PENDAHULUAN

Download KAJIAN AWAL BIJI BUAH KEPAYANG SEBAGAI BAHAN BAKU MINYAK. NABATI KASAR ... Hasil ekstraksi berupa campuran minyak, air dan getah sehingga...

0 downloads 166 Views 416KB Size
KAJIAN AWAL BIJI BUAH KEPAYANG SEBAGAI BAHAN BAKU MINYAK NABATI KASAR Wiwik /20407899 Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100, Depok 16424 E-mail : [email protected]

ABSTRAKSI Minyak nabati kasar adalah minyak yang diperoleh dari pengolahan tanaman antara lain dari bagian batang, daun, buah, biji, kulit buah maupun bunga melalui proses ekstraksi. Penelitian tentang minyak nabati dari berbagai jenis dan bagian tanaman telah banyak dilakukan. Salah satu jenis tanaman yang belum banyak diteliti kandungan minyaknya adalah pohon kepayang atau Pangium edule Reinw. Kajian awal untuk mengetahui potensi biji buah kepayang sebagai sumber bahan baku minyak nabati dilakukan dengan mengesktraksi biji buah kapayang mentah. Sebelum dilakukan proses ekstraksi buah kepayang diolah untuk mendapatkan biji dengan cara pembusukan, pembelahan, pencucian, perebusan, pengupasan dan penjemuran. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat pres hidraulik. Dalam setiap percobaan dilakukan penekanan yang berbeda - beda dari 120 gram biji kepayang. Hasil ekstraksi berupa campuran minyak, air dan getah sehingga dilakukan proses penguapan (destilasi) sampai akhirnya menjadi minyak nabati kasar. Kadar minyak yang diperoleh sebesar 8,7% dari 120 gram biji kepayang dan massa jenis minyak 1,047gr/ml pada volume 10 ml dengan berat minyak 10,47 gram. Hasil uji pembakaran minyak kepayang kasar dengan sumbu dari benang menunjukan timbulnya letupan – letupan api kecil sebagai tanda masih terdapat sisa air pada minyak. Kata Kunci : Minyak Nabati, Kepayang, Proses Ekstraksi

menggunakan bahan dari biji kepayang dalam keadaan mentah. Secara umum minyak nabati mudah diperoleh dari tumbuhan disekitar, namun beberapa diantaranya tidak memberikan hasil yang baik sesuai dengan baku mutu dari minyak nabati. Sumber minyak nabati yang sering dijumpai adalah kelapa, kelapa sawit, buah jarak, kacang tanah dan kacang kedelai. Dari bahan – bahan itu selain sumber minyak nabati juga beberapa diantaranya adalah bahan pangan, oleh karena itu dilakukan pencarian sumber minyak nabati yang bukan menjadi bahan pangan. Tanaman picung atau kluwek dikenal dengan nama kepayang menarik sebagai bahan untuk melakukan pengujian terhadap minyak serta kandungan minyaknya. Sebagai bahan uji adalah biji buah kepayang yang mentah. Dengan

PENDAHULUAN Laju perkembangan kehidupan manusia yang menggunakan minyak dalam kehidupan sehari – hari hampir mencapai titik akhir. Seiring dengan semakin banyaknya permintaan minyak dan tidak bertambahnya sumber minyak fosil sehingga mengancam kehidupan manusia. Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukanlah penelitian untuk mencari sumber minyak selain fosil yang di antaranya adalah minyak nabati. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada kajian sebelumnya dalam seminar nasional yang diadakan di Universitas Gadjah Mada mengenai kajian awal biji buah kepayang sebagai bahan baku minyak nabati kasar[1]. Penelitian ini mengacu pada biji buah kepayang namun dalam prosesnya

