LANDASAN PSIKOLOGIS MERUPAKAN AWAL PENDIDIKAN

Download 23 Okt 2017 ... LANDASAN PSIKOLOGIS MERUPAKAN AWAL PENDIDIKAN. Larasaty Indah Kumalasari. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogy...

0 downloads 588 Views 157KB Size
LANDASAN PSIKOLOGIS MERUPAKAN AWAL PENDIDIKAN Larasaty Indah Kumalasari Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak: Tujuan dari Jurnal ini adalah untuk mengetahui Landasan-landasan Psikologi yang dipakai dalam pendidikan, keberagaman dan gaya belajar anak, Karakteristik anak,potensi dan keunikan anak khususnya anak Sekolah Dasar. Jurnal ini diharapkan mampu membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, karena pada awalnya guru yang belum mengetahui berbagai macam karakteristik pada anak nantinya akan mengetahui berbagai macam karakter anak dan kebiasaan belajar anak . Jurnal ini merupakan salah satu jurnal yang menggunakan studi pustaka sebagai pedomannya. Kata Kunci: landasan psikologis, karakter anak, multiple intelegence, sekolah dasar THE FOUNDATION OF PSYCHOLOGY IS THE BEGINING OF EDUCATION Abstract: The aim of this journal is to know the foundation of psychology that use in education, Kids Diversity and learning style, Kids Characteristic, Kids Potential and Uniqueness especially Elementary School . This journal be expected able to make education in Indonesia much better, because in the past, teacher didn’t know about kids characteristic and Kids Study habits later will know various of kids characteristic and Kids Study habits. This journal is one of journal that use literature review as the guidelines. Keywords: the foundation of psychology, kids characteristic, multiple intelegence, elemantary school PENDAHULUAN Landasan psikologi dalam landasan pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak,karena potensi setiap anak itu berbeda-beda, terutama bagi anak sekolah dasar. Seperti yang diketahui bahwa potensi anak itu beragam maka dari itu perlu adanya sosialisasi bagi orangtua maupun guru agar nantinya potensi anak nantinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, pada kenyataannya di Indonesia masih belum mengetahui landasan psikologi yang nantinya akan mengembangkan potensi anak khususnya anak SD. Rata-rata guru yang mengajar di sekolah-sekolah dasar hanya mengajarkan materi yang telah ada di buku pedoman pengajaran. Padahal buku pedoman pengajaran yang biasanya digunakan oleh guru tidak mengembangkan potensi anak yang

beragam. Buku pedoman dari pemerintah cenderung akan menyamakan potensi anak, padahal seperti yang telah di sebutkan di paragraf awal bahwa anak memiliki potensi yang beragam. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru diharapkan mampu mengetahui landasan psikologi yang berisikan tentang berbagai potensi anak,kecerdasan yang beragam,dan cara belajar anak yang dapat. Setelah mengetahui landasan psikologi, guru diharapkan mampu mengembangkan potensi anak yang beragam. PEMBAHASAN Menurut (Robert Slyvester,1995) bahwa setiap peserta didik memiliki “design otak”,otak setiap individu berbeda dengan individu lain,seperti juga sidik jari. Karena setiap anak memiliki potensi yang berbeda maka untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak guru harus mampu memberikan pengalaman yang

sukses,membangun harapan,dan visi untuk masa depan yang positif dan belajar untuk mengapresiasi nilai-nilai perbedaan dalamhidup mereka tanpa membedakan budaya,bahasa,dan profil belajar. Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam mengintegrasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya,maka dari itu setiap anak memiliki cara tersendiri untuk belajar. (Rahayu,2016) menyebutkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses integrasi antar anak. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran Diverse learners merupakan salah satu upaya membelajarkan pembelajaran yang mengakomodasi adanya perbedaan siswa,perbedaan yang dimaksud khususnya mengarah pada minat,motivasi,dan gaya belajar sehingga para siswa dapat sampai pada ‘belajar bermakna’. Menurut(Ali,2011,p.6),pembetukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia(kognitif,afektif,konatif,dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultur(dalam keluarga,sekolah,dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Melalui konsep diverse learners di yakini mampu mengembangkan karakteristik peserta didik khususnya bagi anak SD,dalam konsep diverse terdapat berbagai macam keragaman peserta didik yang dapat dibagi menjadi tiga,yaitu learning style (perbedaan gaya belajar),thinking style (perbedaan cara berpikir), dan multiple intilligence (kecerdasan ganda). Menurut (Rita Dunn dan Ken Dunn,1987) learning style (perbedaan gaya belajar) merupakan salahsatu model pembelajaran yang dapat dibagai menjadi 8 model,yaitu : 1. Auditori,peserta didik auditori menyerap materi bicara dan yang di dengar

