TUJUAN 7
Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
79
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Indikator: • Proporsi luas lahan yang tertutup hutan. • Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan. • Energi yang dipakai (setara barel minyak) per PDB (juta rupiah). • Emisi CO2 (per kapita). • Jumlah konsumsi zat perusak ozon (metrik ton). • Proporsi penduduk berdasarkan bahan bakar untuk memasak. • Proporsi penduduk yang menggunakan kayu bakar dan arang untuk memasak.
Keadaan dan kecenderungan
menurun dari 67,7 persen pada 1993 menjadi 64,2 persen pada 2001. Penyusutan luas hutan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain penjarahan hu-
Menurunnya proporsi luas kawasan hutan ter-
tan, kebakaran, perubahan (konversi) untuk kegiatan
hadap luas daratan. Luas kawasan hutan tetap di
pembangunan lain di luar kehutanan seperti untuk
Indonesia berdasarkan Penunjukan Kawasan Hutan
pertambangan dan pembangunan jalan, permukim-
dan Perairan tahun 2002 adalah 91,22 juta ha, tidak
an, dan sebagainya.
termasuk tiga provinsi yang masih dalam proses penunjukan (Provinsi Sumatera Utara, Riau, Kaliman-
Laju deforestasi selama kurun waktu 1985 sampai
tan Tengah). Berdasarkan penafsiran citra Landsat 7
dengan 1997 untuk bioregion Sumatera, Kalimantan,
ETM+ liputan tahun 1999/2000 kawasan hutan tetap
Sulawesi, Maluku, dan Papua adalah sekitar 1,8 juta
seluruh Indonesia adalah seluas 110 juta ha dengan
ha/tahun. Terjadinya krisis ekonomi dan penerapan
luas kawasan yang masih berhutan adalah 72 juta ha,
otonomi daerah diperkirakan meningkatkan laju de-
sedangkan areal yang lain berupa non-hutan dan tidak ada data (tertutup awan).
Gambar 7.1. Penggunaan energi komersil per juta rupiah Produk Domestik Bruto (PDB)
Berdasarkan data Statistik Kehutanan Indonesia
1.2
tahun 1993 dan 2001, kondisi luas hutan Indonesia
1.0
telah menyusut dari 130,1 juta ha menjadi 123,4 juta ha (Tabel 7.1). Dengan demikian, proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daratan di Indonesia
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Sumber: Statistik Ekonomi Energi 2000, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
80
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
forestasi setelah tahun 1997. Penurunan luas hutan
donesia juga memiliki kawasan konservasi laut yang
sekaligus juga merupakan penurunan fungsi dan
signifikan. Kawasan ini terdiri atas 35 unit dengan
peran ekologis hutan terhadap lingkungan yang akan
luas 4.723.474 ha, mencakup jenis cagar alam, suaka
berakibat pada terjadinya krisis air di masa depan.
margasatwa, taman wisata, dan taman nasional
Kecilnya rasio kawasan lindung. Kawasan lindung
Pengelolaan kawasan lindung dianggap penting
dapat berupa kawasan konservasi dan lindung. Ka-
bagi Indonesia dan masyarakat internasional se-
wasan konservasi meliputi kawasan konservasi da-
hingga banyak proyek bantuan atau pinjaman un-
ratan dan perairan yang terdiri atas cagar alam, suaka
tuk kegiatan tersebut baik dari pemerintah dalam
margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, ta-
dan luar negeri maupun organisasi nonpemerintah
man hutan raya, dan taman buru. Termasuk di dalam
lokal, nasional, dan internasional. Namun ancaman
kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
yang dihadapi juga tidak kalah banyaknya, terutama
sebagai hutan lindung. Dengan mengacu pada defi-
penebangan liar di taman-taman nasional. Di era re-
nisi yang digunakan secara internasional mengenai
formasi dan otonomi daerah saat ini, semakin banyak
kawasan lindung, keenam tipe kawasan konser-
hutan dijarah, penebangan liar semakin meningkat,
vasi itu dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu
dan batas wilayah konservasi tidak diakui. Degradasi
sepenuhnya dilindungi atau totally-protected area
ini terjadi tidak semata-mata karena penegakan hu-
(cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasio-
kum yang lemah namun juga karena maksud dan
nal) dan sebagian dilindungi atau partially-protected
tujuan pembangunan jangka panjang serta fungsi
area (taman wisata alam, taman hutan raya, dan ta-
cagar biosfer belum dipahami dengan baik.
man buru). Perlindungan terhadap kawasan lindung ini bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman
Semakin tidak efisiennya pemakaian energi. Pe-
hayati yang terkandung di dalamnya dan menjaga
makaian energi final total di Indonesia pada 2000
kelangsungan fungsi ekologis kawasan terhadap
adalah 641.270.629 SBM (setara barel minyak) atau
lingkungan dalam lingkup luas.
sebesar 421.276.658 SBM dengan tidak memasukkan pemakaian biomasa (energi komersial). Angka
Pada 2002, Indonesia memiliki hutan lindung seluas
ini meningkat dengan pertumbuhan rata-rata dari
32.338.029,02 ha dan kawasan konservasi daratan
1993 hingga 2000 sebesar 3,78 persen per tahun un-
sebanyak 371 unit seluas 18.344.410,04 ha. Dengan
tuk pemakaian total atau 5,39 persen per tahun untuk
demikian, luas kawasan lindung adalah 50.682.439,05 ha.a Rasio kawasan lindung terhadap total luas da-
Gambar 7.2. Jumlah emisi CO2 and CO2-e
ratan Indonesia 26,4 persen dari total luas daratan yang merupakan kawasan konservasi (Tabel 7.2).1 Bioregion Papua memiliki rasio tertinggi sebesar 41,3 persen; disusul Sulawesi sebesar 32,8 persen; Maluku 26,6 persen; Nusa Tenggara 24,4 persen; Sumatera 23,5 persen; Kalimantan 19,5 persen; dan terendah Jawa-Bali 9,5 persen. Sebagai negara kepulauan, In-
a
Sumber: National Strategy Study on Clean Development Mechanism in Indonesia 2001, KLH Catatan: angka sesudah tahun 1994 adalah angka proyeksi.
Kawasan konservasi darta tersebut terdiri atas: 61,6 persen merupakan taman nasional; 19,2 persen suaka margasatwa; 14,6 persen cagar alam; 1,8 persen taman hutan raya; 1,5 persen taman wisata alam dan 1,2 persen taman buru
81
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
energi komersial (Tabel 7.3).2 Pada kurun waktu yang
tribusi 11–33 persen, sedangkan sektor pertanian 12
sama, pendapatan domestik bruto (PDB) mengalami
persen dari total emisi.
perubahan dengan angka pertumbuhan tertinggi 8,2 Gambar 7.3. Jumlah emisi CO2 per kapita
persen pada 1995 dan terendah -13,13 persen pada 1998 (PDB menurut harga konstan tahun 1993). Pe-
2.700 2.600
ningkatan angka perbandingan penggunaan energi
2.500
komersial dengan PDB dari 1993 ke 2000 menun-
2.300
jukkan semakin tidak efisiennya pemakaian energi
2.100
di Indonesia. Emisi CO2 per kapita nasional. Komunikasi Nasional Indonesia Pertama pada 1999 telah meng-
2.400 2.200 2.000
Sumber: National Strategy Study on Clean Development Mechanism in Indonesia 2001, KLH. Catatan: angka sesudah tahun 1994 adalah angka proyeksi. Data populasi berdasarkan sensus 1990 dan 2000, serta SUPAS 1995.
