba/Rugi Perusahaan Penjualan Rp xx Biaya-Biaya; - BBB (Rp xx) - BTK (Rp xx) - BOP (Rp xx) Biaya Tetap (Rp xx) Laba Operasi

Rp xx

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 69 77

ISSN 1412-2936 Jika biaya-biaya yang terjadi di Pabrik Tahu Taqwa digambarkan pada

tabel-tabel

berikut

ini.

Tabel 3 Data Biaya Tetap Selama Tahun 2014

Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah Tabel 4 Data Biaya Variabel Selama Tahun 2014

Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah

Maka, perhitungan penentuan harga jual setelah mempertimbangkan target laba yang ingin dicapai oleh

perusahaan sebesar 15% digambarkan pada tabel berikut ini.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page78 70

ISSN 1412-2936

Tabel 5 Penentuan Harga Jual Menurut Pabrik Tahu Taqwa (Full Costing)

Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah

Secara rutin, Pabrik Tahu Taqwa memproduksi dan menjual sebanyak 1200 papan tahu per bulan, sehingga .

pendapatan penjualan dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini

Tabel 6 Pendapatan Penjualan Menurut Pabrik Tahu Taqwa

Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page79 71

ISSN 1412-2936

Tabel 7 Perhitungan Laba Menurut Pabrik Tahu Taqwa

Sumber: Pabrik Tahu Taqwa, data diolah

Perhitungan Biaya, Harga Jual dan Pelaporan Laba-Rugi Perusahaan dengan Metode Variable Costing Target laba yang diharapkan oleh perusahaan dihitung dengan cara mark up

15 % atau dengan kata lain sebesar 15% dari biaya produksi, dimana biaya dalam hal ini (menurut konsep Variable Costing) adalah jumlah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.

Laba (Mark Up) = 15% × Biaya Produksi

Maka, penentuan harga jual seharusnya dihitung dengan cara sebagai berikut. Tabel 8 Penentuan Harga Jual Dengan Konsep Variable Costing

Sumber: Data diolah peneliti

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 72 80

ISSN 1412-2936

Tabel 9 Pendapatan Penjualan Dengan Metode Variable Costing

Sumber: Data diolah peneliti Tabel 10 Perhitungan Laba dengan Metode Variable Costing

Sumber: Data diolah peneliti

Perbandingan Dua Metode untuk Perhitungan Harga Jual dan Pencapaian Target Laba

yang telah disajikan sebelumnya, berikut ini adalah tabel perbandingan untuk selisih penentuan harga jual dan selisih perolehan laba dari kedua metode..

Berdasarkan pada perhitungan dengan metode Full Costing dan Variable Costing

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page8173

ISSN 1412-2936

Tabel 11 Selisih Penentuan Harga Jual

Sumber: Data diolah peneliti Tabel 12 Selisih Perolehan Laba Operasi

Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel perbandingan di atas, dapat dievaluasi bahwa; 1. Harga jual yang dihitung oleh perusahaan lebih tinggi daripada yang seharusnya, dengan selisih Rp 303 per papan. Untuk kepentingan manajemen, harga jual pada umumnya dihitung dengan pendekatan variabel costing. 2. Menurut tabel 12 di atas, dengan kuantitas penjualan 1200 papan tahu per bulan, tampak bahwa target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah terpenuhi oleh pendapatan penjualan perusahaan

setiap bulannya (perhitungan dengan konsep variable costing dijadikan sebagai target laba yang seharusnya dicapai perusahaan). Keuntungan yang diperoleh lebih tinggi daripada yang seharusnya, karena sejak awal perusahaan keliru dalam memperhitungkan biaya produksi untuk kepentingan penentuan harga jual; yang seharusnya ditentukan dengan konsep variable costing, justru dihitung menggunakan konsep full costing. Sehingga, sebenarnya perusahaan terlalu tinggi menentukan harga jual (lihat tabel 11).

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 82 74

ISSN 1412-2936

Analisis Titik Impas dan Marjin Pengaman Berdasarkan informasi perhitungan penjualan dan laba yang disusun oleh

Pabrik tahu Taqwa, maka analisis titik impas dan marjin pengaman yang dihitung ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 13 Analisis Titik Impas

Sumber: Data diolah peneliti Tabel 14 Analisis Margin of Safety (MoS)

Sumber: Data diolah peneliti

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Target laba yang ditentukan sebesar 15% dari biaya produksi telah tercapai 2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa; a. Perusahaan menggunakan konsep perhitungan Full Costing dalam penentuan harga jual

b. Sesuai dengan konsep analisis biaya volume laba, maka harga jual yang ditentukan oleh perusahaan mempunyai selisih lebih atas harga jual yang seharusnya dibebankan pada produk, yaitu sebesar Rp 303; hal ini juga menyebabkan laba operasi menjadi lebih tinggi daripada laba yang seharusnya dihitung dengan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page83 75

ISSN 1412-2936 variable costing, sebesar Rp 363.208,3. Penjualan perusahaan berada di titik impas Saran Sebaiknya Pabrik Tahu Taqwa menggunakan perhitungan dengan metode variable costing dalam menghitung biaya produksi agar harga jual yang ditetapkan tidak terlalu tinggi di pasaran. Karena metode ini merinci semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi secara realistis. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan selama ini. DAFTAR PUSTAKA

Hansen & Mowen. 1999. Akuntansi manajemen Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lamsihar. 2009. Analisis Perhitungan Biaya Volume Laba Untuk Mencapai Target Laba Pada PT Indoteras Sumatera Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Samahaty, Ricky Budiman. 2013. Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada Hotel Sedona Manado, Jurnal EMBA, Hal 1009-1018.

Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiri,

Slamet. 2009. Akuntansi Managemen. Yogyakarta: STIM YKPN.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 76 84

ISSN 1412-2936

PERLAKUAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP SEBAGAI DASAR PENENTUAN PENGHASILAN KENA PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PKP-RI KABUPATEN PAMEKASAN Siti Salama Amar Universitas Madura ABSTRAK Biaya penyusutan merupakan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan. Semakin besar biaya penyusutan tersebut, maka semakin rendah pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengelompokan aktiva tetap sesuai dengan undang-undang perpajakan dan untuk perhitungan penghasilan kena pajak di PKP-RI Kabupaten Pamekasan sesuai dengan undang-undang perpajakan. Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akanmenghasilkan laporan keuangan fiskal.Standar Akuntansi Keuangan khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengumpulan data, mengolah data, menganalisis data, kemudian mengambil kesimpulan, sehinggateknik analisis data yang digunakan adalah membuat daftar penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan golongan, membandingkan laporan Keuangan komersial dengan laporangan keuangan fiscal, melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengoreksi laporan Keuangan sehingga diketahui jumlah penghasilan kena pajak. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada kesalahan pengelompokkan pada aset tetap inventaris untuk umur ekonomis dan tarif yang di pakai oleh PKP-RI Kabupaten Pamekasan. Umur ekonomis yang di gunakan pada inventaris / peralatan 8 tahun dengan tarif 12,5% ,namun pajak mengakuinya selama 4 tahun dengan tarif 25%. Sedangkan pada penyusutan aset gedung / bangunan yang tidak diakui oleh pajak namun pihak peruhaan mengakuinya seperti rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan selain itu walaupun perusahaan sudah menggunakan masa manfaat telah sesuai dengan pajak namun dalam perhitungannya ada yang salah. Pada aset tetap lain-lain juga terjadi kesalahan perhitungan walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan umur ekonomis dan tarif yang di pakai sesuai dengan aturan pajak. Setelah rekonsiliasi fiskal maka diketahui bahwa beban penyusutan aset tetap yang diakui PKP-RI sebesar Rp. 164.231.509,15,- namun fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,- oleh karena itu terjadi koreksi negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,- karena pengkuan komersial lebih rendah dibandingkan pengakuan fiskal. Kata kunci: Penyusutan Aktiva Tetap, Rekonsiliasi Fiskal, Penghasilan Kena Pajak PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan lepas dari penggunaan aktiva tetap walaupun proporsi penggunaan aktiva tetap ini berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Proporsi penggunaan aktiva tetap diperusahaan jasa bisa berbeda dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Harga perolehan harus dialokasikan untuk

periode yang menikmati masa manfaat aktiva tetap tersebut dalam bentuk biaya penyusutan periodik, karena jika alokasi harga perolehan yang lain dibebankan pada satu periode saja, hal ini tidak akan menggambarkan keadaan keuangan perusahaan secara opjektif. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 851

ISSN 1412-2936

kependapatan baik secara langsung maupun tidak Iangsung. Menurut peraturan pajak yang berlaku, biaya penyusutan merupakan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan. Semakin besar biaya penyusutan tersebut, maka semakin rendah pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan. Untuk menentukan biaya penyusutan satu periode, perusahaan menggunakan metode penyusutan tertentu. Penggunaan metode penyusutan yang berbeda akan menyebabkan biaya penyusutan yang berbeda pula untuk satu periode tertentu, sehingga dengan demikian perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak penghasilan yang minimal. Dasar penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada bulan setelah pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara tetap. Berdasarkan Direktur Jendral Pajak, saat dimulainya penyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk dapat menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai dihasilkan. Yang dimaksud dengan menghasilkan dalam ketentuan ini dikaitkan pada saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 36Tahun 2008 pasal 11 ayat (3) dan ayat (4). Sedangkan pengelompokan jenis aktiva tetap sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 138/KMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta termasuk dalam pengelompokan harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan. Semua bentuk badan hukum diharuskan menghitung pajak penghasilan badan dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Laba yang dilaporkan pada SPT (Iaba fiskal) berbeda jumlahnya dengan laba yang dilaporkan pada laporan keuangan (Iaba komersial). Perbedaan tersebut diakibatkan karena perbedaan dasar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Pajak merupakan masalah keuangan Negara. Sejak dikeluarkannyaUndangundang No.7 Tahun 1983 dan terakhir

