NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang Ujian Nasional pada sis...

0 downloads 424 Views 70KB Size
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Oleh: HINDUN RA. RETNO KUMOLOHADI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________________

Dosen Pembimbing Utama

(RA. Retno Kumolohadi, S. Psi., M. Si.)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Hindun Retno Kumolohadi

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang Ujian Nasional pada siswa SMU. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial dengan tingkat stress menjelang UN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU N 1 Tegal, berusia 16-18 tahun, dan akan menempuh Ujian Nasional. Subjek penelitian ini berjumlah 50 siswa. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat stres menjelang UN addalah skala tingkat stres yang terdiri dari 20 item yang disusun sendiri oleh penulis sesuai dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Crider (Darmadji, 1996). Sementara data mengenai dukungan sosial diungkap dengan skala dukungan sosial yang berjumlah 30 item yang mengacu pada empat aspek yang dikemukakan oleh House (Smet, 1994). Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows 12.0. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal (r = 0,290 ; p = 0,021). Dukungan sosial secara keseluruhan memberikan sumbangan sebesar 4,3% . Kategori skor tingkat stres pada siswa secara dominan termasuk dalam kategori sedang. Kategori skor dukungan sosial secara dominan termasuk dalam kategori tinggi.

Kata Kunci: Stres Siswa Menjelang UN, Dukungan Sosial

Pengantar Generasi muda mempunyai peranan yang sangat berarti dalam membangun bangsa. Kepundak merekalah diletakkan nasib dan masa depan bangsa. Merekalah yang memikul beban tanggung jawab yang berat dan menentukan, oleh karena itu mereka harus disiapkan sejak dini dalam menghadapi tantangan masa mendatang, baik secara mental maupun spiritual. Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai ideal tertentu dapat membuat remaja menghasilkan prestasi-prestasi yang baik dan berguna untuk pembangunan negaranya. Idealnya para remaja tersebut sebagai generasi penerus dalam menghadapi tantangan harus berusaha lebih keras, memperbanyak bacaan atau kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Salah satu kegiatan yang menuntut remaja berprestasi semaksimal mungkin adalah dengan menjalani Ujian Nasional (UN). UN adalah ujian yang menentukan kelulusan siswa. Dengan melaksanakan ujian berstandar nasional, semua pihak, terutama siswa, akan terpacu untuk belajar dan bekerja keras. Peraturan tentang kelulusan ini sudah diberlakukan sejak tahun ajaran 2003/2004, dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Idealnya, dalam menghadapi UN siswa harus mempersiapkan diri secara matang, antara lain dengan belajar jauh-jauh hari sebelum UN tiba. Bila sejak dahulu siswa rajin belajar secara bertahap, maka saat akan mengikuti UN siswa hanya tinggal mengulang dan mempermantap setiap pelajaran yang telah mereka terima sebelumnya. Persiapan dalam menghadapi UN juga dapat di bantu dengan mengikuti tambahan pelajaran di sekolah, bimbingan belajar, diskusi kelompok, mengikuti try out yang biasanya diadakan di setiap sekolah, serta menjaga kondisi

