Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIFITAS SISWA KELAS X2 SMAN 1 KOTA BENGKULU Rusdi, Della Maulidiya, Edi Susanto Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Bengkulu Abstrak. Kecenderungan siswa hanya menghafal rumus-rumus dalam pembelajaran trigonometri merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada materi tersebut. Guru juga kurang melibatkan siswa dalam pengamatan, penyelidikan dan keterkaitannya dengan fenomena fisik maupun sosial. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa adalah pembelajaran inkuiri. Hasil penelitian pada materi trigonometri di kelas X2 SMA Negeri 1 Kota Bengkulu menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri perlu dilengkapi dengan lembar kerja siswa dibuat dengan jelas, bertahap sesuai langkah inkuri, aktivitas siswa lebih rinci serta tabel penyajian data yang ditampilkan dengan runtun. Pembentukan kelompok juga perlu dipertimbangkan dalam bentuk kelompok kecil terdiri dari 2 - 3 orang tiap kelompok di mana siswa diarahkan untuk menggunakan langkah inkuiri dalam menyelesaikan permasalahan dan mengkontruksi informasi-informasi yang diberikan dalam masalah. Proses demikian dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di mana keaktifan siswa setiap siklus mengalami peningkatan yaitu dari cukup aktif menjadi aktif. Demikian pula ketuntasan belajar siswa meningkat tiap siklus I sebesar 63,89 %, meningkat menjadi 83,33 %, dan mencapai 97,22% pada siklus III. Kata kunci : pembelajaran inkuiri, hasil belajar, keaktifan belajar, trigonometri.
PENDAHULUAN Schoenfeld (Uno, 2007: 130) berpendapat bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa untuk melakukan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitan matematika dengan fenomena fisik dan sosial diharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Hal ini menjadi penting dipertimbangkan karena kesulitan belajar matematika bukan semata-mata karena materi, tetapi juga disebabkan pengelolaan pelajaran matematika yang kurang efektif. Pembelajaran matematika yang baik terjadi jika proses pembelajaran matematika di kelas berhasil
membelajarkan siswa, baik dalam berpikir secara logis, sikap maupun keterampilan. Keberhasilan pembelajaran dapat dicapai jika guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi proses maupun hasil belajar. Hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika dan siswa SMA Negeri 1 Kota Bengkulu menunjukkan bahwa salah satu materi yang dianggap sulit dipahami siswa adalah trigonometri karena banyak menggunakan konsep matematika yang tidak nyata. Misalnya dalam segitiga adanya perbandingan nilai sinus, cosinus, tangen suatu sudut dan aturan sinus serta aturan kosinus. Pada pokok bahasan trigonometri siswa cenderung hanya menghafal rumus dan kurang termotivasi untuk memahami konsep trigonometri. Sebagian siswa masih belum mampu untuk menyelesaikan Semirata 2013 FMIPA Unila |455
Rusdi Dkk: Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Trigonometri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktifitas Siswa Kelas X2 Sman 1 Kota Bengkulu
soal aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan aturan sinus dan kosinus. Hal ini dikarenakan siswa tidak mampu menganalisis soal dan menghubungkan dengan bentuk perbandingan dalam segitiga siku-siku sehingga kesulitan menggunakan rumus trigonometri. Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa berbagai penyebab kekurangmampuan siswa dalam memahami matematika khususnya trigonometri di antaranya : (1) penyampaian materi oleh guru kurang efektif, (2) kurangnya motivasi belajar siswa, (3) siswa belum mampu menganalisis permasalahan secara mandiri, dan (4) siswa kurang aktif dalam belajar secara individu maupun kelompok. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran yang melatih siswa belajar untuk menemukan sendiri konsep matematika dan melibatkan partisipasi siswa secara optimal dalam proses pembelajaran. Salah satu dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa melalui penemuan sendiri akan mudah dipahami oleh siswa. Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2009:28). Hal ini jelas bahwa teknik penemuan dapat digunakan secara efektif untuk merangsang dan memelihara daya tarik dalam belajar matematika (Sobel dan Maletsky, 2004: 14). Frederick H Bell (1981: 140) mengatakan bahwa “the inquiry model is process of investigating and examination a situation in a search information and truth. Inquiry processes are used in science and mathematics to extend and organize knowledge”. Gulo dalam Trianto 456| Semirata 2013 FMIPA Unila
(2009: 166) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, sehingga mereka merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh rasa percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar ; (2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran ; (3) Mengembangkan sikap percaya diri pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Joyce dan Weil ( 2011, 115) berpendapat model pembelajaran inkuiri dirancang untuk melatih siswa membuat atau memahami konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapan kepada siswa. Tahapan pembelajaran model inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi tahapan model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (Trianto, 2009:141) sebagai berikut : 1) Menyajikan pertanyaan atau masalah, 2) Membuat Hipotesis, 3) Merancang Percobaan, 4) Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, 5) Mengumpul dan menganalisis data, dan 6) Membuat kesimpulan. Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah : (1) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa diskusi, (2) inkuiri berfokus pada hipotesis, dan (3) penggunaan fakta sebagai efisiensi (informasi, fakta). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa, dan kisi-
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
kisi wawancara. Subjek penelitian ini adalah kelas X2 SMA Negeri 1 Kota Bengkulu tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dan Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil tes prasyarat dan hasil tes belajar, hasil observasi, dan hasil wawancara. Analisis Hasil Tes Prasyarat Tes prasyarat dilakukan dengan alokasi waktu 60 menit meliputi materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, teorema pythagoras dan identitas trigonometri. Hasil tes prasyarat menunjukkan bahwa 29 siswa (80,5%) yang mencapai KKM yaitu memperoleh nilai di atas 69 dengan kriteria tuntas dengan nilai rata-rata 80,59. Pencapaian pemahaman siswa untuk materi prasyarat yaitu 83,33% siswa memahami tentang perbandingan trigonometri pada segitiga, 100% siswa mampu mencari panjang sisi pada segitiga siku-siku dengan teorema Pythagoras, 55,56% siswa memahami identitas trigonometri. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh dua pengamat mengalami peningkatan seperti grafik berikut :
Gambar 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa menunjukkan aktivitas dengan kategori kurang yaitu : mengemukakan gagasan untuk menentukan hipotesis dan membuat kesimpulan dari penyelesaian masalah. Aktivitas-aktivitas yang belum tercapai pada siklus II (kategori kurang dan cukup) yaitu : siswa masih belum aktif membuat hipotesis, melakukan percobaan untuk perhitungan, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Pada siklus III siswa telah mampu menemukan /menyelesaikan permasalahan dengan langkah inkuiri. Analisis Hasil Tes Belajar Tiap Siklus Tes belajar dilakukan di akhir tiap siklus dengan alokasi waktu 90 menit dan diperoleh hasil sebagai berikut.
