Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Tobelo Selatan Oleh : Susanti Bunga
Abstrak Upaya meningkatkan kinerja pegawai pada kantor kecamatan adalah menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan. Camat sebagai fasilitator yang berada di daerah kecamatan mempunyai peranan besar yang telah dilimpahakan untuk dapat meningkatkan kinerja parapegawainya guna mewujudkan pembangun dalam bidang pelayanan kepada masyarakat sebagai suatu tuntutan pembangunan daerah baik daerah Kecamatan maupun daerah Kabupaten/Kota pada umumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengambarkan secara jelas tentang kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan, dengan metode yang digunakan adalah metode Kualitatif dari metode dimana untuk mengkaji tentang kepemimpinan Camat untuk meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Camat Tobelo Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Tobelo Selatan dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan bawahannya camat jarang mengikutsertakan sehingga pegawai dalam proses menjalankan tugas ini dikatakan belum berhasil, disiplin pegawai yang masih minim dalam menjalankan tugas, kerjasama yang kurang antara atasan dangan bawahan serta bawahan dengan bawahan baik serta kurangnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki para pegawai Kantor Kecamatan Tobelo Selatan dimana yang merupakan factor-faktor penghalang dalam meningkatkan kinerja para pegawai sehingga berimplikasi pada harapan masyarakat dalam membutuhkan pelayanan yang ada. Kata Kunci :Kepemimpinan Camat, Kinerja Pegawai
A. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor kecamatan adalah menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan. Camat sebagai fasilitator yang berada didaerah kecamatan mempunyai peranan besar yang telah dilimpahakan untuk dapat meningkatkan kinerja para pegawainya guna mewujudkan pembanguna dalam bidang pelayanan kepada masyarakat sebagai suatu tuntutan pembangunan daerah baik daerah Kecamatan maupun daerah Kabupaten pada umumnya. Kecamatan merupakan salah satu organisasi perangkat daerah yang berada di daerah Kabupaten atau Kota yang dipimpin oleh seorang Camat dan dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menanggani sebagian urusan otonomi daerah. Dengan terbentuknya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka Camat dalam melaksnakan tugas guna efektivitas otonomi daerah sehingga dapat diatur melalui perundang-undangan tentang Pemerintah Daerah yang menjelaskan bahwa 1
otonomi diletakkan pada daerah Kabupaten dan Kota. serta Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan tegas menjelaskan bahwa, Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang 1945. Mengacu dari makna pembangunan yang sekaligus merupakan komitmen nasional bangsa indonesia sebagaimana yang tercantum diatas, maka untuk mewujudkannya diperlukan suatu kebijakan dan strategi yang tepat terhadap faktor secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan itu sendiri. Kantor Camat Tobelo Selatan Merupakan Kantor yang memiliki letak yang strategis yang berada dipertengahan dari beberapa desa sehingga dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat sangatlah mudah bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan yang sering dibutuhkan oleh masyarakat adalah pembuatan Akte Kelahiran, pelayanan E-KTP dan Suratsurat penting lainnya yang diperlukan. Aparatur Pemerintah hal ini tidak akan terwujud jika peran dalam kepemimpinan seorang camat untuk meningkatkan kinerja pegawainya rendah. Dari hal inilah maka para pegawai bahkan pimpinan dalam hal ini Camat mempunyai peran besar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam berbagai kebutuhan yang diharapkan masyarakat. Berkaitan dengan kepemimpinan camat untuk meningkatkan kinerja pegawai, di Kantor Camat Tobelo Selatan masih terdapat beberapa kendala diantaranya; Sumber Daya Manusia yang masih kurang berkualitas yang dimiliki oleh perangkat baik yang Non PNS maupun yang sebagai Pegawai Negeri Sipil sehingga berimpilikasi pada pemberian pelayanan yang kurang baik dan kurang berperstasi dalam kerja yang dapat menciptakan iklim kerja yang mendukung bagi terciptnya suatu pelayanan. Dari permasalahan inilah maka peran camat sangatlah penting untuk meningkatkan kinerja para perangkatnya sehingga apa yang menjadi tuntutan dalam memberikan pelayanan dapat diciptakan dan mencapai tujuan yang dapat diharapkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi permasalahan besar bagi pimpinan dalam memberikan motivasi dan disiplin kerja bagi para pegawainya guna untuk menciptakan pekerjaan yang maksimal. Pada umumnya kepemimpinan camat adalah tugas yang dijalankan di seorang camat di kecamatan sebagai bentuk pelimpahan wewenang dari pemerintah kabupaten/kota sebagai mana di atura dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah pada pasal 66 menjelaskan bahwa : 1. Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh Camat. 2. Camat disebut Camat 3. Camat diangkat Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. 4. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota. 5. Camat bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. 6. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dari hal inilah maka diharapkan camat memiliki peran yang besar untuk mewujudkan pembangunan yang untuk kesejahateran masyarakat pada umumnya. 2
Dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai teruma di kalangan aparatur pemerintah, membutuhkan orang-orang yang memiliki kemanapun untuk mendorong orang lain guna mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kemampuan seperti itulah yang di kenal dengan istilah kepemimpinan. Pada umumnya kepemimpina merupakan tindakan untuk mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi untuk mengikuti tindakan-tindakannya dalam pencapaian tujuan organisasi. Peran seorang pemimpin menentukan maju tidaknya sebuah organisasi sehingga dalam oranisasi harus memiliki seorang pemimpin yang mampu untuk membawah suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam organisasi yang dipimpinnya. Yang paling banyak menghambat penerapan Good governance bukan pada sistem yang kurang mendukung, bukan pula pada undang-undang yang tidak memadai, tetapi pola manajemen yang lemah, struktur aparatur dan mekanisme kerja yang sangat formalistic dan kaku. Istilah atasan dan bawahan seringkali mendorong timbulnya loyalitas yang berlebihan. Cara kerja pegawai bukan pada apa yang seharusnya mereka kerjakan, tetapi berdasarkan perintah atasan dan petujuk kerja yang tidak memiliki ikatan pertanggungjawaban sehingga sangat mudah bagi mereka untuk melalaikan pekerjaan. (Pramusinto & dkk, 2009: 275) Kinerja dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana seseorang pegawai melaksanakan pekerjaannya atau untuk kerjannya. Ada beberapa sumber utama kinerja yang tidak efektif dilihat dari individu, organisasi dan lingkungan ekstrnal menururt Sedarmayanti, adalah sebagai berikut 1. Individu diantaranya: kelemahan intelektual, kelemahan pisikologi, kelemahan fisik, demotivasi, faktor personalitas, keuangan, perparasi jabatan dan orientasi nilai. 2. Organisasi diantaranya : sistem, peranan, kelompok, perilaku pengawas, dan iklim organisasi. 3. Lingkungan Eksternal :keluarga, kondisi ekonomi, kondisi politik, kondisi hukum, nilai sosial, pasaran kerja, perubahan teklonogi, dan peserikatan. Terjadi ketidakefektifan kinerja seseorang pegawai, salah satunya disebabkan oleh factor tersebut di atas. (Sedarmayanti, 2009: 53) Dalam menjalankan pekerjan seorang pegawai maka terdapat standar kerja yang dapat dilaksanaka seperti yang diungkapkan oleh Garrison dkk (2005) penggunaan standar kerja memberikan beberpa keuntungan, seperti membantu meningkatkan efisiensi tiap pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Berangkat dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Tobelo Selatan”. 2. Rumusan Masalah Bagaimanakah kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan? 3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan mengambarkan secara jelas tentang kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan. 4. Manfaat Penelitian 3
