KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM PENINGKATAN PRSETASI KERJA DI KECAMATAN TOMBATU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
Oleh : Helva Nova Monolimay Abstrak Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik untuk diperbincangkan hingga dewasa ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Pemimpin memegang peran kunci dalam memformulasikan dan mengimplementasikan strategi organisasi. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Utara bertujuan untuk mengkaji bagaimana kepemimpinan camat di Dalam Meningkatkan prestasi kerja karena dari hasil pengamatan ada banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai kecamatan dan dari hasil penelitian menunjukkan kebenaran akan hal tersebut disinilah kepemimpinan camat di uji. Keywords : Kepemimpinan, Camat, Prestasi Kerja
1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila pemimpin mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat memberi pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah tujuan organisasi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap karyawan agar dapat menimbulkan kepuasan dan komitmen organisasi sehinga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para pimpinan. Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Setiap pimpinan di lingkungan organisasi kerja, selalu memerlukan sejumlah pegawai sebagai pembantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi volume dan beban kerja unit masingmasing. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap pegawai di lingkungannya agar dapat meningkatkan kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja yang tinggi. Kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya. Setiap pimpinan dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya . Perbedaan itu disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi. Hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan di Kantor Kecamatan Tombatu, bahwa Camat cukup intensif memberikan arahan dan petunjuk kepada para stafnya, namun disisi lain camat terkesan tidak menindaklanjuti petunjuk atau arahan yang diberikan, sehingga capaian kerja dari para staf terkadang tidak dievaluasi oleh camat, hal ini menyebabkan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dari para staf. Kantor Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang langsung berhubugan dengan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka kantor Kecamatan Tombatu mempunyai peran yang strategis dalam hal meningkatkan kesejahtraan masyarakat, oleh karena itu aspek-aspek yang mendukung segala bentuk tugas dan fungsi kantor Camat haruslah berkualitas dan profesional salah satunya adalah sumber daya manusia yang notabene adalah pegawai yang memiliki kompetensi, kualitas yang baik 2
serta mempunyai integritas dan dedikasi yang baik terhadap kesejahtraan masyarakat, demi tercapainya pelayanan yang prima kepada masyarakat. Oleh karena itu, menyadari tugas dan fungsi pokok yang dijalankan, Camat sebagai unsur pimpinan berperan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya yang dimilikinya melalui kebijakan-kebijakannya karena pegawai adalah penggerak utama lajunya organisasi melalui program-program yang terencana dan berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kondisi yang terjadi menurut pengamatan awal penulis di Kantor Camat Tombatu masih terdapat pegawai dengan kinerja yang rendah, antara lain terlihat dari banyaknya pengeluhan masyarakat. Hal ini menurut dugaan penulis kepemimpinan Camat sangat berperan dalam peningkatan disiplin pegawai sehingga penyelenggaraan pemerintahan di kantor Kecamatan Tombatu dapat tercapai secara maksimal. Melihat beberapa pentingnya pengaruh seorang pemimpin didalam mengoperasikan organisasi dengan individu yang berbeda-beda, maka seorang pemimpin harus benar–benar berkualitas agar dapat memimpin bawahannya dengan baik sehingga produktivitas dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien. Demikian juga dengan Camat yang harus dengan cepat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kesejateraan Masyarakat di Kecamatan Tombatu. Kepemimpinan yang efektif dari seorang camat, sedikit banyak dapat berpengaruh dalam peningkatan kerja pegawai yang dipimpinnya. Secara umum dalam teori kepemimpinan terdapat tiga teori yaitu: sifat, perilaku, dan situasional, penelitian ini lebih menekankan kepada sifat dan perilaku kepemimpinan camat yang mencakup: pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kepemimpinan Camat dalam Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara? 2. Apa kendala penyebab kepemimpinan camat dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai belum maksimal? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini bertujuan untuk mengetahui sifat kepemimpinan camat tombatu yang meliputi: pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. Berikut ini adalah manfaat penelitian secara praktis dan akademis : a) Kegunaan praktis, diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan informasi bagi peneliti selanjutnya atau pun mahasiswa lain yang berminat mendalami studi tentang kepemimpinan. b) Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang gaya kepemimpin yang baik dan sebagai bahan informasi tentang kepemimpinan pada pemerintahan di Kecamatan Tombatu.