tubuh. Dengan begitu, semua peserta Ujian Nasional benar-benar siap mental dan fisik saat ujian berlangsung. Ironisnya, banyak remaja masih banyak yang belum siap menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional) yang kemudian dirubah menjadi UN sejak tahun 2005. Sebagai contoh, tampak jelas saat fakta dilapangan menyatakan 3% (828 siswa) dari 26.252 siswa SMA / MA di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dinyatakan tidak lulus menempuh UN tahun 2003 yang standar nilai kelulusan 3,01. Pada tahun 2004 standar nilai kelulusan dinaikkan dari 3,01 menjadi 4,01 dan terjadi peningkatan ketidaklulusan meskipun angkanya tidak signifikan. Tahun 2005 Depdiknas kembali menaikkan standar kelulusan dari 4,01 menjadi 4,25 (Kedaulatan Rakyat Online, 28 januari 2006). Melihat kenyataan yang terjadi bahwa masih terdapat siswa yang tidak lulus ujian, tidak mengikuti ujian karena mengalami stres, bahkan yang lebih tragis lagi terdapat siswa yang bunuh diri karena gagal dalam ujian, tampak bahwa sebagian siswa masih belum siap dalam menghadapi UN. Banyaknya harapan yang ditujukan pada para siswa dan juga tuntutan agar memiliki nilai diatas standar dapat menjadi sumber stres pada siswa. Setiap peserta UN harus serius dan tekun mempelajari setiap mata pelajaran yang akan diujikan, jika tidak, siswa akan berpotensi mengalami kegagalan dalam UN. Meskipun demikian, banyak siswa peserta UN yang sudah ketakutan terlebih dahulu menghadapi UN, meski sudah belajar dengan sangat tekun. Ada semacam kekhawatiran, kegelisahan, dan kegalauan jiwa. Ada rasa tidak percaya diri tumbuh dalam diri siswa bahwa mereka berpeluang untuk tidak lulus UN. Perasaan itu tentu didasarkan atas

sejumlah alasan. Pertama, teman-teman seniornya tahun lalu banyak yang tidak lulus, kendati sudah belajar sangat tekun. Hal itu sedikitnya menjadi cerminan bagi siswa peserta UN tahun ini bahwa kemungkinan “musibah” itu bisa terjadi pada dirinya. Selain itu, materi soal yang diujikan dalam UN tidak sama dengan apa yang mereka pelajari di sekolah. Kedua, faktor kejiwaan siswa yang tidak labil dalam menghadapi UN. Ketiga, perasaan tertekan menghadapi segala kemungkinan dalam pelaksanaan UN. Karena segala kemungkinan bisa saja terjadi, termasuk tidak lulus UN. Di kota Indramayu, siswa, guru termasuk orang tua menyambut UN dengan harap-harap cemas, bahkan sebagian stres atau depresi. Depresi menimpa salah seorang siswi kelas III SMA Negeri I Indramayu, namanya sebut saja Bunga, berumur 18 tahun. Kelakukannya mulai terlihat berbeda sejak Selasa saat orang tua murid diundang ke sekolah menerima hasil nilai pra UN yang nilai ratarata angkanya jeblok alias tidak lulus. Selama seminggu Bunga berada di rumah dengan tingkah laku yang tidak seperti biasanya. Selalu murung, sulit diajak berkomunikasi bahkan cenderung mengurung diri di dalam kamar. Di sekolah lain, Bunga-Bunga yang lain juga mangalami hal serupa. Itu karena tekanan mental yang hebat membuat pikiran menjadi kalut, kata satu pengajar di Indramayu. Demi meraih jumlah kelulusan 100 persen, di SMA N I Indramayu ini bahkan diadakan doa bersama atau istighosah di halaman sekolah selama sebulan dan turut mengundang orang tua pada saat puncak atau hari terakhir (Pos Kota, Selasa 10 April 2007).

Upaya untuk meringankan beban mereka atau para siswa ini sangat diperlukan agar tingkat stres pada siswa dapat berkurang, sehingga dapat menghadapi masalah atau tugas-tugas yang menantang dengan baik. Upaya untuk mengurangi tingkat stres pada siswa tersebut tidak mudah dicapai begitu saja, karena banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stres, yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup, dan tipe kepribadian tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab tinggi rendahnya tingkat stres sangat kompleks dan saling berhubungan satu sama lain. Peneliti akan mencoba meneliti tingkat stres dikaitkan dengan salah satu faktor yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial adalah suatu hubungan yang didalamnya terkandung isi pemberian bantuan yang dapat berupa dorongan, semangat, nasihat yang dapat diberikan melalui aliran emosi atau afeksi serta dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi stres akibat konflik, dimana pemberinya bersumber dari orangorang yang mempunyai hubungan berarti dengan individu, yaitu keluarga, teman dekat, guru, saudara, tetangga, dsb. Seorang siswa diharapkan mendapatkan dukungan sosial, terutama dari orang-orang terdekat. Bentuk dukungan sosial dapat berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan, nasihat, atau bahkan mengeluh bilamana sedang menghadapi persoalan pribadi atau persoalan menyangkut sekolah. Menghadapi ujian yang berhubungan dengan kelulusan kerap menjadi beban tersendiri bagi siswa. Rasa cemas, takut tak mampu menyelesaikan soal dengan baik, ditambah tuntutan yang terlampau tinggi terhadap dirinya membuat siswa bisa saja mengalami stres yang berlebihan. Karenanya, mereka butuh