inventarisasi semua gas rumah kaca (GRK) yang penting, yaitu CO2, CH4, N2O, NOx, dan CO3. Ketepatan
Lemahnya kontrol terhadap konsumsi bahan-ba-
menduga emisi dan penyerapan GRK dari atmosfer
han yang membahayakan ozon (ozone depleted
pada umumnya tergantung tersedianya dan kete-
substance atau ODS). Berdasarkan laporan awal
patan data kegiatan dan faktor emisi. Di antara tiga
yang dibuat pada 1994, konsumsi ODS pada 1992
sektor utama (energi, pertanian, dan kehutanan),
mencapai 7.815 MT (metric ton), yang setara dengan
sektor kehutanan memiliki ketidakpastian tertinggi,
6.567,3 ODP (Ozone Depleted Potential) ton. ODS
sedangkan sektor energi memiliki ketidakpastian
yang diperhitungkan adalah CFC-11, CFC-12, CFC-
terendah.
113, CFC-115, H-1211, H-1301, CTC, dan TCA, yang penggunaannya untuk foam, kulkas dan pendingin
Pada 1990 hingga 1994 emisi GRK (CO2, CH4, dan
udara, halon product, aerosol, dan bahan pelarut.
N2O) di Indonesia tumbuh 6,5 persen per tahun
Selanjutnya berdasarkan laporan pembaruan pada
(Tabel 7.4), dengan proporsi gas CO2 sebesar 70
2000, konsumsi ODS mengalami fluktuasi setiap ta-
persen. Dalam kurun waktu itu, 35–60 persen dari
hunnya (Tabel 7.6 dan Gambar 7.4).
total emisi berasal dari sektor ekonomi yang memerlukan energi (industri, transportasi, permukiman,
Indonesia merupakan salah satu negara peserta
dan komersial), 20–50 persen dari sektor kehutanan,
dalam program penghapusan bahan-bahan yang
dan 15–25 persen dari sektor pertanian. Fluktuasi proporsi emisi ini terutama disebabkan oleh pe-
Gambar 7.4. Konsumsi Ozone Depleting Substances
4
rubahan tingkat pembukaan hutan. Emisi CO2 dan
10.000
tahun hingga dua dekade mendatang (Gambar 7.3
8.000
dan Tabel 7.5). Sektor-sektor pengkonsumsi energi
6.000 4.000
(energy-demand sectors) menjadi kontributor utama
2.000
emisi GRK dan peningkatannya hingga dua dekade
0
mendatang. Sektor kehutanan diperkirakan berkon-
82
12.000
CO2-e diperkirakan akan tumbuh tiga persen per
Sumber: Indonesia Country Programme Update, Kementrian Lingkungan Hidup, 2000
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
membahayakan ozon berdasarkan Protokol Montre-
men Energi dan Sumberdaya Mineral membedakan
al (Programme for the Phase-out of Ozone Deplet-
biomasa ke dalam dua kelompok, yaitu kayu bakar
ing Substances Under the Montreal Protocol) sejak
(kayu dan limbah kayu) dan limbah pertanian (sekam,
1992. Sejak 1998, impor CFC, barang-barang me-
batang padi, tandan kelapa sawit, tempurung kela-
ngandung CFC, dan barang-barang yang diproduksi
pa, dan lain-lain). Biomasa merupakan bahan bakar
menggunakan CFC secara resmi telah dilarang.5
yang paling banyak digunakan untuk memasak oleh
Namun sejak krisis ekonomi permintaan ODS dalam
sebagian besar rumah tangga di Indonesia selain
berbagai sektor diprediksikan kembali meningkat.
listrik, gas, dan minyak tanah. Bahan bakar biomasa
Permintaan itu tidak dapat dipenuhi oleh produksi
yang paling banyak digunakan adalah kayu bakar
dalam negeri, di lain pihak impor terhadap ODS juga
dan arang.
semakin dibatasi. Kenyataan bahwa permintaan itu masih terpenuhi mengindikasikan terjadinya impor
Persentase penduduk yang menggunakan kayu ba-
dan perdagangan ODS secara ilegal. Bentuk nega-
kar dan arang di Indonesia menurun pada periode
ra kepulauan yang luas membuat kontrol terhadap
1989-2001. Penurunan ini berkaitan dengan mening-
usaha impor ilegal dan penggunaan ODS sangat
katnya penggunaan listrik, gas, dan minyak tanah se-
sulit dilakukan.
bagai bahan bakar alternatif untuk memasak (Tabel 7.7 dan 7.8 dan Gambar 7.5).
Dengan adanya kelemahan pengawasan/kontrol terhadap penggunaan ODS, perlu diadakan aman6
demen terhadap peraturan yang berlaku. Amandemen ini bertujuan untuk membantu industri mene-
Gambar 7.5. Proporsi penduduk menurut penggunaan jenis bahan bakar untuk memasak %
ngah ke bawah yang belum mendapatkan bantuan dana hibah ataupun teknis agar dapat mengganti teknologi ODS dengan teknologi non-ODS sesuai dengan kriteria yang berlaku internasional. Selanjutnya, pemerintah menerapkan mekanisme pelaporan dan monitoring kepada para importir yang diharapkan dapat mengurangi impor ilegal.7
Sumber: Susenas
Tantangan Menurunnya proporsi penduduk yang menggunakan biomasa. Persentase penduduk yang meng-
Di masa depan, ada empat isu yang menjadi poin
gunakan biomasa merupakan salah satu indikator
utama dalam mewujudkan tatanan pembangunan
yang digunakan World Health Organization (WHO)
berkelanjutan dan mengembalikan sumber daya
untuk memantau polusi dalam ruangan. WHO
yang hilang, yakni krisis ekonomi dan reformasi,
mendefinisikan indikator ini sebagai persentase pen-
desentralisasi, globalisasi, dan governance. Krisis
duduk yang membakar materi dari tumbuhan dan
ekonomi memperburuk keadaan ekonomi sepertiga
hewan sebagai bahan bakar. Di Indonesia, Departe-
masyarakat di kawasan hutan dan mengakibatkan
83
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
semakin maraknya penebangan liar.8 Perubahan
hidup; (6) memelihara kawasan konservasi yang su-
dengan adanya reformasi memberikan peluang
dah ada dan menetapkan kawasan konservasi baru
bagi perbaikan di masa mendatang. Desentralisasi
di wilayah tertentu; dan (7) mengikutsertakan ma-
pemerintah dan pengelolaan keuangan di tingkat
syarakat untuk menanggulangi masalah lingkungan
kota/kabupaten dan hilangnya hubungan hirarki
global. Upaya-upaya tersebut dijabarkan ke dalam
antara provinsi dan kota/kabupaten dapat mem-
lima program pembangunan yang direncanakan
buka peluang bagi perbaikan pengelolaan sumber
untuk dilaksanakan. Kelima program itu saling ter-
daya alam, konservasi, dan efisiensi. Namun hal itu
kait satu sama lain dengan tujuan akhirnya adalah
juga akan memperburuk kerusakan sumber daya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil
hayati ketika keanekaragaman hayati ditempatkan
dan berkelanjutan dalam kualitas lingkungan hidup
sebagai sumber tambahan pendapatan dan peneri-
yang semakin baik dan sehat. Program-program
9
maan daerah. Globalisasi juga menyajikan peluang
itu adalah:
dan tantangan bagi pembangunan berkelanjutan.