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan 1. Pengertian Pemimpin Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalamnya terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hendry Pratt Fairchild dalam Kartini Kartono (2006:38-39) mengemukakan bahwa pemimpin dalam pengertian yang luas adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/ upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. 2. Pengertian Kepemimpinan Anagora dalam Harbani (2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Stogdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460). Unsur-unsur kepemimpinan menurut Stogdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 500 adalah: a) Adanya keterlibatan anggota organisasi sebagai pengikut. b) Distribusi kekuasaan di antara pemimpin dengan anggota organisasi. c) Legitimasi diberikan kepada pengikut. d) Pemimpin mempengaruhi pengikut melalui berbagai cara. 3. Peranan Pemimpin Menurut pendapat Stodgil (Stoner dan Freeman 1989:88) ada beberapa peranan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu : 1 Integration, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan koordinasi. 2. Communication, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada meningkatnya saling pengertian dan penyebaran informasi. 3. Product emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang berorientasi pada volume pekerjaan yang dilakukan. 4. Fronternization, yaitu tindakan-tindakan yang menjadikan pemimpin menjadi bagian dari kelompok. 5. Organization, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan dan penyesuaian daripada tugas-tugas. 6. Evaluation, yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan pendistribusian ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman. 7. Initation, yaitu tindakan yang menghasilkan perubahan-perubahan pada kegiatan organisasi. 8. Domination, yaitu tindakan-tindakan yang menolak pemikiran-pemikiran seseorang atau anggota kelompoknya. 4. Karakteristik Kepemimpinan 4
Kepemimpinan mungkin hanya terbentuk dalam suatu lingkungan yang secara dinamis melibatkan hubungan di antara sejumlah orang. Kongkritnya, seorang hanya bias mengklaim dirinya sebagai seorang pemimpin jika ia memiliki sejumlah pengikut. Selanjutnya antara para pemimpin dan pengikutnya terjalin ikatan emosional dan rasional menyangkut kesamaan nilai yang ingin disebar dan ditanam serta kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Walupun dalam realitasnya sang pemimpinlah yang biasanya memperkenalkan atau bahkan merumuskan nilai dan tujuan. Dalam Ryaas Rasyid (2000:37) dijelaskan beberapa karakter kepemimpinan yang berbeda satu sama lain, yaitu sebagai berikut : 1. Kepemimpinan yang Sensitif Kepemimpinan ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk secara dini memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengenai apa yang mereka butuhkan, mengusahakan agar ia menjadi pihak pertama yang memberi perhatian terhadap kebutuhan tersebut. Dalam karakter kepemimpinan tersebut, kemampuan berkomunikasi daripada pemimpin pemerintahan yang disertai pada penerapan transformasi di dalam proses pengambilan keputusan merupakan prasyarat bagi pemerintah dalam mengemban segala tugas-tugasnya. 2. Kepemimpinan yang Responsif Dalam konteks ini, pemimpin lebih aktif mengamati dinamika masyarakat dan secara kreatif berupaya memahami kebutuhan mereka, maka kepemimpinan yang responsif lahir lebih banyak berperan menjawab aspirasi dan tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui berbagai media komunikasi, menghayati suatu sikap dasar untuk mendengar suara rakyat, mau mengeluarkan energi dan menggunakan waktunya secara cepat untuk menjawab pertanyaan, menampung setiap keluhan, memperhatikan setiap tuntutan dan memanfaatkan setiap dukungan masyarakat tentang suatu kepentingan umum. 3. Kepemimpinan yang Defensif Karakter kepemimpinan ini ditandai dengan sikap yang egoistik, merasa paling benar, walaupun pada saat yang sama memiliki kemampuan argumentasi yang tinggi dalam berhadapan dengan masyarakat. Komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat cukup terpelihara, tetapi pada umumnya pemerintah selalu mengambil posisi sebagai pihak yang lebih benar, lebih mengerti. Oleh karena itu, keputusan dan penilaiannya atas sesuatu isu lebih patut diikuti oleh masyarakat. Posisi masyarakat lemah, sekalipun tetap tersedia ruang bagi mereka untuk bertanya, menyampaikan keluhan, aspirasi dan lain sebagainya. Karakter kepemimpinan samacam ini bisa berhasil dalam jangka waktu tertentu. Tetapi ketika berhadapan dengan masyarakat yang semakin berkembang, baik secara sosial-ekonomi maupun secara intelektualitas, karakter defensif ini akan sulit untuk melakukan manufer. 4. Kepemimpinan yang Represif Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya dengan karakter kepemimpinan defensif, tetapi lebih buruk lagi karena tidak memiliki kemampuan argumentasi atau justifikasi dalam mempertahankan keputusan atau penilaiannya terhadap suatu isu ketika berhadapan dengan masyarakat. Karakter kepemimpinan yang represif ini secara total selalu merupakan beban yang berat bagi masyarakat. Ia bukan saja tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah fundamental dalam masyarakat, tetapi bahkan cenderung merusak moralitas masyarakat. Singkaynya kepemimpinan yang represif ini lebih mewakili sifat diktatorial.
