KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG EFEKTIF PADA KELOMPOK KERJA X

Download Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x dan ... setelah i...

0 downloads 402 Views 853KB Size
Judul

: Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja X

Nama/NPM

: Achmad Saudia/10503001

Pembimbing

: Dona Eka Putri, Spsi., Msi Abstraksi

Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik, seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan manusia. Komunikasi interpersonal dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana bentuk dan corak kehidupan manusia di dunia ini seandainya tidak ada komunikasi interpersonal. Agar komunikasi dapat efektif, dibutuhkan kesediaan setiap individu yang terlibat dalam aktivitas komunikasi untuk menyertakan dedikasi emosional dalam membangun iklim relasi yang komunikatif satu sama lain. Komunikasi interpersonal yang diharapkan adalah hubungan yang menyebabkan individu dapat saling mengungkapkan diri tanpa rasa canggung dan curiga, sehingga individu akan semakin cermat dalam mempersepsi individu lain, dan semakin efektif hubungan yang berlangsung diantara mereka. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x dan faktor–faktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian kualitatif sesuai digunakan pada masalah-masalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, dengan menggunakan penelitian kualitatif juga diperoleh pemahaman tentang berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan informan1 dan informan2. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik yaitu sekelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang. Jumlah dalam penelitian ini adalah 1 (satu) kelompok kerja. Setelah dilakukannya penelitian kepada informan1 mengenai gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x maka ditemukan: keterbukaan, empati, perilaku suportif, perilaku positif, kesamaan, bersikap yakin, kebersamaan, manajemen interaksi, perilaku ekspresif dan orientasi pada orang lain setelah itu faktor–faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja ditemukan: persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal. Maka ditemukan hasil tentang komunikasi interpersonal pada kelompok kerja x adalah efektif. Kata kunci : komunikasi interpersonal yang efektif, pada kelompok kerja x

  A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia secara perorangan, kelompok ataupun organisasi, tidak mungkin dapat terjadi. Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalahmasalah yang lebih spesifik, seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal (Sendjaja, 2004).

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang sangat unik. Artinya, kegiatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal tidak seperti kegiatan lainnya, seperti misalnya menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, mengikuti perlombaan cerdas cermat, menulis artikel. Komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya (Rakhmat, 2001). Komunikasi interpersonal ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan manusia. Komunikasi interpersonal dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana bentuk dan corak

kehidupan manusia di dunia ini seandainya tidak ada komunikasi interpersonal antara satu orang atau sekelompok orang. De Vito (dalam Rumondor, 2001) menjelaskan komunikasi interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau sekelompok orang (komunikator) dan diterima oleh orang yang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung. 2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin di bahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x ? Faktor–faktor apa saja yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja x ? 3. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x dan faktor–faktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja x. 4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian karakteristik tentang orientasi pada orang lain yang terjadi adalah kelompok kerjanya dalam beradaptasi dengan orang lain, sering

  B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal, secara ringkas yaitu berkomunikasi di antara dua orang atau lebih yang saling timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang dimaksud dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dalam proses komunikasi, dapat terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah adalah suatu proses komunikasi antara komunikan dan komunikatornya yang bergantian memberikan informasi. Komunikan itu sendiri adalah pihak penerima pesan dalam komunikasi. Sedangkan komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan pada komunikasi. Tidak jauh berbeda dari definisi di atas, dalam Kamus Psikologi (dalam Rakhmat, 2001), komunikasi didefinisikan segala penyampaian energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti

2.

menyapa dan saling berkomunikasi sehingga untuk memberikan sumbangan terutama pada ilmu psikologi industri dan organisasi serta ilmu psikologi komunikasi. Khususnya mengenai gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x, serta tambahan informasi berupa gagasan, pikiran maupun ide-ide yang menuntut adanya kajian teoritis tentang komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. Manfaat Praktis Dilihat dari hubungan interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: Di dalam kelompok kerjanya memiliki hubungan interpersonal seperti sifat kegotongroyongan, terutama dalam faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal pada kelompok kerja, dapat memberikan masukan yang bermanfaat kepada perusahaan yang mempunyai kelompok kerja untuk dapat menggunakan komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerjanya.

“pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis” yang berarti “sama makna”. 2.

Karakteristik–Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal Menurut De Vito (dalam Sendjaja, 2004) karakteristik–karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) perspektif, yaitu : 1. Perspektif humanistik, meliputi sifat–sifat yaitu: a. Keterbukaan Sifat keterbukaan tentang komunikasi interpersonal yaitu: 1) Bahwa kita harus terbuka pada orang–orang yang berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan, namun yang paling penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah– masalah umum. Di sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. 2) Keterbukaan menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, orang lain memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang dikatakan. Di sini keterbukaan diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih

terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman orang lain, seperti marah atau tersinggung. b. Empati Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain. c. Perilaku Suportif Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan (defensif). Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif, yakni: deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. Sebaliknya dalam perilaku defensif ditandai dengan sifat–sifat: evaluasi, strategi dan kepastian. 1) Deskriptif Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibandingkan dengan evaluatif. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai. 2) Spontanitas Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang. 3) Provisionalisme Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru. d. Perilaku Positif Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif. Sikap positif dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu: 1) Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri. 2) Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. e. Kesamaan Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal yaitu: 1) Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi

interpersonal umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. 2) Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Perspektif pragmatis, meliputi sifat–sifat yaitu: a. Bersikap Yakin Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal. b. Kebersamaan Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain. c. Manajemen Interaksi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan–pesan verbal dan non verbal secara konsisten pula. d. Perilaku Ekspresif Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh–sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir sama dengan keterbukaan, mengekspresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan memberikan umpan balik yang relevan. Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai variasi pesan baik secara verbal maupun non verbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan. e. Orientasi pada Orang Lain Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain. selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang

orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal. 3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Komunikasi Interpersonal Menurut Rakhmat (2001) mengemukakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan komunikasi interpersonal terdiri dari: a. Persepsi Interpersonal Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi. b. Konsep Diri Menurut Brooks (dalam Rakhmat 2001) konsep diri adalah suatu pandangan dan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya. c. Atraksi Interpersonal C. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud mendeskripsikan hasil penelitian dan berusaha menemukan gambaran menyeluruh mengenai suatu keadaan. Menurut Creswell (dalam Heru Basuki, 2006) Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah. Dalam penelitian kualitatif akan dilakukan penggalian data secara mendalam dan menganalisis secara intensif interaksi faktor–faktor yang terlibat didalamnya. Adapun ciri–ciri penelitian kualitatif menurut Muluk (dalam Heru Basuki, 2006), adalah sebagai berikut: 1. Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan konteks dan setting apa adanya atau alamiah (naturalistic), bukan melakukan eksperimen yang dikontrol secara ketat atau memanipulasi variabel. 2. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia atau sosial dengan menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas seperti yang dilakukan peneliti kualitatif dengan positivismenya.

Menurut Barlund (dalam Rakhmat 2001) Atraksi interpersonal diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Misalnya makin tertarik individu kepada seseorang, makin besar kecenderungan individu berkomunikasinya. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal. d. Hubungan Interpersonal Menurut Goldstein (dalam Rakhmat, 2001) hubungan interpersonal ada tiga yaitu: 1) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka individu mengungkapkan perasaannya. 2) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog). 3) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat penolongnya. 3. Agar peneliti bisa mendapatkan pemahaman mendalam bagaimana subjek memaknai realitas dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku subjek, peneliti perlu melakukan hubungan yang erat dengan subjek yang diteliti. 4. Tidak seperti penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak membuat perlakuan (treatment), memanipulasi variabel, dan menyusun definisi operasional variabel. Untuk mencapai tujuan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data tidak terbatas pada observasi dan wawancara saja, tetapi juga dokumen, riwayat hidup subjek, karya-karya tulis subjek, publikasi teks, dan lain-lain. 5. Tidak seperti penelitian kuantitatif yang bebas nilai, penelitian kualitatif justru menggali nilai yang terkandung dari suatu perilaku. Penelitian kualitatif meyakini bahwa perilaku tidak mungkin bebas dari nilai yang dihayati individu yang diteliti. 6. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, tidak terpaku pada konsep, fokus, teknik pengumpulan data yang direncanakan pada awal penelitian, tetapi dapat berubah di lapangan mengikuti situasi dan perkembangan penelitian. 7. Tidak seperti penelitian kuantitatif dimana untuk mencapai objektivitas dengan melakukan pengukuran (measurement) secara kuantitatif, penelitian kualitatif mendapatkan akurasi data dengan melakukan hubungan yang erat dengan subjek yang diteliti dalam konteks dan setting yang alamiah (naturalistic).