1

kelapa sawit, mimyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam industri bukan makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih dan minyak jarak[2]. Kegunaan minyak nabati sangat luas karena minyak ini mengandung asam lemak, monogliserda dan masih banyak kandungan lainnya. Seperti Kuliner, Industri, Makanan Hewan, Bahan Bakar, Bahan Bakar Untuk Memasak, Insektisida Alami atau Pestisida Nabati. Sumber minyak nabati yang paling dominan dewasa ini adalah kelapa sawit. Demikian pula proses pengolahan dan pemanfaatannya telah banyak diteliti dan terdokumentasi dengan baik. Bahkan berbagai produk dari pohon kelapa sawit menjadi sumber devisa yang sangat potensial bagi sebuah negara seperti Malaysia dan Indonesia. Potensi kelapa sawit di dunia sangat besar dengan perolehan dapat mencapai 5000 kg per hektar pertahun seperti tampak pada Tabel 1[3]

melakukan penelitian pada biji buah kepayang diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum atas kandungan minyak pada biji buah kepayang dan menjadi sumber alternatif bagi minyak nabati.

Gambar 1 Buah dan biji Kepayang DASAR TEORI Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuh – tumbuhan yang dapat diperbarui, sehingga dapat memberikan harapan untuk memperoleh sumber minyak untuk waktu yang lebih panjang. Sumber minyak nabati yang berasal dari kelapa, kelapa sawit, buah jarak, kacang tanah dan kacang kedelai, menarik sebagai bahan untuk melakukan penelitian dengan bahan yang lain. Secara umum minyak nabati mudah diperoleh dari tumbuhan disekitar, namun beberapa diantaranya tidak memberikan hasil yang baik sesuai dengan baku mutu dari minyak nabati. Sumber minyak nabati yang sering dijumpai adalah kelapa, kelapa sawit, buah jarak, kacang tanah dan kacang kedelai. Dari bahan – bahan itu selain sumber minyak nabati juga beberapa diantaranya adalah bahan pangan, oleh karena itu dilakukan pencarian sumber minyak nabati yang bukan menjadi bahan pangan. Berdasarkan kegunaanya, minyak nabati terbagi menjadi 2 golongan. Pertama minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak

Tabel 1 Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya

Dari penelitian yang telah dilakukan terdahulu, ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk memperoleh minyak nabati dari bahan mentah hingga menjadi minyak kasar (Crude Oil) untuk kemudian dilakukan pemurnian untuk mendapatkan minyak murni. 1. Pemilihan Bahan 

Dalam pembuatan minyak nabati bahan yang digunakan harus melalui proses pembersihan sesuai dengan

2

spesifikasi yang telah ditentukan untuk mendapatkan bahan pilihan yang terbaik.

cair dan fasa uap. Bila zat non volatil dilarutkan kedalam suatu zat cair, maka tekanan uap zat cair tersebut akan turun. Pada larutan yang mengandung dua komponen volatil yang dapat bercampur sempurna, maka tekanan uap masingmasing komponen akan turun. Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap masing – masing komponen berbanding langsung dengan fraksi molnya. Pemisahan menggunakan destilasi sederhana seringkali tidak memuaskan karena metode tersebut dikembangkan dengan menambahkan suatu kolom fraksinasi diantara labu didih dan klaisen (still head) dalam perangkat alat distilasi. Pengaruh dari penambahan kolom fraksinasi akan mempersingkat beberapa pekerjaan pemisahan dari destilasi biasa menjadi hanya satu pekerjaan. Metode baru ini dikenal sebagai destilasi fraksional, kolom fraksinasi mengandung beberapa plate yang setiap plate equivalen dengan satu kali distilasi biasa. Semakin banyak plate makin baik suatu pemisahan komponen. Destilasi fraksional sangat dibutuhkan untuk memisahkan suatu campuran yang mengandung multi komponen misalnya minyak bumi yang terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh dan tak jenuh baik rantai pendek maupun rantai panjang. Fraksi – fraksi pemisahan dari hasil distilasi fraksional dengan sampel minyak bumi mencerminkan jenis dari senyawa hidrokarbon penyusunnya. Destilasi terhadap 2 campuran senyawa organik dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: setelah pengotor dengan titik didih lebih rendah ditampung, labu Erlenmeyer penampung segera diganti dengan yang baru untuk destilat senyawa A dengan titik didih yang lebih[4].

