LANDASAN PSIKOLOGIS SEBAGAI PENENTU ARAH PENDIDIKAN DI

Download abstrak: Tulisan ini ditujukan untuk menggambarkan tentang landasan psikologis dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar. Landasan ps...

0 downloads 457 Views 340KB Size
LANDASAN PSIKOLOGIS SEBAGAI PENENTU ARAH PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR

Candra Adi Wijaya Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected]

abstrak: Tulisan ini ditujukan untuk menggambarkan tentang landasan psikologis dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar. Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang dijadikan sebagai titik tolak dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang jiwa atau psikis manusia yang selalu mengalami perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat memudahkan pelaksanaan proses pendidikan. Ada dua tujuan utama menjadikan psikologi sebagai salah satu landasan dalam pendidikan. Pertama,agar para pendidik, atau para calon pendidik memahami pemahaman yang baik tentangsituasi pendidikan. Kedua, agar para pendidik, dan para calon pendidik mampumenyiapkan dan melaksanakan pengajarandan bimbingan terhadap siswa dengan lebih baik. Landasan psikologis yang digunakan dalam penentu pendidikan di sekolah dasar, antara lain keberagaman, gaya belajar, karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, multiple intellegencies. Kats kunci : psikologis, keberagaman, karakteristik, SD

PENDAHULUAN Landasan

Pendidikan

bahasan

dengan

Landasan

pokok

Psikologis

dalam Pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan

pemahamannya tentang seluk beluk landasan

pendidikan.

Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan

berbagai

aspek

psikologis dalam pendidikan maka pemba

kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya

hasan yang kami lakukan sangat perlu

yang berkaitan dengan kecerdasan dan

untuk dibincangkan. Pendidikan selalu mel

bakat tetapi juga perbedaan pengalaman

ibatkan

sehingga

dan tingkat perkembangan, perbedaan

landasan psikologi merupakan salah satu la

aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan ke

ndasan

pribadian

kejiwaan

yang

manusia,

penting

dalam

bidang

secara

keseluruhan.

Oleh

pendidikan. Sementara itu keberhasilan pe

sebab itu, pendidik perlu memahami perke

ndidik

mbangan

dalam

melaksanakan

peranannya akan dipengaruhi oleh

berbagai

individu

peserta

didiknya

baik itu prinsip perkembangannya maupun

arah perkembangannya.

terwujudnya

Dalam landasan psikologis terdapat unsur-

dalam kehidupan nyata. Keberagaman

unsur

tersebut lebih memusatkan pada keragaman

yang

dapat

diterapkan

dalam

pembelajaran di Sekolah Dasar, antara lain keberagaman, gaya belajar, karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, dan multiple intelligencies. Keberagaman atau kemajemukan

merupakan

kenyataan

sekaligus keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat. Keragaman merupakan salah satu

realitas

utama

yang

dialami

masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini diwaktu-waktu

mendatang sebagai

fakta, keragaman sering di sikapi secara berbeda, di satu sisi di terima sebagai fakta yang

dapat

memperkaya

kehidupan

bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor

penyulit.

mendatangkan

Kemajemukan konflik

yang

bisa dapat

merugikan masyarakat sendiri jika tidak di kelola

dengan

baik.

dilahirkan

setara,

keragaman

identitas

Setiap

manusia

meskipun

dengan

yang

disandang.

Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau disebut

dengan

hak

asasi

manusia.

Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata

hukum,

yang

merupakan

merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong

prinsip-prinsip

kesetaraan

individual. Gaya belajar merupakan cara termudah yang

dimiliki

oleh

individu

dalammenyerap,mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar.Dengan menyadari hal ini, siswa mampu menyerap dan mengolah informasi dan menjadikan belajar lebih mudah dengan gaya belajar siswa sendiri. Penggunaan gaya belajar yang dibatasi hanya dalam satu bentuk, terutama yang bersifat verbal atau dengan jalur auditorial, tentunya

dapat

menyebabkan

adanya

ketimpangan dalam menyerap informasi. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, siswa perlu dibantu dan diarahkan untuk mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif.