dukungan dari orangtua dan orang-orang yang dekat dengannya. Menurut psikolog, Riyadi, dukungan orang tua di masa anak menghadapi ujian sangat memberikan pengaruh bagi keberhasilan anak. untuk itu orang tua senantiasa memotivasi anak agar giat belajar dan membuat mereka terus mengingat akan pentingnya ujian tersebut (www.fajar.co.id). Siswa yang mendapatkan dukungan akan merasa diperlukan, dicintai, dihargai, dan ditolong oleh sumber-sumber dukungan sosial tersebut, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Bilamana hubungan ini terjadi maka emosi siswa dapat terlampiaskan sehingga ketegangan-ketegangan penyebab stres dapat mengendor, siswa dapat merasakan berkurangnya kelelahan emosional, menjadi bersikap lebih positif, dan termotivasi untuk belajar lebih keras. Akan tetapi bilamana siswa tidak memperoleh dukungan sosial dari orang-orang terdekat, maka ia akan merasa resah, cemas, takut dan merasa tidak mempunyai sandaran untuk mengadukan permasalahannya. Keadaan yang demikian tentu akan berdampak negatif pada para siswa, dan akan tercermin pada kinerja siswa yang kurang memuaskan. Dengan kata lain, semakin tinggi dukungan sosial yang didapatkan siswa, semakin membuat tingkat stres menjadi rendah. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh siswa, maka semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan siswa ketika menghadapi situasi yang membahayakan atau situasi yang menekan. Beban mereka akan terasa lebih berat karena tidak mendapatkan dukungan, terutama dari orang terdekat. Dukungan sosial merupakan unsur penting yang perlu dimiliki para siswa guna menghadapi tekanan atau tuntutan yang berat dari lingkungan pendidikan.

Dalam penelitiannya, Hartanti (2002) menyimpulkan bahwa individu yang mendapat dukungan sosial dari keluarga secara berulangkali merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif . Emosi akan terlampiaskan segingga ketegangan-ketegangan yang ada bisa mengendur, dan tidak mengganggu kehidupan jiwa seseorang. Rohman, dkk. (1997) meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial dengan burnout pada perawat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara dukunga sosial dengan burnout. Dengan bantuan dari empat aspek dukungan sosial yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat mengatasi masalah-masalah psikologis dengan cepat dan tepat. Dukungan seseorang merupakan bekal bagi seseorang untuk menghadapi kesulitan. Penelitian LaRocco (Sarafino, 1990) menunjukan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan penurunan stress dan berperan dalam pembentukan kepercayaan diri yang bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam kehidupan. Darmadji (1996), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial dengan stres siswa sekolah penerbang, yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stres. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki dukungan sosial yang tinggi akan dapat mengatasi masalah-masalah psikologis, memiliki penghargaan diri yang tinggi sehingga tidak mudah mengalami stres. Berdasarkan uraian diatas, didapati benang merah yang menghubungkan antara dukungan sosial dengan tingkat stress menjelang UN pada siswa SMU.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres pada siswa SMA menjelang Ujian Nasional (UN).

Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan maupun masukan yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan disiplin psikologi, khususnya untuk bidang psikologi pendidikan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan stress siswa menjelang UN sehingga dapat diterapkan strategi yang tepat untuk mengurangi tingkat stres pada siswa.