Dari pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata. Dalam penelitian ini pengolahan data yang bersifat deskriptif menggunakan transkip wawancara dan catatan observasi selama wawancara berlangsung. Seperti yang dikatakan Sarantoks (dalam Poerwandari, 2001) bahwa pendekatan kualitatif mencoba menterjemahkan pandangan–pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis. 2. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang. b. Usia didalam kelompok kerja berada dalam golongan dewasa. 2. Jumlah Subjek Menurut Margono (1992) tidak memiliki aturan pasti jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek tergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, apa yang dianggap paling bermanfaat dalam waktu dan keadaan sumber daya yang tersedia. Jumlah subjek adalah (2) orang anggota kelompok kerja 3.

Tahap-Tahap Penelitian Adapun tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi, yaitu : 1. Tahap Persiapan Penelitian Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan beberapa teori-teori yang terdapat di atas. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara dan menyiapkan diri untuk melakukan wawancara. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian. Setelah peneliti mendapatkan subjek yang sesuai kemudian peneliti membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data tersebut antara lain: Wawancara dan Observasi. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2005). Secara garis besar ada dua jenis wawancara menurut Moleong (2005) yaitu: a) Wawancara terstruktur Metode wawancara dimana pewawancara menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntut selama proses wawancara.

b) Wawancara tidak terstruktur Metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama proses wawancara. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstuktur. Karena jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstuktur dimana pewawancara menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama proses wawancara. Hal ini akan memungkinkan peneliti untuk memiliki panduan dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti, namun saat yang bersamaan tetap fleksibel, itu semua tergantung pada perkembangan dan situasi dalam wawancara. 2. Observasi Selain itu peneliti juga melakukan observasi, dimana peneliti memperhatikan dan mencatat aktivitas–aktivitas yang berlangsung, serta orang– orang yang terlibat dalam kejadian dalam aktivitas. Observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal yang penting tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena: a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi. b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan– pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk mempengaruhi berbagai konseptualisasi tentang topik yang diamati akan berkurang. c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal– hal yang oleh subjek sendiri kurang disadari. d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal–hal yang karena berbagai sebab tidak diungkap oleh subjek peneliti secara terbuka dalam wawancara. e. Observasi memungkinkan merefleksikan dan bersikap introspeksi diri terhadap penelitian yang dilakukannya. f. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian. Menurut Moleong (2005), berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang–orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi: a. Observasi Partisipan Suatu observasi dimana pengamat ikut serta dalam kegiatan–kegiatan yang dilakukan subjek yang diteliti atau diamati seolah–olah pengamat merupakan bagian dari mereka.

