PEMANFAATAN SOLID DEKANTER FERMENTASI DAN

Download unggas darat terutama ayam, unggas air juga memberikan ... Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. ... defisien dalam ransum unggas adala...

0 downloads 384 Views 138KB Size
Yunilas, Sayed Umar, dan Muhammad Rahmatsyah: Pemanfaatan Solid Dekanter Fermentasi dan Suplementasi …

Pemanfaatan Solid Dekanter Fermentasi dan Suplementasi Mineral Zinkum dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 12 Minggu (Utilization of Solid Decanter Fermented and Zinc’s Mineral Suplementation In Feed on Carcass of 12 Weeks old Peking Duck) Yunilas *), Sayed Umar *), dan Muhammad Rahmatsyah**) *) Dosen Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU **) Alumni Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU

Abstract: The experiment targeted to observe response influence of solid decanter fermented and zinc’s mineral supplementation in feed on carcass of 12 weeks old peking duck. This research was conducted by using factorial completely randomized design (CRD). There were 15 treatment combinations with 2 replication, in which each plot consisted of 5 heads peking duck. Experimental parameter was composed of life weight, carcass weight, and carcass percentage. The result of research indicated that utilization of solid decanter fermented, Zinc’s mineral and interaction between both factors non significant differently (P>0.05) on life weight, carcass weight, and carcass percentage of 12 weeks old peking duck. Key words: solid decanter, zinc, life weight, carcass weight, carcass percentage Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh solid dekanter fermentasi dan suplementasi mineral zinkum dalam ransum terhadap karkas itik peking umur 12 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Kombinasi perlakuan 15 dengan 2 ulangan, di mana setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor itik peking. Parameter yang diamati adalah bobot hidup, bobot karkas, dan persentase karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan solid dekanter fermentasi, mineral zinkum, dan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan persentase karkas itik peking umur 12 minggu. Kata kunci: solid dekanter, zinkum, bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas

Pendahuluan Seiring dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan protein hewani, di samping peran yang dimainkan oleh unggas darat terutama ayam, unggas air juga memberikan sumbangan yang cukup besar. Menurut Srigandono (1998), itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernilai gizi tinggi dan juga lebih tahan terhadap serangan penyakit sehingga tingkat mortalitasnya lebih rendah. Akan tetapi dalam upaya peningkatannya terkendala oleh biaya pakan yang cukup tinggi. Hal ini cukup beralasan karena biaya pakan ternak merupakan biaya yang terbesar jika dibandingkan dengan biaya produksi lainnya, yaitu sekitar 60-70% (Muslim,1992). Menimbang hal tersebut, maka perlu diadakan upaya penurunan biaya pakan. Untuk itu perlu diusahakan pemanfaatan bahan pakan yang belum umum digunakan dengan harga

murah tanpa mengabaikan nilai gizinya, yang tidak kompetitif dengan manusia, mudah mendapatkannya, tersedia cukup banyak serta tidak membahayakan bagi ternak. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan solid dekanter sebagai bahan pakan ternak. Menurut Sianipar dkk. (1995), limbah minyak sawit “solid exdecanter” sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak karena limbah ini diproduksi setiap hari sebanyak 6-11 ton (bahan segar) per unit PKS, tergantung kapasitas TBS/jam dari mesin “exdecanter” yang digunakan dan mengandung gizi (PK 15%, DE 2,7 Mkal/kg). Namun, di samping kelebihan yang dimiliki solid tersebut terdapat juga kelemahannya. Menurut Utomo dan Widjaja (2001), kelemahan solid untuk pakan adalah tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena solid masih mengandung 1,50% CPO, sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan di tempat terbuka serta mudah ditumbuhi kapang yang berwarna keputihan. Namun kapang tersebut tidak bersifat patogen.

