MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Download 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86. 81. MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. DENGAN PENERAPAN MODEL ...

0 downloads 536 Views 265KB Size
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE Ladeni Jariswandana1) Yerizon2) Nilawasti Z.A.3) 1)

FMIPA UNP .Email: [email protected] Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

2,3)

Abstract The researh method is quation experiment. Motivations is improverent assessed from motivation questionnaire. It given before and after Think Talk Write research. Result of this research shows that students motivation in learning mathematics is increased after implemented Think Talk Write. It can be seen from motivation indicators. One of the way that can be used to improve students motivation is by using Think Talk Write cooperatif learning model. Keywords : Motivation, Think Talk Write, Cooperative Learning

PENDAHULUAN Matematika merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa untuk menunjang keberhasilan belajar dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu aplikasi ilmu matematika juga sangat diperlukan dalam kehidupan sehari – hari. Namun, pentingnya matematika tidak langsung membuat siswa menjadi tertarik dalam mempelajari mata pelajaran ini. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Masih banyak siswa yang tidak serius dalam mempelajari mata pelajaran ini, sehingga siswa lebih banyak menunggu hasil jawaban dari siswa yang mengerti. Selain itu siswa lebih nyaman bertanya kepada temannya daripada bertanya langsung kepada guru mengenai materi yang mereka tidak mengerti. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menjelaskan materi terlebih dahulu, setelah itu siswa diminta untuk menyampaikan informasi yang telah diterimanya dengan bertanya. Jika tidak ada siswa yang bertanya, maka siswa dianggap telah memahami materi pelajaran Matematika dan dipersilahkan mencatat materi yang telah diajarkan. Dengan metode ini siswa yang termotivasi mengikuti proses pembelajaran secara optimal masih sedikit, hal ini terlihat kurangnya minat siswa untuk bertanya dan menanggapi materi yang diajarkan guru. Sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar

matematika siswa. Hal ini mengisyaratkan motivasi merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran matematika di sekolah – sekolah. Guru hendaknya mampu melakukan inovasi pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif dan sistematis dalam menemukan pengetahuan matematika secara mandiri. Dengan adanya dorongan tersebut, siswa akan lebih berkeinginan untuk belajar sehingga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar. Belajar merupakan proses perubahan prilaku seseorang yang diakibatkan oleh berbagai hal. Sebagaimana yang disampaikan Sardiman pada [1] belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai usaha secara terus menerus agar mendapat suatu kepandaian. Pembelajaran adalah bentuk mengorganisasikan kegiatan belajar siswa dalam arti luas. Guru bukan hanya berperan sebagai pemberi informasi, melainkan juga memberikan arahan dan memberikan fasilitas belajar. Pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. 81

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

Sebagai mana yang dikutip dari [2] pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Nikson mengemukakan [2] bahwa ”Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali”. Jadi, dalam pembelajaran matematika siswa lebih banyak berperan dalam membangun pengetahuannya dan peran guru hanyalah untuk membimbing dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih banyak berperan dalam membangun pengetahuan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang saling bergantung antara satu dengan yang lain. Berdasarkan kenyataan itu dalam pembelajaran kooperatif siswa dibiasakan untuk berbagi (sharing) mengenai pengetahuan, pengalaman, tugas maupun tanggungjawab. Pembelajaran kooperatif banyak digunakan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok, saling bekerjasama untuk memahami dan mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri [3]. Dalam pembelajaran kooperatif peranan masing-masing anggota kelompok sangat menentukan keberhasilan kelompok. Para anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama anggota kelompok bertanggungjawab penuh terhadap kelompoknya. Pada umumnya pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri sebagai berikut: (1) siswa bekerja dalam satu kelompok untuk menuntaskan materi pelajarannya; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang heterogen, yaitu memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (3) bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda; (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Muslim, pada [4], yaitu: (1) Hasil belajar akademik. Pembelajaran kooperatif mengonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar akademik. (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu. Setiap anggota anggota individu berperan di sini. Berhasil atau tidak ketercapaian tujuan kelompok tergantung dari masing-masing individu yang tergabung dalam kelompok tersebut. (3) Pengembangan keterampilan sosial. Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dikembangkan seperti partisipasi produktif dalam diskusi kelompok, mampu menjawab secara sopan pertanyaan yang diberikan, melatih individu untuk mampu memimpin diskusi kelompok, menumbuhkan rasa bertanggungjawab dan mampu membantu anggota kelompok yang lain yang kesulitan. Think Talk Write (TTW) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merupakan perencanaan pembelajaran yang melalui kegiatan berpikir, berdiskusi dan menuliskan hasil dari pikiran dan diskusi yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, sehingga didapat kesimpulan secara bersama. Dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil presentasi [3]. Tipe pembelajaran ini memfasilitasi dan mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Tipe pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin dengan alasan bahwa tipe pembelajaran ini membangun secara tepat untuk berpikir, merefleksikan dan untuk mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa di minta untuk menulis. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan Huinker dan Laughlin maka kelebihan TTW dari tipe 82

