Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
PARENTING ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN SOSIAL ANAK USIA DINI
Oleh: Cakrawala Dosen STAIN SAS BABEL
Abstract Social intelligence is one of the most important components that should be developed. Social intelligence is also called interpersonal intelligence. By this social intelegence, a child tries to have comunication with others due to develop and to solve his personal and social problems. Educational institution like school significantly is expected able to apply the life‟s norms in their study. Kindergarden as the basic educational institution should emphasize culture values in order to develop student‟s social intelegence. This paper tries to describe the concept of children‟s social intelegence and to apply the concept in educational institution especially in kindergarden. Keywords: Social intelegence, children, educational institution A. Pendahuluan Sekolah antara lain adalah merupakan tempat anak mengembangan kemampuan intelektualnya. Selain mengembangkan kemampuan intelektuanya juga untuk mengembangan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Untuk mengembangkan semua kemampuan tersebut maka sekolah melakukan berbagai upaya antara lain menyusun kurikulum yang baik, melengkapi sarana prasarana, menyusun dan menetapkan peraturan-peraturan yang berguna mencapai visi dan misi sekolah tersebut. Kecerdasan sosial adalah salah satu komponen terpenting yang harus dikembangkan. Kecerdasan sosial ini disebut juga kecerdasan interpersonal, dan merupakan salah satu kecerdasan yang dikemukan oleh Gadner dalam teorinya yaitu 8 kecerdasan manusia. Dengan kecerdasan sosial ini maka seorang individu berupaya berinteraksi dengan orang lain, sehingga berbagai masalah pribadi dan sosial bisa berkembang dan terselesaikan.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
1
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Gardner kemudian berkesimpulan dan membuat sebuah teori tentang kecerdasan yang disebut dengan kecerdasan jamak (Multiple Intelligence)1. Jika keterampilan sosial seorang anak rendah maka anak akan sulit menjalin interaksi social secara efektif dengan lingkungannya. Anak akan cenderung melakukan tindakan agresif sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan pribadi dan sosialnya dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika ini terjadi maka, anak sering ditolak oleh orang tua, teman sebaya, dan lingkungan. Kecerdasan sosial diperankan fungsi otak bagian kanan sedangkan kecerdasan kognitif yang diperankan fungsi otak bagian kiri. Sekolah diharapkan melatihkan penerapan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan bersekolah. Pembelajaran di taman kanak-kanak yang diharapkan juga menekankan pada pesan nilai-nilai budaya guna pengembangan kecerdasan social. Interaksi sosial di sekolah berkembang antara lain berdasarkan latar belakang: sosial budaya, etnis, sosio-historis, sosio-ekonomi.Melalui perbedaan-perbedaan ini diharapkan anakanak dapat saling menyesuaikan diri dan saling perduli Vigotzky menyatakan bahwa kontribusi keragaman budaya, interaksi sosial, berpengaruh dalam perkembangan mental individu. Pembelajaran berdasarkan budaya dan interaksi sosial menghasilkan perkembangan mental tinggi. Vigotzky menyebutnya sebagai sosio-historis-kultural yang sangat berpengaruh terhadap persepsi memori dan berfikir anak. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidkan Nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak ia lahir sampai dengan usia delapan tahun. Pembinaan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.2
1
Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Mutiple Intelligences. ( New York: Basicbooks, 1993), h. 12. 2 Depdiknas,UU RI, No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Erlangga, 2003), h.6.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
2
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Konferensi UNESCO di Dakkar dengan tema “pendidikan untuk semua dan semua untuk pendidikan” yang telah mencanangkan pentingnya memberikan pelayanan, pengasuhan, perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini (usia lahir sampai 8 tahun). Berdasarkan rumusan tujuan tersebut, maka seharusnya proses pendidikan yang diterapkan oleh setiap lembaga pendidikan hendaknya mengacu pada tujuan di atas. Anak adalah makhluk sosial dan memiliki potensi sosial yang dibawanya sejak lahir. Salah satu kemampuan sosial (kecerdasan social) yang dituntut pada anak adalah kecerdasan menjalin hubungan dengan orang atau anak yang lain. Dengan potensi sosialnya ituanak, anak menunjukkan keinginannya untuk berhubungan dengan orang lain. Interaksi dengan teman-teman sebaya ketika di sekolah, membuat kepekaan sosial anak semakin terasah.Anak-anak(usia prasekolah) mendapatkan keterampilan sosial mereka lebih banyak dari interaksi dengan sesama (teman sebaya) di banding dari orang tua. Apa-apa yang diperoleh seorang anak dari orang tua akan menjadi pengalaman awal anak yang akan mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya. Menurut John Loke yaitu dalam paham “empirisme” nya, menyatakan bahwa manusia lahir bagikan kertas putih, pengalaman yang diperoleh anak misalnya pendidikan dan pola asuh orang tua menjadi bahan yang mewarnai kehidupan dan kualitas diri anak tersebut.
