KONSEP DAN IMPLEMENTASI AKUNTANSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT SEMEN BOSOWA MAROS
CONCEPT AND IMPLEMENTATION ACCOUNTANCY CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AT PT CEMENT BOSOWA MAROS
Dinar, Darwis Said, Tawakkal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Jl. Minasa Upa Blok H6 No. 21 Makassar Hp.085244801978 Email:
[email protected]
Abstrak Kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi isu penting, yang telah menjadi perdebatan dan banyak menyita perhatian oleh berbagai kalangan. Penelitian ini bertujuan untuk : a) mengetahui konsepsi para pelaku bisnis perusahaan terkait aktivitas Corporate Social Responsibility dan akuntansi yang diimplementasikan pada perusahaan, dan b) menawarkan konsep akuntansi Corporate Social Responsibility (CSR) untuk meningkatkan peran akuntansi dalam implementasi CSR. Metode penelitian kualitatif yang digunakan adalah paradigma posmodernisme dengan menggunakan teknik analisis dekonstruksi ala Jacques Derrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) upaya yang dilakukan pihak pelaku bisnis sudah mencerminkan implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkelanjutan (sustainable). Sehingga, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, dari segi implementasi aktivitas CSR, PT Semen Bosowa Maros (SBM) telah memahami sebagian besar tujuan dari Program CSR. Namun, dalam hal akuntansi masih menggunakan akuntansi konvensional yang belum mengakomodir penyajian informasi aktivitas CSR, dan 2) Alternatif konsep akuntansi CSR yang dianggap dapat diterapkan oleh PT Semen Bosowa Maros untuk meningkatkan peran akuntansi dalam implementasi CSR yang sesuai dengan aktivitas PT. SBM, adalah memodifikasi konsep akuntansi konvensional sehingga mampu mengakomodir informasi aktivitas-aktivitas CSR. Penelitian ini menyajikan informasi secara seimbang antara aspek sosial, lingkungan dan ekonomi terdiri dari : a) aspek sosial dan lingkungan disajikan dengan menghitung secara rinci biaya-biaya terkait aktivitas dengan menggunakan Bentuk Perhitungan Spesifik terkait masing-masing biaya aktivitas CSR, yang selanjutnya diintegrasikan ke dalam laporan keuangan dalam Bentuk Perhitungan Laba Rugi Inklusif, dan b) aspek ekonomi disajikan dengan menggunakan Bentuk Perhitungan Distribusi Stakeholder Spesifik. Praktik akuntansi yang diimplementasikan pada lokasi penelitian, tepatnya di PT Semen Bosowa Maros belum sama sekali menerapkan maupun melakukan upaya penerapan akuntansi CSR, maka penelitian ini dilakukan dengan berbasis pada aktivitas yang dianggap perusahaan sebagai upaya implementasi program Cosporate Social Responsibility. Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), Konsepsi perusahaan, meningkatkan Peran Akuntansi
Abstract Obligation to company execute Corporate Social Responsibility ( CSR) or social responsibility of company, in the last few years this become important issue, which have become debate and confiscating many attention various circle. This study aims to: a) determine the conception of the business related companies Corporate Social Responsibility activities and implemented the company's accounting, and b) offer accounting concept of Corporate Social Responsibility (CSR) to enhance the role of accounting in the implementation of CSR. Qualitative research method used is the paradigm of postmodernism by using analytical techniques Jacques Derrida deconstructed style. The results showed that: 1) the efforts the business reflects the implementation of its Corporate Social Responsibility (CSR) sustainable. So, overall it can be concluded that, in terms of implementation of CSR activities, PT Semen Bosowa Maros (SBM) have understood the purpose of the majority of CSR Program. However, in accounting terms is still using conventional accounting not accommodate the presentation of CSR activity information, and 2) Alternative CSR accounting concepts that can be applied by PT Semen Bosowa Maros to enhance the role of accounting in accordance with the implementation of CSR activities PT. SBM, is modifying the conventional accounting concepts so as to accommodate the activities of CSR information. This study presents the information in a balance between social, environmental and economic consist of: a) the social and environmental aspects are presented in detail by calculating the costs associated with the activity using specific calculations related forms each costing CSR activities, which further integrated into the financial statements in the Form Inclusive Income Statement, and b) the economic aspect is presented by using the Form Distribution Specific Stakeholders calculation. Accountancy Praktik which is implementation at research location, precisely in PT Cement Bosowa Maros not yet is at all applied and also strive applying accountancy CSR, hence this research is conducted being based on at assumed by activity is company as program implementation effort Cosporate Social Responsibility. Keyword: Corporate Social Responsibility ( CSR), Conception Company, improving Role Accountancy.
