KAJIAN EVAPORASI PULAU JAWA DAN BALI BERDASARKAN DATA PENGAMATAN 1975-2013
TRINAH WATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan berjudul: “Kajian Evaporasi Pulau Jawa Dan Bali Berdasarkan Data Pengamatan 1975-2013” adalah benar karya tulis saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 18 Agustus 2015 Trinah Wati NRP G251120051
RINGKASAN
TRINAH WATI. Kajian Evaporasi Pulau Jawa dan Bali Berdasarkan Data Pengamatan 1975-2013. Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan ARDHASENA SOPAHELUWAKAN sebagai anggota Komisi Pembimbing. Kajian evaporasi Pulau Jawa dan Bali menggunakan data pengamatan Panci Klas A dari 31 stasiun di Pulau Jawa dan 5 stasiun di Pulau Bali. Evaluasi perbandingan, analisis korelasi dan regresi antara evaporasi panci dengan parameter cuaca/iklim lain dilakukan pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan untuk mempelajari ketergantungan evaporasi panci terhadap parameter iklim dan untuk menduga evaporasi panci menggunakan parameter iklim. Analisis neraca air dilakukan untuk membandingkan pasokan air dari curah hujan dengan kebutuhan air klimatik dari evapotranspirasi potensial dan juga untuk menduga indeks evaporasi. Evaporasi panci tahunan rata-rata di Pulau Jawa sebesar 1483 mm dengan kisaran antara 972 mm di stasiun Andungsari, Jawa Timur hingga 1827 mm di stasiun Djuanda, Jawa Timur. Sedangkan di Pulau Bali sebesar 1656 mm dengan kisaran antara 1485 mm di stasiun Negara, Bali bagian barat hingga1959 di stasiun Ngurah Rai, Denpasar. Lima unsur iklim utama yang mengendalikan proses evaporasi adalah: radiasi matahari (lama penyinaran), defisit tekanan uap air, kelembaban relatif, kecepatan angin dan suhu udara telah dibandingkan dengan evaporasi panci pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Secara umum di Pulau Jawa dan Bali, defisit tekanan uap air dan kelembaban udara memiliki korelasi terbaik dengan evaporasi panci pada semua interval waktu, meskipun di beberapa stasiun ada juga yang berkorelasi tinggi dengan suhu udara, radiasi matahari dan kecepatan angin. Parameter iklim yang memiliki korelasi terbaik digunakan sebagai penduga evaporasi panci di stasiun tersebut. Indeks evaporasi merupakan rasio antara evapotranspirasi aktual terhadap curah hujan, rata-rata indeks evaporasi di Pulau Jawa sebesar 0,53 dengan kisaran 0,19 di stasiun Baranangsiang, Jawa Barat hingga 0,82 di stasiun Banyuwangi, Jawa Timur, sedangkan di Bali rata-rata 0,60 yang berkisar antara 0,52 di stasiun Kahang, Bali bagian timur hingga 0,68 di stasiun Ngurah Rai, Denpasar, karena evaporasi di Pulau Bali yang lebih tinggi dan curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan Pulau Jawa. Kata kunci : evaporasi panci, tren, korelasi, indeks evaporasi
SUMMARY
TRINAH WATI. Study of Evaporation for Java and Bali based on 1975-2013 Observation Data, supervised by HIDAYAT PAWITAN as Chairman and ARDHASENA SOPAHELUWAKAN as member of Advisory Committee. Evaporation in Java and Bali was studied using observed data from Class A Pan evaporation from 31 stations in Java and five stations in Bali. Comparative evaluation, correlation and regression analysis of pan evaporation with other meteorological variables at daily, 10-daily and monthly time-scales were conducted to learn the dependence of pan evaporation to other meteorological variables and to estimate pan evaporation using other meteorological variables. Water balance analysis was used to compare water supply from precipitation and climate water demand from potential evapotranspiration and also to estimate evaporation index. Annual mean pan evaporation in Java was estimated at 1483 mm ranging from 972 mm at Andungsari station in East Java to 1827 mm at Djuanda station in East Java, while in Bali was1656 mm that ranges from 1485 mm at Negara station in West Bali to 1959 mm at Ngurah Rai Denpasar station. Five major factors that control evaporation were solar radiation (sunshine duration), vapour pressure deficit, relative humidity, wind speed and air temperature, that were compared at the different time-scales. In general, vapour pressure deficit and relative humidity had higher correlation with pan evaporation at all time-scales, although some stations had good correlation with air temperature, sunshine duration and wind speed. The variable that has the best correlation with pan evaporation in each station was chosen as predictor for pan evaporation. Evaporation index as ratio of actual evapotranspiration to precipitation was 0,53 in Java that ranged from 0,19 at Baranangsiang station, West Java to 0,82 at Banyuwangi station, East Java, while in Bali the index was 0,60 that ranged from 0,52 at Kahang station, East Bali to 0,68 at Ngurah Rai Denpasar, because Bali has higher evaporation and lower precipitation than Java. Keywords : pan evaporation, trend, correlation, evaporation index
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari IPB
KAJIAN EVAPORASI PULAU JAWA DAN BALI BERDASARKAN DATA PENGAMATAN 1975-2013
TRINAH WATI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Klimatologi Terapan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Perdinan, S.Si, MNRE
Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi
: Kajian Evaporasi Pulau Jawa dan Bali Berdasarkan Data Pengamatan 1975-2013 : Trinah Wati : G251120051 : Klimatologi Terapan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc Ketua
Dr. Ardhasena Sopaheluwakan, S.Si, M.Sc Anggota
Diketahui oleh, Ketua Program Studi Klimatologi Terapan
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal ujian : 22 Juni 2015
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dimulai dari Januari 2014 ini adalah Kajian evaporasi Pulau Jawa dan Bali berdasarkan data pengamatan tahun 1975 sampai dengan 2013. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ardhasena Sopaheluwakan, S.Si, M.Sc, selaku anggota komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Perdinan, S.Si, M.NRE selaku penguji pada Ujian Tesis ini dan Bapak Dr. Ir. Impron,M.Agr.Sc selaku Ketua Program Studi Klimatologi Terapan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc yang telah memotivasi penulis sehingga berkeinginan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang S2 di IPB, para pejabat dan rekan – rekan di lingkungan Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG atas dukungannya selama ini. Ungkapan terima kasih dan penghormatan penulis sampaikan pada bapak (almarhum) dan ibu yang selalu mendukung dan kasih sayangnya hingga kini. Penulis sampaikan terima kasih dan permohonan maaf atas banyaknya waktu yang penulis curahkan untuk menjalani pendidikan dan penyelesaian tesis ini kepada suami tercinta Bayu Iriantomo dan anak-anak tersayang Salwa, Salman dan Salim. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, 18 Agustus 2015 Trinah Wati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Luaran Penelitian Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Evaporasi Metode pengukuran Evaporasi dan Evapotranspirasi Metode Pendugaan Evaporasi dan Evapotranspirasi Penelitian Evaporasi yang Pernah dilakukan di Indonesia Neraca Air 3 METODE PENELITIAN Pengumpulan Data Penelitian Uji Normalitas Data Perbandingan Pola Evaporasi Panci dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara,Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air menurut interval waktu Analisis Korelasi dan Regresi antara Evaporasi Panci dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air Perhitungan Neraca Air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan dan Quality Control Data Evaporasi Panci Evaporasi di Jawa dan Bali Berdasarkan Data Pengamatan Evaporasi Berdasarkan Elevasi Tren Evaporasi Bulanan Hubungan Evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air Menurut Interval Waktu Estimasi Evaporasi menggunakan Parameter Iklim Ketersediaan Air dan Indeks Evaporasi Berdasarkan Perhitungan Neraca Air di Pulau Jawa dan Bali 5 SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 1 2 2 2 2 3 3 4 5 8 9 11 11 12 13
14
15 18 18 19 24 27 28
31 34 39 41 44
DAFTAR TABEL 1 2
Daftar stasiun penelitian Koefisien panci Klas A pada penempatan dan lingkungan yang berbeda pada beberapa tingkatan kelembaban relatif dan kecepatan angin (Allen et.al, 1998) 3 Deskripsi statistik data evaporasi harian 4 Evaporasi bulanan rata-rata periode antara tahun 1975 – 2013 di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan rata-rata Pulau Jawa (dalam mm/bulan) 5 Evaporasi bulanan rata-rata periode antara tahun 1960 – 1987 di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan rata-rata Pulau Jawa hasil penelitian Suharsono, 1989 (dalam mm/bulan) 6 Evaporasi Rata-rata Berdasarkan Elevasi Di Pulau Jawa 7 Evaporasi Rata-rata Berdasarkan Elevasi Di Pulau Bali 8 Tren evaporasi bulanan di Jawa dan Bali 9 Korelasi (r) dan Nilai Determinansi (R2) Evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air 10 Persamaan Estimasi Evaporasi Menggunakan Parameter Iklim Lain
13 17
18 23
23
25 25 27 30
32
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Panci Klas A Lokasi Stasiun Penelitian Series data evaporasi di Sanglah Bali Evaporasi Tahunan Rata-Rata Pola Evaporasi Bulanan di Pulau Jawa dan Bali Pola Evaporasi Dasarian di Pulau Jawa dan Bali Pola Evaporasi Harian di Pulau Jawa dan Bali Hubungan antara evaporasi tahunan dengan elevasi Pola Evaporasi Bulanan Rata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali Pola Evaporasi Dasarian Rata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali Pola Evaporasi HarianRata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali Sebaran parameter iklim yang dominan mempengaruhi proses evaporasi Periode defisit neraca air dasarian Pulau Jawa dan Bali Periode surplus neraca air dasarian Pulau Jawa dan Bali Periode defisit neraca air bulanan Pulau Jawa dan Bali Periode surplus neraca air bulanan Pulau Jawa dan Bali
4 12 19 20 20 21 21 24 25 26 26 29 35 35 36 36
17 18 19
Indeks Evaporasi Pulau Jawa dan Bali Hubungan Indeks Evaporasi dengan Curah Hujan TahunanPulau Jawa dan Bali Hubungan Indeks Evaporasi dengan Elevasi Pulau Jawa dan Bali
37 38 38
DAFTAR LAMPIRAN
1
Distribusi data evaporasi harian dan uji normalitas KolmogorovSmirnov 2 Sebaran Evaporasi Rata-Rata Bulanan di Pulau Jawa dan Bali 3 Tren evaporasi bulanan stasiun penelitian 4 Perbandingan pola evaporasi dengan parameter iklim interval waktu harian, dasarian dan bulanan di stasiun Pondok Betung 5 Perhitungan neraca air lahan dasarian 6 Perhitungan neraca air bulanan 7 Suhu udara bulanan rata-rata (oC) periode antara tahun1975-2013 8 Kelembaban relatif bulanan rata-rata (%) periode antara tahun19752013 9 Lama penyinaran bulanan rata-rata (jam) periode antara tahun19752013 10 Kecepatan angin bulanan rata-rata (knot) periode antara tahun19752013 11 Evaporasi bulanan rata-rata (mm) periode antara tahun1975-2013 12 Curah hujan bulanan rata-rata (mm) periode antara tahun1975-2013
45 54 58 63 66 67 68 69 70 71 72 73
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Evaporasi merupakan proses perubahan fase air dari bentuk cair ke bentuk gas. Dalam proses daur hidrologi, evaporasi merupakan perpindahan air dari permukaan lautan dan daratan ke atmosfir. Penguapan air laut merupakan tahapan pertama dalam daur hidrologi dan mempengaruhi masukan air ke dalam daratan dan simpanan air. Sekitar 85% evaporasi di bumi terjadi di lautan (Mehta et al., 2005), sedangkan di daratan besarnya fluks evaporasi lebih kecil dibandingkan lautan namun 60-70% volume curah hujan yang turun dievaporasikan di daratan (Lim dan Roderick, 2009; Miralles et al., 2011). Kontribusi dari proses evaporasi dalam sistem hidrologi yang penting adalah ketersediaan air tawar (fresh water) di bumi akibat dari proses pemurnian air laut yang asin ditransformasi menjadi air hujan yang tawar (fresh) sehingga sumber-sumber air dan simpanan air di daratan memiliki banyak kandungan air tawar. Pengukuran evaporasi di Indonesia dilakukan di stasiun-stasiun pengamatan iklim umumnya menggunakan panci terbuka yaitu panci klas A. Kajian evaporasi dari data pengamatan evaporasi panci klas A menjadi penting sebagai salah satu cara untuk mempelajari karakteristik evaporasi, berapa besaran evaporasi saat ini dan perencanaan pemanfaatan air terutama bagi ahli-ahli meteorologi, hidrologi, pertanian dan lingkungan. Informasi nilai evaporasi dari panci klas A sangat diperlukan karena nilai evapotranspirasi potensial merupakan salah satu masukan dalam penentuan kriteria awal musim hujan dan awal musim kemarau (Giarno et.al, 2012). Nilai evapotranspirasi potensial mempengaruhi batasan jumlah curah hujan sebagai batas suatu bulan musim hujan atau musim kemarau. Penelitian tentang evaporasi yang pernah di lakukan di Jawa menunjukkan bahwa evaporasi panci klas A rata-rata di Pulau Jawa periode antara tahun 1960 sampai dengan 1987 sebesar 1472 mm per tahun yang berkisar antara 921 – 2648 mm (Suharsono, 1989). Penelitian tersebut menggunakan pemetaan dengan metode isopleth untuk mengetahui sebaran nilai evaporasi di pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji evaporasi di Pulau Jawa dan Bali menggunakan data evaporasi panci klas A periode selanjutnya dari penelitian sebelumnya. Evaporasi panci terbuka dapat digunakan sebagai indikator evaporasi di lingkungan sekitarnya. Studi mengenai pengamatan evaporasi panci menjadi sangat menarik saat ini mengingat adanya fenomena “The Evaporation Paradox” yang menunjukkan adanya penurunan tren evaporasi yang disebabkan oleh peningkatan keawanan. Menurut Brutsaert dan Parlange (1998) pemahaman tentang pengukuran evaporasi panci yang benar dapat dijadikan sebagai indikator perubahan iklim. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada penelitian mengenai evaporasi yang belum banyak dilakukan untuk 1
wilayah Indonesia. Studi mengenai evaporasi panci dilakukan di Pulau Jawa yang memiliki pos pengamatan iklim dengan jumlah yang paling banyak di Indonesia dan Pulau Bali sebagai pulau terdekat dari Pulau Jawa yang secara iklim memiliki tipe hujan yang sama dengan pulau Jawa (Aldrian dan Susanto, 2003) dengan luasan yang lebih kecil untuk dapat mengetahui karakteristik evaporasi di wilayah Indonesia dan ketergantungannya dengan parameter iklim lain. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari profil dan karakteristik evaporasi di Pulau Jawa dan Bali menggunakan data observasi evaporasi panci Klas A 2. Mengetahui adanya kecenderungan/tren data evaporasi di Pulau Jawa dan Bali 3. Mempelajari keterkaitan evaporasi dengan parameter iklim lain dan mengetahui parameter yang paling dominan dalam proses evaporasi berdasarkan interval waktu 4. Menduga evaporasi menggunakan parameter iklim yang paling dominan mempengaruhi prosesnya 5. Menghitung neraca air klimatologis untuk mempelajari perbandingan pasokan air dari curah hujan dengan kebutuhan air klimatik dari evapotranspirasi potensial 1.
Luaran Penelitian Luaran dari penelitian ini adalah Karakteristik evaporasi di Jawa dan Bali berdasarkan data pengamatan evaporasi panci klas A 2. Keterkaitan evaporasi dengan parameter iklim lainnya sehingga diperoleh parameter iklim yang paling dominan mempengaruhi nilai evaporasi 3. Estimasi evaporasi menggunakan parameter iklim yang paling dominan mempengaruhi proses evaporasi. 4. Periode kekurangan air (defisit) dan kelebihan air (surplus) serta indeks evaporasi di Pulau Jawa dan Bali 1.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk mempelajari iklim dan hidrologi Indonesia mengenai evaporasi dan untuk perencanaan kebutuhan dan pemanfaatan air di suatu wilayah terkait monitoring kekeringan dan kebutuhan air tanaman untuk pengaturan air dan irigasi pertanian.
2
2 TINJAUAN PUSTAKA Evaporasi Bentuk dari proses evaporasi ada dua, pertama evaporasi dari permukaan air terbuka dan kedua yaitu transpirasi dari vegetasi. Menurut WMO (1992) definisi evaporasi adalah jumlah air yang mengalami penguapan dari permukaan air terbuka atau dari permukaan tanah, sedangkan transpirasi didefinisikan sebagai proses perpindahan air dari vegetasi ke atmosfer dalam bentuk uap air. Evaporasi potensial merupakan jumlah uap air yang dapat menguap dari permukaan air per satuan luas dan satuan waktu pada kondisi atmosfer tertentu. Laju evaporasi adalah jumlah air yang menguap dari suatu luasan permukaan per satuan luas, diekspresikan sebagai massa atau volume cairan yang menguap per luas area dalam satuan waktu, biasanya sama dengan tinggi air yang terevaporasi dalam satuan millimeter (WMO, 2003). Akurasi pengukuran evaporasi antara 0.1 – 0.01 mm per hari tergantung dari tipe alat pengukuran. Kedua proses evaporasi dan transpirasi disebut dengan istilah evapotranspirasi merupakan jumlah uap air yang berevaporasi/menguap dari tanah dan tanaman ketika permukaan tanah pada kandungan kelengasan yang alami. Menurut WMO, 1992 jumlah maksimum kemampuan air menguap pada kondisi iklim tertentu dari tutupan lahan bervegetasi yang mempunyai kelengasan yang memadai, proses ini termasuk evaporasi dari tanah dan transpirasi dari vegetasi di wilayah tertentu pada selang waktu tertentu yang diekspresikan dalam satuan tinggi air dikenal dengan konsep evapotranspirasi potensial (ETp). Meskipun demikian kelengasan sulit untuk selalu tersedia dalam jumlah yang cukup pada permukaan evaporasi sehingga evapotranspirasi yang terjadi nilainya dibawah evapotranspirasi potensial, disebut sebagai evapotranspirasi aktual (ETa). Istilah evapotranspirasi telah secara luas digunakan dalam agrohidrologi; Savenije (2004) menyatakan bahwa istilah evapotranspirasi merupakan istilah lama untuk kombinasi proses evaporasi yang berbeda dimana sulit untuk memisahkan evaporasi dengan proses intersepsi, transpirasi, evaporasi oleh tanah dan evaporasi air terbuka (untuk tanaman padi dan vegetasi tergenang di rawa). Menurut savenije (2004) istilah evapotranspirasi sebaiknya dihilangkan dalam jargon hidrologi karena lebih sederhana dan lebih baik dengan istilah evaporasi saja. Savenije memperhitungkan proses intersepsi sebagai faktor penting untuk diperhitungkan dan berkontribusi besar dalam proses evaporasi, menurutnya transpirasi merupakan proses yang berbeda yang berkaitan dengan asimilasi CO2 tanaman yang berbeda secara skala waktu, lama kejadian, sifat-sifat fisik, feedback iklim dan komposisi isotop kelengasan (moisture). Proses evaporasi tergantung pada ketersediaan energi bahang dan gradient/ defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor iklim seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi (Morton, 1968). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju evaporasi dari badan atau permukaan air dibagi menjadi dua (WMO, 1992): Faktor meteorologis yaitu energi dan aerodinamik. Energi dibutuhkan untuk merubah air dari fase cair menjadi uap yang disuplai oleh radiasi matahari sedangkan faktor earodinamik merupakan faktor pengendali laju perpindahan 3
uap air yang mengalami evaporasi seperti kecepatan angin di permukaan dan perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan lapisan udara di atasnya. Faktor permukaan : faktor ini mempengaruhi proses perpindahan air ke udara seperti jumlah dan status permukaan air, sifat/karakteristik permukaan dan hambatan permukaan yang tergantung pada kekasapan permukaan, termasuk wilayah arid atau semi arid, ukuran dan bentuk permukaan. Kemampuan dalam memonitoring evaporasi di permukaan sangat penting untuk aplikasi yang membutuhkan estimasi ketersediaan kelengasan tanah secara spasial pada kawasan yang luas secara kontinu baik pada skala waktu mingguan atau bulanan. Aplikasi-aplikasi yang membutuhkan informasi evaporasi secara spasial misalnya dalam penjadwalan irigasi (Dodds et al., 2005), pengaturan karbon, sumber daya air dan lahan (Meyer, 1999; Raupach, 2001) dan analisis resiko untuk kebakaran lahan, badai debu dan banjir. Keakuratan dalam estimasi evaporasi akan menurunkan ketidak pastian dalam pemodelan neraca air secara global. Metode Pengukuran Evaporasi dan Evapotranspirasi Pengamatan evaporasi pada permukaan diukur dengan alat evaporimeter yang dikelompokkan dengan 2 tipe (WMO, 2008) yaitu: Atmometer : mengukur kehilangan air dari permukaan basah dan berpori evaporimeter panci atau tangki : mengukur laju evaporasi dengan menghitung perubahan tinggi air terbuka pada panci atau tangki Terdapat tiga tipe panci atau tangki yang digunakan untuk pengukuran evaporasi (WMO, 2008) antara lain : 1) Panci klas A 2) Panci GGI-3000 3) Tangki ukuran 20 m2 Tipe panci Klas A merupakan rekomendasi WMO (World Meteorology Organization) dan IAHS (The International Association of Hydrological Sciences) untuk pengukuran evaporasi panci sebagai instrument referensi karena kinerja alat tersebut telah diuji coba untuk berbagai kondisi iklim pada beragam lintang dan ketinggian.