5
5. Teori-Teori Kepemimpinan 1. Teori Sifat Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin 2. Teori Perilaku Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku: a. konsiderasi dan struktur inisiasi Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. b. berorientasi kepada bawahan dan produksi Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. 3. Teori Situasional Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; Norma yang dianut kelompok; Rentang kendali; Ancaman dari luar organisasi; Tingkat stress; Iklim yang terdapat dalam organisasi. B. Camat Camat menurut Bayu Suryaningrat (1981:2) adalah seorang yang mengepalai dan membina suatu wilayah yang biasanya terdiri dari beberapa desa atau kelurahan. Camat juga seorang eksekutif yaitu seorang pelaksana tugas pemerintah. Seperti salah satu tugas dan fungsinya sebagai kepala wilayah kecamatan yaitu mengendalikan pembangunan. Dalam pasal 15 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan menyebutkan bahwa : 1. Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi : a. Menggkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-Undangan; d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan Pemeritahan di tingkat Kecamatan; f. Membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan/atau Kelurahan; dan 6
g. Melaksanakan pelayanan Masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan Pemerintahan Desa atau Kelurahan. 2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek: a. Perizinan; b. Rekomendasi; c. Koordinasi; d. Pembinaan; e. Pengawasan; f. Fasilitasi; g. Penetapan; h. Penyelenggaraan; dan i. Kewenangan lain yang dilimpahkan. 3. Pelaksanaan kewenangan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penyelenggaraan urusan Pemerintahan pada lingkup Kecamatan sesuai Peraturan Perudangundangan. 4. Pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota kepada Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan kriteria eksternalitas dan efesiensi. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini. Dari beberapa pengertian yang disebutkan diatas maka jelas bahwa camat sebagai aparat pemerintah daerah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat penting karena ia (Camat) mengkoordinasikan, memimpin pemerintahan yang ada di wilayah kecamatan disamping merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Camat juga dapat membina ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. C. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Bahwa keberhasilan dari organisasi sangat ditentukan oleh Prestasi Kerja Pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai. Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan (1987:25) ialah “hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya”. Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, Soetomo (1985:64) menjelaskan bahwa : a. Prestasi Kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil. D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Bahwasannya prestasi kerja pegawai mempunyai keterkaitan dengan hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan hal dimaksud perlu diadakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara terus menerus sehingga mereka dapat mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri maupun organisasi. Untuk itu pembinaan Pegawai Negeri Sipil tidak dapat dipisahkan dari kedudukan mereka sebagai manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan, kemampuan dan kepribadian yang dapat dikembangkan.
7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu yang dapat diartikan menurut Nawawi (1983:63) sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah kepemimpinan camat dalam peningkatan prestasi kerja pegawai di kantor Kecamatan Tombatu. Yang dimaksud dengan kepemimpinan camat dalam penelitian ini adalah cara atau kemampuan camat untuk peningkatan prestasi kerja para PNS di kantor Kecamatan untuk mengikutinya dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dapat di nilai melalui: 1. Integration, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan koordinasi. 2. Communication, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada meningkatnya saling pengertian dan penyebaran informasi. 3. Product emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang berorientasi pada volume pekerjaan yang dilakukan. 4. Organization, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan dan penyesuaian daripada tugas-tugas. 6. Evaluation, yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan pendistribusian ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman. C. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah terdiri atas informan kunci, dan informan pelengkap, yaitu: 1. Camat 2. Sekretaris Kecamatan 3. Kepala-kepala seksi di kantor kecamatan 4. Staf 5. Masyarakat D. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan objek penelitian, yaitu Kepemimpinan camat dalam penyelenggaraan pemerintahan di kantor Kecamatan Tombatu. Jenis data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Data primer dan (2) Data sekunder. Data primer diperoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan) yang berkaitan dengan objek penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini meliputi : a. Teknik Observasi Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengamati berbagai fenomena dan peristiwa yang terjadi di Kantor Kecamatan Tombatu, terutama yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu kepemimpinan Camat. b. Teknik Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan melalui Tanya jawab secara bebas namun berarah kepada informan yang terdiri dari Sekretaris Camat, Kepala Seksi, dan staf di kantor Kecamatan Tombatu. Wawancara mengacu pada pedoman yang telah 8
dibuat, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan baru yang dapat mendukung keabsahan data. c. Teknik Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara kepustakaan, meliputi laporan-laporan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip, monografi kecamatan yang dapat menunjang perolehan data secara menyeluruh sesuai dengan objek penelitian di kantor Kecamatan Tombatu. F. Teknik Analisa Data Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data yang ada adalah sebagai berikut : a. Kategorisasi, dalam hal ini data-data yang diperoleh dari lapangan di kategorisasikan berdasarkan data prioritas yang dianalisa dan data yang tidak diprioritaskan untuk dianalisa. b. Reduksi, adalah sebuah langkah dengan menghilangkan atau menegasikan data tertentu yang dinilai tidak perlu untuk dianalisa secara lebih lanjut untuk kepentingan penelitian. c. Interpretasi, adalah tahapan akhir dari proses analisa data, dimana pada tahap ini penulis memberikan tafsiran dan penjelasan-penjelasan yang berkaitan erat dengan data-data yang menjadi isu dalam penelitian ini.