PENDAHULUAN Kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi isu penting, yang telah menjadi perdebatan dan banyak menyita perhatian oleh berbagai kalangan. Isu tersebut tidak hanya di tanah air, Corporate Social Responsibility juga sudah menjadi isu global yang mendapat perhatian luas dari kalangan pelaku pasar, para kepala negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), lembaga-lembaga keuangan dan bisnis internasional. Munculnya Global Compact, Global Reporting Inisiatives (GRI), dan ISO 26000 tentang CSR menunjukkan bahwa CSR menjadi isu krusial serta agenda bisnis global yang harus mendapat perhatian serius dari pelaku bisnis dan dunia usaha. Di Indonesia sendiri, kewajiban ini dimunculkan lewat Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Meskipun masih multi tafsir dan mengandung perdebatan yang serius, tertuang di dalamnya bahwa perseroan yang menjalankan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib bertanggungjawab terhadap masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. CSR yang semestinya diranah sukarela, sejak bulan Juli tahun 2007 diarahkan ke ranah wajib. Dalam hal ini, perusahaan tentu harus menerjemahkan CSR dalam kerangka logis untuk memberikan manfaat bagi pembangunan berkelanjutan perusahaan, stakeholder dan daya dukung bumi. Menurut Lako (2007), permasalahan yang kemudian timbul adalah paradigma bisnis dari beberapa pengusaha, pelaku bisnis atau perusahaan di Indonesia masih konservatif dan pragmatis menyebabkan tidak sedikit kalangan pelaku bisnis yang menolak menjalankan CSR. Paradigma yang dimotori Milton Friedman (peraih Hadiah Nobel ekonomi tahun 1976) ini menyatakan : “There is one and only one social responsibility in business, to use its resources and engage in activities designed to increase its profit”. Dalam pandangan Friedman, dengan laba yang maksimal, perusahaan sebagai the good citizen bisa menyetor pajak dalam jumlah yang meningkat kepada Negara. Sementara urusan terkait isu-isu sosial dan lingkungan adalah tanggung jawab pemerintah. Pemerintahlah yang harus mengalokasikan pajak perusahaan untuk kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan karena hal itu merupakan the governmental social responsibility (GSR). Andaikan perusahaan membantu, itu hanya bersifat sukarela. Selain pandangan Friedman yang dianut, terdapat tiga alasan bagi kalangan pelaku bisnis yang mendasari penolakan untuk implementasi CSR yaitu: (1) praktek CSR umumnya masih bersifat sukarela sehingga aneh bila ini menjadi suatu kewajiban,
(2) dengan menjadikan CSR sebagai kewajiban maka dapat membebani perseroan dan mengurangi laba perseroan untuk pemilik dan pemegang saham yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah deviden yang seharusnya diterima shareholder, (3) dapat mengganggu iklim investasi tanah air sehingga para investor bisa lari ke Negara lain. Setelah model charity sudah mulai ditinggalkan maka hadirlah model yang dikenal dengan Community Development (Com Dev) sebagai pilihan. Model Community Development (Com Dev) dianggap mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. PT. Aneka Tambang, misalnya dalam melaksanakan program CSR mendasarkannya pada kebutuhan masyarakat. CSR yang berbasis Community Development juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan, yaitu berupa Good Corporate Governance (GCG) dan memberikan nilai positif bagi perusahaan di mata publik. Selain itu, CSR diharapkan berguna sebagai sarana dialog antar pelaku bisnis dengan masyarakat sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara perusahaan dengan masyarakat. (Rachman,dkk, 2011). Dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya perhatian pelaku bisnis di Indonesia terhadap isu-isu sosial dan lingkungan sudah meningkat. Sejumlah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia bahkan sudah “nekat” mengungkapkan informasi CSR-nya dalam pelaporan keuangan. Tren emiten pelapor CSR dan luas pengungkapannya juga terus meningkat. Investor ternyata merespon positif terhadap pengungkapan tersebut. Relevansi nilai laporan keuangan dari emiten peduli CSR bahkan jauh lebih besar dibanding emiten yang kurang peduli (Angraini. 2006). Disisi lain, tekanan dan tuntutan terhadap perusahaan terkait CSR mendorong lahirnya akuntansi sosial/social accounting.