dengan lebih mudah dan lebih suka terlibat dalam aktivitas diskusi daripada bahan bacaan,. 2. Visual, peserta didik visual belajar dari apa yang mereka lihat dan mereka baca. Mereka menyukai ilustrasi gambar dan diagram-diagram. 3. Tactile, peserta didik Tactile belajar dari penanganan bahan, menulis , menggambar, dan terlibat dengan pengalaman konkret. 4. Kinestetik, peserta didik kinestetik belajar dengan melakukan dan bergerak,dengan keterlibatan secara fisik dalam aktivitas pembelajaran. 5. Tactile /Kinestetik, peserta didik Tactile/Kinestetik ingin untuk terlibat secara fisik dalam proses pembelajaran. Mereka nyaman dengan role-playing dan simulasi. 6. Berorientasi tulisan, peserta didik Berorienrasi tulisan lebih senang beajar melalui membaca. 7. Interaktif, peserta didik Interaktif menikmati diskusi dengan murid-murid lain dalam kelompok kecil/berpasangan. 8. Olfactori, peserta didik Olfactori mengasosiasikan pelajaran tertentu dengan bau tertentu selama belajar. Menurut (Anthony Gregorc,1982) thinking style (perbedaan cara berpikir) dikembangan berdasarkan dua variabel,yaitu bagaimana cara kita melihat dunia (bagaimana kita melihat dunia secara abstrak dan konkrit),dan juga cara kita memahami dunia (dalam pemahaman sistematis dan acak). Menggunakan dua variabel tersebut, Greorc mengkombinasikannya sehingga mempentuk empat gaya berpikir,yaitu : 1. Concrete Random Thinkers, pemikir ini menikmati eksperimen juga dikenal sebagai pemikir yang berbeda. Mereka menemukan cara alternatif dalam melakukan sesuatu. Pembelajar dengan tipe ini mudah belajar melalui permainan,simulasi,proyek mandiri,dan discovery learning. 2. Concrete Sequential Thinkers, pemikir ini berbasis pada aktivitas fisik yang dimaknai dengan rasa. Mereka adalah detail oriented,dan mengingat merupakan hal

mudah bagi mereka. Mereka menyukai pembelajaran dan kegiatan yang diarahkan oleh guru. Pembelajar dengan tipe ini akan lebih mudah belajar melalui workbook,pembelajaran berbasis komputer, demonstrasi,dan praktik laboratorium yang berstruktur. 3. Abtract Sequential Thinkers, Pemikir ini senang dalam dunia teori dan pemikiran abstrak,proses berpikir mereka adalah rasional,logis,dan intelektual. Mereka nyaman ketika terlibat dengan pekerjaan dan investigasi mereka sendiri. Pembelajar dengan tipe ini mudah belajar melalui membaca dan mendengarkan presentasi. 4. Abstract Random Thinkers, Pemikir ini mengatur informasi melalui berbagi dan berdiskusi. Pembelajar ini ingin membahas dan berinteraksi dengan orang lain ketika mereka belajar. Pembelajar dengan tipe ini akan mudah belajar melalui diskusi grup,ceramah, tanya jawab, dan penggunaan media interaktif. Menurut,(Gardner,2006) mengetahui dan mengenali kecerdasan yang ada didalam manusia itu sangatlah penting karena kecerdasan manusia itu sangatlah beragam, jika kita sebagai calon guru mengetahui sejak dini maka kita dapat menangani masalah dengan mudah. Howard Gardner membagi delapan kecerdasan manusia,yaitu : 1. Kecerdasan Logis Matematis, Kemampuan menggunakan angka,penalaran, hubungan sebab-akibat, dan hubungan logis suatu peristiwa. 2. Kecerdasan Bahasa, kemampuan menggunakan kata baik itu verbal maupun tulisan,termasuk keahlian berbahasa. 3. Kecerdasan Musikal, kecerdasan meliputi kepekaan irama,melodi, ataupun warna suara. 4. Kecerdasan Visual Spasial, kemampuan untuk mempresepsi dan mentransformasikan dunia spasial-visual, berupa kepekaan terhadap warna,garis,bentuk,ruang dan hubungan yang terjadi didalamnya. 5. Kecerdasan Kinestetik , Meliputi kemampuan fisik,baik itu kecepatan,kelenturan,kekuatan,dll.