1. Manfaat Praktis : a. Dapat memberikan bahan masukan kepada pemerintahan Kecamatan Tobelo Selatan dalam kaitannya dengan peningkatkan kinerja pegawai demi mewujudkan pembangunan di tingkat Kecamatan Tobelo Selatan. b. Dapat mendorong aparatur pemerintahan Kecamatan Tobelo Selatan dalam peningkatan kinerjanya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. 1. Manfaat Ilmiah : a. Untuk bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pemerintahan pada khususnya. b. Lebih mengembagnkan wawasan berpikir penulis dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di Universitas Sam Ratulangi Manado. B. BAB II KERANGKA KONSEPTUAL 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Leadership yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kepemimpinan. Kata dasar kepemimpinan adalah pimpin yang artinya tuntun atau bimbing. Dari kata pimpin lahir kata pemimpin yaitu orang yang memimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah orang yang mampu untuk mempengaruhi orang lain dan mengarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan. Dalam suatu penacapaian tujuan organisasi adalah merupakan usaha seorang pemimpin dengan menggunakan gaya kepemimpinannya sebagai mana dijelaskan oleh James L. Gibson dkk dalam (Pasolong, 2010: 1100 mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Dalam Nawawi, (2009 :194) bahwa kepemimpinan selalu menyangkut usaha pemimpin untuk memengaruhi pengikutnya. Defenisi kepemimpinan yang senada disampinkan oleh Dubrin (1993,263) bahwa kepemimpinan adalah usaha memengerahui orang antara perseorangan ( interpesona melelui proses komunikasi untuk mecapai suatu atau beberapa tujuan. Kepemimpinan juga diartikan sebagai suatu peroses yang merupakan inisiatif untuk bertindak yang mengasilkan suatu hasil yang konsisten dalam rangka mencari solusi bersama baik dalam menjalankan tugas maupun mengubah perilaku dari pada pengikutnya. Sebagaimana James A.F.Stoner (1996:161), mengatakan kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengauhi aktivitas berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Sedangkan Kartono (2005:153), mengatakan kepemimpinan adalah ”kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan”. Dari konsep kepemimpinan yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh beberapa pakar maka penulis menyimpulkan pengertian kepemimpinan adalah suatu seni untuk mempengaruhi orang lain yang berkaitan dengan pencapaian pekerjan dari oreng lain untuk pencapaian suatu tujuan yang sudah ditetapkan bersama-sama dalam organisasi. Selanjutnya dasar kepemimpinan yang baik dalam Wirjana, 2005: 17 adalah karakter yang baik dan pelayanan tanpa pamrih kepada organisasi. Di mata para anggotanya, kepemimpinan adalah segala hal yang dilakukan pemimpin yang membuat tujuan organisasi tercapai dan kemudian membawah kesejahteraan bagi para anggota. Menurut Boone dan Kurtz (1984), dalam Pasolong 2010: 110, mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan memotivasi orang lain atau menyebabkan orang lain 4
melakukan tugas tertentu dengan tujuan untuk mencapai tujuan spesifik. Sedangkan, menurut Nawawi (2004:9), kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terrarah pada tujuan bersama. Menurut Pamudji (1993: 122) dalam Abdullah Said menyatakan bahwa: "Berbicara tentang kepemimpinan ini (leadership style), sebenarnya kita berbicara tentang bagaimana pimpinan menjalankan tugas kepemimpinanya, misalnya gaya apa yang dipakai dalam merencanakan, merumuskan dan menyampaikan perintah-perintah atau ajakan-ajakan kepada yang diperintah". James M.dalam bintoro T. (1985:110) mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu team untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu (capable of persuading others to work together under their directions as a team accomplish certain designed objectives). Onong Effendi (1981:1) dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingka laku orang lain. Menurut George R. Terry dalam Kartini Kartono (1983:83) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Menurut Haward H. dalam Kartini Kartono (1983:39) mengemukakan Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkalaku manusia untuk membimbing orang. Menurut Franklyn S. Haiman. dalam Sutarto (1951) mengemukakan ”leadership is an effort on his put direct the behavior of others toward a particular end”(kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan perilaku orang lain guna mencapai tujuan khusus). Dalam batasan organisasi, dikatakan bahwa diantara orang-orang yang bekerja sama ada yang di sebut pemimpin dan ada yang disebut bawahan. Dalam pengertian ini faktor kepemimpinan yang sudah jelas adalah pemimpin dan bawahan. Tetapi di samping kedua faktor itu, situasi/kondisi dan lingkungan dimana pemimpin dan bawahan saling berinteraksi itu, ikut juga mempengaruhi hasil interaksi mereka. Menurut Sahlan Asnawi (2001:29) ada beberapa orientasi kepemimpinan sebagai berikut: a. Kepemimpnan kharismatik Sebagai seorang pribadi bukan terhadap kelompok atau organisasi dengan cara mempertahankan para pengikutnya untuk tetap lemah dan merasa tergabtung pada pemimpinnya. b. Kepemimpinan transaksional Menekankan pada transaksi atau pertukaran antara pimpinan dan bawahan. Pertukaran ini didasarkan atas pembicaraan antara pemimpin dan bawahan tentang kondisi-kondisi yang ditetapkan dan dituntut serta imbalan yang dapat diperoleh bila persyaratan tersebut dipenuhi. Fokus negosiasi dari pada pemimpin dapat berupa mengoreksi suatu maslah atau menegakkan suatu pemufakatan dalam meningkatkan pencapaian hasil yang positif. c. Kepemimpinan transformasional
5