Gambar 1. Panci Klas A
4
Panci Klas A mengukur evaporasi secara langsung dengan satuan milimeter (mm). Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six Bellani (Thermometer Apung serta Cup Counter anemometer tinggi 0.5 meter). Alat ini terdiri dari : a. Panci silinder, tinggi 25.4 cm dan diameter 120.7 cm, di bagian bawah di topang oleh rangka kayu 3 – 5 cm di atas permukaan agar udara dapat bersirkulasi. Ketebalan panci 0.8 mm terbuat dari besi dan biasanya tidak di cat. Panci diisi air 5 cm di bawah level referen. b. Hook Gauge yaitu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci. c. Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki. Pada tiap kaki terdapat skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. d. Cup Counter Anemometer, alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci, dengan mangkok-mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan untuk mengukur banyaknya angin selama 24 jam. Evaporasi harian di hitung berdasarkan selisih tinggi air pada panci hari demi hari dan dikoreksi pada saat hari hujan. Perubahan tinggi muka air di dalam panci menunjukkan jumlah air yang diuapkan, dihitung dengan rumus: E EL1 EL2 R
E = EL1 (+ R ) – EL2 = evaporasi = tinggi muka air awal (20 cm) = tinggi muka air saat diukur = tinggi curah hujan saat diukur
(1)
Kekurangan dari alat ini adalah perlunya penggunaan koefisien untuk mengkonversi pengukuran dari panci untuk menghitung evaporasi air terbuka di badan air yang lebih besar. Alat untuk mengukur evapotranspirasi atau evapotranspirometer yaitu lysimeter berupa pipa atau bejana yang diletakkan di bawah permukaan tanah yang ditanami vegetasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan lysimeter menggunakan prinsip neraca air yang komponennya terdiri dari curah hujan, perkolasi dan simpanan air dalam tanah. Metode Pendugaan Evaporasi dan Evapotranspirasi Pengukuran proses evaporasi cukup sulit untuk dilakukan secara langsung dan terdapat beberapa teknik untuk menduganya. Metode pendugaan laju evaporasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain (Dingman, 1994): -
Pendekatan Neraca Air
Persamaan evaporasi mengaplikasikan persamaan neraca air yaitu :
5
E = W + Swin + Gwin – Swout – Gwout – ΔV
(2)
W : curah hujan di badan air (sungai, danau, bendungan) Swin dan Swout : air di permukaan yang masuk dan keluar Gwin dan Gwout : air tanah yang masuk dan keluar ΔV : perubahan jumlah air di badan air selama waktu Δt Semua unsur satuannya adalah volume per luas badan air. Pendekatan Perpindahan Massa Pendekatan perpindahan massa menggunakan persamaan : E = (b0 + b1νa) (es – ea)
(3)
Dengan b0 dan b1 merupakan konstanta empiris yang tergantung ketinggian pengukuran kecepatan angin dan tekanan uap. Persamaan ini pertama kali di formulasikan oleh John Dalton pada tahun 1802 dikenal sebagai persamaan tipe Dalton. Pendekatan Neraca Energi Laju evaporasi dengan pendekatan neraca energi menggunakan persamaan: E=
(
)
∆ ∆
(4)
Dengan menggunakan persamaan Bowen Ratio, maka nilai H: H = B(LE) = BρwλvE
(5)
Sehingga persamaannya menjadi:
E= LE : K: L: G: H: Aw: ∆Q : -
(
∆ /∆
)
(6)
bahang laten radiasi gelombang pendek netto (input) radiasi gelombang panjang netto (input) konduksi permukaan tanah netto (output) pertukaran bahang sensibel di atmosfir (output) energi adveksi angin (output) perubahan bahang yang tersimpan dalam zat per satuan luasan dari awal hingga akhir Δt Pendekatan Kombinasi Penman
Penman (1948) menemukan formula untuk menghitung evaporasi air terbuka berdasarkan prinsip fisika yang paling dasar, dengan konsep empiris agar data observasi cuaca dapat digunakan untuk mengestimasi evaporasi. Prinsip fisika mengkombinasi
6
pendekatan perpindahan massa (aerodinamik) dan keseimbangan energi. Formula Penman dalam mengestimasi evaporasi yaitu :
γ H
=
∆
(7)
∆
: konstanta psychrometri : Radiasi Netto dalam unit evaporasi merupakan komponen keseimbangan energi dengan rumus : H = E (1+β) = (1-r)Ra (0.18 + 0.55 n/N) – σT4 (0.56 – 0.092√ed)(0.10 +0.90n/N)
r Ra n/N σ ∆ ea ed Ea U2
: koefisien pemantulan permukaan (untuk nilai rata-rata tahunan, Penman menggunakan 0.05 ntuk air terbuka, 0.10 untuk tanah gundul dan 0.20 untuk vegetasi hijau) : Radiasi Angot : nisbah antara lama penyinaran dan panjang hari : konstanta Stefan Boltzman : kemiringan (slope) kurva tekanan uap jenuh dengan suhu ( ≅ ) pada suhu udara tertentu T dalam mb/°C : tekanan uap air jenuh pada suhu T dalam mm Hg : tekanan uap air jenuh pada suhu titik embun dalam mm Hg : komponen aerodinamik (perpindahan massa uap air) dengan rumus: = 0.35 (0.5 + ) : kecepatan angin (miles/hari) untuk menghitung ketinggian 2 meter.
Pada tahun 1965 Monteith menyempurnakan estimasi perhitungan evaporasi metode penman dan menjadi metode gabungan yaitu metode estimasi evapotranspirasi Penman-Monteith. Monteith melakukan penelitian mengenai evaporasi dan transpirasi yang merupakan proses ke arah rekonsiliasi konsep paralel dalam ilmu meteorologi dan fisiologi. Jalur difusi uap air dari sel-sel daun menuju atmosfer bebas dibagi menjadi dua bagian, pertama ditentukan oleh ukuran dan sebaran stomata daun, dan kedua oleh faktor aerodinamik dan kecepatan angin dari permukaan tanaman. Metode ini paling sering diaplikasikan karena memperhitungkan parameter cuaca dan fisiologi tanaman (Allen et al., 1998;). Untuk perhitungan Et harian , dari data harian menggunakan persamaan FAO Penman-Monteith : ET =
.
∆(
)
∆
(
.
)
(
)
(8)
Dengan ET adalah evapotranspirasi (mm), Rn : Radiasi netto (MJ m-2 d-1), Δ: kemiringan (slope) kurva tekanan uap jenuh (kPa °C-1), es : tekanan uap jenuh rata-rata (kPa), ea : tekanan uap jenuh aktual (kPa), u2 : kecepatan angin rata-rata pada
7
ketinggian 2 m (m s-1), γ: konstanta psychrometri (kPa °C-1), dan G : bahang dari permukaan tanah (MJ m-2 d-1). -
Metode berdasarkan data parameter iklim Thornthwaite (1948) mengembangkan formula empiris untuk menghitung ETp sebagai fungsi dari unsur iklim suhu rata-rata bulanan dan panjang hari. ETp = 1.6 (
)
(9)
T : suhu udara bulanan rata-rata I : indeks Bahang tahunan = ∑ i : indeks bahang bulanan = (T/5)1.514 a = 0.675 x 10-6 x I3 -0.771 x 10-4 x I2 + 0.01792 x I +0.49239 Pada tahun 1963, Hamon melakukan pengembangan dengan menduga laju evapotranspirasi potensial dengan persamaan : ETp = 0.00138D[ρvsat(T)]
(10)
Dengan ETp Hamon dalam cm/hari, D adalah panjang hari dalam jam dan ρvsat(Ta) adalah kelembaban absolut jenuh pada suhu rata-rata harian g/m3. Hargreaves (1975) mengembangkan hubungan empiris untuk evapotranspirasi referen. Metode ini diusulkan oleh FAO ketika ketersediaan data tidak memadai atau tidak ada dan menggunakan hanya suhu udara saja. Metode ini sangat sederhana, praktis dan memberikan pendugaan yang dapat diterima. Persamaanya yaitu: ET = 0.0023(Trata-rata + 17.8)(Tmax - Tmin) 0.5Ra
(11)
Dengan Trata-rata, Tmax, Tmin : suhu rata-rata, maksimum dan minimum harian (oC), dan Ra: radiasi ekstraterrestrial (MJ m-2 d-1). Metode FAO 24 Makkink dikembangkan oleh Makkink (1957) yang mengasumsikan bahwa evapotranspirasi sering terjadi akibat adanya perbedaan antara energi dari radiasi matahari dan suhu udara di atas permukaan dan di permukaan (Doorenbos and Pruitt, 1977). Kedua sumber energi itu berkaitan dan dinyatakan melalui radiasi matahari. Persamaannya yaitu: Et = a + b
∆
∆
R
(12)
Δ: kemiringan (slope) kurva tekanan uap jenuh (kPa °C-1),a : koefisien (mm d-1), b :fungsi dari kelembaban relatif minimum (%) dan kecepatan angin m s-1), Rs : radiasi matahari dan γ : konstanta psychrometri. Penelitian Evaporasi yang Pernah dilakukan di Indonesia Menurut Irish (1979) rata-rata evaporasi panci tahunan di Nusa tenggara dan Timor berkisar antara 1750 mm di elevasi rendah sampai kurang dari 1000 mm pada
8
tempat yang lembab dan berawan pada elevasi di atas 1000 m. Oldeman (1977) menerangkan pola evaporasi musiman di Pulau Jawa bahwa pada musim hujan berkisar antara 75 mm/bulan di elevasi tinggi sampai 115 mm/bulan di permukaan laut. Pada bulan Januari evaporasi meningkat dengan lambat, namun meningkat dengan cepat memasuki musim kemarau. Pada bulan Agustus dan September, evaporasi bulanan mencapai 110 mm di elevasi tinggi sampai 150 mm di permukaan laut dan setinggi 180 mm di daerah yang jauh dari pantai (inland) yang lebih kering setelah bulan Oktober evaporasi turun tajam ke nilai pada musim hujan. Oldeman dan Irsal (1977) menghubungkan data radiasi yang diukur dengan integrator Gunn Bellani dengan data evaporasi panci Klas A pada 6 lokasi di Indonesia, diperoleh persamaan : E = 0.012Rg + 0.26 (R2 = 0.94) pada suhu maksimum > 31oC E = 0.009Rg + 0.55 (R2 = 0.90) pada suhu maksimum < 31 oC Penelitian pengukuran evaporasi di wilayah hutan tropis daratan rendah (Secondary lowland tropical rain forest) di Janlappa Jawa Barat oleh Calder et al. (1986) menggunakan metode fisika tanah dan neraca air. Dalam penelitian tersebut diperoleh laju rata-rata transpirasi harian sebesar 2.6 mm/hari dengan konstanta hambatan permukaan sebesar 120 s/m. Pengukuran kehilangan air melalui intersepsi sebesar 21% dari curah hujan total sedangkan jumlah evaporasi total dari bulan Agustus 1980 sampai dengan Juli 1981 adalah 1481 mm (886 mm transpirasi dan 595 mm intersepsi). Suharsono (1989) melakukan penelitian mengenai evaporasi di Pulau Jawa menggunakan data antara tahun 1960 sampai dengan 1987 di 100 stasiun klimatologi dengan melakukan pemetaan evaporasi dengan menggunakan metode isopleth dan menentukan hubungan antara evaporasi dengan radiasi matahari serta analisis neraca air. Evaporasi rata-rata tahunan di Pulau Jawa berdasarkan perhitungan isovap adalah 1472 mm dengan kisaran 921 – 2648 mm per tahun. Suharsono (1989) menentukan hubungan antara evaporasi dengan radiasi matahari, diperoleh bahwa hubungan antara evaporasi (mm/hari) dengan radiasi (cal/cm2/hari) dengan skala waktu bulanan di 6 stasiun (Muara, Cipanas, Margahayu, Pusaka Negara dan Mojosari) dengan persamaan : E = 0.443 + 0.0104 Ra (R2 = 0.75)
(13)
Neraca air Dalam konsep daur hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output) pada jangka waktu tertentu. Neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai neraca air (water balance). Karena air bersifat dinamis maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat kemungkinan bisa terjadi kelebihan air (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Analisis neraca air merupakan
9
analisis fisik klimatologis yang menggambarkan interaksi evapotranpirasi dengan curah hujan yang saling berkaitan dalam daur hidrologi. Neraca air klimatologis merupakan perbandingan pasokan air (curah hujan) bulanan, mingguan dan harian dengan kebutuhan air klimatik (evapotranspirasi potensial) untuk periode rata-rata jangka panjang. Thornthwaite dan Mather (1957) membuat suatu prosedur perhitungan (klimatologi) yang menggunakan sistem tata buku dengan menyiapkan berbagai tabel yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Neraca air menunjukkan suatu ungkapan kuantitatif daur hidrologi dan berbagai komponennya di suatu wilayah yang spesifik pada periode waktu tertentu (Ayoade, 1983). Menurut Mather (1978) istilah neraca air mempunyai beberapa arti yang agak berbeda tergantung dari skala ruang dan waktu, yaitu : Skala makro : neraca air dapat digunakan dalam pengertian yang sama seperti daur hidrologi, neraca global tahunan dari air di lautan, atmosfer dan bumi pada semua fase Skala meso : neraca air dianggap dari suatu wilayah atau suatu drainase basin utama Skala mikro : neraca air dari lapangan bervegetasi, tegakan hutan atau kejadian individu pohon Manfaat analisis neraca air suatu tempat (Mather, 1878) yaitu dapat memperoleh informasi antara lain : Pendugaan evapotranspirasi aktual Defisit kandungan air tanah yaitu perbedaan antara kehilangan air aktual dan potensial Surplus air jika curah hujan yang tersedia melebihi kebutuhan air Penggunaan simpan` an kelengasan tanah ketika kebutuhan air lebih besar dari curah hujan, memungkinkan untuk menghitung jumlah simpanan air tanah menurut waktu Hasil dari perhitungan neraca air lahan salah satunya adalah menghasilkan evapotranspirasi aktual. Untuk menduga prosentase besarnya air curah hujan yang dievaporasikan maka dalam penelitian ini digunakan perhitungan indeks evaporasi yaitu rasio evapotranspirasi actual tahunan berdasarkan neraca air lahan thornthwaite dan Mather terhadap curah hujan tahunan. Evapotranspirasi aktual menurut Mc Donald (1961) tergantung oleh beberapa faktor yang mengendalikan kelengasan tanah dan tumbuhan yang menyebabkan kelengasan menguap ke atmosfer. Perhitungan rasio evaporasi terhadap curah hujan total di permukaan bumi menurut Mc Donald (1961) mendekati 0,65 dengan kisaran 0,6 di Amerika Utara hingga 0,87 di benua Australia, perhitungan dilakukan dengan pendekatan neraca air global. Rasio evaporasi di Amerika Serikat menunjukkan ratarata 0,73 dengan kisaran mendekati 1 di padang pasir bagian barat daya hingga nol (0) di bagian pantai barat laut pasifik dan sebagian wilayah Maine. Nilai rasio antara evaporasi terhadap total presipitasi penting untuk studi-studi neraca air dan meteorologi terapan yang memiliki fokus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai run off dari daerah aliran sungai (das) tertentu.
10
3 METODE PENELITIAN Pengumpulan Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil pengukuran evaporasi panci klas A di Pulau Jawa dan Bali periode antara tahun 1975 sampai dengan 2013, untuk selanjutnya istilah yang digunakan adalan evaporasi. Data parameter iklim curah hujan, suhu udara rata-rata, kelembaban udara, lama penyinaran dan kecepatan angin menggunakan periode data yang sama. Daftar stasiun penelitian dan periode data dapat di lihat pada tabel 1 dan Gambar 2, urutan stasiun berdasarkan posisi bujur paling barat hingga paling timur. Data penelitian dan koordinat stasiun bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Peta Batas Adminitrasi pulau Jawa dan Bali bersumber dari Badan Informasi Geospasial. Data evaporasi dan parameter iklim merupakan data harian, 10 harian dan bulanan. Satuan unit dari data evaporasi dan curah hujan adalah millimeter, sedangkan satuan unit suhu udara kelembaban udara, lama penyinaran dan kecepatan angin yaitu derajat celcius, persen, jam dan knot. Data 10 harian atau dasarian untuk data evaporasi dan curah hujan merupakan akumulasi 10 hari dari data harian, jika terdapat 8 atau 9 hari pada dasarian ke 3 di bulan Februari maka dikonversi menjadi akumulasi 10 hari dengan mengalikan dengan 10/8 atau 10/9. Sedangkan pada dasarian ke 3 di bulan yang memiliki 31 hari, jumlah akumulasi dasarian tersebut dikonversikan menjadi akumulasi 10 hari dengan mengalikan dengan 10/11. Tujuan dilakukan konversi adalah untuk menyamakan satuan pada saat dibandingkan antara satu parameter dengan parameter lainnya. Data bulanan untuk data evaporasi dan curah hujan merupakan akumulasi 30 hari, jika terdapat 28 atau 29 hari pada bulan Februari maka data akumulasi dikonversi menjadi akumulasi 30 hari dengan mengalikan dengan 30/28 atau 30/29. Sedangkan pada bulan dengan jumlah 31 hari maka konversi dilakukan dengan mengalikan nilai akumulasi menjadi dengan 30/31. Data tahunan untuk data evaporasi dan curah hujan merupakan jumlah akumulasi data 365 hari. Sedangkan untuk perhitungan data parameter iklim suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran, defisit tekanan uap air dan kecepatan angin merupakan nilai rata-rata, baik rata-rata harian, rata-rata dasarian dan rata-rata bulanan. Quality control atau Pengecekan data ulang evaporasi yang memiliki nilai yang ekstrim dengan nilai > 10 mm/hari atau < 0,5 mm/hari pada tanggal tertentu dilakukan dengan melihat data parameter iklim kelembaban relatif, curah hujan dan suhu udara pada tanggal yang sama. Apabila nilai parameter iklim tersebut pada tanggal yang sama tidak memiliki nilai yang ekstrim maka data evaporasi yang ekstrim tersebut tidak digunakan untuk analisis selanjutnya. Namun jika ternyata nilai parameter iklim curah hujan, kelembaban relatif dan suhu udara mendukung maka nilai evaporasi pengamatan yang ektrim pada tanggal tersebut tetap digunakan. Sebagai contoh pada tanggal 6 Februari 2007 evaporasi yang tercatat sebesar 19,9 mm, curah hujan tercatat 126 mm. Berdasarkan data tersebut maka nilai evaporasi sebesar 19,9 mm tidak dapat digunakan karena kemungkinan tinggi air di panci penguapan telah tercampur dengan air hujan atau air di panci pengamatan meluap.
11
Gambar 2. Lokasi Stasiun Penelitian Uji Normalitas Data Uji normalitas data evaporasi dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov yaitu dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data harian evaporasi panci klas A menyebar secara normal atau tidak. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku dalam bentuk grafik. Hipotesis : H0 : Fn(x) = F(x) H1 : Fn(x) ≠ F(x) Persamaan kumulatif distribusi data evaporasi harian : ( )= ∑ (14) Persamaan kumulatif Distribusi Normal :
Persamaan Kolmogorov :
( )= ∫ =
(15)
√
| ( )−
( )|
(16)
Jika nilai P (peluang melakukan kesalahan untuk menolak H0) < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal, dan jika P > 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan atau data tersebut normal.
12
Tabel 1. Daftar Stasiun Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
No Stasiun 96737 96739 96749 96753
Nama Stasiun Iklim Meteo Serang Budiarto Curug Soekarno Hatta Cengkareng Dermaga Bogor IPB baranangsiang 96745 Kemayoran Jakarta 96733 Pondok Betung Ciledug 96751 Meteo Citeko 96741 Tanjung Priok Jakarta 96783 Geofisika Bandung 32170301a Lembang 96791 Meteo Jatiwangi 96805 Cilacap Meteo 96797 Tegal Meteo 96839 Ahmad yani Semarang 96835 Semarang Klimat 96837 Semarang Maritim 96975 Sawahan Nganjuk Tembelang 96949 Geofisika Karangkates 35111602a PG Prajekan 96925 Sangkapura Bawean 96933 Perak I Surabaya 96937 Meteo Maritim Perak II 96935 Juanda Surabaya 33121501a Jatiroto 96943 Karang Ploso Malang andungsari 96973 Kalianget Madura Kaliwingin 96987 Banyuwangi Meteo 97236 Negara Bali 97230 Ngurah Rai Meteo Balai Besar Wilayah 3 97232 Sanglah Denpasar 97234 Kahang Karang Asem
lintang -6.11667 -6.23333 -6.11667 -6.50000 -6.60044 -6.18333 -6.18333 -6.70000 -6.10000 -6.88333 -6.82656 -6.75000 -7.73333 -6.85000 -6.98333 -6.98330 -6.96667 -7.73800 -7.49417 -8.15218 -7.95000 -5.85000 -7.21667 -7.20600 -7.36667 -8.13056 -7.75000 -7.86667 -7.05000 -8.21667 -8.21667 -8.34000 -8.74500 -8.73917 -8.67690 -8.35600
Bujur elevasi (m) Periode pengamatan 106.13333 100 2003-2012 106.65000 46 2003-2012 106.65000 8 2008-2012 106.75000 240 1975-2012 106.80540 300 2001-2013 106.83333 4 2003-2012 106.83620 26 2004-2012 106.85000 920 2000-2012 106.86667 2 2003-2012 107.60000 829 2004-2013 107.61767 1241 2011-2013 108.26667 123 2003-2012 109.01667 20 2003-2012 109.15000 3 2003-2012 110.38333 3 2003-2012 110.41660 227 1991-2012 110.41667 0 2003-2012 111.78900 675 2004-2012 112.23278 34 2011-2013 112.45080 285 2003-2012 112.61667 505 2007-2011 112.63333 3 2003-2012 112.71667 0 2003-2012 112.73600 3 2003-2012 112.76667 3 2003-2012 113.34306 29 1997-2010 113.38330 436 2004-2013 113.61667 887 2008-2013 113.96667 0 2003-2012 114.38333 50 2000-2013 114.38333 13 2003-2012 114.61639 23.65 1999-2012 115.17100 6 1979-2012 115.17861 3.5 2002-2010 115.21000 15 1995-2012 115.61100 140 1994-2012
Perbandingan pola evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air menurut interval waktu Untuk mengevaluasi ketergantungan antara evaporasi dengan parameter iklim suhu udara, kelembaban, lama penyinaran, kecepatan angin dan defisit tekanan uap air dilakukan standarisasi nilai masing-masing parameter menjadi nilai tanpa dimensi dengan rumus persamaan : =
(
13
)
(17)
X i µ σ
= Parameter iklim = nilai ke i parameter iklim = rata-rata parameter iklim = standar deviasi parameter iklim
Standarisasi nilai masing-masing parameter iklim dilakukan dalam interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Analisis demikian pernah dilakukan oleh Xu dan Singh (1998) dan Gundalia dan Dholakia (2013). Perhitungan defisit tekanan uap air menggunakan persamaan : VPD = es(1− VPD es RH
T
(18)
)
= defisit tekanan uap air dalam mm Hg = tekanan uap air jenuh pada suhu titik embun dalam mm Hg = Kelembaban relatif rata-rata (%) es = 0.611 exp (
= suhu udara rata-rata (oC)
.