1. Program pengembangan dan peningkatan
Globalisasi ini mencakup globalisasi kebijakan, ilmu
akses informasi sumber daya alam dan lingku-
pengetahuan, dan teknologi.
ngan hidup. 2. Program peningkatan efektivitas pengelolaan,
Kebijakan dan program
konservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam. 3. Program pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Di dalam Propenas 2000–2004, kebijakan di bidang
4. Program penataan kelembagaan dan penegakan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hukum pengelolaan sumber daya alam dan pe-
hidup ditujukan pada upaya: (1) mengelola sum-
5. Program peningkatan peranan masyarakat dalam
pun yang tidak dapat diperbarui melalui penera-
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
pan teknologi ramah lingkungan dengan mem-
lingkungan hidup.
perhatikan daya dukung dan daya tampungnya; (2) menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan; (3) mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap kepada pemerintah daerah; (4) memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (5) menerapkan secara efektif penggunaan indikator-indikator untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
84
lestarian lingkungan hidup.
ber daya alam, baik yang dapat diperbarui mau-
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015. Indikator: • Proporsi penduduk dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan berkelanjutan. • Proporsi penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.
Keadaan dan kecenderungan
nisikan di atas tanpa memperhitungkan jarak dari tempat pembuangan tinja. Air menurut definisi ini kemungkinan besar akan terkontaminasi.
Air minum
Dari grafik, Indonesia masih memiliki cakupan pela10
yanan air perpipaan yang sangat rendah (definisi 1),
Definisi sumber air. Untuk indikator ini, saat ini tidak
dan proses ini telah berlangsung lebih dari 10 tahun.
ada kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan
Penggunaan definisi kedua, dengan memperhi-
akses yang berkelanjutan. Juga terdapat beberapa
tungkan jarak terhadap tempat pembuangan tinja,
definisi dari sumber air yang terlindungi (improved
menunjukkan bahwa hanya 50 persen penduduk
water source). Di Indonesia, cakupannya bervariasi
yang memiliki akses terhadap air dari sumber yang
tergantung definisi yang digunakan.
terlindungi.
1. Persentase rumah tangga yang menggunakan air perpipaan, dengan asumsi lebih andal (reliable)
Terjadi perbedaan kualitas air yang dihasilkan
dan lebih sehat dibandingkan dengan sumber air
oleh PDAM dan yang diterima oleh masyarakat
lainnya.
konsumen. Sampai saat ini kualitas air yang disalur-
2. Persentase penduduk yang menggunakan air
kan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kepada
dari sumber yang terlindungi dengan jarak lebih
masyarakat konsumen tidak/belum mencapai stan-
dari 10 meter dari tempat pembuangan tinja.
dar air minum,a melainkan sebatas air bersih.b Secara
Sumber-sumber ini meliputi: air perpipaan, air
teknis, air yang diproduksi oleh PDAM sebenarnya
pompa, air kemasan, air dari sumur atau mata air
layak untuk langsung diminum. Walaupun demikian,
yang dilindungi, dan air hujan.
kondisi jaringan distribusi yang kurang layak serta
3. Persentase rumah tangga yang menggunakan
pelayanan yang masih belum mencapai 24 jam/hari
air dari sumber yang terlindungi seperti didefi-
untuk sebagian besar wilayah pelayanan menye-
a b
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002, definisi air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa memlaui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum Definisi air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
85
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
babkan kotoran dapat masuk ke dalam jaringan
pembangunan. Di samping itu, sekalipun pengelo-
distribusi itu sehingga air yang diterima konsumen
laan air minum telah menjadi wewenang pemerin-
tidak aman lagi untuk langsung diminum tanpa me-
tah kabupaten/kota, masih berkembang anggapan
lalui pengolahan (dimasak/disaring) lebih dahulu.
bahwa pemerintah pusat masih berwenang secara
Dengan demikian, penyaluran air minum memerlu-
penuh dalam penyediaan dan pengelolaan air mi-
kan perbaikan dan peningkatan pada kemampuan
num. Hal ini tecermin pada pola pembiayaan pem-
memasok air selama 24 jam terus menerus serta
bangunan prasarana dan sarana air minum yang
perbaikan dan penyempurnaan jaringan pipa dis-
hingga saat ini masih sangat tergantung sumber
tribusinya. Hal ini berimplikasi terhadap besarnya
anggaran pemerintah pusat. Dengan keterbatasan
investasi yang diperlukan. Secara ringkas, masih ter-
dana yang dimiliki oleh pemerintah pusat sedang-
jadi kemelesetan (mismatch) antara kebutuhan ma-
kan kebutuhan masyarakat terhadap air minum se-
syarakat terhadap kualitas air yang layak minum dn
makin meningkat, bila pola pembiayaan itu tidak
pasokan air yang disediakan oleh penyedia (PDAM)
mengalami penyesuaian sesuai jiwa desentralisasi
yang baru mencapai kualitas air bersih.
dikhawatirkan target MDG tidak dapat tercapai.
Penyediaan air minum belum menjadi prioritas
Ketersediaan data. Salah satu masalah pokok yang
pemerintah. Walaupun telah dinyatakan oleh PBB
dihadapi dalam pencapaian target MDG berkaitan
bahwa ketersediaan air minum telah menjadi hak
dengan sektor air minum adalah kurang tersedianya
asasi manusia, penyediaan air minum di Indonesia
data yang standar dan akurat, terutama untuk keper-
belum menjadi salah satu prioritas utama dalam
luan pemetaan daerah-daerah yang kekurangan air
Gambar 7.6. Akses air minum menurut perbedaan definisi %
Sumber: Susenas
86
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
minum. Beberapa data yang tersedia lebih banyak
pelayanan sampai saat ini diakui masih sangat ber-
menggambarkan kondisi pelayanan air minum per-
orientasi pasokan (supply), sehingga sering terjadi
pipaan di kawasan perkotaan. Hal ini disebabkan di
kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dan
kawasan perkotaan sebagian besar kebutuhan air
pasokan air minum. Cukup banyak terjadi jenis
minum masyarakat dipenuhi oleh PDAM yang mem-
dan tingkat pelayanan yang diberikan tidak sesuai
punyai database pelanggan serta pada umumnya
dengan keinginan masyarakat penerima. Hal ini ber-
mempunyai manajemen lebih baik dibandingkan
akibat pada rendahnya kemauan masyarakat untuk
dengan kawasan pedesaan. Sedangkan pelayanan
membayar pelayanan yang ada sehingga banyak
air bersih di pedesaan yang sebagian operatornya
dijumpai prasarana dan sarana air minum yang diba-
11
belum
ngun tidak dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi
mempunyai mekanisme yang jelas mengenai kom-
ini semakin mempersulit upaya peningkatan caku-
pilasi data prasarana dan sarana yang ada. Hal lain
pan pelayanan air minum. Yang menjadi kendala
yang terkait dengan ketersediaan data, saat ini data
utama pada kelemahan teknis adalah terbatasnya
yang ada lebih banyak menggambarkan kuantitas
anggaran untuk penyempurnaan sistem jaringan
dibandingkan cakupan nyata dan kualitas prasa-
pelayanan air minum, mulai dari pengumpulan (in-
rana dan sarana yang terbangun sehingga reliabili-
take), jaringan transmisi, instalasi pengolahan air,
tas data cakupan air bersih masih dipertanyakan.