Terdapat

tiga

modalitas (type) dalam gaya belajar yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD). Seorang guru harus dapat menerapkan

metode

pengajaran

yang

sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik

mengetahui karakteristik siswanya. Selain

perkembangan diri siswa, sekolah dan guru

karakteristik yang perlu diperhatikan juga

seyogiyanya

adalah

didik.

memenuhi berbagai kebutuhan siswanya

pemahaman terhadap karakteristik peserta

dalam rangka pencapaian perkembangan

didik dan tugas-tugas perkembangan anak

diri sisw. Sepeti Pemenuhan Kebutuhan

SD dapat dijadikan titik awal untuk

Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa

menentukan tujuan pendidikan di SD, dan

Aman,

Pemenuhan

untuk menentukan waktu yang tepat dalam

Sayang

atau

memberikan pendidikan sesuai dengan

Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan

kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Kebutuhan Akatualisasi Diri.

kebutuhan

peserta

dapat

menyediakan

Kebutuhan

Penerimaan,

dan

Kasih

Pemenuhan

Secara ideal, dalam rangka pencapaian PEMBAHASAN Sekolah dasar merupakan sarana

pembelajaran dua arah dengan cara guru

pendidikan awal bagi siswa kanak-kanak

hanya menerangkan materi kemudian siswa

dalam memperoleh pendidikan di sekolah

mengisi soal yang tersedia di lembar kerja

formal yang sebelumnya memperoleh

siswa (LKS). Dengan metode ini proses

pendidikan dini di taman kanak-kanak atau

pembelajaran dirasakan kurang efektif dan

pendidikan anak usia dini (PAUD). Sekolah

proses penyerapan materi pada siswa

Dasar memberikan peranan penting dan

kurang maksimal karena pola pikir mereka

mendasar dalam memberikan pengetahuan

terpaku

pada anak yang sedang mengalami proses

diterangkan oleh guru dan dari materi di

pertumbuhan, baik pertumbuhan dari segi

buku.

pada

materi

yang

hanya

fisik, psikis maupun mental. Melihat permasalahan diatas perlu Saat ini sekolah dasar negeri maupun

swasta

memberikan

adanya proses perubahan dalam proses

materi

gaya belajar siswa yaitu dari proses belajar

pendidikan kepada siswa dasar dengan cara

kontekstual menuju proses belajar yang

yang berbeda. Ada yang berbasis agar

menunjang pada keaktifan dan pola pikir

siswa itu aktif maupun agar siswa itu

kritis dari siswa. Oleh karena itu, ada

berkompetitif secara sehat. Disamping pada

beberapa cakupan perubahan yang akan

tujuan pendidikan yang akan dicapai

dilakukan, yakni sebagai berikut :

namun masih banyak sekolah dasar yang masih menerapkan proses belajar secara konvensional atau kontekstual, yaitu proses

Perubahan

proses

belajar

kontekstual menuju siswa aktif

siswa

dari

Contoh : Dari guru hanya menerangkan dan

berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh

kemudian memberikan soal pertanyaan

(UNY, 2008), karakter mengacu kepada

kemudian

serangkaian sikap (attitudes), perilaku

siswa

mengisi

pada

LKS

(Lembar Kerja Siswa)

(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari

Proses gaya belajar siswa dari materi kasus ke praktek edukasi

bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana

Contoh : Dari guru memberikan materi dan pertanyaan kemudia guru memberikan contoh riil dari kasus yang dihadapi baik melalui foto, tayangan film maupun dari poster gambar sehingga siswa mampu memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan sesuai dengan pola pikir

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada

siswa sekolah dasar.

diri individu yang menjadi landasan bagi Gaya belajar individu menjadi gaya belajar

penampilan perilaku dalam standar nilai

kelompok dan berkompetisi

dan norma yang tinggi .[1]Sedangkan karakteristik diambil dari bahasa Inggris

Contoh

:

Siswa

diperbanyak

dalam

pelajaran berkelompok sehingga mampu berkompetisi dengan kelompok lain dan

yakni

characteristic,

yang

artinya

mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.

secara individu sehingga siswa diharapkan aktif di dalam kelas. Baik aktif dalam menyampaikan

pendapat

maupun

Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuan dan pemahamannya mengenai

pertanyaan.

realitas. Anak yang lebih berperan aktif Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,

budi

pekerti,

perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.

Adapun

berkarakter

adalah

berperilaku,

bersifat,

berkepribadian, bertabiat,

dan

dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui pengalaman. Piaget percaya

bahwa

berkembang

pemikiran

berdasarkan

anak-anak

priode-priode

yang terus bertambah kompleks. Menurut tahapan piaget, setiap individu akan melalui serangkaian

perubahan

kualitatif.

Perubahan ini terjadi karena tekanan

pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan

biologis untuk menyesuaikan diri dengan

Keterampilan (SBK).

lingkungan serta adanya pengorganisasian

2.

