pembelajaran bermakna Author : nur ridho Publish : 27-07-2011 11:59:48
Pembelajaran Bermakna (Meaningfull L earning) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan ataupengalaman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Pembelajaran adalah sesuatuyang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa.Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannnyabaik antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatanpembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyamandan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikuntuk membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajaryang memuaskan (Isjoni, 2009).David Ausubel (1963) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa bahan pelajaran yangdipelajari harus “bermakna’ (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu prosesmengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitifseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telahdipelajari dan dingat siswa. Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan prosesmengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam strukturkognitif. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitustruktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentudan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal ini, Dahar (1996) mengemukakan dua prasyaratterjadinya belajar bermakna, yaitu: (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,dan (2) anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna. Di samping itu, kebermaknaanpotensial materi pelajaran bergantung kepada dua faktor, yaitu (1) materi itu harus memilikikebermaknaan logis, dan (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitifpeserta didik.Muchlas Samani (2007) mengemukakan bahwa apapun metode pembelajarannya, maka harusbermakna (meaningfull learning). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkaninformasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telahdipelajari dan diingat siswa.Suparno (1997) mengatakan, bahwa pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajarandimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yangsedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencobamenghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaranitu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimilikisiswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa,sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktorintelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan yang akan memiliki keunggulandalam meraup segenap informasi secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkankemampuan siswa. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaranbermakna ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atausituasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Prosesbelajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatanmenghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yangdipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadibelajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yangtelah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebutdengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Jadi belajar akan lebih bermakna jika anakmengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripadahanya mendengarkan orang/guru
Page 1
pembelajaran bermakna menjelaskan. Belajar bermakna memiliki kondisi-kondisi sebagaiberikut:ï‚· Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.Lebihdahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal yang lebih terperinciï‚· Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lamaï‚· Mengusahan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnyasebelum ide yang baru disajikan.Menurut Nana (2005) dalam pembelajaran terdapat syarat-syarat yang dapat menunjangterciptanya pembelajaran bermakna yaitu:ï‚· Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial dandegan beraturan.ï‚· Siswa memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang akan dihubungkan.ï‚· Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep tersebut dengan strukturkognitifnya secara substansial dan beraturan pula.Ausubel dalam Dahar (1989) menggemukakan tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu:ï‚· Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.ï‚· Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untukmateri pelajaran yang mirip.ï‚· Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang miripwalaupun telah terjadi lupa.Pembelajaran bermakna erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran Vygotsky (Socialand Emancipator Constructivism). Paham ini berpendapat bahwa siswa mengkonstruksikanpengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatukonteks sosial. Teori belajar ini merupakan teori tentang penciptaan makna. Selanjutnya, teori inidikembangkan oleh Piaget (Piagetian Psychological Constructivism) yang menyatakan bahwasetiap individu menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telahdimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau informasi baru yang dipelajari. Piagetmenjelaskan bahwa setiap siswa membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudahdimilikinya ke dalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui,direvisi, dan diubah oleh informasi yang dijumpai dalam proses belajar. Itulah sebabnya Vygotskymenyatakan bahwa proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi karenapersepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan maknasebagai hasil dari pemikiran individu dan melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Penciptaanmakna terjadi pada dua jenjang, yaitu pemahaman mendalam (inert understanding) danpemahaman terpadu (integrated understanding). Hal demikian bisa terwujud melalui partisipasiaktif antara guru dan siswa, saling menghormati dan menghargai. Setiap individu dapat belajar,menciptakan makna, dan berkreasi berdasarkan konteks komunitas budayanya masing-masing.Dalam hubungan ini, David Ausubel (1963) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi.Pertama, menyangkut cara penyajian materi diterima oleh peserta didik.Melalui dimensi ini, pesertadidik memperoleh materi/informasi melalui penerimaan dan penemuan. Maksudnya peserta didikdapat mengasimilasi informasi/materi pelajaran dengan penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua,menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran denganstruktur kognitif yang telah ada. Jika peserta didik hanya mencoba-coba menghafalkan informasiatau materi pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep atau hal lainnya yangada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar hafalan. Sebaliknya,jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atauhal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajarbermakna.Ausubel membedakan belajar menjadi belajar menerima dan belajar menemukan. Pada belajarmenerima, bentuk akhir dari sesuatu yang diajarkan itu diberikan, sedangkan belajar menemukanbentuk akhir itu harus dicari peserta didik. Selain itu Ausubel juga membedakan antara belajarbermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah suatu proses di mana informasi barudihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.Sedangkan belajar menghafal diperlukan untuk memperoleh informasi baru seperti definisi.Menurut teori belajar bermakna, belajar menerima dan belajar menemukan keduanya dapat menjadibelajar bermakna apabila konsep baru atau informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep yangtelah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Langkah-langkah kegiatan yang mengarah padatimbulnya pembelajaran bermakna adalah sebagai berikut:ï‚· Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan jugadiarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa.ï‚· Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan.Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang dipaksakan oleh guru,
Page 2
pembelajaran bermakna melainkansebagai bagian dari atau sebagai alat yang dibutuhkan dalam kehidupan anak.ï‚· Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitaslangsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.ï‚· Dalam proses belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan bekerjasamadengan orang lain.ï‚· Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkretï‚· Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif denganmenggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak yang relevan denganmelibatkan sejumlah alat penilaian.Pembelajaran bermakna bisa terjadi jika relevan dengan kebutuhan peserta didik, disertai motivasiinstrinsik dan kurikulum yang tidak kaku. Kejadian belajar bermakna didorong oleh hasrat danintensitas keingintahuan peserta didik tentang bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini, Rogers(1969) mengemukakan tentang iklim kelas yang memungkinkan terjadinya belajar bermakna, yaitusebagai berikut:ï‚· Terimalah peserta didik apa adanya.ï‚· Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri.ï‚· Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memlilhdan menggunakannya.ï‚· Gunakan pendekatan iquiry-discovery.ï‚· Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambiltanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya.
Page 3