penampungan (reservoir), jaringan distribusi, hingga
adalah organisasi masyarakat setempat,
sambungan rumah. Sedangkan kelemahan manajeRendahnya tingkat pelayanan air bersih oleh
rial disebabkan manajemen/pengelola pelayanan
PDAM di Indonesia. Jumlah penduduk di ka-
air minum tidak dapat menjalankan perannya secara
wasan perkotaan yang mempunyai akses terhadap
profesional, yang antara lain disebabkan oleh keti-
air bersih (minum) perpipaan pada akhir 1980-an
dakjelasan hubungan dan kewenangan antara opera-
hingga awal 1990-an berhasil ditingkatkan dengan
tor (institusi) yang mengelola pelayanan air minum
laju rata-rata sekitar 6,5 persen per tahun, sedang-
dan regulator yang melakukan pengaturan pelayan-
kan jumlah penduduk yang tidak memiliki akses
an air minum. Lemahnya independensi PDAM untuk
terhadap sistem air bersih (minum) perpipaan juga
menentukan program investasi dan mengelola usa-
meningkat rata-rata 4,3 persen per tahun.12 Namun,
hanya secara perusahaan berakibat pada banyaknya
berdasarkan data yang ada, sampai dengan tahun
PDAM yang terlibat krisis keuangan. Saat ini, dari
2000 tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM di ka-
total 293 PDAM, 201 PDAM memiliki utang dengan
wasan perkotaan baru mencapai 51,7 persen dan
total nilai mencapai kurang lebih Rp 4,2 triliun.
di kawasan perdesaan baru 5,4 persen. Tingkat pelayanan itu diperkirakan baru mampu melayani
Tingginya tingkat un-accounted for water. Un-ac-
56,6 juta jiwa, berdasarkan kriteria pelayanan untuk
counted for water adalah air yang tidak menghasil-
4.748.000 unit sambungan rumah dan 85.700 unit hi-
kan penerimaan bagi PDAM, atau populer dengan
dran umum yang berhasil dibangun sampai saat ini.
sebutan tingkat kebocoran air. Data menunjukkan
Masalah pokok yang dihadapi oleh PDAM adalah
bahwa pada 2000 tingkat kebocoran air untuk PDAM
kelemahan pada perencanaan penyediaan, kelemah-
seluruh Indonesia antara 22–43 persen, dengan
an teknis, dan kelemahan manajerial. Perencanaan
rata-rata sebesar 36 persen. Jumlah ini mencakup
87
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
kebocoran administratif, misalnya pencurian air dan
Rendahnya keterlibatan swasta. Sampai saat ini
lemahnya pencatatan meter air, dan kebocoran
keterlibatan swasta dalam pembangunan dan pe-
teknis yang umumnya disebabkan oleh kebocoran
ngelolaan air bersih (air minum) di Indonesia masih
pada jaringan pipa distribusi. Selama ini telah di-
sangat rendah, yaitu hanya 20 perusahaan swasta
lakukan upaya-upaya untuk mengurangi tingkat
yang telah beroperasi. Kurangnya keterlibatan swasta
kebocoran melalui kegiatan pelatihan teknis, per-
disebabkan oleh belum jelasnya peraturan perun-
baikan struktur penggajian dan pengawasan pada
dang-undangan yang mengatur privatisasi maupun
PDAM, dan penggantian pada sebagian pipa dis-
public-private partnership dalam pembangunan dan
tribusi yang bocor. Mengingat penurunan kebo-
pengelolaan air bersih (air minum). Ketersediaan per-
coran administratif dan manajemen relatif lebih
aturan perundang-undangan yang jelas dan mantap
mudah untuk ditangani, perlu ditingkatkan pelak-
serta jaminan penegakan hukum (law enforcement) itu
sanaannya pada masa-masa mendatang, antara
merupakan titik kritis mengingat pembangunan dan
lain melalui perbaikan kemampuan manajerial dari
pengelolaan air bersih (air minum) merupakan investa-
PDAM yang bersangkutan.
si padat modal, jangka panjang, dan beresiko tinggi.
Tingginya biaya investasi air minum. Bila dili-
Penurunan kualitas dan kuantitas sumber air baku.
hat perkembangannya, pada kapasitas terpasang
Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi saat ini
pada tahun mencapai 95.000 l/detik, sehingga un-
sangat berpengaruh terhadap penurunan kuantitas
tuk mencapai target kapasitas terpasang 168.000
dan kualitas sumber daya air, terutama untuk me-
l/det pada tahun 2015, harus ada penambahan
menuhi kebutuhan air baku (raw water) yang akan
minimal 93.000 l/detik. Dengan mempergunakan
diolah sebagai air minum. Ketersediaan air baku di
standar kebutuhan anggaran yang diperlukan un-
Pulau Jawa dan Pulau Bali telah mendekati titik kritis.
tuk membangunan prasarana dan sarana air mi-
Keterbatasan kuantitas air diperburuk oleh dampak
num (safe drinking water), maka dibutuhkan ang-
dari desentralisasi, yaitu dengan batasan kewenan-
garan khusus untuk bidang air minum sebesar
gan PDAM yang didasarkan atas batas administrasi
Rp 42,8 triliun atau setiap tahunnya (hingga 2015)
kabupaten/kota, sehingga daerah yang tidak memi-
harus disediakan anggaran minimal Rp 3,3 triliun
liki sumber air baku yang cukup kesulitan untuk me-
dengan tidak memasukkan kebutuhan anggaran
menuhi kebutuhan masyarakatnya.
untuk pengembangan institusi investasi per kapita
88
US$ 40. Kebutuhan anggaran itu akan dipergunakan
Kualitas air di beberapa aliran sungai juga menurun
untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengem-
akibat polusi, baik yang berasal dari limbah domes-
bangkan sistem pelayanan teknis yang ada saat
tik maupun industri, ataupun usaha lain seperti per-
ini, serta pembangunan baru prasarana dan sarana
tambangan dan penggunaan pestisida. Selain itu,
air minum yang dimulai dengan pengadaan air
mengingat masih tingginya persentase penduduk
baku, pembangunan sarana pengambilan (intake)
yang memenuhi kebutuhan air minumnya sendiri
air baku, pipa transmisi, instalasi pengolahan air
(yang bersumber dari sumur dangkal, sumur dalam),
(treatment plant), penampungan (reservoir), jaring-
maka perlu diupayakan agar sumber-sumber air
an distribusi, hingga sambungan rumah.
itu dapat terus terjaga kuantitas dan kualitasnya;
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
salah satunya adalah dengan memberikan priori-
pelayanan air minum. Bahkan ada banyak kasus
tas penanganan air buangan domestik atau sanitasi
di mana masyarakat miskin harus membayar lebih
rumah tangga pada daerah-daerah yang memiliki
mahal dibandingkan masyarakat yang lebih mampu
potensi air sumur dalam dan dangkal yang baik.