Stres Menjelang UN Pengertian tingkat stres menjelang UN yaitu besarnya stres yang diperoleh dari

pengalaman

subjektif

individu

yang

didasarkan

atas

persepsi

ketidakseimbangan antara tuntutan dari kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi lulusan secara nasional dengan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki individu.

Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah bantuan yang diperoleh individu melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya, diantaranya melalui bantuan emosional, bantuan penghargaan, bantuan instrumental dan bantuan informasi.

Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial dengan tingakat stress pada siswa SMU menjelang UN. Dimana semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin rendah tingkat stres, begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat stres pada siswa SMU menjelang UN.

Metode Penelitian Identifikasi Variabel - Variabel tergantung : Tingkat Stres Menjelang UN - Variabel bebas

: Dukungan Sosial

Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa yang duduk di kelas III SMA Negeri 1 Tegal, dengan karakteristik subjek yaitu berusia antara 16-18 tahun dan belum pernah mengikuti UN

Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dua alat ukur yang berupa kuesioner yaitu alat ukur tingkat stres dan alat ukur dukungan sosial yang dibuat oleh peneliti. 1. Skala Tingkat Stres. Skala ini mengungkap tingkat stres siswa menjelang UN yang diindikasikan dari tiga aspek yang dikemukakan oleh Crider (1983) yaitu aspek emosional, kognitif dan fisiologis. 2. Skala Dukungan Sosial Skala ini merupakan skala yang mengungkap tinggi rendahnya dukungan sosial yang diterima oleh siswa. Skala dukungan sosial ini disusun berdasarkan empat aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif.

Metode Analisis Data Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linearitas. Proses analisis data ini dipercepat dan dipermudah dengan adanya perangkat lunak SPSS for Windows versi 12.0

Hasil Penelitian Subjek dari penelitian ini berjumlah 50 siswa yang bersekolah di SMU N 1 Tegal dengan karakteristik subjek yaitu berusia antara 16-18 tahun dan belum pernah mengikuti UN. Tabel 1 Data Jumlah Calon Peserta Ujian Nasional 2006/2007 SMU N I Tegal No.

Kode

IPA

IPS

Peserta

LakiLakiUrut Kelas laki Perempuan laki Perempuan Total 1 A1 23 22 45 2 A2 14 30 44 3 A3 15 29 44 4 A4 20 24 44 5 A5 23 21 44 6 S1 12 33 45 7 S2 22 24 46 8 S3 17 29 46 TOTAL 95 126 51 86 358 Gambaran data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi hasil penelitian dibawah ini Tabel 2 Deskripsi Data Penelitian Variabel Stres dan Dukungan Sosial Variabel Stres Dukungan Sosial

Hipotetik Min 20 30

Max 80 120

Mean 50 75

Empirik SD 10 15

Min 31 57

Max 63 113

Mean 47,72 91,34

SD 7,680 10,59 2

Berdasarkan data yang diperoleh, Penulis menggolongkan subjek ke dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi dengan membuat kategorisasi masing-masing berdasarkan deskripsi data penelitian.

Tabel 3 Kategorisasi Data Stres dan Dukungan Sosial No. Kategorisasi Norma Stres 1 2 3 4 5

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

X < 32 32 = X = 44 44 < X = 56 56 < X = 68 X > 68

Norma Dukungan Sosial X < 48 48 = X = 66 66 < X = 84 84 < X = 102 X > 102

Tabel 4 Distribusi Skor Tingkat Stres dari Subjek Penelitian No. Kategorisasi Norma Jumlah 1 Sangat rendah X < 32 1 orang 2 Rendah 32 = X = 44 18 orang 3 Sedang 44 < X = 56 24 orang 4 Tinggi 56 < X = 68 7 orang 5 Sangat tinggi X > 68 -

Presentase 2 % 36 % 48 % 14 % 0 %

Tabel 5 Distribusi Skor Tingkat Dukungan Sosial No. Kategorisasi Norma 1 Sangat rendah X < 48 2 Rendah 48 = X = 66 3 Sedang 66 < X = 84 4 Tinggi 84 < X = 102 5 Sangat tinggi X > 102

Presentase 0 % 2 % 18 % 66 % 14 %

Jumlah 1 orang 9 orang 33 orang 7 orang

Dari kedua kategorisasi ini diperoleh hasil, mayoritas subjek berada pada tingkat stres dalam kategori sedang, yaitu sebesar 48 % dan mayoritas subjek berada pada tingkat dukungan sosial dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 66 %.