6. Kecerdasan Interpersonal, Kepekaan terhadap ekspresi wajah,suara,gerak-isyarat serta kemampuan membedakan aneka tanda interpersonal dan menanggapinya secara efektif. 7. Kecerdasan Intrapersonal, Merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri dan bertindak sesuai pemahaman tersebut,termasuk juga kecerdasan untuk menghargai diri sendiri. 8. Kecerdasan naturalis, kecerdasan mengenali benda-benda fisik dan fenomena alam. Karena kecerdasan manusia terutama anak itu beragam pastilah minat belajar mereka juga beragam. Menurut (Rahayu,2016, pg.16), minat peserta didik/anak itu dapat dibagi menjadi enam,yaitu: 1. Realistis (Realistic), yaitu kecenderungan bersikap apa adanya. Ciricirinya meliputi : rapi,terus terang,tidak suka berkhayal,dll 2. Penyelidik (Investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciricirinya : analitis, hati-hati, kritis,dll. 3. Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Cirinya meliputi : tidak teratur, emosi, ideal,imajinatif,dll. 4. Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap kegiatan yang bersifat sosial. Cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati,dll. 5. Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Cirinya : ambisius, energik, optimis percaya diri,dll. 6. Tidak mau berubah (Conventinal), yaitu kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada dan enggan terhadap perubahan. Cirinya : hati-hati, bertahan,kaku,tertutup,dll. Setelah mengetahui minat peserta didik/anak, guru diminta akan lebih mampu untuk mengajarkan materi pembelajaran dengan lebih baik lagi. Sekolah merupakan salahsatu tempat yang digunakan anak/peserta didik untuk memperoleh pembelajaran dari guru

/pendidik. Lingkungan sekolah yang baik pastilah akan mendukung proses pembelajarn yang baik juga, karena pembelajaran diverse learners harus memiliki lingkungan yang baik agar pembelajaran dapat tersampaikan. Berdasarkan hal tersebut, ruangan kelas sebisa mungkin di setting sesuai dengan kebutuhan siswa. Menyediakan berbagai macam fasilitas yang berguna bagi anak, misalnya beragam buku bacaan. Menurut (Rahayu,2016, pg.27), syarat ruangan kelas yang sehat antara lain : 1. Harus berhubungan dengan kehidupan siswa di dunia nyata. 2. Membantu siswa memahami penuh dirinya dan hidupnya seiring dengan pertumbuhan mereka. 3. Membuat siswa lebih siap di masa sekarang dan masa yang akan datang. 4. Menciptakan lingkungan untuk Healthy Classroom. Setelah mengetahui syarat yang diperlukan untuk membuat kelas yang akan membaut siswa lebih nyaman dalam proses pembelajaran, kita sebagai calon guru diminta mampu membuat suasana kelas yang dianggap sehat untuk siswa/anak. Namun, apabila dirasa sekolah memang kurang memadai untuk melaksanakan ruangan keals yang sehat, guru mampu menciptakan ruang kelas yang sehat melalui : a. Guru memberikan apresiasi pada tiap anak. b. Guru mengajarkan murid secara keseluruhan (guru memahami bahwa siswa juga memilki emosi). c. Guru harus terus mengembangkan keahliannya, pemahaman tentang disiplin ilmu,dan pengembangan ketrampilan sangat penting dikuasai guru untuk mengembangkan profesionalisme. d. Guru menginspirasi siswanya, cara guru memberikan inspirasi kepada siswanya adalah memberikan materi yang sesuai dengan konteks kehidupan siswa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. e. Guru menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru menciptakan interaksi yang menyenangkan

