1
MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU
Ika Lestari Hutasuhut E151160111 Departemen Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Jalan Lingkar Kamous Akademi, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 168, Bogor 16680, Indonesia
Abstrak Pemanenan hutan merupakan salah kegiatan pengelolaan hutan di Indonesia yang direncanakan sebaik mungkin berlandaskan pada aspek ekonomi, teknis, ekologi, sosial dan budaya. Perencanaan tersebut dirancang sedemikian rupa agar pelaksanaannya memberikan dampak yang baik bagi lingkungan serta memperoleh keuntungan ekonomi yang maksimal. Namun demikian, sering ditemui kejanggalan di dalam pengelolaan hutan. Dalam praktek pengelolaan hutan khusunya kegiatan pemanenan hutan, seringkali pengelola melupakan peran pekerja dalam kegiatan tersebut. Padahal, pekerja (manusia) berperan sebagai eksekutor dalam kegiatan pemanenan hutan dan memerlukan kompetensi dibidangnya. Sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 seorang pekerja harus memiliki sertifikasi kompetensi sebagai bukti yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu. Kompetensi yang wajib dimiliki seorang pekerja kehutanan khususnya dalam kegiatan pemanenan hutan adalah kompetensi dalam penebangan dan perlindungan K3. Pekerja kehutanan di Indonesia sebagian besar tidak memiliki kompetensi dibidangnya. Berdasarkan studi kasus, pekerja kehutanan di Perhutani kompetensi kerjanya diperoleh dari pengalaman kerja. Perusahaan dengan pekerja tanpa kompetensi tidak menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan yang lestari. Selain itu, tanpa adanya kompetensi yang dimiliki pekerja bisa saja memberikan kerugian bagi perusahaan berupa dana tambahan yang dikeluarkan untuk membayar kerugian akibat kecelakaan kerja.
menurut Permenaker Nomor 3 Tahun 1998
Latar Belakang
yang lebih fatal dari sebuah kecelakaan kerja Kecelakaan
suatu
adalah hilangnya nyawa pekerja tersebut.
kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa
Masalah kecelakaan kerja khususnya dibidang
pekerja
kehutananan
di
kerja
merupakan
lingkungan
kerja
yang
masih
belum
mendapatkan
menimbulkan terganggunya proses produksi
perhatian lebih jika dibandingkan dengan isu
serta
fisik
kehutanan lainnya, seperti isu kebakaran,
maupun non fisik (Yovi 2013). Bahkan
illegal logging, deforestasi, degradasi hutan
menimbulkan
kerugian
baik
2
dan lain sebagainya. Kurangnya perhatian dan
dalam pengelolaan hutan. Dalam praktek
kesadaran terhadap perlindungan kesehatan
pengelolaan
hutan
dan keselamatan kerja merupakan salah satu
pemanenan
hutan,
masalah yang menyebabkan kecelakaan kerja
melupakan peran pekerja dalam kegiatan
di kehutanan sampai saat ini tidak sepenting
tersebut. Padahal, pekerja (manusia) berperan
isu kehutanan lainnya.
sebagai eksekutor dalam kegiatan pemanenan
Undang-undang Dasar Tahun 1945 telah
hutan
dan
khusunya seringkali
memerlukan
kegiatan pengelola
kompetensi
menetapkan bahwa setiap warga negara
dibidangnya. Menurut Yovi (2009) dalam
Indonesia berhak mendapatkan perlindungan
kegiatan
dan penghidupan yang layak. Dan dalam
termasuk pekerjaan yang memiliki resiko
undang-undang Ketenagakerjaan Republik
tinggi karena harus menghadapi lingkungan
Indonesia Nomor 13 tahun 2003 juga
kerja yang sulit, pekerjaan fisik yang berat
menegaskan
dan resiko tinggi terhadap kecelakaan dengan
bahwa perlindungan terhadap
pemanenan
penebangan
tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
berbagai
hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin
seperti
kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
penebangan pohon menjadi salah satu faktor
diskriminasi
untuk
penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Oleh
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
sebab itu, pekerja membutuhkan kompetensi
keluarganya dengan tetap memperhatikan
dan perlindungan K3 dalam pelaksanaanya.
atas
perkembangan
dasar
apapun
gergaji
mesin
Penggunaan (chainsaw)
alat untuk
dunia
usaha.