Polah pikir pemimpin telah tertuju pada perubahan (sifat) dari keyakinan-keyakinan (believe) nilai-nilai,kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan pengikut. Fokus pemimpin transformasional menuntut kesadaran pemimpin tentang visi, kepercayaan diri, dan kekuatan untuk bertahan terhadap sesuatu yang diyakini benar dan baik. Sedangkan menurut Margono Slamet (2002:153) seorang pemimpin harus mempunyai beberapa syarat sifat, yaitu: a. Mempunyai visi yang jelas. Pemimpin harus mampu membimbng sejawat, menjabarkan visi itu menjadi program kerja yang berkesinambunagan. Hal itu dilakukan melalui penetapan misi, nilai-nilai dan tujuan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. b. Mempunyai kemampuan untuk bekerja keras Seorang pemimpin harus memiliki tekad prima, kemauan keras, dinamis, kreatif dan penuh motivasi. c. Mempunyai ketekunan dan ketabahan Pemimpin harus menunjukan antuaisme dan bekerja keras dengan tekun, cerdas, terampil, tabah, teguh pada sikap dan penderian, serta berani dan sabar dalam menegakan kebenaran. d. Mempunyai disiplin baja Pemimpin harus memahami semua peraturan dan ketentuan yang berlaku, mematuhinya serta menjalankan secara konsisten, teratur, tertib, cermat dan tegas. e. Mempunyai sikap yang tenang dalam mengambil keputusan. Pemimpin mempunyai sikap yang tenang dalam suatu kerumitan sehingga bawahan /rakyat tidak bersikap reaktif. f. Memberdayakan orang lain. Pemmpin harus dapat berbagi tanggung jawab, melakukan desentralisasi kewengan atau kekuasaan, menyilahkan orang lain memecahkan berbagai masalah. g. Mempunyai pengaruh pada orang lain. Pemimpin mengilhami orang lain pada misi yang ada dan menularkan semangat dan energi yang tidak kenal surut. h. Komunikasi. Pemimpin mempunyai kemampuan menyalurkan ide menjadi tindakan seperti sikap sederhana, mendengarkan pendapat pribadi orang dan kelompok, menyerap pesan dari setiap pengamat, dan bersikap peduli serta menghargai orang lain. Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Ordwey Tead dalam Soekarno K.(1982:99) bahwa “ada 10 sifat yang perlu dimiliki oleh pemimpin, yakni energi fisik, mental, kesadaran akan tujuan dan pemberian pemimpin, ramah tamah, kejujuran, keahlian teknis, ketegasa, kecerdasan, kecakapan mendidik dan kepercayaan”. Tangkudung R.S. (1982:412) mengemukakan sifat-sifat seorang pemimpin yaitu: a. Adil, suka melindungi b. Penuh insiatif, penuh kepercayaan pada diri sendiri c. Mempunyai daya yang menarik Sifat –sifat yang di kemukakan diatas jelas terlihat kesemuanya bersifat umum dan sudah barang tentu tidak semua sifat ini harus dimiliki oleh seorang pemimipin, karena mengingat manusia adalah makhluk yang terbatas kesanggupannya baik fisik, mental, waktu dan lain-lainnya. Yang jelas bahwa seorang pemimpin itu mempunyai sifat-sifat tetentu yang melebihi kelompok yang lainnya. 6
Di samping sifat-sifat tersebut diatas maka gaya atau tipe kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat pula menentukan keberhasilan kepemimpinannya. Banyak gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli,dan pada dasarnya approach gaya kepemimpinan itu didasarkan atas hubungan antara pemimpin dan kelompoknya, atau berkaitan dengan bagaimana pemimpin bertindak kepada anggota-anggotanya yakni tingkah laku pemimpin kepada pengikut-pengikutnya. Miftha Thoha (1983:271) mengidentifikasikan tiga gaya kepemimpinan yaitu: a. Gaya Authoritarian b. Gaya democratie, dan gaya laissaz faire c. Gaya Laissez Faire (bebas) a. Peran pemimpin birokrasi dalam memberikan pelayanan Pemimpin berdasarkan konsep teoritis sbagaimana yang telah dikemukakan memiliki tanggumg jawab yang besar baik dalam suatu birokrasi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian peranan pemimpin sangat penting dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi, sehingga dapat dapat diketahui keberhasilan etau kegagalan yang dialami, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Menurut Sinambela dalam Harbani Pasolong (2006:106), menyatakan bahwa apapun tingkatan pemimpin birokrasi yang dimilki, pada dasarnya tidak mengurangi tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang mempunyai peranan untuk memmberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, karena dengan peranan pemimpin berusaha memberikan pelayanan publik terbaik, itulah salah satu pemimpin untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Salah satu peranan pemimpin dalam meningkatkan pelayanan publik adalah; melalui pemotivasian bawahan. Sartono dalam Harbani Pasolong (2004:93) menyebut 5 peran kepemimpinan birokrasi yaitu: 1). Peran mempengaruhi, yaitu: pemimpin birokrasi harus dapat memberikan pengaruh pada bawahannya, sehingga mau bekerja sama dalam merealisasikan suatu program kerja. Pemimpin dapat mengembangkan berbagai teknik untuk mempengaruhi bawahan, dan ini sebernanya mudah bagi pemimpin birokrasi publik karena kewenangan atasan sangat tinggi. Tetapi kalau hanya mengandalkan kewengan semata-mata, juga tidak akan memberikan efek yang berarti terhadap bawahan. Pemimpin birokrasi dapat memodifikasi kewengan dan keunggulan-keunggulan sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin birokrasi. 2). Peran memotivasi, yaitu: berkaitan dengan pemberian dorongan kepada pegawai untuk bekerja lebih giat. Hubungan pengaruh dan motivasi adalah kalau peran mempengaruhi efektif, maka peran memotivasi akan lebih mudah dilakukan. Sebaliknya jika pemimpin tidak mampu menanamkan pengaruh terhadap bawahannya, maka sulit baginya untuk melakukan motivasi. Dalam motivasi hendaknya pemimpin memahami benar-benar karakter bawahan yang berbeda kemampuan, pengetahuan, dan perilaku. 3). Peran antar pribadi, yaitu: peran stratejik pada peran antar pribadi dalam kaitanya dengan kedudukannya sebagai pemimpin birokrasi, adalah sebagai figur atau tokoh yang cukup dihargai. Pemimpin harus menampilkan perilaku yang baik dan benar, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, dan sikap positif lainnya. Pemimpin birokrasi harus menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya, dan pendorong bagi bawahannya. 7
4). Peran informasional, yaitu peran informasional yang dimiliki seorang pemimpin birokrasi sangat strategis, mengingat pemimpin birokrasi adalah pemegang kunci, khususnya informasi tentang birokrasi yang dipimpinnya. Kemampuan komunikasi sangat diperlukan oleh seorang pemimpin agar dapat menjadi komunikator yang efektif. Peran informasional adalah menjelaskan kepada bawahan menyangkut rencana kebijakan-kebijakan, serta harapan peran, dan instruksi tentang cara pekerjaan harus dilakukan, tanggung jawab dari pada bawahan atau anggota tim, dan tujuan-tujuan kinerja dan otorisasi rencana tindakan untuk mencapainya. Peran ini tersebut diatas mempunyai bentuk, seperti menjawab sebuah permintaan informasi, mengadakan pertemuan untuk penjelasan kepada pendukung perkembanganperkembangan baru, membuat laporan, mengirim pesan elektronik, menempatkan pesanpesan pada pengumuman, mendistribusikan laporan berkala, menelpon sesorang untuk meneruskan informasi baru, dan menyampaikan dokumen-dokumen tertulis atau laporan kepada orang-orang dengan jalan lain tidak menerimanya. 5). Peran pengambilan keputusan, yaitu pemimpin birokrasi sebagai top manager khususnya, memiliki kewenangan mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan manajerial yang berarti memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilakukan. Dalam hal ini menetapkan sasaran, prioritas, straategi, struktur formal, alokasi sumber-sumber daya, pertunjukan tanggungun jawab dan pengaturan kegiatan. Tujuannya adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber daya secara efisien, serta adaptasi kepada sebuah lingkungan yang berubah-ubah. Aspek yang paling penting dari kebanyakan bentuk pengambilan keputusan adalah memutuskan mengalokasikan sumbersumber daya diantara berbagai sesuai dengan kepentingan relatifnya, termasuk perencanaan pengembangan prosedur-prosedur untuk menghindari masalah-masalah dan pengembangan prosedur untuk melakukan tanggapan secara cepat dan efektif terhadap masalah-masalah krisis yang tidak dapat dihindari. b. Kepemimpinan Birokrasi Transaksional Kepemimpinan birokrasi didasarkan pada keyakinan terhadap legalitas pola-pola aturan normatiof dan hak yang di berikan kepada penguasa berdasarkan pada aturan tersebut untuk melakukan perintah. Kepemimpinan tradisional didasarkan pada keyakinan kuat terhadap kebenaran tradisi-tradisi yang berlaku di limgkungannya,dan legitimasi status kepemimpinan tradisional. Sementara kepemimpinan karismatik didasrkan kepribadian seseorang yang berbeda dengan orang lain, yang di warnai dengan sikap kepahlawanan atau keteladanan sehingga pola aturan perintah tunduk terhadap kepemimpinannya. Model kepemimpinan birokrasi, menurut Weber (1947), banyak diterapkan dalam organisasi keagamaan, rumah sakit perusahan bisnis, militer dan tentu saja instansi pemerintah. Dampak positf dari model kepemimpinan birokrasi transaksional ini terletak pada efisiensi didalam pelaksanaan kerja, karena kejelasannya pembagian kerja sesuai dangan tugas pokok dan fungsi masing-masing staf dalam organisasi, standarisasi pedoman dan aturan kerja, dan konsistensi terhadap tata aturan yanga telah ditetapkan. Di samping itu, kepemimpinan birokrasi transaksional juga menjamin pencapaian tujuan dalam jangka pendek dan kemudahan dalam pengawasan dan pengelolaan pegawai. Dampak negatif dari model kepemimpinan birokrasi transaksional adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kekuasaan yang hierarkhis, tidak adanya 8
