LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM METODE DAN TEKNIK ANALISIS LINGKUNGAN TEKNIK SAMPLING BENTOS
Dosen pembimbing : Nur Indradewi O. ST. MT Asisten dosen : Praditya Sigit (080810754) Oleh : Kelompok I Ari Puspito Utomo
(080911011)
Handito Purwo Aji
(080911022)
Zefanya Hesa Satio
(080911028)
Riza Rima Rodini
(080911029)
Dimas Nurhadji
(080911042)
Mila Noviana
(080911045)
Trianita Fitri Prahastuti (080911055)
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada didasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Rosenberg dan Resh,1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985), sertamenduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Berdasarkan
ukurannya,
zoobentos
dapat
digolongkan
ke
dalam
kelompok
zoobentosmikroskopik atau mikrozoobentos dan zoobentos makroskopik yang disebut juga dengan makrozoobentos. makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 5mm pada saat pertumbuhan maksimum. makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No.30 Standar Amerika. makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringanyang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer. (Rosenberg and Resh ,1993) Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik danbiotik. Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan. Sifat fisik perairan seperti : pasang surut,kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksidaterlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Faktor biologi perairan juga termasuk faktor penting bagi kelangsungan hidup hewan bentos. (Tudorancea et all. 1979) 1.2 Tujuan 1. Mampu melakukan teknik sampling bentos dengan benar. 2. Mampu membuat laporan ilmiah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melakukan teknik sampling bentos dengan benar? 2. Bagaimana cara membuat laporan dengan benar?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentos Makrobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Organisme yang termasuk makrobentos diantaranya Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda, dan Annelida. Klasifikasi makrobentos menurut ukurannya, yaitu makrobentos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, dan crustacea. Meiobenthos merupakan bentos yang memiliki ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobentos merupakan bentos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata. (Anonim, 2007) Bentos memiliki daya tahan adaptasi berbeda-bedaantara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya, yaitu ada yang tahanterhadap keadaan perairan setempat, tetapi ada pula yang tidak tahan, sehingga keberadaan bentos tertentu dapat dijadikan petunjuk dalam menilai kualitas perairan tersebut. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai bioindikator lingkungan, karena selalu kontak dengan zat-zat yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos dan interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik adalah fisika kimia air yang diantaranya suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. (Anonim, 2007) Makrobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka
penyebarannya juga sempit. Makrobentos yang memiliki toleran lebih tinggi maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin tinggi. (Anonim, 2007) 2.2 Struktur Komunitas Struktur komunitas merupakan kumpulan populasi makhluk hidup yang menempati suatu habitat tertentu dan didalamnya terdapat individu yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Manfaat dari mempelajari suatu struktur komunitas adalah untuk mengetahui interaksi antara suatu komunitas satu dengan yang lain serta pengaruhnya terhadap ekosistem lain yang berada disekitarnya. (Anonim, 2007) 2.2.1
Kelimpahan/Kepadatan Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif
mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu komunitas. Faktorfaktor yang mempengaruhi kelimpahan suatu spesies pada suatu area jarak yang memisahkan area tersebut dengan sumber spesies, garis lintang akan lebih banyak spesies di daerah tropis daripada didaerah temperit, temperatur tinggi, kepastian iklim dan musim tumbuh yang lebih lama akan menciptakan habitat yang lebih kondusif sehingga menghasilkan deversitas spesies yang lebih besar. (Anonim, 2007) 2.2.2