B. Konsep Kecerdasan Interpersonal (Kecerdasan Sosial) Kecerdasan interpersonal merupakan bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dalam membedakan dan merespon perilaku yang ditampilkan oleh orang lain. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menggerakkan dan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama dalam tim, disenangi oleh orang-orang lain yang berada disekitarnya. Selanjutnya
kecerdasan
ini
juga
menyangkut
kemampuan
mempersepsikan dan membedakan dalam modus, maksud tertentu, motivasi dan perasaan dari orang-orang lain. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
3
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
kepekaan ekspresi muka, suara dan gerak- gerik. Memiliki kemampuan untuk bereaksi secara efektif terhadap tanda-tanda demikian secara 4ndicator (misalnya mempengaruhi orang untuk ikut dengannya dengan suatu tindakan). Menurut Linda Campbell dan Bruce Campbell ciri-ciri dari kecerdasan adalah sebagi berikut: (1) punya banyak teman, (2) banyak bersosialisasi di sekolah dan lingkungannya, (3) tampak sangat mengenali lingkungannya, (4) terlibat dalam kegiatan kelompok di luar sekolah, (5) berperan sebagai penengah pada teman- teman atau keluarga jika ada konflik, (6) menikmati permainan kelompok, (7) bersimpati besar terhadap perasaan orang lain, (8) berperan sebagai penasehat atau pemecah masalah diantara teman- temannya, (9) menikmati mangajar orang lain, dan (10) tampak berbakat untuk menjadi pemimpin. Ada beberapa cara yang dapat dilatihkan kepada anak agar dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal. Berikut ini cara untuk melatih kecerdasan interpersonal: 1) Dapatkan mitra untuk mencoba memproduksi bentuk yang lebih kompleks atau desain yang telah digambar, dengan ketentuan sebagai berikut: a) hanya instruksi verbal, b) mitra mungkin tidak melihat gambar, c) mitra dapat mengajukan pertanyaan, dan d) anak tak dapat melihat telah digambar orang; 2) Temukan cara lain untuk mengekspresikan dorongan dan rangsangan bagi orang lain, misalnya : a) ekspresi wajah, b) sikap tubuh, c) isyarat, d) bunyi, e) kata, dan
f) frase. Praktekkan dengan dorongan dan rangsangan pada orang
lain setiap hari; 3) Praktek mendengarkan secara mendalam dan penuh terhadap orang lain. Dorong diri anda sendiri untuk melakukan pada apa yang sedang dikatakan. Hindari kecenderungan untuk menafsirkan apa yang orang lakukan dan untuk mengungkapkan pendapat. Ajukan pertanyaan yang relevan, buatlah komentar yang cocok atau memfrase untuk mengecek pemahaman sendiri; 4) Sukarela untuk menjadi bagian dari sebuah tim kerja, dan lihatlah perilaku yang positif dan indikator dari perilaku tim (perilaku positif adalah sesuatu yang membantuj tim berkerja sama dan sukses); 5) Cobalah melihat disiplin orang, memperkirakan apa yang orang lain pikirkan, rasakan, latar belakang mereka, profesi dan sebagainya. Berdasarkan tanda-tanda non verbal, misalnya baju,
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
4
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
isyarat, intonasi suara, warna dan sebagainya, bila mungkin, periksa ketepatannya dengan yang lain. Karena kecerdasan interpersonal atau kecerdasan social adalah salah satu bagian yang cukup penting dalam menunjang kecerdasan jamak (multiple intelegensi) lainnya, maka ciri utama dari kecerdasan ini adalah menyukai berinteraksi dengan orang lain, baik orang yang seusia dengan mereka maupun yang lebih tua/ muda. Dengan kemampuan yang dimiliki dalam mempengaruhi teman sebaya, mereka menonjol sekali dalam kerja kelompok, usaha-usaha kelompok, dan juga proyek kolaboratif, memungkinkan kita untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood,
temperamen,
motivasi
dan
kemampuan.