.
)
(19)
Pengaruh relatif dari faktor-faktor cuaca/ iklim sulit untuk dievaluasi dan beberapa simpulan harus dilihat berdasarkan interval waktu seperti jam-jaman, harian, 10-harian (dasarian), dan bulanan. Xu dan Singh (1998) melakukan evaluasi perbandingan antara evaporasi panci klas A dengan radiasi surya, defisit tekanan uap air, kelembaban relatif, kecepatan angin dan suhu udara pada interval waktu jam-jaman, harian, 10 harian dan bulanan di Changines, Swiss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan faktor pengendali evaporasi berbeda-beda berdasarkan interval waktu. Defisit tekanan uap air memiliki korelasi terbaik dengan evaporasi pada semua interval waktu, sedangkan kecepatan angin berkorelasi paling kecil pada interval waktu 10 harian dan bulanan. Gundalia dan Dholakia (2013) melakukan perbandingan antara enam parameter cuaca/iklim yang mempengaruhi evaporasi pada interval waktu harian di Junugadh, Gujarat (India). Hasil yang diperoleh bahwa radiasi surya, suhu maksimum dan defisit tekanan uap air secara signifikan mempengaruhi besaran evaporasi panci dengan nilai R2 = 0.86, 0.75 dan 0.66. Hubungan evaporasi dengan kelembaban udara memiliki hubungan yang negatif, untuk parameter kecepatan angin dan lama penyinaran memiliki korelasi paling kecil dan tidak berpengaruh sebagai faktor pengendali proses evaporasi pada interval waktu harian. Analisis korelasi dan regresi antara evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui parameter iklim yang paling berpengaruh terhadap proses evaporasi. Parameter iklim yang memiliki nilai korelasi terbaik digunakan untuk menduga evaporasi dengan persamaan regresi. Analisis regresi
14
merupakan salah satu metode untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara evaporasi menggunakan data parameter iklim lainnya dengan persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut: Y = aX + b (20) Y X a dan b
= variabel tidak bebas yaitu evaporasi = variabel bebas yaitu parameter iklim = konstanta kemiringan(slope) dan intersep
Untuk mengetahui nyatanya hubungan antara x dan y digunakan uji t terhadap koefisien b (kemiringan) pada taraf α 5%. Hipotesis : H0 :β = 0 H1 :β ≠ 0 = (21) : kesalahan standar b Keputusan : jika |t hit | > | t tabel | tolak H0 berarti koefisien b berbeda nyata dengan 0 dan menunjukkan adanya hubungan antara x dan y. Keeratan hubungan antara x dan y dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) dari data contoh, dengan kisaran -1 < r < 1. Keragaman total dari model ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinansi (R2). Determinansi merupakan kuadrat koefisien korelasi yang menyatakan proporsi keragaman total yang dijelaskan oleh peubah bebas. Nilai R2 antara 0 – 1, semakin besar koefisien determinansi dan korelasi, model yang dihasilkan semakin baik. =
[ ∑
∑(
) ∑ ∑ /
(∑ )
(∑ )
∑
∑
R =b∑
∑ ∑ / (∑ ) /
(22)
]
(23)
Validasi hasil model persamaan regresi dilakukan dengan analisis sisaan menggunakan persamaan : =
∑ |
|
(24)
Persentase nilai rata-rata kesalahan antara evaporasi estimasi terhadap evaporasi observasi rata-rata menggunakan persamaan : θ=
n θ
∑
x 100 %
(25)
= rata-rata error/kesalahan = evaporasi panci klas A ke-i = evaporasi estimasi ke-i = jumlah data = persentase nilai rata-rata kesalahan 15
Perhitungan Neraca Air Analisis klimatologi evaporasi berkaitan dengan curah hujan dilakukan dengan perhitungan neraca air untuk menganalisis neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat dengan menggunakan metode Thornthwaite dan Mather dengan interval waktu dasarian dan bulanan. Persamaan dasar neraca air klimatologis oleh Thornthwaite dan Mather, 1957 adalah : P = Et + ΔS + Ro P Et ΔS Ro
(26)
= Presipitasi (curah hujan) = evapotranspirasi = Perubahan cadangan air tanah = limpasan / Run off (termasuk perkolasi)
Curah hujan yang digunakan untuk analisis neraca air adalah curah hujan efektif dengan peluang lebih dari 50% untuk neraca air dasarian dan peluang lebih dari 75% untuk neraca air bulanan. Penggunaan curah hujan peluang 50% merupakan curah hujan akumulasi dasarian curah hujan yang memiliki resiko penyimpangan hasil perhitungan 50%, sedangkan curah hujan peluang 75% untuk neraca air bulanan memiliki resiko penyimpangan hasil perhitungan 25%. Perhitungan curah hujan peluang 75% menggunakan metode ranking, yaitu dengan mengurutkan data curah hujan bulanan menurut panjang data yang ada, kemudian diurutkan dari paling besar ke paling kecil. Peluang 0% untuk curah hujan terbesar dan 100% untuk yang terkecil. Interval % peluang dihitung dengan rumus : Interval (%) peluang = 100/(n-1) ; n= jumlah tahun Data curah hujan yang digunakan adalah yang memiliki peluang > 75%. Thornthwaite dan Mather (1957) membuat suatu prosedur perhitungan (klimatologi) yang menggunakan sistem tata buku dengan menyiapkan berbagai tabel yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Tahap perhitungan Neraca Air Metode Thornthwaite dan Mather (1957) : 1. Menyusun tabel isian neraca air bulanan dan dasarian pertitik stasiun penelitian 2. Mengisi kolom presipitasi (CH), CH > 50% atau curah hujan dasarian untuk neraca air dasarian dan CH > 75% untuk neraca air bulanan. 3. Mengisi kolom ETP dengan mengalikan Evaporasi panci dengan koefisien panci dengan asumsi sebesar 0,8 (Tabel 2.) 4. Menghitung curah hujan dikurangi evapotranspirasi potensial (CH – ETP) 5. Menggunakan data kadar air tanah kondisi kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP) bersumber dari Pawitan et.al (1997). 6. Mengisi nilai kandungan air tanah (KAT) dengan persamaan : KAT = KL x k|apwl|
k = po + p1/KL Po = 1,000412351; p1 = -1,073807306
16
(27)
Apwl (accumulation of Water Loss): hasil negative pada langkah 4 yang diakumulasikan dasarian demi dasarian atau bulan demi bulan. Nilai maksimum adalah nilai KAT pada kondisi KL. 7. Mengisi kolom DKAT yaitu selisih antara KAT dasarian/bulan saat ini dikurangi KAT dasarian/bulan sebelumnya. 8. Mengisi kolom ETA untuk nilai CH-ETP yang bernilai negatif dengan rumus : ETA = CH + |DKAT|, bila CH > ETP maka ETA = ETP 9. Mengisi kolom defisit (D) = ETP-ETA 10. Mengisi kolom surplus (S) = CH – ETP – DKAT 11. Mengisi kolon Run Off(RO) atau aliran permukaan. Thornthwaite dan Mather (1957) membagi RO menjadi dua bagian : 50% dari Surplus bulan sekarang (Sn). 50% dari RO bulan sebelumnya (ROn -1). Nilai 50% adalah koefisien run off studi di Amerika. Nilai ini dapat Berubahsesuai kondisi setempat. Sehingga,RO bulan sekarang (Rn) = 50% (Sn + ROn -1).Khusus RO bulan Januari, karena ROn -1 belum terisi maka ROn-1 diambil 50% dari surplus bulan Desember. Tabel 2. Koefisien panci Klas A pada penempatan dan lingkungan yang berbeda pada beberapa tingkatan kelembaban relatif dan kecepatan angin (Allen. et.al, 1998) P a n c i K la s A R H m ean (% ) K e c e p a ta n a n g in (m /s ) L ig h t < 2
M o d erat 2 -5
S tro n g 5 -8
V e ry s tro n g >8
C a s e A : p e n e m p a ta n d i a ta s d e n g a n p e n u tu p ta n a m a n r u m p u t Low M e d iu m <40 4 0 -7 0 Jarak zona p e n u tu p (m ) 1 0 .5 5 0 .6 5 10 0 .6 5 0 .7 5 100 0 .7 0 0 .8 0 1000 0 .7 5 0 .8 5 1 0 .5 0 0 .6 0 10 0 .6 0 0 .7 0 100 0 .6 5 0 .7 5 1000 0 .7 0 0 .8 0 1 0 .4 5 0 .5 0 10 0 .5 5 0 .6 0 100 0 .6 0 0 .6 5 1000 0 .6 5 0 .7 0 1 0 .4 0 0 .4 5 10 0 .4 5 0 .5 5 100 0 .5 0 0 .6 0 1000 0 .5 5 0 .6 0
ta n a h H ig h >70
C a s e B : p e n e m p a ta n ta n a m a n p e n u tu p Low <40 Jarak zona ta n a h k o so n g (m )
0 .7 5 0 .8 5 0 .8 5 0 .8 5 0 .6 5 0 .7 5 0 .8 0 0 .8 0 0 .6 0 0 .6 5 0 .7 0 0 .7 5 0 .5 0 0 .6 0 0 .6 5 0 .6 5
1 10 100 1000 1 10 100 1000 1 10 100 1000 1 10 100 1000
0 .7 0 0 .6 0 0 .5 5 0 .5 0 0 .6 5 0 .5 5 0 .5 0 0 .4 5 0 .6 0 0 .5 0 0 .4 5 0 .4 0 0 .5 0 0 .4 5 0 .4 0 0 .3 5
d i a ta s
ta n a h
ta n p a
M e d iu m 4 0 -7 0
H ig h >70
0 .8 0 0 .7 0 0 .6 5 0 .6 0 0 .7 5 0 .6 5 0 .6 0 0 .5 5 0 .6 5 0 .5 5 0 .5 0 0 .4 5 0 .6 0 0 .5 0 0 .4 5 0 .4 0
0 .8 5 0 .8 0 0 .7 5 0 .7 0 0 .8 0 0 .7 0 0 .6 5 0 .6 0 0 .7 0 0 .6 5 0 .6 0 0 .5 5 0 .6 5 0 .5 5 0 .5 0 0 .4 5
Asumsi –asumsi dalam perhitungan neraca air lahan yaitu: (1) lahan datar tertutup vegetasi rumput, (2) lahan berupa tanah dimana air yang masuk pada tanah tersebut hanya berasal dari curah hujan saja dan (3) keadaan profil tanah homogen sehingga KL dan TLP mewakili seluruh lapisan dan hamparan tanah. Perhitungan indeks evaporasi menggunakan persamaan sebagai berikut : ε= Ɛ ETA CH Total
(28)
= indeks evaporasi = jumlah evapotranspirasi aktual tahunan = jumlah curah hujan total tahunan
17
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan dan Quality Control Data Evaporasi Panci Klas A Data evaporasi yang diperoleh bersumber dari BMKG baik stasiun klimatologi, meteorologi dan geofisika, ada juga yang diperoleh dari ekstraksi data synop yang di kirim menggunakan sandi ke jaringan synop meteorologi dunia secara harian. Data evaporasi SMPK (Stasiun Meteorologi Pertanan Khusus) kerjasama BMKG dan kementrian Pertanian diperoleh dari stasiun klimatologi BMKG dan terdapat 1 (satu) stasiun klimatologi yang dimiliki Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berada di Kampus Baranangsiang Bogor. Tabel 3. Deskripsi statistik data evaporasi harian Nama Stasiun Iklim Meteo Serang Budiarto Curug Soekarno Hatta Cengkareng Dermaga Bogor IPB baranangsiang Kemayoran Jakarta Pondok Betung Ciledug Meteo Citeko Tanjung Priok Jakarta Geofisika Bandung Lembang Meteo Jatiwangi Cilacap Meteo Tegal Meteo Ahmad yani Semarang Semarang Klimat Semarang Maritim Sawahan Nganjuk Tembelang Geofisika Karangkates PG Prajekan Sangkapura Bawean Perak I Surabaya Meteo Maritim Perak II Juanda Surabaya Jatiroto Karang Ploso Malang andungsari Kalianget Madura Kaliwingin Banyuwangi Meteo Negara Bali Ngurah Rai Meteo Balai Besar Wilayah 3 Sanglah Denpasar Kahang Karang Asem
rata-rata standar deviasi varians (mm) (mm) (mm) 4.2 4.4 4.8 3.6 4.2 3.4 3.6 3.3 4.9 3.7 3.0 3.3 4.2 5.1 5.2 4.5 5.4 3.6 4.6 3.9 3.9 4.6 5.0 4.7 5.5 3.9 4.2 2.6 4.6 3.4 4.6 4.3 5.4 4.5 4.7 4.5
1.5 1.8 1.7 1.3 1.6 1.5 1.5 1.8 1.8 1.4 1.6 1.8 1.6 1.7 1.7 1.4 1.8 2.5 1.6 1.3 1.9 1.9 1.9 1.7 2.1 1.3 1.6 1.3 1.8 1.3 1.8 1.5 1.7 1.8 1.4 2.0
2.3 3.3 3.1 1.6 2.6 2.4 2.3 3.2 3.3 1.9 2.5 3.3 2.5 2.8 3.0 1.9 3.4 6.3 2.7 1.8 3.5 3.8 3.6 3.0 4.4 1.8 2.6 1.7 3.3 1.8 3.1 2.3 2.8 3.1 2.1 3.9
minimum maksimum quartil 1 median (mm) (mm) (mm) (mm) 0.0 0.1 0.3 0.1 0.0 0.1 0.0 0.1 0.1 0.1 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.3 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1
9.9 16.0 12.0 15.0 11.9 9.9 11.0 9.8 14.0 9.0 7.8 9.8 9.9 10.9 14.0 10.1 9.9 18.2 10.9 9.0 9.4 13.5 14.9 9.8 18.1 14.0 13.0 10.1 13.1 11.9 18.1 10.5 14.7 12.3 10.5 13.5
3.3 3.3 3.7 2.8 3.2 2.4 2.8 2.0 3.8 2.8 1.7 2.0 3.3 4.2 4.2 3.6 4.3 1.1 3.5 3.1 2.5 3.4 3.8 3.7 4.3 3.4 3.2 1.7 3.4 2.5 3.4 3.2 4.4 3.2 3.8 3.1
4.2 4.4 4.9 3.6 4.3 3.3 3.6 3.0 4.9 3.6 3.0 2.9 4.2 5.1 5.3 4.6 5.5 3.8 4.5 4.0 4.2 4.8 5.0 4.7 5.6 3.4 4.2 2.4 4.6 3.4 4.6 4.3 5.6 4.5 4.8 4.7
quartil 3 (mm) 5.1 5.5 5.9 4.5 5.4 4.2 4.5 4.2 5.9 4.6 4.2 4.5 5.1 6.0 6.3 5.4 6.6 5.0 5.5 4.8 5.6 6.0 6.3 5.9 6.9 4.3 5.3 3.4 5.8 4.3 5.7 5.3 6.5 3.0 5.7 6.0
Persentase data yang tidak dapat digunakan (%) 0.2 1.9 2.3 3.7 14.9 4.9 0.5 1.6 3.6 1.2 14.8 0.7 1.0 8.3 8.2 6.3 10.3 1.3 4.1 8.6 25.8 10.4 7.4 0.9 9.8 1.2 0.9 22.0 8.5 18.1 5.5 5.7 1.1 0.4 1.7 8.2
Data evaporasi harian yang diperoleh terdiri dari beberapa format sehingga dilakukan persiapan data dengan menyamakan format menjadi format yang sama. Tabel 3. merupakan deskripsi statistik data evaporasi harian, kisaran data evaporasi harian antara 0 mm – 18,7 mm, standar deviasi berkisar antara 1,3 – 2,5 mm dengan median 18
antara 2,4 – 5,6 mm. Quartil ke-1 data evaporasi harian berkisar antara 1,1 – 4,4 mm dan quartil ke-3 berkisar antara 3,0 - 6,9 mm. Data evaporasi di bawah quartil ke-1 dan di atas quartil ke-3 cukup banyak sehingga pengecekan data atau quality control sangat diperlukan. series data evaporasi di Sanglah Bali 14 12
mm
10 8 6 4
0
1 44 87 130 173 216 259 302 345 388 431 474 517 560 603 646 689 732 775 818 861 904 947 990 1033 1076 1119 1162 1205 1248 1291 1334 1377 1420 1463 1506 1549 1592 1635 1678 1721 1764 1807 1850 1893 1936 1979 2022 2065 2108 2151 2194 2237 2280 2323 2366 2409 2452 2495 2538 2581 2624 2667 2710 2753 2796 2839 2882 2925 2968 3011 3054 3097 3140 3183 3226 3269 3312 3355 3398 3441 3484 3527 3570 3613 3656 3699 3742 3785 3828 3871 3914 3957 4000 4043 4086 4129 4172 4215 4258 4301 4344 4387 4430 4473 4516 4559 4602 4645 4688 4731 4774 4817 4860 4903 4946 4989 5032 5075 5118 5161 5204 5247 5290 5333 5376 5419 5462
2
hari
Gambar 3. Series data evaporasi di Sanglah Bali Pengecekan data evaporasi dilakukan dengan membuat grafik data evaporasi harian seperti pada Gambar 3, kemudian dilakukan pengecekan data ekstrim atau outlier yang memiliki nilai > 10 mm dan < 0,5 mm dengan melihat data iklim suhu udara, kelembaban relatif dan curah hujan pada tanggal yang sama. Penentuan nilai ekstrim ini berdasarkan perhitungan : Q3 + (1.5 x IQR) < outlier atas ≤ Q3 + (3 x IQR) Q1 – (1.5 x IQR) > outlier bawah ≥ Q1 – (3 x IQR) Dengan Q1 : quartil ke-1, Q3 :quartil ke-3 dan IQR (Intra Quartil Range): Q3-Q1 Persentase data evaporasi panci klas A yang tidak dapat digunakan dalam penelitian ini berkisar antara 0.2% - 25.8% (Tabel 2) yang disebabkan antara lain oleh : air dalam panci meluap, tidak ada data karena alat rusak, kesalahan pengetikan (entry) data dan merupakan nilai ektrim (terlalu tinggi atau rendah) yang tidak relevan dengan parameter iklim lain. Analisa distribusi atau sebaran data dilakukan dengan membuat grafik frekuensi histogram data evaporasi harian dan disertai dengan kurva normal, kemudian uji normalitas data dengan uji normal Kolmogorof-smirnov untuk mengetahui sebaran data evaporasi normal atau tidaknya dengan tingkat kepercayaan α = 5 % seperti pada lampiran 1. Distribusi data evaporasi harian stasiun penelitian berdasarkan Lampiran 1. menunjukkan sebaran evaporasi memiliki pola mendekati normal namun tidak simetris, uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai P hasil uji seluruh data evaporasi dari semua stasiun pengamatan < 0,05 artinya sebaran data evaporasi panci harian tidak menunjukkan sebaran yang normal. Evaporasi di Jawa dan Bali Berdasarkan Data Pengamatan Evaporasi tahunan rata-rata di Pulau Jawa sebesar 1483 mm dengan kisaran antara 972 – 1827 mm, tertinggi sebesar 1827 mm di stasiun Djuanda Surabaya sedangkan terendah sebesar 972 mm di Andungsari. Evaporasi tahunan rata-rata di Pulau Bali sebesar 1656 mm lebih tinggi dibandingkan Pulau Jawa, kisaran evaporasi tahunan antara 1485 – 1959 mm. Evaporasi tahunan rata-rata di Pulau Bali tertinggi sebesar 1959 mm di stasiun Ngurah Rai sedangkan terendah di stasiun Negara sebesar 1485 mm (Gambar 4). Berdasarkan Gambar 4. sebaran evaporasi tahunan lebih tinggi
19
pada stasiun – stasiun pengamatan yang mendekati garis pantai, semakin menjauhi garis pantai evaporasi tahunannya semakin rendah.
Gambar 4. Evaporasi Tahunan Rata-Rata Evaporasi bulanan rata-rata sepanjang tahun di Pulau Jawa adalah sebesar 125 mm dengan kisaran 83 – 156 mm. Sedangkan di Pulau Bali rata-rata bulanan sepanjang tahun sebesar 141 mm dengan kisaran antara 127 – 167 mm. Evaporasi bulanan ratarata Januari hingga Desember terdapat pada Lampiran 2., sebaran menunjukkan evaporasi bulanan di stasiun mendekati garis pantai lebih tinggi dibandingkan yang menjauhi garis pantai.
250
150 100 50 0
200 150 100 50 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Evaporasi (mm)
200
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Evaporasi (mm)
250
rata-rata
Bulan
maksimum minimum
(a) Jawa
Bulan
(b) Bali
Gambar 5. Pola Evaporasi Bulanan di Pulau Jawa dan Bali Pola evaporasi di pulau Jawa pada Gambar 5a. menunjukkan nilai terendah pada bulan Februari yang kemudian mendatar dan mengalami peningkatan hingga mencapai puncak di bulan Oktober kemudian turun kembali pada bulan November.