Sesuai dengan Kerangka Kualifikasi
perlindungan
dalam
Nasional Indonesia (KKNI) dalam Keputusan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
Presiden Nomor 8 Tahun 2012 seorang
lingkungan kerja adalah hak bagi pekerja
pekerja harus memiliki sertifikasi kompetensi
yang wajib dipenuhi oleh pengelola dan
sebagai bukti yang menerangkan bahwa
perusahaan.
seseorang telah menguasai kompetensi kerja
Begitupun
kemajuan
keterbatasan.
seperti
dengan
Pemanenan
salah
tertentu. Kompetensi yang wajib dimiliki
kegiatan pengelolaan hutan di Indonesia yang
seorang pekerja kehutanan khususnya dalam
direncanakan sebaik mungkin berlandaskan
kegiatan pemanenan hutan adalah kompetensi
pada aspek ekonomi, teknis, ekologi, sosial
dalam penebangan dan perlindungan K3.
dan
Perencanaan
Pekerja kehutanan di Indonesia sebagian
tersebut dirancang sedemikian rupa agar
besar tidak memiliki kompetensi dibidangnya.
pelaksanaannya memberikan dampak yang
Berdasarkan studi kasus, pekerja kehutanan di
baik bagi lingkungan serta memperoleh
Perhutani kompetensi kerjanya diperoleh dari
keuntungan ekonomi yang maksimal. Namun
pengalaman kerja. Perusahaan dengan pekerja
demikian, sering ditemui kejanggalan di
tanpa
budaya
hutan
(Elias
merupakan
2012).
kompetensi
tidak
menjamin
3
terselenggaranya pengelolaan hutan yang
Regional III Jawa Barat dan Banten yang
lestari. Selain itu, tanpa adanya kompetensi
akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai
yang dimiliki pekerja bisa saja memberikan
dengan September 2017.
kerugian
bagi
perusahaan
berupa
dana
tambahan yang dikeluarkan untuk membayar kerugian akibat kecelakaan kerja. Besarnya dikeluarkan
dana
perusahaan
Alat dan bahan yang digunakan dalam yang
penelitian ini adalah:
akibat
1.Laptop dengan aplikasi software Stella 9.2
kecelakaan kerja selama ini belum pernah
dan SPSS (statistical package for the
disimulasikan dalam bentuk model yang
social sciences)
sederhana.
oleh
tambahan
Alat dan Bahan
Sehingga
informasi
untuk
menduga berapa besar kerugian dalam satu siklus pemanenan belum pernah ada. Model adalah abstaraksi atau penyederhanaan dari
2.Kuisioner Penelitian 3.Data
Rencana
Pengaturan
Kelestarian
Hutan 4.Data
RTT
dunia nyata, yang mampu menggambarkan
pemeliharaan,
struktur dan interaksi elemen serta prilaku
penebangan)
(pembibitan,
penanaman,
penjarangan
dan
keseluruhannya sesuai dengan sudut pandang
5.Laporan Inventarisai RPH Maribaya
dan
6.Laporan
tujuan
yang
diinginkan.
pemodelan langkah pertama yang
Dalam harus
produksi
hasil
hutan
RPH
Maribaya
dilakukan adalah menentukan tujuan dari pemodelan tersebut (Purnomo 2012). Model
Metode pelaksanaan
diharapkan mampu menjelaskan bentuk dan
Dinamika sistem merupakan sebuah
besaran kerugian akibat kecelakaan kerja
studi mengenai perubahan sistem menurut
yang dialami dalam satu siklus penebangan
waktu degan memperhatikan faktor umpan
pohon. Jika sudah diketahui kerugiannya akan
balik. Oleh karena objek yang dimodelkan
menjadi evaluasi bagi perusahaan akibat
dalam
mengabaikan hak pekerja untuk mendapatkan
menduga kerugian akibat kecelakaan kerja.
perlindungan K3.
projek
ini
adalah
model
untuk
a. Stock atau juga biasa disebut sebagai peubah
state
direpresentasikan
Metode
(state sebagai
variable) kotak
persegi panjang. Stock dinyatakan dalam titik akumulasi dari materi
Deskripsi lokasi yang dipelajari Penelitian Pemodelan ini dilaksanakan
dalam sebuah sistem. Dalam model
di RPH Maribaya, BKPH Parung Panjang,
ini stock yang dimaksudkan adalah
KPH
Stock Tegakan, Kas dan Net Revenue
Bogor,
Perum
Perhutani
Devisi
4
yang
menajdi
dari
pembantu dalam menentukan laju
penjumlahan dan pengurangan akibat
aliran trasnfer materi atau nilai bagi
dari profit hasil penebangan dan
peubah
kerugian akibat kecelakaan kerja.