Menurur Estees (1976) “The term social accounting is
defined as the measurement and reporting, internal or external, of information concerning the impact of an entity and its activities on society”. Kolk, Ans. (2003), menyatakan “social accounting is defined as the ordering, measuring and analytis of the social and economic consequencies of governmental and entrepreneurial behavior”.
Kalimat di atas jika
diterjemahkan secara bebas menyatakan bahwa akuntansi sosial didefinisikan sebagai pengukuran dan pelaporan, internal atau eksternal, atas informasi berkaitan dengan dampak adanya suatu perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya terhadap masyarakat sekitar, Kolk, Ans. (2003). terdapat beberapa kelemahan dalam implementasinya, karena akuntan perusahaan masih menganggap laporan CSR sebagai supplement (pelengkap) dari laporan keuangan. Sehingga
kehadirannya dalam laporan masih bisa dipandang sebelah mata, dengan kata lain, posisi dan keberadaanya tidak jelas. Pengungkapan yang terpisah dalam bentuk kualitatif pun terkadang memberikan informasi yang sifatnya mengarah kepada sinyal-sinyal pencitraan yang menggunakan bahasa yang indah. Sehingga dalam pengambilan keputusan pun, tidak bisa dijadikan acuan yang tepat untuk menilai kinerja CSR perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Gray (2006) yang menyatakan bahwa, akuntansi dan pelaporan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan selama ini tidak benar-benar berakar dari konsep sustainability (keberlanjutan) dan ecological (ekologis). Pelaporan dan konsep akuntansi yang ada hanyalah sebagai pelengkap dan legitimator perusahaan, bahwa perusahaan memang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan hanya “baju” dan bukan “hati” perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Mengetahui konsepsi para pelaku bisnis perusahaan terkait aktivitas CSR dan akuntansi yang diimplementasikan pada perusahaan.