2. Ekstraksi 

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok. Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan minyak dari bahan yang diduga mengandung minyak. Proses ekstraksi sendiri ada beberapa macam, yakni dengan pemanasan (rendering), pengempaan atau pengepresan dan penggunaan pelarut (solven). 3. Penjernihan Minyak Penjernihan minyak dilakukan untuk menjernihkan minyak dari kotoran tidak larut minyak, sedangkan kotoran larutan minyak dan suspensi koloid dilakukan pemurnian. Penjernihan dilakukan dengan pengendapan, sentrifugasi dan penyaringan sehingga diperoleh minyak kasar (crude oil). 4. Destilasi 

Destilasi merupakan proses pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik didih dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Destilasi sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair. Proses distilasi didahului dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan, dilanjutkan dengan pengembunan uap yang terbentuk dan ditampung dalam wadah yang terpisah untuk mendapatkan distilat. Dasar proses destilasi adalah kesetimbangan senyawa volatil antara fasa

5. Proses Pemurnian Minyak 

Proses pemurnian minyak hasil ekstraksi yang masih mentah bertujuan untuk membuat minyak sebagai minyak pangan. Pemurnian minyak dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas,

3

fosfolipid, bahan – bahan pigmen, dan bahan – bahan yang mudah menguap dengan melakukan degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi dan fraksinasi. a. Degumming Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan fosfatida, wax, dan pengotor lainnya dengan cara penambahan air, larutan garam atau larutan asam. Degumming mengkonversi fosfatida menjadi gum terhidrasi yang tidak larut dalam minyak dan selanjutnya akan dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi. Pada pabrik sederhana, degumming dilakukan dengan cara memanaskan CPO sampai temperature 90 - 130oC dimana temperature ini adalah temperature yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi CPO dengan asam fosfat. Setelah itu, CPO dipompa kedalam mixer statis dengan penambahan 0.35 – 0.45kg/ton CPO. Pengadukan yang terus menerus didalam mixer bertujuan untuk menghilangkan gum. Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukuran deodorizer tidak terlalu besar. b. Netralisasi Proses netralisasi konvensional dengan penambahan soda kaustik merupakan proses yang paling luas digunakan dan juga proses purifikasi terbaik. Efisiensi pemisahan sabun dari minyak yang sudah dinetralisasi, yang biasanya dilakukan dengan bantuan separator sentrifugal, merupakan factor yang signifikan dalam netralisasi kaustik. Netralisasi kaustikkon vensional sangat fleksibel dalam memurnikan minyak mentah untuk menghasilkan produk makanan. Netralisasi dengan menggunakan soda kaustik dapat dilakukan untuk minyak hasil ekstraksi yang mengandung 8-10% asam lemak bebas. Proses netralisasi ini antara lain prapemanasan minyak mentah hingga 54 – 71oC, netralisasi dengan soda kaustik secukupnya, pemanasan hingga 82 – 88oC untuk mengendapkan fasa sabun dan