untuk mendapatkan air minum. Untuk memobilisasi daya tersembunyi, hal pertama yang harus dilakukan
Rendahnya kepedulian dan kesadaran masyara-
adalah mengidentifikasi secara tepat potensi ma-
kat. Rendahnya cakupan air bersih (air minum) di ka-
syarakat itu, mencakup besaran dan lokasinya, untuk
wasan pedesaan erat kaitannya dengan rendahnya
dapat dijadikan dasar dalam memenuhi permintaan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
yang ada, termasuk dalam merencanakan alokasi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kondisi
subsidi yang mungkin diperlukan untuk menjamin
ini mengakibatkan tingginya angka kejadian diare,
pemenuhan kebutuhan air. Dengan demikian, jenis
penyakit kulit, dan penyakit lain akibat rendahnya
dan tingkat pelayanan air minum yang disediakan
kualitas air yang digunakan. Program peningkatan
dapat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kon-
kepedulian dan kesadaran masyarakat pedesaan
sumen sehingga dapat terpasarkan secara optimal.
saat ini mulai dilaksanakan melalui beberapa pro-
Hal ini akan membantu menciptakan sistem penye-
gram penyediaan air bersih di pedesaan, seperti
diaan air minum yang berkelanjutan. Penyediaan air
WSLIC 2 (Water and Sanitation for Low Income
minum yang berkelanjutan ini hanya dapat dicapai
Communities – Phase 2), ProAir (Penyediaan Air Ber-
bila melibatkan masyarakat pengguna sejak dini,
sih di Perdesaan), Rural Water Supply in NTB &NTT,
mulai dari indikasi kemampuan membayar, penen-
CWSH (Community Water Services and Health).
tuan pilihan sarana, pembangunan, pengoperasian
Selain itu, terdapat beberapa kegiatan penyedia-
dan pengelolaannya, serta pengembangan pe-
an dan pengelolaan air bersih perdesaan yang di-
layanannya. Keterlibatan perempuan dalam proses
lakukan oleh masyarakat sendiri dengan dibantu
pembangunan dan penyediaan air minum telah ter-
oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM). Namun
bukti meningkatkan jaminan keberlanjutan sistem
masih diperlukan kegiatan, sosialisasi, dan kampa-
yang dibangun.
nye kepada masyarakat untuk meningkatkan upaya pemenuhan kebutuhan air minum. Di samping itu, masyarakat masih memerlukan bimbingan teknis
Sanitasi dasar
pemanfaatan, pengoperasian, dan pemeliharaan
Aksesibilitas masyarakat terhadap sarana sani-
sarana air minum.
tasi dasar. Bila dilihat data yang tersedia di BPS, secara umum tingkat aksesibilitas masyarakat (rumah
Terdapat potensi pada masyarakat, juga ma-
tangga) terhadap sarana jamban dikategorikan
syarakat miskin. Berdasarkan pengalaman kajian
tinggi, terutama di daerah perkotaan. Tingkat ak-
empiris dalam penyediaan air minum untuk ma-
sesibilitas ini tidak memperhitungkan kepemilikan,
syarakat pedesaan maupun perkotaan dapat ditarik
sehingga data itu hanya menyampaikan kondisi
pelajaran bahwa masyarakat memiliki daya tersem-
rumah tangga yang menggunakan jamban, baik
bunyi (hidden potential) dalam bentuk kesediaan
jamban pribadi, jamban bersama, ataupun jamban
untuk membayar atau willingness to pay untuk
umum. Yang menjadi masalah adalah data ini tidak
89
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
menggambarkan kondisi sanitasi sesungguhnya di
tas. Hal ini tecermin dari alokasi anggaran yang
lapangan. Data ini tidak menjelaskan kualitas jam-
sangat sedikit untuk pembangunan sanitasi dasar.
ban itu, apakah berfungsi dengan baik, apakah di-
LSM yang bergerak di bidang sanitasi pun masih
gunakan sesuai dengan peruntukkannya, apakah
sangat sedikit. Selain kurangnya pemahaman akan
sesuai dengan standar kesehatan maupun teknis
pentingnya sanitasi, kondisi ini juga disebabkan
yang telah ditetapkan dan sebagainya. Dengan
terbatasnya dana yang tersedia untuk membiayai
adanya beberapa pertanyaan itu, perlu dilakukan
kegiatan sanitasi.
klarifikasi di lapangan agar dapat diketahui kondisi Pentingnya sanitasi/penanganan buangan padat
sesungguhnya di lapangan.
dan cair industri dan rumah tangga. Rendahnya Gambar 7.7. Proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi yang layak
%
cakupan pelayanan PDAM, terutama untuk daerah perkotaan sebesar 51,7 persen menunjukkan bahwa setengah lebih dari jumlah penduduk perkotaan di Indonesia masih mendapatkan air minumnya dari sumur-sumur dalam/dangkal maupun membeli dari pedagang air. Penanganan limbah padat dan cair rumah tangga secara baik akan membantu mencegah kemungkinan tercemarnya sumur-sumur
Sumber: Susenas
itu, misalnya dengan cara menyediakan septik tank ataupun pipa saluran air buangan yang memenuhi Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas ling-
persyaratan kesehatan.
kungan. Masyarakat, terutama di perdesaan, kurang memahami pentingnya sanitasi bagi kesehatan
Dampak terhadap kesehatan masyarakat. Persoal-
mereka, yang salah satunya disebabkan rendahnya
an-persoalan di atas menyebabkan penurunan
pengetahuan mereka. Kondisi ini menyebabkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui timbulnya
banyak jamban yang tidak digunakan sebagaimana
penyakit-penyakit, seperti diare dan malaria. Suatu
mestinya, bahkan ada yang menggunakan jamban
survei sumur dangkal di Jakarta menunjukkan bah-
a
Rendahnya
wa pencemaran air tanah oleh buangan manusia,
tingkat kesadaran juga menyebabkan pelayanan sa-
yang diukur dengan fecal coliform, telah terjadi
sebagai tempat menyimpan buah.
rana sanitasi yang terbangun tidak dapat berkelan-
dalam skala yang amat luas. Data menunjukkan
jutan. Banyak fasilitas MCK (mandi-cuci-kakus) yang
bahwa 84 persen dari sampel menunjukkan adanya
dibangun tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan
pencemaran terhadap air tanah. Pencemaran air
baik bahkan terabaikan.
bukan hanya membawa dampak negatif terhadap kesehatan manusia karena meningkatnya penyakit
Rendahnya kepedulian pemerintah, wakil rak-
diare, tetapi juga biaya yang terus meningkat un-
yat, dan swasta akan persoalan sanitasi. Peme-
tuk pengolahan air.