diubah dengan Undang- Undang No.36 Tahun 2008, maka sitem pemungutan pajak yang dianut yaitu Self Assesment System yang seluruh proses pelaksanaan kewajiban perpajakan mulai dari menentukan siapa yang menjadi wajib pajak, menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang, menyetor yang dilakukannya, dan mempertanggungjawabkan semua kewajiban itu dipercayakan kepada wajib pajak sendiri. Laporan keuangan sebagai proses dari akuntansi, dapat membantu parapemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini dapat memberi gambaran mengenai posisi keuangan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan pada periode tertentu. Pada setiap akhir tahun perusahaan harus membuat laporan keuangan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kemajuan perusahaannya, laporan keuangan akan memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan akuntansi pajak adalah untuk mempermudah perhitunganbesarnya penghasilan kena pajak, cara penyajian atau pengakuan pajak yangditangguhkan serta pengisian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Pajak Penghasilan sehingga dapat memperkecil terjadinya penyimpangan, baik dengan kelalaian maupun dengan sengaja. Pada umumnya perusahaan tidak menguasai peraturan pajak dengan baiksehingga kerap kali terjadi kesalahan.Perusahaan juga sering tidak menerapkan pencatatan sesuai dengan berlakunya undang-undang No.36 tahun 2008 tentang akuntansi pajak penghasilan.Dengan berlakunya Undangundang No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, mengakibatkan perbedaan dalam menentukan laba antara fiskal dengan pihak perusahaan. Akibat perbedaan perlakuan akuntansi ini timbullah suatu pengertianlaba fiskal (penghasilan kena pajak) dan laba akuntansi ( laba usaha ). Akibat perbedaan ini diperlukan koreksi fiskal oleh fiskus terhadaplaba yang disajikan perusahaan. Secara umum perbedaan ini timbul akibat adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya yang berbeda dari prinsip akuntansi yang berlaku umum

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 86 2

ISSN 1412-2936

dengan ketentuan Undang-undang pajak penghasilan.Dalam perhitungan besarnya pajak penghasilan PKP-RI Kabupaten Pamekasan menggunakan kebijakan akuntansi yang berpedoman pada akuntansi komersial sehingga terdapat perbedaan dalam pengakuan dalam menentukan penghasilan kena pajak menurut akuntansi komersial dengan Undang-undang perpajakan. Pusat Koperasi Sipil Republik Iindonesia (PKP-RI) Kabupaten Pamekasanmerupakan satu-satunya lembaga yang bergerak di bidang jasa penyaluran uang pinjaman kepada Pegawai Sipil. PKP-RI Kabupaten Pamekasan memiliki aset tetap yang disusutkan berupa bangunan dan bukan bangunan, Fenomina yang terjadi di PKP-RI Kabupaten Pameksan inventaris memiliki masa manfaat8 tahundan di kenakan tarif sebesar 12,5%berlaku untuk semua aset inventaris tampa memilah inventaris yang ada dan tidak disesuaikan dengan kelompok aktiva yang telah ditetapkan oleh undang-undang pajak. Dari segi masa manfaat dan metode penyusutan yang telah berlaku di PKP-RI Kabupaten Pamekasan bisa saja menghasilkan nilai yang berbeda dengan metode fiskal dari perbedaan tersebut apakah akan berpengaruh pada penghasilan kena pajak. KAJIAN PUSTAKA Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi, khususnya informasi tentang prospek arus kas, posisi keuangan, kinerja usaha dan aktivitas pendanaan dan operasi. Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan pajak. UndangUndang Pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal

tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Erly , 2013:75). Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal berbeda. Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiscal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial).Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akanmenghasilkan laporan keuangan fiskal.Standar Akuntansi Keuangan khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Menurut Erly (2013:35), persamaan akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah: a. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya. b. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah asset tetap, baik bangunan maupun bukan bangunan. c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut memiliki masa manfaat terbatas. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke Direktorat Jendral Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti penyelu ndupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page873

ISSN 1412-2936

Standar akuntansi keuangan (komersial) dan undang-undang pajak sering memberikan spesifik dan sering berbeda, aturan yang mana yang digunakan untuk melaporkan penghasilan dan tujuan pajak, meskipun kedua pendapatan dilaporkan berdasarkan pada transaksi dibawah fundamental yang sama. Beberapa perbedaan laporan pajak dapat dilihat secara mekanis karena mereka berhubungan dengan suatu perbedaan yang jelas di dalam peraturan.Contoh materi laporan pajak yang berbeda dihasilkan oleh perbedaan yang jelas di dalam aturan-aturan penyusutan, opsi saham, dan konsolidasi (Zain, 2008:3). Salah satu alasan perbedaan akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain karena: tujuan akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit, serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dan merupakan tanggung jawan para Penghasilan kena pajak Menurut muljono (2008:145) Penghasilan kena pajak adalah selisih yang didapat dari penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan di kurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan di tambah dengan penghasilan lainnya yang merupakan objek pajak. Penghasilan kena pajak juga bisa dihitung dari laba secara komersial dikurangi dengan koreksi fiskal. Secara umum besarnya penghasilan kena pajak sebagai berikut: Laba bersih komersial Rp. XXX Koreksi fiskal, terdiri dari: Koreksi positif Rp. XXX Koreksi negatif Rp. XXX Penghasilan kena pajak Rp. XXX METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan yaitu: dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan data-data yang ada pada PKP-RI Kabupaten Pameksan. Definisi Operasional Variabel

akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama system perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan semenamena. Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut di atas, prinsip yang dianut oleh akuntansi keuangan adalah prinsip konservatif, sehingga kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement pelaporan penghasilan atas assetnya dibandingkan dengan pelaporan overstatement. Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, dari sudut pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan yang understatement tersebut tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan pajak yang terutang ( Zain, 2008:118-119). Definisi operasional variabel menunjukkan definisi variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyusutan aktiva tetapyang merupakanmasalah penting selama masa manfaataset tetap.Aktiva tetap tersebut meliputi bangunan dan bukan bangunan dengan skala pengukuran nominalyang menggunakan metode garis lurus. 2. Variabel Dependen Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penghasilan kena pajak, dimana Koreksi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal) dinilai dengan skala pengukuran nominal. Teknik Analisis Data Teknik analisis adalah suatu teknik yang digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengambil kesimpulan atas