pemberdayaan pegawai dan pembagian kewenangan dalam pengambilan keputusan, kondisi yang kurang kondusif karena penerapan komunikasi Top-down dan formalitas hubungan atasan dengan bawahan dan loyalitas berlebihan pada pimpinan. c. Kepemimpina Birokrasi transformasional Pada dasarnya istilah transformasional bersal dari kata ``to transform”. Yang berarti mentransformasikan atau mengubah sesuatu hal menjadi berbeda dengan yang sebelumnya. Misalnya mentransformasi visi menjadi kenyataan, misi menjadi program. Karena itu transformasi mengandung makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain misalnya motif berprestasi menjadi prestasi riil. Dengan demikian kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata, yaitu kepemimpinan dan transformasional. Kepemimpinan adalah gaya (cara atau teknik =gaya) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan transformasional adalah mengubah sesuatu hal menjadi bentuk lain. Jadi kepemimpinan transformasional adalah merubah pengikut (SDM) yang dipimpin ke arah pengembangan organisasi. 2. Konsep Camat Menurut Akbar Kaelola, (2009) : 49 mengemukakan bahwa camat merupakan kepala pemerintahan ditingkat kecamatan yang berada di bawah Bupati/Walikota. Sedangkan menurut Nurcolis (2007: 23) Camat adalah kepala daerah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris. Menurut Lumakeki dalam karya tulisannya mengatakan bahwa Sebagai seorang kepala kecamatan, Camat adalah merupakan seorang pemimpin bagi aparatur dan masyarakat dalam wilayah kecamatan, yang mana dalam melaksanakan fungsinya sebagai seorang pemimpin, kepemimpinan camat sangat berpengaruh terhadap proses bekerjanya suatu sistem dari kamponen-komponen (aparatur pemerintah kecamatan) dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sehingga akan terwujud suatu kualitas kerja yang akan dicapai sebagai dampak dari peranan kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, dalam hal ini adalah Camat. Berdasarkan Pasal 126 (2) UU Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan yang dijalankan oleh camat merupakan kewenangan yang dilimpahkan oleh bupati atau walikota. Camat merupakan pemimpin kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Camat berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah kabupaten atau kota. Camat diangkat oleh bupati atau wali kota atas usul sekretaris daerah kabupaten atau kota terhadap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. http://id.wikipedia.org/wiki/Camat Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2008 Tentang Kecamatan Bab I Ketentuam Umum Pasal 1 Ayat (5-9) Menjelaskan bahwa : 1. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat daerah kabupaten/kota. 2. Pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai kecamatandi kabupaten/kota. 3. Penghapusan kecamatan adalah pencabutan status sebagai kecamatan di wilayah kabupaten/kota.
9
4. Penggabungan kecamatan adalah penyatuan kecamatan yang dihapus kepada kecamatanlain. 5. Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahandi wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pada pasal 66 menyebutkan bahwa; 1) Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh Camat. 2) Camat disebut Camat. 3) Camat diangkat Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. 4) Camat menerimah pelimpahan sebagai kewenangan pemerintah dari Bupati/Walikota. 5) Camat bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. 6) Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dari pengertian camat diatas, maka dengan jelas bahwa Camat sebagai aparat pemerintah daerah dari Kecamatan atau dikenal dengan dekonsentrasi mempunyai tugas dan tanggungjawab penting untuk mengkoordinasikan, memimpin pemerintahan yang ada di wilayah Kecamatan demikian juga merencanakan dan melaksanakan program pembangunan daerah kecamatan serta dapat membina ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Peran camat dalam menjalankan tugas adalah suatu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Menurut Covey dalam (Wirjana, 2005: terdapat tiga aspek peran seorang pemimpin) adalah sebagai berikut: 1. Penunjuk jalan : esensi dan kekuatan peran sebagai penunjuk jalan adalah dimilikinya visi dan misi yang kuat. 2. Menggalang, terdiri dari pemastian bahwa struktur, system, dan proses operasional organisasi mendukung tercapainnya visi dan misi organisasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan semua skateholdrs. 3. Pemberdayaan. Kemampuan ketiga yang harus dimiliki pemimpin ialah sebagai pemberdayaan. Manusia mempunyai telenta, kecerdasan, kecerdikan, dan kerativitas. 3. Tugas Pokok dan Fungsi Camat Dalam penyelenggaraan pemerintahan camat mempunyai Tugas pokok dan fungsi serta Wewenang dalam menjalankan tugasnya. 1) Tugas Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi Bidang Pemerintahan Ketentraman dan ketertiban umum, ekonomi, pembangunan pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat serta kesejajteraan sosial ; a. Fungsi Dalam Melaksanakan Tugasnya Camat menyelengarakan Fungsi sebagai berikut : 1. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang Pemerintahan. 2. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Ketentraman dan Ketertiban Umum. 3. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang ekonomi dan pembangunan. 4. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang pemberdayaan Masyarakat.; 10
5. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang Kesejahteraan sosial. b. Uraian Tugas Camat 1. Merumuskan program kerja dan dan kegiatan kecamatan dalam wilayah kerjanya. 2. Melaksanakan sebagian kewenangan Bupati yang dilimpahkan meliputi : a. Bidang pemberdayaan masyarakat. b. Bidang ketentraman dan ketertiban umum. c. Bidang penegakan peraturan perundang-undangan. d. Bidang pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. e. Bidang pemerintahan kecamatan; dan f. Bidang pemerintahan Desa dan Kelurahan. g. Mengoordinasikan kegiatan kesejahteraan social. h. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; i. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan dan perundang-undangan; j. Mengoordinasikan pemelilharaan prasaran dan fasilitas umum; k. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. l. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan; m. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan; dan n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan sesuai bidang tugasnya. Selain tugas yang dijalankan oleh camat maka camat juga mempunyai wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2008 Tentang Kecamatan Bab IV Pasal 5 Ayat (1) dan (2) mengetakan sebagai berikut: Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusanotonomi daerah, yang meliputi aspek: a. Perizinan; b. Rekomendasi; c. Koordinasi; d. Pembinaan; e. Pengawasan; f. Fasilitasi; g. Penetapan; h. Penyelenggaraan; dan i. Kewenangan lain yang dilimpahkan 5. Konsep Kinerja Istilah “kinerja” merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”,”unjuk kerja”, atau “prestasi”. Dalam Kamus Illustrated Oxford Dictionary (1998:606 dalam Keban 2008:209), istilah ini menunjukan “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau a person’s achievement under test conditions etc (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji, dsb).Dewasa ini, kinerja diartikan pemanfaatan sumberdaya secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil (Berman, 2005:5 dalam Keban, 2008:209). Kinerja adalah suatu sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar “kerja” yang meterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Kinerja juga dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
11
Davit Fitt, (dalam Masengi 2008:61) mengemukakan kinerja adalah sejauh mana seseorang telah menanamkan bagian dalam melaksanakan strategi-strategi organisasi baik dalam pencapaian sasaran khusus yang berhubungan dengan peran seseorang dan atau dengan memperhatikan kompetensi-kompetensi. Bernandin dan Russell (dalam Gomes 2000, dalam Masengi 2008:62) mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah a way of measuring the contribution of individuals to their organization (suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada orgainsasinya). Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Lebih jauh Indra Bastian (dalam Fahmi, 2010:2) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Konsep kinerja pada dasarnya dapat di lihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi.Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai organisai. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. (Pasolong, 2007 :175) Menurut ( L.A.N, 1992:3). Performance diterjemakan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja,pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja. (Sedarmayanti, 2009 :50). Kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas karena merupakan indicator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Untuk melihat efektifitas kinerja. Larsen dan Mitchell mengusulkan beberapa teori, antara lain pendekatan kontigensi yang merupakan gabungan dari beberapa pendekatan lain. Intinya adalah kinerja tergantung kepada perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya (Sedarmayanti, 2009 :65). Menurut Rue & Byars (1981 : 375), dalam Pasolong, (2007 :175) mengatakan bahwa kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil. Kinerja menurut Interplan (1969 :15), adalah berkaitan dengan operasi, aktivitas, program dan misi organisasi. Sedangkan menurut Ndraha (1997:112), mengatakan bahwa kinerja adalah manivestasi dari hubungan kerakyatan antara masyarakat dengan pemerintah.Sedangkan widodo (2006:78), mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. (Pasolong, 2007 :175) Dalam Sedarmayanti menurut L.A.N, 1992:3 Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja (August W. Smith 1982:393) menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah: "output rive from processes, human or otherwise", jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. ' 12
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja disuatu organisasi merupakan hal penting. Berbicara tentang kinerja personil, erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau standard performance. L.R. Sayle dan Strauss (1977:47) dalam sedarmayanti rnengutarakan bahwa: Managers expected to be held to standard of accountability, and most managers prefer to have their established unambigiously, so they know where to carry out their energies. In effect, the standard established a target, and at the end of the target periode (week, month, on year) both manager and boss can compare the expected standard of performance with the actual level of achievement. Ungkapan tersebut menyatakan bahwa standar kinerja petlu dirumuskan guna dijadikan tolok ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar tennaksud dapat pula dijadikan sebagai ukuran dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilakukan, Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. Sedarmayanti, 2009: 53-55 menjelaskan Kinerja dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya atau untuk kerjanya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut mempengaruhi/meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Untuk dapat mengevaluasi kinerja pegawai secara objektif dan akurat, maka perlu ada tolok ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para pegawai untuk rnengetahui tingkat kinerja mereka. Apabila kinerja seorang lulusan suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan kinerja lulusan lembaga pendidikan lainnya tentu tidak sama, hal ini tergantung kepada tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing lulusan setelah mereka menerima, memahami materi pelajaran dan menerapkan serta mengembangkan dilingkungan kerja sesuai dengan kesempatan/kreativitasnya. Pengukuran tingkat pemahaman materi pelajaran yang diperoleh dan pengaplikasiannya harus diselenggarakan secara teratur melalui evaluasi yang terencana dan terorganisasi, sehingga dapat meniberikan gambaran tingkat pemahaman dan tingkat aplikasi yang dicapai oleh para lulusan. Proses pendidikan bertujuan agar dapat menghasilkan perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah pengetahuan saja tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, dan lainnya yang berkenaan dengan aspek pribadi seseorang, sehingga akan nampak pada kinerjanya. Baik buruknya kinerja seorang lulusan lembaga pendidikan akan tergantung dari tingkat pemahaman materi pelajaran yang dapat/telah diserap, dan penerapan serta pengembangannya oleh pribadi yang bersangkutan di lingkungan kerjanya. 13
Di samping itu, kepuasan kerja di tempat kerja dapat menjadi masukan, dengan asumsi bahwa kepuasan kerja merupakan suatu kondisi yang akan menampakkan kinerja seseorang. kepuasan kerja dapat memberikan suatu karakteristik tertentu pada kinerja individu yang akhirnya akan nampak pula pada peningkatan produktivitas kerjanya. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seorang lulusan lembaga pendidikan dapat tnemahami, mengaplikasikan dan mengembangkan materi yang telah diterimanya, maka bila mereka berada di tempat bekerja, diharapkan akan mendapat pengakuan serta kepuasan kerja yang memadai dan akan memacu semangat serta kreativitas dalam bekerja, sehingga menunjukkan kinerja yang baik dan pada akhirnya diharapkan dapat pula meningkatkan menunjukkan produktivitas kerja. Dalam kaitannya dengan konsep kinerja yang sudah dijelaskan sebelumnya maka penulis dapat mengsimpulkan konsep kinerja sebagai berikut: Kinerja adalah prestasi seseorang yang dicapai dicapai dalam pekerjaan untuk kerjanya, berkaitan dengan suatu operasi, aktivitas, program dan misi organisasi. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan motivasi.
C. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Bogdan dan Biklen, (dalam Sugiono, 2009:13) mengemukakan bahwa: penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dari metode yang digunakan maka dapat dikaji tentang Kepemimpinan Camat untuk meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Camat Tobelo Selatan 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian lokasi atau objek penelitian adalah sangat penting karena dijadikan sebagai suatu tempat untuk pengambilan data. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah di Kantor Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara. 3. Informan Pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi langsung antara peneliti dengan orang yang dianggap tahu tentang situasi sosial atau informan. Yang dimaksud dengan informan dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang dianggap tahu atau orang-orang yang selalu berurusan dan membutuhkan pelayanan dari instansi tersebut (Kantor Kecamatan Tobelo Selatan). Dengan demikian, mereka bisa memberikan keterangan yang objektif tentang hal-hal demikian berdasarkan kejadian dilapangan atau situasi sosial. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah Camat, Sekcam, 4 (empat) Sub Bagian, 3 (tiga) Pegawai Sukarela, 4 (empat) desa dari 13 (tiga belas) desa desa terwakilkan, 5 (lima) orang dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kecamatan Tobelo SelatanMerekalah yang diwawancarai, sehingga dapat memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan dengan yang dibutuhkan. Keempat desa yang dijadikan sampel adalah : 1. Desa Kupa-Kupa 2. Desa Kupa-Kupa Selatan 14
3. Desa Lemahino 4. Desa Tobe
4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Yang menjadi instruman penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemunginan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapidan membantu peneliti dalam pengumpulan data. Instrumen-instrumen tersebut berupa pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan langsung dengan objek. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur kemudian berkebang menjadi wawancara tidak terstruktur.Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya,dalam hal ini peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang diajukan. Artinya bahwa wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.Sedangkan wawancara tidak tersteruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau melainkan penelitian yang telah mendalam tentang subjek yang diteliti.Untuk mendapatkan informasi yang manedalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. (Sugiono 2009:233). Adapun alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan data dengan teknik wawancara adalah berupa: tape recorder, gambar, kamera, dan lain-lain yang dapat digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data. b. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengamati dan mencatat secara cermat dan sistematis terhadap objek yang secara langsung. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi pertisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.(Sugiono,2009:227). c. Dokumentasi
15
Teknik dokumentansi dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas atau derajat kepercayaan dari hasil penelitian, yang dapat berupa gambar, maupun catatan-catatan lapangan yang penting menyangkut dengan objek penelitian. 5. Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara. 6. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman (1994:23), yang meliputi reduksi data, penyajian, verifikasi data atau penarikan kesimpulan. 1. Reduksi data Data yang diperoleh di lapangan penelitian dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci.Kemudian laporan tersebut direduksi dan memilih data-data kemudian dipilih data yang relevan untuk dikaji berdasarkan fokus dalam penelitian. 2. Penyajian data Penyajian data menggambarkan secara keseluruhan data penelitian.Data yang dikaji dalam penelitian disesuaikan dengan data di lapangan dan informasi yang diperolah melalui responden. 3. Verifikasi data/penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal penelitian langsung hingga pada akhirnya.Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan mencari pola dan hubungan data yang relevan dengan fokus penelitian yang kemudian ditingkatkan di dalam kesimpulan akhir. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Proses Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Tobelo Selatan. a. Dalam Proses Pengambilan Keputusan Yang Melibatkan Bawahannya Kantor Kecamatan Tobelo Selatan adalah salah satu institusi yang langsung berhadapan dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Publik). Pelayanan yang diberikan adalah berupa pelayanan pembuatan E-KTP dan Kartu Keluarga serta pelayanan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga ini dituntut agar memiliki pegawai yang mampu menunjukkan kinerjanya yang tinggi dan profesional, sehingga terwujud efektivitas pelayanan yang maksimal. Kepemimpinan camat untuk melibatkan para bawahannya dalam pengambilan keputusan adalah sangat menentukan, ini untuk membahas segala program secara bersama-sama dimana sebagai seorang pemimpin yang membawahi bawahannya dalam menjalankan tugas seharusnya dapat bekerja sama dengan pegawainya dalam suatu organisasi atau instansi. Berpartisipasi yang diberikan baik itu berupa pendapat atau gagasan yang berkaitan dengan kepentingan kecamatan. Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat untuk dapat meningkatkan efektivitas kerjanya mendukung pemerintah dan pernbangunan dituntut untuk berdayaguna dan berhasil guna. Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Kecamatan Tobelo Selatan pada hakekatnya merupakan bagian dari unsur aparatur negara yang mempunyat peran dan 16
kedudukan yang sangat penting dalam kerangka pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat pada umumnya Oleh karana itu seorang PNS di kantor Kecamatan Tobelo Selatan perlu memiliki kompetensi, kesungguhan dan semangat kerja. Hal tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun. 1999 tentang Kepegawaian, yaitu; Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaran negara, pemerintahan dan pembangunaa Berdasarkan wawancara dengan Camat Kecamatan Tobelo Selatan ia mengatakan : “Kalau dalam setiap pengambilan keputusan yang melibatan Staf itu, sering dilibatkan tetapi ada saja pegawai yang tidak mau ikut terlibat dalam pengambilan keputusan dengan alasanalasan mereka dalam hal seperti rapat-rapat serta pertemuan lainnya walaupun saya juga sudah dengan tegas memeberikan sangsi. b. Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Untuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan keluaran yang tinggi. Untuk melihat efektivitas kinerja. Larsen dan Mitchell dalam (Sedarmayanti, 2009: 65) mengusulkan beberapa teori, antara lain pendekatan kontingensi (contingency approach) yang merupakan gabungan dari berbagai pendekatan lain. Intinya adalah kinerja akan tergantung kepada adanya perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong (driving force) yang rnenyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu. Misal: seorang ingin naik pangkat atau naik gaji, maka perbuatannya akan menunjang pencapaian keinginan tersebut. Penelitian Fredrick Herzberg dan kawan-kawannya menyatakan bahwa pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan di lingkungan pekerjaannya. Hasil penelitian menyimpulkan adanya 6 faktor motivasi, yaitu: a. Prestasi b. Pengakuan c. Kemajuan kenaikan pangkat d. Pekerjaan itu sendiri e. Kemungkinan untuk tumbuh f. Tanggung jawab Untuk pemeliharaan terdapat 10 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan b. Supervisi teknis c. Hubungan antar manusia dengan atasan d. Hubungan antar manusia dengan pembinanya e. Hubungan antar manusia dengan bawahan f. Gaji atau upah g. Kestabilan kerja (job security) h. Kehidupan pribadi i. Kondisi tempat kerja j. Status