b. Observasi Non Partisipan Suatu observasi dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut serta dalam kegiatan–kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Poerwandari (1998) menjelaskan observasi dengan mengunakan catatan lapangan yaitu selain menyesuaikan diri dengan kondisi yang diamati, kerja paling fundamental dari pengamatan adalah menyusun catatan lapangan. Catatan lapangan berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang dianggap penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda. Hal terpenting untuk membuat catatan lapangan: catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal, waktu, dan dicatat dengan menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, interaksi sosial dan aktivitas apa yang berlangsung, dan sebaginya. Catatan lapangan akan menjadi sumber yang sangat penting saat peneliti melakukan analisis serta menyusun laporannya. Patton (dalam Poerwandari 1998) menambahkan bila memungkinkan, catatan lapangan juga perlu diisi kutipan-kutipan langsung apa yang dikatakan objek yang diamati selama proses observasi atau wawancara berlangsung, catatan lapangan juga berisi perasaan-perasaan peneliti, reaksi terhadap pengalaman yang dilalui, dan refleksi mengengenai makna personal dan arti kejadian tersebut dari sisi peneliti. 5.

Alat Bantu Pengumpul Data Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat bantu pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pedoman Wawancara Pedoman ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memberikan Pertanyaan. Pedoman ini berisi hal-hal pokok yang dibuat peneliti agar apa yang ingin diketahui peneliti tidak terlewatkan. Pedoman observasi digunakan untuk panduan dalam melakukan observasi, pedoman ini digunakan untuk mencatat perilaku apa saja yang muncul pada subjek dan dimasukkan dalam catatan lapangan. 2. Alat Perekam Alat Bantu ini digunakan untuk merekam semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan subjek agar dapat menghemat waktu sehingga subjek tidak bosan menunggu peneliti dalam menulis jawaban. Alat perekam ini baru digunakan setelah mendapat ijin dari subjek. 6.

Keakuratan Penelitian Patton (dalam Poerwandari, 2001) mengemukakan empat macam triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan untuk mencapai keakuratan yaitu :

a)

Triangulasi Data Triangulasi data menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang berbeda. b) Triangulasi Pengamat Triangulasi pengamat merupakan adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c) Triangulasi Teori Triangulasi teori yaitu penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. d) Triangulasi Metode Triangulasi metode yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal seperti metode wawancara, dan metode observasi dalam penelitian. 7.

Teknik Analisis Data Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisa dengan tehnik analisa data kualitatif yang diajukan oleh Marshall dan Rossman (1995), dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahap–tahap tersebut adalah: a. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam, yaitu dengan memperhatikan pola–pola dan tema–tema tertentu yang muncul secara konsisten pada saat wawancara yang dimana data direkam dengan tape recorder dan dibantu dengan alat tulis. b. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban Dalam tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data. Perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal–hal yang muncul diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan koding. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan pertama–tama terhadap masing–masing kasus, peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal–hal yang diungkapkan oleh responden. c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada Terhadap Data Setelah ketegori dan pola tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori. d. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, penulis masuk ke tahap penjelasan. Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat, sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan lain. e. Menulis Hasil Penelitian Penulisan analisis data subjek telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Dalam membahas hasil penelitian ditemukan hasil sebagi berikut : 1. Gambaran Komunikasi Interpersonal yang Efektif pada Kelompok Kerja X Komunikasi interpersonal merupakan suatu bentuk perilaku, dapat berubah dan sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi interpersonal bisa lebih buruk dan pada saat lain bisa lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum komunikasi interpersonal pada kelompok kerja cukup efektif. Gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x agar dapat membuat komunikasi interpersonal pada kelompok kerja menjadi efektif. Menurut De Vito (dalam Sendjaja, 2004) karakteristik–karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) perspektif, yaitu : a. Perspektif Humanistik: 1) Keterbukaan: terbuka pada orang yang berinteraksi, menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain, kemauan untuk membuka diri. Dari hasil penelitian karakteristik tentang keterbukaan yang terjadi adalah: Kelompok kerjanya membuka diri untuk permasalahan yang terjadi pada diri mereka masing-masing kepada rekan kerjanya berupa pekerjaan yang mereka hadapi saat ini, sering mengeluarkan pikiran atau ”unek-unek” mereka kepada pimpinannya, sering mengadakan rapat untuk mendiskusikan pekerjaan. 2) Empati: memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain, menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain, berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain. Dari hasil penelitian karakteristik tentang empati yang terjadi adalah: rekan kerjanya menampung setiap keluhan bila rekannya sedang mengalami kesulitan seperti memberikan sentuhan rohani berupa kesabaran dan ketegaran agar masalah ini dapat terlewati. 3) Perilaku Suportif: menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan, orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.

kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu: penulisan data– data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan tiap-tiap subjek. Proses dimulai dari data-data yang telah diperoleh dari tiap dibaca berulang kali sampai penulis mengerti benar permasalahannya lalu dianalisa secara perorangan, sehingga didapatkan gambaran mengenai penghayatan pengalaman masing-masing subjek. Selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian ini. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku suportif yang terjadi adalah sikap suportif pada kelompok kerjanya dinilai dari menjalankan tugas dengan semestinya dan punya tanggung jawab atas pekerjaannya. 4) Perilaku Positif: ada pandangan positif terhadap diri sendiri, mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku positif yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya berperilaku positif dikarenakan adanya inisiatif pada diri mereka sendiri, dedikasinya terhadap pekerjaannya cukup baik, dan kedisiplinan anggotanya juga cukup baik. 5) Kesamaan: mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama, kesamaan dalam percakapan. Dari hasil penelitian karakteristik tentang kesamaan yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya memiliki kesamaan walaupun terdapat bermacammacam bagian pekerjaan yang berbeda-beda dan pengalaman yang berbeda pula tapi mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan kinerja. b. Perspekstif Pragmatis: 1) Bersikap yakin: seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. Dari hasil penelitian karakteristik tentang bersikap yakin yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya tidak mempunyai keyakinan diri dikarenakan kelompok kerjanya pada saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan diri yang disebabkan keadaan ekonomi. 2) Kebersamaan: bila berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain. Dari hasil penelitian karakteristik tentang kebersamaan yang terjadi adalah kebersamaan pada rekan kerjanya bagus, baik dan saling memberitahu apabila rekan kerjanya belum mengetahui berupa informasi, diperhatikan kerjaannya apabila menyangkut adanya masalah segera diatasi bersama-sama dengan diskusi. 3) Manajemen Interaksi: menjaga interaksi dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dari hasil penelitian karakteristik tentang manajemen interaksi yang terjadi adalah

komunikasi peraturan di perusahaan menggunakan sistem berjenjang yang akan membentuk suatu komando sehingga punya hubungan dalam interaksi sesama rekan kerja agar berjalan dengan baik dan selalu ada timbal balik dalam berhubungan. 4) Perilaku Ekspresif: keterlibatan seseorang secara sungguh–sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain, tanggung jawab terhadap perasaan dan pikiran seseorang. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku ekspresif yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya memiliki perilaku ekspresif dikarenakan cara menilai kinerja terhadap anggota kerja oleh pemimpin cukup diperhatikan. 5) Orientasi pada Orang Lain: seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi, mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain, mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain. Dari hasil penelitian karakteristik tentang orientasi pada orang lain yang terjadi adalah kelompok kerjanya dalam beradaptasi dengan orang lain, sering menyapa dan saling berkomunikasi. Dari beberapa hasil penelitian mengenai gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pada kelompok kerja di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan kelompok kerjanya adalah efektif. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja dapat dilihat dari persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal (Rakhmat, 2001) yaitu: a. Persepsi Interpersonal Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi. Dilihat dari persepsi interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: kelompok kerjanya merupakan suatu bentuk ikatan kekeluargaan dan kebijaksanaan yang diterima dari perusahaan tidak banyak tuntutan pada rekan kerjanya. b. Konsep Diri Menurut Brooks (dalam Rakhmat 2001) konsep diri adalah suatu pandangan dan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang E. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari penelitian kelompok kerja peneliti menemukan: 1. Komunikasi interpersonal pada kelompok kerja x adalah efektif.

lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya. Dilihat dari konsep diri ditemukan hasil sebagai berikut: tidak adanya informasi mengenai tentang konsep diri pada soal pertanyaan peneliti. c. Atraksi Interpersonal Menurut Barlund (dalam Rakhmat 2001) Atraksi interpersonal diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Misalnya makin tertarik individu kepada seseorang, makin besar kecenderungan individu berkomunikasinya. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal. Dilihat dari atraksi interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: Pemahaman di dalam kelompok kerjanya cukup memiliki inisiatif di setiap rekan kerja, di dalam kelompok kerjanya di nilai dari sepak terjangnya seseorang dalam komunikasi bila kerjaan bagus di dalam kelompok kerjanya tidak memerlukan adanya sanjungan. d. Hubungan Interpersonal Menurut Goldstein (dalam Rakhmat, 2001) hubungan interpersonal ada tiga yaitu: 1). Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka individu mengungkapkan perasaannya. 2). Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog). 3). Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat penolongnya. Dilihat dari hubungan interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: Di dalam kelompok kerjanya memiliki hubungan interpersonal seperti sifat kegotong-royongan. Dari beberapa hasil penelitian mengenai faktorfaktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal pada kelompok kerja adalah persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal. Dari hasil penelitian karakteristik tentang keterbukaan yang terjadi adalah: Kelompok kerjanya membuka diri untuk permasalahan yang terjadi pada diri mereka masing-masing kepada rekan kerjanya berupa pekerjaan yang mereka hadapi saat ini, sering mengeluarkan pikiran atau unek-unek mereka kepada pimpinannya, sering mengadakan rapat untuk mendiskusikan pekerjaan.

Dari hasil penelitian karakteristik tentang empati yang terjadi adalah: rekan kerjanya menampung setiap keluhan bila rekannya sedang mengalami kesulitan seperti memberikan sentuhan rohani berupa kesabaran dan ketegaran agar masalah ini dapat terlewati. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku suportif yang terjadi adalah sikap suportif pada kelompok kerjanya dinilai dari menjalankan tugas dengan semestinya dan punya tanggung jawab atas pekerjaannya. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku positif yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya berperilaku positif dikarenakan adanya inisiatif pada diri mereka sendiri, dedikasinya terhadap pekerjaannya cukup baik, dan kedisiplinan anggotanya juga cukup baik. Dari hasil penelitian karakteristik tentang kesamaan yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya memiliki kesamaan walaupun terdapat bermacam-macam bagian pekerjaan yang berbedabeda dan pengalaman yang berbeda pula tapi mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan kinerja.

Dari hasil penelitian karakteristik tentang bersikap yakin yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya tidak mempunyai keyakinan diri dikarenakan kelompok kerjanya pada saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan diri yang disebabkan keadaan ekonomi. Dari hasil penelitian karakteristik tentang kebersamaan yang terjadi adalah kebersamaan pada rekan kerjanya bagus, baik dan saling memberitahu apabila rekan kerjanya belum mengetahui berupa informasi, diperhatikan kerjaannya apabila menyangkut adanya masalah segera diatasi bersama-sama dengan diskusi. Dari hasil penelitian karakteristik tentang manajemen interaksi yang terjadi adalah komunikasi peraturan di perusahaan menggunakan sistem berjenjang yang akan membentuk suatu komando sehingga punya hubungan dalam interaksi sesama rekan kerja agar berjalan dengan baik dan selalu ada timbal balik dalam berhubungan. Dari hasil penelitian karakteristik tentang perilaku ekspresif yang terjadi adalah di dalam kelompok kerjanya memiliki perilaku ekspresif dikarenakan cara menilai kinerja terhadap anggota kerja oleh pemimpin cukup diperhatikan. Dari hasil penelitian karakteristik tentang orientasi pada orang lain yang terjadi adalah DAFTAR PUSTAKA

kelompok kerjanya dalam beradaptasi dengan orang lain, sering menyapa dan saling berkomunikasi. 2.