Termasuk
kemampuan
membentuk dan menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok.3 Menurut Dryden dan Vos 5 ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut : (1) mempunyai kemampuan bernegosiasi tinggi; (2) mahir berhubungan dengan orang lain; (3) mampu membaca maksud hati orang lain; (4) dapat menikmati berada di tengah- tengah orang banyak; (5) memiliki banyak teman; (6) mampu berkomunikasi dengan baik, kadang- kadang bermain manipulasi; (7) menikmati kegiatan bersama; (8) suka menengahi pertengkaran;
(9) suka bekerja sama; dan (10) “ membaca” situasi dengan baik.4
Lebih lanjut Campbell5 juga memaparkan 5 ciri-ciri yang dimiliki oleh tipe yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut : (1) terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain, (2) membentuk dan menjaga hubungan, (3) mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain, (4) merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain, (5) berpasrtisipasi dalam kegiatan kolaboratif,(6) mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain, (7) memahami 3
Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intellligences, Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. (Depok: Insiasi Press, 2002),h.172 4 Dryden dan Vos, Revolusi cara Belajar ( The learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau anda dalam keadaan “Fun” bagian II: Sekolah masa depan, (Bandung: Mizan Media Utama), 2000),h. 350 5 Campbell dan Campbell, op.cit. h. 172-173
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
5
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
dan berkomunikasi secara efektif (verbal dan non verbal),(8) menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kelompok yang berbeda dan umpan balik dari orang lain, (9) menerima perspektif yang bermacam-macam dalam masalah politik, (10) mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa (mediator), berhubungan dengan mengorganisasi orang untuk bekerja sama dengan orang lain dengan berbagai latar belakang dan usia, (11) tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal (pengajar, pekerja, konseling, manajemen atau politik), dan (12) membentuk proses atau model yang baru. Dalam hal kecerdasan interpersonal ini adalah kepekaan ekspresi muka, suara, gerak gerik, memiliki kemampuan untuk bereaksi secara efektif terhadap tanda-tanda demikian secara indikator (misalnya: mempengaruhi sekelompok orang untuk ikut dengannya dalam suatu tindakan). Apabila kecerdasan interpersonal ini diterapkan dalam kelas, maka terlihat pada model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru setidaknya mencerminkan kelompok yang efektif. Kriteria tersebut Campbell6 dapat diperlihatkan dalam bentuk: (1) Lingkungan kelas haruslah hangat dan terbuka, karena ini merupakan dasar group supportive, artinya interaksi yang
positif dan luas antar siswa dan guru
merupakan suatu bukti sehingga sense (rasa) bahwa sekolah sebagai keluarga bisa berkembang, (2) Tata tertib kelas dibuat oleh siswa bersama guru, menetapkan peringkat tingkah laku tata tertib berdasarkan nilai kemanusian (tolong menolong dan kejujuran ). Guru bersama siswa menciptakan solusi untuk masalah dan perilaku, (3) Penekanan pada pembelajaran kolaboratif meniandakan pola menang/ kalah yang sudah biasa ditemui disekolah. Pembelajaran biasa/ konvensional yang mandiri dan kompetitif sering diganti dengan proses saling ketergantungan yang memerlukan peran aktif dan kontribusi dari semua siswa, (4) Belajar adalah misi pokok dalam sekolah/ kelas. Guru dan siswa mengakui bahwa tujuan mereka yang paling utama adalah untuk belajar dari kurikulum, dari satu sama lain (teman), dari pengalaman hidup yang mereka dapat, (5) Fungsi kemimpinan tersebar rata, tanggung jawab dalam tugas kelas dan tugas kelompok
6
Ibid.h. 174-175
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
6
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
kecil dibagi rata, sehingga siswa merasa dirinya sebagai anggota kelompok penting dalam komunitas kelas, dan (6) Kegiatan belajar yang menyenangkan. Beragam metode evaluasi dan intruksi digunakan, siswa bisa memilih tentang apa dan bagaimana belajar dan juga bisa merasakan suasana santai dan humor di dalam kelas. Banyak kesempatan terbuka bagi para siswa untuk membina keterampilan-keterampilan etnik dan afektif sebagai tambahan dari kegiatan-kegiatan yang bersifat akademik. Berdasar kajian teori di atas maka yang dimaksud dengan kecerdasan social atau interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan: 1) kepekaan untuk membedakan dan merespon perilaku orang lain dengan banyak teman, mengenali lingkungan; 2) mempersepsi motivasi dan persaan orang lain dengan indikator mampu membaca maksud orang lain dan memberikan solusi dan 3) kemampuan bereaksi efektif terhadap perasaan dan perilaku orang lain dengan saling tolong menolong.
C. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Pembelajaran yang dikembangkan untuk anak usia dini mengacu pada suasana eksistensi psikologis. Artinya anak pada satu pihak adalah makhluk sosial yang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri pada berbagai situasi. Hal tersebut bisa saja berkenaan dengan kepentingan orang lain, lingkungan dan alamnya. Pada pihak lain anak dituntut kemandirian dan kemampuannya untuk berkarya. Situasi pendidikan terjadi bermula dari pergaulan biasa yang terjadi antara pendidik dan anak. Oleh sebab itulah pada hakikatnya situasi pergaulan merupakan
lapangan
(lahan)
untuk
mempersiapkan,
menanamkan,
dan
menyemaikan pendidikan. Karena dari situasi pergaulan itulah dapat ditentukan terjadi tidaknya suatu situasi pendidikan. Piaget yakin bahwa anak pemikiran mereka untuk mencangkup gagasangagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman7
7
Santrock, John W., Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi Kelima, Jilid 1, Alihbahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik, (Jakarta: Penerbit Erlangga),1995.h.44.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
7
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Para pendidik anak usia dini dalam tugasnya sangat penting memahami konsep pendidikan anak usia dini, Semiawan8 menyebutnya sebagai “sharing subjektivitas bermakna” atau “intersubjectivitas”, artinya adanya kesepahaman antara apa yang dialami anak dengan apa yang dikehendaki oleh pendidik (guru atau orang tua). Dengan perkataan lain penyampaian suatu informasi seharusnya mengandung objektivitas yang subjektif. Ciri universal seorang pendidik menurut Semiawan ada beberapa, yaitu:1) kemampuan melihat hidup secara jernih; (2) membantu pihak lain tanpa mengesankan pamrih menjadi orang terbaik dalam permasalahan mereka; (3) konsekuensinya, mereka mampu bertindak dengan ketidaksengajaan yang disengaja (intentional unitentionaly), bertindak yang menyentuh kesadaran yang tidak disadari (unconscious awarenes); (4) pengembangan sepanjang hayat dan beajar selama hidup (life span development and life long learning); berjuang mensejajarkan diri dengan pihak lain/ asing yang telah mencapai kesejahteraan dan keadilan). Menurut
Maslow,
seperti
yang dikemukakan
oleh
Semiawan9,
pengembangan kapasitas manusia perlu diarahkan pada terjadinya aktualisasi diri. Artinya dalam proses mendidik, anak perlu diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses atau kondisi yang terjadinya dan anak seharusnya mengetahui hasil apa yang dicapai. Oleh sebab itu lah pada proses aktualisasi diri, anak perlu memiliki pengertian yang jelas, hal-hal apa yang benar, dan hal-hal yang salah. Dari sudut teori belajar menurut teori konstruktivistik, maka belajar adalah proses yang aktif dimana siswa membangun sendiri pemahaman atau pengetahuannya. Pengetahuan tersebut merupakan bentukan (konstruksi) yang dibangun anak atau siswa tersebut. Oleh sebab itulah pengetahuan dikatakan sesuatu yang terbentuk melalui pengalaman, pengamatan dan pemahaman. Bagi Vygotsky, perkembangan kongnisi anak tetap terutut, ada yang cepat ada yang lambat, disamping uitu terdapat daerah jarak antar tingkat perkembangan aktual dan potensial yang disebut ZPD ( Zone Proximal 8
Budi rahardjo, “Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini” (Disertasi tidak dipubliukasikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 51. 9 Ibid., h. 52.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
8
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Development). Piaget, bagi Vygotsky, individu hanya dipandang dari aspek kognitifnya, dan dilupakan konteks sosialnya. Pembelajaran dimensi sosial dan kulktural harus menyatu. Jika kognisi dan mental yang ingin dikembangkan, anak harus merefleksikan dirinya dalam konteks sosialnya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi 10. Perspekif cross-cultural teori Piaget, belajar didasarkan pada prinsip persepsi, adaptasi, asimilasi dan akomodasi akan diperanguhi oleh lingkungan sosial dan fisik yang beragam. Di satu sisi masyarakat dengan kebudayaan maju, yang lain masyarakat dengan intelektual interior menurut teori Mind, kemampuan anak memahami kondisi mental sendiri perlu diletakkan dalam konteks orang lain.Hubungan antara satu dengan yang lainya sebagai representasi mental seseorang. Representasi ini terwujud dalam interpretasi dan refleksi duniannya. Pembelajaran memerlukan dorongan merefleksi dunianya. Menurut Jacques Delors11, belajar adalah harta benda ( harta karun, istilah Napitupulu) dalam diri manusia, (learning is a treasure within). Inti kegiatan belajar adalah terjadinya perubahan. Anak berkembang dari dalam dirinya versus unsur itu yang menimbulkan perubahan. Perubahan hasil belajar itu relatif tetap atau bertahan lama. Apa yang menjadi inti kajian dari pendidikan anak usia dini adalah development interface, perkembangan anak berpadu antara potensi bawaan (genetis) dan potensi pengaruh lingkungan. Berapa persentase besaran sumbangan faktor genetik dan faktor lingkungan terhadap prestasi belajar anak, hingga kini menjadi tanda tanya besar. Konsekuensi dari perkembangan dan atau peruabahan konsepsi, maka paradigma pendidikan anak usia dini pun terjadi perubahan ( paradigsm inshift) dan perubahan ini akan terus berlanjut ( constant in flux). Perubahan ini dapat
