LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS HASIL PERTANIAN “PENENTUAN KADAR VITAMIN C”
DISUSUN OLEH : NAMA
: MUHAMMAD ILHAM
NIM
: D1C012033
KELAS
: B
PRODI
: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DOSEN
: - Ir. Surhaini.M.P. - Dr. Mursalin. S,TP., M,Si.
ASISTEN
: JAUHARIE
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi. Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. AReduksi + I2 AOksidasi + IIod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru. 1.2 Tujuan Pratikum Adapun tujuan pratikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar vitamin C pada suatu komoditi bahan dan buah ( pepaya, jeruk, nanas dan mangga ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan adsorbs, dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji, 1989).
Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C berwarna putih, berbentuk kristal senyawa oganik, dan dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh (Harjadi, W. 1990). Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis dan metode iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spectrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah
digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian (Harjadi, W. 1990). Titrasi iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi . iodimetri merupakan titrasi terhadap zat-zat reduktor yang dilakukan secara langsung. Titrasi iodimetri ini dapat dilakukan untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti kadar yang terdapat dalam serbuk vitamin C. Dalam bidang farmasi metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator lainnya. Dari uraian di atas , penulis tertarik untuk membahas mengenai analisis kadar vitamin C dengan metode iodimetri (Basset, J. Dkk. 1994). Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron (Basset, J. Dkk. 1994). Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodide, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titim ekuivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu iodimetri metode langsung yaitu bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium (Poedjiadi, Anna. 1994). Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sampel dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,1 N sebagai titran. Sampel yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman penyegar untuk panas dalam dengan kemasan yang banyak dijual di pasaran dengan merk dagang adem sari. Dalam kemasan minuman disebutkan bahwa dalam minuman tersebut kaya akan vitamin C (Poedjiadi, Anna. 1994). Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti :
1.
Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,
2.
Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,
3.
Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan
4.
Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi
yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994). Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya (Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989). AReduksi + I2 Û AOksidasi + IIod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru (Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989).
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pratikum dilaksanakan pada hari jum’at 06 juni 2014 pukul 08.30 – 10.30 di Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi Pondok Meja.
3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam pratikum adalah timbangan, pisau, gelas ukur, erlemenyer, gelas piala, corong kaca, biuret, kaki tiga (statis), pemanas, labu ukur, mortal dan alu dan batang pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pepaya, nanas, jeruk, mangga, iodin 0,01 N, aquadest, dan larutan amilum 1 %. 3.3 Prosedur Kerja Siapkan alat dan bahan yang digunakan. Kupas dan timbang buah yang telah bersih menggunakan timbangan sebanyak 200 gr. Haluskan menggunakan mortal dan alu hingga diperoleh slurry kemudian timbang sebanyak 20 gr menggunakan timbangan analitik dan masukkan kedalam labu ukur 250 ml. Tambahkan aquadest hingga batas miniskus pada labu ukur 250 ml dan homogenkan hingga homogen. Ambil larutan yang telah homogen sebanyak 20 ml menggunakan gelas ukur dan masukkan kedalam erlemeyer tambahkan aquadest sebanyak 70 ml. Tambahkan larutan amilum kedalam erlemeyer sebanyak 1 ml menggunakan pipet dan lakukan titrasi. Isi biuret dengan larutan iodin 0,01 N untuk digunakan mentitrasi larutan yang akan dianalisa vitamin C-nya. Catat volume yang digunakan dalam mentitrasi hingga larutan berubah warna. Hitung menggunakan rumus sebagai berikut untuk mengetahui jumlah kadar vitamin C-nya.
3.4 Diagram Alir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil KELOMPOK
SAMPEL
ml IODIN
KADAR VITAMIN C
1 2 3 4
4.2 Pembahasan Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi mahluk hidup. Berhubung vitamin tidak disintesa dalam tubuh maka vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192oC, bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sampel dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,01 N sebagai titran dan amilum sebagai indikator. titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C. Penentuan vitamin C (asam askorbat) dilakukan dengan titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan I2. Reaksi :
Fungsi larutan iod ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan berwarna biru
karena pereaksi yang berlebih. Sebelum dititrasi, sampel ditambahkan 1 ml larutan amilum yang berperan sebagai indikator. Larutan amilum bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan titrasi iodimetri ( titrasi langsung) yang menggunakan larutan I2 0,01 N sebagai larutan baku dan larutan amilum sebagai indikator. Sampel yang digunakan ialah sampel dari buah pepaya, mangga, nanas dan jeruk. Hasil tidak terdeteksi karena Iodin yang digunakan terlalu encer yang seharusnya digunakan 0,1 N sedangkan yang digunakan adalah 0,01 N.
DAFTAR PUSTAKA Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel – Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar–Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty.