METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI

Download Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu ..... Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenu...

0 downloads 695 Views 485KB Size
METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: FITRIYANI NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh: FITRIYANI NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H./2008 M.

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I.)

Disusun oleh: FITRIYANI NIM: 103052028657

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum. NIP: 150 096 770

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./ 2008 M.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

LARANGAN

TANGERANG telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I.) pada Program Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 27 November 2008 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal, L.K, M.Ag. NIP. 150 262 876

Dra. Nasichah, M.A. NIP. 150 276 298 Anggota,

Penguji I

Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 150 244 766

Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag. NIP. 150 268 782

Pembimbing,

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum NIP. 150 096 770

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 November 2008

Fitriyani

ABSTRAK Fitriyani Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang. Akhlak menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, Seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membina akhlak sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orangtua bertanggungjawab terhadap anak-anaknya untuk mewujudkan hal itu dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan masa perkembangannya sehingga mereka siap dan mampu menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Akan tetapi kematian salah seorang atau kedua orangtua akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak. Islam mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena seperti ini Dalam melakukan usaha ini, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu organisasi sosial kemasyarakatan, seperti yang dilakukan oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode bimbingan islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan secara singkat hasil penelitian tersebut. Program pembinaan akhlak terhadap anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) merupakan upaya membentuk anak asuhnya agar memiliki akhlakul karimah yang dilakukan dengan beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan formal, keterampilan, dan kerohanian. Metode bimbingan Islam yang digunakan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan dengan dua metode yaitu individual dan kelompok. Bimbingan Islam melalui metode individual dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi kegiatan. Sedangkan bimbingan Islam melalui metode kelompok dilakukan dengan menggunakan teknik ceramah, dialog atau tanya jawab dan pembagian kelompok.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ini, sehingga terlaksana sesuai dengan harapan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita sebagai umatnya mampu dalam mengenal, mencari, dan menegakkan syariat Islam. Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai halangan dan rintangan, akan tetapi dengan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada: 1. Bapak Dr. H. Murodi, M.A selaku Dekan Fakutas Dakwah dan Komunikasi

beserta

Pembantu

Dekan,

Bagian

Akademik,

dan

Administrasi. 2. Bapak Dr. M. Luthfi, M.A selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan dorongan moril kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Nasicha, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan

arahan

dan

motivasi

kepada

penulis

untuk

menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat berguna. 6. Seluruh Pimpinan, Staff Pengajar, dan Seluruh Pengurus Panti Asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang telah memperlancar proses penulisan skripsi ini. Bpk. KH. Noval Djamhuri, Bpk. KH. Rahmani, Bpk M. Sirri, Bpk. Ahmad Yani, Ibu Yos, Ersya Udiantara, serta para responden yang bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini. 7. Ayahanda Saridjan dan Ibunda tercinta Suhaemi yang telah mencurahkan kasih dan sayangnya kepada penulis yang sangat menantikan moment seperti ini. “Pak, Mah…saat ini hanya inilah yang dapat ku persembahkan”. 8. Keluarga besar Bapak. Saridjan yang telah memberikan penulis inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih sekali penulis ucapkan kepada semua Aa dan teteh serta semua keponakan, khususnya Taufan yang telah memberikan tumpangan mengetik. “Terima kasih ya semuanya”. 9. Sahabat-sahabat “kepompong” yang selalu mengisi hari-hari penulis. Vina yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk tegar menjalani

hidup. Diah yang telah memberikan dorongan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Iin dan Wati yang selalu setia mendengarkan dan menemani penulis dalam kisah bahagia maupun sedih. Juga kepada teman-teman kelas Bimbingan dan Penyuluhan Islam yakni Samsul, Taher, Pizaro, Abhel dan seluruh teman-teman kelas yang telah memberikan

pengalaman

berharga

pada

penulis

dalam

proses

pendewasaan diri. 10. Kakanda Ahmad Ru`yat Ibnu Shaleh (Ablenk) yang telah hadir menemani hari-hari penulis disaat penulis menantikan sosok motivator seperti Kanda. “Terimakasih Kanda...telah menjadi motivator hidupku”. 11. Keluarga Besar Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama K Hafidz, K Decky, dan K Oji

yang telah memberikan pengalaman

berharganya selama mengadakan pembinaan di LAPAS Tangerang dan secara tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini. 12. Dan semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung atau tidak hingga tersusunnya karya ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri, semoga semua bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 27 november 2008

Penulis

DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... BAB I

BAB II

BAB III

i ii v vii

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. D. Tinjauan Pustaka....................................................................... E. Metodologi Penelitian............................................................... F. Sistematika Penulisan ...............................................................

1 6 7 8 10 15

LANDASAN TEORI A. Metode Bimbingan Islam .......................................................... 1. Pengertian Metode ............................................................. 2. Pengertian Bimbingan ........................................................ 3. Pengertian Islam ................................................................ 4. Metode Bimbingan Islam .................................................... B. Pembinaan Akhlak.................................................................... 1. Pengertian Pembinaan......................................................... 2. Pengertian Akhlak............................................................... 3. Proses Pembinaan Akhlak ................................................... C. Yatim........................................................................................ 1. Pengertian Yatim ............................................................... 2. Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut Ajaran Islam ........... 3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim..............................

17 17 17 19 21 24 24 25 26 28 28 29 32

GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN A. Sejarah dan Perkembangan ....................................................... B. Visi dan Misi ............................................................................ C. Letak Geografis ........................................................................

35 37 37

D. Struktur Organisasi ................................................................... E. Sarana dan Prasarana ............................................................... F. Kondisi Umum Anak Asuh ...................................................... 1. Latar Belakang Keluarga Anak Asuh .................................. 2. Kegiatan Harian Anak Asuh ............................................... BAB IV

BAB V

METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN A. Deskripsi Informan ................................................................... B. Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN ................................................................................... C. Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN ............................................... D. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN....... PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... B. Saran ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

38 39 40 40 42

44 51 59 65

68 69

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah anak asuh berdasarkan jenis kelamin ................................

41

2. Table 2 Jumlah anak asuh berdasarkan usia................................................

41

3. Table 3 Jumlah anak asuh berdasarkan status ............................................

41

4. Table 4 Jumlah anak asuh berdasarkan tingkat pendidikan .........................

41

5. Table 5 Jadwal kegiatan harian anak asuh ..................................................

43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Agama Islam menempatkan akhlak dalam posisi yang sangat penting, karena akhlak merupakan salah satu ajaran pokok dalam Islam selain aqidah dan syariah. Akhlak juga merupakan ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakekat kemanusiaan yang tinggi. Untuk menunjukan pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dan menjadikannya suri tauladan yang baik bagi umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qu`an surat al-Ahzab/33: 21, berbunyi:

    ⌧  *(☺,- #$%&'() !"   .0 12  ⌧ 1789( 3 456 =>?@ %;1,<⌧  1⌧ :6 ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”1 Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membangun akhlak yang baik. Sebagaimana akhlak yang telah diwujudkan oleh para Rasul dan Nabi, serta para Sahabat yang mulia dan para tokoh imam (terdahulu). Dan dalam hal ini kita harus bertumpu pada sumber-sumber yang juga menjadi tumpuan para pendahulu dan pemimpin kita dalam membentuk

1

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2006), h. 420.

akhlak. Sumber-sumber itu adalah al-Qur`an dan al-Sunah, dan cukup dengan keduanya. Hanya saja hal yang membantu dalam pembentukan akhlak berdasarkan al-Qur`an dan al-Sunah adalah pandangan Islam yang terwujud dalam akhlak seorang yang telah mewujudkan Islam secara Amaliyah yaitu Rasulullah SAW. 2 Orangtua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mengarahkan dan membentuk akhlak yang baik terhadap anak-anak mereka. Sebab anak merupakan amanat Allah sebagai generasi penerus keluarga, sehingga mereka harus dipersiapkan menjadi muslim yang mampu menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Hati anak-anak itu masih suci, bersih, dan belum tergores oleh apapun. Pada prinsipnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, oleh karena itu akhlak seorang anak tergantung pendidikan yang diajarkan orangtuanya. Ia menerima setiap goresan, dan cenderung kemana ia diarahkan. Jika ia dibiasakan dan diajari kebajikan, maka ia akan berperilaku dengan penuh kebajikan dan berbahagia di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, jika ia dibiasakan dan diajari keburukan, maka ia akan berperangai buruk. Rosulullah bersabda dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah, berbunyi:

ِ‫َاﻥ‬$'َُ ْ‫دَاﻥِِ اَو‬$َ#ُ ُ!‫آُُْ َْﻝُْدٍ ُْﻝَ ُ ََىﻝَِْْةِ َ َُِبُ َُْ ﻝَُُِ ََ ََا‬ (+ !‫َﻥِِ )روا‬$)َ(ُ ُ‫اَو‬

2

Umar Sulaiman al-Asyqar, I am a Moslem, (Jakarta: Mirqat, 2007), h. 16.

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”3

Oleh karena itu, Ajaran agama perlu ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga mereka selalu menerapkan nilai-nilai agama dalam setiap langkah hidupnya. Nilai-nilai agama tersebut akan menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul dalam dirinya sehingga membentuk akhlak. Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa orangtua mempunyai peranan yang besar dalam tanggung jawabnya membina akhlak anak-anaknya. Akan tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau keduanya meninggal dunia yang menjadikannya yatim atau piatu, hal itu dapat berpengaruh pada pembentukan akhlak anak tersebut yang dampaknya adalah kurangnya kasih sayang, motivasi, bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah dari orang tua yang layaknya mereka atau seorang dapatkan. Menjadi yatim adalah suatu nasib, atau suatu fakta yang tak mungkin dapat dihindari, namun bersikap positif terhadap anak-anak yatim dengan menyantuni serta memperhatikan nasib anak yatim merupakan suatu hal bijaksana yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya. Anak yatim mendapat porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam sangat menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak yatim dan melarang keras untuk berbuat zhalim kepada mereka.4

3

Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Sejarah Mukhtarul Ahaadits, Hadits-Hadits Pilihan (Berikut Penjelasannya), (Bandung: Sinar Baru, 1993), h. 670. 4

M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2001), h. 148.

Pada umumnya kematian salah seorang atau kedua orangtua akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak, lebihlebih bila anak itu berusia balita atau (menjelang) remaja, suatu tahapan usia yang dianggap rawan dalam perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hanna Djumhana Bastaman bahwa: “…kematian ayah, ibu atau keduanya dengan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap keluarga secara keseluruhan dan juga terhadap

anak-anak

yang

ditinggalkan.

Kematian

senantiasa

menimbulkan suasana murung (depresi) pada keluarga dan anggotaanggotanya…”5 Suasana perasaan itu bisa berlangsung dalam jangka waktu yang wajar dan juga bisa bertahan dalam waktu yang lama. Makin berlarut-larut suasana murung dan berkabung itu makin besar pula kemungkinan timbulnya dampak negatif pada keluarga tersebut. Kematian ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas akan menimbulkan guncangan pada anakanak yang ditinggalkan. Anak-anak akan merasa kehilangan tokoh panutan atau cerminan nilai-nilai hidup yang menjadi tauladan, pengarah, dan pembentuk akhlak mereka. Mereka pun akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman, hampa dan kehilangan kasih sayang dan bahkan pula akan merasa terpencil dan terkucil dari sanak saudara dan masyarakat yang bersikap acuh tak acuh atau bahkan mengejeknya.

5

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 172.

Dalam kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pembinaan akhlak kepada anak yatim melalui kegiatan metode pembinaan keagamaan yang intensif. Pembinaan akhlak itu sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk membangun dan meyempurnakan perangai dari yang tidak baik menjadi baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Salah satu upaya pembinaan akhlak terhadap anak yatim dapat dilakukan melalui bimbingan Islam yang operasionalnya dilakukan melalui pendidikan agama. Karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah yang sama sejak lahir yaitu mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Hanya saja untuk mencapainya diperlukan pengarahan yang lebih intensif, tidak terkecuali bagi nak yatim yang notabenya mereka kehilangan sosok pembimbing yaitu orangtuanya. Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim. Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama, ibadah,

dan

sebagainya),

ketrampilan) bagi mereka.6

6

Ibid., h. 173.

serta

menyelenggarakan

pendidikan

(dan

Dalam melakukan usaha-usaha

ini, agama

Islam tidak hanya

menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu kelembagaan atau organisasi. Pada saat ini organisasi sosial kemasyarakatan yang dilatar belakangi keagamaan tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam (YAKIIN) Tangerang. Panti asuhan mempunyai banyak aktivitas dan kegiatan dalam membina yatim piatu yang diasuhnya dengan berbagai bentuknya berupa bimbingan. Bimbingan tersebut sangat berhubungan dengan prilaku keagamaan seperti sikap dan tingkah laku, dimana semua itu sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak anak yatim. Bertitik tolak dari uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: ”METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada latar belakang masalah diatas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana bentuk program pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)? b. Metode apa saja yang digunakan dalam bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)? c. Apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam pembinaan akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui program pembinaan akhlak terhadap anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). b. Untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai metode bimbingan Islam yang diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pembinaan akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). 2. Manfaat Penelitan Sesuai dengan tujuan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis: selain untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana, hasil penelitian ini di harapkan juga dapat menambah literatur dalam khasanah keilmuan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. b. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau acuan bagi pihak panti asuhan atau elemen lainnya terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap yatim agar mempunyai akhlak terpuji melalui metode bimbingan Islam yang diterapkan pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menjadikan sumber bacaannya sebagai acuan dalam menentukan judul. Beberapa sumber tersebut di peroleh dari kutipan- kutipan sebagai berikut: 1. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah bernama Nurjanah/ NIM: 9953017561/ tahun 2006, berjudul: Penerapan Fungsi Manajemen Rumah Asuh Darul Ikhlas dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak-Anak Yatim. Rumusan

masalah

dalam

skripsi

ini

adalah

bagaimana

perencanaan, pengorganisasian serta pengawasan rumah asuh darul ikhlas dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak yatim. 2. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam bernama Siti Muchlisoh/ NIM: 102052025665/ tahun 2006, berjudul:

Upaya Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Konsep Diri Anak Yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana cara yang ditempuh agar anak asuh di panti asuhan putera asih mempunyai konsep diri yang positif sehingga mereka semua dapat bersikap dan berprilaku secara positif. 3. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam bernama Lisa Nurcahyani/ NIM: 103052028665/ tahun 2007, berjudul: Metode Bimbingan Islam dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode bimbingan

yang

dilakukan

yayasan bina

anak pertiwi dalam

mengembangkan kreativitas anak jalanan. Beberapa referensi tersebut menginspirasikan penulis untuk menentukan judul dalam menyusun skripsi ini. Walaupun sekilas terlihat kemiripan dengan judul skripsi diatas namun apabila diperhatikan antara beberapa judul tersebut terdapat perbedaan. Subyek penelitian pada skripsi ini adalah para pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) beserta anak asuhnya. Sedangkan obyek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Berdasarkan

beberapa

kutipan

diatas

maka

peneliti

berusaha

menampilkan hal-hal yang belum diangkat oleh sumber diatas dengan

menelaah metode bimbingan Islam dam pembinaan akhlak anak yatim sebagai rumusan masalahnya.

E Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian maka metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh mardalis bahwa:7 ”Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskriptifkan apaapa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskriptifkan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai kedaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang diteliti.” Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8 Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. 2. Penetapan Lokasi dan waktu penelitian. Penelitian ini bertempat di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, Jalan Pesantren Rt.001/07

7

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2002), h. 24. 8

Lexy J Maleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3.

No.36 Kreo Selatan – Larangan Tangerang 15156. Dimulai pada Tanggal 14 September 2007 s/d 5 Februari 2008. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut: a. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, karena terletak di wilayah Tangerang yang mudah dijangkau dan lebih hemat biaya transportasi b. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai upaya dan metode bimbingan yang dilakukan panti asuhan (YAKIIN) dalam membina akhlak anak yatim. c. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) merupakan salah satu panti asuhan yang mengkombinasikan sistem pendidikan umum dengan sistem klasikal pesantren dalam upaya membina akhlak anak asuhnya 3. Subyek dan Obyek Penelitian. a. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian adalah nara sumber yang dapat memberikan informasi yaitu pendiri dan para pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang b. Obyek Penelitian Sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah bagaimana metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. 4. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian

ini.9

Untuk

mengklasifikasikannya

menetapkan

berdasarkan

jenis

sumber data

data, yang

penulis

dibutuhkan

(dikumpulkan). Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber yang dapat memberikan informasi yaitu

salah satu pendiri dan 3 orang

pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang disajikan sebagai subyek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari beberapa anak yatim yang mengetahui dan mendapatkan pembinaan akhlak di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. Selain itu, penulis juga mengumpulkannya

dari

buku-buku

dan

berbagai

literatur

yang

berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hal yang diperoleh keseluruhan, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendukung penelitian ini adalah dengan beberapa instrumen penelitian berikut ini:. a. Observasi dan alat observasi

9

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Peneliyian Psikolog, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 1998), h. 29.

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.10 Dalam melakukan hal ini, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis. b. Wawancara dan pedoman wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan responden (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Artinya adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi hatinya,

pandangan-pandangannya,

pendapatnya,

dan

lain-lain

sedemikian rupa sehingga pewawancara dapat lebih mengenalnya.11 Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Selain itu, penulis juga menggunakan tape recorder untuk merekam hasil-hasil yang diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan ketika itu. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Untuk melengkapi data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dalam 10

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1983), h. 122. 11

Fred N Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000), h. 770.

penelitian, peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa catatan lapangan, biografi atau dokumen yang ada pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). 6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12 Dalam pembahasan setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Data dan informasi yang didapatkan melalui observasi, yakni penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek tersebut. b. Data atau informasi yang didapatkan melalui wawancara, yakni adanya percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai, dengan maksud agar yang diwawancarai tersebut dapat mengemukakan isi hatinya, pandangannya, dan lain sebagainya. c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni penulis mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip, buku dan sebagainya. 12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta: Alfabeta, 2006), h. 275.

7. Teknik Penulisan Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya ilmiah ( Skripsi, Tesis. Dan Disertasi)” yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance), 2007. Selain itu, penulis mengunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode Penelitian dan Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia.

F. Sistemtika Penulisan Dalam penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan. Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut: BAB I.

PENDAHULUAN

terdiri

atas:

Latar

Belakang

Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan

Pustaka,

Metodologi

Penelitian,

dan

Sistematika Penulisan. BAB II.

LANDASAN TEORI terdiri atas: Metode Bimbingan Islam (Pengertian Metode, Pengertian Bimbingan, Pengertian Islam, Metode Bimbingan Islam), Pembinaan Akhlak (Pengertian Pembinaan, Pengertian Akhlak, Proses Pembinaan Akhlak), dan Yatim (Pengertian Yatim, Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut Ajaran Islam, Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim).

BAB III. GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN terdiri atas: Sejarah dan Perkembangan, Visi dan Misi, Letak Geografis, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Kondisi Umum Anak Asuh (Latar Belakang Keluarga Anak Asuh dan Kegiatan Harian Anak Asuh). BAB IV

METODE BIMBINGAN

ISLAM DI PANTI ASUHAN

YAKIIN terdiri atas: Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN,

Metode

Bimbingan

Islam

dalam

Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN, Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN. BABV

PENUTUP terdiri atas: Kesimpulan dan Saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Bimbingan Islam 1.

Pengertian Metode Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang dikehendakinya; cara

kerja

yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.3 Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah “Jalan yang harus dilalui“ untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Namun pengertian hakekat dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.4 Jadi, metode dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. 2.

Pengertian Bimbingan Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan, 3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 740. 4

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1998), h. 43.

membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.5 Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.6 Menurut I Djumhur dan M Surya, dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut: ”Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (Self Understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (Self Acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (Self Direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (Self Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga, maupun dengan masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”7 Adapun bimbingan juga dapat mengembangkan kemampuan individu, sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Rachman Natawidjaja dalam buku Hallen A, yang merumuskan bimbingan sebagai berikut: ”Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya 5

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 2.

6

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Offset, 1995), h. 4.

7

I Djumhur dan M Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28.

individu dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.”8 Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling, Hallen memberikan definisi bahwa: ”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terusmenerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh

potensi

yang

dimilikinya

secara

optimal

dengan

menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya….”9

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang berkesinambungan dan sistematis kepada individu atau sekumpulan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan dan kemandirian sehingga ia dapat memperoleh kebahagiaan hidup dan memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. 3.

Pengertian Islam

8

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, h. 5.

9

Ibid., h. 9.

Dalam Ensiklopedi Islam, kata Islam didefinisikan sebagai agama samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanutusannya, yaitu Muhammad Saw, yang ajaran-ajarannya terdpat dalam kitab suci al-Qur`an dan sunah dalam bentuk perintah-perintah, laranganlarangan dan petunjuk-petunjukuntuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.10 Menurut Harun Nasuton, ”Islam adalah agama yang ajaranajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul”. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dar ajaran-ajarannya yang mengambil berbagai aspek itu adalah al-Qur`an dan hadits.11 Sedangkan pengertian Islam menurut Syekh Mahmud Syaltut yang dikutip oleh Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya yang berjudul Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, Islam adalah agama Allah yang diperintahkan untuk mengajarkan pokok-pokok dan peraturan-peraturan kepada Nabi Muhammad saw dan menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada seluruh manusia, lalu mengajak mereka untuk memeluknya.12 Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwasanya Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah SWT, melalui 10

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtar Van Hoeve), h. 246.

11

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UII Press, 1985), h.

24. 12

H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 40.

Nabi Muhammad SAW, yang membawa konsep berbagi segi kehidupan manusia berdasarkan al-Qur`an dan hadits. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka metode bimbingan Islam adalah usaha pemberian bantuan secara berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur`an dan sunah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga mereka dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 4.

Metode Bimbingan Islam Dalam penerapannya, bimbingan memiliki beberapa metode. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Pada penulisan ini metode bimbingan Islam dilihat sebagai proses komunikasi, karena di dalamnya suatu interaksi komunikasi antara pembimbing dengan klien, dalam hal ini yaitu anak yatim. Dalam

hal

ini

metode

bimbingan

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan segi komunikasi, metode tersebut terdiri dari metode komunikasi langsung yang disingkat menjadi metode langsung dan metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.13 a. Metode Langsung (Metode Komunikasi Langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:

13

Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 2.

1) Metode Individual Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik: a) Pecakapan Pribadi Yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing. b) Kunjungan Rumah (home visit) Yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya. c) Kunjungan dan Obsevasi Kerja Yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya. 2) Metode Kelompok Yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien

dalam

kelompok.

Hal

ini dapat dijadikan dengan

menggunakan beberapa tekhnik: a) Diskusi Kelompok Yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama. b) Karya Wisata

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya. c) Sosiodrama Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah secara sosiologis. d) Psikodrama Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah psikologis. e) Group Teaching Pemberian Bimbingan kelompok dengan memberi materi bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. b. Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. 1) Metode Individual a) Melalui surat-menyurat b) Melalui telepon dan sebagainya 2) Metode Kelompok / massal a) Melalui papan bimbingan

b) Melalui surat kabar atau majalah c) Melalui brosur d) Melalui radio (media radio) e) Melalui televisi B. Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Pembinaan Kata pembinaan berasal dari bahasa arab “bina” artinya bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-” dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.14 Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu: 1. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.15 2. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.16

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 117. 15

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8. 16

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h. 3.

Pengertian pembinaan hampir sama dengan pengertian bimbingan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.17 Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.18 Persamaan antara dua pengertian tersebut yaitu sama-sama berusaha membentuk manusia untuk menjadi yang lebih baik dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan tepat, benar dan berjalan dengan lancar. Jadi, pembinaan dapat dipahami sebagai suatu upaya pendaya gunan anak yatim secara berkesinambungan dalam mengembangkan kemampuan

mereka

agar

memperoleh

kebahagiaan

pribadi

dan

kemanfaatan sosial. 2.

Akhlak Dalam Ensiklopedi Islam, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari adanya lahir perbuatan yang mudah, tanpa melaui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Kata akhlak

17

HM. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 18. 18

8

Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1977), h.

merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-Khulq, yang secara etimologis berarti tabiat atau budi pekerti.19 Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.20 Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, akhlak adalah kelakuan yang timbul dari perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.21 Sehingga dapat diartikan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang membentuk karakteristik individu dalam bertindak. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka pembinaan akhlak adalah suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat. 3. Proses Pembinaan Akhlak

19

Ensiklopedi Islam, h. 102.

20

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 26.

21

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhana, 1995), h. 50.

Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bertindak. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah (habluminallah) dan antar sesama manusia (habluminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang, yaitu melalui proses pembinaan akhlak. Dengan demikian dalam proses pembinaan akhlak dibutuhkan kerja keras dan kesabaran orangtua selaku pendidik. Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. Maka dari itu, proses pembinaanitu harus diberikan sejak anak masih kecil.20 Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka pembinaan akhlak adalah melalui pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus, karena kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat terbentuk melalui pembiasaan. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan cara paksaan yang lamakelamaan tidak lagi terasa terpaksa. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan amal shalih dan perbuatan terpuji. Karena itu, seorang ang mengaku beriman tentu harus mempunyai akhlak yang baik sebagai manifestasi dari keimanannya. Penerapan nilai-nilai akhlak dalam 20

Nur Mahmud Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: AlBayan, 1999), h. 178.

keluarga sebagai lingkungan terdekat anak, lingkungan sekolah sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan lingkungan masyarakat turut berperan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak pada anak. Adapun bentuk-bentuk pembinaan akhlak itu diantaranya: (1) pembinaan budi pekerti dan sopan santun, (2) pembinaan sikap jujur, (3) pembinaan untuk menjaga rahasia, (4) pembinaan menjaga kepercayaan, (5) pembinaan menjauhi sifat dengki.21

C. Yatim 1.

Pengertian Yatim Secara etimologis, yatim berasal dari bahasa arab yaitu yatamaa-

yatiimu- yatiiman, yang artinya menyendiri.22 Sedangkan dalam kamus alMunjid, yatim berarti anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum sampai kepada batas orang dewasa.23 Sedangkan pengertian yatim secara terminologi dalam kamus bahasa indonesia adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak (atau tidak beribu-bapak), tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal.24

21

Ibid., h.179

22

Muhammad bin Abi Bakar bin Abd. Qodir Ar-Razi, Muhtarus Shihab, h. 741.

23

Luis Al-Ma`luf, Al-Munjid fil Lughat Wal-A`lam, (Beirut-Libanon: Dar El- Masyrek, 1986), h. 923. 24

h. 1152.

Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985),

Pengertian tersebut dipertegas dalam kamus istilah fiqih bahwa yatim adalah anak laki-laki atau perempuan yang ditinggal mati ayahnya sebelum akil baliqh (dewasa). Sedangkan piatu adalah anak yang tidak hanya yatim, namun juga tidak ada yang memeliharanya.25 Jadi anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya, sedangkan ia belum berada dalam usia baliqh, dan belum dapat mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, baligh merupakan batas usia dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Untuk mengetahui tanda-tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim, penulis mengemukakan sebagai berikut, yaitu: berumur 15 tahun, keluar mani, dan haid bagi anak perempuan.26 2. Pola Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Yatim Menurut Ajaran Islam Adapun beberapa hal pokok dalam pembinaan akhlak terhadap anak yatim yang penulis dapat kemukakan diantaranya: a. Menjamin makan dan minumnya Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmaniahnya. Di dalam hadits nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai balasan bagi orang yang memberi makan dan minum anak yatim, yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abi Darda berbunyi:

67ِ8ُ‫َ اَنْ اَﺕ‬4ْ1ِ َ ُُ‫َ وَاََُْ رَأْﺱ‬+ْ1َِ1ْ‫ِ اﻝ‬+َْ‫ اِر‬: َ,ََ)َ َ‫َ وَﺕُ ْرِك‬,ُ-َْ. َ,ََ)َ َ‫َ َوﺕُ ْرِك‬,ُ-َْ. َ4ْ1َِ َ,ََِ9 ْ4ِ َُ(َْ9َ‫وَا‬ (‫ ا < اﻝ ّرداء‬4 <‫اﻥ‬-ّ‫)روا! اﻝ‬ 25

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 425.

26

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 316.

“Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau memperoleh keinginanmu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah dia daripada makananmu, nanti hatimu akan lunak dan akan engkau capai kehendakmu.” 27 Hadits di atas bahwa orang yang suka berbuat baik kepada anak-anak yatim, mengasihinya, mengusap kepalanya dengan maksud menyantuni dan memberi makan, minum, dan pakaian, maka nanti hati orang itu akan menjadi lunak, mau menerima nasehat dan sebagainya, serta apa yang dicita-citakannya insya Allah tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim. b. Memelihara hartanya Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat oleh bapaknya kemudian ia (bapaknya) meninggalkan harta warisan untuk anak tersebut. Harta yang diwarisi itu baik banyak atau sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dilakukan apabila keadaan anak yatim tersebut masih kecil atau sudah dewasa namun belum dapat mengurus sendiri hartanya. Adapun orang yang ikut mengurus nya boleh mempergunakan hartanya dengan maksud yang baik dan wajar. Firman Allah dalam al-Qur`an surat alAn`aam/6: 152, berbunyi:

F .D15E AB6 KLD JB GH,IH5 ... *&')6" M,N “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang lebih baik (bermanfaat)…”28 c. Memberi Kasih Sayang Sebagaimana kita ketahui sejak seorang anak menjadi yatim piatu, mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya lagi. Oleh karena itu, patutlah kita menyayangi mereka seperti anak sendiri, 27

As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil Muhammadiyah, h. 52. 28 Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2006), h. 149.

sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada. Hal ini dilakukan agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan dan tidak putus asa dalam menjalani hidupnya. Pemberian kasih sayang tersebut dapat diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan mereka. Selain itu kasih sayang dapat ditunjukan dengan

memperlakukan mereka

dengan baik. Bila mereka melakukan kesalahan maka hendaklah ditegur dengan lembut dan wajar, jangan langsung memarahinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat adh-Dhuha/93: 9, yakni “Fa ammaal yatiima falaa taqhar“ (“Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”)29 d. Memberi Pendidikan Selain memberikan nafkah dan memberikan kasih sayang kepada anak yatim piatu, kita selaku pengganti orang tua mereka juga wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang berorientasi kepada akhlak, diantaranya mengajarkan tata cara melaksanakan shalat, dan pendidikan akhlak lainnya. Sebagaimana Sabda nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut:

ْ+ُ‫َ وَه‬#ْ1ََ ْ+ُ‫ُِْْه‬Cَ‫َ وا‬4ْ1ِِ‫ِ ﺱ‬Bْ-َ‫ْ أَ َْءُ ﺱ‬+ُ‫ْ ِﻝ'@َةِ وَه‬+ُ‫وْاأَوْ?َدَآ‬6ُ (‫)روا! ا  دوّود‬. ِBِ‫َﺝ‬Fَ(ْ‫ْ ِىﻝ‬+ُ#َْ1َ ‫َ وََُْا‬4ْ1ِِ‫َِ ﺱ‬Dَ ُ‫اَ َْء‬ “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila mereka meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”30 Hadits di atas menerangkan bahwa perintah ini ditujukan kepada para wali dari anak-anak termasuk kepada anak yatim piatu untuk mengajarkan mereka tata cara melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka terbiasa dan senang melaksanakan shalat. Setelah berumur sepuluh tahun, ketika mereka mendekati masa baligh atau telah baligh, apabila mereka 29

Ibid., h. 596.

30

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 188.

meninggalkan shalat, hendaklah para wali memukul mereka. Perintah kepada wali ini dimaksudkan sebagai pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak agar senantiasa memelihara perintah allah, bergaul antara sesama makhluk menurut perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. 3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihi serta disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah kehilangan kasih sayang dari bapaknya yang telah meninggal, sedangkan mereka butuh bimbingan dan pengawasan untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang. Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing manusia dengan ajaran rahmat-Nya yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah ajaran yang memerintahkan manusia sebagai makhluk sosial untuk peduli terhadap fenomena lingkungannya terutama yang menyangkut anak yatim, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT, dalam al-Qur`an surat al-Baqarah/2: 220, berbunyi:

=* ((OPQR'S6… K(A⌧X WQ . T(☺UVH5 6 . #; 1(8 YZ[ … P]8_` QN\,2!F “…Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah, mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu...”31 Ayat tadi memberi pengarahan kepada orang yang mengurus anakanak yatim, supaya ia bergaul dengan mereka secara patut dengan cara mendidik mereka dengan baik, dan menjaga serta mengembangkan harta benda mereka. Mereka adalah saudara-saudaranya seagama. Sebagai saudara, ia berhak bergaul dengan sesama saudaranya dengan cara yang patut dan mengandung kebajikan.

31

Departemen Agama RI, h. 35.

Allah memerintahkan umat Islam untuk memperhatikan dan memelihara anak yatim, agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan hidup seperti layaknya anak-anak lainnya yang masih mempunyai orang tua. Islam sangat besar perhatiannya terhadap anak yatim, sehingga nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan bahwa orang yang memelihara anak yatim akan masuk surga bersama beliau, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Hakim dari Anas yang berbunyi:

.ٍGَ(ْ1َِ ْ‫ٍ اَو‬+ْ1َِ َ‫َ اِﻝ‬4ََْ‫ْ ا‬4َ ،َ4ْ1ِ‫َﺕ‬#َ‫ِ آ‬Gَ)ْ‫ُ اَذَا وَهَُ ِىﻝ‬Jُْ‫آ‬ (L‫ اﻥ‬4 +1M8‫)روا! اﻝ‬ “Orang yang paling baik terhadap anak yatim laki-laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari di dalam surga seperti begini ( seperti anak jari tengah dan telunjuk).” 32 Dalam menyantuni anak yatim bukan hanya memenuhi kebutuhan jasmaniah saja namun juga kebutuhan-kebutuhan lainya seperti ruhaniah, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Allah telah memperingati orang yang tidak mau membantu kehidupan anak yatim padahal dia mampu untuk melakukannya, dan itulah mereka yang Allah sebut sebagai pendusta agama. Bahkan Allah mengecam keras terhadap orang yang berusaha menghabiskan harta anak yatim dengan memasukan mereka ke dalam api yang menyala-nyala. Islam menyadari betapa beratnya menyantuni anak yatim, namun lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat membiarkan mereka hidup terlantar tanpa ada yang memperhatikan. Oleh karena itu, menyantuni anak yatim merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam dan masyarakat pada umumnya.

32

As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma`arif, 1996), h. 734.

Mukhtarul

Ahadits,

Hikamil

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT ISLAM INDONESIA (YAKIIN)

A. Sejarah dan Perkembangan Awal terbentuknya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) didahului oleh berdirinya pondok pesantren al-Ma`mur pada tahun 1966 dimana lembaga ini merupakan pondok pesantren pertama yang berada di Tangerang. Namun, melihat kondisi masyarakat sekitar maka dikembangkan sebuah rumah asuh yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu terutama kaum dhuafa dan anak yatim piatu. Rumah asuh ini diberi nama Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Nama YAKIIN pada panti asuhan ini terinspirasi oleh keinginan pendirinya KH. Djamhuri, HM.BA untuk dapat melaksanakan salah satu usaha dalam kesejahteraan sosial khususnya terhadap umat Islam. Usaha tersebut beliau wujudkan dalam bentuk penampungan dan pembinaan terhadap anak-anak yatim piatu dari keluarga kurang mampu. Disamping itu, panti asuhan ini didirikan dengan tujuan membantu pemerintah dalam menangani

permasalahan

sosial

khususnya

kemiskinan.

Setelah

KH.

Djamhuri, HM.BA meninggal dunia, panti asuhan ini dipimpin oleh anaknya yaitu KH. Naufal Djamhuri. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) didirikan pada tanggal 17 Januari 1976 diprakarsai oleh keluarga besar KH.

Djamhuri, HM.BA. Panti asuhan ini merupakan perwujudan rasa cinta beliau yang tulus dan suci terhadap anak-anak yatim. Berdirinya panti asuhan ini berawal dari keprihatinan beliau dengan banyaknya anak-anak yatim yang tidak mampu dan tidak dapat hidup layak di masyarakat, sehingga beliau tergerak hatinya untuk mendirikan panti asuhan yang layak dihuni oleh anakanak tersebut.22 Dalam mengemban amanah ini, beliau jalankan dengan penuh rasa ikhlas. Sehingga atas jasanya tersebut beliau mendapatkan penghargaan pada tanggal 6 Agustus 1987 di Bandung. Penghargaan tersebut diberikan oleh Gubernur Jawa Barat yaitu Yogie. S.M kepada KH. Naufal Djamhuri atas jasa-jasanya dalam pembangunan kesejahteraan sosial di wilayah Tangerang. Sejak berdirinya pada tahun 1976 hingga sekarang, Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) telah berhasil mendidik dan membina anak didik kurang lebih 500 orang anak. Mereka ratarata menjalani pembinaan dipanti asuhan ini selama 7 tahun sampai pada akhirnya mereka siap

kembali ke masyarakat dengan mengamalkan

pendidikan yang mereka dapatkan serta menjadi anggota masyarakat yang baik. Dari segi pendidikan formal, beberapa anak asuh telah berhasil memperoleh gelar sarjana, bekerja sebagai pegawai dan pendidik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Selama 31 tahun berdiri dalam pembinaan anak asuh, tentunya bangunan yang dihuni mengalami perbaikan dan perombakan. Hal ini sudah pasti membutuhkan bantuan baik berupa uang dan materi lainnya. Dalam 22

Wawancara Pribadi dengan KH Rahmani, Pendiri Panti Asuhan YAKIIN. Tangerang. 14 September 2007.

pembangunannya, lembaga ini memperoleh bantuan dari pemerintah dan lembaga sosial lainnya, sebagai contoh Yayasan Dharmais memberikan bantuan sebanyak 3 kali dalam setahun.23

B. Visi dan Misi Setiap lembaga atau suatu organisasi memiliki visi dan misi guna mencapai keberhasilan. Begitu pula panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang di dalamnya memiliki beberapa program pembinaan terhadap anak asuhnya. Adapun visi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) adalah menghasilkan generasi muslim yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan serta mempunyai akhlakul karimah24. Dan adapun misinya adalah 1. Menampung dan memenuhi segala kebutuhan anak yang kurang mampu khususnya anak yatim. 2. Memberikan pendidikan yang layak agar mereka mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang. 3. Memberikan pembinaan keagamaan yang berkesinambungan dan sistematis agar mereka menjadi muslim yang berkualitas. 25

23

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

24 Wawancara Pribadi dengan Ersya Udiyantara, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Kesantrian. Tangerang. 19 September 2007. 25 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Djamhuri, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.

C. Letak Geografis Letak geografis merupakan penentu keberhasilan dalam suatu lembaga. Dengan letak yang strategis, suatu lembaga akan lebih mudah mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam kegiatan sehari-hari. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terletak di daerah Kelurahan Kreo Selatan Kecamatan Larangan Kabupaten Tangerang, bertempat di Jalan Pesantren Rt.001/07 No.36. Lokasi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berdekatan dengan perbatasan Jakarta Selatan-Tangerang.26

D. Struktur Organisasi Dalam suatu organisasi penting sekali adanya pengaturan tugas. Pengaturan tugas tersebut dimaksudkan guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Begitupun dengan panti asuhan ini yang tentunya perlu dibentuk sebuah struktur organisasi untuk mengurus segala kebutuhan panti asuhan. Hal ini dilakukan agar suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada ahlinya sehingga pekerjaan tidak menumpuk pada satu orang dalam satu waktu. Adapun struktur organisasi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) adalah sebagai berikut: Bapak KH. Naufal Djamhuri sebagai ketua yang memiliki kewenangan penuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Sebagai pemegang wewenang kebijakan dibantu oleh Bapak Drs. H. Aminullah, MPd. Sebagai wakil ketua. Sedangkan bagian Sekretaris yang memiliki tugas sebagai

26

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

pengatur administrasi kesekretariatan dipegang oleh Ibu Yusroh Djamhuri. Pemegang administasi keuangan dipercayakan kepada Bapak Drs. Basuni, MZ. yang bertugas mengatur sirkulasi keuangan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dan dibawah pengurus inti adalah anggota sebagai komunitas yang diasuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

27

Adapun bentuk struktur

terlampir.

E. Sarana dan Prasarana Sebagai panti asuhan yang cukup baik dan punya perhatian terhadap usaha pembinaan anak-anak yatim piatu dan kurang mampu, maka untuk memenuhi kebutuhan anak asuhnya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarana. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) memiliki berbagai bangunan fisik yang cukup representatif berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 2.15 m2 dan sampai sekarang terus berupaya dan memperluas dan mengembangkan berbagai sarana dan prasarananya. Adapun sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), diantaranya adalah: 1. Gedung asrama terdiri dari asrama putra dan putri yang dilengkapi dengan tempat tidur dan lemari pakaian. 2. Sebuah bangunan masjid berkapasitas kurang lebih 500 orang jamaah. 3. Ruang sekretariat Panti Asuhan YAKIIN.