10
Elizabeth Hurlock., Perkembangan Anak, Jilid 1. Alih bahasa Meitasar Tjandarasa. (Jakarta: Erlangga, 1991,h.150 11 Jacques Delors, Belajar: Harta Karun Di Dalamnya, Laporan kepada UNESCO dari komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, terjemahan W.P. Napitupulu, (Paris, UNESCO/Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO,1999), h.71-74.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
9
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
dilacak dari: (1) family centered program, bermakna bagi keluarga; (2) two generation program, bekerja dengan anak dan keluarga; (3) collborative efforts with other agencies, membangun kerja sama dengan yang lain; (4) ecological/ holistic approach, pendekatan kebutuhan psikologis, sosial, emosi, kognist; (5) child and familes centered program, terfokus pada kebutuhan anak (SEN, Spesific Education Needs) dan kebutuhan keluarga (SAL, Spesific Accelerated Learning); (6) psychodelicate, DAP, Developmentally Aprropriate Pratice (Pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak baik fisik, kognitif, motorik, emosi dan sosial). Anak menurut Semiawan12 adalah sesuatu yang “hidden excellence in personhood”, dimana secara pribadi memiliki keunggulan yang tersembunyi. Oleh karenanya pendidikan multikultural untuk anak sangat perlu diperhatikan. Anak adalah makhluk yang unik, memiliki potensi yang misteri dan luar biasa. Dan anak dapat berupa: anak yang gifted dan talented, dan ada yang normal, dan ada pula yang under. Namun demikian anak merupakan makhluk yang memiliki kapasitas yang terbuka (unclothing human capacity). Pembelajaran, bagi Vygotsky, tekanannya adalah konstruksi sosial. Proses pembelajaran pada anak harus disesuaikan dengan perilaku yang relevan dengan kulturalnya. Piaget menenkankan pembelajaran pada teori kontruktivitas pribadi. Vygotsky memandang, perkembangan kognitif merupakan transformasi dasar biologis yang merupakan fungsi psikologis tingkat tinggi. Anak lahir memiliki
rentang
kemampuan
persepsi,
perhatian
dan
memori
yang
ditransformasikan dalam konteks sosial dan pendidikan. Transformasi dalam bentuk hukum, sosial, dan bahasa sebagai saran memenuhi kebutuhan tertentu yang menjadi fungsi psikologis kognisi tinggi. Manusia memiliki sifat binatang tapi mampu berperilaku berdasarkan kapabilitias persepsi, perhatian dan psikologisnya. Vygotsky juga mengembangkan teori yang disebut Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD merupakam posisi jarak antara tingkat perkembangan aktual dan potensial. Perkembang aktual ditandai, dalam pemecahan problem 12
Ibid.,h. 53-55.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
10
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
anak dapat mandiri. Tingkat perkembangan potensial, diperlukan bimbingan orang dewasa atau kerja sama teman sebaya. Jarak perkembangan aktual menuju potensial dinamakan oleh Vygotsky Scaffolded Instruction atau pembelajaran bertangga. Ada tiga prinsip yang kembangkan: (1) holistik meaningful (2) konteks sosial, melalui belajar dan (3) peluang berubah dan berhubungan tidak tetap dan saling berkaitan. Oleh karena, itu guru perlu mempertimbangkan pendekatan pembelajaran hubungan timbal balik (Reciprocal teaching approach). Anak dihadapkan pada tantangan dan keterlibatan dalam aktivitas di atas tingkat perkembangannya. Pemahaman sosial kultural anak itu penting. Dinamika, perangkat dan konteks sosial anak harus dipahami oleh guru. Guru dikatakan terampil apabila praktek pembelajaran dalam konteks sosial anak. ZPD anak dibentuk oleh kebudayaan dan lingkungan sosialnya. Prinsip pembelajaran untuk menumbuhkan fungsi dalam proses kematangan ZPD melalui empat tahap: (1) kinerja dibantu oleh more capable others, (2) less dependence external assistance: kinerjanya di internalisasikan dan berani mengambil tanggung jawab atas keluasaannya asumsi berdasarkan kemampuan sendiri ( multiassume reponsibility for self guidance); (3) tahap kinerja automatisasi dan (4) tahap recursion, deautomatisation: sesuatu dilakukan berulang, dengan penghayatan; dan ZPD dimulai lagi dari permulaan dan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Dengan demikian implikasinya bagi pendidikan anak usia dini adalah perlu ada mindshift ( kesadaran inteletual). Semua anak diberi kesempatan memperoleh pendidikan, dilayani sedemikian sesuai dengan kebutuhan. Di dalam suatu masyarakat atau bangsa target kelompok itu beragam. Oleh karena itu diperlukan pendidikan multikultural.