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page884

ISSN 1412-2936

sejumlah data penelitian data yang telah terkumpul. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengumpulan data, mengolah data, menganalisis data, kemudian mengambil kesimpulan, sehinggateknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Membuat daftar penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan golongan. 2. Membandingkan laporan Keuangan komersial dengan laporangan keuangan fiskal. 3. Melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengoreksi laporan Keuangan sehinggadiketahui jumlah penghasilan kena pajak.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengakuan Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap PKP-RI Kabupaten Pamekasan Menurut Komersial Berdasarkan data dan imformasi yang peneliti terima dari PKP-RI Kabupaten Pamekasan menggunakan metode garis lurus serta menerapkan masa manfaat

terhadap segala aset tetap di perusahaannya, baik untuk kepentingan perusahaannyamaupun untuk menghitung pajak. Dari data tabel 4.2 diketahuibahwa perhitungan penyusutan aktiva tetap tahun 2014 PKP-RI menggunakan metode garis lurus. Pada perhitungan aset tetap inventaris PKP-RI mengakui umur ekonomis 8 tahun dengan tarif 12,5% berlaku pada semua aset inventaris / peralatan, sehingga beban penyusutan diketahui sebesar Rp. 18.245.625,sedangkan Akumulasi penyusutannya sebesar Rp.72.103.125,dengan nilai buku sebesar Rp. 73.861.875,-. Sedangkan aset tetap gedung / banguan umur ekonomisnya 20 tahun dan dikenakan tarif 5% berlaku pada semua jenis aktiva tetap gedung/banguan, sehingga beban penyusutannya diketahui sebesar Rp. 125.540.259,15,- dan Akumulasi penyusutan sebesar Rp. 975.847.481,74,-dengan nilai buku sebesar Rp. 851.208.354,26,-. Pada aset tetap lain-lain umur ekonomisnya 8 tahun dengan tarif 12,5% sehingga diketahui beban penyusutan sebesar Rp. 1.100.00,Akumulasi Penyusutannya sebesar Rp. 4.400.000,maka nilai bukunya sebesar Rp. 2.200.000,sebagimana pada tabel berikut:

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 892

ISSN 1412-2936

No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Keterangan Aset Inventaris Kursi susun/Quadra Kursi Kuliah/Rakuda Kursi Susun Polaris Meja Ukuran 120x80 Cm MIC Duduk Kenwood Podium Laptop Tosiba (L645) LCD Projektor Tepe/Ampli Player Tepe/Ampli Player LCD Projektor printer (canon) AC LG2PK + REMOTE AC LG1.2PK + REMOTE Komputer Perlengkapan kantor Jumlah Inventaris Aset Gedung / Bangunan

17

Gedung kantor

18

Gedung persewaan

19

Gedung perhotelan

20

Pagar keliling

21

Rehap gedung kantor

22 23

24

Perbaikan gedung persewaan Perbaikan gedung perhotelan Jumlah aset tetap gedung /bangunan Aset Tetap Lain-Lain Barang bercorak kesenian, kebudayaan Jumlah aset tetap lainlain

Tabel Pengakuan PKP-RI Kabupaten Pamekasan tentang Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Komersial Tahun U Tarif Nilai Bebab Peny. Akm. Pny perole E % Perolehan Per tahun s/d Th. 2014 han 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0

12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5

2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2011 2011 2011 2010 2012

5

2004

5

2005

5

2005

5

9.500.000 9.500.000 18.500.000 10.400.000 1.650.000 3.000.000 6.600.000 8.480.000 1.350.000 1.700.000 8.400.000 15.000.000 26.600.000 3.650.000 11.500.000 10.135.000 145.965.000

1.187.500 1.187.500 2.312.500 1.300.000 206.250 375.000 825.000 1.060.000 168.750 212.500 1.050.000 1.875.000 3.325.000 456.250 1.437.500 1.266.875 18.245.625

Nilai Buku Komersial

4.750.000 4.750.000 9.250.000 5.200.000 825.000 1.500.000 3.300.000 4.240.000 675.000 850.000 3.150.000 7.500.000 13.300.000 1.825.000 7.187.500 3.800.625 72.103.125

4.750.000 4.750.000 9.250.000 5.200.000 825.000 1.500.000 3.300.000 4.240.000 675.000 850.000 5.250.000 7.500.000 13.300.000 1.825.000 4.312.500 6.334.375 73.861.875

22.862.400,0 0 32.212.486,9 120.796.826 8.053.121,72 88.584.339,07 3 63.267.790,9 237.254.216 15.816.947,73 173.986.425,07 3 85.734.000

5.715.600,00

62.871.600,00

2007

82.903.018

4.145.150,9

5

2007

682.462.776

34.125.138,8

5

2008

762.740.000

38.137.000

226.959.000 495.781.000

5

2009

390.946.000

19.547.300

117.283.800 273.662.200

33.161.207,2 49.741.810,8 273.001.110,4

409.461.665, 6

2.362.836.83 851.208.354, 125.540.259,15 975.847.481,74 6 26 8

12,5

2011

TOTAL BEBAN PENYUSUTAN

Sumber Data : lampiran 1-3 diolah Dari data di atas maka dapat di ketahui jumlah dari asset tetap inventaris, asset