1

Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 1, April 2006

Daya simpan solid sangat bergantung pada tempat penyimpanan. Solid memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi, sehingga salah satu cara yang banyak dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasarnya dan meningkatkan kadar proteinnya adalah melalui proses fermentasi, dan salah satu mikroba yang digunakan adalah kapang Aspergillus niger. Selain bahan makanan pokok, ternak juga membutuhkan feed supplement yang digunakan untuk membantu proses-proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu bahan makanan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam ransum adalah mineral. Unsur-unsur mineral yang sering defisien dalam ransum unggas adalah kalsium, fosfor, natrium, klor, mangan, dan zinkum. (Anggorodi, 1985). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pemanfaatan solid dekanter yang difermentasi dengan Aspergillus niger dan suplementasi mineral zinkum dalam ransum dan pengaruhnya terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan persentase karkas itik peking umur 12 minggu.

Bahan dan Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara selama 12 minggu, mulai Juni sampai September 2005. Metode Penelitian Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri atas 2 faktor yaitu: 1. Faktor pertama adalah solid dekanter yang difermentasi (S), terdiri dari 5 level: S0 = tanpa solid dekanter S1 = 5% solid dekanter S2 = 10% solid dekanter

S3 = 15% solid dekanter S4= 20% solid dekanter 2. Faktor kedua adalah suplementasi mineral zinkum (Z), terdiri dari 3 level: Z0 = tanpa zinkum Z1 = 60 mg/kg ransum Z2 = 120 mg/kg ransum Banyak ulangan yang diperoleh sebanyak 2 ulangan. Model matematik yang digunakan berdasarkan Sastrosupadi (2000) adalah: Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Єijk (i=1, 2, 3; j=1, 2, 3; k=1, 2, 3) Bahan Penelitian • DOD (day old duck) sejumlah 150 ekor, di mana pengambilan data dilakukan pada umur 12 minggu, tiap perlakuan diambil 3 ekor, • ransum terdiri dari: jagung halus, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kedelai, solid dekanter fermentasi, mineral zinkum, tepung ikan, minyak kelapa sawit, dikalsium fosfat, dan topmix. • Aspergilus niger, • air minum, • obat-obatan (new ciami) dan vitamin (vitabro), • vaksin ND, • rodalon, KMnO4, dan formalin. Parameter yang Diamati ¾ Bobot hidup (g) ¾ Bobot karkas (g) ¾ Persentase karkas (%) Formulasi Ransum Penelitian Formulasi ransum penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Formulasi ransum itik peking periode starter S0

S1

S2

S3

S4

Bungkil kedelai (%)

Bahan

22.00

18.00

16.00

14.00

12.00

Bungkil kelapa (%)

6.00

12.00

16.00

17.00

22.00

Dedak halus (%)

8.00

8.00

8.00

8.00

8.00

Jagung halus (%)

52.00

45.00

38.00

34.00

26.00

Tepung ikan (%)

10.00

10.00

10.00

10.00

10.00

Minyak kelapa sawit (%)

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

Dikalsium fosfat (%)

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

Solid dekanter fermentasi (%)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Topmix (%) Total

2

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Yunilas, Sayed Umar, dan Muhammad Rahmatsyah: Pemanfaatan Solid Dekanter Fermentasi dan Suplementasi …

Bahan Protein (%) EM (kkal/kg)

S0

S1

S2

S3

S4

22.00

21.71

22.01

22.01

22.41

2902.32

2908.00

2914.41

2955.47

2950.22

SK (%)

4.43

5.44

6.35

6.87

7.91

Lemak (%)

5.91

6.64

7.13

7.36

7.94

Ca (%)

0.76

0.79

0.82

0.84

0.87

P (%)

0.82

0.83

0.84

0.83

0.84

Tabel 2. Formulasi ransum itik peking periode finisher Bahan

S0

S1

S2

S3

S4

Bungkil kedelai (%)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

Bungkil kelapa (%)

14.00

12.00

10.00

6.00

1.00

Dedak halus (%)