langsung disentrifugasi. Minyak yang telah ternetralisasi kemudian dicuci dengan air dan selanjutnya dipisahkan sekali lagi melalui proses settling atau sentrifugasi untuk menghilangkan sisa pengotor dan sisa sabun. Selanjutnya minyak dikeringkan dengan bantuan vacuum dryer atau langsung dilakukan proses bleaching. c. Bleaching Minyak hasil ekstraksi yang sudah dinetralisasi mengandung residu sabun, logam, produk-produk oksidasi dan pigmen warna. Untuk itu dilakukan proses pemucatan (bleaching) untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut. Pemucatan minyak dapat dilakukan dengan bleaching earth atau dengan perusakan dengan panas. Karena tingginya kandungan pigmen didalam minyak, dibutuhkan bleaching earth yang lebih banyak dan waktu pemucatan yang lebih lama dibandingkan proses pemucatan minyak nabati lain. Setelah melewati proses bleaching, minyak disaring untuk menghilangkan bleaching earth yang masih terbawa didalamnya. d. Deodorisasi Minyak yang keluar dari proses pemucatan mengandung aldehida, keton, alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, dan bahan lain hasil dekomposisi peroksida dan pigmen. Walaupun konsentrasi bahan-bahan tersebut kecil, bahan tersebut dapat terdeteksi oleh rasa dan aroma minyaknya. Bahan-bahan tersebut lebih volatile pada tekanan rendah dan temperature tinggi. Proses deodorisasi pada intinya adalah distilasi uap pada keadaan vakum. Distilasi uap pada tekanan vaccum untuk menguapkan aldehid dan senyawa aromatik lainnya menggunakan prinsip dasar hukum Raoult. Sebelum masuk ke dalam alat deodorisasi, minyak yang sudah dipucatkan dipanaskan sampai 210 – 250oC. Alat deodorisasi beroperasi dengan 4 cara, yaitu daerasi minyak, pemanasan minyak, pemberian uap kedalam minyak, dan pendinginan minyak. Didalam kolom, minyak dipanaskan sampai 240 – 280oC

4

pada keadaan vakum. Manfaat pemberian uap langsung menjamin pembuangan sisa – sisa asam lemak bebas, aldehida, dan keton. e. Fraksinasi Proses fraksinasi dibtuhkan untuk memisahkan trigliserida yang memiliki titik leleh lebih tinggi sehingga minyak tidak teremulsi pada temperatur rendah. Proses fraksinasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu fraksinasi kering, fraksinasi basah, dan fraksinasi dengan solvent. Pada fraksinasi kering, minyak didinginkan perlahan dan disaring untuk memisahkan fraksi – fraksinya. Pada fraksinasi basah, kristal pada fraksi stearin dibasahi dengan surfaktan atau larutan deterjen. Pada fraksinasi dengan solvent, minyak diencerkan dengan menggunakan solvent seperti heksan, isopropano, aseton, atau nnitropropan. Proses fraksinasi kering lebih disukai karena ramah lingkungan. Fraksinasi dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak dengan kestabilan dingin yang baik. Titik leleh merupakan suatu indikasi jumlah unsaturated fatty acid dan merupakan asam lemak yang memilki rantai pendek. Titik leleh akan meningkat seiring dengan bertambahnya panjang rantai dan menurun seiring dengan bertambahnya jumlah unsaturated bond.

Massa Jenis ( Adalah nilai berat jenis dari suatu zat dari berat terhadap satuan volume. Untuk mengetahui nilai massa jenis dari suatu zat cair dapat dilakukan dengan metode penghitungan perbandingan antara massa dan volume dari minyak tersebut dengan satuan gr/mL seperti tampak pada persamaan di bawah.

Buah Kepayang (Pangium Edule Reinw)[6] Kepayang (Pangium Edule Reinw) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang Jawa menyebutnya pucung atau picung (begitu juga sebagian orang di Jawa Tengah) dan di Toraja disebut Pansrassa.

Penentuan Kadar Minyak (Rendemen) Kadar minyak diperoleh dari hasil perbandingan antara massa minyak dengan massa awal bahan dikali 100%. Untuk menentukan kadar minyak menggunakan persamaan yang tampak pada rumus di bawah[5].