METODE PENELITIAN Metodologi adalah asumsi-asumsi tentang bagaimana seseorang berusaha untuk menyelidiki dan mendapat “pengetahuan” tentang dunia sosial. Pertanyaan dasar tentang metodologi menekankan kepada apakah dunia sosial itu keras, nyata, kenyataan ojektif berada di dalam individu. Selanjutnya para ilmuan mencoba berkonsentrasi pada pencarian penjelasan dan pemahaman tentang apa yang unik/khusus dari seseorang dibandingkan dengan yang umum atau universal yaitu cara dimana seseorang menciptakan, memodifikasi, dan menginterpretasikan dunia dengan cara yang mereka temukan sendiri (Capra, F. 1996). Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini dirancang dan disajikan dengan metode kualitatif, yaitu merupakan metode untuk eksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah indifidu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedurprosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema umum dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksible. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang peneliti yang bergaya
induktif, berfokus terhadap makna indifidual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (diadaptasi dari Creswell, 2007). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Semen Bosowa Maros. Alasan pemilihan lokasi tersebut, karena perusahaan tersebut begerak dibidang pengelolaan sumber daya alam. PT Semen Bosowa Maros meskipun perusahaan ini adalah perusahaan milik swasta penuh, tetapi perusahaan ini dengan sukarela sudah melaksanakan program CSR. Data Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga sumber data utamanya adalah terdiri dari kata-kata dan tindakan. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer (utama), yakni data yang diperoleh dari sumber utama (informan), berasal dari hasil wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait pelaksanaan CSR di lokasi penelitaian, dan catatan-catatan pengamatan, kemudian dilengkapi dengan data-data sekunder yakni data laporan keuangan tahunan, laporan CSR, dokumen resmi, transkrip dan lainnya. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses menganalisa seluruh yang tersedia dari berbagai sumber seperti wawancara, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Sebelum menarik kesimpulan, analisis data merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Dekonstruksi Derrida. Dekonstruksi Derrida terhadap teks dijalankannya dengan melakukan pembacaan, yang dikenal dengan istilah pembacaan dekonstruktif. Tetapi langkah-langkah apa yang diperlukan dalam pembacaan dekonstruktif tidak pernah nampak secara transparan dan sistematis. Derrida tidak pernah menulis buku tunggal tentang “metode” dekonstruksinya. Menurut Asyhadie (dalam Damayanti, 2009). Derrida menganggap bahwa pembacaan dekonstruksi bukanlah suatu metode, prosedur atau teori yang dikarakteristikkan oleh adanya rancangan yang jelas dan sistematis.
Bagi
Derrida, dekonstruksi merupakan proses yang tak kunjung selesai, dan selalu bergerak secara dinamis. Namun demikian, Roland Barthes (dalam Muhadjir, N. 2011) mencoba menjelaskan lima langkah dekonstruksi yang dilakukan oleh Derrida sebagai berikut: (1) to transform concepts, (2) To display them, (3) To turn them againts their presupposition, (4) to reinscribe them in other chains, and little by little to modify the terrain of our work, and (5) thereby produce new configuration.
HASIL Bisnis produksi dan pemasaran semen kini merupakan usaha inti dari Bosowa Corporation. Diawali dengan pembangunan pabrik PT Semen Bosowa Maros yang mulai beroperasi tahun 1999, Semen Bosowa mencatat produksi sebesar 1.8 juta ton pada tahun 2007. Pada tahun yang sama Bosowa melebarkan sayap ke Indonesia bagian barat dengan membangun pabrik semen PT Bosowa Semen Batam. Dengan lebih dari 800 karyawan, PT Semen Bosowa Maros dan PT Semen Bosowa Batam adalah pabrik semen termuda di Indonesia dan satusatunya yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh perusahaan swasta nasional. Guna mendukung operasi, Semen Bosowa juga bergerak dalam bidang usaha Perkapalan, Transportasi Darat, dan Ready Mix. Ready Mix adalah semen yang diantar langsung ke lokasi proyek. Bosowa merupakan penyalur ready mix terbesar di Indonesia timur, dan mempergunakan sistem Full Mix untuk memproduksi semua jenis konkret yang dibutuhkan pelanggan. Divisi ini memberikan konkret kualitas tinggi untuk proyek-proyek skala besar dan kecil. Dengan mesin-mesin canggih serta sumber daya manusia yang handal, divisi ini akan mengantarkan langsung ke lokasi. Armada distribusi dan letak lokasi pabrik yang strategis akan memastikan kepuasan pelanggan. Berdasarkan