27

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

4. Ruang bimbingan. 5. Ruang perpustakaan. 6. Ruang komputer. 7. Ruang aula serbaguna. 8. Dapur umum. 9. Lapangan.28

F. Kondisi Umum Anak Asuh di Panti Asuhan YAKIIN 1. Latar belakang keluarga anak asuh Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) diprioritaskan untuk anak yatim piatu yang kurang mampu. Dan mayoritas anak asuh di panti asuhan ini berasal dari keluarga yang berada di daerah Tangerang. Anak asuh di panti asuhan ini bukan hanya dari anak-anak yang tidak mempunyai orang tua, walaupun hanya salah satunya saja yang tidak ada. Akan tetapi banyak pula dari anak asuh di panti asuhan ini yang berasal dari keluarga yang masih utuh dalam artian masih ada orang tua. Di antara mereka adalah anak asuh anak asuh yang berasal dari keluarga yang tidak mampu atau pra sejahtera. Jumlah anak asuh secara keseluruhan pada saat ini berjumlah 64 orang. Tabel data anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). 29

28

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

29

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

No

Jenis Kelamin

Jumlah

1

Laki-laki

29 orang

2

Perempuan

35 orang

Jumlah

64 orang

No

Usia

Jumlah

1

6-10 tahun

6 orang

2

11-15 tahun

38 orang

3

16 tahun keatas

20 orang

Jumlah

64 orang

No

Status

Jumlah

1

Dhuafa

39 orang

2

Yatim

19 orang

3

Piatu

2 orang

4

Yatim Piatu

3 orang

Jumlah

64 orang

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah

1

MI

6 orang

2

MTS

27 orang

3

MA

31 orang

Jumlah

64 orang

Sejak awal berdirinya panti asuhan ini tidak mendapat banyak hambatan dalam mencari anak asuh. Memang keberadaan panti asuhan ini sangat diharapkan oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan khawatiran yang cukup besar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka karena mereka tidak dapat memberikan pendidikan dan kehidupan yang layaknya anak-anak mereka dapatkan. Sehingga masyarakat di daerah sekitar panti asuhan khususnya keluarga pra sejahtera memberikan kepercayaan kepada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini untuk dapat mengasuh dan membina anak-anak mereka agar mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak. Sehingga anak-anak mereka dapat kembali ke masyarakat dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. 2. Kegiatan harian anak asuh Anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini mempunyai jadwal yang mereka lakukan setiap harinya. Jadwal ini bersifat mengikat namun sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi anak. Jadwal ini diberlakukan sebagai acuan agar anak-anak lebih terarah. Sehingga apabila anak asuh tersebut tidak melakukan jadwal tersebut tanpa izin maka akan dikenakan sangsi berupa teguran ataupun hukuman. Karena pada dasarnya selalu ada sangsi yang berlaku pada setiap pelanggaran. Seluruh kegiatan anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam terangkum dalam sebuah table berikut:

Indonesia

(YAKIIN)

JADWAL KEGIATAN HARIAN ANAK ASUH PANTI ASUHAN YAKIIN30 Waktu

No. 1. 2. 3.

04.30-05.00 05.00-05.30 05.30-06.00

4. 5.

06.00-07.00 07.15-12.15

Kegiatan Shalat subuh berjamaah* Membaca yasin dan shalawat * Pengajian kitab kuning Ziarah makam (Hari jum`at) Muhadatsah (Hari minggu) Piket dan Sarapan* Sekolah

Olahraga, paskibra dan marawis (Hari minggu) 12.30-13.00 6. Shalat dzuhur berjamaah* 7. 13.00-15.00 Istirahat dan makan siang* 8. 15.00-15.45 Shalat ashar berjamaah dan Membaca QS. Al-Waqiah* 9. 16.00-17.00 Sekolah diniyah Bimbingan kelompok (Hari sabtu) 10. 17.00-17.30 Piket dan makan sore* 11. 18.00-18.30 Shalat magrib berjamaah* 12. 18.30-19.30 Membaca ratib dan al-Qur`an Membaca yasin dan tahlil (Hari kamis) 13. 19.30-20.00 Shalat isya berjamaah* 14. 20.00-21.00 Belajar malam 20.00-20.30 Membaca diba`i (Hari rabu) 20.00-21.30 Qiroah (Hari sabtu) 20.00-22.00 Muhadharah (Hari minggu) 15. 21.00-21.30 Mufrodat 16. 22.00-04.00 Tidur *, Ket: Dilakukan setiap hari

30

Ket di masjid di masjid di aula di makam pon-pes al-Ma`mur di aula di kamar masing-masing di sekolah yang berada di dalam panti asuhan Lapangan dan aula

di masjid di kamar masing-masing di masjid di sekolah di aula di kamar masing-masing di masjid di masjid di masjid di masjid di sekolah di masjid di aula di aula di aula di kamar masing-masing

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

BAB IV METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

A. Deskripsi Informan Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis. Pertama, informan sebagai pengurus panti asuhan yang terdiri dari salah seorang pendiri, dua orang sebagai pengurus dan satu orang sebagai kepala bidang bimbingan. Kedua, informan anak yang terdiri dari lima orang anak yang menjadi anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tersebut. 1. Informan pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) a) Pengurus I Informan pertama adalah salah seorang pendiri panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Beliau bernama KH. Rahmani, HM, lahir di Tangerang tanggal 19 Maret 1936. Anak dari pasangan Bapak H. Marzuki dan Ibu Hj. Ruwi. Sejak kecil beliau bersekolah di Roudhotul Mu`alimin Mampang. Saat ini beliau bersama keluarga bertempat tinggal di Jalan pesantren Rt. 01/07 No. 52 Kreo Selatan Larangan Tangerang.

b) Pengurus II Informan kedua adalah salah seorang pengurus di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bidang pendidikan. Beliau bernama Muhammad Sirri Djamhuri, S.Pd.I, lahir di Tangerang tanggal 27 November 1975. Beliau adalah putra ke 10 dari pasangan salah satu pendiri panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Bapak. Djamhuri. HM.BA dan Ibu Masnun. Sejak kecil ia menyelesaikankan pendidikannya di pondok pesantren al- Ma`mur, bahkan tidak hanya hanya pesantren tersebut, beliau juga pernah hijrah ke beberapa pesantren untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya di bidang agama, diantaranya yaitu di pondok pesantren gontor. Setelah menyelesaikan pendidikannya,

beliau

mengajar

di

lembaga

yang

didirikan

keluarganya yaitu pondok pesantren al-Ma`mur sejak tahun 2002. Selain sebagai pengajar beliau juga merangkap sebagai pimpinan Pondok Pesantren al- Ma`mur, kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah alMa`mur dan pengurus panti asuhan YAKIIN sampai saat ini. Bahkan tahun ajaran ini beliau dipercayakan lagi untuk memegang jabatan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Ia bertempat tinggal di jalan pesantren. Dan untuk menunjang kegiatannya yang cukup padat di yayasan tersebut, beliau bermukim di sekitar yayasan yang beralamat di Jalan Pesantren Rt. 01/07 No. 36 Kreo Selatan Larangan Tangerang.

c) Pengurus III Informan ketiga bernama Ersha Udiantara. Salah satu pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bidang kesantrian. Ia dilahirkan di Tangerang tanggal 8 April 1989. Ia adalah putra pertama dari pasangan Bapak. Muhammad Pasha dan Ibu Eryani. Masa kecilnya di habiskan di Tangerang, yang beralamat di Jl. Karyawan I No. 79 Rt. 02/03 Karang Tengah Ciledug. Ia menamatkan pendidikannya

di

SDN

Karang

tengah

2

dan

melanjutkan

pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Yayasan al-Ma`mur. Setelah meyelesaikan pendidikannya, ia pun mengajar di yayasan al-Ma`mur dan turut menjadi pengurus di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Selain kegiatannya tersebut, ia pun melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini. d) Staff Bidang Bimbingan Sebagai informan keempat adalah Bapak Ahmad Yani. S.Pd.I, yang menjabat sebagai pengajar dan wakil kepala sekolah Madrasah Aliyah al- Ma`mur bidang kurikulum sejak tahun 1985. Selain memegang jabatan tersebut, beliau juga bertanggung jawab sebagai kordinator kegiatan bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bersama tiga pendidik lainnya yaitu Niswan, S.Pd.I, Mulham, S.Ag dan Abu Sofyan, S.Pd.I. Selain mengajar di yayasan al-Ma`mur, beliau juga mengajar di

madrasah ibtidaiyah MANBAUL KHOIR sejak tahun 2005. Beliau dilahirkan di Tangerang tanggal 6 November 1966. Anak ke ke 3 dari putra pasangan Bapak. Muhammad Nur dan Ibu. Fatimah ini sejak kecil menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren al- Ma`mur dan menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas Gunung Jati Bandung. 2. Informan anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) a) Anak asuh I Nama lengkapnya adalah Arif Ma`ruf dan biasa di panggil dengan sebutan Arif. Ia lahir di Jakarta tanggal 21 Februari 1987. Anak ke 7 dari 7 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Abdul Aziz dan alm. Ibu. Mai Tufah. Sejak usianya 4 bulan, ia sudah ditinggal mati oleh ibunya. Setelah itu, ia diasuh oleh ayahnnya sampai usianya mencapai sekitar sebelas tahun, karena ayahnyapun meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakak pertamanya di Jl. Kostrad raya Gg. Duku Jakarta Selatan. Sebelum meninggal dunia, ayahnya mengamanatkan kepada kakak pertamanya untuk melanjutkan pendidikan Arif ke pondok pesantren. Akhirnya setelah lulus pendidikan dasar di SDN 04 Petukangan Utara, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah di pondok pesantren al- Musyarafah Jakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan alMa`mur . b) Anak asuh II Nama lengkapnya adalah Iis Nurhayati dan biasa dipanggil dengan sebutan Iis. Ia lahir di Serang tanggal 14 Oktober 1992. Anak ke 7 dari 8 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Adep Nurdin dan Ibu. Nemsih. Sejak usianya sekitar 3 tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Saat itu perasaan kehilangan sosok seorang ayah belum ia rasakan. Namun setelah ia beranjak dewasa barulah ia merasakan kehilangan sosok yang sangat ia butuhkan sebagai seorang ayah. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh ibunya dan bertempat tinggal di Jl. Sawah luhur kp. Simpang tiga Rt. 01/02 Kasemen Serang-Banten. Akhirnya berkat informasi Ustadz. Zabidin, setelah lulus pendidikan dasar di SDN Harjamukti Serang, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiayah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al- Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-Ma`mur. Selama ia tinggal di yayasan, banyak hal yang ia dapatkan. Selain banyak teman, pengetahuan keagamaannyapun semakin bertambah. Walaupun hidup serba kekurangan namun ia tetap sabar, ikhlas serta tabah menghadapi cobaan yang menghampirinya. Karena ia yakin bahwa semua ini pasti ada hikmahnya.

c) Anak asuh III Nama lengkapnya Nurhayati dan biasa dipanggil dengan sebutan Nur. Ia lahir di Tangerang tanggal 5 Juni 1991. Anak ke 1 dari 2 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Sakian dan Ibu. Anah. Sejak umur 10 tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayah tercinta. Saat itu ia sangat mengalami perasaan yang amat sedih karena harus kehilangan sosok seorang ayah, padahal ia dan adiknya masih membutuhkan biaya untuk pendidikan. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh ibunya dan bertempat tinggal di Jl. Raya Kresek kp. Sindang asih Rt. 01/03 Balaraja-Tangerang. Awalnya ibunya bingung harus melanjututkan sekolah anaknya karena ia tidak punya biaya yang banyak. Namun berkat informasi tetangganya yang kebetulan bersekolah di

yayasan al-Ma`mur

menyarankan ibnya

untuk

menyekolahkan anaknya di yayasan tersebut. Tanpa pikir panjang, setelah lulus pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah al-Khairiyah Balaraja, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al- Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan alMa`mur. d) Anak asuh IV Nama lengkapnya Asep Saefuddin dan biasa dipanggil dengan sebutan Asep. Ia lahir di Tangerang tanggal 6 September 1989. Anak ke 3 dari 6 bersaudara ini merupakan anak pasangan Bapak. Daud

Nuhasan dan Ibu. Gusnawati. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Jl. Sindang jaya Rt. 01/02 Kp. Cayur Pasar kemis-Tangerang. Setelah menyelesaikan sekolah di SD Sindang sono III Pasar kemis, ia tidak melanjutkan sekolah selama dua tahun karena tidak ada biaya. Selama dua tahun iti ia hanya belajar mengaji di pengajian sekitar rumahnya. Namun suatu ketika salah seorang keluarganya menginformasikan suatu panti asuhan yang juga menampung anak yang kurang mampu untuk di sekolahkan di yayasan al-Ma`mur. Dan tanpa pikir panjang, setelah mendengar informasi tersebut, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-Ma`mur. e) Anak asuh V Nama lengkapnya Indra Irawan dan biasa dipanggil dengan sebutan Indra. Ia lahir di Tangerang tanggal 28 Maret 1992. Anak ke 4 dari 6 bersaudara ini merupakan anak pasangan Bapak. Daud Nuhasan dan Ibu. Gusnawati. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Jl. Sindang jaya Rt. 01/02 Kp. Cayur Pasar kemis-Tangerang. Mengikuti jejak kakaknya yang telah terlebih dahulu melanjutkan pendidikannya di yayasan alMa`mur, ia pun melanjutkan dari SD Sindang sono III ke ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-

Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan alMa`mur.31

B. Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Sebagai lembaga sosial yang punya perhatian besar dalam usaha pembinaan akhlak terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan visi dan misinya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) memerlukan pematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep dilakukan dengan menetapkan kegiatan yang tepat untuk mencapai cita-cita bersama yang tersusun dalam suatu program. Program adalah suatu rancangan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu keberhasilan dalam perencanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Dengan demikian, program pembinaan akhlak diartikan sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat. Dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga sosial yang peduli terhadap anak yatim, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap anak asuhnya melalui beberapa bidang, yaitu: pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan kerohanian.32 a. Bidang Pendidikan Formal 31

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007. Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Dzamhuri, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007. 32

Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan teratur yang sudah ditentukan oleh suatu lembaga tertentu. Dalam hal ini pendidikan formal yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) adalah sistem pendidikan Madrasah di bawah naungan Departemen Agama. Tujuan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) memberikan pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Agama adalah untuk memberikan pelajaran agama dan umum secara seimbang sehingga terwujud timbal balik yang baik dalam upaya memanifestasikan IMTAQ dan IPTEQ. Lembaga pendidikan yang disediakan bagi anak asuh masih dibawah naungan kepemimpinan yang sama dengan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Yayasan al-Ma`mur. Adapun pendidikan formalnya, yaitu pendidikan dasar melalui Madrasah Ibtidaiyah (MI), Selanjutnya pendidikan menengah melalui Madrasah Tsanawiyah (Mts), dan Madrasah Aliyah (MA) sebagai pendidikan tingkat akhir. 1) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pendidikan Ibtidaiyah yang diberlakukan kepada anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) di bagi menjadi dua waktu, yaitu: kelas I dan II dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00, sedangkan kelas III sampai kelas VI dimulai pukul 07.00 sampai pukul 12.00. 2) Madrasah Tsanawiyah (Mts) Pendidikan Tsanawiyah yang diberlakukan kepada anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan dalam satu waktu yang dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 12.15. Pendidikan Tsanawiyah tersebut tidak hanya diperuntukan bagi anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tapi juga bagi anak didik di Yayasan al-Ma`mur. 3) Madrasah Aliyah (MA)

Pendidikan Aliyah yang diberlakukan kepada anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tidak berbeda dengan Pendidikan Tsanawiyah, baik waktu maupun pembagian kelas. Pendidikan merupakan cara untuk mengembangkan nilai yang ada pada anak atau individu untuk tumbuh dan berkembang sehingga anak yatim yang diasuh di panti asuhan ini diharapkan bias menjadi muslim yang tidak hanya berwawasan luas tapi juga mandiri serta mempunyai akhlakul karimah. b. Bidang Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan ditujukan sebagai bekal keahlian yang diperlukan oleh para anak yatim agar mereka tidak berpangku tangan atau menunggu belas kasihan para dermawan. Keterampilan ini berupa latihanlatihan dan kursus-kursus kejuruan. Salah satu bentuk keterampilan tersebut diantaranya yaitu latihan berpidato (muhadharah), marawis, muhadatsah (percakapan bahasa arab), dan kursus komputer. Seluruh kegiatan keterampilan ini dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai jadwal yang telah ditentukan pihak pendidik (terlampir). Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) mengadakan muhadharah yang dilakukan secara bersama antara anak asuh putra dan putri setiap hari minggu pada pukul 20.00 sampai dengan pukul 22.00. Hal ini dimaksudkan agar para anak asuh tersebut mampu untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya dan dapat terjun menjadi ulama di masyarakat. Keterampilan seni marawis dan beberapa seni lainnya memberikan kesempatan bagi anak asuh untuk mengembangkan bakat dan potensi diri yang mereka miliki. Dengan keterampilan seni yang mereka miliki diharapkan anak asuh memiliki orientasi yang lebih luas di bidang kesenian tidak hanya pendidikan formal dan agama saja. Pelatihan kesenian marawis ini rutin dilakukan pada hari minggu dengan waktu yang tidak ditentukan.

Keterampilan di bidang bahasa juga diberikan kepada anak asuh dalam pendidikan mereka sebagai bekal masa depannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan muhadatsah atau percakapan bahasa arab. Muhadatsah dilakukan setiap hari minggu pada pukul 05.30 sampai dengan pukul 06.00. Keterampilan ini tentunya akan menambah pengetahuan mereka dalam berbahasa asing yaitu bahasa arab. Sadar dengan perkembangan zaman yang terus berkembang dengan penemuan-penemuan baru dalam berbagai disiplin ilmu, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) membekali

anak

asuh

dengan

keterampilan

dalam

menghadapi

perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih yaitu kursus komputer. Pelatihan keterampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat sebagai bekal masa depan bagi para anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Namun dalam hal ini bakat dan kesungguhan anak asuh akan menjadi pendukung keberhasilan mereka. Dengan semua bentuk kegiatan pendidikan yang diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini diharapkan jiwa keberagamaan anak asuh akan terus tumbuh dan berkembang. Sehingga dengan kemampuan agama yang dimilikinya mereka tidak akan miskin iman serta dapat meneguhkan kepribadian Islam yang sudah ditanamkannya sejak lama. Peranan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN)

menghasilkan

muslim

sebagai yang

lembaga

sosial

dalam

berkualitas

dapat

terwujud

upayanya dengan

mengembangkan bakat anak asuhnya melalui pendidikan atau pelatihan. Karena pada dasarnya pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. c. Bidang Kerohanian Allah SWT, menunjukan hikmah-Nya dengan menciptakan manusia dengan berbagai macam bentuk, keadaan dan dan tingkat

kehidupan, sehingga perlu adanya pemahaman pada diri hambanya agar tidak mudah terjerumus oleh keadaan yang menyesatkan. Oleh karena itu, untuk menjaga diri sesuai dengan fitrahnya perlu adanya upaya untuk menjaga, membina dan mengembangkan diri dari mulai lahir hingga akhir hayat. Dalam usaha membina anak asuhnya, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya melakukan berbagai kegiatan dalam pembinaan akhlak. Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan akhlak terhadap anak yatim tersebut, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berusaha menerapkan berbagai kegiatan kerohanian, diantaranya yaitu: 1) Perayaan Hari Besar Agama Islam Dalam rangka meyiarkan ajaran agama Islam dan mengetahui nilai sejarah yang terkandung didalamnya, maka panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bekerjasama dengan yayasan al-Ma`mur dalam menyelenggarakan perayaan hari-hari besar Islam. Perayaan hari besar Islam yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya

diharapkan

dapat

menumbuhkan

semangat

jiwa

keberagamaan anak asuh, karena dalam perayaan tersebut anak asuh selalu dilibatkan untuk menampilkan kemampuan mereka secara langsung kepada masyarakat, seperti ceramah, qiro`atu al-Qu`an, marawis dan lain sebagainya. 2) Pengajian Kitab Kuning Pengajian kitab kuning merupakan pendidikan nonformal yang diberikan kepada anak asuh di panti asuhan (YAKIIN) sebagai bekal pemahaman agama mereka. Pengajian kitab kuning ini dilakukan dengan metode klasikal pesantren yang di bagi dalam dua waktu yaitu

setiap pagi kecuali hari jum`at pada pukul 05.30 sampai dengan pukul 06.00 dan setiap sore hari kecuali hari sabtu dan minggu pada pukul 16.00 sampai dengan pukul 17.00. Bentuk pendidikan ini dikelompokkan dalam 3 kelas sesuai tingkatan dan kemampuan anak asuh yaitu kelas ibtida`, ula dan wustho. Kelas ibtida`merupakan kelas dasar bagi pemula. Kelas `ula merupakan kelas lanjutan, dan kelas wustha merupakan kelas teratas. Materi-materi dalam pendidikan ini meliputi pendidikan agama, seperti aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan lain sebagainya. Pendidikan informal ini tidak memiliki kurikulum tertentu yang dibakukan sebagai acuan pengajaran seperti pendidikan formal. 3) Shalat Berjamaah Berdasarkan keutamaan serta manfaat yang terkandung dalam shalat jamaah, maka para pengasuh mewajibkan anak asuhnya untuk melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah. Bahkan para pengasuh telah membuat peraturan serta memberikan hukuman bagi mereka yang tidak mengikuti shalat berjamaah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kedisiplinan

anak

asuh

dalam

menjalankan

kewajibannya sebagai hamba Allah serta menumbuhkan keimanan dan rasa persaudaraan antara anak asuh. 4) Qiro`atu al-Qu`an Pembelajaran membaca al-Qur`an yang diberikan kepada anak asuh bertujuan mengenalkan cara membaca al-Qur`an yang baik dan benar. Bimbingan al-Qur`an yang diberikan berupa pengenalan huruf

hijaiyah dengan menggunakan metode iqra bagi yang belum bisa membaca al-Qur`an. Adapun bagi anak asuh yang telah bisa membaca al-Qur`an diberikan bimbingan dengan menerapkan ilmu tajwid dan mengenalkan lagam lagu dalam al-Qur`an. Qiro`atu al-Qur`an dilakukan setiap hari sabtu pada pukul 20.00 sampai dengan pukul 21.30. 5) Yasin dan Dzikir Kegiatan yasin dan dzikir rutin dilakukan oleh anak asuh pada dua waktu, yaitu setiap hari pada pukul 05.00 sampai dengan pukul 05.30 dan setiap hari kamis pada pukul 18.30 sampai dengan pukul 19.30. hal ini dimaksudkan agar anak asuh dapat mengamalkan ajaran agama dan meningkatkan jiwa keberagamaannya. Dengan berbagai bentuk kegiatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa panti asuhan (YAKIIN) telah menerapkan program pembinaan akhlak terhadap anak yatim dengan mempertimbangkan tiga aspek yang menjadi kebutuhan mereka yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif yaitu panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya memberikan dan mengembangkan kecerdasan anak asuh dengan IPTEK.

Aspek afektif yaitu panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak asuh dengan memberikan pembinaan keimanan dan akhlak yang baik. Aspek psikomotorik yaitu panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya mengembangkan bakat dan keterampilan anak asuh sehingga mereka menjadi manusia yang produktif. Berdasarkan tiga aspek tersebut diharapkan anak asuh dapat menjadi manusia yang memiliki kualitas yang mempunyai akhlakul karikmah atau memiliki EQ dan IQ yang tinggi.

C. Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Metode bimbingan Islam adalah usaha pemberian bantuan secara berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur`an dan sunah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga mereka

dapat

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Metode bimbingan Islam yang diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu menggunakan metode langsung (metode komunikasi langsung), dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan orang yang dibimbingnya, dalam hal ini yaitu anak yatim. Berikut beberapa metode bimbingan Islam yang di terapkan pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dalam pembinaan akhlak, diantaranya yaitu: 1. Metode individual Metode individual merupakan teknik pemberian bantuan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilakukan antar pembimbing dengan anak yatim dan masalah yang dihadapi biasanya bersifat pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini konselor dituntut untuk bersifat penuh simpati (menunjukan sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anak yatim) dan empati (berusaha menempatkan diri dalam situasi diri anak yatim). Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak yatim, para pembimbing menggunakan metode langsung (directive), hal ini dilakukan

apabila

anak

tersebut

tidak

mau

mengungkapkan

permasalahannya. Sehingga seorang pembimbing berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain itu, pembimbing juga menggunakan metode tidak langsung (non directive), dalam hal ini yaitu anak yatim berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan. Pendekatan dilakukan ketika anak tersebut merasa membutuhkan bimbingan dalam masalah yang dihadapinya. Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam metode individual yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), diantaranya yaitu: a) Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara seorang pembimbing bidang kesantrian panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Ersya Udiantara dan anak yatim untuk menggali informasi berkenaan dengan permasalahan anak asuh tersebut. Wawancara dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan, artinya teknik ini diberlakukan ketika seorang pembimbing menemukan masalah pada anak yatim atau anak yatim tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya. Dalam wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada anak yatim. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan anak yatim tersebut di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini. Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal kemungkinan terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada anak yatim berdasarkan data-data mereka. Jika permasalahaan anak asuh tersebut

menimbukan prilaku yang kurang baik sehingga mengganggu kegiatan mereka di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) maka pembimbing akan memberikan penanganan secara khusus, baik melalui nasehat atau pemberian motivasi. b) Observasi kegiatan Observasi kegiatan dilakukan sebagai salah satu usaha yang menunjang

kegiatan bimbingan.

Dalam

hal

ini,

pembimbing

melakukan percakapan individual sekaligus mengamati pekerjaan anak yatim di lingkungannya, baik di asrama maupun di sekolah. Observasi kegiatan dilakukan oleh pembimbing secara terus menerus. Pembimbing akan selalu memantau perkembangan setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak yatim tersebut. Apabila dalam hasil evaluasi terlihat penurunan dalam setiap hasil kegiatan yang diikuti oleh anak yatim tersebut, maka pembimbing akan melakukan penanganan secara khusus, baik melalui teguran atau hukuman.33 2. Metode Kelompok Bimbingan melalui metode kelompok ini merupakan komunikasi langsung antara pembimbing dengan anak yatim dalam bentuk kelompok. Metode kelompok ini di kordinatori oleh Ahmad Yani, S.Pd.I dan beberapa pendidik lainnya yaitu Niswan, S.Pd.I, Mulham, S.Ag dan Abu Sofyan, S.Pd.I. Metode kelompok ini dilakukan setiap sabtu sore pukul 16.00 sampai dengan pukul 17.00.Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut, yaitu:4 a) Metode Ceramah 33

Wawancara Pribadi dengan Ersya Udiantara, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Kesantrian. Tangerang. 19 September 2007. 4

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Yani, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tangerang. 19 September 2007.