rintah, baik pusat maupun daerah, dan wakil rakyat tidak memandang persoalan sanitasi sebagai priori-
a
90
Hasil uji coba WASPOLA di kabupaten Garut pada proyek UNICEF, 2002
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Tantangan
dan sehat kepada masyarakat sehingga timbul permintaan dari masyarakat dan meningkatkan rasa memiliki atas sistem yang ada sehingga
Air minum
masyarakat mau ikut memelihara dan mengelola
Dalam pencapaian target MDG, khususnya yang terkait dengan penyediaan air minum, beberapa
prasarana dan sarana yang terbangun. • Keseluruhan anggaran yang dibutuhkan sampai
tantangan yang dihadapi adalah:
tahun 2015, sesuai dengan asumsi yang telah
• Kesepakatan kualitas air yang dialirkan ke ma-
disampaikan sebelumnya, untuk bidang air mi-
syarakat harus memenuhi standar kualitas air
num mencapai Rp 4,28 triliun atau setiap tahun
layak minum (safe drinking water). Hal ini masih
harus disediakan minimal Rp 3,3 triliun agar ter-
menjadi perdebatan karena adanya kekhawatir-
jadi penambahan kapasitas pengaliran minimal
an bila air yang dialirkan adalah air minum, maka
93.000 l/detik. Tantangan bagi pemerintah adalah
investasi yang dibutuhkan menjadi sangat mahal
bagaimana dana yang terbatas itu benar-benar
dan menjadi beban yang berat bagi PDAM untuk
dapat dimanfaatkan secara strategis serta mam-
melayani masyarakat dengan menggunakan stan-
pu menstimulasi mobilisasi dana di masyarakat.
dar itu. Yang terpenting adalah bahwa pemerin-
• Terkait dengan keterbatasan dana pemerintah,
tah, melalui PDAM dan peran serta swasta dan
tantangan lain yang dihadapi adalah meningkat-
masyarakat, dapat menjamin tersedianya akses
kan partisipasi aktif dunia usaha, swasta, dan ma-
terhadap sumber air yang layak untuk dijadi-
syarakat untuk turut serta membiayai investasi air
kan air minum setelah melalui pengolahan yang dapat dilakukan sendiri dan terjangkau oleh ma-
minum. •
Sebagai acuan awal bagi pencapaian target MDG
syarakat, misalnya dengan memasak air ataupun
adalah data dasar cakupan air minum sehingga
menyaringnya lebih dulu. Dari sisi PDAM, masih
tantangan berikutnya adalah menyediakan data-
diperlukan peningkatan kemandirian dalam men-
base yang valid dan akurat, baik untuk kawasan
jalankan usahanya sehingga dan dapat berope-
perkotaan maupun kawasan pedesaan.
rasi secara sehat dan efisien.
• Keterlibatan masyarakat, baik dalam proses pe-
• Untuk meningkatkan cakupan maupun kualitas
rencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan
pelayanan air minum kepada masyarakat ada
pengelolaan, berhubungan dengan pengetahuan
empat hal yang harus dilakukan, yaitu (1) Peren-
dan kesadaran mereka akan pentingnya hidup se-
canaan penyediaan air yang mengacu pada per-
hat sehingga kampanye dan sosialisasi pada ma-
mintaan; (2) memobilisasi seluruh potensi penda-
syarakat, khususnya di pedesaan merupakan hal
naan untuk memenuhi permintaan yang ada, baik
yang secara terus-menerus perlu ditingkatkan.
melalui peningkatan investasi, alokasi anggaran pemerintah maupun penetapan tarif sesuai keinginan membayar dari masyarakat konsumen
Sanitasi
serta biaya produksi; (3) terus memperbaiki kuali-
Dalam pencapaian target MDG, khususnya yang
tas pelayanan kepada masyarakat; dan (4) terus
terkait dengan sanitasi, beberapa tantangan yang
melakukan kampanye pentingnya hidup bersih
dihadapi adalah:
91
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
• Peningkatan kualitas sarana sanitasi. Hal ini ber-
prasarana dan sarana air minum yang bertum-
arti tantangan untuk membangun sarana yang
pu pada kemampuan pemerintah kabupaten/
memenuhi kriteria teknis dan standar kesehatan
kota, melalui: (a) peningkatan partisipasi dunia
yang ditetapkan tetapi mudah dioperasikan dan
usaha dan swasta melalui pemberian iklim du-
dipelihara oleh masyarakat.
nia usaha yang kondusif, pemberian peraturan
• Peningkatan kesadaran masyarakat, pemerin-
perundang-undangan yang jelas dan transpa-
tah, wakil rakyat, maupun swasta mengenai per-
ran dan mudah dimengerti, serta penegakan
soalan sanitasi. Langkah pertama yang harus di-
hukum yang berkeadilan dan (b) optimasi
tempuh dalam peningkatan penggunaan sarana
kemampuan pembiayaan masyarakat melalui
sanitasi adalah pemberian pengetahuan kepada
pemberian sebanyak-banyaknya pilihan sistem
masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup
pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan
bersih dan sehat, yang salah satu di antaranya
masyarakat.
adalah penggunaan jamban. Bila masyarakat
• Peningkatan
mekanisme
penyesuaian
tarif
telah menyadari pentingnya sanitasi, khususnya
untuk sedapat mungkin mengarah pada ber-
berkaitan dengan kesehatan dan produktivitas,
operasinya PDAM secara swadana.
kebutuhan terhadap prasarana dan sarana sani-
• Pengembangan alternatif pola pembiayaan bagi
tasi akan meningkat. Selain itu, dalam rangka pe-
pembangunan dan pengelolaan air minum, an-
menuhan kebutuhan sanitasi, pemerintah, wakil
tara lain melalui penerbitan obligasi pemerintah
rakyat, dan swasta perlu diberi penjelasan me-
daerah (municipal bonds) yang dijamin oleh
ngenai pentingnya persoalan sanitasi sehingga
pemerintah kabupaten/kota dan/atau melalui
mereka memberikan dukungan terhadap pelak-
sekuritisasi (securitization) dengan menjual se-
sanaan program sanitasi.
bagian saham PDAM kepada masyarakat dan dunia usaha swasta.
Kebijakan dan program
• Perlindungan sumber air baku secara lintas sektoral dan lintas kabupaten/kota, dengan membentuk Water Board Authority, yang terdiri atas
Air minum
mengakomodasi jaminan atas kuantitas dan
Dengan mempertimbangkan kondisi, masalah,
kualitas air baku.
dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
• Pengembangan program konservasi alam, ling-
mencapai target MDG, khususnya sektor air mi-
kungan hidup, dan sumber daya air sebagai
num, beberapa kebijakan yang dikembangkan
upaya mempertahankan keandalan ketersedia-
adalah sebagai berikut:
an air baku.
• Penyusunan kebijakan dan strategi dalam pen-
• Peningkatan kemampuan teknis dan pengelola-
capaian target MDG, yang mencakup rencana
an PDAM menuju profesionalisme korporasi
tindak pencapaian target.
serta pemisahan secara tegas antara fungsi ope-
• Pengembangan alternatif sumber pembiayaan untuk pengembangan maupun pembangunan
92
pihak-pihak yang terkait (stakeholders) untuk
rator dan regulator dalam pembangunan dan pengelolaan air bersih.
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
• Peningkatan partisipasi dunia usaha swasta dan
an air minum serta penyehatan lingkungan.
masyarakat dalam pembangunan dan penge-
Diharapkan melalui penyusunan kebijakan ini
lolaan air bersih melalui pemberian iklim dunia
daerah mempunyai paradigma yang sama me-
usaha yang kondusif, pemberian peraturan per-
ngenai pembangunan dan pengelolaan air mi-
undang-undangan yang jelas dan transparan
num sehingga target MDG dapat tercapai.
dan mudah dimengerti, serta penegakan hukum yang berkeadilan. • Pendidikan serta kampanye PHBS (perilaku hi-
• Bantuan pendampingan bagi PDAM untuk memperbaiki kinerjanya menuju profesionalisme.
dup bersih dan sehat) yang berkelanjutan bagi
• Peningkatan peran aktif masyarakat melalui
masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan
sharing invesment approach, dengan beberapa
masyarakat pedesaan (community empower-
proyek penyediaan air bersih pedesaan, seperti
ment).