Gambar 2 Pohon Kepayang Biji diperoleh dengan cara mengambilnya dari tanaman pohon kepayang yang diambil bijinya. Pohonnya mencapai ketinggian 40 meter dan diameter batangnya 2,5 meter, tumbuh liar didaerah sekitar 1000 meter dpl (Diatas Permukaan Laut) di seluruh indonesia. Tanaman ini merupakan vegetasi dari negara indonesia. Biji buah kepayang memiliki kandungan vitamin C, ion besi, betakaroten, asam sianida (sifatnya

Massa Minyak Massa minyak adalah berat minyak yang dihasilkan setelah bahan diekstraksi. Massa minyak diperoleh melalui persamaan:

5

ekstraksi buah sehingga menghasilkan minyak pada saat proses pengepresan atau penekanan. Pres hidraulik memiliki pressure gauge dengan satuan tekanan kN (kilo Newton) dan pompa hidraulik untuk memberikan tekanan. Timbangan Digital Digunakan untuk menentukan banyaknya buah dengan cara buah ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan ukuran berat yang akan ditentukan. Dan juga timbangan digital untuk menimbang gelas ukur kosong dan berat volume cairan. Gelas Ukur 10 ml Digunakan untuk mengukur banyaknya cairan yang diperoleh setelah dipres, dan juga digunakan untuk mengukur berat volume cairan. Tabung Ekstraksi Digunakan untuk tempat buah pada saat buah akan dipres, fungsi lubang adalah agar pada saat buah dipres minyak keluar lewat lubang tersebut. Serta alat-alat penunjang lainya.

beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius. Bila terhirup binatang ternak bisa menyebabkan kematian), asam hinokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin. Buah kepayang memiliki ciri – ciri fisik biji yang berwarna putih akan bertukar kehitaman selepas direndam dalam air. Kulit buah kepayang berwarna coklat dan biji di bagian dalamnya ditutupi selaput putih dan berminyak. Biji buah kepayang biasa digunakan sebagai bumbu dapur masakan indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, bronkos, serta sop konro. Bijinya yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida yang sangat tinggi. Dimakan dalam jumlah tertentu akan menyebabkan pusing (mabuk), racun pada biji ini dapat digunakan sebagai racun pada ujung mata panah. METODE PENELITIAN Diagram Alir

Gambar 3 Press Hidraulik (Hydraulic press)

Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah, Pres Hidraulik (Hydraulic press) Digunakan untuk proses

Gambar 4 alat-alat yang digunakan

6

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daging biji dari buah kepayang dalam keadaan mentah. Terlihat seperti pada gambar 6 di bawah biji buah kepayang memiliki daging yang selanjutnya daging tersebut akan diekstrak dengan cara dipres menggunakan alat pres hidraulik.

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat yaitu pres hidraulik. Langkah – langkah ekstraksi adalah setelah daging dari biji buah kepayang selesai dijemur kemudian ditimbang sesuai berat yang sudah ditentukan untuk proses ekstraksi kemudian daging biji tersebut dimasukan kedalam tabung ekstraksi dimana tabung ekstraksi dimasukkan kedalam wadah yang bertujuan untuk menampung minyak. Pengepresan dilakukan untuk berat biji kepayang sebesar 120 gram lalu dilakukan penekanan dengan variasi tekanan seperti pada tabel 2 maka diperoleh hasil minyak seperti yang terlihat pada tabel 3.

Gambar 5 Daging biji kepayang

Tabel 3 hasil pengepresan biji kepayang

Pengolahan Bahan Biji buah kepayang diolah sehingga mendapatkan hasil berupa daging dari biji buah tersebut. Proses pengolahan tersebut dilakukan bertujuan untuk memudahkan proses ekstraksi dan mendapatkan hasil yang baik. Pengolahan biji buah kepayang meliputi: ¾ Pembusukan ¾ Pembelahan ¾ Pencucian ¾ Perebusan ¾ Pengupasan ¾ Penjemuran

Hasil minyak yang didapat dari cara pengepresan apabila dilihat dalam bentuk grafik akan terlihat naik itu dikarenakan perbedaan tekanan sehingga hasilnya pun berbeda pula, perbedaan hasil miyak sekitar 3% dari banyaknya bahan yang diekstraksi dan tekanan yang diberikan.

Proses Ekstraksi Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode pengepresan mekanik, metode ini dipilih karena mudah digunakan dapat menekan perolehan minyak yang lebih banyak dari sample yang diuji. Proses ekstraksi ini dilakukan pada bahan dengan variasi tekanan yang berbeda, seperti terlihat pada tabel 2.