Ceramah merupakan satu tehnik pembinaan atau bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai oleh karaktristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembimbing. Metode ceramah sama halnya dengan mau’idah hasanah atau nasehat yang baik. Dari ceramah-ceramah yang selalu diikuti kemudian dipahami menjadikan kita tahu

hal-hal apa yang

diperbolehkan dan yang dilarang agama, dan ini merupakan satu cara untuk bisa interospeksi diri. Pada metode ini tak banyak anak yatim yang aktif, mereka hanya mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedang dijelaskan pembimbing. Adapun materi ceramah atau bimbingan yang sering disampaikan dalam bimbingan ini adalah tentang keimanan, akhlak dan muamalah, termasuk di dalamnya bimbingan orientasi sekolah, bimbingan program studi, bimbingan belajar, bergaul dan bermasyarakat. b) Dialog atau Tanya Jawab Untuk menghindari dan menghilangkan sikap pasif pada anak yatim, dalam metode kelompok dilakukan teknik dialog atau tanya jawab. Dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari teknik ceramah, teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan penjelasan terhadap materi yang disampaikan kemudian anak yatim tersebut diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan sulit untuk dipahami. Ataupun sebaliknya, pembimbing memberikan pertanyaan kepada anak yatim tersebut seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya, lalu diharapkan mereka dapat menjawab tanpa rasa malu dan takut akan salah dari jawaban yang dilontarkan. Cara ini dapat menjadi rangsangan untuk melatih mental anak yatim untuk berani berbicara dan mengungkapkan pendapat didepan umum. c) Metode Pembagian Kelompok

Selain metode ceramah dan tanya jawab pembimbing juga menggunakan salah satu metode yang memerlukan peran aktif anak asuh dengan melakukan pembagian kelompok. Metode dengan cara seperti ini biasa disebut dengan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompokkelompok dalam hal ini anak asuh agar kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui

kelompok

dengan

menumbuh

kembangkan

dinamika

kelompok (jiwa dan semangat kelompok) dalam proses bimbingannya. Bimbingan

kelompok

mempunyai

tujuan

ganda

yaitu

pengembangkan pribadi seluruh peserta bimbingan dalam memperoleh kemampuan-kemampuan

sosial

dan

memberikan

berbagai

pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman, nilai, dan sikap, serta berbagai alternatif solusi pemecahan masalah yang akan memperkaya pengetahuan mereka dan bahkan mungkin dapat mereka praktikkan. Berdasarkan kegiatan bimbingan kelompok yang penulis amati dilapangan, pada dasarnya bimbingan kelompok yang terjadi dilakukan dengan pola kelompok tugas. Dalam kelompok tugas, pemimpin kelompok dalam hal ini yaitu pembimbing memgemukakan suatu topik atau masalah yang sifatnya umum untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya secara bersama-sama dalam satu kelompok. Permasalahan yang di jadikan topic adalah permasalahan yang umumnya dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dikhawatirkan

akan mengganggu

menyebabkan prilaku

perkembangannya

dan

yang mengarah pada psikosis.

permasalahan yang di jadikan topik bahasan, yaitu:

akan

Berikut

a) Prilaku yang mengganggu perkembangannya, antara lain kurang percaya diri, sulit konsentrasi dalam belajar, malas, dan lain sebagainya. b) Prilaku yang mengarah pada psikosis, antara lain stress, depresi, dan lain sebagainya.

D. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN 1. Hambatan dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN Setiap kegiatan dalam mencapai tujuannya pasti mengalami banyak hambatan, begitu juga yang dialami oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Adapun hambatan yang dihadapi oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), yaitu: a) Keadaan anak asuh yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda terkadang membuat para pengasuh mendapat kesulitan dalam menghadapi prilaku anak asuh yang sulit diberi pengarahan pada awal mereka tinggal di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).5 b) Kurangnya kesadaran pada diri anak asuh, keluarga maupun masyarakat akan pentingnya bimbingan dan penyuluhan yang

5 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Dzamhuri, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.

diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). c) Belum adanya tenaga pengajar professional yang memiliki spesialisasi dalam bidang bimbingan dan penyuluhan.6 d) Kurangnya dana untuk memenuhi kebutuhan anak asuh, karena pada dasarnya kegiatan yang dijalankan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya dana yang mencukupi.7 2. Solusi dalam Menghadapi Hambatan Dalam menghadapi hambatan yang terjadi, maka ada beberapa solusi yang dapat dijalankan sebagai tindakan perbaikan, yaitu: a) Memberikan bimbingan Islam dengan metode individual melalui teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan permasalahan anak asuh tersebut. Hal ini dimaksudkan agar apabila anak asuh mengalami tekanan dalam kejiwaanya dapat ditangani sesegera mungkin oleh pembimbing sehingga masalah tersebut tidak akan mempengaruhi kepribadian mereka. b) Memberikan seminar tentang pentingnya bimbingan dan penyuluhan yang tidak hanya menyertakan anak asuh namun juga orangtua dan masyarakat sekitar.

6

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Yani. Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tangerang. 19 September 2007. 7

Wawancara Pribadi dengan KH. Rahmani. Pendiri Panti Ashan YAKIIN. Tangerang. 14 September 2007.

c) Meningkatkan kesejahteraan tenaga pengajar dan menghadirkan tenaga professional yang memiliki spesialisasi psikologi anak agar perkembangan anak asuh lebih terarah dengan baik. d) Mencari sumber dana dari para dermawan di sekitar lingkungan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) untuk ikut peduli terhadap anak yatim, baik dana yang diperoleh dari donatur tetap atau tidak tetap, lembaga-lembaga sosial maupun pemerintah.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan penelitian penulis tentang metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Program pembinaan akhlak yang dilakukan oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terhadap anak asuhnya melalui beberapa bidang, diantaranya yaitu: pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan kerohanian. Bidang pendidikan formal terdiri dari madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTS), dan Madrasah Aliyah (MA). Bidang Pelatihan Keterampilan, diantaranya yaitu latihan berpidato (muhadharah), marawis, muhadatsah (percakapan bahasa arab), dan kursus komputer. Sedangkan Bidang Kerohanian dilakukan dengan berbagai kegiatan berikut, diantaranya perayaan hari besar agama aaislam, pengajian kitab kuning, shalat berjamaah, qiro`atu al-Qur`an, serta yasin dan dzikir. a) Metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim dip anti asuhan yayasan kesejahteraan umat islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan dengan metode individual melalui beberapa teknik, yaitu wawancara dan observasi kegiatan. Sedangkan metode kelompok

dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu ceramah, dialog atau tanya jawab dan pembagian kelompok.

B. SARAN 1. Dalam pelaksanaan bimbingan diharapkan seorang pembimbing harus dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang permasalahan yang di hadapi anak serta metode penanganannya dan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) di harapkan dapat menghadirkan tenaga professional yang memiliki spesialisasi psikologi anak. 2. Sarana dan prasarana yang ada lebih dilengkapi lagi karena itu merupakan aset yang sangat berharga bagi perkembangan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). 3. Demi tercapainya keberhasilan dalam membina anak asuhnya, Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) harus lebih meningkatkan lagi kegiatan yang bersifat mendidik dan produktif, seperti membuka wartel atau koperasi yang dikelola oleh anak asuh sehingga mereka dapat hidup lebih mandiri. 4. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) diharapkan dapat memberikan keterampilan kepada anak asuh dengan keterampilan hasilnya dapat menjadi lahan usaha mereka sehingga mereka tidak selalu mengandalkan bantuan dari panti asuhan dan tidak

menjadikan mereka manusia yang konsumtif. Keterampilan tersebut misalnya menjahit, membuat hiasan, dan lain sebagainya

DAFTAR PUSTAKA A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Ahmad, Abu. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha Putra, 1977. Al-Asyqar, Umar Sulaiman. I am a Moslem!. Jakarta: Mirqat, 2007 Al-Hasyimiy, As-Sayyid Ahmad. Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil Muhammadiyah. Bandung: Al-Ma`arif, 1996. Al-Ma`luf, Luis. Al-Munjid fil Lughat Wal-A`lam. Beirut-Libanon: Dar ElMasyrek, 1986. Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999. Anshari, Endang Saefuddin. Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema Insani, 2004. Arifin, HM. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1985. Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1998. Ar-Razi, Muhammad bin Abi Bakar bin abd. Qodir. Muhtarus Shihab.

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4. Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera. Jakarta: BP-4, 1994. Bastaman, Hanna Djumhana. Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Darajat, Zakiyah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV. Ruhana, 1995. Departemen Agama RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Diponegoro, 2006. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Djumhur, I dan Surya, M. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu, 1975. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtar Van Hoeve. Hafizh, Nur Mahmud Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: AlBayan, 1999. Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000. Mahfuzh, M Jamaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001. Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani, 2004. Maleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1990. Mujieb, M. Abdul. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UII Press, 1985). Poerwandari, E Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitan Psikolog: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Jakarta: 1998. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama. Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita. DEPAG, 1984. Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Jakarta: Alfabeta, 2006. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1983. Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Offset, 1995.

Adalah benar telah melakukan penelitian di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) pada bulan September 2007 s/d Februari 2008, sehubungan dengan skripsinya yang berjudul “Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang” guna memperoleh gelar Strata Satu (S1). Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Lamaran Kerja

Hasil Wawancara I

Nama

: KH. Rohmani

Jabatan

: Dewan Pendiri Panti Asuhan Yakiin

Tempat Wawancara

: Rumah

Waktu Wawancara

: 14 September 2007, Pukul 08.15-09.00

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya panti asuhan YAKIIN? Jawab: Pertama kali KH. Djamhuri membangun pesantren al-Ma`mur pada tahun 1966. Selain beliau saya beserta warga di sini pun ikut serta dalam pembangunan pondok pesantren tersebut. Setelah terbentuk pesantren lalu KH. Djamhuri, HM.BA membangun pula Panti Asuhan Yakiin pada tanggal 17 Agustus 1976. Namun setelah beliau meninggal dunia kepengurusannya dilanjutkan oleh anaknya KH. Naufal Djamhuri. 2. Apa yang menjadi filosofi YAKIIN sebagai nama panti asuhan ini? Jawab: YAKIIN itu sendiri singkatan dari Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia. Pemberian nama panti asuhan ini dengan nama YAKIIN diharapkan dapat merealisasikan tujuan kami dalam mensejahterakan umat Islam khususnya anak yatim dan kurang mampu. Panti asuhan ini bergerak dalam usaha membantu memenuhi kebutuhan bagi anak yatim dan kurang mampu seperti makan, pakaian, dan biaya sekolah dari ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah yang di tanggung oleh panti asuhan. 3. Jelaskan visi dan misi dari panti asuhan YAKIIN? Jawab: Visinya yaitu mempersiapkan mereka sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas. Dan misinya yaitu meningkatkan derajat anak yatim piatu dan mendidik mereka agar menjadi pemimpin umat di masa depan.

4. Bagaimana kondisi fisik panti asuhan YAKIIN saat ini? Jawab: Dari awal kami mendirikan panti asuhan ini adalah sebuah perjuangan yang yang sangat sulit. Tapi kami merasa diringankan oleh bantuan masyarakat sekitar. Perjuangan ini semakin kuat oleh dorongan masyarakat yang menginginkan adanya sebuah lembaga pendidikan yang dapat meringankan beban mereka khususnya mereka yang memang kesulitan. Bantuan dari masyarakat bermaca-macam seperti uang, bahan-bahan (kayu atau bambu) sampai tenaga. Sebelumnya kondisi fisik bangunan ini mungkin agak sedikit kurang bagus karena bangunan ini sudah berdiri sangat lama sekali. Tapi sekarang kondisi bangunan sekarang sudah lebih bagus setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah walikota. 5. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Sarana yang ada yaitu bangunan sekolah (ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah) dan asrama panti asuhan beserta fasilitasnya. 6. Dari mana sumber dana yang diperoleh oleh panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Bantuan yang didapat diantaranya dari Depsos selama 1 kali dalam setahun, Dharmais selama 3 kali dalam sebulan serta donatur tetap dan tidak tetap. 7. Ada berapa anak yatim yang menjadi anak asuh di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Dalam tahun ini jumlah yang ada yaitu 65 orang. Namun setiap tahunnya kami meluluskan kurang lebih 50 orang. 8. Bagaimana pelaksanaan program panti asuhan YAKIIN dalam membimbing anak asuhnya agar memiliki akhlakul karimah? Jawab: Program yang kami fasilitasi terhadap anak asuh panti asuhan YAKIIN menekankan pada pendidikan agama seperti muhadharah, pembacaan rawi , yasin dan lain-lain. Tujuannya agar apa yang dia dapatkan di sini dapat diterapkan di kampungnya. Selain pendidikan agama yang kami tekankan, kami juga menfasilitasi anak asuh panti asuhan yakiin ini dengan pendidikan umum di sekolah. Tentu saja

kami berharap agar mereka pulang ke kampungnya jadi orang yang berhasil. 9. Apa saja kendala yang dihadapi panti asuhan YAKIIN dalam membimbing anak yatim sampai saat ini? Jawab: Kendala sudah pasti ada. Kurang uang, beras, dan lain-lain. Sebagai pengurus panti asuhan kami berusaha agar jangan sampai terjadi kekurangan pangan karena mereka di sini makan sehari 3 kali (pagi, siang, dan sore). Kalau sampai terjadi seperti itu kami menutupinya dengan menggunakan uang pribadi pengurus. 10. Bagaimana tanggapan lingkungan terhadap panti asuhan Yayasan YAKIIN ini? Jawab: Ya mereka senang sekali. Pertama, harapan mereka sebagai orang tua untuk menyekolahkan anaknya tanpa biaya bagi anak-anak yatim piatu dan kurang mampu dapat terwujud. Kedua, yayasan ini merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama di tangerang karena dulu lembaga pendidikan masih sangat sedikit sekali.