9
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Prestasi Kerja Salah satu parameter untuk mengukur kualitas demokratisasi adalah sirkulasi kepemimpinan politik yang lancar dengan sokongan kaderisasi kepemimpinan yang melembaga. Kontestasi politik pada sistem demokrasi liberal semestinya dikawal oleh ketersediaan jalur-jalur kaderisasi kepemimpinan yang mampu memunculkan kader-kader pemimpin politik yang handal. Dengan kondisi perkembangan zaman yang semakin maju, terlebih dengan kondisi global yang semakin berkembang maka dibutuhkan seorang sosok pemimpin dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang visioner, memiliki integritas dan loyalitas, mampu menghadirkan suasana bermasyarakat yang kondusif dan tingkat kepuasan masyarakat dan aparat yang semakin tinggi. Perjalanan pemerintahan Kecamatan Tombatu telah memberikan perkembangan yang sangat signifikan. Khususnya dalam peningkatan prestasi kerja pegawai. Salah satu faktor yang mendukung kepemimpinan Camat yang berjalan secara efektif yaitu penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan kondisi geopolitik dan situasi yang dihadapi. Tentu perkembangan yang dicapai Kecamatan Tombatu selama ini tak lepas dari Camat sebelumnya yang rela meluangkan waktu dan tenaganya demi peningkatan prestasi kerja pegawai di kecamatan Tombatu. Seperti yang diutarakan oleh camat sendiri, yang mengatakan bahwa: “setiap Camat yang telah memimpin di kecamatan ini, telah menanamkan motivasi kepada pegawai agar dapat meningkatkan prestasi kerjanya masing-masing, menyelesaikan masalah dengan cara-cara tersendiri. Buktinya kita saat ini hanya melanjutkan apa yang telah dibangun tanpa harus membuat kembali pondasi yang baru. Dengan kata lain pemimpin yang ada memang dibutuhkan oleh zamannya, mereka terlahir karena permintaan zaman”. Dalam penelitian ini kepemimpinan transformasional dan transaksional dianggap bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Hal ini sesuai yang dikatakan Rufus dalam penelitiannya (2006). Konsep saling melengkapi dari kedua gaya kepemimpinan ini terletak pada kepiawaian pemimpin mengelola organisasinya. Dalam menganalisis gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh camat, maka ditetapkan indikator dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional tersebut, yaitu: a) Gaya kepemimpinan transformasional - Visi yang jelas - Memiliki Kharisma - Motivator dan Inspirator - Dekat dengan bawahan b) Gaya kepemimpinan transaksional - Pemberian Reward - Mengawasi dan mengontrol pekerjaan - Intervensi dan Koreksi Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional berdasarkan indikator-indikator yang ada melalui pengamatan, hasil wawancara dan data-data yang diperoleh pada waktu penelitian. 1. Gaya Kepemimpinan Transformasional Secara konseptual, kepemimpinan transformasional di definisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan 10
manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi . Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru. Kepemimpinan yang lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari empat cara ini, yaitu (1) Memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence - Charisma), (2) Menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation), (3) Meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation), dan (4)Memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized Consideration). a. Visi yang jelas dan jauh ke depan (visioner) Visi adalah apa yang menjadi cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Visi yang jelas dan terarah merupakan hal yang sangat menentukan proses pencapaian tujuan kedepan, karena visi tersebut kemudian diterapkan melalui programprogram dan kebijakan-kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Visi yang jelas harus diikuti dengan pemikiran dan ide-ide yang berorientasi jauh ke depan, sehingga hal-hal yang belum dipikirkan oleh masyarakat atau daerah lain, kita telah mampu mengaktualisasikannya. Senada dengan apa yang disampaikan oleh salah seorang tokoh masyarakat, yaitu: ”camat adalah sosok pemimpin yang mempunyai ide-ide yang belum sempat dipikirkan oleh orang lain, beliau banyak mempunyai kreasi dan inovasi baru, namun sayangnya dalam hal implementasinya masih lemah. Apa yang dikatakan oleh Bapak Durman diatas, ditegaskan juga oleh Kasi Perekonomian pembangunan dan kesejahteraan sosial, yang mengatakan: “menurut saya visi yang jauh kedepan, terarah dan mempunyai ukuran yang pasti jelas dimiliki oleh Bapak Camat. Visi yang dimiliki itu kemudian diwujudkan dalam perencanaan program yang berkaitan dengan peningkatan prestasi kerja pegawainya”. b. Memiliki Karisma Karisma adalah sesuatu yang ada terlahir dengan sendirinya dalam diri. Sesuatu