merepresentasikan konsep yang ingin
b. Aliran
materi
akumulasi
masuk
(inflow)
lainnya,
yang
kita nyatakan secara eksplisit dalam
direpresentasikan sebagai pipa atau
model. Dalam model ini
anak panah dengan garis ganda yang
variables yang digunakan adalah gaji
menunjuk pada stok; aliran ini akan
karyawan,
menambah materi dan stok. Inflow
operasional
dalam model ini adalah Ingrowth dan
intensitas kecelakaan kerja. Empat
pendapatan.
variabel merupakan variabel yang
Ingrowth
merupakan
administrasi,
biaya
penebangan
inflow menuju stock tegakan, dimana
dipengaruhi
stok tegakan sanagat dipengaruhi
variabel lainnya.
oleh ingrowth. Ingrowth dalam model
auxiliary
dan
dan
mempengaruhi
e. Konstanta adalah nilai numerik yang
ini merupakan pohon yang sedang
menyatakan
mengalami pertambahan riap sampai
yang tidak berubah atau kita anggap
mencapai umur daur. Pendapatan
tidak berubah dalam berbagai kondisi
merupakan
Kas,
selama waktu simulasi. Dalam model
dimana kas diperoleh dari hasil
ini konstanta berada pada variabel
perkalian
riap, biaya operasional penebangan
inflow
variabel
menuju
harga
kayu
dikalikan hasil panen. c. Aliran
karakteristik
dan gaji karyawan. Dimana variabel (outflow)
ini diasumsikan sebagai konstanta
direpresentasikan sebagai pipa atau
yang besarnya sama selama kurun
anak panah yang keluar dari stock;
waktu 20 tahun, artinya dilakukan
aliran ini mengurangi materi dari
pendekatan
stok. Outflow dalam model ini adalah
sekarang menduga nilai masa depan).
panen
materi
sebuah
dan
keluar
pengeluaran.
Panen
f. Driving
future
variables
atau
(nilai
peubah
merupakan outflow dari stock tegakan
penggerak
yang
riap.
mempengaruhi model tetapi tidak
Pengeluaran merupakan outflow dari
dipengaruhi oleh model lain. Driving
kas yang digunakan untuk aliran
variables dalam model ini adalah
materi ke stock dan variabel.
Jumlah karyawan, harga kayu, panen,
dipengaruhi
d. Auxiliary
variables
oleh
atau
peubah
pembantu atau pendukung adalah peubah
yang
muncul
sebagai
adalah
value
peubah
jumlah bulan dan laju ingrowth.
yang
5
penyusunan
Prosedur Analisis Adapun prosedur dari peneltian terdiri pembuatan model melalui pengumpulan data
model
yang
saling
berhubungan. 3. Spesifikasi Model
yang diolah dengan menggunakan software
Tahap spesifikasi model, komponen-
stella, dilanjutkan dengan tujuan pengunaan
komponen yang ada pada model
model tersebut. Gambar 1 dibawah ini
tersusun dan saling terhubung satu
menunjukkan prosedur penelitian:
sama lain. Hubungan antar komponen yang ada disusun dengan persamaan matematik yang disusun berdasarkan
Pembuatan Model
data yang ada. 4. Evaluasi Model
Penggunaan Model
Tahap evaluasi model merupakan tahap perbandingan hasil prediksi Analisis Ekonomi
Analisis Konten
model dengan data asli di dunia nyata. 5. Penggunaan Model
Gambar 1 Prosedur analisa
Tahapan
ini
pertanyaan
Pembuatan Model
bertujuan pada
awal
menjawab membuat
modelsimulasi, apakah model mampu Menurut Purnomo (2012) tahapan
menjawab
pembuatan model sistem terdiri dari langkah-
tujuan
yang
telah
ditetapkan diawal tujuan penelitian
langkah berikut: 1. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Hasil dan Pembahasan
Identifikasi isu bertujuan mengetahui manfaat
dilakukannya
Hasil
pemodelan,
Identifikasi, Isu, Tujuan dan Batasan
setelah melakukkan identifikasi isu
Kerugian akibat kecelakaan kerja dan
kemudian batasan
ditetapkan dilakukannya
tujuan
dan
menghubungkannya
dengan
pemodelan
pemodelan
merupakan suatu novelty dan menarik untuk
seperti batasan isu, batasan ruang, dan
dibahas. Lokasi studi kasus yang dibahas
batasan waktu.
dalam
2. Formulasi Model Konseptual
projek
ini
ada
Perhutani
yang
merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Tahapan ini bertujuan memberikan
Negara (BUMN)
pemahaman tentang konsep dan tujuan
mengelola hutan negara di Pulau Jawa.
tentang model yang akan dianalisis.