17
Untuk mencapai produktivitas kerja maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan mereka bekerja optimal. Dari hal-hal yang sudah dijelaskan di Kecamatan Tobelo Selatan masih ditemukan masalah yang dihadapi oleh pegawai yang ada dikantor Kecamatan Tobelo Selatan. Ini terlihat jelas dengan hasil wawancara dari Staf yang ada dikantor Kecamatan Tobelo Selatan. Dalam pelaksanaan tugas oleh Staf kantor camat kurang mendapat motivasi kerja sebagai produktivitas kerja yang diberikan camat sebagai pimpinan sehingga beriplikasi pada kinerja pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang sudah diberikan oleh camat. Lemahnya motivasi dari camat juga mempengaruhi kurang efektifnya dan kurang berprestasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pada saat membutuhkan pelayanan dikantor Kecamatan Tobelo Selatan. Di mana Staf kurang semangat bekerja dalam memberikan pelayanan sehingga pelayanan yang didapatkan terkesan kurang baik, cepat, tepat dan transparan. Menurut hasil wawancara oleh salah satu Staf terkait dengan pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja pegawai, Kantor Kecamatan Tobelo Selatan, Camat kurang memberikan motivasi terhadap Staf dalam menjalankan tugas disebabkan karena camat kebanyakan melakukan tugas yang harus dijalankan cukup padat dan camat juga sering melaksanakan tugas luar kantor sehingga sangat terbatas dalam memberikan motivasi, camat juga kurang memerikan kesmpatan kepada stafnya dalam memberikan tangapan atau keluhan-keluhan sehingga staf dalam menjalankan tugas kurang berhasil dan kurang berperstasi. Bardasarkan wawancara dengan salah satu pagawai (Kasubagg) yang ditemukan pada saat berada di ruangan kerjanya diketahui bahwa camat sering memberikan motivasi kepada stafnya terutama yang berada di Sub Bagian dalam menjalankan tugas yang cukup banyak. Pemberian motivasi yang dimaksudkan adalah memberikan semangat kerja dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk kerja ketika Staf mengerjakan tugas yang telah diberikan. Dari hal tersebut di atas dipertegas oleh Sekretaris Camat beliau mengatakan, “Kami sering memberikan pengarahan serta bimbingan untuk peningatan motivasi para Staf yang ada dalam kaitannya dengan menjalankan pekerjaan yang telah diembankan kepada mereka, ini juga kami sangat mengharapkan karena selama ini walaupun kelihatan kerja dari Staf sudah cukup baik akan tetapi kami selaku atasan juga tetap memberikan motivasi kepada staf secara menyeluruh.” Dengan demikian keterampilan dan prestasi kerja dari staf dapat dicapai sesuai yang diharapkan, di mana sebagai sebuah keharusan oleh staf dapat menciptakan atau mengasilkan suatu prestasi kerjanya dengan baik guna keefektifan pelayanan serta dapat menciptakan iklim kerja yang baik. a. Pengarahan antara Atasan (Camat) tarhadap bawahan (Staff) Pengaraha adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan yang dengan kepemimpinannya akan memberi arahan kepada pegawai agar adapat megerjakan semua tugasnya dengan baik. Di kantor Kecamatan Tobelo Selatan pada saat ini dalam menjalankan tugas baik oleh Camat selaku pimpinan dan seluruh Staf selaku pegawai kantor Kecamatan Tobelo Selatan masih dikatakan terbatas dalam memberikan pengarahan oleh Camat selaku pimpinan kepada Stafnya sehingga dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan kurang berhasil. Ini juga ditandai dengan kurangnya memberikan pengarahan, bimbingan, serta pelatihan kerja demi menghadapi pekerjaan-pekerjaan, baik yang mudah untuk dikerjakan baik yang sulit. Staf di kantor Kecamatan Tobelo Selatan pada saat ini kebanyakan memiliki pendidikan 18
Sekolah Menegah Atas (SMA) sehingga pengalaman, keterampilan, serta skil dalam penguasaan media komputer masih sangat terbatas, oleh sebab itu bimbingan, pegarahan serta pelatihan dari Camat sangat diperlukan. Dari hasil wawancara yang ditemukan dari Staf Sukarela ia mengatakan “Saya sudah cukup lama menjadi tenaga sukarela di Kantor Kecamatan ini akan tetapi berkaitan dengan pengarahan, bimbingan, serta pelatihan dari Camat masih kurang, sehingga kami pun kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan seperti menggunakan komputer kan, kami kurang menguasai atau pekerjaan yang lain sehingga kami sangat mengharapkan petunjuk dari Camat harus ada.” 1. Kehadiran Dan Disiplin Pegawai Kantor Kecamatan Tobelo Selatan Pemimpin dalam suatu organisasi memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, menjadi suatu keharusan membutuhkan pegawai yang memiliki rasa tanggug jawab yang tinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, pada kenyataanya para pegawai yang ada di kantor kecamatan Tobelo Selatan kehadiran dan disiplin pegawai masih dikatakan kurang baik ini terlihat jelas dengan keluhan-keluhan dari masyarakat bahwa dalam menjalankan tugas para pegawai jarang tepat waktu pada saat masuk kantor dan kurang disiplin dalam menjalankan tugas dan sering tidak masuk kantor sehingga berimplikasi pada kepuasan masyarakat ter ghadap kualitas layanan yang diterima masyarakat walaupun camat sudah berusaha memberikan pembinaan dengan baik untuk mencapai kinerja pegawai. Dari hasil wawancara informan dalam hal ini camat dan pegawai kantor Camat Tobelo Selatan, masih terdapat beberapa pelanggaran dan tingkat ketaatan yang masih belum berjalan secara maksimal. Peneliti mewawancarai kepada Informan HI selaku pegawai dengan pertanyaan, apakah pegawai selalu mentaati aturan kantor, disiplin, dan selalu hadir? “kalau menurut saya para pegawai yang ada di kantor ini belum semua yang taat terhadap peraturan kantur, disiplin dan selalu hadir ini bisa dilihat setiap jam kerja banyak yang terlambat, tidak hadir dan selalu pulang lebih cepat.” 2. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Tobelo Selatan yang ditemukan oleh peneliti dilapangan adalah sebagai berikut: 1. Disiplin Pegawai 2. Kerja Sama. 3. Sumber Daya Manusia 1. Disiplin Pegawai Berdasarkan hasil penelitian yang ditemkan di lapangan menunjukan bahwa disiplin serta tenggung jawab pegawai dalam bekerja mengalami penurunan. Masalah yang dihadapi di kantor camat dalam hal ini adalah perubahan perilaku para pegawai ini menandai bahwa para pegawai yang ada di kantor camat Tobelo Selatan mengalami penurunan moptivasi karja, sebagai implikasi dengan tidak terwujudnya suatu pelayanan yang baik yang didapatkan masyarakat. Dari hal tersebut ketika peneliti melakukan wawancara kepada informan YB selaku masyarakat ketika berada di lokasi penelitian (kantor Kecamatan Tobelo Selatan), dan peneliti menanyakan tentang, bagaimanakah pelayanan yang didapatkan masayarakat di kantor Kecamatan Tobelo Selatan? Informan menjawab : 19