20
(a)Jawa
Gambar 6. Pola Evaporasi Dasarian di Pulau Jawa dan Bali
(a)Jawa
(b)Bali
(b)Bali
Gambar 7. Pola Evaporasi Harian di Pulau Jawa dan Bali
21
Pola evaporasi bulanan di pulau Bali pada Gambar 5b. menunjukkan evaporasi terendah rata-rata terjadi di bulan Februari dan tertinggi di bulan Oktober. Di pulau Bali setelah bulan Februari evaporasi meningkat pada bulan Maret kemudian menurun kembali hingga bulan Juni, lalu meningkat kembali hingga mencapai puncak di bulau Oktober, sehingga terlihat pola evaporasi memiliki dua puncak pada bulan Oktober dan bulan Maret. Evaporasi dasarian rata-rata di Pulau Jawa sebesar 40 mm dengan kisaran antara 12,9 – 71 mm. Pola evaporasi dasarian rata-rata di Pulau Jawa pada Gambar 6(a). menunjukkan evaporasi rata-rata terendah terjadi pada dasarian ke-4 kemudian terjadi peningkatan hingga mencapai puncak pada dasarian ke-27. Evaporasi dasarian rata-rata di pulau Bali lebih tinggi dibandingkan pulau Jawa yaitu sebesar 43,6 mm dengan kisaran antara 19,3 - 58 mm, nilai maksimum evaporasi di Pulau Bali lebih rendah dibandingkan dengan pulau Jawa. Pola evaporasi dasarian rata-rata di Pulau Bali pada Gambar 6(b). menunjukkan evaporasi rata-rata terendah terjadi pada dasarian ke-4 kemudian meningkat hingga mencapai puncak pada dasarian ke-28. Gambar 7(a). menunjukkan pola evaporasi harian rata-rata di pulau Jawa, evaporasi harian rata-rata di Pulau Jawa sebesar 4,2 mm dengan kisaran antara 0,4 – 9,8 mm per hari. Sedangkan di pulau Bali evaporasi rata-rata harian sebesar 4,7 mm dengan kisaran antara 2,1 – 6,8 mm per hari (Gambar 7b). Besaran evaporasi Pulau Jawa per wilayah dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian suharsono (1989) untuk melihat kecenderungan nilai evaporasi pada periode penelitian sebelumnya dengan sekarang. Wilayah pulau Jawa dibagi dalam 3 bagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tanpa memperhatikan batas administrasi. Stasiun penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berbeda dengan stasiun sebelumnya dan metode perhitungan rata-rata per wilayah juga berbeda, dimana dalam penelitian ini menggunakan rata-rata statistik sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode isovap, disebabkan sebaran stasiun dalam penelitian ini tidak merata di Pulau Jawa sehingga tidak dilakukan interpolasi secara spasial. Berdasarkan Tabel 4. dan Tabel 5., evaporasi tahunan rata-rata Pulau Jawa dibandingkan dengan penelitian sebelumnya lebih tinggi meskipun nilai maksimum lebih rendah dan nilai minimum lebih tinggi. Bila dibandingkan per bulannya maka yang mengalami penurunan dan peningkatan hampir sama, penurunan terjadi pada ratarata bulan maret, april, juni, november dan desember, sedangkan bulan januari, februari, juli, agustus, september dan oktober mengalami peningkatan. Evaporasi rata-rata bulan Mei tidak mengalami perubahan. Berdasarkan wilayah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka wilayah jawa bagian barat dan timur umumnya evaporasi rata-rata bulanan lebih banyak mengalami penurunan dibandingkan peningkatan, sedangkan jawa tengah mengalami peningkatan hal ini kemungkinan disebabkan perwakilan stasiun di wilayah jawa tengah lebih sedikit dibandingkan wilayah lainnya dan tidak ada perwakilan stasiun yang berada di pegunungan sehingga rata-ratanya menjadi paling tinggi dibandingkan jawa barat dan jawa timur.
22
Tabel 4. Evaporasi bulanan rata-rata periode antara tahun 1975 – 2013 di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan rata-rata Pulau Jawa (dalam mm/bulan) Bulan Januari
Jawa Barat Jawa Tengah 101 131 (67 -133) (121-145) Februari 99 124 (66 - 137) (106-144) Maret 111 135 (71 -140) (126 - 149) April 109 133 (81 - 138) (123 - 149) Mei 108 139 (86-134) (119-149) Juni 105 134 (72 - 136) (116 - 144) Juli 116 151 (77- 145) (120 - 166) Agustus 131 167 (103 -157) (129 - 191) September 135 170 (89 - 157) (140 - 184) Oktober 132 166 (101 - 161) (133 - 178) Nopember 113 137 (90 - 151) (124 - 155) Desember 104 125 (77 - 131) (114 - 140) Tahunan 1374 1674 (1077 - 1712) (1510- 1756)
Jawa Timur 116 (65-165) 109 (71 - 133) 117 (73 - 144) 116 (81-137) 123 (86-149) 114 (76 - 141) 130 (89 - 168) 146 (100 - 187) 151 (88 - 198) 164 (103 - 213) 134 (75 - 170) 112 (67 - 152) 1550 (972 - 1827)
Rata-rata Pulau Jawa 113 (65 - 165) 106 (66 - 144) 117 (71 - 149) 115 (81 - 149) 119 (86 - 149) 113 (72 - 144) 128 (77 -168) 143 (100-191) 148 (88 - 198) 151 (101- 213) 126 (75 - 170) 111 (67 - 152) 1483 (972 - 1827)
Tabel 5. Evaporasi bulanan rata-rata periode antara tahun 1960 – 1987di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan rata-rata Pulau Jawa hasil penelitian Suharsono, 1989 (dalam mm/bulan) Bulan Januari
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Tahunan
Jawa Barat 110 (74 -135) 109 (70-128) 123 (76 - 163) 118 (84 -145) 118 (76 - 159) 115 (78 - 159) 120 (78 - 182) 130 (93 - 208) 130 (86 - 230) 139 (81 - 212) 122 (72 - 172 ) 116 (78 - 161) 1450 (984 - 2046
Jawa Tengah 108 (64 - 142) 105 (60 -146) 119 (76 - 152) 116 (69 - 147) 121 (78 - 153) 115 (73 - 159) 123 (80 - 183) 137 (89 - 222) 140 (90 - 231) 146 (85 - 230) 128 (74 - 181) 117 (62 - 153) 1475 (921- 2010)
Jawa Timur 117 (69 - 173) 109 (67 -171) 126 (87 - 202) 122 (80 -207) 126 (82 - 233) 120 (79 - 220) 133 (70 - 219) 146 (65 - 248) 156 (68 - 259) 163 (63 - 294) 146 (69 - 257) 128 (77 - 220) 1592 (917 - 2648)
23
Rata-rata Pulau Jawa 110 (64 - 173) 105 (60 - 171) 120 (76 - 202) 116 (69 - 207) 119 (76 -233) 114 (73 - 220) 123 (70 - 219) 134 (65 - 248) 139 (68 - 259) 145 (63 - 294) 129 (69 - 257) 118 (62 - 220) 1472 (917 - 2648)
Evaporasi Berdasarkan Elevasi
Evaporasi Tahunan (mm)
Berdasarkan elevasi atau ketinggian tempat maka evaporasi di Jawa dan Bali dibagi menjadi 4 wilayah : - Wilayah dengan ketinggian < 100 meter - Wilayah dengan ketinggian 100 – 300 meter - Wilayah dengan ketinggian 301 – 700 meter - Wilayah dengan ketinggian > 700 meter 2500 2000 1500 1000 500 0
y = -0.4506x + 1601.8 R² = 0.4259
0
500
1000
1500
elevasi
Gambar 8. Hubungan antara evaporasi tahunan dengan elevasi Gambar 8. menunjukkan semakin meningkat elevasi lokasi pengamatan, evaporasi tahunan semakin rendah. Namun, berdasarkan Tabel 6. evaporasi rata-rata bulanan, dasarian dan harian di Pulau Jawa menunjukkan evaporasi pada elevasi 100 – 300 meter lebih rendah dibandingkan dengan elevasi 301 – 700 meter. Pola evaporasi bulanan rata-rata menurut elevasi di Pulau Jawa pada Gambar 9 a. menunjukkan evaporasi pada elevasi <100 m lebih rendah dibandingkan dengan elevasi lainnya. Evaporasi wilayah pada elevasi 301- 700 meter lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi 100 – 300 meter, evaporasi pada elevasi > 700 meter paling rendah dibandingkan lainnya. Evaporasi di Pulau Bali berdasarkan elevasi terdapat 2 wilayah yaitu wilayah dengan elevasi < 100 meter dan elevasi 100 – 300 meter. Berdasarkan Gambar 9b, menunjukkan bahwa pola evaporasi bulanan di Pulau Bali antara ketinggian < 100 meter dengan 100 – 300 meter sama pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober dan November, sedangkan bulan lainnya evaporasi pada elevasi 100 – 300 meter lebih rendah dibandingkan pada elevasi < 100 meter. Berdasarkan tabel 7. menunjukkan evaporasi rata-rata harian, dasarian dan bulanan semakin rendah dengan semakin meningkatnya elevasi. Pola evaporasi dasarian rata-rata di pulau Jawa (Gambar 10a) untuk wilayah elevasi < 100 meter paling tinggi dan wilayah elevasi > 700 meter lebih rendah daripada wilayah lainnya. Pola evaporasi dasarian di wilayah elevasi 100 – 300 meter dan 301 – 700 meter memiliki pola dan kisaran yang hampir sama. Pola evaporasi dasarian ratarata berdasarkan elevasi di pulau Bali pada Gambar 10b, menunjukkan rata-rata evaporasi dasarian wilayah elevasi < 100 meter lebih tinggi dibandingkan elevasi 100 – 300 meter kecuali pada dasarian ke-20 sampai dengan dasarian ke-29. Pola evaporasi dasarian wilayah elevasi 100- 300 meter lebih jelas peningkatan dan penurunannya dibandingkan wilayah elevasi < 100 meter. Pola evaporasi rata-rata harian berdasarkan elevasi di pulau Jawa dan Bali terdapat pada Gambar 11. 24
Tabel 6.Evaporasi Rata-rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa
Wilayah Bulanan Dasarian Ketinggian < 100 meter rata-rata 144 mm 45.0 mm maksimum167 mm 58.0 mm minimum 126 mm 35.2 mm Ketinggian 100 - 300 meter rata-rata 130 mm 38.2 mm maksimum173 mm 54.2 mm minimum 82 mm 19.3 mm
Harian 4.6 mm 9.8 mm 1.1 mm 4.0 mm 8.3 mm 1.3 mm
4.7 mm 6.7 mm 2.7 mm 4.5 mm 6.8 mm 2.1 mm
3.2 mm 5.8 mm 0.3 mm
150
150
Evaporasi (mm)
200
100
100
Bulan < 100 m
100-300 m
301-700 m
> 700 m
jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des
50 0
des
okt
nov
sep
jul
agt
jun
apr
mei
mar
jan
50 0
Harian
3.9 mm 6.9 mm 0.4 mm
200
feb
Evaporasi (mm)
Wilayah Bulanan Dasarian Ketinggian < 100 meter rata-rata 134 mm 43.1 mm maksimum 213 mm 71.0 mm minimum 76 mm 22.9 mm Ketinggian 100 - 300 meter rata-rata 117 mm 38.1 mm maksimum 174 mm 58.0 mm minimum 66 mm 19.5 mm Ketinggian 301 - 700 meter rata-rata 123 mm 39.5 mm maksimum 158 mm 62.5 mm minimum 114 mm 12.9 mm Ketinggian > 700 meter rata-rata 100 mm 29.2 mm maksimum 131 mm 49.6 mm \ minimum 72 mm 6.7 mm
Tabel 7. Evaporasi Rata-rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Bali
Bulan
(a) Jawa
(b)Bali
Gambar 9. Pola Evaporasi Bulanan Rata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali
25
(a)Jawa
(b)Bali
Gambar 10. Pola Evaporasi Dasarian Rata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali
(b) Bali
(a)Jawa
Gambar 11. Pola Evaporasi Harian Rata-Rata Berdasarkan Elevasi di Pulau Jawa dan Bali
26
Tren Evaporasi Bulanan Tabel 8. Tren evaporasi bulanan di Jawa dan Bali No
Nama Stasiun
1 Meteo Serang 2 Budiarto Curug 3 Soekarno Hatta Cengkareng 4 Dermaga Bogor*) 5 IPB baranangsiang 6 Kemayoran Jakarta 7 Pondok Betung Ciledug 8 Meteo Citeko 9 Tanjung Priok Jakarta 10 Geofisika Bandung 11 Lembang 12 Meteo Jatiwangi*) 13 Cilacap Meteo*) 14 Tegal Meteo*) 15 Ahmad yani Semarang 16 Semarang Klimat*) 17 Semarang *) 18 Sawahan Nganjuk 19 Tembelang 20 Geofisika Karangkates 21 PG Prajekan 22 Sangkapura Bawean 23 Perak I Surabaya 24 Meteo Maritim Perak II 25 Juanda Surabaya 26 Jatiroto 27 Karang Ploso Malang*) 28 andungsari 29 Kalianget Madura 30 Kaliwingin 31 Banyuwangi Meteo 32 Negara Bali*) 33 Ngurah Rai Meteo*) 34 Balai Besar Wilayah 3 35 Sanglah Denpasar*) 36 Kahang Karang Asem*)
lintang
Bujur
elevasi (m)
-6.11667 -6.23333 -6.11667 -6.50000 -6.60044 -6.18333 -6.18333 -6.70000 -6.10000 -6.88333 -6.82656 -6.75000 -7.73333 -6.85000 -6.98333 -6.98330 -6.96667 -7.73800 -7.49417 -8.15218 -7.95000 -5.85000 -7.21667 -7.20600 -7.36667 -8.13056 -7.75000 -7.86667 -7.05000 -8.21667 -8.21667 -8.34000 -8.74500 -8.73917 -8.67690 -8.35600
106.13333 106.65000 106.65000 106.75000 106.80540 106.83333 106.83620 106.85000 106.86667 107.60000 107.61767 108.26667 109.01667 109.15000 110.38333 110.41660 110.41667 111.78900 112.23278 112.45080 112.61667 112.63333 112.71667 112.73600 112.76667 113.34306 113.38330 113.61667 113.96667 114.38333 114.38333 114.61639 115.17100 115.17861 115.21000 115.61100
100 46 8 240 300 4 26 920 2 829 1241 123 20 3 3 227 0 675 34 285 505 3 0 3 3 29 436 887 0 50 13 23.65 6 3.5 15 140
Tren Evaporasi Panci bulanan -0.0014 -0.0005 0.0026 -0.0002 0.0008 -0.0023 -0.0012 0.0019 0.0085 0.0035 0.0058 0.0038 -0.0020 0.0058 0.0011 0.0014 -0.0041 0.0026 0.0034 -0.0057 0.0025 -0.0002 -0.0086 -0.0030 -0.0021 0.0012
R2
P value (α= 5%)
0.007 0.001 0.232 0.000 0.002 0.023 0.003 0.013 0.055 0.061 0.101 0.021 0.027 0.050 0.004 0.002 0.022 0.012 0.009 0.050 0.007 0.0001 0.245 0.040 0.050 0.022
0.38 0.75 0.00 0.91 0.64 0.08 0.55 0.21 0.01 0.01 0.00 0.11 0.01 0.01 0.49 0.63 0.11 0.24 0.31 0.01 0.36 0.91 0.00 0.01 0.00 0.02
Analisis tren evaporasi bulanan dilakukan pada data stasiun penelitian yang memiliki data 10 tahun atau lebih. Analisis tren dilakukan untuk mendeteksi adanya kecenderungan evaporasi bulanan semakin menurun atau meningkat. Tabel 8. merupakan tren evaporasi bulanan di Jawa dan Bali, sedangkan grafik tren terdapat pada lampiran 3. Hasil analisis tren pada 26 stasiun penelitian yang memiliki data evaporasi 10 tahun atau lebih menunjukkan 14 stasiun mengalami kecenderungan peningkatan dan 12 stasiun cenderung turun. Evaporasi yang mengalami kecenderungan penurunan berdasarkan urutan nilai koefisien determinansi (R2) terbesar hingga terkecil di pulau Jawa terjadi di stasiun
27
Semarang (klimat), Karangploso, Citeko, Perak I Surabaya, Serang, Tanjung Priok, Curug, Banyuwangi dan Baranangsiang, sedangkan Pulau Bali, Negara, Sanglah dan Ngurah Rai. Kecenderungan peningkatan evaporasi tahunan berdasarkan urutan nilai koefisien determinansi (R2) terbesar hingga terkecil terjadi pada Darmaga, Tegal, Cilacap, Jatiwangi, Semarang (maritim), Ahmad Yani Semarang, Bandung, Perak II, Djuanda Surabaya, Kalianget, Karangkates, Kemayoran dan Bawean untuk pulau Jawa, sedangkan Pulau Bali, terjadi di Kahang. Berdasarkan nilai P dengan tingkat kepercayaan α = 5%, nilai P yang kurang dari 0.05 menunjukkan kecenderungan evaporasi bulanan yang terjadi signifikan yaitu di Pulau Jawa pada stasiun Darmaga, Jatiwangi, Cilacap, Tegal, Semarang Klimat, Semarang dan Karangploso, sedangkan di Pulau Bali terjadi di stasiun Negara, Ngurah Rai, Sanglah dan Kahang. Kecenderungan penurunan evaporasi panci terjadi di beberapa wilayah seperti Rusia, Siberia, Amerika barat dan timur, India dan Venezuela menurut Brutseart dan Parlange (1998) merupakan fenomena paradox karena sulit dikaitkan dengan peningkatan presipitasi global dan keawanan yang normalnya membutuhkan lebih banyak evaporasi sebagai sumber uap air di atmosfer, sehingga diprediksi peningkatan evaporasi merupakan hasil dari radiative forcing akibat peningkatan CO2 di atmosfer. Hubungan Evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air Menurut Interval Waktu Analisis ketergantungan evaporasi terhadap pengaruh suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran, kecepatan angin dan defisit tekanan uap air dilakukan dengan mengevaluasi perbandingan pola nilai standarisasi evaporasi dengan parameter iklim tersebut menurut interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Perbandingan tersebut dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian yang memiliki data lebih dari 5 tahun, seperti pada Lampiran 4.. Pola evaporasi dengan parameter iklim lainnya dalam interval waktu harian, dasarian dan bulanan dapat menggambarkan pengaruh parameter iklim terhadap pola evaporasi baik berpengaruh positif maupun negatif antara pola evaporasi dengan parameter iklim Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air terutama pada interval waktu bulanan. Pola evaporasi dengan kelembaban udara berdasarkan hasil perbandingan di masing-masing stasiun menunjukkan hubungan yang negatif, semakin tinggi kelembaban relatif, evaporasi semakin rendah. Sedangkan hubungan antara lama penyinaran, suhu udara, kecepatan angin dan defisit tekanan uap air dengan evaporasi menunjukkan hubungan yang positif. Pola evaporasi pada Gambar 5. Mengikuti pola radiasi matahari (lama penyinaran) yang menunjukkan tertinggi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Analisis korelasi antara evaporasi dan parameter iklim Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air dilakukan untuk mengetahui parameter iklim yang paling dominan berpengaruh terhadap proses evaporasi. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai korelasi (r) dan determinansi (R 2) seperti pada Tabel 9. Gambar 12 menunjukkan peta sebaran parameter iklim yang paling dominan terhadap proses evaporasi.
28
Berdasarkan Tabel 9. pengaruh paling dominan parameter iklim terhadap evaporasi berbeda-beda tergantung dari kondisi dan karakteristik lokasi pengamatan evaporasi. Defisit tekanan uap air berpengaruh paling dominan di Pulau Jawa pada 19 stasiun, kelembaban relatif pada 8 stasiun, suhu udara dan lama penyinaran pada 2 stasiun menurut interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Kecepatan angin berpengaruh dominan terhadap evaporasi hanya 1 stasiun di Karangploso pada interval waktu dasarian dan bulanan. Kelembaban udara berkorelasi negatif dengan evaporasi di hampir seluruh lokasi stasiun kecuali di Curug, Darmaga dan Baranangsiang, sedangkan defisit tekanan uap air berkorelasi positif dengan evaporasi kecuali di Curug pada interval waktu dasarian dan bulanan. Defisit tekanan uap air berpengaruh paling dominan terhadap evaporasi di Pulau Bali pada 4 stasiun, kelembaban udara 3 stasiun dan suhu udara dominan mempengaruhi evaporasi pada skala waktu harian di stasiun Balai Besar Wilayah III. Sedangkan di stasiun Kahang selain kelembaban udara, lama penyinaran juga berpengaruh dominan pada interval waktu harian dan dasarian. Umumnya hubungan evaporasi dengan suhu udara dan kecepatan angin bersifat positif kecuali di Ngurah Rai hubungan korelasi evaporasi dengan suhu dan kecepatan angin bersifat negatif.
Gambar 12. Sebaran parameter iklim yang dominan mempengaruhi Proses evaporasi
29
Tabel 9. Korelasi (r) dan Nilai Determinansi (R2) Evaporasi dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran,Kecepatan Angin dan Defisit Tekanan Uap Air No.