yang bersifat inheren dan hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia, contohnya Soekarno, Mahatma Ghandi, Adolf Hitler dan sebagainya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang mempunyai visi, kemampuan, dan mampu memberikan ketenangan bagi yang dipimpinnya sehingga dia dijadikan, suri tauladan, idola dan panutan Berawal dari ide-ide ahli sosial bernama Max Weber. Karisma adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti “berkat yang terinspirasi secara agung”, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau memprediksi peristiwa masa depan. Kharisma seorang pemimpin terlihat dari seberapa besar orang-orang yang ada disekitarnya merasa kagum dan setidaknya terinspirasi dengan sikap pemimpin. Salah seorang staf kantor kecamatan, Kepala Bagian Pemerintahan mengatakan: ”camat orangnya tegas, tapi ketegasan itu tidak mampu diimplementasikan kepada bawahannya, dalam hal memberikan petunjuk, camat masih belum terlalu jelas memberikan arahan. Karisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat 11
dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang sangat luar biasa. c. Motivator dan Inspirator Seorang pemimpin yang baik harus dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja dan tercapainya tujuan bersama. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai sebuah tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan memujudkan pada suatu prilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi merupakan sesuatu yang dapat disimpulkan karena adanya perilaku yang tampak. Motivasi dalam kepemimpinan merupakan sesuatu yang inheren dan tidak boleh terlepas dalam proses-proses berpemerintahan. Sekretaris Camat mengatakan: “motivasi itu adalah hal yang mutlak dilakukan oleh seorang pemimpin sebagai bentuk tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan individu bawahan sekaligus dalam hal peningkatan kinerja organisasi. Bentuk motivasi yang dilakukan Beliau bagi seluruh staf di kecamatan yang ada di kecamatan Tombatu ini kadang saya lihat dan rasakan ketika rapat bersama beliau, maupun turun langsung ke lapangan. motivasi yang dilakukan beliau tentu proporsional sesuai dengan kebutuhan bawahannya”. Pemimpin mempunyai tanggung jawab menciptakan kondisi-kondisi dan perangsangperangsang yang memotivasi anggota mencapai tujuan yang ditentukan. Motivasi atau dorongan dapat berdampak pada perilaku positif yaitu memberikan semangat kerja dan tentunya tercapainya tujuan secara maksimal. Motivasi yang sering ditunjukkan oleh Camat bukan hanya dengan sekedar memberitahu bahwa bawahan itu harus seperti ini atau itu tapi dengan memberi contoh bahwa kita harus seperti ini. Seperti yang dikatakan oleh kasi tata pemerintahan, yaitu: ”beliau memotivasi orang-orang yang ada disekitarnya tidak dengan hanya mengatakan kamu harus begini dan begitu, tapi beliau langsung memberikan contoh dengan perbuatan. Namun contoh yang diberikan camat tidak disertai dengan petunjuk yang jelas. d. Dekat dengan bawahan Dekat dengan bawahan adalah salah satu faktor penunjang terciptanya kondisi bekerja yang kondusif sebagai penuntun tercapainya hasil kerja yang maksimal. Bawahan adalah seorang mitra kerja sekaligus sebagai orang yang membutuhkan tuntunan karena suatu hal diantaranya seorang pemimpin harus mampu dan pintar membaca dan memenuhi keinginan bawahannya selama itu tidak melanggar dan sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil kerja. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjaga kedekatan hubungan dengan orang disekitarnya sehingga menciptakan kondisi yang nyaman, tenang dan bersahabat. Di satu sisi, proses hubungan antara seorang atasan dan bawahan tetap harus berada dalam koridor yang saling menghargai agar wibawa seorang pemimpin tetap terjaga, sekaligus menjaga agar bawahan tidak menjadi pelayan atau dayang-dayang pemimpin Menurut kepala desa kuyanga mengatakan: “sebuah organisasi adalah sebuah kesatuan sistem yang saling berkaitan. Dengan kata lain setiap bagian dari ikatan organisasi adalah satuan-satuan yang berhubungan sehingga membentuk sebuah organisasi. Artinya untuk mencapai tujuan bersama setiap elemen dalam organisasi harus saling bekerja sama. Salah satu faktor penunjang kerjasama ini adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara setiap anggota organisasi. 3. Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. 12