Faktor-faktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja x Dilihat dari persepsi interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: kelompok kerjanya merupakan suatu bentuk ikatan kekeluargaan dan kebijaksanaan yang diterima dari perusahaan tidak banyak tuntutan pada rekan kerjanya. Dilihat dari konsep diri ditemukan hasil sebagai berikut: tidak adanya informasi mengenai tentang konsep diri pada soal pertanyaan peneliti. Dilihat dari atraksi interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: Pemahaman di dalam kelompok kerjanya cukup memiliki inisiatif di setiap rekan kerja, di dalam kelompok kerjanya dinilai dari sepak terjangnya seseorang dalam komunikasi bila kerjaan bagus di dalam kelompok kerjanya tidak memerlukan adanya sanjungan. Dilihat dari hubungan interpersonal ditemukan hasil sebagai berikut: Di dalam kelompok kerjanya memiliki hubungan interpersonal seperti sifat kegotong-royongan. 2. Saran 1. Untuk Perusahaan Kepada perusahaan diharapkan untuk lebih percaya, terbuka dan jujur terhadap semua rekan kerja yang terdapat di perusahaan dan mencoba mengatasi setiap kesulitan dengan bersikap positif menanggapinya sebagai tantangan dan bukan sebagai ancaman. 2. Untuk Kelompok Kerja Kepada kelompok kerja diharapkan untuk meningkatkan, memperluas lingkungan pergaulan dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dalam komunikasi interpersonal serta membantu rekan kerja untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang ada pada diri seseorang dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kelemahan Penelitian Untuk peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti kurang menyadari bahwa penelitian ini jauh dari hasil yang memuaskan dimana observasi penelitian ini kurang dalam mengamati tingkah laku kelompok kerjanya. 4. Peneliti harus mengadakan observasi kembali hasil-hasil dari penelitian terdahulu sehingga mendapatkan hasil yang efektif dari hasil penelitian tersebut dan hendaknya memperbanyak subjek penelitian agar lebih bervariasi agar mendapatkan keragaman hasil penelitian.

  Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian kualitatif: untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan Budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Chang, Y. R. (2004). Membangun tim dinamis. Penerjemah Ramelan. Jakarta: CV. Teruna Grafica. Corsini, B. (2002). Psychology behavioral science. www.Amazon.com/Corsini-EncyclopediaPsychology-BehavioralScience/dp/0471270814. Danim, S. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta. Galanes, M. D. S. (2004). Communicating in groups. Intranet.Landmark.edu/ Communications/Resources/other_textboo ks.htm. Gerungan, W. A. (1991). Bandung: Eresco.

Psikologi

Olson, D. H. & Defrain, J. (2000). Marriages families. www.amazon.fr/marriagesfamilies-david-olso/dp/0072950676. Parrot, G. & Parrot, R. (2003). Social psychology. www.faculty washington.edu/agg/pdf/gwald_yin yang_2004.ocr.pdf. Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia.

sosial.

Ilyas, Y. (2003). Kiat sukses manajemen tim kerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kartono, K. (1994). Psikologi sosial untuk manajemen, Perusahaan dan Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lauer, J. & Lauer, M. (2000). Journal of social and personal relationships. www.sangepub.com/cgi/refs/22/3/361.pdf. Lane, V. & Molyneaux, D. (1992). Language unique to the human species?. www.columbia.edu/itc/psychology/rmk/sh ortpaper/animalcomm.pdf. Margono, S. (1992). Studi kualitatif mengenai kriteria menyitir dokumen. www.pustakadeptan.go.id/publikasi/pp121032.pdf. McQuail, D. (1987). Mass communication theory: An Introduction. Beverly Hills, California: Sage Publications. Moleong, M. A. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

 

Nasional, D. P. (1994). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rossman, G. B. & Marshall, C. (1995). Designing qualitative research. www.geocities.com/zulkardi/turmudi.html . Rumondor, S. (2001). Pengantar komunikasi dan kebudayaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka. Sears, D. O., Freedman, J. L. & Peplau. (1991). Psikologi sosial (judul asli “Social Psychology”) Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sendjaja, D. S. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Soekanto, S. (2001). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Yin, R. K. (1994). Studi kasus: desain dan metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.