Gambar 6 Grafik pengepresan biji kepayang Perbedaan tekanan pada proses pengepresan dimaksudkan untuk mendapatkan variasi hasil, maka diperoleh minyak dengan rata – rata sekitar hampir 20% dari banyaknya bahan yang digunakan. Hasil minyak yang tertera pada tabel 3 sebelumnya telah dilakukan beberapa proses diantaranya proses

Tabel 2 Berat dan Tekanan Berat (gr) Tekanan (kN) 15 120 20 25

7

penyaringan dan penguapan (destilasi) untuk menghilangkan kadar air yang masih tercampur dengan minyak.

dengan air ditandai dengan adanya uap disekitar area tempat pemanas, sedangkan getah ditandai dengan adanya sejenis buih yang kalau dipegang akan terasa lengket. Penguapan dilakukan dengan menggunakan kompor listrik. Dikarenakan kandungan air yang dihasilkan berupa uap sehingga sangat sulit untuk dianalisa berapa kandungan airnya. Proses perebusan dilakukan pada suhu o mendidih sekitar 100 C dengan jangka waktu 15 menit dalam setiap proses perebusan.

Pengolahan Minyak ¾ Pengukuran Proses pengukuran minyak dilakukan dengan menggunakan gelas ukur untuk menetukan volume minyak sementara. ¾ Penyaringan Adalah proses penyaringan minyak agar bebas dari ampas daging biji kepayang yang kemudian diukur kembali. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain kasa atau mesh yang bertujuan untuk memisahkan ampas biji kepayang yang tercampur dengan minyak hasil pengepresan seperti tampak pada tabel 4. Table 4 Hasil Penyaringan

Gambar 8 Minyak setelah proses penguapan (destilasi) Hasil penguapan diperoleh dari tiap – tiap kandunganya. Seperti terlihat pada tabel 5. Tabel 5 Hasil dan kandungan minyak yang hilang

 

Gambar 7 Minyak setelah disaring ¾ Penguapan (destilasi) Destilasi merupakan proses penguapan dengan cara pemanasan sehingga pada titik tertentu akan terjadi pemisahan antara air dan minyak serta getah yang terkandung di dalam minyak tersebut. Pemisahan minyak

HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan ekstraksi dengan variabel tekanan yang berbeda, maka ditemukanlah tekanan maksimal yang dapat diberikan untuk mengeluarkan minyak dari buah kepayang. Berdasarkan persamaan di atas kadar minyak yang dihasilkan sekitar 8,7% dari 120 gram biji

8

kepayang masih jauh lebih rendah[7]. Namun dengan metode ekstraksi yang lebih efektif kemungkinan kandungan minyak pada biji buah kepayang lebih tinggi dari rendemen yang diperoleh pada penelitian ini[8]. Karakteristik dari minyak kepayang perlu diteliti lebih lanjut seperti halnya karakteristik minyak jarak yang telah diteliti secara intensif dan karakteristik minyak kemiri serta pengaruh beberapa parameter terhadap ekstraksi dan transesterifikasi minyak kemiri[9]. Disamping itu juga selain biji jarak minyak nyamplung memiliki kadar minyak yang lebih tinggi, yaitu 40 – 73% dan sawit 46 – 50%. Daya bakar minyak nyamplung dua kali lebih lama dibandingkan dengan minyak tanah[10]. Dalam tes yang sudah dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml. Massa jenis minyak yang dihasilkan dari percobaan ekstraksi biji kepayang mentah adalah 1,047 gram/mL untuk setiap 10 mL minyak yang diukur. Berdasarkan persamaan 2.3 massa jenis minyak diperoleh dari perbandingan antara masaa minyak persatuan volume, maka didapat perhitungan sebagai berikut: Diketahui, • massa minyak = 10,47 gr • volume minyak 10 ml Maka massa jenis minyak = (10,47gr)/(10ml) = 1,047gr/ml. Dari aspek keberagaman bahan baku minyak nabati, biji buah kepayang dapat diteliti lebih lanjut sehingga menjadi alternatif pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak dan bahan pengawet ikan. Jika dibandingkan dengan produksi minyak sawit yang telah terorganisir dengan baik seperti yang dikembangkan di Malaysia, penelitian biji buah kepayang masih sangat jarang. Fokus penelitian minyak sawit telah sampai pada tahap pembangunan berkelanjutan dengan riset yang sangat intensif mengenai pupuk dan kondisi tanah yang tepat untuk