6.600.000

1.100.000

4.400.000

2.200.000

6.600.000

1.100.000

4.400.000

2.200.000

144.885.884,1 5

UE*umur ekonomis gedung /bangunan, dan asset tetap lain-lain. Seperti pada tabel berikut:

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page901

ISSN 1412-2936

Tabel Pengelompokan perhitungan penyusutan aset tetap PKP-RI Kabupaten Pamekasan Per 31 desember 2014 Total Beban NAMA ASET TETAP Peny. Total Akm. Peny TotalNilai buku inventaris /peralatan gedung / bangunan

18.245.625 125.540.259,15

72.103.125 975.847.481,74

73.861.875 851.208.354,26

aset tetap lain-lain JUMLAH Sumber Data : Data Diolah

1.100.000 144.885.884,15

4.400.000 1.052.350.606,74

2.200.000 972.270.229,26

Pengakuan Perhitungan Penyusutan aktiva tetap menurut fiskal Berdasarkan hasil data dan imformasi yang diterima oleh peneliti. Terdapat kesalahan perhitungan penyusutan aktiva tetap serta kesalahan pengakuan umur ekonomis. Pada tabel 4.4 diatas membuktikan bahwa setelah peneliti menyesuaikan dengan undang - undang perpajakan maka yang terjadi pengakuan perhitungan oleh pihak PKP-RI secara komersil, terdapat beberapa kesalahan dalam menyusun perhitungan pada aset inventaris diantaranya, pada umur ekonomis yang digunakan untuk aset tetap inventaris selama 8 tahun dengan tariff 12.5% namunsetelah disesuaikan dengan pajak dari data perusahaan tersebut ternyata tidak semua aset inventari umur ekonomisnya selama 8 tahun namun harus disesuaikan terlebihdahulu dengan golongan aset yang memang sudah ditentukan pajak. Dalam ketentuan pajak mengakui bahwa AC LG2PK + REMOTE itu yang termasuk golongan II dengan umur ekonomis 8 tahun tarif 12,5 % sedangkan selebihnya dari itu pajak mengakuinya termasuk gongan Idengan umur ekonimis 4 tahun dengan tarif 25% , akibat dari perbedaan pengakuan umur ekonomis dan tarif dari pihak komersial dan fiskal maka terjadi perubahan nilai pada pada perhitunga penyutan tersebut. Awalnya pihak komersial (perusahaan) mengakui bahwa beban penyusutan pada aset inventaris senilai Rp. 18.245.625,- namun pajak mengakuinya sebesar Rp. 32.710.000,berarti perubahannya lebih besar pengakuan pajak dari pada pihak perusahaan. Karena terjadi perubahan pada beban penyusutan maka

pengaruhnya terhadap Akumulasi penyusutan dan nilai bukunyapun juga akan berubah seperti perhitungan. Pada aset tetap gedung/ bangunan juga terdapat kesalahan atas perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan. Letak kesalahannya pihak perusahaan menyususutkan rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan. Karena rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan merupakan beban pemeliharaan gedung yang bisa diakui sebagai beban namun akan menambah nilai dari asset gedung itu sendirisehingga nilai gedung kantor pada tahun 2007 berubah menjadi sebesar Rp. 755.336.676,- sedangkan pada beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 37.766.833,8,- sama halnya dengan nilai gedung persewaan nilainya bertambah pada tahun 2008 sebesar Rp. 865.417.303,sehingga beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 43.270.865,15,- nilai perolehan gedung perhotelanpun bertambah pada tahun 2009 sebesar Rp. 580.794.372,8,- dan beban penyusutannya menjadi sebesar Rp. 29.039.468,64,- dari perubahan nilai beban penyusutannya maka pengaruhnya pada akumulasi penyusutan dan nilai bukunya akan berubah juga. Selain itu walaupun pihak perusahaan menggunakan metode penyusutan dan masa manfaatnya telah sesuai dengan aturan pajak tapi dalam perhitungannya terdapat kesalahan.Sehingga semula pihak perusahaan (komersial) mengakui beban penyusutan gedung sebesar Rp. 164.231.509,15,- sedangkan menurut fiskal beban penyusutan yang di tanggung oleh pihak perusahaan sebesar Rp. 183.757.318,9,perusahaan mengakui

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 2 91

ISSN 1412-2936

beban penyusutan aset gedung / bangunan lebih rendah dibandingkan pihak pajak, maka pengaruhnya terhadap Akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tersebut juga akan terjadi perubahan nilai. Pada aset tetap lain- lain juga terjadi kekeliruan dalam perhitungan penyusutannya, dimana komersial sudah mengikuti aturan perpajakan yakni aset tetap lain – lain yang berupa barang bercorak kesenian masuk aktiva kelompok II dengan umur ekonomis 8 tahun dan tarif sebesar 12,5%, namun masih ada kekeliruan dalam perhitungannya, pihak perusahaan mengakui hasil dari perhitungan beban penyusutan aset lain –lain sebesar Rp. 1.100.000,dengan nilai perolehan barangnya sebesar Rp. 6.600.000,- . Namun seharusnya jika perusahaan umur ekonomis pada aset tersebut 8 tahun maka seharusnya nilai beban penyusutannya sebesar Rp. 825.000,- maka hal tersebut juga akan berdampak pada Akumulasi penyusutan dan nilai bukunyapun juga akan berubah sesuai dengan aturan pajak. Setelah mengetahui kekeliruan yang terjadi pada pihak perusahaan maka jumlah perbedaanya sangat beda jauh antara pihak perusahaan dan pihak pajak. Seperti pada perhitungan tabel di bawah ini:

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 2 92

ISSN 1412-2936

No.