pendekatan
kesadaran
sosial
kemasyarakatan
yang
tinggi,
maka
diterapkanlah pendekatan Community Development di PT Semen Bosowa Maros (SBM). Dalam implementasinya, PT SBM senantiasa merasa sebagai bagian dari komunitas dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat Maros secara khusus dan bertekad menjadi berkah dikancah nasional secara umum. Perhatian PT SBM sebagai industri semen dengan kapasistas 1,8 juta ton per tahun terhadap masyarakat sekitar sangat besar, hal ini dapat dilihat dari prosentase jumlah karyawan yang mencapai sekitar 70% adalah penduduk sekitar pabrik. Sejak dini PT SBM komitmen terhadap masyarakat dengan membentuk comdev sebagai upaya pendekatan yang proaktif dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai masalah yang timbul akibat dari aktifitas perusahaan. Dengan kata lain comdev merupakan terobosan yang sangat efektif dalam meminimalisir benturan dengan budaya lokal dan kesenjangan sosial ekonomi agar sentiasa terpelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar. Visi Community Development PT Semen Bosowa Maros adalah, mewujudkan komunitas yang mandiri melalui pemberdayaan dan pengembangan potensi sumber daya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, dan pelestarian
lingkungan. Adapun misi dari Community Developmen PT SBM adalah sebagai berikut: (1). Merencanakan dan melaksanakan program pemberdayaan melalui partisipasi aktif masyarakat sekitar pabrik. (2). Mengembangkan potensi masyarakat sekitar, untuk meningkatkan kesejahteraan guna mencapai kemandirian . (3) Perbaikan infrastruktur masyarakat, guna membantu masyarakat memperbesar akses untuk mencapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. (4). Menjadi berkah bagi masyarakat Indonesia dengan semangat kepeloporan ekonomi wil. Indonesia timur.(Bosowa Execelent). (5). Meminimalkan perselisihan antara perusahaan dan masyarakat dengan harapan terbentuknya situasi dan kondisi hubungan yang harmonis antara keduanya.(6).Merumuskan program kegiatan pembangunan yang berkelanjutan, mencakup pengembangan ekonomi, kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan.
PEMBAHASAN Penlitian ini menunjukkan bahwa Akuntansi sebagai pusat informasi aktivitas operasi bisnis dan aktivitas CSR perusahaan, seharusnya dapat menggambarkan informasi yang lebih lengkap setidaknya untuk pihak internal perusahaan. Akuntansi perusahaan selayaknya mampu memberi informasi terkait realitas seluruh aktivitas perusahaan, sehingga ketika pihak manajemen internal membaca, maka tanpa informasi lisan dari manajer puncak pun semua pihak yang mengakses dapat memahami tidak hanya terkait aktivitas bisnis perusahaan, tetapi harus mampu menyajikan informasi realitas aktivitas CSR. Menurut Suryana, (2009), praktik akuntansi yang digunakan dalam dunia bisnis sekarang tidak lain merupakan konsep yang dibuat dan dihasilkan oleh akuntan. Praktik ini secara niscaya menciptakan dan membentuk realitas sosial (social reality) yang melingkupi dan hadir secara samar dalam kehidupan sosial masyarakat bisnis. Dengan kehadirannya yang samar ini, individuindividu anggota masyarakat (bisnis), secara sadar atau tidak, terperangkap dalam jaringanjaringan kerja (network) realitas sosial yang sudah tercipta tadi. Jaringan-jaring kerja realitas sosial ini merupakan jaringan kuasa yang dengan power (kuasa)-nya mampu memikat, mengikat dan memilih kehidupan sosial masyarakat ke dalam jaringan kerjanya. Menyadari bahwa realitas sosial mempunyai kuasa yang memperangkap individu-individu anggota masyarakat ke dalam suatu jaringan tertentu, maka suatu hal yang krusial dan patut dicermati di sini adalah: (1) realitas sosial macam apa yang harus dibentuk atau diciptakan sehubungan dengan konsep, prinsip, dan praktik akuntansi, dan (2) apa serta bagaimana peran akuntan dalam upaya menciptakan realitas