D. Peran serta orang tua dalam pengembangan kecerdasan Sosial Dengan semakin berubahnya masyarakat ke arah perhatian terhadap pendidikan anak usia dini, salah satu alternatif yang sangat diperlukan untuk menggali potensi anak sejak usia dini adalah diperlukan pengembangan multiple
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
11
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
intellegence
yang
dapat
dimaknai
dan
difasilitasi
gejala
kemampuan
pengembangan masing-masing anak. Program pengembangan sebaiknya disusun sedemikian rupa agar anak dapat mengembangkan sesuai dengan irama kemampuannya dan melibatkan berbagai komponen penunjang pengembangan. Bahkan keluarga sama sekali tidak bisa diabaikan sebagai lingkungan yang berdampak didik. Keluarga mempunyai peranan yang besar sekali dalam pendidikan dan ini ditentukan ikut mempengaruhi anak. Meskipun orang tua tidak terpelajar dan anak makin dewasa serta makin pintar, tetap orang tua mempunyai pengalaman, falsafah hidup yang mungkin menjadi ajaran kebijakan bagi anakanak13. Begitu pula mengenai nilai-nilai agama, oleh Sayeti dalam disertasinya menyatakan bahwa nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga14. Pendekatan dan metode yang dilakukan orang tua terhadap anak seringkali menerapkan disiplin negatif seperti memukul, menjewer telinga dan sebagainya. Padahal, pendekatan disiplin sebenarnya bukan untuk menyakiti atau menghukum. Disiplin mengandung arti mengajar. Disiplin yang efektif adalah mengkomunikasikan kepada anak mengapa perilakunya tidak benar dan bagaimana memperbaiki perilaku tersebut15. Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri16. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah salah satu atau dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri itu terkandung peran dan fungsi sebagai orang tua.17 13
Fuad Hassan, Pendidikan dan Pengalamn Orang tua (Kompas, 7 Desember 1988) Sayekti,Pujosuwarno, Makna Interaksi Antar Agama Keluarga dipandng dari sudut konseling keluarga, (PPS IKIP Bandung 1991), tidak dipublikasikan 15 -----------,Menjadi Orang Tua Komunikatif (Anak Prasekolah, Pegangan Orang tua untuk perkembangan anak usia 3-5 tahun, Seri ayahbunda), (Jakrta: Gaya Favorit Press 2000),h.27 16 Imam Hambali dan Syamsul Arifin, Pengaruh Kondisi Keluarga Terhadap Anak Berperilaku Brilian. (Malang: Lemlit IKIP Malang ,1994) 17 Singgih Gunarso, Psikologi Untuk Keluarga. (Jakarta: Gunu Mulia, 1979).h.45 14
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
12
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasardasar disiplin diri. Keluarga yang utuh untuk memeberikan peluang besar bagi anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Dikatakan oleh Shochib18, bahwa kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan. Dikatakan oleh Shochib19, bahwa kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan. Melatih kemampuan interpersonal sejak usia dini didasari pada pendapat yang dikemukan oleh Robert Bolton dalam buku 7 kids of smart bahwa 80% orang yang gagal ditempat kerja disebabkan mereka tidak mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain. Faktor penting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang eksekutif untuk naik pangkat adalah kemampuan atau ketidakmampuan memahami sudut pandang orang lain. Kesulitan dalam menjalin persahabatan, hubungan kekeluargaan dan kenakalan dapat menyebabkan berbagai masalah emosi dan jasmani, Melatih kemampuan interpersonal. Anak perlu dibantu agar dapat mengendalikan diri dan mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat. Orang tua dan guru perlu memberikan kesempatan pada anak untuk bertanggung jawab pada perilaku yang dilakukannya. Orang tua dan guru tidak mengambil alih tanggung jawab anak. Orang tua dan guru perlu menanamkan pemahaman bahwa kenyamanan dan ketidaknyamanan pada diri anak adalah akibat perbuatannya sendiri. Diperlukan kesabaran dan keyakinan orang tua dan guru untuk memberikan kesempatan anak mencari solusi terhadap masalahnya, Melatih kemampuan natural. Kemampuan dalam mengenal alam 18