Kegiatan pengelolaan hutan di Perhutani
Pada
secara umum tidak jauh berbeda dengan
tahapan
ini
dilakukan
yang bekerja dalam
kegiatan pengelolaan hutan di perusahaan
6
kehutanan swasta lainnya, seperti adanya
memenuhi target produksi yang tinggi agar
kegiatan pengelolaan pemanenan hasil hutan
upah yang diterima besar, pekerja sering
kayu. Salah satu kegiatan pemanenan hasil
mengabaikan aspek perlindungan keselamatan
hutan kayu
dan kesehatan kerja (K3) pada saat bekerja.
yang memiliki
resiko
dan
kecelakaan kerja yang tinggi adalah kegiatan
Hal
penebangan.
perusahaan selama itu tidak menggangu dan
Kegiatan
penebangan
merupakan
proses merebahkan pohon berdiri untuk dipungut kayunya. Menurut Yovi (2009) kegiatan
seperti
penebangan
termasuk
pekerjaan dengan resiko tinggi karena harus
ini
tidak
perusahaan mengabaikan hal tersebut artinya mereka
melanggar
undang-undang
dan
peraturan ketenagakerjaan. Undang-undang No.13 Tahun 2003 pasal
terhadap
pekerja/buruh
berbagai
bagi
Inilah yang menjadi sebuah perdebatan, ketika
pekerjaan fisik yang berat dan resiko tinggi dengan
masalah
tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
menghadapi lingkungan kerja yang sulit,
kecelakaan
menjadi
86
menjelaskan
bahwa
berhak
setiap
mendapatkan
keterbatasan. Penggunaan alat seperti gergaji
perlindungan kesehatan
mesin (chainsaw) untuk penebangan pohon
kerja. Setiap pekerja dan keluarganya berhak
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
untuk memperoleh jaminan sosial tenaga
kecelakaan kerja. Oleh karena itu para tenaga
kerja yang meliputi: a) Jaminan Kecelakaan
kerja
untuk
Kerja, b)Jaminan kematian, c) Jaminan Hari
mendapatkan perlindungan atas keselamatan
Tua, d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
dan kesehatan kerja, disisi lain perusahaan
Keselamatan dan kesehatan kerja. Berhak
juga
meminta
kehutanan
wajib
tentu
berhak
memberikan
perlindungan
kepada
terhadap keselamatan dan kesehatan para
dilaksanakannya
tenaga
Keselamatan
kerja
yang
mereka
miliki.
dan keselamatan
pengusaha semua
dan
untuk
Syarat-syarat
kesehatan
kerja.
Sesungguhnya keselamatan dan kesehatan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
kerja adalah untuk kepentingan pengusaha
dimana syarat keselamatan dan kesehatan
dan pekerja itu sendiri (Fadillah 2010).
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
Pekerja chainsawman,
lapangan helper
dan
seperti blandong
merupakan pekerja lepas Perhutani (mitra kerja). Chainsawman dan pekerja lainnya akan fokus pada pencapaian produktivitas kerja, karena mereka akan dibayar sesuai dengan volume kayu yang dihasilkan. Demi
diwajibkan
diragukan
olehnya
(Undang-
undang 13 tahun 2003). Upaya untuk mendekati
perusahaan
agar
perhatiannya
tercurah akan hak pekerja adalah dengan menunjukkan
model
penduga
kerugian
kecelakaan kerja ini. Harapannya dengan biaya kerugian menjadi bahan eveluasi bagi
7
perusahaan. Akan lebih baik jika biaya
Submodel Kegiatan Penanaman
kerugian tersebut dialihkan untuk biaya
Submodel ini merupakan komponen dari
pelatihan
submodel
K3
dan
memberikan
fasilitas
perlindungan K3 pada pekerja.
dinamika
tegakan.