13.00

14.00

15.00

16.00

20.00

Jagung halus (%)

54.00

52.00

49.00

48.00

45.00

Tepung ikan (%)

10.00

10.00

10.00

10.00

10.00

Minyak kelapa sawit (%)

3.00

2.00

2.00

2.00

2.00

Dikalsium fosfat (%)

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

Solid dekanter fermentasi (%)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Topmix (%)

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Total Protein (%) EM (kkal/kg)

16.10

16.32

16.45

16.37

16.31

3019.38

3014.19

3061.29

3131.56

3161.20

SK (%)

5.19

5.46

5.71

5.60

5.80

Lemak (%)

9.40

8.57

8.60

8.46

8.50

Ca (%)

0.73

0.75

0.77

0.79

0.81

P (%)

0.84

0.85

0.85

0.85

0.88

Hasil dan Pembahasan Rekapitulasi hasil dilihat pada Tabel 3.

penelitian

dapat

1. Bobot Hidup Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa pemberian solid dekanter fermentasi dan mineral zinkum serta interaksi keduanya dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot hidup itik peking umur 12 minggu. Penyebabnya adalah karena ransum yang diberikan baik itu kontrol, yang dalam hal ini merupakan ransum basal, dan ransum perlakuan, yaitu ransum yang menggunakan solid dekanter fermentasi dan suplementasi mineral zinkum serta interaksi antara kedua faktor tersebut, dapat dikonsumsi dengan baik oleh itik peking sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dari itik tersebut. Dalam hal ini, bentuk serta warna dari tiap ransum tidak mempengaruhi palatabilitas dari itik tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan karena kandungan energi dalam tiap ransum hampir sama, sehingga mengakibatkan jumlah ransum yang dikonsumsi tiap itik juga

hampir sama. Pendapat tersebut didukung oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa energi dalam ransum menentukan banyaknya jumlah ransum yang dikonsumsi. Bobot hidup sangat erat kaitannya dengan tingkat konsumsi dan pertambahan bobot badan. Menurut Wahyu (1997), tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas ransum, sistem tempat pakan, dan pemberian pakan serta kepadatan kandang. Walaupun bobot hidup pada tiap perlakuan bervariasi, tetapi setelah dilakukan analisis keragaman ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa itik peking dapat diberikan ransum yang mengandung solid dekanter fermentasi sampai dengan level 20%. 2. Bobot Karkas (g) Berdasarkan hasil analisis keragaman, diketahui bahwa pemberian solid dekanter fermentasi dan mineral zinkum, serta interaksi keduanya dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas itik peking umur 12 minggu.

3

Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 1, April 2006

Tabel 3. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan

Bobot hidup

Bobot karkas

Persentase karkas

(g)

(g)

(%)