Moh.Shochib. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta,1998), h.18 19 Moh.Shochib. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta,1998), h.18
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
13
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
secara detail, mengklasifikasi berbagai objek dalam alam (tanaman, binatang, batu-batuan, rerumputan, dan lain-lain). Charles Darwin adalah salah satu contoh orang yang mempunyai kemampuan ini. Kurangnya perhatian orang tua yang konsisten, stabil dan tulus, seringkali menjadi penyebab kurang terpenuhinya kebutuhan anak akan kasih sayang, rasa aman dan perhatian20. Pada hakekatnya iklim kehidupan keluarga mengandung tiga unsur, yaitu: (1) karakterisktik internal keluarga yang berbeda dengan keluarga lainnya; (2) Karakteristik itu dapat mempengaruhi individu dalam keluarga itu (termasuk keluarganya); dan (3) unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap dan harapan individu dan keluarga tersebut. Karena anak hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut keluarga, maka salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilakunya adalah interaksi antar anggota keluarga. Harmonis atau tidak harmonisnya, intensif atau tidak intensifnya, interaksi antar anggota keluarga akan dapat mempengaruhi kemampuan interpersonal anak dalam keluarga itu. Karena anak usia dini tengah berada pada masa the golden years atau merupakan masa emas perkembangan anak, maka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan untuk identifikasinya. Perwujudan norma-norma yang mantap itu tentunya menuntut orang tua sebagai pelopor norma.Bersamaan dengan semakin kuat tumbuhnya kemandirian dalam arti anak, sifat hubungan orang tua dengan anak mulai bergeser. Orang tua tidak lagi berkesempatan mengawasi anak karena anak sibuk bergelut dengan kesibukannya sendiri21 Dengan demikian, faktor keteladanan dari sosok pribadi orang tua menjadi amat penting bagi perwujudan variasi kemampuan interpersonal anak pada keluarga yang bersangkutan. Pentingnya faktor keteladanan dari sosok orang tua ini dikuatkan oleh Fawzia Aswin Hadis22 dan Soetjipto Wirosardjono bahwa
20
Copyright © 2000,e-psikologi.com. All rights reserved ….,Sistem Nilai dan Struktur Keluarga, Seri Ayah bunda (Jakrta,21 Agustus 2001) 22 Fawzia Aswin Hadis. Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau dari Aspek Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Problematik Remaja Kita dan Tantangan Masa Depannya, 5 November 1991) 21
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
14
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
orang tua harus dapat menjadi panutan dan jangan menerapkan orientasi parentcentered: orang tua serba benar, memiliki privellege dan menekankan otoritas. Keteladanan orang tua bisa berbalik kearah yang secara tidak sengaja tidak disadari sendiri oleh orang tua, misalnya seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Yale Family Television Research23, menemukan pengaruh orang tua pada durasi menonton. Anak-anak yang menonton televisi lebih banyak, umumnya mempunyai orang tua yang doyan melakukan hal serupa. Karena orang tua merupakan “penguasa” dalam keluarga, maka iklim kehidupan keluarga akan diwarnai oleh pola asuh orang tua terhadap anaknya. Orang tua merupakan orang yang paling dekat dan terpenting bagi anak. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa kehidupan anak sangat dipengaruhi oleh orang tua. Pembinaan yang konstruktif akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak dan sebaliknya jika pembinaan bersifat destruktif maka akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak dan sebaliknya jika pembinaan bersifat destruktif maka akan memberikan pengaruh yang negatif. Orang tua merupakan bagian paling bagi kehidupan anak.24. Dapat diberikan pendapat bahwa orang tua merupakan tonggak utama dalam memberikan pendidikan dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang sangat luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut.