Dimana
submodel ini terdiri dari beberapa variabel yakni produktivitas, Jumlah karyawan, biaya
Konseptualisasi Model
penanaman dan peluang kecelakan kerja pada
Bentuk model yang akan dibangun
kegiatan ini.
untuk menduga besar biaya kerugian akibat kecelakaan tersebut tersusun dari beberapa submodel diantaranya submodel kegiatan pembibitan, submodel penanaman, submodel pemeliharaan,
submodel
penjarangan,
submodel penebangan dan model dinamika tegakan. Submodel dinamika struktur tegakan Submodel
ini
menggambarkan
dinamika
struktur tegakan yang bisa berubah karena
Gambar 3 Submodel Penanaman
adanya beberapa unsur seperti ingrowth,
Submodel Penjarangan
ugrowth
yang
Submodel langkah selanjutnya dari kegiatan
mempengaruhinya. Gambar struktur dinamika
penanaman yang merupakan tindak dari
tegakan ada pada gambar dibawah ini.
pemeliharaan. Dimana submodel ini terdiri
dan
beberapa
kegiatan
dari beberapa variabel yakni produktivitas,
Submodel kegiatan Pembibitan Sub
model
ini
menggambarkan
proses
kegiatan pembenihan meliputi produktivitas,
Jumlah karyawan, biaya penjarangan dan peluang kecelakan kerja pada kegiatan ini.
jumlah karyawan, biaya yang dikeluarkan dan peluang terjadi kecelakan kerja pada kegiatan ini.
Gambar 4 Submodel Kegiatan Penjarangan Submodel Kegiatan Pemanenan Submodel kegiatan akhir dari pemanenan. Gambar 2 Submodel kegiatan Pembibitan
Dimana submodel ini terdiri dari beberapa
8
variabel
yakni
produktivitas,
Jumlah
karyawan, biaya penebangan dan peluang kecelakan kerja pada kegiatan ini.
Gambar 5 Submodel dinamika tegakan dan komponen submodel lainnya Pembahasan dan Diskusi Simulasi
dalam
model
dengan
menggunakan stock tegakan sebesar 2000 m3, dengan pendapatan hasil panen dikalikan dengan
harga
kayu
(Rp.
7.100.00/m3).
Pengeluaran biaya terdiri dari variabel biaya operasional
pemanenan
(penebangan),
Gambar 7 Grafik kerugian kecelakaan kerja
administrasi, biaya akibat kecelakaan kerja.
Gambar 3 menjelaskan bahwa kerugian
Dismulasikan dalam bentuk model dibawah
kecelakaan kerja mampu meningkat biaya
ini:
operasional. Artinya jika semakin tinggi intensitas kecelakaan kerja, maka biaya operasional pun akan ikut meningkat. Hal ini tentu akan mengurangi biaya hasil produksi (profit) dari hasil pemanenan. Garis biru pada
Gambar 6 Model penduga kerugian akibat
gambar 1 diatas menggambarkan biaya
kecelakaan kerja dalam operasi pemanenan
operasional akan konstan jika tidak terjadi kecelakaan kerja. Garis merah dan biru menggambarkan adanya kecelakaan kerja pada intensitas berturut (0.1) dan (0.2) yang
9
mampu
meningkatkan
biaya
operasional
kecelakaan kerja, maka semakin besar pula
pemanenan dan mengurangi keuntungan dari
pula biaya operasionalnya. Artinya akan
hasil produksi kayu.
mengurangi keuntungan dari pendapatan hasil
Gambar 4
berikut
merupakan besar nilai kerugian yang terus meningkat setiap tahunnya akibat intensistas
REFERENSI
kecelakaan kerja.
Fadillah D. 2010. Biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja di PT Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnomo,
Herry.2012.Pemodelan
dan
Simulasi untuk Pengelolaan Adaftif Sumber
Daya
Alam
dan
Lingkungan.Bogor: IPB Press Yovi
EY.
2009.Penilaian
perlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja pada kerja kehutanan melalui pendekatan Gambar 8 Besar kerugian akibat kecelakaan
kompetensi. [diacu 20 Oktober 2013].
kerja simulasi 20 tahun
Tersedia pada: Media Majalah Ilmu Faal.Indonesia
Kesimpulan
penduga
kerugian
akibat
kecelakaan kerja telah mampu memberikan gambaran kepada perusahaan. Harapannya model tersebut dapat dilakukan untuk evaluasi perusahaan Jika perlindungan kepada pekerja saja belum diberikan, tidak akan menjamin hutan dapat sustainable. Model penduga memberi hasil bahwa jika tidak terjadi kecelakaan
kerja,
biaya
(2).
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/abst rak_321329_t.
Model
8
operasional
pemanenan akan konstan. Namun jika terjadi kecelakaan kerja maka biaya operasional akan semakin meningkat sesuai besar intesitas kecelakaan kerja. Semakin besar intensitas
10