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

pembelajaran kooperatif lainnya dapat ditulis sebagai berikut: (1) membangun secara tepat untuk berfikir; (2) membantu siswa merefleksikan ide – ide; (3) membantu siswa mengorganisasikan ide – ide; (4) mengetes ide tersebut sebelum ditulis. Berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa. Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks. Pada saat menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri. Adapun langkah – langkah dalam melaksanakan TTW yang dikutip dari [3] sebagai berikut: (1) Tahap pertama kegiatan siswa yaitu tahap think (berpikir) dimana siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari siswa atau kontekstual. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan halhal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. (2) Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi atau sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. (3) Tahap ketiga adalah write, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya. Sudah umum dalam suatu kejadian orang menyebut “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata

“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu: (1) bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia; (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia; (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha menghindar perasaan tidak suka itu. Sejalan dengan [1] dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan untuk belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar walaupun motivasi itu tumbuh dari dalam diri seseorang. Tiga fungsi motivasi [1], yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dalam kegiatan belajar – mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Dengan motivasi pelajar dapat mengarahkan dan memelihara 83

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non – intelektual. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku. Pada umumnya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung motivasi belajar. Dalam [5] dijelaskan bahwa: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Siswa yang termotivasi adalah siswa yang menunjukan adanya hasrat yaitu adanya unsur kesengajaan untuk belajar, ada maksud untuk belajar dan keinginan untuk berhasil dalam belajar, rajin, tidak mudah menyerah dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Siswa yang termotivasi adalah siswa yang memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk belajar dan mempunyai prinsip bahwa belajar adalah merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Siswa yang termotivasi adalah siswa yang mempunyai harapan atau tujuan untuk berhasil dalam belajar, mempunyai cita-cita yang harus dicapai dan memberikan target ke depan sebagai patokan untuk belajar. (4) Adanya penghargaan dalam belajar. Dalam memotivasi siswa untuk belajar memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang tepat yaitu dengan memberikan hadiah, pujian dan perlakuan yang berbeda dengan siswa lain. Sehingga timbul keinginan siswa untuk belajar karena mereka merasa dihargai untuk belajar. (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Kegiatan yang menarik diciptakan guru untuk menarik minat siswa untuk belajar, dengan mendominasi atau menciptakan suasana baru dalam belajar melalui variasi gaya, metode atau strategi dalam mengajar. (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif. Memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif bisa didesain atau dirancang oleh guru

sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak bosan dalam belajar. Keenam indikator motivasi tersebut mendukung motivasi siswa dalam belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Siswa yang termotivasi dalam belajar menunjukkan adanya minat dan keinginan dalam belajar, menganggap belajar adalah suatu kebutuhan untuk meraih harapan dan cita-cita masa depan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Penelitian ini melihat peningkatan motivasi belajar yang terjadi pada kelas eksperimen setelah penerapan TTW. Motivasi belajar yang dilihat di sini adalah motivasi belajar pada mata pelajaran matematika. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket motivasi. Angket digunakan untuk melihat peningkatan motivasi yang terjadi setelah penerapan TTW. Angket motivasi diberikan dua kali, yaitu pada awal pembelajaran sebelum penerapan TTW dan yang kedua setelah siswa belajar dengan penerapan TTW. Angket yang diberikan di awal dan akhir adalah angket yang sama. Adapun angket motivasi yang diberikan berupa angket tertutup. Kisi-kisi angket disusun berdasarkan 6 indikator yang mendukung motivasi yang terdapat pada [5], yaitu: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Dari keenam indikator ini dikembangkan menjadi 29 butir pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Setelah angket diisi oleh siswa. Langkah selanjutnya angket dianalisis untuk menentukan persentasenya. Memeriksa angket yang kosong atau yang hilang kemudian diisi kembali oleh yang bersangkutan. Memberi tanda untuk memudahkan waktu melakukan tabulasi atau analisis. Memasukkan data yang telah ditandai ke dalam tabel. Menganalisis data yang telah ditabelkan. 84