WSLIC2 (Water and Sanitation for Income Com-
• Peningkatan peran aktif masyarakat pedesaan
munity—Phase 2), ProAir (Proyek Penyediaan Air
dalam penyediaan dan pengelolaan air bersih
Bersih Pedesaan di Provinsi NTT), Rural Water
pedesaan, serta peningkatan rasa memiliki ma-
Supply in NTB and NTT, dan CWSH (Community
syarakat pedesaan melalui pendekatan investasi
Water Services and Health). Pada proyek-proyek
bersama (sharing investment approach).
itu juga diberikan bantuan dan pelatihan teknis
• Pemberian bantuan teknis dan pelatihan tek-
pada masyarakat dalam operasi, pemeliharaan,
nis bagi masyarakat pedesaan dalam operasi
maupun pengelolaan prasarana dan sarana air
dan pemeliharaan prasarana dan sarana air mi-
bersih yang terbangun. Kegiatan ini diharap-
num, serta bantuan teknis dalam pengelolaan
kan dapat direplikasikan pada proyek-proyek
air minum.
penyediaan air bersih pedesaan yang dibiayai
• Perbaikan pemantauan sistem dan evaluasi me-
oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah
lalui pendekatan partisipatif. Pengembangan
kabupaten/kota. Pendekatan yang mengacu
kebijakan ini selain sebagai cara pemantauan
pada kebutuhan nyata masyarakat ini perlu
sasaran pelaksanaan program air minum juga
juga ditingkatkan untuk juga mencakup air ber-
sebagai upaya perbaikan sistem pengumpulan
sih perkotaan.
data sehingga dapat dipertanggungjawabkan akurasi dan konsistensinya.
• Penyusunan format dan kriteria pencatatan data dasar cakupan pelayanan air bersih pedesaan maupun perkotaan.
Sampai saat ini kegiatan/program yang telah disusun dan dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai target MDG adalah sebagai berikut:
Sanitasi
• Penyusunan dan Sosialisasi Kebijakan Nasional
Dengan mempertimbangkan kondisi, masalah, dan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum
tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menca-
dan Penyehatan Lingkungan, yang bertujuan
pai target MDG, khususnya bidang sanitasi, bebe-
untuk memfasilitasi pemerintah daerah dalam
rapa kebijakan yang dikembangkan adalah sebagai
melaksanakan pembangunan dan penyedia-
berikut:
93
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
• Peningkatan kepedulian masyarakat, pemerintah, wakil rakyat, dan swasta terhadap persoal-
kepeduliannya.
an sanitasi. Untuk menjadikan sanitasi dasar
• Peningkatan penggunaan jamban. Kebijakan
sebagai kebutuhan pokok masyarakat, diperlu-
yang ditempuh adalah mendorong penyediaan
kan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat
sarana sanitasi dasar yang terjangkau oleh ma-
kepada seluruh lapisan masyarakat secara terus
syarakat, mudah dioperasikan dan dipelihara
menerus dan berkesinambungan. Penggunaan
oleh masyarakat, dan penyebarluasan (disemi-
media, baik media cetak maupun media elek-
nasi) pilihan-pilihan teknologi sederhana dan
tronik,
tepat guna di bidang sanitasi bagi masyarakat.
sebagai
alat
sosialisasi
merupakan
hal yang sangat efektif. Untuk meningkatkan
• Penyusunan kebijakan dan strategi dalam pen-
kepedulian masyarakat terhadap sanitasi dasar,
capaian target MDG yang mencakup rencana
di masa yang akan datang program edukasi di
tindak pencapaian target.
bidang higienitas pribadi dan lingkungan kepada siswa sekolah, khususnya sekolah dasar, harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan efektivitas program, perlu dikembangkan proyek percontohan (pilot project) yang berkelanjutan serta bantuan stimulans kepada masyarakat un-
94
tuk mengimplementasikan pengetahuan dan
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020. Indikator: • Proporsi rumah tangga dengan status rumah milik atau sewa.
Keadaan dan kecenderungan
Rendahnya tingkat kepemilikan rumah. Berdasarkan data Susenas 2001 dan Sensus Penduduk 2000,
Secure Tenure Dalam dokumen pedoman MDG,13 secure tenure didefinisikan sebagai rumah tangga yang memiliki atau menyewa rumah baik secara pribadi maupun kelompok. Sekitar 83 persen rumah tangga di Indonesia memiliki atau menyewa rumah yang mereka huni (79 persen hak milik dan empat persen sewa). Hal ini berarti terdapat sekitar 17 persen atau setidaknya 8,8 juta dari 52 juta rumah tangga yang belum memiliki atau menyewa rumah.14 Kecenderungan ini tidak berubah banyak dalam beberapa tahun terakhir.
sampai dengan tahun 2000 dari total 51.513.364 rumah tangga di Indonesia masih terdapat 4.338.862 rumah tangga yang belum memiliki rumah, yang terdiri atas 3.460.933 rumah tangga perkotaan dan 877.931 rumah tangga pedesaan. Dengan mempergunakan angka laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun sebagai dasar proyeksi, maka kebutuhan rumah per tahun di Indonesia tidak kurang dari 732.646 unit. Dengan demikian, hingga 2001 terdapat tidak kurang dari 5.071.508 rumah tangga yang masih memerlukan rumah. Tanpa adanya terobosan kebijakan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan itu, jumlah kekurangan rumah akan terus berakumulasi. Bila diasumsikan bahwa pemerintah
Gambar 7.8. Proporsi rumah tangga dengan akses rumah tinggal tetap*
%
berkeinginan untuk mengatasi akumulasi kebutuhan rumah dalam jangka waktu 10 tahun, maka setiap tahun diperlukan minimal 1.166.893 unit rumah. Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, dari kebutuhan rumah setiap tahun sebesar 1.166.893 unit itu tidak lebih dari 15,7 persen yang dapat dilayani melalui sektor
Sumber: Susenas * Proporsi rumah tangga yang memiliki atau menyewa rumah
perbankan komersial (tidak memerlukan subsidi dari pemerintah), sedangkan sisanya sebesar 84,3 persen masih memerlukan campur-tangan pemerintah, dalam bentuk subsidi dan fasilitasi lainnya.