KH. Rahmani

interviewee

Hasil Wawancara II

Nama

: M. Sirri Dzamhuri

Jabatan

: Bidang Pendidikan dan Penelitian

Tempat Wawancara

: Rumah

Waktu Wawancara

: 14 September 2007, Pukul 11.40-12.30

1. Apa motivasi dan misi bapak sebagai pengurus panti asuhan YAKIIN terhadap anak yatim ? Jawab: Motivasinya adalah ingin memberikan pembinaan keagamaan yang berkesinambungan dan sistematis agar mereka menjadi muslim yang berkualitas. Misinya yaitu menampung, mendidik dan mengasuh anak yatim. Karena kebanyakan mereka yang disini adalah mereka yang putus sekolah yang kita ambil, kita didik dan kita sekolahkan dengan semua program panti asuhan disini yaitu mengikuti program Yayasan al-Ma`mur. Selain nanti mereka punya ijazah formal dari sekolah mereka juga mengerti tentang agama diantaranya dengan pengkajian kitab kuning khususnya untuk bekal mereka di masa depan. Selain itu boleh dikatakan mengurang tingkat kemiskinan juga menjadi motivasi kami. 2. Apa saja program pembinaan akhlak yang diterapkan panti asuhan YAKIIN terhadap anak yatim? Jawab: Program pembinaan yang diberlakukan oleh panti asuhan YAKIIN merujuk kepada pola ajaran Islam, yaitu memberikan pendidikan formal, kerohanian dan pelatihan keterampilan. Pendidikan yang diberikan tidak hanya pendidikan formal sekolah namun juga pendidikan kerohanian merujuk kepada pola pesantren dengan kegiatan-kegiatan

keagamaannya

diantaranya

pengkajian

kitab

kuning, muhadharah (latihan berpidato), berbahasa arab, dan lain sebagainya.

3. Metode apa yang digunakan dalam proses bimbingan terhadap anak-anak yatim? Jawab: Metodenya yang ada di panti asuhan yakiin ini dibagi kepada dua bentuk pendekatan yaitu Individual dan kelompok. Bimbingan individual dilakukan dengan wawancara langsung dengan anak asuh ketika mereka membutuhkan bimbingan atau ketika para pengasuh merasa anak asuh tersebut perlu mendapatkan bimbingan. Sedangkan kelompok biasa dilakukan dengan metode ceramah gitu terus tanya jawab atau sering juga dilakukan pembagian kelompok semacam diskusi memecahkan masalah-masalah yang biasa mererka hadapi. Namun dalam membimbing anak asuhnya agar memiliki kepribadian islam panti asuhan yakiin berupaya mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarahkan mereka dalam membina akhlak juga keimanan, diantaranya yaitu metode klasikal seperti diniyah yang mengkaji kitab kuning. Jadi dalam kelas diniyah ada kelas yaitu ibtida`, awal dan wustho. Ibtida` itu dasar, awal itu setaraf dengan tsanawiyah dan wustho itu aliyah. Mereka yang masuk sekolah disini dari tsanawiyah, mereka akan berada di sini selama empat tahun dengan satu tahunnya sebagai pengabdian. 4. Apa harapan bapak terhadap anak-anak yatim di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Minimalnya mereka bisa terjun ke masyarakat. Siap menghadapi kehidupan di masyarakat dan siap untuk berdakwah 5. Adakah waktu tertentu dalam memberikan bimbingan (konsultasi) tersebut? Jawab: Kadang-kadang aja, kalau ada waktu panggil satu persatu 6. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi akhlak anak yatim tersebut? Jawab: Ya sangat ada. Dari sebelumnya mereka tidak tahu menjadi tahu. Minimal mereka tahu tentang ibadah, dari mereka kosong tentang ibadah sampai mereka tau tatacaranya dengan baik. Selain itu pengaruhnya pun dapat dirasakan dari tingkah laku mereka terhadap

lingkungannya.

Karena

mereka

disini

pun

telah

mendapatkan pelajaran mengenai akhlak diantaranya kitab akhlakul

banin yang menjelaskan tentang akhlak terhadap orang tua, keluarga, masyarakat, dan lain-lain. 7. Sejauh mana tingkat keberhasilan bimbingan yang diberikan terhadap anak yatim? Jawab: Delapan puluh persen ada perubahan. Mendidik anak-anak itu tidak mudah apalagi sampai merubah mereka agar menjadi lebih baik. Tujuh puluh persen saja kita dapat merubah mereka, itu sudah merupakan hal bagus. Namanya juga anak-anak wajar aja kalau ada yang ngeyel atau bandel. Tapi dari mereka datang kesini sampai mereka pulang lagi ke masyarakat, ya sudah alhamdulillah. 8. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak yatim? Jawab: Segala sesuatu pasti ada kendalanya. Salah satu kendalanya yaitu dalam mendidik anak-anak yang cukup sulit, mungkin karena mereka memang dasarnya yang kita ambil disini dan dibawa oleh orang tuanya memang sudah bandel. Mengurus anak-anak yatim itu susah, lebih susah dari pada mengurusi anak yang orang mampu, kadang mereka selalu ada saja yang melanggar peraturan yang ada. Mungkin memang dengan kebandelan mereka kita di uji kesabarannya oleh Allah karena mereka itukan anak-anak rosul.

M. Sirri Dzamhuri

interviewee

Hasil Wawancara III

Nama

: Ersya Udiantara

Jabatan

: Ketua Bidang Pembinaan Anak Asuh

Tempat Wawancara

: Kantor Panti Asuhan Yakiin

Waktu Wawancara

: 19 September 2007, Pukul 13.15-13.50

1. Apa motivasi bapak sebagai pengurus panti asuhan YAKIIN terhadap anak yatim? Jawab: Motivasinya ialah bagaimana menjadikan anak yatim yang dididik di panti asuhan ini sebagai bibit-bibit penerus bangsa. Menjadikan mereka anak-anak yang pandai, sholeh-sholehah dan berakhlakul karimah. 2. Apa saja program pembinaan yang diterapkan panti asuhan YAKIIN terhadap anak yatim? Jawab: Programnya diantaranya selain mengasuh dengan memenuhi segala kebutuhannya, mereka juga dibekali dengan pendidikan formal dan pendidikan kerohanian dan pelatihan keterampilan. Diantara kegiatan pelatihan keterampilan tersebut yaitu: pelatihan pidato (muhadharah), selain itu juga ada kaligrafi, marawis, dan muhadatsah (pelatihan percakapan bahasa arab) serta komputer. 3. Metode apa yang digunakan dalam proses bimbingan terhadap anak yatim? Jawab: Metode bimbingan yang dilakukan adalah dengan metode individual. Metode

ini

diterapkan

dengan

beberapa

teknik

diantaranya

wawancara dan observasi kegiatan anak asuh. Bimbingan ini dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan yaitu tergantung permasalahn yang dihadapi anak asuh. 4. Apa harapan Bapak terhadap anak yatim di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Harapannya tentu saja agar mereka dapat menjadi manusia yang berkualitas. Sesuai dengan visi kami yaitu menghasilkan generasi muslim yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan serta berwawasan luas sehingga mereka dapat mengamalkan dan mengajarkan kembali apa yang mereka dapatkan di panti asuhan ini di lingkungan masyarakat. 5. Adakah waktu tertentu dalam memberikan bimbingan (konsultasi) tersebut? Jawab: Kalau untuk bimbingan secara individual itu biasanya diadakan diluar kegiatan mereka maksudnya dilakukan di waktu luang mereka tapi tidak ada waktu khususnya. Namun lebih sering dilakukan di waktu kegiatan mereka seperti saat setoran hafalan atau kegiatan lainnya misalnya dengan menasehati mereka untuk rajin melakukan kegiatan dan tidak melanggar peraturan yang ada. Jika mereka melanggar peraturan maka mereka sesegera mungkin dipanggil ke kantor oleh saya sendiri. Untuk bimbingan secara berkelompok rutinnya dilakukan di setiap minggu sekali dengan waktu yang telah ditentukan. 6. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi akhlak anak yatim tersebut? Jawab: Ya, sedikit banyak berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Mereka jadi mengerti banyak hal yang tadinya mereka belum tahu terutama masalah ibadah dan tatacaranya. Mereka pun jadi tahu bagaimana seharusnya berakhlak terhadap orang-orang disekelilingnya seperti keluarga, teman, pengurus panti asuhan dam masyarakat. Namun seberapa besar pengaruhnya terhadap kepribadian mereka tergantung dari seberapa besar kesungguhan mereka untuk menjadi lebih baik. 7. Sejauh mana tingkat keberhasilan bimbingan yang diberikan terhadap anak yatim? Jawab: Keberhasilannya cukup memuaskan juga karena kebanyakan dari mereka yang masuk ke sini rata-rata memang pada dasarnya untuk bidang agamanya masih nol maksudnya kurang bisa. Tapi alhamdulillah setelah mereka masuk di sini dan mengikuti penidikan yang ada, sedikit demi sedikit bertambah pengetahuan mereka di bidang keagamaan khususnya tentang ibadah. 8. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak yatim?

Jawab: Kendalanya yang dihadapi itu dirasakan ketika menghadapi anakanak yang sulit diatur seperti bangun pagi. Kalau bangun pagi selalu saja ada yang kesiangan namun itulah tugas kita mengurusi mereka. Namun wajarlah dalam setiap organisas di pasti ada tingkat kesulitannya. Diantara kendalanya seperti itu walaupun sudah ada peraturan yang mengatur kelakuan dan keseharian mereka disini.

Ersya Udiantara

interviewee

Hasil Wawancara IV

Nama

: Ahmad Yani

Jabatan

: Kepala Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Tempat Wawancara

: Kantor Panti Asuhan Yakiin

Waktu Wawancara

: 19 September 2007, Pukul 10.10-10.40

1. Apa motivasi bapak sebagai guru bimbingan dan penyuluhan terhadap anak yatim khususnya anak yatim di panti asuhan YAKIIN? Jawab: Motivasinya adalah menjadikan anak didik mengetahui tentang pentingnya bimbingan yang ada di lingkungan sekolah dan mengerti serta memahami masalah-masalah yang ada di sekolah dan lingkungannya. Sehingga diharapkan dengan adanya bimbingan dan penyuluhan ini anak didik mampu menyelesaikan masalahnya dengan atau tanpa bantuan pihak sekolah. Masalah-masalah yang meeka alami terlebih dahulu diselesaikan oleh pihak osis, apabila masalah tersebut tidak terselesaikan di osis maka barulah kemudian masalah tersebut di limpahkan pada pihak BP (bimbingan dan penyuluhan). Sehingga boleh dikatakan bahwa BP membantu anak didik untuk belajar menyelesaikan masalah-masalah mereka. 2. Metode apa saja yang dilakukan dalam melakukan bimbingan terhadap anak yatim tersebut? Jawab: Program bimbingan diantaranya bimbingan orientasi sekolah (pengenalan sekolah), bimbingan program studi, bimbingan belajar, bergaul dan bermasyarakat dan juga bimbingan orientasi siswa. Untuk bimbingan orientasi sekolah dilakukan hanya sekali dalam setahun yaitu pada awal tahun. Bimbingan ini dilakukan dengan metode kelompok melalui teknik, diantaranya ceramah, Tanya jawab dan pembagian kelompok. Bimbingan orientasi siswa tersebut dilakukan agar siswa baru mengetahui seluk-beluk sekolah mulai dari sejarah, para staff

pengajar, system belajar, sampai kepada peraturan-peraturannya, dan lain sebagainya. Sedangkan bimbingan orientasi siswa dilakukan pada awal semester kedua. Dalam bimbingan orientasi siswa tersebut dilakukan dengan mengadakan pertemuan atau mengumpulkan seluruh siswa untuk mengevaluasi semester yang lalu. Semua program tersebut merupakan program yang dilakukan secara periodik. Sedangkan program bimbingan yang rutin dilakukan yaitu setiap hari sabtu. Bimbingan tersebut dilakukan pada hari sabtu pukul 16.00 sampai dengan pukul 17.00. bimbingan yang dilakukan dengan pendekatan kelompok ini dikoordinatori oleh saya dan dibantu oleh beberapa pembimbing lainnya. Bentuk bimbingan yang dilakukan adalah bimbingan kelompok yaitu dengan mengumpulkan seluruh siswa khususnya tingkat madrasah aliyah kedalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok di pimpin oleh satu guru pembimbing. Dengan dipimpin oleh guru pembimbing setiap kelompok diberikan suatu masalah yang harus mereka pecahkan bersama seperti masalah belajar, masalah hidup dan masalah-masalah lainnya. Sehingga diharapkan nantinya mereka mampu memecahkan masalahnya sendiri dan dapat bersikap mandiri serta tercipta akhlakul karimah. Namun bimbingan individu sendiri hanya dilakukan kadang-kadang saja yaitu pada saat siswa mempunyai masalah. Apabila kita lihat ada permasalahan yang dialami siswa, baik permasalahan di keluarga, sekolah, atau pun prestasi belajarnya barulak kemudian siswa tersebut kita panggil. Jadi bimbingan individu ini terjadi setelah ditemukan suatu masalah. 3. Bagaimana perkembangan program bimbingan dan penyuluhan yang ada sekarang? Jawab: Perkembangan yang terjadi dengan adanya bimbingan tersebut cukup lumayan bagus. Perkembangan tersebut dapat dilihat secara pertahun, mudah-mudahan setiap tahunnya ada penyesuaian sehingga pada tahun kemudian tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun sejauh ini alhamdulillah terus ada peningkatan. Apabila terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran yang lalu maka hukuman akan tetap diberikan yaitu dengan dipanggil orang tuanya, kemudian diskors dan yang terakhir dikeluarkan dari sekolah. 4. Bagaimana metode bimbingan yang diterapkan dalam membentuk akhlakul karimah pada mereka? Jawab: Metode yang dilakukan untuk membentuk akhlakul karimah pada anak didik diantaranya yaitu mengadakan bimbingan kelompok yang rutin pada setiap hari sabtu tersebut. Karena pada dasarnya metode yang diterapkan dalam bimbingan tersebut selain

bertujuan untuk

memperkenalkan siswa akan peranan bimbingan juga bertujuan menciptakan akhlakul karimah pada siswa.