sosial yang dimaksud. Atensi terhadap kedua hal ini sangat penting, mengingat nasib dan destinasi individu-individu masyarakat, secara sosial, dipengaruhi dan ditentukan oleh kedua faktor tersebut. Menurut Rachman,dkk (2011) Konsep triple bottom line perlu dikembangkan dan diperluas hingga menjadi kegiatan CSR yang benar-benar sustainable. Selain itu, program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang dibuat oleh suatu perusahaan benarbenar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya komitmen dan dukungan penuh dan antusias dari karyawan, programprogram tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara intensif maka nilai dari program tersebut, akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan. Inti dari Social Responsibility (SR) adalah dorongan untuk berbagi dengan sesama, bersama untuk maju, dan saling bekerja sama atau berkolaborasi. Inti SR ini memiliki bentuk tersendiri ketika melebur ke dalam sistem organisasi bisnis. SR yang dijalankan oleh corporate atau pelaku bisnis yang terstruktur disebut CSR (Rachman, 2011). Sama seperti yang diungkapkan oleh pak Mukhsin bahwa upaya-upaya pelaksanaan CSR oleh SBM sudah berlangsung sejak awal Bosowa didirikakan. Namun, baru dikatakan melaksanakan CSR ketika Comdev dimasukkan dalam struktur organisasi SBM. Komitmen bisnis yang berkelanjutan perlu disadari sebagaimana kita memandang diri kita dan orang lain sebagai Hakikat Manusia. Sebagaimana dikatakan Triyuwono bahwa, Persepsi akan hakikat diri akan mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap realitas-realitas yang dihadapi dan yang akan didekonstruksi. Dengan mempersepsikan diri sendiri sebagai Homoeconomicus, misalnya, akan mengantarkan cara pandang orang tersebut kepada realitas dari sudut pandang ekonomi saja. Akibatnya tindakan-tindakan yang akan dilakukan cenderung mengarah kepada pembentukan realitas yang berorientasi ekonomi (Santoso, L,2007). Pertanggungjawaban Sosial Korporasi atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada segenap stakeholder korporasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan dari pelaksanaan CSR adalah untuk sustainability development (Pembangunan berkelanjutan) bagi perusahaan. Sasaran CSR ditujukan kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam aktivitas bisnis perusahaan, baik yang terlibat langsung (seperti; pemilik modal, karyawan, pemasok dan konsumen) maupun yang tidak langsung (seperti; masyarakat, lingkungan dan pemerintah).
Kondisi yang sama secara umum dialami oleh para pelaku bisnis, setelah model charity sudah mulai ditinggalkan maka hadirlah model yang dikenal dengan Community Development (ComDev) sebagai pilihan. Model Comdev dianggap mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. PT Aneka Tambang, misalnya dalam melaksanakan program CSR mendasarkannya pada kebutuhan masyarakat. CSR yang berbasis comdev juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan, yaitu berupa Good Corporate Governance (GCG) dan memberikan nilai positif bagi perusahaan di mata publik. Selain itu, CSR diharapkan berguna sebagai sarana dialog antar pelaku bisnis dengan masyarakat sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara perusahaan dengan masyarakat. Dalam rangka memacu pebisnis mereformasi paradigmanya, dua hal yang perlu dilakukan. Pertama, “roh” dari PP pelaksanan CSR yang saat ini sedang digodok pemerintah harus dibangun dalam semangat CSR sebagai kebutuhan hakiki, bukan kewajiban. Artinya, semua korporasi diwajibkan menyisihkan dana untuk melaksanakan program-program CSR yang relevan dan melaporkannya ke publik, baik melalui laporan keuangan periodik maupun media lainnya. Namun, berapa besar dana CSR dan bagaimana pengelolaannya, apa saja spesifikasi program-program CSR, dan bagaimana pelaporannya kepada publik harus diserahkan pada kebijakan masing-masing korporasi. Dengan cara ini, saya yakin pengusaha akan menerima ‘kewajiban CSR” dengan legawa. (Lako, 2007). Sejumlah riset empiris melaporkan bahwa minimal ada lima keuntungan yang bisa diraih ketika perusahaan mengimplementasikan CSR secara berkelanjutan. Pertama, profitabilitas dan kinerja keuangan akan semakin kokoh. Kedua, meningkatnya akuntabilitas dan apresisi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen. Ketiga, meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan. Keempat, menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sekitarnya karena mereka diperhatikan dan dihargai perusahaan. Kelima, meningkatkan reputasi, corporate branding, goodwill (intangible asset) dan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Lako, 2007). Keuntungan terakhir ini merupakan the greatest value creator buat perusahaan dibanding asset-asset fisik tangible.
KESIMPULAN DAN SARAN Mengamati faktual yang terjadi di lokasi penelitian kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, mengingat
praktik akuntansi yang
diimplementasikan pada lokasi penelitian, tepatnya di PT Semen Bosowa Maros belum sama sekali menerapkan maupun melakukan upaya penerapan akuntansi CSR, maka penelitian ini dilakukan dengan berbasis pada aktivitas yang dianggap perusahaan sebagai upaya implementasi program Cosporate Social Responsibility. Pemahaman terkait CSR lebih banyak diarahkan pada implementasi aktivitas-aktivitas yang dianggap implementasi program CSR bagi pelaku bisnis di perusahaan. Menurut informasi yang saya peroleh, meskipun masih ada beberapa pemahaman yang agak keliru di antara mereka. Namun, secara umum upaya yang dilakukan pihak pelaku bisnis sudah mencerminkan CSR yang sesungguhnya (berkelanjutan). Sehingga, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari segi implementasi program/aktivitas CSR PT Semen Bosowa Maros telah memahami sebagian besar tujuan dari Implementasi Program CSR. Harapan peneliti, apa yang telah diprogramkan oleh PT Semen Bosowa Maros baik melalui tujuan bisnis maupun tujuan CSR dalam bentuk “menjadi berkah”, sebagai upaya implementasi CSR, jangan sampai dikemudian hari menjadi risiko bagi perusahaan. Jika hal itu terjadi, mereka yang sebelumnya telah bertindak sebagai pelaku bisnis yang menganut prinsip Green business, bisa saja berubah pikiran, hanya karena kekeliruan dari pemahaman para akuntan yang masih menganut kerangka kerja akuntansi konvensional sehingga tidak mampu menyajikan informasi yang lebih informatif terkait aktivitas CSR perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Angraini. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Disampaikan di Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang. Capra, Faritjof. (1996). Jaring-jarring Kehidupan : Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan. Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta. Creswell, J.W. (2007). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed). Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Damayanti, Ratna Ayu. (2009). Hubungan Keagenan Pemerintah Daerah Dalam Konteks Anggaran : Sebuah Agenda Rekonstruksi. Kumpulan Ringkasan Disertasi Universitas Brawijaya Malang, Malang. Estes, Ralph. (1976). Tiranny of The Bottom Line. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gray, Rob. (2006). Social, Environmental and Sustainability Reporting and Organisation Value Creation? Whose Value? Whose Creation? Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol.19 (6) pp 793-819 Kolk, Ans. (2003). Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250. Business Strategy and the Environment. Lako, Andreas. (2007). Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi. Erlangga, Jakarta. Muhadjir, Noeng. (2011). Metodologi Penelitian. Edisi VI Pengembangan 2011. Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta. Rachman, N.M., Effendi, A., dan Wichaksana, E. (2011). Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Penerbit Swadaya, Bogor. Santoso, L, dkk. (2007). Epistemologi Kiri (Seri Pemikiran Tokoh). Ar-Ruzz Media, Jogjakarta Suryana, Agus. (2009). Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Universitas Udayana, Bali.