95
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Tingginya rumah yang tidak layak huni. Hasil
• kegagalan pemerintah pusat dan daerah dalam
Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS pada 2003 meng-
mempertahankan alokasi biaya penyediaan dan
gambarkan jumlah rumah tangga per provinsi yang
pemeliharaan prasarana dan pelayanan perkota-
belum memiliki rumah dan telah memiliki rumah na-
an. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi krisis
mun tidak layak huni. Terlihat bahwa kondisi rumah
keuangan sejak 1998 yang berkepanjangan yang
tidak layak huni di wilayah Indonesia Bagian Barat
membatasi ketersediaan dana pemerintah untuk
lebih banyak dibandingkan dengan di wilayah In-
pelayanan publik pada umumnya.
donesia Bagian Timur walaupun apabila dilihat dari persentasenya proporsi jumlah rumah yang tidak
Belum terbangunnya sistem penyelenggaraan pe-
layak huni di Indonesia Bagian Timur lebih besar dari
rumahan dan pemukiman di daerah yang tanggap
Indonesia Bagian Barat (45 berbanding 25 persen).
terhadap perkembangan kebutuhan yang ada. Hal
Sedangkan untuk jumlah rumah tangga yang belum
ini tampak dari masih belum terbangunnya kerangka
memiliki rumah jauh lebih banyak di wilayah Indonesia
peraturan di bidang perumahan yang mendukung
Bagian Barat dibandingkan dengan di wilayah Indo-
penyelenggaraan sistem perumahan yang efektif dan
nesia Bagian Timur, sekalipun perbedaan persentase
efisien; belum terbangunnya sistem kelembagaan
untuk hal yang sama di kedua wilayah itu tidak ber-
yang efisien yang didukung oleh kapasitas yang me-
beda terlalu jauh (sekitar 8,7 berbanding 6 persen).
madai, baik di tingkat pusat, regional, daerah, dan komunitas. Kondisi seperti inilah yang melatarbelakangi
Meningkatnya luas kawasan kumuh. Data Po-
belum berkembangnya kemampuan, terutama di
tensi Desa 2000 menunjukkan bahwa luas kawasan
daerah, untuk mengidentifikasi kebutuhan dan per-
kumuh di Indonesia adalah 47.393 ha dengan jum-
masalahan perumahan, menyusun kebijakan, peren-
lah penduduk yang mendiaminya sebesar 2.289.868
canaan, dan strategi, dan untuk mengkoordinasikan
jiwa dan terletak di 3.857 desa. Luas kawasan kumuh
dan mengevaluasi hasil-hasil pelaksanaannya.
meningkat cukup tajam dibandingkan dengan 1996 yang meliputi kawasan seluas 38.053 ha. Perkem-
Masih rendahnya tingkat kepedulian pengam-
bangan dan pertambahan luas kawasan kumuh, baik
bil keputusan (eksekutif dan legislatif) pada upaya
di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan,
pemenuhan kebutuhan primer masyarakat, khusus-
merupakan cerminan dari:
nya bagi masyarakat yang berpendapatan rendah.
• ketidakmampuan masyarakat berpendapatan me-
Hal ini di antaranya ditunjukkan oleh masih belum
nengah ke bawah untuk memiliki dan/atau meng-
berkembangnya pemahaman terhadap perumahan
huni rumah yang layak dan sehat.
sebagai urusan publik (di samping juga urusan in-
• penurunan kualitas lingkungan (environment degradation) • penurunan kualitas sumber daya manusia dan penurunan kualitas sosial masyarakat. • kegagalan sistem penyediaan perumahan yang tidak mampu mengantisipasi kebutuhan masyarakat terhadap hunian.
96
dividual) yang memiliki peran penting dalam penataan ruang, pembangunan kota, dan arah perkembangan wilayah.
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Rendahnya status hukum kepemilikan tanah. Ber-
• Menata kembali pemilikan, penguasaan tanah
dasarkan data BPS, pada 2001 di daerah perkotaan,
yang tidak teratur menjadi teratur melalui Kon-
persentase rumah tangga yang memiliki sertifikat
solidasi Tanah (Land Readjustment)
BPN (Badan Pertanahan Nasional) atas tanah yang
• Terciptanya sumber pembiayaan perumahan
dibangun baru mencapai 50,8 persen, sedangkan
jangka panjang melalui pembentukan fasilitas
di daerah pedesaan hanya 21,6 persen.15 Walaupun
pembiayaan perumahan jangka panjang melalui
demikian, 27,54 persen masyarakat perkotaan dan
pendirian SMF (Secondary Mortgage Facility) dan
38,66 persen masyarakat perdesaan memiliki girika
SMM (Secondary Mortgage Market), serta inovasi
sebagai bukti hak mengusahakan/mengelola bi-
dan rekayasa keuangan (financial engineering).
dang tanah, yang melalui proses lebih lanjut dapat diusulkan untuk ditingkatkan menjadi sertifikat hak
Program
milik dari BPN.
• Memberikan iklim yang kondusif melalui pemberian insentif fiskal bagi dunia swasta dan ma-
Tantangan • Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan perumahan, terutama masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Dengan mempertimbangkan kondisi dan kendala yang dihadapi, pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat, yang diperkirakan mencapai 1.166.893 unit rumah per tahun, hanya dapat dicapai melalui kerja keras. • Perbaikan kawasan kumuh. • Peningkatan status kepemilikan tanah dalam bentuk sertifikat hak milik (SHM).
syarakat agar dapat berperan aktif dalam penyediaan perumahan bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah. • Mereformasi kebijakan pertanahan sebagai upaya mengeliminasi kecenderungan spekulasi tanah dan monopoli tanah. • Mengembangkan desain dan struktur perumahan yang berdasarkan budaya setempat dan penggunaan bahan dan material lokal/setempat untuk meminimalkan harga jual rumah. • Meningkatkan kualitas pasar primer perumahan melalui penyempurnaan peraturan perundangundangan di bidang investasi, pertanahan, perbankan, dan perdata.
Kebijakan dan program Kebijakan • Mendorong terbentuknya National Housing Au-
• Melakukan kajian terhadap kemungkinan lain upaya penanganan kawasan kumuh, khususnya di daerah perkotaan, seperti voluntary resettlement program dan transfer of development rights. • Terciptanya lingkungan yang sehat, tertib, dan
thority sebagai institusi yang mempunyai we-
teratur dilengkapi dengan sarana lingkungan
wenang penuh dalam memecahkan seluruh
yang cukup.
persoalan di bidang perumahan dan mengembangkan kebijakan pengembangan perumahan.
a
Girik adalah surat pemilikan tanah yang belum bersertifikat, yang sesungguhnya berupa surat pajak bumi
97
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
Catatan 1 2 3 4 5
6
7 8 9 10
11
12 13 14 15
98
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan 2002. Statistik Ekonomi Energi Tahun 2000, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. First Indonesia National Communication in 1994. Kementerian Lingkungan Hidup 2001. National Strategy Study on Clean Development Mechanism in Indonesia. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 110/MPP/Kep/1/98 dan No. 111/MPP/Kep/1/98 yang telah diaman demen dengan Keputusan No. 410/MPP/Kep/9/98 dan No. 411/MPP/Kep/9/98. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 789/ MPP/Kep/12/2002 tentang Barang yang diatur Tata Niaga Impornya sebagaimana telah diubah dengan Kepmen Perindag No. 410/MPP/Kep/9/1998. Dengan keharusan mencantumkan “Laporan Realisasi Impor CFC” dan “Laporan Pendistribusian CFC Asal Impor”. Sunderlin, 2002 dalam IBSAP 2003. World Bank, 2001b dalam IBSAP 2003. Hingga saat ini telah disepakati penggunaan terminologi air minum pada naskah RPP Air Minum dan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Unit Pengelola Sarana (UPS), Kelompok Pengelola Sarana (KPS), atau Himpunan Masyarakat Pengguna Air Minum (HIPAM). Alain Locussol, the World Bank, 1997. Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework. United Nations, 2003. Indicators for Monitoring the Millennium Developments. Perkiraan jumlah rumah tangga berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 Badan Pusat Statistik, 2001. Statistik Perumahan dan Permukiman, Hasil Survei Sosial Ekonomi 2000.