Metode tersebut

diantaranya yaitu pemberian motivasi, diskusi, maupun ceramah, sehingga meeka dapat menyelesaikan masalahnya dengan atau tanpa bantuan BP. 5. Apa bapak berkeyakinan bahwa bimbingan yang diterapkan tersebut dapat mempengaruhi akhlak mereka? Jawab: Saya berkeyakinan program bimbingan yang telah diterapkan tersebut dapat membentuk akhlakul karimah pada siswa. Dengan ini mereka faham dengan masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya. Dalam diri mereka akan tertanam kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga mereka tidak ragu lagi untuk membedakan yang baik maupun yang buruk bagi mereka. Sehingga diharapkan mereka dapat membudayakan hal-hal terkecil sekalipun dengan akhlak Islami. Karena sesungguhnya Islam dinilai dari akhlaknya sehingga Nabi pun diutus untuk memperbaiki akhlak. 6. Apa harapan bapak kedepan terhadap perkembangan program bimbingan dan penyuluhan yang sudah ada? Jawab: Harapan kedepan agar para pihak sekolah tanpa terkecuali turut mendukung adanya bimbingan serta turut andil dalam program tersebut. Tidak hanya pihak sekolah masyarakatpun berhak untuk

turut terlibat dalam program ini misalnya dengan melaporkan tindakan siswa yang dirasa kurang baik. 7. Apasaja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan dan penyuluhan selama ini? Jawab: Kendala yang selama ini dihadapi diantaranya orang tua kurang mengerti arti dan pentingnya bimbingan. Para orang tua mengira anak-anak mereka dididik secara keras. Selain itu, kendala juga di dapat dari pihak sekolah dalam artian ada sebagian guru yang kurang antusias (acuh) atau kurang perhatian terhadap masalah-masalah siswanya karena merasa bukan tugas mereka.

Ahmad Yani

interviewee

Hasil Wawancara V

Nama

: Iis Nurhayati

Usia

: 15 Tahun

Tempat Wawancara

: Kantor Panti Asuhan Yakiin

Waktu Wawancara

: 20 Januari 2008, Pukul 10.10-10.40

1. Iis kelas berapa? Jawab: Kelas 1 Aliyah 2. Sejak kapan menjadi yatim? Jawab: Sejak masih kecil. Katanya sejak umur 2 atau 3 tahunan. Saya gak tahu sih. 3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu? Jawab: Ibu 4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim? Jawab: Kurang tahu ya. Waktu itu saya masih kecil jadi perasaannya biasabiasa aja tapi kalau sekarang sih sedih karena saya belum pernah ngerasain kasih sayang dari bapak 5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu? Jawab: Main aja sama teman-teman, bercanda, kadang belajar bareng biar sibuk, jadinya gak terlalu inget ya walaupun masih inget sih. 6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Biasa aja 7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini? Jawab: Pengurus panti yang menanggung seluruh kebutuhan kita kecuali jajan. Jajan pakai uang sendiri. 8. Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Panti Asuhan Yakiin ini? Jawab: Mengaji, shalat jamaah, piket, belajar bareng, shalawat, muhadharah semacam ceramah gitu.

9. Apa yang didapatkan selama kamu dididik disini? Jawab: Kebanyakannya sih agama, karena saya disini sekolahnya di madrasah Aliyah beda dengan SMA. 10. Apakah manfaat yang kamu rasakan selama kamu dididik disini? Jawab: Akhlak, tatacara shalat, membaca Al-Qur`an dengan tajwidnya dan lain-lain. Selain kita mengerti tentang kebaikan seperti saling tolongmenolong terhadap teman, menghargai karya orang lain. kita juga dapat mengamalkan amar ma`ruf nahi munkar. 11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Lumayan enak sih tinggal disini karena kita yang tinggal disini dibiayai segala kebutuhannya. Saya senang tinggal disini selain punya banyak teman, saya juga jadi tahu banyak hal atau pengalaman. Yayasan ini cukup bagus karena yayasan ini sudah mau ngurusin kita walaupun kadang-kadang yayasan ini kekurangan biaya.

Iis Nurhayati

interviewee

Hasil Wawancara VI

Nama

: Asep Saefuddin

Usia

: 15 Tahun

Tempat Wawancara

: Kantor Panti Asuhan Yakiin

Waktu Wawancara

: 20 Januari 2008, Pukul 10.50-11.35

1. Sejak kapan kamu menjadi yatim? Jawab: Sebenarnya saya masih ada orang tua. Bisa dibilang saya ini dhuafalah 2. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu sebagai dhuafa? Jawab: Kalau dari pergaulan ya ada. Pergaulan saya sama teman-teman ada juga dari orang yang mampu. Sebelumnya ada perasaan minder karena orang lain mampu berkarya lebih banyak sedangkan kita hanya bisa melihat atau berdiam diri. Tapi wajarlah kita kan diciptakan berbeda-beda kemampuannya. Namun saya bersyukur dengan adanya panti Asuhan ini karena sudah membiayai hidup saya sehingga walaupun saya dhuafa tapi sekarang saya bisa seperti mereka. Teman-teman disini sih gak pernah saling mengejek apalagi menghina karena saya orang miskin. Kami hidup berkelompok di yayasan ini, saling bantu dan saling berbagi rasalah susah senang bersama. 3. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di panti asuhan YAKIIN? Jawab: Yayasan. Dari pertama saya masuk ke yayasan ini dari makan sampai biaya sekolah kecuali uang jajan yang masih dari kita sendiri. Tapi kadang-kadang uang jajan kita dapat dari santunan yang dibagibagikan saat kita menghadiri undangan dari donatur. Selain itu juga kita dapat sumbangan untuk anak yatim dari para orang tua.

4. Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Kalau kegiatan di sini penerapannya kebanyakan kegiatan agama. Mengaji yang jadwalnya pagi, sore dan malam. Malamnya belajar pelajaran sekolah dan sehari-harinya piket kamar. Selain itu juga ada marawis dan komputer tapi waktu sekolah 5. Apa yang didapatkan selama kamu dididik di panti asuhan YAKIIN? Jawab: Di sekolah kita dapat pelajaran umum dan agama, namanya juga sekolah Aliyah. Pendalaman agama lebih dibanding SMA seperti ilmu Fiqh, ilmu Aqidah, Ilmu Kitab, dan akhlak supaya kita tahu bagaimana caranya berakhlak yang baik. Kalau umumnya sih ada matematika, bahasa inggris, bahasa Indonesia, ya lumayan cukup untuk bekal kita di masa depan. 6. Apakah manfaat yang kamu rasakan selama kamu dididik di panti asuhan YAKIIN? Jawab: Alhamdulillah, ada manfaatnya. Selain kita bisa mendapatkan pelajaran umum dan agama secara mendalam. Kita juga dapat menyeimbangkan keilmuan kita dengan kepribadian yang baik. 7. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di panti asuhan YAKIIN? Jawab: Ada. Saya bisa belajar hidup bersosialisasi dengan orang lain seperti saudara, teman, para orang tua, ustadz dan pengurus yayasan. Dengan akhlak yang diajarkan disini kami jadi merasa punya tanggung jawab terhadap lingkungan untuk saling menghormati dan saling berbagi. Namanya juga satu naungan. 8. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Menurut saya yayasan ini lumayan bagus karena ada kepedulian terhadap orang yang mampu atau dhuafa dan anak-anak yatim. Saya berfikir seandai ya kalau sampai sekarang saya tidak diberi naungan oleh yayasan ini mungkin saya tidak bisa sekolah. Saat itu saya nganggur kemudian saya di panggil oleh yayasan ini karena ada penerimaan sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu.

Yayasan ini lumayan bagus tapi saya agak sedikit kecewa dengan fasilitas yang kurang memadai terutama ruangan kamar yang sudah lama sekali tidak direnovasi. Saya denger sih yayasan ini sudah tua sekali. Kami ingin ada donator yang bersedia membantu tempat yang kami naungi ini agar bisa lebih maju, dan sejahtera.

Asep saefuddin

interviewee

Hasil Wawancara VII

Nama

: Nurhayati

Usia

: 16 Tahun

Tempat Wawancara

: Kantor Kepala Sekolah

Waktu Wawancara

: 23 Januari 2008, Pukul 09.10-09.50

1. Nur kelas berapa? Jawab: Kelas 2 Aliyah 2. Sejak kapan jadi yatim? Jawab: Saya menjadi yatim sejak kelas 4 SD 3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu? Jawab: Ibu 4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim? Jawab: Yang jelas sedih lah, tapi dengan banyak main bareng teman dan bercanda dengan mereka, saya jadi tidak terlalu larut dalam kesedihan. 5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu? Jawab: Memperbanyak aktivitas agar tidak terlalu larut dalam kesedihan karena mengingat orang yang saya sayangi telah meninggalkan saya. 6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Gak ya biasa aja. 7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini? Jawab: Yang menanggung biaya kehidupan saya ialah yayasan. Fasilitas yang disediakan banyak diantaranya yaitu tempat tidur, makan, pendidikan dan tempat ibadah. 8. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Banyak diantaranya mengkaji kitab-kitab, Al-Qur`an, muhadharah, pramuka, paskibra di setiap minggunya dan ada juga kegiatan tabligh akbar dan muharaman setiap setahun sekali. 9. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Manfaat yang saya rasakan yaitu saya jadi banyak wawasan, banyak teman dan saya pun jadi tahu membedakan antara yang baik dan buruk untuk saya. 10. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini? Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan berkelompok yang saya jalani di panti asuhan ini membiasakan saya untuk saling menghargai orang lain. 11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti asuhan ini menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.

Nurhayati

interviewee

Hasil Wawancara VIII

Nama

: Indra Irawan

Usia

: 15 Tahun

Tempat Wawancara

: Kantor Kepala Sekolah

Waktu Wawancara

: 23 Januari 2008, Pukul 10.00-10.40

1. Kamu kelas berapa? Jawab: Saya kelas 1 Aliyah 2. Sejak kapan jadi yatim? Jawab: Saya bukan termasuk kedalam status anak yatim, tetapi saya temasuk kedalam status dhuafa 3. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Tidak. Kami disini hidup bekelompok. Apapun kami lakukan bersama-sama jadi kami semua sudah merasa seperti saudara. Kami dibiasakan untuk saling berbagi, saling menghormati dan menghargai sehingga tidak ada lagi perasaan berbeda antara kami. 4. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini? Jawab: Yang menanggung biaya kehidupan saya adalah pihak panti asuhan yaitu Bapak Naufal Djamhuri dengan fasilitasnya seperti sarana ibadah, sekolah, dan lain-lain.. 5. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Kegiatan disini lumayan banyak juga diantaranya muhadharah, qiroatul qur`an, marawis dan masih banyak lagi. 6. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini? Jawab: Saya bisa mengetahui apa yang sebelumnya saya tidak ketahui. 7. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini? Jawab: Ada, ya Alhamdulillah. Setiap tahunnya saya menjadi lebih baik dan berakhlak mulia terhadap sesama.

8. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan ini? Jawab: Panti asuhan ini cukup bagus karena sudah melakukan hal yang baik dengan menampung anak-anak yatim dan kurang mampu untuk didik dan disekolahkan. Harapan saya semoga yayasan yakiin ini terus maju dan sejahtera agar bisa terus melakukan hal baik tersebut.

Indra irawan

interviewee

Hasil Wawancara IX

Nama

: Arif Ma`ruf

Usia

: 17 Tahun

Tempat Wawancara

: Kantor Kepala Sekolah

Waktu Wawancara

: 23 Januari 2008, Pukul 10.50-11.35

1. Arif kelas berapa? Jawab: Kelas 3 Aliyah 2. Sejak kapan jadi yatim piatu? Jawab: Saya menjadi yatim sejak usia 6 tahun dan menjadi piatu semenjak usia saya 4 bulan. 3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu? Jawab: Saya diasuh oleh kakak saya yang pertama. 4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim piatu? Jawab: Perasan saya sedih sekali dan merasa kehilangan orang yang selama ini saya sayangi. Siapapun pasti akan merasakan hal yang sama kalau orang yang kita sayangi pergi untuk selama-lamanya. 5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu? Jawab: Cara saya mengatasi keseduihan itu dengan cara berdo`a mudahmudahan kedua orang tua saya diterima disisi Allah SWT dan diterima segala amal perbuatannya dan saya diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini. Selain saya memperbanyak aktivitas agar tidak terlalu larut dalam kesedihan karena mengingat orang yang saya sayangi telah meninggalkan saya. 6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Gak ya biasa aja. 7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini? Jawab: Pihak panti asuhan. Fasilitas yang disediakan banyak diantaranya yaitu tempat tidur, makan, pendidikan dan tempat ibadah.

8. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Banyak diantaranya mengkaji kitab-kitab, Al-Qur`an dan Qiroah, lalu muhadharah, muhadatsah, dan lan-lain. Selain itu setiap harinya kami juga melakukan piket. 9. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini? Jawab: Manfaat yang saya rasakan selama berada di sini yaitu saya senang karena bisa mendapatkan banyak pengetahuan, pengalaman dan juga teman. Dengan hal itu saya jadi bisa lebih dewasa lagi dalam berfikir. 10. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini? Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan yang saya jalani di panti asuhan ini mendidik saya menjadi manusia yang mandiri. 11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini? Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti asuhan ini menjadi lebih maju dan dimudahkan dalam segala urusannya.

Arif Ma`ruf

interviewee