Uji Asumsi Kedua uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for windows 12.0. a) Uji Normalitas Untuk menguji normalitas digunakan teknik statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dari hasil uji normalitas diperoleh data sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Variabel Skor K-SZ Stres 0,745 Dukungan Sosial 0,917

P 0,636 0,370

Kategori Normal Normal

Dari hasil analisis variabel tingkat stres diperoleh bahwa nilai KS Z = 0,745 dengan harga p = 0,636 (p>0,05) dan untuk variabel dukungan sosial diperoleh bahwa nilai KS Z = 0,917 dengan harga p = 0,370 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang siginifikan antara distribusi skor empirik dengan distribusi skor hipotetik yang artinya kedua alat ukur ini memiliki distribusi atau sebaran yang normal. b) Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel stres dan variabel dukungan sosial memiliki hubungan yang linear. Untuk menguji linearitas digunakan teknik statistik Compare Means.

Tabel 7 Hasil Uji Linearitas Variabel Stres dan Dukungan Sosial

F 2,502

P 0,127

Kategori Tidak linear

Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai F = 2,502 dengan harga p = 0,127 (p>0,05) dan penyimpangan sebesar 1,298. Hasil ini menunjukkan bahwa data penelitian tidak linear, yaitu tidak ada hubungan antara variabel dukungan sosial terhadap variabel stres.

Uji Hipotesis Dari hasil uji asumsi sebelumnya menunjukkan bahwa data penelitian tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hal ini disebabkan karena syarat normalitas terpenuhi yaitu skor kedua distribusi itu normal sedangkan syarat linearitas tidak terpenuhi yaitu hubungan antar variabel tidak mengikuti garis linear. Karena tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman dengan perangkat lunak SPSS for windows 12.0. Uji hipotesis menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 8 Korelasi antara Stres dan Dukungan Sosial Variabel r Korelasi Spearman Stres dan -0,290 Dukungan Sosial

P 0,021

Dari hasil analisis dengan menggunakan Spearman diketahui adanya hubungan antara variabel stres dan variabel dukungan sosial. Hal ini berarti bahwa hubungan antara dua variabel tersebut dapat diterima. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk subjek penelitian ini saja dan tidak bisa digeneralisasikan untuk semua siswa SMU.

Pembahasan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial dengan stres pada siswa SMU N 1 Tegal menjelang Ujian Nasional. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan yang diterima atau dirasakan siswa, maka tingkat stres yang dirasakan siswa semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan oleh siswa, maka semakin tinggi tingkat stres yang dialami siswa menjelang Ujian Nasional. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang stres dan dukungan sosial ini dapat memenuhi tujuan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara dukungan sosial dan stres menjelang UN Dukungan sosial merupakan dukungan yang diberikan oleh orang lain (Cohen dan Syme,1985). Dukungan tersebut dibutuhkan oleh individu dari orangorang yang memiliki hubungan yang erat. Dukungan sosial menurut House (Smet, 1994), mencakup empat aspek : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dengan bantuan empat aspek yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat mengatasi masalah-masalah psikologis dengan cepat dan tepat. Dukungan sosial merupakan bekal bagi