Keterangan

Tabel Pengakuan perhitungan penyusutan aktiva tetap setelah disesuaikan dengan fiskal Tari U Tahun f Nilai AKM. PENY m perole BEBAN PENY pen perolehan (2014) ur han y.% 4 25 2011 9.500.000 2.375.000 9.500.000 4 25 2011 9.500.000 2.375.000 9.500.000 4 25 2011 18.500.000 4.625.000 18.500.000 4 25 2011 10.400.000 2.600.000 10.400.000 4 25 2011 1.650.000 412.500 1.650.000 4 25 2011 3.000.000 750.000 3.000.000 4 25 2011 6.600.000 1.650.000 6.600.000 4 25 2011 8.480.000 2.120.000 8.480.000 4 25 2011 1.350.000 337.500 1.350.000 4 25 2011 1.700.000 425.000 1.700.000 4 25 2012 8.400.000 2.100.000 6.300.000 4 25 2011 15.000.000 3.750.000 15.000.000 8 12,5 2011 26.600.000 3.325.000 13.300.000 8 12,5 2011 3.650.000 456.250 1.825.000 4 25 2010 11.500.000 2.875.000 4 25 2012 10.135.000 2.533.750 7.601.250 32.710.000 114.706.250

NILAI BUKU (FISKAL)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Kursi susun/Quadra Kursi Kuliah/Rakuda Kursi Susun Polaris Meja Ukuran 120x80 Cm MIC Duduk Kenwood Podium Laptop Tosiba (L645) LCD Projektor Tepe/Ampli Player Tepe/Ampli Player LCD Projektor printer (canon) AC LG2PK + REMOTE AC LG1.2PK + REMOTE Komputer Perlengkapan kantor

17

Gedung kantor

20

5

2007

755.336.676

37.766.833,8

302.134.670,4

18

Gedung persewaan

20

5

2008

865.417.303

43.270.865,15

302.896.056,05

19

Gedung perhotelan

20

5

2009

29.039.468,64

174.224.881,84

20

Pagar keliling Tidak diakui sebagai aset tetap Tidak diakui sebagai aset tetap Tidak diakui sebagai aset tetap

20

5

2007

4.145.150,9

33.161.207,2

453.202.005, 6 562.521.246, 95 406.524.490, 96 49.741.810,8

0

-

0

0

0

0

0

0

-

0

0

0

0

0

0

-

0

0

0

0

0

150.222.318,9

812.416.815,49

1.471.989.55 4,31

825.000

3.300.000

825.000

3.300.000

21 22 23

580.749.372, 8 82.903.018

Jumlah aset gedung

24

Barang bercorak kesenian, kebudayaan

8

12,5

2011

TOTAL PENYUSUTAN Sumber Data : Data Diolah

Dari perhitungan pada tabel diatas telah sesuai dengan rumus garis lurus seperti dalam penjelasan landasan teori halaman 12. Misalnya seperti pada perhitungan asset inventaris, asset gedung, aset lain-lain sesuai dengan rumus maka:

6.600.000

183.757.318,9

Beban penyusutaninventaris = Nilai Perolehan Masa manfaat = 9.500.000 =2.375.000 4

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page938

2.100.000 13.300.000 1.825.000 2.533.750 19.758.750

3.300.000 3.300.000

ISSN 1412-2936

Beban penyusutan gedungkantor (2004) =85.734.000 = 4.286.700 Karena pada tahun 2007 terdapat perbaikan gedung kantor maka menambah pada nilai gedung kantor (85.734.000 –4.286.700 (B.peny.2004)4.286.700 (B. peny.2005) - 4.286.700 (B.peny.2006) = 72.873.900 + 682.462.776 (nilai perbaikan) = 755.336.676 merupakan nilai gedung pada tahun2007. Beban penyusutan gedung kantor(2007) =755.336.676= 37.766.834

perhotelan bertambah (237.254.216 11.862.710,8(B. peny.2005)11.862.710,8(B. peny.2006) 11.862.710,8 (B.peny.2007) – 11.862.710,8 (B.peny.2008) = 189.803.372,8 + 390.946.000 (nilaiperbaikan )= 580.749.372,8, - nilai perolehan gedung perhotelan pada tahun 2009. B. peny. Gedung perhotelan (2009):580.794.372,8 = 29.039.468,64 20 Beban penyusutan asset tetap lain-lain = 6.600.000 =1.100.000