Nama Stasiun Iklim
Satuan Waktu
1
Meteo Serang
Harian dasarian
2
Budiarto Curug
Harian
bulanan
3
Soeta Cengkareng
4
Darmaga Bogor
5
IPB baranangsiang
Kelembaban Udara Defisit Tekanan Uap Air r R2 r R2 -0.49 0.24 0.50 0.25 -0.80 0.65 0.84 0.71 -0.87
0.76
0.02 0.0005
0.90
0.81
0.005
0.00002
Lama Penyinaran r R2 0.41 0.17 0.69 0.47 0.69
Suhu Udara r R2 0.22 0.05 0.37 0.13
0.47
Kecepatan Angin r R2 -0.07 0.004 -0.17 0.03
0.34
0.11
-0.11
0.01
-0.01 0.00005
0.18
0.03
0.17
0.03
dasarian bulanan Harian dasarian bulanan Harian dasarian
0.12 0.25 -0.32 -0.69 -0.87 -0.70 -0.74
0.02 0.06 0.10 0.48 0.76 0.49 0.55
-0.06 -0.16 0.31 0.68 0.86 0.73 0.78
0.00 0.03 0.10 0.47 0.74 0.54 0.61
-0.14 -0.25 0.23 0.58 0.73 0.60 0.62
0.02 0.06 0.05 0.34 0.53 0.36 0.39
0.43 0.66 0.12 0.23 0.29 0.58 0.66
0.19 0.44 0.02 0.05 0.09 0.33 0.43
0.37 0.41 -0.02 -0.24 -0.34 0.05 0.03
0.14 0.17 0.00 0.06 0.11 0.003 0.001
bulanan
-0.77
0.60
0.81
0.66
0.65
0.42
0.67
0.45
0.03
0.001
Harian
-0.69
0.48
0.70
0.49
0.74
0.54
0.59
0.35
0.60
0.36
dasarian
-0.89
0.79
0.91
0.83
0.97
0.94
0.79
0.62
0.79
0.62
bulanan
-0.90
0.81
0.93
0.86
0.98
0.96
0.78
0.61
0.84
0.70
Harian
-0.51
0.26
0.51
0.26
0.42
0.18
0.38
0.15
0.09
0.01
dasarian bulanan Harian dasarian bulanan Harian dasarian bulanan Harian dasarian bulanan Harian dasarian bulanan
0.58 0.63 0.34 0.82 0.90 0.20 0.52 0.55 0.17 0.50 0.56 0.31 0.54 0.55 0.78 0.97 0.99 0.02 0.01 0.00005 0.15 0.47 0.69 0.54 0.83 0.87 0.78 0.88 0.91 0.45 0.82 0.90 0.06 0.19 0.24 -
0.67 0.72 0.47 0.79 0.81 0.53 0.79 0.83 0.25 0.44 0.43 0.29 0.34 0.26
0.45 0.52 0.22 0.62 0.66 0.28 0.62 0.69 0.06 0.19 0.19 0.08 0.11 0.07 0.25 0.40 0.48 0.05 0.10 0.11 0.08 0.26 0.39 0.43 0.74 0.79 0.66 0.79 0.80 0.31 0.62 0.74 0.02 0.04 0.07 -
0.59 0.59 0.47 0.73 0.78 0.33 0.57 0.54 0.31 0.52 0.53 0.38 0.49 0.50
0.35 0.35 0.22 0.53 0.60 0.11 0.32 0.30 0.10 0.27 0.28 0.14 0.24 0.25 0.41 0.55 0.57 0.01 0.05 0.09 0.01 0.05 0.07 0.15 0.23 0.21 0.31 0.37 0.41 0.09 0.16 0.12 0.11 0.46 0.54 -
0.09 0.08 0.21 0.54 0.66 0.10 0.21 0.18 -0.20 -0.49 -0.58 0.28 0.41 0.44
19
0.58 0.63 0.33 0.81 0.88 0.19 0.49 0.52 0.26 0.49 0.55 0.23 0.45 0.46 0.78 0.96 0.98 0.06 0.14 0.28 0.14 0.45 0.67 0.53 0.81 0.88 0.76 0.87 0.89 0.44 0.80 0.90 0.04 0.12 0.16 -
0.76 0.79 0.58 0.91 0.95 0.44 0.72 0.74 0.41 0.71 0.75 0.56 0.74 0.74
Harian dasarian bulanan Cilacap Harian dasarian bulanan Tegal Harian dasarian bulanan Ahmad yani Semarang Harian dasarian bulanan Semarang Klimat Harian dasarian bulanan Semarang Maritim Harian dasarian bulanan Sawahan Nganjuk Harian dasarian bulanan Tembelang
-0.76 -0.79 -0.57 -0.90 -0.94 -0.43 -0.70 -0.72 -0.51 -0.70 -0.74 -0.48 -0.67 -0.68 -0.88 -0.98 -0.99 -0.24 -0.38 -0.53 -0.38 -0.67 -0.82 -0.73 -0.90 -0.94 -0.87 -0.93 -0.94 -0.66 -0.89 -0.95 -0.20 -0.35 -0.40 -
0.58 0.81 0.85 0.17 0.35 0.45 0.32 0.52 0.46 0.40 0.60 0.65 0.28 0.31 0.29 -0.09 -0.18 -0.32 0.10 0.31 0.33 -
0.01 0.01 0.05 0.29 0.44 0.01 0.05 0.03 0.04 0.24 0.34 0.08 0.17 0.19 0.33 0.65 0.72 0.03 0.12 0.20 0.10 0.28 0.21 0.16 0.36 0.42 0.08 0.10 0.09 0.01 0.03 0.10 0.01 0.10 0.11 -
20
Karangkates
Harian
-0.60
0.36
0.62
0.38
0.52
0.27
-0.02 0.0006
0.36
0.13
dasarian
-0.84
0.71
0.88
0.78
0.74
0.55
-0.08
0.01
0.62
0.39
bulanan
-0.90 -0.72 -0.86 -0.88
0.80 0.51 0.75 0.77
0.94
0.89 0.54 0.79 0.81
0.76
0.58 0.44 0.74 0.76
-0.12 0.54 0.67 0.68
0.02 0.29 0.45 0.46
0.71
0.51 0.11 0.15 0.21
6
Kemayoran Jakarta
7
Pondok Betung
8
Citeko
9
Tanjung Priok
10
Bandung
11 12
Lembang Jatiwangi
13
14
15
16
17
18
21 22
PG Prajekan Sangkapura Bawean
Harian dasarian bulanan
0.88 0.99 0.99 0.14 0.07 0.01 0.39 0.69 0.83 0.73 0.91 0.93 0.88 0.94 0.95 0.67 0.91 0.95 0.24 0.44 0.49 -
0.74 0.89 0.90
30
0.50 0.63 0.69 0.23 0.31 0.33 0.29 0.51 0.62 0.65 0.86 0.89 0.81 0.89 0.90 0.56 0.79 0.86 0.14 0.21 0.26 -
0.66 0.86 0.87
0.64 0.74 0.75 -0.09 -0.23 -0.30 0.12 0.22 0.27 0.39 0.48 0.46 0.56 0.61 0.64 0.30 0.40 0.35 0.34 0.68 0.74 -
0.33 0.39 0.46
Tabel 9. Lanjutan No.
Nama Stasiun Iklim
Satuan Waktu
Kelembaban Udara Defisit Tekanan Uap Air Lama Penyinaran r R2 r R2 r R2 -0.74 0.54 0.74 0.55 0.68 0.46 -0.90 0.82 0.91 0.83 0.85 0.73
Suhu Udara r R2 0.29 0.09 0.37 0.14
Kecepatan Angin r R2 0.40 0.16 0.52 0.27
23
Perak I Surabaya
Harian dasarian bulanan
-0.91
0.83
0.92
0.84
0.87
0.76
0.36
0.13
0.59
0.34
24
Perak II Surabaya
Harian
-0.71
0.50
0.73
0.53
0.50
0.25
0.34
0.12
0.25
0.06
dasarian bulanan Harian dasarian bulanan Harian dasarian
-0.92 -0.93 -0.78 -0.93 -0.95 -0.29 -0.51
0.84 0.86 0.61 0.87 0.91 0.08 0.26
0.94 0.96 0.79 0.94 0.96 0.29 0.51
0.89 0.91 0.62 0.89 0.92 0.08 0.26
0.67 0.67 0.58 0.72 0.72 0.20 0.29
0.44 0.45 0.34 0.52 0.52 0.04 0.08
0.44 0.43 0.26 0.30 0.27 0.08 0.13
0.19 0.19 0.07 0.09 0.07 0.01 0.02
0.66 0.68 0.29 0.44 0.52 0.16 0.21
0.43 0.47 0.08 0.19 0.27 0.03 0.04
25
Juanda Surabaya
26
Jatiroto
27
Karang Ploso
28
andungsari
29
Kalianget Madura
30 31
Kaliwingin Banyuwangi Meteo
32
33
34
35
36
bulanan
-0.65
0.42
0.62
0.39
0.27
0.07
0.11
0.01
0.38
0.14
Harian
-0.61
0.37
0.67
0.45
0.46
0.22
0.13
0.02
0.54
0.29
dasarian
-0.74
0.55
0.83
0.69
0.57
0.33
0.14
0.02
0.83
0.69
bulanan
-0.75
0.56
0.85
0.72
0.58
0.33
0.10
0.01
0.88
0.77
0.60 0.64 0.73
0.36 0.41 0.53 0.02 0.02 0.02 0.06 0.09 0.10 0.02 0.04 0.04 0.01 0.07 0.12 0.57 0.80 0.84 0.02 0.03 0.03
Harian dasarian bulanan
Harian dasarian bulanan Negara Bali Harian dasarian bulanan Ngurah Rai Meteo Harian dasarian bulanan Balai Besar Wilayah 3 Harian dasarian bulanan Kahang Karang Asem Harian dasarian bulanan Sanglah Denpasar Harian dasarian bulanan
-0.79 -0.85 -0.92 -0.46 -0.81 -0.87 -0.42 -0.66 -0.79 -0.30 -0.41 -0.44 -0.14 -0.43 -0.57 -0.85 -0.93 -0.95 -0.13 -0.08 -0.08
0.63 0.72 0.85 0.21 0.65 0.75 0.18 0.44 0.62 0.09 0.17 0.19 0.02 0.19 0.32 0.73 0.86 0.90 0.02 0.01 0.01
-
0.80 0.85 0.93
0.52 0.87 0.91 0.45 0.71 0.83 0.27 0.43 0.43 0.08 0.31 0.34 0.85 0.93 0.96 0.36 0.46 0.54
0.64 0.73 0.87 0.27 0.76 0.82 0.20 0.50 0.70 0.07 0.18 0.18 0.01 0.10 0.12 0.72 0.86 0.91 0.13 0.21 0.29
-
0.65 0.71 0.78
0.18 0.27 0.16 0.15 0.17 0.20 0.26 0.31 0.32 0.10 0.39 0.39 0.86 0.93 0.93 0.15 0.07 0.02
0.42 0.50 0.60 0.03 0.07 0.03 0.02 0.03 0.04 0.07 0.09 0.10 0.01 0.15 0.15 0.74 0.86 0.87 0.02 0.00 0.00
0.41 0.43 0.47 0.40 0.61 0.59 0.16 0.22 0.23 -0.08 -0.09 -0.14 -0.16 -0.34 -0.51 0.19 0.20 0.18 0.33 0.41 0.41
0.17 0.19 0.22 0.16 0.37 0.35 0.03 0.05 0.05 0.01 0.01 0.02 0.03 0.12 0.26 0.03 0.04 0.03 0.11 0.17 0.17
-
0.12 0.13 0.14 0.24 0.30 0.32 -0.13 -0.21 -0.20 0.08 0.26 0.34 0.76 0.89 0.92 0.13 0.16 0.18
Estimasi Evaporasi Menggunakan Parameter Iklim Pendugaan evaporasi menggunakan data parameter iklim bertujuan untuk menduga evaporasi di suatu wilayah menggunakan data parameter iklim yang ada (suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran, kecepatan angin, dan defisit tekanan uap air), jika ketersediaan data evaporasi panci klas A terbatas. Parameter iklim yang paling dominan mempengaruhi proses evaporasi pada Tabel 9. digunakan sebagai penduga evaporasi bertujuan untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode estimasi evaporasi yang telah dilakukan sebelumnya seperti Penman, Thorntwaite, Makkin dan lainnya yang memiliki iklim yang berbeda dengan Indonesia. Tabel 10. menunjukkan hasil persamaan regresi antara evaporasi dengan parameter iklim yang berkorelasi paling tinggi pada masing-masing stasiun. Persamaan regresi pendugaan evaporasi dilakukan pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan
31
diuji secara statistik dengan uji t pada α 5 %. Rata-rata error hasil validasi model menunjukkan semakin kecil nilai error maka estimasi evaporasi panci semakin mendekati nilai observasi. Tabel 10. Persamaan Estimasi Evaporasi Menggunakan Parameter Iklim Lain
No. Nama Stasiun Iklim 1 Meteo Serang
2
Budiarto Curug
3
Soeta Cengkareng
4
Darmaga Bogor
5
IPB baranangsiang
Interval Waktu Harian Dasarian Bulanan
R2 0.26 0.69 0.80
Kesalahan Hasil Validasi ± 0.39 9.4% ± 1.76 4.2% ± 3.81 3.1%
Harian
0.02
± 0.70
15.8%
(22.9 - 30.4)oC
E = -102.5 + 5.52T*
Dasarian
0.15
± 3.01
6.9%
(24.9 - 28.4)oC
E = -332.3 + 17.49T E = 12.90 - 0.10RH* E = 139.78 - 1.2RH* E = 439.52 - 3.73RH* E = 1.91 + 0.39VPD* E = 17.61 + 3.43VPD* E = 53.77 + 10.11VPD*
Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan
0.19 0.10 0.47 0.70 0.54 0.67 0.70
± 7.49 ± 0.70 ± 2.51 ± 4.96 ± 0.26 ± 1.99 ±5.62
5.7% 14.6% 5.5% 3.5% 7.2% 5.7% 5.3%
(25.2 - 27.9)oC (58 - 96)% (67 - 90)% (70 - 89)% (0 - 23.5)mbar (1.9 - 10.7)mbar (2.3 - 9.5)mbar
E = 0.85 + 0.34Ra*
Harian
0.49
± 0.39
9.2%
(0 - 98) MJ/m2/Hari
E = -8.54 + 4.47Ra*
Dasarian
0.86
± 1.92
5.4%
(3.3 - 17.1) MJ/m2/Hari
Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan
0.84 0.26 0.59 0.59 0.36 0.84 0.92 0.28 0.64 0.74 0.16 0.52 0.64 0.30 0.55 0.56 0.78 0.97 0.99 0.06 0.13 0.32 0.15 0.55 0.67 0.54 0.81 0.85 0.78 0.89 0.88 0.45 0.78 0.87
± 6.36 ± 0.48 ±2.61 ± 7.08 ± 0.57 ± 1.8 ± 3.45 ± 0.32 ±1.54 ± 4.00 ±0.64 ±2.73 ± 6.00 ± 0.35 ±2.38 ± 6.19 ± 0.42 ± 1.39 ± 2.70 ± 0.44 ± 2.23 ± 8.99 ± 0.49 ±2.63 ± 6.38 ± 0.48 ± 2.59 ± 7.17 ± 0.28 ± 1.86 ± 6.18 ± 0.52 ± 2.56 ± 6.00
5.7% 7.8% 8.0% 7.1% 15.6% 4.9% 3.2% 9.7% 4.7% 3.9% 13.3% 5.8% 4.3% 9.5% 6.5% 5.6% 12.6% 4.2% 2.7% 10.7% 5.4% 3.6% 9.7% 5.6% 4.5% 9.3% 5.4% 4.5% 6.2% 4.2% 4.4% 9.6% 5.3% 4.3%
(6.0 - 13.3)MJ/m2/Hari (1.0 - 37.2) mbar (4.8 - 15.3) mbar (5.3 - 14) mbar (0.9 - 36.5) mbar (3.6 - 15.6) mbar (4.2 - 13.9) mbar (0 - 11.4) Jam (0 - 8.51) Jam (0.4 - 7.3) Jam (0.3 - 21.4) mbar (4.9 - 16.5) mbar (5.7 - 15.3) mbar (1.0 - 17.4) mbar (2.9 - 11.0) mbar (3.4 -9.9) mbar (0.6 - 26.5) mbar (3.1 - 19.3) mbar (3.8 - 16.5) mbar (65 -97)% (73 - 90)% (78 - 86) % (0.6 - 16.3) mbar (3.2 - 13.5) mbar (4.0 - 12.4) mbar (0.6 - 23.9) mbar (4.0 -16.3) mbar (4.6 - 14.8) mbar (0.9 - 27.9) mbar (3.8 - 16.6) mbar (4.3 - 15.5) mbar (1.1 - 27.1) mbar (4.2 - 14.7) mbar (63 - 85) %
Persamaan Regresi E = 2.16 + 0.31VPD* E = 18.12 + 3.57VPD* E = 52.49 +11.02VPD* E =-4.18 + 0.33T*
E = -31.47 + 14.41Ra* 6 Kemayoran Jakarta E = 1.16 + 0.22VPD* E = 8.14 + 2.53VPD* E = 24.10 + 7.61VPD* 7 Pondok Betung E = 1.33 + 0.290VPD* E = 13.54 + 2.85VPD* E = 42.26 + 8.36VPD* 8 Citeko E = 2.66 + 0.16LP* E = 25.63 + 1.73LP* E = 79.05 + 5.53LP* 9 Tanjung Priok E =2.62 + 0.22VPD* E = 25.08 + 2.16VPD* E =77 + 6.24VPD* 10 Bandung E = 2.26 + 0.24VPD* E = 19.54 + 2.78VPD* E =64.16 + 7.53VPD* 11 Lembang 12 Jatiwangi E = 0.74 + 0.31VPD* E = 6.9 + 3.11VPD* E = 20.52 + 9.38VPD* 13 Cilacap E = 13.60 - 0.11RH* E = 163.66 - 1.48RH* E = 813.28 - 8.36RH 14 Tegal E = 3.99 + 0.14VPD* E = 37.72 + 1.58VPD* E = 94.43 + 5.90VPD* 15 Ahmad yani Semarang E = 2.39 + 0.28VPD* E = 18.65 + 2.99VPD* E = 428.76 - 3.77VPD* 16 Semarang Klimat E = 2.05 + 0.28VPD* E = 18.55 + 2.92VPD* E = 55.74 + 9.30VPD* 17 Semarang Maritim E = 2.84 + 0.28VPD* E = 21.92 + 2.92VPD* E = 421.68 - 3.46RH*
32
Selang Data (0.6 - 19.4) mbar (3.6 - 10.5) mbar (4.0 - 9.6) mbar
Tabel 10. Lanjutan Interval Waktu
R2
E = -6.62 + 0.43T*
Harian
0.11
± 0.66
18.4%
(20.7 - 28.0) oC
E = -70.03 + 4.45T*
Dasarian
0.42
± 2.93
8.3%
(21.9 - 26.9) oC
E = -258.5 + 15.83T* E = 1.54 + 0.37VPD* E = 12.76 + 4.15VPD* E = 42.84 + 12.48VPD* E = 1.53 + 0.35VPD* E = 6.32 + 4.02VPD* E = 19.96 + 12.51VPD* E = 2.46 + 0.29VPD* E = 14.33 + 3.29VPD* E = 44.77 + 10.26VPD* E = 1.33 + 0.30VPD* E = 10.07 + 3.28VPD* E = 31.26 + 10.24VPD* E = 2.07 + 0.39VPD* E = 7.56 + 4.77VPD* E = 24.13 +14.81VPD* E = 2.42 + 0.14VPD* E = 11.33 - 2.13VPD* E = 59.57 + 5.53VPD E = 1.49 + 0.42VPD* E = 4.74 + 9.55U* E = -1.38 + 32.32U* E = 1.94 + 0.40VPD* E = 163.57 - 1.47RH* E = 50.14 +12.29VPD* E =1.97 + 0.34VPD* E = 11.12 + 4.27VPD* E = 39.47 + 12.68VPD* E = 2.29 + 0.36VPD* E = 18.08 + 4.14VPD* E = 29.39 + 17.58VPD* E = 14.62 - 0.11RH* E = 5.67 + 5.84VPD* E = 654 - 6.10RH
Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan
0.52 0.38 0.78 0.79 0.54 0.84 0.82 0.43 0.81 0.83 0.53 0.90 0.91 0.63 0.88 0.90 0.08 0.12 0.26 0.45 0.54 0.74 0.64 0.59 0.86 0.27 0.71 0.69 0.20 0.27 0.50 0.09 0.15 0.26
± 7.26 ± 0.44 ± 1.90 ± 5.93 ± 0.54 ± 3.00 ± 9.09 ± 0.54 ± 2.65 ± 7.81 ± 0.49 ± 1.81 ± 4.95 ± 0.49 ± 2.45 ± 7.93 ± 0.35 ± 4.05 ± 6.44 ± 0.47 ± 3.96 ± 7.07 ± 0.57 ± 4.53 ± 7.9 ± 0.46 ± 1.96 ± 5.20 ± 0.37 ± 2.46 ± 6.74 ± 0.37 ± 3.29 ± 8.10
6.2% 11.3% 4.9% 4.9% 10.6% 10.4% 6.0% 10.9% 5.7% 5.4% 10.4% 3.9% 3.4% 8.3% 4.9% 5.1% 8.9% 12.0% 5.5% 11.2% 9.1% 5.4% 10.6% 10.8% 6.1% 10.0% 4.5% 3.9% 8.6% 6.0% 5.3% 6.8% 6.8% 4.8%
(22.1 - 26.1) oC (0.6 - 21.1) mbar (1.6 - 13.8) mbar (2.1 - 11.4) mbar (0.7 - 24.9) mbar (2.0 - 12.4) mbar (2.6 - 11.4) mbar (2.1 - 20.7) mbar (5.3 - 16.5) mbar (6.2 -15.2) mbar (1.5 - 22.0) mbar (5.9 - 18.6) mbar (7.0 - 18.3) mbar (1.1 - 22.6) mbar (4.1 - 18.4) mbar (4.9 - 17.7) mbar (0.4 - 34.6) mbar (4.4 - 23.4) mbar (5.2 - 21.1) mbar (0.5 - 16.8) mbar (1.0 - 9.0) Knot (1.5 - 7.1) Knot (0.7 - 24.9) mbar (70 - 94) % (2.6 - 11.4) mbar (1.5 - 34.0) mbar (4.3 - 12.1) mbar (5.2 - 10.5) mbar (0.9 - 16.9) mbar (2.6 - 9.4) mbar (3.3 - 8.2) mbar (0.9 - 17.6) mbar (3.6 - 14.0) mbar (4.8 - 13.3) mbar
E = 7.14 - 0.10T* E = 35.41 + 1.84VPD E= 106.47 + 6.43VPD E =2.38 + 0.30VPD* E = 15.71 + 3.97VPD* E= 35.36 + 14.17VPD E = 1.844 + 0.37LP* E = 13.66 + 3.37LP* E = -10.73 + 20.83VPD*
Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan
0.04 0.07 0.05 0.12 0.19 0.17 0.74 0.83 0.89
± 0.47 ± 2.12 ± 6.71 ± 0.35 ± 2.62 ± 7.34 ± 0.43 ± 3.00 ± 8.18
10.5% 4.8% 4.8% 7.5% 5.8% 5.1% 9.4% 7.8% 6.3%
(22.6 - 31.0) oC (1.9 - 9.6) mbar (2.5 - 8.9)mbar (0.9 - 27.0) mbar (3.4 - 14.5) mbar (4.3 - 13.3) mbar (0 - 12) Jam (0 - 12) Jam (1.9 - 12.8) mbar
No. Nama Stasiun Iklim
Persamaan Regresi
18
Sawahan Nganjuk
19 20
Tembelang Karangkates
21 22
PG Prajekan Sangkapura Bawean
23
Perak I Surabaya
24
Perak II Surabaya
25
Juanda Surabaya
26
Jatiroto
27
Karang Ploso
28 29
andungsari Kalianget Madura
30 31
Kaliwingin Banyuwangi Meteo
32
Negara Bali
33
Ngurah Rai Meteo
34
Balai Besar Wilayah 3
35
Sanglah Denpasar
36
Kahang Karang Asem
33
Kesalahan Hasil Validasi
Selang Data
Keterangan : *) signifikan pada α 5 % E = Evaporasi Panci Klas A (mm) VPD = Defisit Tekanan Uap Air (mbar) LP = Lama penyinaran (jam) Ra = Intensitas Radiasi Matahari (MJ/m2/Hari) T = Suhu Udara Rata-rata (oC) RH = Kelembaban Udara rata-rata (%) U = Kecepatan angin (Knot) Pendugaan evaporasi panci menggunakan parameter iklim yang dominan berpengaruh terhadap proses evaporasi memiliki nilai kesalahan berkisar antara 0,26 – 0,70 mm untuk interval waktu harian dan berkisar antara 7,2% – 18,4% persentase kesalahan dibandingkan dengan rata-rata data observasi. Kisaran nilai kesalahan untuk interval waktu dasarian 1,54 – 4,53 mm dan 3,9% - 12% persentase kesalahan dibandingkan dengan rata-rata data observasi. Sedangkan pada interval waktu bulanan kisaran kesalahan antara 2,70 – 9,09 mm dan 2,7% - 7,1% dibandingkan dengan ratarata data observasi. Selang data pengamatan pada kolom terakhir Tabel 10. merupakan keterangan kisaran data yang digunakan dalam analisis yang menunjukkan keberlakuan persamaan model evaporasi panci menggunakan data parameter iklim pada selang data tersebut. Ketersediaan Air dan Indeks Evaporasi Berdasarkan Perhitungan Neraca Air di Pulau Jawa dan Bali Perhitungan neraca air per stasiun penelitian menghasilkan keluaran berupa evapotranspirasi aktual, periode defisit (kekurangan air) dan surplus (kelebihan air) di masing-masing lokasi. Neraca air klimatologis merupakan perbandingan suplai air (curah hujan) dengan kebutuhan air klimatik (evapotranspirasi potensial) untuk periode rata-rata jangka panjang. Contoh perhitungan neraca air lahan dasarian dan bulanan serta grafik yang memperlihatkan periode defisit dan surplus terdapat pada Lampiran 5. Berdasarkan wilayah Jawa bagian barat, tengah dan timur pada Gambar 13 dan 16 merupakan hasil analisis neraca air lahan dasarian menggunakan curah hujan peluang > 50 %, terlihat di Pulau Jawa bagian barat rata-rata periode defisit selama 8 dasarian dengan kisaran 0 – 18 dasarian, sedangkan periode surplus selama 23 dasarian dengan kisaran 9 – 36 dasarian. Surplus sepanjang tahun dan tidak memiliki periode defisit terdapat di Darmaga dan Baranangsiang, sedangkan defisit terpanjang selama 18 dasarian di Cengkareng. Periode surplus paling pendek yaitu di Tanjung Priok selama 9 dasarian. Pulau Jawa bagian tengah memiliki rata-rata periode defisit selama 11 dasarian dengan kisaran 5 – 15 dasarian, sedangkan periode surplus rata-rata selama 20 dasarian dengan kisaran 14 – 28 dasarian. Periode defisit paling panjang selama 15 dasarian di Semarang Maritim dan terpendek selama 5 dasarian di Cilacap yang juga memiliki periode surplus terpanjang selama 28 dasarian. Periode surplus terpendek di Tegal selama 14 dasarian. 34
Periode defisit dan surplus rata-rata di Pulau Jawa bagian timur yaitu selama 15 dasarian dengan kisaran periode defisit 7 – 20 dasarian dan kisaran surplus 10 – 15 dasarian. Periode defisit terpanjang selama 20 dasarian di Surabaya Perak I, sedangkan periode defisit terpendek selama 7 dasarian di Karangkates. Periode surplus terpanjang selama 20 dasarian terjadi di Sawahan Nganjuk dan surplus terpendek selama 10 dasarian di Kalianget. Di Pulau Bali periode defisit dan surplus rata-rata selama 15 dasarian dengan kisaran periode defisit 7 – 21 dasarian dan kisaran periode surplus 11 – 22 dasarian. Periode defisit terpanjang selama 21 dasarian di Balai Besar Wilayah III dan terpendek selama 7 dasarian di Negara yang juga memiliki periode surplus terpanjang selama 20 dasarian. Surplus terpendek selama 11 dasarian yaitu di Ngurah Rai.