“Selama saya melakukukan pengurusan di Kantor Camat ini masih ada masalah yang saya hadapi seperti, pelayanan yang sangat lama,dan biayanya mahal, serta pegawainya sering terlambat datang kantor sehinga kalu torang butu pelayanan torang harus tunggu karena pegawai belum datang”. Sedangkan informan ML selaku tenaga sukarela mengatakan bahwa : “Masalah yang sering dihadapi pegawai adalah kurangnya penguasaan media Teklonogi seperti komputer sehingga dalam memberikan pelayanan kami lambat”. Berangkat dari pernyataan informan di atas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja para pegawai dikantor camat dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat dikatakan belum memuaskan ini dapat dilihat dari hasil-hasil pengamatan langsung di lapangan. 2. Kerja Sama Kerja sama antara atasan dan bawahan serta sesama bawahan dalam organisasi adalah sebuah keharusan untuk dilaksanakan demi tercapainnya suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Tanpa adanya kerja sama dalam organisasi maka apa yang direnacanakan tidak tercapai, hal ini hal tersebut maka harus sejalan dengan peranan seorang pimpinan dalam membangun hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahannya serta mengajak bawahan dengan memberikan motivasi agar kerja sama antara bawahan juga dapat diciptakan dengan baik demi kepentingan organisasi. Kantor Kecamatan Tobelo Selatan pada saat ini masih terdapat fator penghalang dalam hal kerja sama baik antara atasan dengan bawahan bahkan bawahan sesama bawahan. Peneliti melakukan penelitian dilapangan dan menemukan beberapa pendapat serta keluhan yang didapatkan terutama dari masyarakat yang menilainya kinerja pegawa. Peneliti menanyakan kepada informan NK selaku Sekretaris Camat dengan pertanyaan, bagaimanakah hubungan kerja sama antara Camat dengan para pegawai sebagai bawahannya? “Informan menjawab: kalau mengenai hubungan antara kami sebagai atasan dalam mendorong bawahan atau dalam kerja sama itu sudah cukup baik walaupun masih ada sebagian yang keras kepala kalau diatur dalam hal ini masalah pelaksanaan pekerjaan dan waktu bekerja”. Berbeda dengan pendapat IK selaku pegawai biasa mengatakan : “Selama ini kerja sama antara camat dengan kami masih dikatakan belum terlalu baik. Karen dalam memberikan pekerjaan kepada kami camat tidak memberikan pengarahan atau petunjuk dalam melaksanakannya sehingga.terus sesame pegawai juga kurang baik karena kebanyakan pegawai menhindari tugas, pulang tidak tepat waktu dan jarang masuk kantor”. 3. Sumber Daya Manusia (SDM) Organisasi pada hakekatnya adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki, dimana selalu ada hubungan antara seseorang yang disebut pimpinan dengan sekelompok orang yang disebut sebagai bawahan. Suatu organisasi perkantoran dalam melaksanakan. kegiatannya, baik kantor pemerintah maupun swasta akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan 20
sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam kantor dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada, keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki melainkan juga tergantung pada aspek sumberdaya manusia. Sumber daya manusia adalah sesuatu hal yang tidak bias diabaikan dalam berorganisasi karena berkembang tidaknya organisasi juga tergantung pada unsur SDM. Jika sumber daya manusia yang dimiliki pada sebuah organisasi,/instansi kurang memadai maka pencapaian tujuan organisasi jga sangat terpengaruh dan berimpilikasi pada harapan masyarakat. Penelitian yang ada di Kantor Kecamatan Tobelo Selatan peneliti menemukan babarepa kendala yang dihadapi tentank peningkatan kinerja pegawai adalah salah satunya Sumber Daya Manusia yang kurang memadai. Peneliti melakukan wawancara kepada informan MH selaku Camat Tobelo Selatan dengan pertanyaan, bagai mana sumber daya manusia yang dimiliki oleh para pegawai yang ada di kantor Kecamatan Tobelo Selatan? “Jawaban informan; SDM dari para pegawai yang ada di sini masih dikatakan belum terlalu baik karena kebanyakan pegawai yang ada dikantor camat adalah tamatan SMA sehingga wawasan dan pengalaman dalam emnjalankan tugas yang telah kami berikan masih kurang memuasakan”. Demikian pula informan NK juga berpndapat bahwa; “Kebanyakan pegawai disini dalam menjalankan tugas terhambat dengan kurangnya penguasaan alat-alat teklonogi seperti computer serta kurangnya memahami dalam menjalankan tugas yang telah diberikan kepada mereka. Hal ini diakibatkan karena kebanyakan pendidikan pegawai adalah hanya tamatan SMA”. Faktor sumberdaya manusia ini merupakan elemen penting dalam suatu organisasi, terutama bila mengingat di era modem iklim kompetisi yang dihadapi akan sangat tinggi. Hal ini memaksa setiap organisasi harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Tingkat kompetisi yang tinggi ini akan memacu tiap organisasi untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan persaingan yang tinggi yang dalam hal ini berarti manajemen harus memberikan perhatian pada aspek sumber daya manusia. E. BAB V PENUTUP a. Kesimpulan 1. Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Tobelo Selatan dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan bawahannya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa camat jarang dan bahkan tidak melibatkan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga para pegawai dalam menjalankan tugas dikatakan belum berhasil ini ditandai dengan pendangan pegawai yang merasa tidak dihargai oleh pimpinannya sehingga kurang termotivasi dalam menciptakan iklim kerja yang mendukung dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat. Memberikan Tanggungjawab sebagai pelimpahan wewenang dari pimpinan ke pegawai dikantor Kecamatan Tobelo Selatan belum berhasil ini disebabkan karena para pegawai kurang menguasai media computer sebagai sarana penunjag dalam menjalankan tugas. Pegawai juga mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas yang diberika oleh pimpinan ini diakibatkat lemahnya pendidikan yang dimiliki para pegawai dengan senjang pendidikannya kebanyakan SMA. 2. Disiplin pegawai yang masih minim dlam menjalankan tugas, kerja sama yang kurang antara atasan dangan bawahan serta bawahan dengan bawahan baik serta kurangnya 21
Sumber Daya Manusia yang dimiliki perag pegawai Kantor Kecamatan Tobelo Selatan adalah merupakan factor-faktor penghalang yang dalam hal meningkatkan kinerja para pegawai sehingga berimplikasi pada harapan dari masyarakat dalam membutuhkan pelayanan. b. Saran 1. Pimpinan harus menerapkan teknik atag gaya kepemimpinannya dengan tepat dan baik guna peningkatan kinerja pegawai dengan cara penyesuaian terhadap asipirasi bawahannya, melakukan pembinaan yang dengan cara rutinitas kepada bawahan, pemberiaan tugas yang jelas serta melibatkan pegawai untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga pegawai pun merasa dihargai. 2. Pegawai lebih meningkatkan kedisplinan baik dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Camat secara disiplin dan bertanggung jawab serta disiplin kehadiran, dan berpakaian saat ke kantor, Camat seharusnya memberikan pengarahan atau pelatihan dalam mengoperasikan computer demi kelancaran akses pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Nawawi Ismail, 2009, Perilaku Administrasi Kajian, Teori DanPengantar, Praktik, Itspress, Surbaya. Pasolong Harbani,2010, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung. Wirjana R.Bernardine dan Supardo Susilo, 2005, Kepemimpinan Dasar-Dasar Dan Pengembangannya, Andi, Yogyakarta. Sedarmayanti, 2009, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung. Haryadi Hendi, 2009, Administrasi Jakarta.
Perkantoran Untuk manajemen & staf, Visimedia,
Keban, T. Yeremias. (2008), Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik (Konsep, Teori dan Isu); Edisi Kedua, Cetakan Pertama 2008. Penerbit: GAVA MEDIA. Yogyakarta. Masengi. E. Evi.(2008), Manajemen Pelayanan Publik; Cetakan Pertama Maret 2008.Penerbit : WINEKA MEDIA. Malang. Kaelola. A. (2009), Kamus Istilah Politik Kontemporer;Cakrawala Yogyakarta. H. Nurcholis, (2007), Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. PT. Grafindo, Jakarta. Luki Lumakeki, Peran Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Disiplin Kerja(Suatu Studi Di Kantor Kecamatan Moronge Kabupaten Talaud) Abdullah SaidReni Puji Lestari, Imam Hardjanto, Kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja pegawai (studi pada kecamatan mojoroto kota kediri), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 3, No.1, h. 157-164 | 157, Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Publik, Universitas Brawijaya Moleong, L ,2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Bandung . Sugiono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan, R&D, Bandung.
22
_______, 2003, Metode Penelitian Administerasi, CV. Alfabeta Bandung.. Sumber-sumber lain Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan, www.bpkp.go.id Undang –Undang Nomor 32.Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. http://id.wikipedia.org/wiki/Camat
23