Gambar 7. Hasil Belajar Tiap Siklus Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus dari 63,89 % pada siklus I, pada siklus II menjadi 83,33 %, dan pada siklus III ketuntasan klasikal siswa adalah 97,22 % Peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I dan siklus II yaitu sebesar 19,44 %, sedangkan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 13,89 %. Perkembangan nilai individu menunjukkan 23 siswa secara konsisten mengalami peningkatan nilai tes hasil belajar setiap siklus. Tindakan Yang Dilakukan Berdasarkan Hasil Dan Analisis Data Tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada siklus II berdasarkan hasil observasi dan tes siklus I meliputi : a. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan empat siswa dengan Semirata 2013 FMIPA Unila |457
Rusdi Dkk: Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Trigonometri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktifitas Siswa Kelas X2 Sman 1 Kota Bengkulu
tujuan siswa dapat lebih aktif mengerjakan LKS dalam kelompoknya. b. Proses pembelajaran menekankan kepada siswa dalam membuat hipotesis dan menarik kesimpulan. Membimbing 13 siswa yang belum tuntas dalam tes belajar siklus I serta memperhatikan 16 siswa yang dikategori belum aktif. c. Guru mengarahkan siswa untuk memahami soal dan melatih siswa langkah-langkah menjawab soal dengan inkuiri. Peneliti memberikan latihan-latihan soal sebagai pemahaman siswa. Alternatif-alternatif tindakan yang telah dilakukan pada siklus III berdasarkan hasil observasi dan tes siklus II yaitu : a. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan dua siswa dengan tujuan siswa dapat lebih aktif mengerjakan LKS dalam kelompoknya. b. Proses pembelajaran menekankan kepada siswa dalam membuat hipotesis dan membuat kesimpulan serta mengatasi butir lembar observasi yang masih tergolong kategori kurang. c. Peneliti mengarahkan siswa untuk memahami cara menyelasikan masalah dan menggunakan informasi yang ada pada soal. KESIMPULAN Penerapan model pembelajaran inkuri di kelas X2 SMA Negeri 1 Kota Bengkulu dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika dengan cara : 1. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berorientasi model pembelajaran inkuri. LKS dibuat dengan jelas, bertahap sesuai langkah inkuri, aktivitas siswa lebih rinci serta tabel penyajian data yang ditampilkan dengan runtun. Dalam LKS siswa dibimbing dengan pertanyaanpertanyaan untuk menuju ke pembentukan hipotesis. 458| Semirata 2013 FMIPA Unila
2. Membentuk kelompok belajar kecil, kelompok tiap siklus berkurang secara bertahap hingga beranggota 2-3 siswa. 3. Guru membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang kurang aktif, mengajak siswa ikut serta dalam mengerjakan LKS dengan memberikan penguatan. 4. Guru mengarahkan siswa memahami soal dan mencatat permasalahan dan informasi yang diberikan soal (diketahui, ditanya, persamaan yang dipakai). Siswa diminta untuk menghitung ulang sehingga lebih cermat dan melakukan pengecekan terhadap hasil yang diperoleh UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Bengkulu dan SMAN 1 Kota Bengkulu yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Leraning Mathematics ( In second School). United states of america : Wm. C.M Brown Company Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Joyce & Weil. 2011. Models Of Teaching edisi kedelapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sardiman. 2011. Iteraksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Setiawan. (2004). Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA. tersedia online di //
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
http://www.nsdc.org/midbook/inquiry. pdf diakses 22 Desember 2011 Sobel dan maletsky. 2004. Mengajar Matematika untuk guru matematika SD, SMP, SMA. Jakarta : Erlangga Trianto. 2009. Mendesaian Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Media Group Uno, Hamzah B. 2009. Model pembelajaran Menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi aksara.
Semirata 2013 FMIPA Unila |459