Gambar 13. Periode defisit neraca air dasarian Pulau Jawa dan Bali
Gambar 14. Periode surplus neraca air dasarian Pulau Jawa dan Bali
35
Gambar 15. Periode defisit neraca air bulanan Pulau Jawa dan Bali
Gambar 16. Periode surplus neraca air bulanan Pulau Jawa dan Bali Hasil neraca air lahan bulanan menggunakan curah hujan peluang > 75% berdasarkan pembagian wilayah barat, tengah dan timur di Pulau Jawa pada Gambar 15 dan 16, diperoleh bahwa wilayah Jawa Barat rata-rata periode defisit selama 5 bulan dengan kisaran 0 – 9 bulan. Periode defisit terpendek selama 0 bulan di Darmaga dan terpanjang di Tanjung Priok selama 9 bulan, sedangkan periode surplus rata-rata selama6 bulan dengan kisaran 2 – 10 bulan. Periode surplus terpanjang selama 10 bulan di Baranangsiang dan terpendek selama 2 bulan di Tanjung Priok. Wilayah Jawa bagian tengah rata-rata periode defisit selama 6 bulan dengan kisaran 4 – 8 bulan dan rata-rata periode surplus selama 4 bulan dengan kisaran 3-7 bulan.Periode defisit terpanjang di Tegal selama 8 bulan yang juga memiliki periode surplus terpendek selama 3 bulan. Sedangkan periode defisit terpendek selama 4 bulan di Cilacap yang juga memiliki periode surplus terpanjang selama 7 bulan. Periode defisit rata-rata wilayah Jawa bagian timur selama 7 bulan dengan kisaran 5 – 8 bulan, sedangkan periode surplus rata-rata 4 bulan dengan kisaran 3- 5 bulan. Periode defisit terpanjang selama 8 bulan di Surabaya perak I, perak II dan
36
Banyuwangi yang juga memiliki surplus terpendek selama 3 bulan.Periode defisit terpendek selama 5 bulan di Sangkapura Bawean, Karangkates dan Sawahan Nganjuk yang juga memiliki surplus terpanjang yaitu Karangkates dan Sawahan Nganjuk. Di pulau Bali rata-rata periode defisit selama 7 bulan dengan kisaran 5- 8 bulan dan rata-rata periode surplus selama 3 bulan dengan kisaran 3 – 4 bulan. Defisit terpanjang selama 8 bulan di Balai besar wilayah III, Kahang dan Ngurah Rai yang juga memiliki periode surplus terpendek selama 3 bulan ditambah dengan Sanglah. Periode defisit terpendek Selama 5 bulan di Negara yang juga memiliki periode surplus terpanjang selama 4 bulan. Berdasarkan panjang periode defisit dan surplus secara keseluruhan menunjukkan semakin ke timur Pulau Jawa, periode defisit semakin panjang dan periode surplus semakin pendek sehingga semakin ke timur semakin kering. Periode defisit dan surplus bermanfaat untuk pemantauan daerah-daerah yang kering untuk perencanaan kebutuhan air sehingga dapat diketahui kapan penambahan air yang diperlukan untuk kebutuhan air tanaman dan penjadwalan musim tanam sesuai dengan jenis kebutuhan air tanaman.
Gambar 17. Indeks Evaporasi Pulau Jawa dan Bali Peta indeks evaporasi pada Gambar 17. menunjukkan sebaran nilai indeks evaporasi di atas peta curah hujan normal tahun 1981 – 2010 bersumber dari BMKG yang dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu curah hujan tahunan kurang dari 1500 mm, 1500 – 3000 mm dan lebih dari 3000 mm. Indeks evaporasi rata-rata di Pulau Jawa sebesar 0,53 artinya sebanyak 53% curah hujan yang turun dievaporasikan ke atmosfer. Indeks evaporasi terendah sebesar 0,19 di Baranangsiang sedangkan nilai tertinggi sebesar 0,82 di Banyuwangi. Indeks evaporasi di Pulau Bali rata-rata sebesar 0,60, indeks evaporasi terendah sebesar 0,52 di Kahang sedangkan tertinggi sebesar 0,68 di Ngurah Rai. Indeks evaporasi dapat menggambarkan dugaan besaran air dari curah hujan yang hilang karena proses evaporasi, informasi ini dapat dimanfaatkan untuk pemantauan kekeringan secara sederhana, modifikasi cuaca pada tanaman dan pemanfaatan air untuk kebutuhanan tanaman. Berdasarkan jumlah curah hujan tahunan menunjukkan indeks evaporasi semakin rendah dengan meningkatnya jumlah curah 37
hujan tahunan (Gambar 18), artinya meskipun evaporasi yang terjadi di suatu tempat tinggi, dengan tingginya curah hujan di lokasi tersebut maka air yang hilang karena evaporasi masih lebih kecil dibandingkan curah hujannya. Indeks evaporasi jika dihubungkan dengan elevasi menunjukkan semakin meningkatnya ketinggian, indeks evaporasi semakin rendah (Gambar 19). Hal ini menunjukkan semakin tinggi elevasi, curah hujan tahunan lebih tinggi dibandingkan dengan evapotranspirasi aktualnya dan kehilangan air karena evaporasi semakin rendah. 1.00
5000
y = -4474x + 4669.5 R² = 0.7575
4000
0.80 Indeks Evaporasi
Curah Hujan Tahunan (mm)
6000
3000 2000
y = -0.0002x + 0.592 R² = 0.2477
0.60 0.40 0.20
1000 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
0.00
1
0
Indeks Evaporasi
500
1000
1500
Elevasi
Gambar 18 .Hubungan Indeks Evaporasi dengan Curah Hujan Tahunan Pulau Jawa dan Bali
38
Gambar 19 .Hubungan Indeks Evaporasi dengan Elevasi Pulau Jawa dan Bali
5. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Evaporasi tahunan di Pulau Jawa rata-rata sebesar 1483 mm dengan kisaran antara 972 dan 1827 mm, sedangkan di pulau Bali rata-rata evaporasi tahunan lebih tinggi yaitu sebesar 1656 mm dengan kisaran antara 1485 dan 1959 mm. Evaporasi bulanan sepanjang tahun di Pulau Jawa adalah rata-rata sebesar 125 mm dengan kisaran 83 dan 156 mm. Sedangkan rata-rata evaporasi bulanan di Pulau Bali sepanjang tahun sebesar 141 mm dengan kisaran antara 127 dan 167 mm. Evaporasi rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Evaporasi di Pulau Jawa dan Bali berdasarkan elevasi menunjukkan bahwa semakin tinggi lokasi laju evaporasinya semakin rendah. Analisis tren evaporasi bulanan di Pulau Jawa dan Bali menunjukkan bahwa jumlah stasiun yang cenderung naik hampir sama dengan yang mengalami kecenderungan penurunan, yaitu dari 26 stasiun terdapat 11 stasiun yang signifikan pada α=5 % yang mengalami kecenderungan meningkat maupun menurun. Lima unsur iklim utama yang mengendalikan proses evaporasi adalah: radiasi surya, defisit tekanan uap air, kelembaban relatif, kecepatan angin dan suhu udara. Hasil ini telah dibandingkan menurut interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Secara umum di Pulau Jawa dan Bali defisit tekanan uap air dan kelembaban udara memiliki korelasi yang paling baik dengan evaporasi pada semua interval waktu, meskipun ada beberapa stasiun yang memiliki korelasi paling baik antara evaporasi dengan parameter lama penyinaran, kecepatan angin dan suhu udara. Sehingga faktor yang dominan mempengaruhi evaporasi bergantung pada kondisi dan karakteristik lokasi stasiun. Estimasi evaporasi menggunakan parameter iklim lainnya dilakukan jika terkendala pada kurangnya ketersediaan data evaporasi. Persamaan regresi untuk menduga evaporasi dipilih dari korelasi antara evaporasi dengan parameter iklim masing-masing stasiun yang tertinggi. Rata-rata error/galad (selisih antara evaporasi estimasi dengan observasi) berkisar antara 0,26 – 0,70 mm untuk interval waktu harian dengan persentase kesalahan dibandingkan dengan rata-rata data observasi berkisar antara 7,2% – 18,4%. Kisaran nilai kesalahan untuk interval waktu dasarian 1,54 – 4,53 mm dengan persentase kesalahan dibandingkan dengan rata-rata data observasi antara 3,9% - 12%. Sedangkan pada interval waktu bulanan kisaran kesalahan antara 2,70 – 9,09 mm dengan 2,7% - 7,1% dibandingkan dengan rata-rata data observasi. Panjang periode defisit dan surplus berdasarkan hasil analisis neraca air menunjukkan semakin ke timur Pulau Jawa, periode defisit semakin panjang dan periode surplus semakin pendek, sehingga semakin ke timur semakin kering. proporsi evaporasi aktual terhadap curah hujan dinyatakan dengan indeks evaporasi menunjukkan rata-rata di Pulau Jawa sebesar 0,53, artinya sebanyak 53% curah hujan yang turun dievaporasikan ke atmosfer. Indeks evaporasi terendah sebesar 0,19 di Baranangsiang, sedangkan nilai tertinggi sebesar 0,82 di Banyuwangi. Di Pulau Bali indeks evaporasi rata-rata sebesar 0,60, indeks evaporasi terendah sebesar 0,52 di Kahang (Bali bagian timur), sedangkan tertinggi sebesar 0,68 di Ngurah Rai. Semakin tinggi jumlah curah hujan tahunan semakin kecil nilai indeks evaporasi.
39
SARAN Pendugaan evaporasi aktual masih perlu dikembangkan menggunakan lebih dari satu parameter iklim untuk meningkatkan keakuratan dari pengamatan evaporasi panci, terutama untuk pendugaan menggunakan data iklim di Indonesia. Analisis sensitivitas parameter iklim seperti suhu, kelembaban udara, radiasi matahari dan kecepatan angin terhadap evaporasi diharapkan dapat dilakukan untuk penelitian evaporasi selanjutnya di Indonesia untuk mengkaji lebih lanjut kepekaan evaporasi terhadap perubahan iklim. Ketersediaan data evaporasi yang terbatas sebaiknya menjadi perhatian bagi instansi pemberi informasi iklim untuk dapat mempermudah akses data evaporasi sehingga penelitian mengenai karakteristik evaporasi di Indonesia semakin berkembang.
40
DAFTAR PUSTAKA Aldrian, E. dan Susanto, R.D,. 2003. Identification of Three Dominant Rainfall Regions Wthin Indonesia and Their Relationship to Sea Surface Temperature. Int. J. Climatol. 23:1435 – 1452. Allen R.G., Pereira L.S., D. Raes dan M. Smith,. 1998. Crop Evapotranspiration Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper, No 56. Ayoade, J.O. 1983. Introduction to Climatology for the Tropics. John Wiley and Stone. New York. Brutsaert, W dan Parlange, M.B. 1998. Hydrologic Cycle Explains the Evaporation Paradox. Nature. 396: 5 November 1998. Calder, I.R., Wright I.R. dan Murdiyarso, D. 1986. A Study of Evaporation from Tropical Rain Forest .J. of.Hidro.89:13 – 31. Dalton J. 1802. Experimental essays on the constitution of mixed gases on the force of steam or vapour from water and other liquids at different temperatures both in a Torricellian vacuum and in air; on evaporation and on the expansion of gases by heat. Memoirs and Proceedings of the Manchester Literary and Philosophical Society page 5 - 11. Dingman, S.L. 1994. Physical Hidrology. Macmillian Publishing Company. New York. Dodds, P., Meyer, W., dan Barton, A. 2005. A review of methods to estimate irrigated reference crop evapotranspiration across Australia. Technical Report 04/05, CRC for Irrigation Futures and CSIRO Land and Water,Adelaide, South Australia. Doorenbos J. and Pruitt W.O., (1977). Guidelines for predicting crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No 24, 2nd ed., FAO Rome, Italy. Giarno, Dupe Z.L. dan Mustofa M.A. 2012.Kajian Awal Musim Hujan dan Awal Musim Kemarau Di Indonesia.J. Met. dan Geof.13 (1):1-8 Gundalia, M.J. dan Dholakia, M.B. 2013. Dependence of evaporation on meteorological variables at daily time-scale and estimationof pan evaporation in Junagadh region. American J. of Eng. Res. (AJER).2:354 – 362. Hamon, R.W. 1963. Computation of Direct Runoff Amounts from Storm Rainfall. Int. Ass. of Scien. Hidro.Pub.No. 63.Wallingford, Oxon, UK.
41
Irish, J.L. 1979. The Climate of Indonesia, in Relation to Soil-Water Management. Lecture Notes. Australian-Asian Universities Cooperation Scheme Course on Soil- Water Management, Malang. 88p (tidak dipublikasikan) Lim, W.H. dan Roderick, M.L. 2009. An Atlas of the Global Water Cycle: Based on the IPCC AR4 models, ANU E Press, Canberra. Mather, John R. 1978. The Climatic Water Budget in Environmental Analysis. Lexington Books. Toronto. McDonald, J.E. 1961.On the Ratio of Evaporation to Precipitation.Bull. A. Met. Soc. 42:185-189. Mehta, V.M., DeCandis, A.J. dan Mehta, A.V. 2005. Remote-sensing based estimates of the fundamental global water cycle : Anual cycle.J. Geophys. Res. 110.D22103. Meyer, W. 1999. Standard reference evaporation calculation for inland, south eastern Australia.Technical report. 35:98. Adelaide, South Australia: CSIRO Land and Water. Monteith J.L. 1965. Evaporation and the environment. In:The State and Movement ofWater in Living Organisms,pp. 205–234.XIXth Symposium of the Society for Experimental Biology, Swansea. Cambridge, UK:Cambridge University Press Morton, F. I. 1968. Evaporation and Climate: A Study in Cause and Effect, Scientific Series no. 4. Inland Water Branch, Department ofEnergy, Mines and Resources, Ottawa. Miralles, D.D., Holmes, T.R.H., De Jeu, R.A.M.,Gash, J.H., Meesters, A.G.C.A. dan Dolman, A.J. 2011. Global Land-surface Evaporation Estimated from SatelliteBased Observations.Hyd. and E. Sys. Scien. 15:453-469. Oldeman, L.R. dan Las, I. 1977.Some quantitative relationship among climatic variables and between climatic variables and the environment.Seri fisiologi no. 2, Centr. Res. Inst. Agric. Bogor, 9 halaman. Pawitan, H., Las, I., Suharsono, H., Boer, R., Handoko dan Baharsyah, J.S.1997. Implementasi Pendekatan Strategis dan Taktis Gerakan Hemat Air.Sumber Daya Air dan Iklim dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Departemen PertanianPerhimpi. Penman, H.L. 1948. Natural evaporation from Open Water, Bare Soil and Grass.Royal Soc. of London Proceed. Series A, 193:120-145. Raupach, M. R.2001. Combination theory and equilibrium evaporation.Q. J. Royal Met. Soc. 127:1149−1181.