Gaya kepemimpinan transaksional menekankan pemimpin menukarkan jasa kerja bawahan dengan sesuatu yang bernilai, baik secara materi maupun moral. Penerapan gaya transaksional ini mengacu karena bawahan yang berada di level bawah membutuhkan penyemangat yang berorientasi pada peningkatan kinerja. Pemotivasian bawahan dengan metode transksional tidak hanya melibatkan bawahan yang berada pada tingkatan bawah, tetapi terkadang juga ada personal bawahan yang berada pada level menengah ke atas membutuhkan metode transaksi dalam meningkatkan prestasi kerja. Disinilah terletak kepiawaian pemimpin dalam melihat kebutuhan dan keinginan bawahannya, skill dan seni memimpin tentu mengharuskan seorang pemimpin untuk pintar-pintar melihat kondisi psikologis bawahannya. Untuk melihat gaya kepemimpinan Camat dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dianalisis melalui gaya transaksional akan dijelaskan sebagai berikut: a. Pemberian Reward Reward adalah hadiah, imbalan dan penghargaan atas suatu dan menguntungkan bagi perusahaan”. Ilmu perilaku telah membagi imbalan menjadi dua kategori besar yaitu imbalan intrinsik dan imbalan ektrinsik, hal ini penting di lakukan karena tujuan memberikan imbalan pada dasarnya adalah untuk memotivasi anggota organisasi, membuat kerasan pekerja yang sudah ada, dan menarik orang yang berkualitas masuk dalam organisasi Pemberian reward adalah sebuah hal yang baik dan perlu dilakukan sebagai bentuk memotivasi dan meningkatkan pencapaian kinerja organisasi. Salah satu bentuk pemberian reward Camat kepada bawahannya dalam hal ini bawahan yang berada di level bawah struktur organisasi adalah pemberian hadiah baik dalam bentuk materi atau pengakuan (pujian). Reward menurut sekretaris Camat Tombatu,: “reward atau imbalan atau penghargaan atas hasil kerja tidak harus dinilai dalam bentuk materi. Reward selain dalam bentuk imbalan sabagai bentuk feedback dari hasil kerja seseorang dapat pula diwujudkan dalam bentuk penghargaan dan apresiasi sebagai bentuk pengakuan terhadap peningkatan kinerja orang tersebut. Pengakuan itu dapat dilakukan oleh atasan kepada bawahannya di depan rekan-rekan bawahan tersebut untuk meningkatkan motivasi yang lain sekaligus sebagai bentuk pengakuan hasil kerja oleh atasan”. b. Mengawasi dan mengontrol pekerjaan Pengawasan dalam arti harfiahnya adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas/pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan aturan yang telah ditetapkan. Secara langsung pengawasan ini bertujuan untuk: 1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan perintah (aturan yang berlaku) 2. Menertibkan koordinasi kegiatan 3. Mencegah pemborosan dan penyimpangan 4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan 5. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi Pengawasan sebagai bentuk konsistensi dalam pencapaian tujuan dalam hal ini daerah/kabupaten merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam menjamin berlangsungnya kegiatan sesuai apa yang direncanakan. Dalam kapasitas seorang Camat, menghadapi tatanan masyarakat dan kondisi struktural dan kultural masyarakat merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Dalam tatanan seperti ini, memaksa seorang Camat untuk giat dan tekun melakukan pengawasan, apalagi dalam kapasitasnya sebagai seorang kepala kecamatan Seorang Idris Kaso dalam posisinya sebagai seorang Camat sangat giat melakukan pengawasan, baik terhadap kebijaksanaan yang diberikan maupun dalam konteks penerapan peraturan yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini diutarakan oleh kasi ketentraman dan ketertiban umum yaitu: ”kalau boleh saya bilang pengawasan merupakan salah satu kata kunci keberhasilan beliau dalam memimpin selama ini. Dalam berbagai kegiatan beliau tidak segan turun langsung ke 13
lapangan untuk meninjau kesiapan dan kegiatan yang dilaksanakan. Sebab beliau tidak ingin hasil yang dicapai hanya segitu saja. Salah satu contohnya ketika melaksanakan program pembersihan di lingkup kecamatan Tombatu dimana beliau turun langsung bekerja membersihkan selokan, pelaksanaan kegiatan tersebut menjadi lebih terkontrol dengan keberadaan beliau ” Dalam struktur bernegara dan konteks Otonomi Daerah, pengawasan di daerah tercipta melalui peran setiap elemen yang bersatu padu mewujudkan tujuan yang dicita-citakan. Masyarakat sebagai pemegang kekuasaaan tertinggi negara harus berperan aktif mengawasi jalannya pemerintahan,dan pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus memaksimalkan daya guna dan kemampuan yang dimiliki untuk mampu menggalakkan pengawasan dalam setiap sektor kehidupan yang padanya keberikan kebijaksanaan dan peraturan. Proses pengawasan yang dilakukan oleh Camat Tombatu, merupakan hal yang sering dilakukan pada bawahan pada setiap kegiatan/program yang dilakukan. Proses pengawasan yang diwujudkan melalui rapat rutin, monitoring dan evaluasi sebagai salah satu bentuk mewujudkan akuntabilitas dan kepercayaan masyarakat demi terwujudnya sebuah kondisi bermasyarakat yang kompeten dan mandiri. Kemampuan melakukan pengawasan