dengan siswa melalui gerak, menyentuh benda, tertawa, dan bercerita bersama agar lebih mudah memahami materi dan memperoleh keterampilan. f. Guru harus memiliki ekspetasi/harapan yang lebih terhadap siswanya, guru harus mengarahkan dan menginspirasi siswa agar bermimpi besar. g. Guru membantu siswa menumbuhkan ide sendiri, guru mencari cara untuk membantu siswa menemukan pemahaman mereka terhadap pengetahuan dan dapat mengimplementasikan dengan cara mereka sendiri. h. Guru mengajak murid menjadi bagian dalam pembelajaran, guru memberi kesempatan siswa untuk mengajar temannya, melibatkan siswa untuk membuat peraturan keals,jadwal dan prosedur,dan guru bersama siswa melakukan rancangan pembelajaran bersama dengan menentukan masalah dan memecahkannya. i. Guru memberi kebebasan pada murid dalam bertindak menghadapi permasalahan, guru memberikan arahan dan bimbingan tetapi tidak membatasi kebebasan dan fleksibelitas siswa untuk memilih dan memutuskan tindakan. j. Guru menularkan semangat postif dan menggunakan humor dalam pembelajaran ,humor yang digunakan bukan hal yang sarkastik. k. Guru menanamkan sikap disiplin, siswa harus selalu diingatkan tentang bagaimana mereka belajar dan bersikap, hal ini penting karena untuk menumbuhkan kemampuan sosial dan emosional. Memberikan petunjuk yang jeals membantu siswa untuk membuat keputusan yang tepat. Kelas yang sehat tidak harus memiliki kelas yang bagus,luas,dan memiliki fasilitas yang memadai, karena guru diharapkan sudah mampu mengembangkan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa/anak juga nyaman ketika pembelajaran di sekolah, siswa/anak juga tidak perlu rendah diri apabila memilki kelas yang dianggap kurang bagus dengan sekolah lain karena apalah arti sebuah ruang kelas apabila suasana pembelajaran tidak menyenangkan.

Guru yang baik juga seharusnya memotivasi anak yang sedang melakukan pembelajaran, motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Namun pada kenyataanya, masih banyak guru yang belum mampu memotivasi peserta didik. Menurut Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dkk,1994) menyatakan bahwa siswa/peserta didik memilki bermacammacam motivasi dalam belajar, yaitu 1. Motivasi Instrumental, siswa belajar karena dorongan hadiah atau menghindari hukuman. 2. Motivasi sosial, siswa belajar karena untuk penyelenggaraan tugas. 3. Motivasi berprestasi, siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan. 4. Motivasi intrinsik, siswa belajar karena keinginannya sendiri. Dari berbagai macam motivasi tersebut, kita sebagai calon guru diharap mampu untuk mengembangkan motivasi yang ada didalam diri masing-masing peserta didik/ siswa yang sudah beragam. Kebebasan untuk memilih motivasi juga sangat diperlukan bagi peserta didik/ siswa agar nantinya peserta didik mampu menentukan dimana potensi yang mereka miliki. PENUTUP Semua siswa harus diberi pengalaman sukses,membangun harapan dan visi untuk masa depan yang positif dan belajar untuk mengapresiasi nilai-nilai perbedaan dalam hidup mereka. Pemahaman guru tentang diversity adalah sangat krusial. Jenis keberagaman yang harus dipahami guru agar dapat melayani belajar secara maksimal adalah perbedaan gaya belajar,perbedaan cara berpikir,kecerdasan ganda,dll. Membuat suasanya belajar yang

nyaman dan menyenangkan juga merupakan salahsatu faktor yang perlu diperhatikan bagi guru ketika melakukan pembelaaran disekolah. Pembentukan kemampuan siswa juga sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Oleh karena itu agar siswa memperoleh kemmapuan yang diharapkan proses belajar harus dikendalikan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang belaku. DAFTAR PUSTAKA 1. Condromukti,Rahayu,dkk. Pembelajaran di SD yang mengakomodasi Diverse Learners. Yogyakarta.2016 2. Sugihartono,dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta;UNY PRESS.2015 3. Anitah,Sri,dkk. Strategi Pembelajaran di SD. Yogyakarta:UT.2011 4. Mustadi, A. (2010). Pendidikan Karakter Berwawasan Sosiokultural (Sociocultural Based Education). Available: uny. ac. id.(Diakses: 12 Februari 2015). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelit ian/dr-ali-mustadi-mpd/7-artikel-pendidikankarakter-berwawasan-sosio-kultural-terbitmajalah-dinamika-pendidikan-2011_2.pdf (diakses pada hari senin tanggal 23 oktober 2017 pukul 19.01) 5. Arifin,Zainur. Psikologi Belajar Anak Telaah Kritis Dinamika Belajar Anak. Jawa Timur. 2017