42
Savenije, H.H.G, 2004.The Importance of Interception and Why We Should DeleteThe Term Evapotranspiration From Our Vocabulary.Hydrol.Process. 18:1507–1511. Suharsono, H. 1989. Evaporasi dan Neraca Air di Pulau Jawa. Thesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Thornthwaite, C.W. 1948. An Approach toward A Rational Classification of Climate. Geographycal Review 38:55 – 94. Thornthwaite, C.W dan Mather, J.R. 1957. Instructions and tables for computing potential evapotranspiration and water balance. Publication in Climatology.Laboratorary of climatology.Vol 10. No.3 Winter, T. C., Rosenberry, D. O., dan Sturrock, A. M. 1995.Evaluation of 11 equations for determining evaporation for a small lakein the north central United States.Wat. Resour. Res. 31:983-993. World Meteorological Organization. 1992:International Meteorological Vocabulary. Secondedition, WMO-No.182, Geneva. World Meteorological Organization. 2003: Manualon the Global Observing System. Volume I,WMO-No.544, Geneva. World Meteorological Organization.2008ed. Guide to Meteorological Instruments and Methods of Observation.Volume I, WMO-No.8, Geneva. Xu, C.Y dan Singh, V.P. 1998.Dependence of Evaporation on Meteorological Variables at Different Time-scales and Intercomparison of Estimation Methods.Hydrol.Process.12:429-442.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Distribusi data evaporasi harian dan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
(a). Stasiun Serang
(b). Stasiun Curug
(c ). Stasiun Cengkareng
(d). Stasiun Darmaga
45
Lampiran 1. Lanjutan
(e). Stasiun Baranangsiang
(f). Stasiun Kemayoran
(g). Stasiun Pondok Betung
(h). Stasiun Citeko
46
Lampiran 1. Lanjutan
(i). Stasiun Tanjung Priok
(j). Stasiun Bandung
(k). Stasiun Lembang
(l). Stasiun Jatiwangi
47
Lampiran 1. Lanjutan
(m). Stasiun Cilacap
(n). Stasiun Tegal
(o). Stasiun Ahmad Yani Semarang
(p). Stasiun Semarang (klimat)
48
Lampiran 1. Lanjutan
(q). Stasiun Semarang Maritim
(r). Stasiun Sawahan Nganjuk
(s). Stasiun Tembelang
(t). Stasiun Karangkates
49
Lampiran 1. Lanjutan
(u). Stasiun PG Prajekan
(v). Stasiun Bawean
(w). Stasiun Perak I Surabaya
(x). Stasiun Perak II Surabaya
50
Lampiran 1. Lanjutan
(y). Stasiun Djuanda Surabaya
(z). Stasiun Jatiroto
(aa). Stasiun Karangploso
(ab). Stasiun Andungsari
51
Lampiran 1. Lanjutan
(ac). Stasiun Kalianget
(ad). Stasiun Kaliwining
(ae). Stasiun Banyuwangi
(af). Stasiun Negara
52
Lampiran 1. Lanjutan
(ag). Stasiun Ngurah Rai
(ah). Stasiun Balai Besar Wilayah III
(ai). Stasiun Sanglah
(aj). Kahang
53
Lampiran 2. Sebaran Evaporasi Rata-Rata Bulanan di Pulau Jawa dan Bali
(a). Januari
(b). Februari
(c). Maret
54
Lampiran 2. Lanjutan
(d). April
(e). Mei
(f). Juni
55
Lampiran 2. Lanjutan
(g). Juli
(h). Agustus
(i). September
56
Lampiran 2. Lanjutan
(j). Oktober
(k). November
(l). Desember
57
0 bulan May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
(e)
58 0
20
160
(f)
Jul-08
Sep-07
Nov-06
Jan-06
Mar-05
120
100
80
y = -0.0023x + 175.42 R² = 0.0233
bulan
May-12
Sep-12 Jul-13
May-11 Sep-12
Jan-12
Jan-11 Sep-11
Nov-11
(b)
Jan-10
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
Jan-05
May-04
Sep-03
Jan-03
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
Jan-05
May-04
bulan
Sep-10
Jan-11
140 Mar-10
Citeko
Sep-08
(d)
May-09
May-09
bulan
Jan-08
(c)
Sep-06
40 May-04
Jul-03
Sep-02
bulan
May-07
200 Baranangsiang 180 160 140 120 100 80 60 40 y = -0.0002x + 116.41 20 R² = 9E-05 0 Nov-01
(a)
Jan-06
60
May-05
y = 0.0008x + 68.163 R² = 0.0019
Sep-04
Kemayoran
Jan-04
Darmaga
May-03
100 evaporasi bulanan (mm) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Jan-02
Jan-03 Sep-03 y = -0.0014x + 180.94 R² = 0.0067
Jan-01
y = 0.0026x + 16.14 R² = 0.232 evaporasi bulanan (mm)
evaporasi bulanan (mm)
Serang
Sep-02
150
evaporasi bulanan (mm)
Jan-11
Oct-08
Jul-06
Apr-04
Jan-02
Oct-99
Jul-97
Apr-95
Jan-93
Oct-90
Jul-88
Apr-86
Jan-84
Oct-81
Jul-79
Apr-77
bulan
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
200
May-06
Sep-05
50
Jan-05
May-04
Sep-03
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Jan-75
evaporasi bulanan (mm)
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Jan-03
evaporasi bulanan (mm)
Lampiran 3. Tren evaporasi bulanan stasiun penelitian Curug
y = -0.0005x + 151.43 R² = 0.0009
0
Sep-03
Sep-05
bulan
y = 0.0058x - 84.248 R² = 0.1011
0
(k)
59
(l)
bulan
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
50 May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
Jan-05
(g)
Sep-09
(i)
Jan-09
250
May-08
Sep-03
bulan
Sep-07
bulan May-04
May-13
Sep-12
Jan-12
May-11
Sep-10
Jan-10
May-09
Sep-08
Jan-08
May-07
Sep-06
Jan-06
May-05
160
Jan-07
100 Jan-04
180
May-06
150
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Sep-05
200 60
Jan-05
Jatiwangi 80
May-04
y = 0.0085x - 234.86 R² = 0.0548 0 Sep-04
140
120
100
evaporasi bulanan (mm)
y = -0.0012x + 188.16 R² = 0.0031
Jan-03
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
150
evaporasi bulanan (mm)
Jan-05 Sep-05
200
Sep-03
Tegal
evaporasi bulanan (mm)
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
Jan-05
May-04
Tanjung Priok
Jan-03
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
250
Sep-07
Jan-07
May-06
50
Jan-05
Sep-03
50
May-04
Jan-03 Sep-03
evaporasi bulanan (mm) 100
May-04
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Jan-03
evaporasi bulanan (mm) 0
Jan-03
evaporasi bulanan (mm) 250
Lampiran 3. Lanjutan Bandung
y = 0.0019x + 35.411 R² = 0.0134
40
20
bulan
(h)
Cilacap
y = 0.0035x - 12.037 R² = 0.0609
bulan
(j)
Ahmad Yani Semarang
200
150
100
y = 0.0038x - 5.5799 R² = 0.0214
0
Jul-04
Jul-07
Jan-09
200
150
100
y = -0.0041x + 304.37 R² = 0.0221 evaporasi bulanan (mm)
Jul-95
Jan-12
Jul-10
Jan-09
Jul-07
Jan-06
Jul-04
Jan-03
Jul-01
Jan-00
Jul-98
Jan-97
150
100
y = 0.0011x + 75.692 R² = 0.0041 0
bulan
(m)
Karangkates 250
Perak I Surabaya
bulan
(q)
60 50
0
bulan
(o)
250
50
0
bulan
(r)
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
50 Jan-09
May-08
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
250
Jan-05
May-04
y = -0.002x + 209.88 R² = 0.0268
Jan-03
100
Sep-03
150
evaporasi bulanan (mm)
200
Jan-03 Sep-03 May-04 Jan-05 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Sep-09 May-10 Jan-11 Sep-11 May-12
200
200
150
evaporasi bulanan (mm)
Jul-92
Semarang (Stasiun Klimatologi)
Jan-03 Sep-03 May-04 Jan-05 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Sep-09 May-10 Jan-11 Sep-11 May-12
Oct-12
Jan-12
Apr-11
Jul-10
Oct-09
50
Apr-08
250
Jan-06
250
Oct-06
0 Jan-94
50
Apr-05
50
Oct-03
Jan-91
evaporasi bulanan (mm) 250
Jan-03 Sep-03 May-04 Jan-05 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Sep-09 May-10 Jan-11 Sep-11 May-12
evaporasi bulanan (mm) 0
Jan-03
evaporasi bulanan (mm)
Lampiran 3. Lanjutan Semarang Maritim
200
150
100 y = 0.0058x - 83.555 R² = 0.0502
bulan
(n)
Bawean
100
y = 0.0014x + 73.136 R² = 0.0019
bulan
(p)
Perak II Surabaya
200
150
100
y = 0.0026x + 39.391 R² = 0.0115
0
Jan-12
Jan-11
Jan-10
Jan-09
150
100
y = -0.0086x + 454.76 R² = 0.2447 May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
(u)
Negara 300
bulan
(w)
61 100
50
0 0
bulan bulan
(v)
Ngurah Rai
250
200
150
y = -0.003x + 279.18 R² = 0.0395
bulan
(x) Sep-11 May-12
40
Jan-11
60
Sep-09
y = 0.0025x + 30.896 R² = 0.0072
May-10
180
Jan-09
(s)
May-08
bulan
Jan-07
100 Jan-06
May-13
Sep-12
Jan-12
May-11
Sep-10
Jan-10
May-09
Sep-08
Jan-08
May-07
50
Sep-07
200
May-06
150
Jan-05
Kalianget Sep-06
250
Sep-05
0
May-04
y = 0.0033x + 20.165 R² = 0.0087 May-05
200
150
100
evaporasi bulanan (mm)
100
Jan-03
150
Jan-04
200
Sep-04
250
Sep-03
200
evaporasi bulanan (mm)
May-12
Sep-11
Jan-11
May-10
Sep-09
Jan-09
May-08
Djuanda Surabaya
Jan-97 Jan-98 Jan-99 Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12
200
evaporasi bulanan (mm)
Jan-07 Sep-07
Sep-07
Jan-07
May-06
Sep-05
Jan-05
May-04
50
Jan-08
Jan-07
Jan-06
250 May-06
50
Jan-05
Jan-05 Sep-05
250
Jan-04
Jan-03
Sep-03 May-04
Jan-03 Sep-03
evaporasi bulanan (mm) 300
Jan-02
Jan-01
50
Jan-00
0 Jan-03
evaporasi bulanan (mm) 0
Jan-99
evaporasi bulanan (mm)
Lampiran 3. Lanjutan Karangploso
y = -0.0057x + 355.38 R² = 0.0497
bulan
(t)
Banyuwangi
160
140
120
100
80
y = -0.0002x + 139.04 R² = 0.0001
20
0 Jan-95 Jul-97 Jan-00 Jul-02
Jul-12
Apr-11
Jan-10
Oct-08
Jul-07
Apr-06
Jan-05
Oct-03
bulan
(y)
62 0 Jul-95
bulan
(z)
Jan-01
Jul-00
Jan-00
Jul-99
Jan-99
Jul-98
Jan-98
Jul-97
Jan-97
250
Jul-96
Jan-96
200
Jan-95
y = -0.0021x + 219.6 R² = 0.0503
Jul-94
Sanglah
Jan-94
150
evaporasi bulanan (mm)
200
Apr-01
50
Oct-98
100
Apr-96
evaporasi bulanan (mm)
Lampiran 3. Lanjutan Kahang
y = 0.0202x - 599 R² = 0.1575
150
100 50
Lampiran 4. Perbandingan pola evaporasi dengan parameter iklim interval waktu harian, dasarian dan bulanan di stasiun Pondok Betung
Rata-rata RH : 78.7% Standar deviasi : 7.33
Rata-rata Evaporasi Standar deviasi
: 3.6 mm : 1.5
(a) . evaporasi dengan kelembaban udara
Rata-rata : 27.7oC Standar deviasi : 1.043
(b) evaporasi dengan suhu udara 63
1.2
Lampiran 4. Lanjutan
Rata-rata : 6.55 jam Standar deviasi : 3.65
( c) evaporasi dengan lama penyinaran
Rata-rata : 2.6 Knot Standar deviasi : 1.88
(d) evaporasi dengan kecepatan angin 64
Lampiran 4. Lanjutan
Rata-rata : 8.06 mm Hg Standar deviasi : 3.11
(e) evaporasi dengan defisit tekanan uap air
65
Lampiran 5. Perhitungan neraca air lahan dasarian Neraca air lahan dasarian di Semarang Klimat (mm)
parameter d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 d11 d12 d13 d14 d15 d16 d17 d18 d19 d20 d21 d22 d23 d24 d25 d26 d27 d28 d29 d30 d31 d32 d33 d34 d35 d36 ch 91 98 164 153 117 117 86 52 65 68 65 69 50 47 36 38 24 24 9 14 11 14 14 19 23 24 34 39 65 51 81 89 78 74 104 114 etp 29 32 30 26 29 31 30 32 32 31 32 35 34 35 37 35 35 36 37 39 41 43 44 44 46 46 45 44 43 39 37 36 34 30 30 30 ch-etp 62 66 134 127 88 86 56 20 34 37 33 34 16 12 -1 3 -10 -12 -29 -25 -30 -28 -31 -25 -23 -22 -11 -6 22 12 44 53 44 44 74 84 apwl -10 -22 -50 -76 -106 -134 -165 -190 -213 -235 -246 -252 kat 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 290 280 256 236 215 196 178 164 153 142 137 135 157 169 213 267 300 300 300 300 dkat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -10 -10 -24 -20 -22 -18 -18 -14 -12 -10 -5 -2 22 12 44 53 33 0 0 0 eta 29 32 30 26 29 31 30 32 32 31 32 35 34 35 37 35 34 34 33 33 33 33 32 32 34 35 39 41 43 39 37 36 34 30 30 30 defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 6 9 10 13 11 11 12 6 3 0 0 0 0 0 0 0 0 surplus 62 66 134 127 88 86 56 20 34 37 33 34 16 12 -1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 44 74 84 run off 31 49 91 109 99 92 74 47 40 39 36 35 25 19 9 6 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 49 67
180 160 140
ch (P>50%)
ETP
ETA
mm
120 100 80
Surplus
60
Surplus
40
Defisit
20 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 Dasarian
Hasil analisis neraca air lahan dasarian di Semarang klimat
66
Lampiran 6. Perhitungan neraca air bulanan Neraca air lahan bulanan di Semarang klimat (mm)
parameter jan feb mar apr may jun jul ags sep okt nov des ch 233 239 151 168 75 25 5 1 4 51 180 210 etp 97 85 100 98 113 105 125 139 137 134 107 93 ch-etp 137 154 51 70 -39 -80 -120 -138 -133 -83 73 117 apwl -39 -119 -240 -378 -511 -594 kat 300 300 300 300 265 206 140 90 59 46 119 236 dkat 0 0 0 -35 -60 -65 -50 -31 -14 73 117 eta 97 85 100 98 109 85 70 51 35 65 107 93 defisit 0 0 0 0 4 21 55 89 102 69 0 0 surplus 137 154 51 70 0 0 0 0 0 0 0 0 run off 68 111 81 75 38 19 9 5 2 1 1 0 300 250
CH (p>75%)
ETP
ETA
mm
200 150
surplus
surplus
100 50
defisit
0 jan feb mar apr may jun
jul
ags sep okt nov des
Bulan
Hasil analisis neraca air lahan bulanan di Semarang klimat 67
Lampiran 7. Suhu udara bulanan rata-rata (oC) periode antara tahun1975-2013
No Nama Stasiun lintang Bujur 1 Meteo Serang -6.11667 106.13333 2 Budiarto Curug -6.23333 106.65000 106.65000 3 Soekarno Hatta Cengkareng -6.11667 4 Dermaga Bogor -6.50000 106.75000 5 IPB baranangsiang -6.60044 106.80540 6 Kemayoran Jakarta -6.18333 106.83333 7 Pondok Betung Ciledug -6.18333 106.83620 8 Meteo Citeko -6.70000 106.85000 9 Tanjung Priok Jakarta -6.10000 106.86667 10 Geofisika Bandung -6.88333 107.60000 11 Lembang -6.82656 107.61767 12 Meteo Jatiwangi -6.75000 108.26667 13 Cilacap Meteo -7.73333 109.01667 14 Tegal Meteo -6.85000 109.15000 15 Ahmad yani Semarang -6.98333 110.38333 16 Semarang Klimat -6.98330 110.41660 17 Semarang Maritim -6.96667 110.41667 18 Sawahan Nganjuk -7.73800 111.78900 19 Tembelang -7.49417 112.23278 20 Geofisika Karangkates -8.15218 112.45080 21 PG Prajekan -7.95000 112.61667 22 Sangkapura Bawean -5.85000 112.63333 23 Perak I Surabaya -7.21667 112.71667 24 Meteo Maritim Perak II -7.20600 112.73600 25 Juanda Surabaya -7.36667 112.76667 26 Jatiroto -8.13056 113.34306 27 Karang Ploso Malang -7.75000 113.38330 28 andungsari -7.86667 113.61667 29 Kalianget Madura -7.05000 113.96667 30 Kaliwingin -8.21667 114.38333 31 Banyuwangi Meteo -8.21667 114.38333 32 Negara Bali -8.34000 114.61639 33 Ngurah Rai Meteo -8.74500 115.17100 34 Balai Besar Wilayah 3 -8.73917 115.17861 35 Sanglah Denpasar -8.67690 115.21000 36 Kahang Karang Asem -8.35600 115.61100
elevasi (m) jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des Tahunan 100 26.8 26.6 26.9 27.2 27.2 26.8 26.6 26.6 27.0 27.4 27.2 26.9 26.9 46 26.2 26.1 26.5 26.7 26.8 26.4 26.2 26.4 26.8 26.8 26.7 26.3 26.5 8 27.2 27.0 27.4 27.8 27.9 27.4 27.1 27.2 27.7 28.1 28.0 27.4 27.5 240 25.2 25.1 25.1 25.2 25.2 25.1 25.1 25.1 25.1 25.1 25.2 25.1 25.1 300 25.6 25.4 26.1 26.5 26.7 26.4 26.2 26.4 26.7 26.8 26.5 26.0 26.3 4 27.8 27.5 28.1 28.8 28.9 28.7 28.5 28.6 28.9 29.0 28.7 28.1 28.5 26 27.1 26.9 27.4 27.8 27.9 27.7 27.6 27.8 28.2 28.3 27.9 27.3 27.7 920 20.7 20.6 21.2 21.5 21.7 21.3 21.0 21.0 21.2 21.5 21.5 21.2 21.2 2 27.9 27.6 28.2 28.9 28.9 28.6 28.4 28.4 28.8 29.2 28.9 28.2 28.5 829 23.5 23.3 23.7 23.7 23.7 23.3 22.9 23.3 23.8 24.0 23.6 23.3 23.5 1241 123 26.7 26.4 26.9 27.5 27.5 26.9 26.9 27.4 28.5 29.0 28.2 27.1 27.4 20 27.6 27.5 27.5 27.6 27.5 27.3 27.1 27.0 27.3 27.5 27.5 27.5 27.4 3 27.2 26.9 27.3 27.9 27.9 27.4 26.9 26.8 27.6 28.3 28.3 27.6 27.5 3 27.2 27.0 27.5 28.2 28.3 27.9 27.6 27.6 28.3 28.8 28.5 27.6 27.9 227 26.8 26.7 27.2 27.9 28.3 27.9 27.5 27.5 28.1 28.5 28.1 27.4 27.7 0 27.3 27.2 27.6 28.3 28.2 27.8 27.5 27.5 28.1 28.7 28.5 27.7 27.9 675 23.4 23.1 23.4 23.8 23.7 23.3 22.9 23.1 24.2 25.1 24.7 23.7 23.7 34 285 25.9 25.8 25.9 26.2 26.1 25.1 24.4 24.5 25.6 26.5 26.1 25.8 25.7 505 3 27.4 27.2 27.5 28.3 28.3 28.1 27.7 27.7 28.4 28.9 28.7 27.5 28.0 0 28.0 27.9 28.1 28.8 28.7 28.1 27.6 27.7 28.6 29.7 29.7 28.4 28.4 3 29.0 28.7 29.0 29.5 29.2 28.6 28.1 28.2 29.3 30.4 30.4 29.2 29.1 3 27.4 27.2 27.5 28.1 28.0 27.1 26.6 26.6 27.6 28.8 28.9 28.0 27.7 29 27.7 27.4 27.3 27.1 27.0 26.6 26.2 26.1 26.8 27.7 27.7 27.6 27.1 436 23.8 23.9 23.7 24.1 23.7 23.0 22.3 22.5 23.4 24.5 24.5 23.9 23.6 887 0 27.5 27.4 27.3 28.2 28.0 27.6 27.3 27.4 28.2 29.4 29.3 28.1 28.0 50 13 27.5 27.4 27.5 28.0 27.5 26.6 25.9 25.8 26.6 27.8 28.7 28.0 27.3 23.65 27.2 27.0 27.1 26.9 26.4 25.5 24.7 24.8 25.8 27.0 27.5 27.4 26.4 6 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 27.7 3.5 27.2 26.9 27.3 27.9 27.9 27.4 26.9 26.8 27.6 28.3 28.3 27.6 27.5 15 27.8 27.9 27.9 28.0 27.6 26.9 26.3 26.2 26.8 27.8 28.2 27.9 27.4 140 26.0 25.9 26.4 26.9 26.8 26.2 25.6 25.2 26.0 27.2 27.6 26.7 26.4
68
Lampiran 8. Kelembaban relatif bulanan rata-rata (%) periode antara tahun1975-2013
No Nama Stasiun lintang 1 Meteo Serang -6.11667 2 Budiarto Curug -6.23333 3 Soekarno Hatta Cengkareng -6.11667 4 Dermaga Bogor -6.50000 5 IPB baranangsiang -6.60044 6 Kemayoran Jakarta -6.18333 7 Pondok Betung Ciledug -6.18333 8 Meteo Citeko -6.70000 9 Tanjung Priok Jakarta -6.10000 10 Geofisika Bandung -6.88333 11 Lembang -6.82656 12 Meteo Jatiwangi -6.75000 13 Cilacap Meteo -7.73333 14 Tegal Meteo -6.85000 15 Ahmad yani Semarang -6.98333 16 Semarang Klimat -6.98330 17 Semarang Maritim -6.96667 18 Sawahan Nganjuk -7.73800 19 Tembelang -7.49417 20 Geofisika Karangkates -8.15218 21 PG Prajekan -7.95000 22 Sangkapura Bawean -5.85000 23 Perak I Surabaya -7.21667 24 Meteo Maritim Perak II -7.20600 25 Juanda Surabaya -7.36667 26 Jatiroto -8.13056 27 Karang Ploso Malang -7.75000 28 andungsari -7.86667 29 Kalianget Madura -7.05000 30 Kaliwingin -8.21667 31 Banyuwangi Meteo -8.21667 32 Negara Bali -8.34000 33 Ngurah Rai Meteo -8.74500 34 Balai Besar Wilayah 3 -8.73917 35 Sanglah Denpasar -8.67690 36 Kahang Karang Asem -8.35600