20 Dari perhitungan di atas telah Beban peny.gedung persewaan (2005) =120.796.826 jelas bahwa = 6.039.841,3 ada perbedaan pengakuan 20 antara pihak perusahaan Karena ada perbaikan pada dengan pihak fiskal oleh karena itu tahun2008, maka nilai perolehan terjadilah rekonsiliasi fiskal guna untuk gedung persewaan bertambah menyamakan atas perbedaan (120.796.826perhitungan tersebut. 6.039.841,3(B.peny.2005) 6.039.841,3 (B.peny.2006) - Rekonsiliasi Fiskal Pada 6.039.841,3 (B.peny.2007) = Perhitungan Penyusutan 102.677.303,1 + 762.740.000 = Dari perbedaan pengakuan 865.417.303,1 merupakan nilai tersebut timbullah koreksi fiska untuk perolehan gedung persewaan pada mengetahui nilai yang sebenarnya. tahun 2008, sehingga beban Setelah perhitungan penyusutan aktiva penyusutan menjadi: tetap menurut komersial dan fiskal B. peny. Gedung persewaan (2008) telah diketahui jumlah dari penyusutan =865.417.303= 43.270.865,15 tersebut terdapat perbedaan pengakuan 20 dari masing- masing pihak B.pey.gedung perhotelan(2005) dan hasilnya terdapat perbedaan yang =237.254.216 = 11.862.710,8 sangat signifikan maka harus 20 direkonsiliasi fiskal agar tidak lagi Karena ada perbaikan di tahun 2009, timbul perbedaan pengakuan antara maka nilai perolehan gedung pihak perusahaan dengan pihak pajak.

No

Nama aset

Tabel Rekonsiliasi fiskal pada semua penyusutan aset tetap Penyusutan Koreksi

1

Inventaris

2

Gedung / Bangunan

3

Aset Lain-Lain

JUMLAH Sumber Data : Diolah

Komersial

Fiskal

Positif

Negatif

18.245.625

32.710.000

-14.464.375

144.885.884,15

150.222.318,9

- 5.336.434,75

1.100.000

825.000

275.000

164.231.509,15

183.757.318,9

275.000

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

-19.800.809,75

Page 949

ISSN 1412-2936

Tabel diatas menggambarkan nilai penyusutan fiskal dan selisihnya dengan penyusutan komersial yang menggunakan metode garis lurus. Hasilnya adalah ketika perbedaan pengakuan dari komersial dan fiskal itu berbeda maka rekonsiliasi pada aset inventaris bernilai koreksi negatif sebesar Rp.14.464.375,- karena nilai penyusutan inventaris karena fiskal mengakui lebih tinggi dari pada pengakuan komersial. Sedangkan koreksi fiskal pada gedung / bangunan

terjadi koreksi negatif sebesar Rp. 5.336.434,75,- karena lebih kecil pengakuankomersial dibandingkan pajak. Dan pada aset tetap lain-lain terjadi koreksi positif sebesar Rp. 275.000,-karena lebih besar pengakuan komersial dibandingkan fiskal. Setelah diketahui perhitungan pada semua penyusutan aset aktiva tetap maka diketahui jumlah dari semua penyusutan aset tetap seperti tabel di bawah ini:

Tabel Jumlah beban penyusutan Penyusutan

koreksi

Tahun komersial 2014

164.231.509,15

Fiskal

Positif

183.757.318,9

negatif (19.343.809,75)

Sumber Data : Diolah

Maka tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah seluruh aset tetap menurut komersial sebesar Rp. 164.231.509,15,- sedangkan menurut fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,sehinggasetelah direkonsiliasi pada beban penyusutan dari keselurahan asset tetap PKP-RI tahun 2014 terjadi rekonsiliasi fiskal negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,karena perusahaan mengakui beban penyusutannyalebihkecildibandingkan menurut pihak fiskal. Beban penyusutan yang seharusnya di tanggung oleh perusahaan sebesar Rp. 183.757.318,9,- namun pengakuan dari pihak perusahaanlebih rendah dari pengakuan fiskal hal ini terjadi disebabkan oleh kesalahan dalam

perhitungan dan masa manfaat yang di akui oleh pihak perusahaan, sehingga hal ini akan berpengaruh pada beban penyusutan dan dampaknya terhadappenghasilan kena pajaknya karena beban penyusutan yang sebenarnya lebih tinggi dari pada beban penyusutan yang telah diakui perusahaan sehingga terjadi koreksi negatif sebesar Rp.19.343.809,75,-. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak PKP-RI Kabupaten Pamekasan Setelah mengetahui beban penyusutan yang harus ditanggung oleh perusahaan menurut fiskal maka untuk menentukan penghasilan kena pajaknya adalah sebagai berikut:

Laba usaha perusahaan sebelum pajak Sisa hasil usaha ( SHU ) 2014 Koreksi beda waktu : -/- beban penyusutan

Rp. 9.608.023.995,70 (Rp. 19.343.809,75)