Senang bergerak.

struktur berfikir. Perkembangan

kognisi

atau

intelektual anak berjalan secara gradual, bertahap

dan

berkelanjutan

seiring

bertambahnya umur. Walaupun dalam perkembangan

kognisi

pada

usia-usia

tertentu memiliki pola umum, tetap ada peluang

bahwa

sebagian

anak

menunjukkan perkembangan lebih awal dari

pola

umum

tersebut.

Rata-rata

Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang

memungkinkan

anak

berpindah

yang atau

untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3.

MI berkisar antara 6-13 tahun mulai dari

kelompok.

kelas satu

Dari

Anak

senang

pergaulannya

bekerja

dengan

dalam

kelompok

sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti:

peserta didik sebagai berikut: 1.

pembelajaran

bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi

umumnya perkembangan kognisi anak usia

Adapun karakeristik dan kebutuhan

model

belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,

Senang bermain.

belajar

setia

kawan,

belajar

tidak

Karakteristik ini menuntut guru SD

tergantung pada diterimanya dilingkungan,

untuk melaksanakan kegiatan pendidikan

belajar menerimanya tanggung jawab,

yang bermuatan permainan lebih – lebih

belajar bersaing dengan orang lain secara

untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya

sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan

merancang

membawa implikasi bahwa guru harus

model

pembelajaran

yang

memungkinkan adanya unsur permainan di

merancang

dalamnya.

hendaknya

memungkinkan anak untuk bekerja atau

mengembangkan model pengajaran yang

belajar dalam kelompok, serta belajar

serius tapi santai. Penyusunan jadwal

keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini

pelajaran hendaknya diselang saling antara

membawa implikasi bahwa guru harus

mata

Guru

pelajaran

Matematika,

serius

dengan

mengandung unsur

model

pembelajaran

yang

seperti

IPA,

merancang

pelajaran

yang

memungkinkan anak untuk bekerja atau

permainan

seperti

model

pembelajaran

yang

belajar dalam kelompok.

Guru dapat

meminta

membentuk

siswa

untuk

kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang

dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan

untuk mempelajari atau menyelesaikan

guru tentang materi pelajaran akan lebih

suatu tugas secara kelompok.

dipahami jika anak melaksanakan sendiri,

4.

sama halnya dengan memberi contoh bagi

Senang merasakan atau

melakukan/memperagakan sesuatu

orang dewasa. Dengan demikian guru

secara langsung.

hendaknya merancang model pembelajaran

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif,

anak

operasional dipelajari

SD

konkret. di

memasuki

tahap

Dari

yang

sekolah,

menghubungkan

apa ia

belajar

konsep-konsep

baru

dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral,

yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

KESIMPULAN Landasan

psikologis

dapat

didefenisikan sebagai suatu landasan yang dijadikan sebagai titik tolak dalam proses pendidikan

yang

membahas

berbagai

sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,

informasi tentang jiwa atau psikis manusia

kepribadian,

yang selalu mengalami perkembangan dari

personalitas, sifat, tabiat, temperamen,

bayi hingga usia lanjut sehingga dapat

watak”.

memudahkan

pelaksanaan

budi

pekerti,

perilaku,

proses

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Landasan psikologis berupa keberagaman, gaya belajar, karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, multiple intellegencies.

Mustadi, Ali. Pendidikan Karakter Berwawasan Sosiokultural (Sociocultural Based Character Education)di Sekolah Dasar, Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) Melalui :

Gaya

belajar

merupakan

cara

termudah yang dimiliki oleh individu

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pen

dalammenyerap,mengatur, dan mengolah

elitian/dr-ali-mustadi-mpd/7-artikel-

informasi yang diterima. Gaya belajar yang

pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-

kultural-terbit-majalah-dinamikapendidikan-2011_2.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pen elitian/dr-ali-mustadi-mpd/7-artikelpendidikan-karakter-berwawasan-sosiokultural-terbit-majalah-dinamikapendidikan-2011_2.pdf www.umnaw.ac.id/wpcontent/.../01/LAPORAN-SUJARWO.pdf

https://digitum.um.es/jspui/bitstream/10201 /2172/1/919582.pdf

https://gicibusinessschool.ac.id/.../jurnal/Jurn al-AKMENBIS-05.pdf

https://www.sfu.ca/~jcnesbit/EDUC220/Think Paper/Gardner1989.pdf

www.unpak.ac.id/.../dosen_8581_5_analisis_ terhadap_pola_asuh_....

https://digilib.unsika.ac.id/.../08.Pengaruh%2 0Gaya%20Belajar%20.