Bujur elevasi (m)jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des Tahunan 106.13333 100 83 86 84 83 83 82 80 79 78 79 81 83 82 106.65000 46 83 85 82 83 82 81 78 76 77 78 82 83 81 106.65000 8 82 85 82 82 81 81 79 77 76 77 79 82 80 106.75000 240 88 88 87 86 86 84 82 80 80 82 85 86 85 106.80540 300 81 83 80 79 77 75 73 70 71 75 78 80 77 106.83333 4 78 81 77 76 75 74 71 70 70 72 75 77 75 106.83620 26 83 85 82 81 80 78 74 72 72 75 80 83 79 106.85000 920 88 89 85 85 84 81 80 78 79 82 86 86 84 106.86667 2 78 81 77 76 75 74 71 70 71 70 74 77 74 107.60000 829 81 83 81 82 81 79 77 73 73 76 82 83 79 107.61767 1241 108.26667 123 86 87 85 83 81 78 72 67 65 67 77 84 78 109.01667 20 82 83 82 82 83 82 82 82 82 83 83 83 82 109.15000 3 84 86 84 81 79 77 75 72 71 73 76 82 78 110.38333 3 81 82 80 78 74 71 68 67 66 69 75 80 74 110.41660 227 83 84 82 79 75 73 70 68 68 72 77 81 76 110.41667 0 82 84 82 79 77 74 70 69 69 72 77 82 76 111.78900 675 84 86 84 83 81 75 71 68 65 66 75 82 77 112.23278 34 112.45080 285 85 84 84 83 81 80 78 77 77 77 82 86 81 112.61667 505 112.63333 3 82 83 83 79 77 74 72 71 70 73 77 83 77 112.71667 0 79 81 81 78 77 74 72 69 67 68 73 79 75 112.73600 3 76 78 77 76 75 73 70 67 65 65 71 76 73 112.76667 3 81 82 82 80 78 76 74 72 69 68 74 79 76 113.34306 29 71 72 73 73 73 73 71 71 68 68 68 72 71 113.38330 436 82 82 83 79 77 75 74 74 73 73 78 83 78 113.61667 887 113.96667 0 87 89 89 86 85 81 79 77 77 76 81 87 83 114.38333 50 114.38333 13 81 82 81 80 81 80 80 80 78 77 76 80 79 114.61639 23.65 85 85 85 85 85 85 84 83 83 82 84 84 84 115.17100 6 81 80 81 81 80 80 78 78 79 79 80 80 80 115.17861 3.5 87 88 87 88 87 86 85 86 85 85 86 87 86 115.21000 15 81 81 80 80 79 78 78 77 78 78 79 80 79 115.61100 140 86 87 85 82 79 79 79 76 77 77 79 83 81
69
No
Lampiran 9. Lama penyinaran bulanan rata-rata (jam) periode antara tahun1975-2013
Nama Stasiun 1 Meteo Serang 2 Budiarto Curug 3 Soekarno Hatta Cengkareng 4 Dermaga Bogor 5 IPB baranangsiang*) 6 Kemayoran Jakarta 7 Pondok Betung Ciledug 8 Meteo Citeko 9 Tanjung Priok Jakarta 10 Geofisika Bandung 11 Lembang 12 Meteo Jatiwangi 13 Cilacap Meteo 14 Tegal Meteo 15 Ahmad yani Semarang 16 Semarang Klimat 17 Semarang Maritim 18 Sawahan Nganjuk 19 Tembelang 20 Geofisika Karangkates 21 PG Prajekan 22 Sangkapura Bawean 23 Perak I Surabaya 24 Meteo Maritim Perak II 25 Juanda Surabaya 26 Jatiroto 27 Karang Ploso Malang 28 andungsari 29 Kalianget Madura 30 Kaliwingin 31 Banyuwangi Meteo 32 Negara Bali 33 Ngurah Rai Meteo 34 Balai Besar Wilayah 3 35 Sanglah Denpasar 36 Kahang Karang Asem
lintang -6.11667 -6.23333 -6.11667 -6.50000 -6.60044 -6.18333 -6.18333 -6.70000 -6.10000 -6.88333 -6.82656 -6.75000 -7.73333 -6.85000 -6.98333 -6.98330 -6.96667 -7.73800 -7.49417 -8.15218 -7.95000 -5.85000 -7.21667 -7.20600 -7.36667 -8.13056 -7.75000 -7.86667 -7.05000 -8.21667 -8.21667 -8.34000 -8.74500 -8.73917 -8.67690 -8.35600
Bujur 106.13333 106.65000 106.65000 106.75000 106.80540 106.83333 106.83620 106.85000 106.86667 107.60000 107.61767 108.26667 109.01667 109.15000 110.38333 110.41660 110.41667 111.78900 112.23278 112.45080 112.61667 112.63333 112.71667 112.73600 112.76667 113.34306 113.38330 113.61667 113.96667 114.38333 114.38333 114.61639 115.17100 115.17861 115.21000 115.61100
elevasi (m) jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des 100 5.3 4.6 6.0 6.7 7.3 6.9 8.6 9.0 8.8 7.5 6.0 46 5.4 4.5 6.4 6.8 7.4 7.2 8.8 9.0 8.9 7.6 6.1 8 2.0 2.7 4.5 4.2 5.0 3.2 4.2 6.1 6.1 4.4 4.2 240 4.7 4.5 6.4 7.5 8.5 8.3 9.3 9.9 9.4 8.2 6.6 300 8.0 7.8 9.5 10.0 10.0 10.0 10.6 11.4 11.9 11.3 10.0 4 4.3 4.0 5.8 7.4 7.4 7.1 8.5 10.1 9.5 7.8 5.8 26 5.2 4.4 6.1 6.9 6.6 11.1 8.1 12.2 8.3 7.2 9.6 920 2.3 2.0 3.1 4.0 4.5 5.1 5.6 5.8 5.9 5.2 3.1 2 3.0 3.7 4.9 5.2 6.4 5.4 5.7 7.1 6.6 5.0 4.3 829 6.1 5.6 6.4 5.8 7.4 8.0 8.7 9.5 7.8 7.4 5.8 1241 123 2.9 3.5 4.7 4.9 5.5 5.5 5.9 6.2 5.9 5.2 3.7 20 6.5 6.3 7.4 8.7 9.1 9.4 10.2 10.4 9.7 8.6 7.1 3 5.3 5.1 6.0 7.5 8.1 8.4 9.2 9.7 9.6 8.4 7.4 3 7.4 6.5 6.8 9.3 9.8 10.1 11.0 11.3 11.2 10.5 9.0 227 5.7 5.2 6.2 7.5 8.7 9.0 10.0 9.9 10.3 9.3 7.2 0 5.8 5.6 6.4 8.6 8.4 9.7 10.1 10.7 10.3 8.7 7.4 675 4.7 4.5 4.9 7.1 7.4 8.4 9.7 10.4 10.1 9.3 6.5 34 285 6.6 6.2 6.9 8.4 9.0 8.7 10.1 10.2 10.0 9.4 7.2 505 3 5.2 5.2 6.6 7.0 7.2 8.6 9.5 10.9 10.9 9.1 7.1 0 4.1 4.1 4.2 5.0 5.2 5.9 7.3 7.4 7.9 7.4 5.5 3 6.9 7.2 7.3 8.5 9.0 9.8 10.7 10.9 11.0 10.4 8.4 3 5.8 6.2 6.8 8.4 9.0 10.0 11.1 11.5 11.3 10.3 8.5 29 3.9 3.3 4.1 4.3 5.3 5.2 5.5 5.0 4.8 4.7 3.9 436 5.9 5.8 5.8 7.8 8.4 9.2 10.1 9.6 9.3 8.6 7.1 887 0 6.2 6.4 7.1 9.2 9.9 11.0 11.1 11.8 11.9 11.3 8.6 50 13 7.1 7.3 7.8 9.6 9.5 10.1 9.7 9.9 10.5 9.8 9.2 23.65 6.9 7.0 7.2 8.3 9.0 8.9 9.3 9.7 9.6 9.2 8.4 6 7.4 7.8 8.6 9.7 10.4 10.0 10.4 10.8 10.7 10.3 9.1 3.5 5.8 5.4 6.8 8.1 7.5 9.0 8.2 8.6 7.7 8.5 8.1 15 7.0 6.8 7.8 8.8 9.4 9.5 9.6 10.1 9.9 9.9 8.1 140 4.5 4.1 5.3 6.0 7.9 7.2 9.1 10.6 10.6 9.7 7.9
*)terkecuali Baranangsiang merupakan data intensitas radiasi (MJ/m2/Hari) 70
Tahunan 6.8 6.9 4.1 7.4 9.9 6.8 7.5 4.1 4.9 7.0 3.5 4.8 5.2 8.2 5.2 7.5 7.0 9.1 5.4 7.9 5.7 8.1 4.4 7.3 6.0 8.2 3.5 7.6 4.1 5.7 5.9 8.8 5.4 8.7 3.5 4.4 4.4 7.7 5.8 9.2 6.7 8.9 6.6 8.3 7.6 9.4 5.9 7.5 6.3 8.6 4.8 7.3 4.3 4.5 2.5 5.3 8.7 3.8 4.5 2.1 2.2 5.0
Lampiran 10. Kecepatan angin bulanan rata-rata (knot) periode antara tahun1975-2013 No
Nama Stasiun 1 Meteo Serang 2 Budiarto Curug 3 Soekarno Hatta Cengkareng 4 Dermaga Bogor 5 IPB baranangsiang 6 Kemayoran Jakarta 7 Pondok Betung Ciledug 8 Meteo Citeko 9 Tanjung Priok Jakarta 10 Geofisika Bandung 11 Lembang 12 Meteo Jatiwangi 13 Cilacap Meteo 14 Tegal Meteo 15 Ahmad yani Semarang 16 Semarang Klimat 17 Semarang Maritim 18 Sawahan Nganjuk 19 Tembelang 20 Geofisika Karangkates 21 PG Prajekan 22 Sangkapura Bawean 23 Perak I Surabaya 24 Meteo Maritim Perak II 25 Juanda Surabaya 26 Jatiroto 27 Karang Ploso Malang 28 andungsari 29 Kalianget Madura 30 Kaliwingin 31 Banyuwangi Meteo 32 Negara Bali 33 Ngurah Rai Meteo 34 Balai Besar Wilayah 3 35 Sanglah Denpasar 36 Kahang Karang Asem
lintang -6.11667 -6.23333 -6.11667 -6.50000 -6.60044 -6.18333 -6.18333 -6.70000 -6.10000 -6.88333 -6.82656 -6.75000 -7.73333 -6.85000 -6.98333 -6.98330 -6.96667 -7.73800 -7.49417 -8.15218 -7.95000 -5.85000 -7.21667 -7.20600 -7.36667 -8.13056 -7.75000 -7.86667 -7.05000 -8.21667 -8.21667 -8.34000 -8.74500 -8.73917 -8.67690 -8.35600
Bujur 106.13333 106.65000 106.65000 106.75000 106.80540 106.83333 106.83620 106.85000 106.86667 107.60000 107.61767 108.26667 109.01667 109.15000 110.38333 110.41660 110.41667 111.78900 112.23278 112.45080 112.61667 112.63333 112.71667 112.73600 112.76667 113.34306 113.38330 113.61667 113.96667 114.38333 114.38333 114.61639 115.17100 115.17861 115.21000 115.61100
elevasi (m) jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des Tahunan 100 4.8 3.6 3.9 3.3 2.7 3.3 3.1 3.5 3.4 3.5 4.1 4.5 3.6 46 6.2 5.1 6.0 4.9 4.0 3.9 3.8 4.1 4.2 4.2 4.7 5.6 4.7 8 5.7 4.9 5.6 4.8 4.5 4.9 4.8 5.1 4.9 4.9 4.9 5.4 5.0 240 1.7 1.6 1.6 1.5 1.4 1.3 1.4 1.6 1.6 1.6 1.5 1.7 1.5 300 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 4 4.3 3.8 4.4 3.9 3.9 3.8 3.9 3.9 4.2 3.9 3.9 4.3 4.0 26 2.8 2.4 2.7 2.4 2.4 2.6 2.5 2.8 3.1 2.8 2.6 2.5 2.6 920 1.8 1.8 1.9 1.7 1.7 1.7 1.8 1.8 2.0 1.8 1.6 1.8 1.8 2 6.1 5.9 6.8 5.5 5.4 5.9 5.8 5.4 4.9 4.3 4.6 5.6 5.5 829 4.1 4.0 3.7 3.0 2.8 2.7 3.0 3.0 3.4 3.4 3.0 2.9 3.3 1241 123 3.8 3.6 3.6 3.4 3.4 3.5 4.1 4.6 4.3 4.0 3.8 3.5 3.8 20 2.7 2.7 2.8 3.0 3.7 4.7 5.4 5.9 5.7 4.7 3.3 2.6 3.9 3 4.6 4.1 3.4 3.1 3.2 4.2 3.8 4.4 4.5 4.4 3.9 3.9 3.9 3 5.1 5.1 4.4 4.4 5.1 5.2 5.3 5.4 5.2 5.6 4.3 4.3 5.0 227 6.3 6.8 5.5 5.3 5.8 6.0 6.2 6.5 6.3 6.0 5.3 5.1 5.9 0 4.9 5.0 3.6 3.0 2.9 3.0 3.1 3.5 3.6 3.6 3.1 3.4 3.6 675 3.9 3.6 3.5 3.3 3.5 3.6 3.7 3.7 4.1 4.2 3.5 3.5 3.7 34 285 2.5 3.2 2.7 2.8 2.8 3.1 3.7 4.1 3.7 3.3 2.7 2.3 3.1 505 3 5.5 4.8 3.3 3.4 4.7 6.2 6.8 7.5 6.5 5.1 2.9 3.8 5.0 0 6.0 6.3 4.8 4.8 5.0 5.4 5.9 6.8 6.2 6.0 4.9 5.1 5.6 3 3.8 3.4 3.1 3.2 3.5 4.0 4.3 4.9 4.6 4.4 3.3 3.1 3.8 3 7.3 7.4 6.1 5.9 6.4 7.0 6.9 7.1 7.3 7.4 6.3 6.0 6.7 29 1.8 1.8 1.8 1.3 1.3 1.3 1.8 1.8 2.2 2.0 1.6 2.0 1.7 436 3.4 3.9 3.4 3.9 4.0 4.0 4.4 4.6 5.0 4.6 4.1 3.4 4.1 887 0 5.8 7.0 4.5 5.2 6.5 8.2 9.9 10.7 9.5 8.2 5.7 4.2 7.1 50 13 2.3 2.1 2.4 2.4 2.3 2.6 2.9 2.7 2.9 2.7 2.5 2.6 2.5 23.65 5.0 4.7 4.6 4.7 5.2 5.8 6.1 6.8 6.6 5.8 5.1 4.8 5.4 6 5.7 5.9 4.6 4.3 5.3 6.2 7.1 7.0 5.7 4.7 4.1 5.1 5.5 3.5 2.4 0.9 1.4 2.0 1.7 2.5 3.3 3.3 3.2 2.3 1.1 1.8 2.2 15 5.8 6.3 5.2 5.5 5.9 6.7 7.1 7.3 6.6 6.5 5.8 6.3 6.3 140 4.8 5.0 4.7 5.5 6.6 7.8 8.5 9.1 9.7 8.8 7.6 6.0 7.0
71
No
Lampiran 11. Evaporasi bulanan rata-rata (mm) periode antara tahun1975-2013
Nama Stasiun lintang Bujur elevasi (m) jan 1 Meteo Serang -6.11667 106.13333 100 2 Budiarto Curug -6.23333 106.65000 46 3 Soekarno Hatta Cengkareng -6.11667 106.65000 8 4 Dermaga Bogor -6.50000 106.75000 240 5 IPB baranangsiang -6.60044 106.80540 300 6 Kemayoran Jakarta -6.18333 106.83333 4 7 Pondok Betung Ciledug -6.18333 106.83620 26 8 Meteo Citeko -6.70000 106.85000 920 9 Tanjung Priok Jakarta -6.10000 106.86667 2 10 Geofisika Bandung -6.88333 107.60000 829 11 Lembang -6.82656 107.61767 1241 12 Meteo Jatiwangi -6.75000 108.26667 123 13 Cilacap Meteo -7.73333 109.01667 20 14 Tegal Meteo -6.85000 109.15000 3 15 Ahmad yani Semarang -6.98333 110.38333 3 16 Semarang Klimat -6.98330 110.41660 227 17 Semarang Maritim -6.96667 110.41667 0 18 Sawahan Nganjuk -7.73800 111.78900 675 19 Tembelang -7.49417 112.23278 34 20 Geofisika Karangkates -8.15218 112.45080 285 21 PG Prajekan -7.95000 112.61667 505 22 Sangkapura Bawean -5.85000 112.63333 3 23 Perak I Surabaya -7.21667 112.71667 0 24 Meteo Maritim Perak II -7.20600 112.73600 3 25 Juanda Surabaya -7.36667 112.76667 3 26 Jatiroto -8.13056 113.34306 29 27 Karang Ploso Malang -7.75000 113.38330 436 28 andungsari -7.86667 113.61667 887 29 Kalianget Madura -7.05000 113.96667 0 30 Kaliwingin -8.21667 114.38333 50 31 Banyuwangi Meteo -8.21667 114.38333 13 32 Negara Bali -8.34000 114.61639 23.65 33 Ngurah Rai Meteo -8.74500 115.17100 6 34 Balai Besar Wilayah 3 -8.73917 115.17861 3.5 35 Sanglah Denpasar -8.67690 115.21000 15 36 Kahang Karang Asem -8.35600 115.61100 140
feb
119 129 123 86 94 83 94 92 133 113 81 67 124 136 132 121 135 104 165 113 92 108 129 136 137 120 116 65 110 104 131 130 163 143 148 94
mar
110 121 137 91 73 79 89 88 127 108 99 66 121 129 125 106 125 102 133 105 76 101 128 126 118 110 114 71 110 104 128 120 158 130 141 82
apr
122 134 135 104 108 107 97 104 140 115 94 71 128 135 133 126 140 112 144 116 80 113 129 130 134 123 118 73 108 121 133 129 173 139 146 106
72
may
126 129 132 105 101 98 100 107 138 102 87 81 123 137 133 123 137 115 137 106 116 112 125 132 132 109 123 81 109 100 128 116 156 125 140 121
jun
117 124 134 101 113 88 106 110 129 97 85 86 119 136 149 142 144 108 135 120 136 127 134 133 149 120 123 86 118 104 126 119 157 140 139 136
jul
112 115 136 97 114 89 106 105 129 98 72 90 116 130 141 132 144 95 111 114 141 118 137 122 141 109 112 86 121 76 117 110 150 135 122 130
aug
123 131 145 103 127 99 118 105 143 103 75 121 120 139 165 157 166 110 122 123 155 147 155 147 168 106 131 100 144 89 126 122 166 141 133 144
sep
135 141 157 118 146 120 126 113 157 121 99 132 129 155 191 174 183 126 150 140 155 170 176 171 187 125 148 100 160 105 133 139 183 155 150 158
oct
147 151 157 126 135 125 141 108 157 131 89 152 140 169 184 171 181 143 166 139 150 163 176 177 198 119 160 88 171 125 145 140 180 128 146 168
nov 137 144 161 123 133 118 128 109 157 126 98 144 133 161 178 168 177 137 194 149 168 174 191 190 213 137 169 103 175 133 160 148 192 153 171 173
dec 129 128 138 110 99 103 106 90 151 106 93 99 124 145 137 134 138 131 162 115 136 129 144 157 170 117 136 75 136 117 153 130 169 133 148 142
116 125 131 102 98 93 102 86 126 103 91 77 114 128 127 116 129 116 152 106 67 91 123 129 125 114 109 69 109 118 139 119 163 142 144 110
tahunan 1515 1595 1711 1283 1311 1332 1218 1189 1712 1341 1077 1205 1510 1725 1751 1629 1756 1365 1727 1411 1440 1517 1705 1708 1827 1375 1705 972 1533 1264 1579 1485 1959 1622 1686 1530
No
Lampiran 12. Curah hujan bulanan rata-rata (mm) periode antara tahun1975-2013
Nasta lintang Bujur 1 Meteo Serang -6.11667 106.13333 2 Budiarto Curug -6.23333 106.65000 3 Soekarno Hatta Cengkareng -6.11667 106.65000 4 Dermaga Bogor -6.50000 106.75000 5 IPB baranangsiang -6.60044 106.80540 6 Kemayoran Jakarta -6.18333 106.83333 7 Pondok Betung Ciledug -6.18333 106.83620 8 Meteo Citeko -6.70000 106.85000 9 Tanjung Priok Jakarta -6.10000 106.86667 10 Geofisika Bandung -6.88333 107.60000 11 Lembang -6.82656 107.61767 12 Meteo Jatiwangi -6.75000 108.26667 13 Cilacap Meteo -7.73333 109.01667 14 Tegal Meteo -6.85000 109.15000 15 Ahmad yani Semarang -6.98333 110.38333 16 Semarang Klimat -6.98330 110.41660 17 Semarang Maritim -6.96667 110.41667 18 Sawahan Nganjuk -7.73800 111.78900 19 Tembelang -7.49417 112.23278 20 Geofisika Karangkates -8.15218 112.45080 21 PG Prajekan -7.95000 112.61667 22 Sangkapura Bawean -5.85000 112.63333 23 Perak I Surabaya -7.21667 112.71667 24 Meteo Maritim Perak II -7.20600 112.73600 25 Juanda Surabaya -7.36667 112.76667 26 Jatiroto -8.13056 113.34306 27 Karang Ploso Malang -7.75000 113.38330 28 andungsari -7.86667 113.61667 29 Kalianget Madura -7.05000 113.96667 30 Kaliwingin -8.21667 114.38333 31 Banyuwangi Meteo -8.21667 114.38333 32 Negara Bali -8.34000 114.61639 33 Ngurah Rai Meteo -8.74500 115.17100 34 Balai Besar Wilayah 3 -8.73917 115.17861 35 Sanglah Denpasar -8.67690 115.21000 36 Kahang Karang Asem -8.35600 115.61100
elevasi 100 46 8 240 300 4 26 920 2 829 1241 123 20 3 3 227 0 675 34 285 505 3 0 3 3 29 436 887 0 50 13 23.65 6 3.5 15 140
jan
119 129 123 86 94 83 94 92 133 113 81 67 124 136 132 121 135 104 165 113 92 108 129 136 137 120 116 65 110 104 131 130 163 143 148 94
feb mar apr mei jun jul 110 122 126 117 112 121 134 129 124 115 137 135 132 134 136 91 104 105 101 97 73 108 101 113 114 79 107 98 88 89 89 97 100 106 106 88 104 107 110 105 127 140 138 129 129 108 115 102 97 98 99 94 87 85 72 66 71 81 86 90 121 128 123 119 116 129 135 137 136 130 125 133 133 149 141 106 126 123 142 132 125 140 137 144 144 102 112 115 108 95 133 144 137 135 111 105 116 106 120 114 76 80 116 136 141 101 113 112 127 118 128 129 125 134 137 126 130 132 133 122 118 134 132 149 141 110 123 109 120 109 114 118 123 123 112 71 73 81 86 86 110 108 109 118 121 104 121 100 104 76 128 133 128 126 117 120 129 116 119 110 158 173 156 157 150 130 139 125 140 135 141 146 140 139 122 82 106 121 136 130
73
agt
123 131 145 103 127 99 118 105 143 103 75 121 120 139 165 157 166 110 122 123 155 147 155 147 168 106 131 100 144 89 126 122 166 141 133 144
135 141 157 118 146 120 126 113 157 121 99 132 129 155 191 174 183 126 150 140 155 170 176 171 187 125 148 100 160 105 133 139 183 155 150 158
sep okt nov 147 137 151 144 157 161 126 123 135 133 125 118 141 128 108 109 157 157 131 126 89 98 152 144 140 133 169 161 184 178 171 168 181 177 143 137 166 194 139 149 150 168 163 174 176 191 177 190 198 213 119 137 160 169 88 103 171 175 125 133 145 160 140 148 180 192 128 153 146 171 168 173
des 129 128 138 110 99 103 106 90 151 106 93 99 124 145 137 134 138 131 162 115 136 129 144 157 170 117 136 75 136 117 153 130 169 133 148 142
116 125 131 102 98 93 102 86 126 103 91 77 114 128 127 116 129 116 152 106 67 91 123 129 125 114 109 69 109 118 139 119 163 142 144 110
Tahunan 1515 1595 1711 1283 1311 1218 1332 1189 1712 1341 1077 1205 1510 1725 1751 1629 1756 1365 1727 1411 1440 1517 1705 1708 1827 1375 1705 972 1533 1264 1579 1485 1959 1622 1686 1530
RIWAYAT HIDUP Trinah Wati dilahirkan di Jakarta, 14 Februari 1976, putri ketiga dari pasangan Sarimin dan Suwarti, istri dari Bayu Iriantomo dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama Novita Salwa, Hayder Salman dan Sandy Salim. Lulus jenjang S1 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, program studi Agrometeorologi Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor tahun 2000. Mulai bekerja sebagai pegawai negeri sipil di BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) pada tahun dengan jabatan fungsional Pengamat Meteorologi dan Geofisika tingkat Ahli/Analis, sebelumnya pernah bekerja di PT Popindo Selera Prima (tahun 2001-2002) dan PT BDA Design (tahun 2003-2004). E-mail :
[email protected]
74