tentu tak hanya diadakan pada level rapat, monitoring dan evaluasi tapi diadakan pada setiap saat beliau berperan sebagai seorang pemimpin baik di dalam kantor maupun ketika berada di lapangan. B. Pembahasan 1. Kemampuan Pribadi Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya yang diterapkan oleh camat adalah faktor kemampuan, dimana dalam menjalankan kepemimpinan di kecamatan Tombatu Camat harus didukung oleh kemampuan yang memadai baik dari segi pendidikan maupun kapasitas pribadi. Hal ini disebabkan karena keberhasilan dalam menjalankan roda pemerintahan dalam era otonomi daerah yang memiliki kewenangan cukup banyak sangat dibutuhkan kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan yang paling menonjol yang dimiliki beliau adalah dibidang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan tertib administrasi dan mampu melakukan terobosan yang bersifat kreatif dan inovatif. Suatu hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada seseorang yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan dan waktu yang tersedia sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki. Kemampuan pribadi yang dimiliki oleh seorang Camat secara tidak langsung melibatkan pengaruhnya kedalam gaya yang diterapkan. Dengan kemampuan pribadi yang memadai dan mampu digunakan secara maksimal maka akan menciptakan pengaruh yang besar terhadap hasil yang dicapai. Mengenai faktor kemampuan ini. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi, kemampuan memiliki efek yang dominan terhadap gaya yang diterapkan oleh camat. Hal ini seiring dengan terciptanya suasana lingkungan kerja yang nyaman serta motivasi dalam bekerja yang tinggi. Dengan kemampuan yang dimiliki camat mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang maksimal, dan mampu memberikan sesuatu yang berharga bagi masyarakat. 2. Motivasi Dalam Bekerja Selain faktor kemampuan diatas, faktor lainnya yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan camat adalah faktor motivasi dalam bekerja. Camat Tombatu dalam menjalankan roda pemerintahan dan kepemimpinan melaksanakan pembangunan dimotivasi oleh keinginan yang keras untuk membangun kecamatan Tombatu agar bisa melampaui atau melebihi kecamatankecamatan lain. Konsep motivasi sangat penting bagi seseorang penanggungjawab dalam suatu organisasi untuk menggerakkan segala daya dan potensi tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai kemampuan dengan tuntutan sarana dan fasillitas lainnya. 14
Motivasi adalah dorongan atau daya perangsang untuk melakukan suatu tindakan dalam bekerja untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pemimpin, maka motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan untuk bekerja menurut batasan dan ukuran yang telah ditetapkan. Faktor motivasi dalam bekerja merupakan hal yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh camat. Motivasi yang tinggi dalam bekerja membuat gaya kepemimpinan yang diterapkan berjalan secara optimal. Pemotivasian diri melalui cara-cara tersendiri adalah tehnik atau skill yang terbangun melalui proses kepemimpinan yang panjang. Dibutuhkan usaha yang giat dan ketekunan agar mampu memotivasi diri dalam bekerja 3. Lingkungan Kerja Selain faktor kemampuan yang dimiliki oleh Camat dan motivasi yang tinggi dalam bekerja, faktor terakhir yang mendukung gaya kepemimpinan Camat adalah faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar organisasi yang mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai Pemimpin kecamatan, lingkungan kerja sangat berpengaruh dalam menjalankan gaya kepemimpinan terutama untuk mengatur dan mengurusi kecamatan. Lingkungan kerja yang dimaksud adalah situasi dan kondisi yang dihadapi, terpeliharanya hubungan kerja yang harmonis serta dukungan masyarakat. Tentu kesemua hal ini tergantung dari pribadi beliau sendiri sehingga dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi dirinya. Masuknya pengaruh lingkungan kerja dalam mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh camat. Adapun faktor penghambat yang mempengaruhi gaya kepemimpinan camat dalam pengelolaan lingkungan hidup yaitu : 1. Pengalaman Kerja Salah satu faktor penghambat yang mempengaruhi gaya kepemimpinan Camat adalah pengalaman Kerja. Pengalaman kerja adalah keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan kerja yang diukur dari lamanya seseorang bekerja pada suatu bidang tertentu. Demikian halnya dengan kepemimpinan Camat. Kepemimpinan Idris Kaso dimulai pada akhir tahun 2008 memimpin Kecamatan Tombatu.jadi kepemimpinan beliau baru berjalan 2 tahun dalam menahkodai kecamatan Tombatu,faktor pengalaman kerja inilah salah satunya yang menjadi kendala beliau karena begitu banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadikan Kecamatan Tombatu terhindar dari bencanabencana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup,dalam kurun waktu itu sudah banyak hal yang dilakukan beliau namun karena semua program membutuhkan waktu yang lama sehingga waktulah yang menjadi kendala. Dengan demikian pengalaman kerja akan menjadi suatu kendala dalam memimpin sebuah kecamatan, namun seiring berjalannya waktu dan kepercayaan masyarakat, beliau mampu melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