seseorang untuk menghadapi kesulitan atau masalah sehingga tidak mengalami stres. Apabila siswa mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, maka siswa akan merasa tingkat stresnya menjadi berkurang. Bagi siswa, pemberian penilaian positif akan meningkatkan kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menghadapi tuntutan tugas sebagai siswa, dan pemberian informasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Sebaliknya, siswa akan merasa beban mereka terasa lebih berat jika kurang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Menurut hipotesis penyangga (buffer hypothesis), dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres yang berat. Di dalam keadaan stres rendah, terjadi sedikit atau tidak ada pentyanggaan. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi, mungkin akan kurang menilai situasi penuh stres, mereka tahu bahwa akan ada seseorang yang dapat membantu mereka. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres dan pergi ke seseorang untuk membicarakan masalahnya (Smet, 1994). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima siswa menjadikan tingkat stres yang dirasakan oleh siswa cenderung berkurang. Siswa yang mengalami stres tahu bahwa ada orang terdekat seperti keluarga, teman dan guru yang akan membantu masalah mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori skor dukungan sosial subjek secara dominan termasuk pada kategori tinggi yaitu 66%, sedangkan subjek yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 14%, kategori

sedang sebanyak 18%, dan kategori rendah sebanyak 2%. Pada kategorisasi skor tingkat stres siswa, subjek secara dominan termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 48%, sedangkan subjek yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 14%, kategori rendah sebanyak 36%, dan kategori sangat rendah sebanyak 2%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara keduanya. Hasil analisis menunjukkan koefisien determinasi (R squared) variabel stres dengan dukungan sosial sebanyak 0,043 yang berarti variabel dukungan sosial hanya memiliki sumbangan efektif sebesar 4,3% untuk mengurangi tingkat stres yang dirasakan oleh subjek, sedangkan 95,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua atau keluarga, guru sekolah, dan teman dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi, dengan kata lain banyak siswa yang tidak pernah kurang mendapatkan dukungan dari orang yang dianggap berarti. Meskipun demikian, siswa masih banyak yang merasakan stres menjelang ujian nasional, hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres siswa. Kecilnya sumbangan efektif dukungan sosial terhadap tingkat stres dikarenakan dalam stres terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya (Smet, 1994) yaitu : variabel dalam kondisi individu, karakteristik kepribadian, variabel sosial-kognitif, dan strategi coping. Yang termasuk dalam faktor variabel dalam kondisi individu seperti umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, dan kondisi fisik. Karakteristik kepribadian meliputi introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe A, kepribadian ketabahan (hardiness), locus of control, kekebalan, dan ketahanan.

Dukungan sosial termasuk ke dalam faktor sosial-kognitif. Mungkin faktor-faktor selain dukungan sosial ini yang lebih banyak memberi sumbangan terhadap tingkat stres siswa. Kecilnya sumbangan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa menjelang UN dalam penelitian ini, kemungkinan berkaitan dengan kondisi lingkungan sekolah. SMU N 1 Tegal merupakan sekolah unggulan yang memiliki remaja-remaja dengan banyak prestasi dan persaingan nilai yang cukup tinggi. Meskipun siswa memperoleh dukungan yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 66%, tetapi masih banyak siswa yang merasakan stres menjelang UN. Siswa banyak yang merasa tegang, cemas dan khawatir tidak dapat lulus UN, karena jika mereka tidak lulus ujian, mereka harus mengulang ujian tahun depan atau mengikuti ujian paket C. Selain itu, siswa SMU N I Tegal ini juga dituntut agar lulus ujian 100% dan mendapatkan nilai UN yang memuaskan sehingga kegagalan UN tahun sebelumnya yaitu terdapat empat siswa yang tidak lulus ujian tidak terulang kembali. Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi siswa sehingga mengalami stres. Banyaknya harapan dan tuntutan dapat menjadi sumber stres siswa. Menurut Sumintardja

(Gusniarti,

2002),

individu

yang

dari

segi

kecerdasannya

menunjukkan potensi yang tergolong rata-rata atau bahkan superior akan lebih mudah mengalami frustasi, merasa tegang, atau bahkan hilang keyakinan dirinya untuk menjalani tuntutan hidup yang dihadapinya, terutama dalam hal persaingan di bidang akademik. Dari pembahasan di atas, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang stres dan dukungan sosial ini dapat memenuhi

tujuan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara dukungan sosial dan stres menjelang UN. Namun perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku pada subjek penelitian ini saja sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk semua siswa SMU. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari subjek penelitian ini tidak linier, yaitu tidak ada hubungan antara variabel dukungan sosial terhadap variabel stres. Selain itu, penelitian ini juga memiliki kelemahan yaitu adanya kesalahan pada proses putaran pemilihan aitem sahih pada try out.