Indeks Keragaman Indeks keragaman adalah indeks yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis biota perairan. Indeks keanekaragaman (diversitas), dapat diketahui dengan menggunakan formula Shannon-Wiener berikut : H’ = - ∑ {(ni/N) x ln (ni/N)} Dimana : H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener Ni = Jumlah individu spesies 1 N = Jumlah total individu semua spesies
Tabel 1. Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan berdasarkan indeks keanekaragaman Indeks Keanekaragaman (H’) >2,41
Struktur Komunitas Sangat stabil
1,81-2,4
Lebih stabil
1,21-1,8
Stabil
0,61-1,2
Cukup stabil
<0,6
Tidak stabil
Indeks diversitas juga dapat digunakan untuk mengetaui kriteria kualitas air seperti yang terliahat pada tabel 2. Tabel 2. Kriteria kualitas air berdasarkan indeks diversitas Shannon Wiener No I
II
III
2.2.3
Indeks >3,0
Kualitas perairan Air Bersih
1,0-3,0
Setengah Tercemar
<1 3,0-4,0
Tercemar Berat Tercemar sangat ringan
2,0-3,0
Tercemar ringan
1,0-2,0 2,0
Setengah tercemar Tidak tercemar
2,0-1,0
Tercemar ringan
1,5-1,0
Tercemar sedang
<1,0
Tercemar berat
Pustaka Wilha (1975)
Wilha (1975)
Lee, dkk (1975)
Indeks Dominansi Indeks dominansi adalah analisis untuk mengetahui dominansi komunitas dengan kriteria
dominansi dinyatakan tinggi jika nilai C=1 (Odum, 1993). Untuk mengetahui indeks dominansi maka dapat digunakan formula sebagai berikut : D = ni²/N² x 100%
Dimana : D = Indeks Dominansi
Ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 3. Kriteria Indeks Dominansi (Odum, 1971 dalam Melati Ferianita, 2005) Indeks Dominansi (D)
Kriteria tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies
D=0
lainnya (stabil) terdapat spesies
D=1
yang
mendominansi
lainnya, terjadi tekanan ekologis (stres)
BAB III METODELOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
spesies
Praktikum ini dilaksanakan di jalan Srikana. Pada tanggal 19 Oktober 2010 pukul 13.00 WIB. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum teknik sampling plankton antara lain : 1. Ekman grab 2. Kantung plsatik 3. Ayakan 4. Formalin 4% 5. Ember plastic 6. Botol koleksi 7. Kunci identifikasi makroinvertebrata 3.3 Cara Kerja Langkah kerja untuk melakukan praktikum teknik sampling plankton antara lain :
Menentukan titik untuk tempat penelitian.
Mengambil sedimen dengan Ekman grab.
Menaruh sedimen di atas ayakan.
Mencuci sedimen dan mengambil hewan – hewan yang ada.
Memasukkan hewan – heawan yang ada ke dalam botol koleksi yang telah berisi formalin 4%
Member label pada setiap botol da dibawa ke laboratorium.
Mengidentifikasi dan menganalisis plankton di laboratorium
Mengidentifikasi
hewan
–
hewan
makroinvertebrata yang didapat.
Menghitung jumlah hewan, setiap jenis, dan keseluruhan jenis.
Mengetahui makroinvertebratakeseluruhan
jumlah dan
masing
–
masing jenis. DAFTAR PUSTAKA Lind, O. T. 1985. Handbook of common methods in limnology.Sec. Ed. Kendall/Hunt Publ.
Comp. Dubuque. http://www.scribd.com/doc/28958484/Pemantauan-Kualitas-Air-Sungai-Dengan-MenggunakanIndikator-Makrozoobentos Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010. Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University press. http://www.scribd.com/doc/28958484/Pemantauan-Kualitas-Air-Sungai-Dengan-MenggunakanIndikator-Makrozoobentos Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010. Rosenberg, D.M. and V.H. Resh ( eds.) 1993. Freshwater biomonitoring and benthic macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York http://www.scribd.com/doc/28958484/Pemantauan-Kualitas-Air-Sungai-Dengan-MenggunakanIndikator-Makrozoobentos Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010. Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Pro-duction of the Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia http://www.scribd.com/doc/28958484/Pemantauan-Kualitas-Air-Sungai-Dengan-MenggunakanIndikator-Makrozoobentos Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010. Anonym. 2007. Laporan Praktikum Oseanografi Biologi. http://www.scribd.com/doc/29773675/Laporan-Praktikum-Oseanografi-Biologi-IKL-07-JPKUNSOED. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.