E. Kesimpulan Dari uraian mengenai peran serta orang tua dalam pengembangan kecerdasan jamak khususnya kecerdasan sosial adalah, program belajar atau kegiatan sedemikian rupa agar setiap anak dapat belajar sesuai dengan irama kemampuannya yang melibatkan berbagai komponen kecerdasan jamak. Semakin sempitnya lingkup pergaulan anak dirumah akibat pola hidup individualistis menyebabkan semakin diperlukan keberadaan suatu lembaga menangani pendidikan anak usia dini untuk perkembangan kecerdasan mereka. 23
Shinta Ratnawati (Editor). „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak: Kumpulan Artikel KOMPAS. (Jakarta: Buku Kompas, 2002). h.148 24 Lask,B., Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. (Jakarta: Gramedia,1989).h.131
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
15
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Untuk itulah diperlukan kesungguhan, baik oleh orang tua sebagai pendidikan pertama dan utama untuk anak, maupun guru sebagai pendidik lanjutan sehingga diharapkan dapat saling mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi, Mendidik Anak Nakal. Bandung: Pustaka, 2002 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1990 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi, Malang: UMM Press, 2005 Allen, Robert, Personality Tests, carlton Books Limited, London, 2010 Anne Anastasia & S. Urbina, Psychological Testing,New York: Prentice-Hall International, 1997 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup,Bandung: CV. Alfabeta, 2006 Amstrong, Thomas, Multiple Inteligences. California: Association for Supervison and Curriculum Development, 1995 Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur
Penelitian
(Suatu
Pendekatan
Praktik)
PT.Rineka Cipta. Jakarta. 2006 Bloom, Benyamin S. Taxonomy Of Educational Objectives, Hand Book I Cognitive Domain David Mc.Kay Company. Inc. Borg, Walter R., & Gall, Meredith D. Educational Research. New York: Longman.1989 Bredekamp, Sue. Developmentally Appropriate Practice in Early Chilhood Programs
Serving
Children,
From
Birth
Through
Age
8.
Washington:NAEYC. 1992 ----------Developmentally Appropriate Practice in Early Chilhood Programs Serving Children, From Birth Through Age 8.USA:AAEYC. 1987 Bronowski,J.The Ascent of Man. Boston, USA:Little Brown & co,1987 Brooks,
Jacqueline,
Grennon.,
Brook,
Martin.
G.
The
Case
For
ConstructivistClassroom. USA: ASCD. 1993
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
16
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Brooks, David., & Goble, Frank.G. The Case for Character Education, The Role of The School in Teaching Values and Virtue. California; Studio 4 Productions.1997 Bruce, Tina., Maggit, Carolyn, Child Care & Education. Hodder & Stoughton.London. 2005 Carol Seefeldt & Nita Barbour. Early Childhood Education. New Jersey:Prentice Hall.1998 Cathy
Malley.
National
Network
for
Child
Care.
Avalaible
at:Http://www.ncc.org/Child.Dev.html Creswell. John.W,. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approach, USA: SagePublications, Inc,2003 Cook, Thomas D., Campbell, Donald T. Quasi-Experimentation. Houghton Mifflin Company. Boston. 1979 David Shaffer. Developmental Psychology . California: Brooks/Cole.1999 Depdiknas . Kurikulum Hasil Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Puskur.2002 ---------------. Kebijakan Direktorat Pendidikan TK dan SD 2002 ---------------. LandasanPengembangan Kurikulum Standar Nasional. Jakarta. Depdiknas. 2001 Edward. Hoffman., Psychological Testing at Work, New York: McGraw-Hill, 2002 Elida. Prayitno, Psikologi Perkembangan,Depdikbud; Dikti. PPTK., 1992/1993 Elizabeth B. Hurlock, Child Development. 6th Ed, Tokyo: McGraw Hill Inc. International
Student Ed., 1978
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman KanakKanak,Jakarta: Gramedia, 2005 Maurice. Balson, Menjadi Orang Tua Yang Baik, Jakarta: Bumi Akasara. 1987 Maria Utama M. Zein, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prilaku Agresif Siswa si SLTP Ghandi Poera Jakarta, Skripsi, Jakarta: 2000
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
17
Parenting Orang Tua dalam Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
Santrock, John W, Life-Span Development. Brown & Benchmark. USA. 1997 Sujiono Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Indeks, Jakarta, 2009 Woolfolk, Anite E., Lorraine McCune-Nicolich. Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I). penerjemah; M.Khairul Anam. Depok: nisiasi Press.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
18