Kesimpulan Hasil penelitian yang dilakukan pada responden dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang Ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal. 2. Ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang Ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal. Semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah tingkat stres yang dirasakan oleh siswa, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial ,semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan oleh siswa. 3. Subjek penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki tingkat stres yang sedang. 4. Subjek penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi.

Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa yang akan menempuh Ujian Nasional, lebih baik mempersiapkan mental untuk menghadapi ujian dan lebih fokus pada materi soal, serta meminimalisir aspek di luar diri. 2. Bagi keluarga, guru, dan teman, sebaiknya dalam memberikan dukungan sosial secara optimal agar setiap siswa mampu menyelesaikan setiap masalah dengan baik dan tingkat stres siswa menjelang ujian dapat berkurang. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dan ingin meneliti lebih jauh tentang tingkat stres menjelang Ujian Nasional, dapat memperhatikan faktor lain seperti tipe kepribadian, intelegensi, kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik, strategi coping, dan faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tingkat stres yang dialami siswa yang tidak lulus UN.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia. Chaplin, J. P. 1979. Dictionary of Psychology. New York: Del. Cohen, S., and Syme, L. S. 1985. Social Support and Health. New York: Academic Press, Inc. Cormier, SID. 1995. Apakah Saya Normal?. Jakarta: Abdi Tandur. Darmadji, M. L. P. 1996. Hubungan antara Optimisme dan Dukungan Sosial dengan Stres pada Siswa Sekolah Penerbang TNI-AU di Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Evans, G. W. 1982. Environmental Stress. Cambridge: Cambridge University Press. Gusniarti, U. 2002. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Tuntutan dan Harapan Sekolah Dengan Derajat Stres Siswa Sekolah Plus. Pskologika, 13, 53-68. Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi Penderita Dewasa Pascastroke. Anima, Vol. 17, No. 2, 107-119.

Johnson, D. W. and Johnson, F. P. 1991. Joining Together Group Theory and Group Skills. 4th ed. USA: Prentice Hall. Korchin, S. J. 1976. Modern Clinical Psychology: Principles of Intervention in the clinic and community. New York: Basic Books. Kumolohadi, R. 2001. Tingkat Stres Dosen Perempuan UII Ditinjau dari Dukungan Suami. Psikologika, 12, 29-42.

Kusumastuti, R. K. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Menjelang Batas Akhir Masa Studi pada Mahasiswa UII. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Rogers, C. R. 1987. Antara Engkau dan Aku. Jakarta: Gramedia. Rohman, T. N., dkk. 1997. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat Putri di Rumah Sakit Swasta. Psikologika, 4, 51-59. Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology. New York: John Willey and Sons, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2006 tentang Ujuian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007. Ant. 2007. Ada Siswa Gagal Ikut Unas Karena Stres. http://www.gatra.com/2007-04-17/artikel.php?id=103880 Puspita, Dewi. 2006. Anak Rentan Stres Hadapi Ujian. http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=22846 Taryani, 2007. Siswa Banyak yang Stres. http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=31545&ik=5 http://www. Kedaulatanrakyat-online.co.id/news/0601/28 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=170488

IDENTITAS PENULIS

Nama

: Hindun

Alamat

: Jl. Ketepeng Gg. H. Usman No.17 RT 05/ RW 02 Desa Pepedan Kec. Dukuhturi Kab. Tegal 52192

No Telp

: 0283 359874

Hp: 081328550688