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

Berdasarkan pertanyaan penelitian tentang apakah motivasi belajar matematika siswa meningkat setelah penerapan TTW, maka dirumuskan dalam hipotesis statistik sebagai berikut: Keterangan: : Rata-rata motivasi siswa sebelum penerapan TTW : Rata-rata motivasi siswa setelah penerapan TTW. Data skor motivasi dianalisis dengan menggunakan uji t dari buku [6]

motivasi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Sedangkan variansi motivasi awal lebih besar dari variansi motivasi akhir. Rata – rata dan variansi tiap indikator dapat dilihat pada Tabel II. Tabel tersebut memperlihatkan rata-rata motivasi awal siswa lebih tinggi daripada rata – rata motivasi awal siswa untuk setiap indikator motivasi. Sedangkan variansi pada motivasi awal lebih tinggi daripada variansi motivasi akhir. Analisis peningkatan motivasi tiap indikator berpedoman pada langkah yang terdapat pada buku [7].

No.

dengan 1 2 3 4

Keterangan: : Motivasi Awal : Motivasi Akhir : Selisih motivasi : Simpangan baku selisih motivasi : Jumlah siswa

5 6

TABEL II. RATA-RATA DAN VARIANSI TIAP INDIKATOR MOTIVASI BELAJAR Motivasi Awal Motivasi Akhir Indikator Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Adanya penghargaan dalam belajar. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

2,84

0,23

3,34

0,12

2,69

0,20

3,35

0,10

3,09

0,35

3,54

0,21

3,01

0,21

3,34

0,14

2,94

0,16

3,45

0,08

2,82

0,30

3,30

0,23

Motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan uji t. Setelah dilakukan analisis terhadap angket diperoleh data rata – rata motivasi awal 2,89 Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan variansi 0,08 dan rata – rata motivasi akhir dengan nilai kritis , dengan derajat kebebasan 3,38 dengan variansi 0,03. Terlihat bahwa rata-rata motivasi awal sebelum penerapan lebih kecil dari . Kriteria penerimaan adalah pada rata – rata motivasi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil angket motivasi sebelum dan sesudah Selisih rata – rata motivasi awal dan motivasi akhir sebesar 0,49. Berarti rata – rata pada kelas dapat dilihat pada tabel I: eksperimen lebih tinggi dari pada rata – rata TABEL I motivasi pada kelas kontrol. Sedangkan variansi STATISTIK DESKRIPTIF motivasi awal lebih besar dari variansi motivasi SKOR ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA Motivasi N akhir. Sebelum 38 2,89 0,08 3,48 2,38 Data skor motivasi lalu dianalisis dengan Sesudah 38 3,38 0,03 3,69 2,93 menggunakan uji t. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil skor motivasi siswa diperoleh bahwa Tabel I memperlihatkan bahwa rata-rata motivasi nilai t = 13,57 dan ttabel = 1,69 dengan taraf awal sebelum lebih kecil dari pada rata – rata 85

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 81-86

signifikan dan derajat bebas (df) = 37, karena nilai t > ttabel maka H0 ditolak. Untuk motivasi, hasil penelitian menunjukkan motivasi siswa pada kelas eksperimen meningkat setelah penerapan TTW dan lebih baik dibandingkan motivasi belajar siswa sebelum penerapan. Motivasi siswa meningkat diakibatkan sebagai berikut: (1) siswa menemukan secara mandiri konsep materi yang diberikan; (2) siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide yang mereka miliki. (3) ada lingkungan belajar yang kondusif; (4) siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan konsep yang mereka kurang pahami dengan teman kelompok.

dalam belajar; (2) guru hendaknya membiasakan siswa untuk menemukan secara mandiri konsep materi yang diberikan, siswa yang kurang paham dapat berdiskusi dengan teman kelompok. Salah satu metode yang disarankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.

SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan terjadi peningkatan motivasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Dikemukakan saran sebagai berikut: (1) bagi guru yang mengajar mata pelajaran matematika khususnya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi siswa

[4]

REFERENSI [1]

[2] [3]

[5] [6] [7]

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Muliyardi. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka. Muslim Ibrahim. et. al. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana Unesa. Hamzah B. Uno. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Walpole, Ronald. E. 1992. Pengantar Statistika Edisi Ke3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

86