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 8 95

ISSN 1412-2936

Laba kena pajak 2014

Rp. 9.588.680.185,95

Sisa hasil usaha pada tahun 2014 di PKP-RI sebesar Rp.9.608.023.995,70,-seperti terlihat 94 pada lampiran 5. Namun setelah terjadi direkonsiliasifiskal negatif sebesar Rp. 19.343.809,75,makapenghasilan kena pajak yang harus di tanggung PKP-RI akan semakin berkurang karena jika beban penyusutan sedikit maka laba akan bertambah namun sebaliknya jika penyusutan semakin meningkat maka labapun semakin menurun. Karena pengakuan pajak penyusutannya lebih besar dari pengakuan perusahaan maka laba perusahaanpun berkurang 2. menjadi sebesar Rp.9.588.680.185,95,-pada tahun 2014 sebagai acuan dasar untuk menghitung berapa besar pajak penghasilannya yang harus dibayar PKP-RI pada pihak fiskus atau sebagai pedoman untuk menghitung PPh terutang yang harus dibayar 3. perusahaan terhadap fiskus. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi sebagai dasar penentuanpenghasilan kena pajak pada PKP-RI Kabupaten Pamekasan maka dapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada kesalahan pengelompokkan pada aset tetap inventaris untuk umur ekonomis dan tarif yang di pakai oleh PKPRI Kabupaten Pamekasan. Umur ekonomis yang di gunakan pada inventaris / peralatan 8 tahun dengan tarif 12,5% ,namun pajak mengakuinya selama 4 tahun dengan tarif 25%. Sedangkan pada penyusutan aset gedung / bangunan yang tidak diakui oleh

4.

pajak namun pihak peruhaan mengakuinya seperti rehap gedung kantor, perbaikan gedung persewaan dan perbaikan gedung perhotelan selain itu walaupun perusahaan sudah menggunakan masa manfaat telah sesuai dengan pajak namun dalam perhitungannya ada yang salah. Pada aset tetap lain-lain juga terjadi kesalahan perhitungan walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan umur ekonomis dan tarif yang di pakai sesuai dengan aturan pajak. Karena terjadi perbedaan pengakuan antara pihak perusahaan dan pihak pajak maka harus di rekonsiliasi fiskal pada tiap – tiap aset tetap agar diketahui berapa jumlah beban penyusutan yang seharusnya di bebankan oleh perusahaan. Setelah rekonsiliasi fiskal maka diketahui bahwa beban penyusutan aset tetap yang diakui PKP-RI sebesar Rp. 164.231.509,15,- namun fiskal mengakui sebesar Rp. 183.757.318,9,- oleh karena itu terjadi koreksi negatif sebesar Rp.19.343.809,75,karena pengkuan komersial lebih rendah dibandingkan pengakuan fiskal. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa perhitungan penyusutan aktiva tetap sangat berpengaruh untuk mengetahui seberapa besar penghasilan kena pajak yang harus di tanggung oleh perusahaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung beban penyusutan maka sangatlah penting untuk mengikuti aturan Undang – Undang pajak yang berlaku. Seperti pada perhitungan beban penyusutan yang telah dilakukan oleh PKP-RI

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page 9 96

ISSN 1412-2936

Kabupaten Pamekasan, karena dalam perhitungan tersebut tidak sesuai dengan pajak maka akan berpengaruh terhadap penghasilan kena pajaknnya. Sehingga diketahui bahwa pengahasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp. 9.588.680.185,95,- di bulatkan menjadi Rp. 9.588.680.000,yang akan menjadi dasar pengenaan pajak tahun 2014. SARAN Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik dari peneliti kepada pihak PKP-RI Kabupaten Pamekasan,yaitu : 1. PKP-RI sebaiknya mengikuti setiap pembaharuan/ perubahan mengenai ketentuan perpajakan yang berlaku terutama mengenai tarif pajak penghasilan. 2. Perusahaan hendaknya lebih teliti dalam penerapkan ketentuan perhitungan pada laporan keuangannya terutama dalam hal penyusutan aset tetap karena hal tersebut mempengaruhi nilai penghasilan kena pajak dan termasuk PPh yang akan dibayar. 3. Pihak perusahaan seharusnya memiliki staf pajak khusus mengenai perhitungan laporan keuangan fiskal. 4. Perusahaan sebaiknya menyesuaikan saja laporan komersialnya dengan ketentuan fiskal agar tidak perlu melakukan rekonsiliasi fiskal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Enam, Penerbit : PT Rinita Cipta. Jakarta

Amelia, Silfi, 2013. Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Perhitungan Aset Tetap Pada CV. Mitra Agro Permai (periode 2007-2011) Di akses 1 mei 2015 jam Dari Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik. (http://triajinugroho.blogspot.com/2011/10/t arif-penyusutan-aktiva-tetapfiskal.html). Dunia, A, Firdaus, 2005. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Penerbit : Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta Hidayat, Safaat, Asep.2013. Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang ( Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010).UNIKOM Journal Of Accounting Skripsi – S1.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta Indriantoro,Nur dan Supomo, Bambang. 2002.Metodelogi Penelitian Bisnis, Buku 1 dan 2, Penerbit: PT. BPFE. Yogyakarta. Muljono, Djoko. 2006. Akuntansi Pajak. Edisi ke-1. Andi. Yogyakarta Ngumar, Sujipto,2005. Dasar – Dasar Akuntansi Di Indonesia. Bagian 2, Penerbit: Stiesra Press. Surabaya Purba, Marisi P. 2009. Akuntansi Pajak Penghasilan. Edisi ke-1. Graha Ilmu. Yogyakarta. Resmi Siti, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus, Buku satu, Edisi delapan, Penerbit: Salemba Empat.Jakarta

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page979

ISSN 1412-2936

Sumarsan Thomas akuntansi dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS, 2013, Jilid Dua, Penerbit: PT Indeks, Jakarta

Suandy, Erly. 2013. Hukum Pajak, Edisi 5, Penerbit: Salemba Empat. Jakarta Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Parpajakan Edisi 3 Penerbit: Salemba Empat, Jakarta

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 20 | Nov 2015

Page98 10

1