15
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada Bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa: 1. Kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat dalam peningkatan prestasi kerja dilihat dari indikator yang ditetapkan yaitu gaya transformasional dan transaksional belum memiliki kharisma, motivator dan inspirator, pengawasan dan kontrol terhadap pekerjaan dan intervensi masih belum maksimal, sehingga peningkatan prestasi kerja pegawai belum terlalu meningkat. 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat kepemimpinan camat dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai adalah kemampuan pribadi pemimpin, motivasi bekerja, dan lingkungan kerja. Ketiga faktor ini dianggap paling menentukan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan karena dari hasil wawancara terlihat para informan menitikberatkan ketiga faktor ini sebagai faktor yang mendukung gaya kepemimpinan Camat, adapun yang menjadi Faktor penghambat adalah Pengalaman kerja dimana camat masih minim pengalaman kerja khususnya dalam hal memotivasi pegawainya untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. B. Saran 1. Dengan memperhatikan gaya kepemimpinan yang diterapkan serta faktor yang mempengaruhinya, maka langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah: Tingkat intervensi yang dilakukan sebaiknya diusahakan agar tidak berdampak pada terganggunya kepentingan masyarakat luas. 2. Diharapkan agar Camat dapat lebih memperkaya informasi dan pengalaman dalam hal memotivasi pegawai melalui kegiatan pelatihan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi VI. Rhineka Cipta : Yogyakarta. Dale, Robert D. 1992. Pelayanan sebagai Pemimpin. Gandum Mas : Malang. Handoko, Hani T, Dr.MBA dan Reksohadiprodjo Sukanto, Dr. M.Com.1996. Organisasi Perusahaan. Edisi kedua Yogyakarta : BPFE. Handoko, T., Hani. 1999. Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE. Harbani, Pasolong. 2008. Kepemimpinan Birokrasi, Bandung : CV.Alfabeta. Heidjrachman, H. Suad. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. Hersey, Paul. 1994. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta : Delaprasata. Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta. Kristiadi. 1996. Kepemimpinan. Jakarta: LAN RI Nainggolan, H. 1987. Pembinaan PNS. Jakarta: PT. Pertija. Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Mangkunegara, A. A. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mathis, Robert dan John Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Buku 2. Jakarta: PT. Salemba 4. Moekijat. 1995. Manajemen Personalia dan SDM. Bandung: CV. Mandar Mangu. Mussanef. 1992. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Pangewa, Maharuddin. 1989. Kepemimpinan dalam proses administrasi. Ujung Pandang: FPIPS IKIP. Prasetyo, Bambang. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rasyid M Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan. Mutiara sumber Widya : Jakarta Rivai, Veithzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisis Kedua. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta Robbins, Stephen. P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Terjemahan Oleh Halida , Dewi Sartika. Erlangga Salusu. 2006. Pengambilan keputusan stratejik. PT. Grasindo : Jakarta. Sedarmayanti. 2007. Manajemen SDM cetakan 1. PT. Refika Aditama. Bandung. Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rhineka Cipta. Sugiyono. 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : CV.Alfabeta. Sutarto, 2006, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Cetakan Ketujuh. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Surianingrat, Bayu. 1981, Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Camat. Pasco; Seotomo. 1985. Dasar-Dasar terhadap Research. Bandung: Tarsito University Press. Thoha, Miftah.2007. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tohardi, Ahmad. (2002). Pemahaman praktis manajemen sumber daya manusia. Bandung: Mandar Maju. Usman, Husaini. 2004, Metodologi Penelitian Sosial , Jakarta: PT. Bumi Aksara Wirjana, Bernardine R, Susilo Supardo 2005, Kepemimpinan dasar-dasar dan pengembangannya, Andi : Yogyakarta. Siagian, Sondang P, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
17