tn

1141.01 tn

67.85 tn

Solid S0Z0

1681.63

S1Z0

1631.37

tn

1147.34 tn

70.36 tn

S2Z0

1711.77

tn

tn

67.18 tn

S3Z0

1676.12 tn

1143.74 tn

68.24 tn

S4Z0

tn

tn

70.27 tn

1621.86

1149.95 1139.72

Zinkum S0Z1

1671.15 tn

1144.75 tn

68.50 tn

S0Z2

1652.86

tn

1142.29

tn

69.12 tn

S1Z1

1683.38

tn

1144.10 tn

67.96 tn

S1Z2

1694.85 tn

1141.81 tn

67.37 tn

S2Z1

1673.16

tn

tn

68.19 tn

S2Z2

1634.10 tn

1141.00 tn

69.82 tn

S3Z1

1680.82

tn

1142.07

tn

67.95 tn

S3Z2

1668.22

tn

1144.55

tn

68.62 tn

S4Z1

1645.85 tn

1138.59 tn

69.19 tn

S4Z2

tn

tn

69.99 tn

Interaksi

1626.48

Hal ini juga disebabkan karena komposisi nutrisi dari tiap-tiap perlakuan tidak berbeda jauh. Dengan kata lain, kandungan nutrisi dari tiap perlakuan hampir sama sehingga ternak itik dapat mengkonsumsinya dengan baik. Hal tersebut didukung oleh pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa nutrisi merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi komposisi karkas, konsentrasi energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan aditif, serta proporsi kandungan gizi pakan dapat mengubah komposisi karkas. Faktor lain yang berpengaruh pada bobot karkas adalah tingkat konsumsi unggas itu sendiri. Semakin tinggi tingkat konsumsi maka akan akan semakin baik pula bobot karkas yang dihasilkan. Jenis kelamin ternak juga sangat berpengaruh pada bobot karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1994) yang menyatakan bahwa bobot, mutu dan kualitas karkas juga dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin, dan umur. Walaupun bobot karkas itik peking pada setiap perlakuan bervariasi, tetapi setelah dilakukan analisis keragaman ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan. Sehingga dapat diartikan bahwa itik peking dapat diberikan ransum yang mengandung solid dekanter dengan level tertinggi yaitu sebesar 20%.

4

1140.83

1137.78

Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin, dan mineral akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nataamidjaya dkk. (1995) yang menyatakan bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, di mana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum. Adapun bahan-bahan pakan penyusun ransum dicari yang berkualitas baik, dan penyusunan ransum dilakukan dua kali seminggu sehingga ketengikan pakan tersebut dapat dihindari. 3. Persentase Karkas Berdasarkan analisis keragaman persentase karkas, terlihat bahwa pemanfaatan solid dekanter fermentasi dan mineral zinkum serta interaksi keduanya dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap persentase karkas itik peking umur 12 minggu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pemberian solid dekanter fermentasi dan mineral zinkum serta interaksi keduanya dalam ransum sampai dengan level 20%, memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap persentase karkas itik peking umur 12 minggu. Ini juga disebabkan karena bobot potong itik peking umur 12 minggu juga diperoleh hasil yang tidak nyata. Sebagaimana dikemukakan oleh Nataamidjaya dkk. (1995) yang menyatakan bahwa persentase

Yunilas, Sayed Umar, dan Muhammad Rahmatsyah: Pemanfaatan Solid Dekanter Fermentasi dan Suplementasi …

karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikali seratus persen. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Morran (1970), bahwa semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat. Menurut Morran (1970), persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produk dari ternak, di mana semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat. Lebih lanjut, Rasyaf (1995) menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bobot saluran pencernaan, bobot hidup, dan genetik. Kesimpulan Pemberian solid dekanter fermentasi dan mineral zinkum serta interaksi antara kedua faktor tersebut dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan persentase karkas itik peking umur 12 minggu. Sehingga solid dapat diberikan sampai dengan level 20% dalam ransum.

Daftar Pustaka Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta. Morran. 1970. Feeds and Feeding. 2nd Ed. The Morrison Publishing Company, New York. Muslim, D.A. 1992. Budidaya Kanisius, Yogyakarta.

Mina

Itik.

Nataamidjaya, A.G., Dwiyanto K., Jarmani S. N. 1995. Pendugaan Kebutuhan Pokok Nutrisi Unggas Koleksi Plasma Nutfah Sistem Free Chise Feeding. Preceding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Sianipar, J., Batubara, L. P. Simon E., Artaria, M dan Peter H. 1995. Penggunaan Solid Sawit dalam Pakan Tambahan Domba. JPPS 1 (1). Februari 1995. Sub Balitnak Sei Putih, Medan. Siregar, A. P. 1994. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penebar Margie Group, Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Srigandono, B. 1998. Beternak Itik Pedaging. Trubus Agriwidya, Ungaran. Utomo, B. N dan E. Widjaja. 2001. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. BPTP Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah. Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. UGMPress, Yogyakarta.

5