kepayang. Untuk menentukan kadar minyak terlebih dahulu harus menghitung berapa berat minyak yang dihasilkan pada setiap tekananya. Berdasarkan persamaan di atas maka diperoleh berat minyak sebesar 10,47 gram, dimana proses penghitunganya adalah pertama timbang gelas ukur dalam keadaan kosong sehingga mendapatkan nilai, kemudian gelas ukur dimasukan minyak hasil pengepresan (ekstraksi) sampai mendapat nilai timbangan juga sehingga bisa dilihat perbedaan dari hasil timbangan yang dilakukan. Dengan memasukan persamaan di atas bahwa berat minyak adalah berat gelas ukur berisi minyak dikurangi berat gelas ukur kosong maka diperoleh perhitungan : Diketahui, • berat gelas ukur kosong = 16,67 gr • berat gelas ukur berisi miyak = 27,14 gr jadi berat minyak = (27,14gr) – (16,67gr) = 10,47gr Berdasarkan berat minyak yang dihasilkan maka untuk melakukan perhitungan sesuai persamaan di atas adalah: Diketahui, • berat minyak = 10,47gr • berat awal bahan = 120gr maka kadar minyak = (10,47gr/120gr) x 100% = 8,7%

Gambar 9 Menimbang gelas ukur berisi Jika dibandingkan dengan biji jarak yang ditemukan mengandung 50 – 60% minyak maka kandungan minyak biji

9

pertumbuhan kelapa sawit dengan efisiensi tinggi dan produktivitas tinggi[16]. Pembangunan berkelanjutan pada industri kelapa sawit telah memenuhi kriteria 3 aspek yakni keuntungan ekonomis, manusia, dan lingkungan yang saling menunjang. Penggunaan lahannya mencerminkan keseimbangan antara pembangunan pertanian dan pelestarian hutan. Kondisi ini perlu dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian minyak dari biji buah kepayang serta pertumbuhan pohon kepayang yang masih hanya terbatas sebagai tanaman hutan. Minyak yang diperoleh perlu diproses lebih lanjut untuk memperoleh minyak kepayang murni serta uji karakterisasinya.

Api yang timbul berwarna kemerahan. Pengujian untuk menentukan nilai kalor dari minyak kepayang akan dilakukan setelah minyak diproses lebih lanjut menjadi minyak murni. Meskipun secara nilai ekonomis buah kepayang masih cukup jauh dari kelapa sawit, namun jika dikelola lebih lanjut buah kepayang dapat menggantikan posisi minyak tanah yang mulai dihentikan penyalurannya oleh pemerintah. KESIMPULAN Biji kepayang mentah menghasilkan minyak nabati kasar dengan rendemen sekitar 8,7% dari 120gram banyaknya biji kepayang mentah yang digunakan, nilai ini masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan proses ekstraksi. Berdasarkan hasil yang dilakukan dengan metode pengepresan hidraulik dari 120gram biji kepayang mentah menghasilkan minyak kasar sekitar 20% dengan variasi tekanan yang berbeda. Pengepresan dilakukan dengan tekanan 15kN, 20kN dan 25kN dengan cara biji buah kepayang dipres. Massa jenis minyak yang dihasilkan adalah sebesar 1,047 gr/ml untuk setiap volume 10 ml minyak yang diukur serta berat minyak 10,47 gram. Minyak yang diperoleh perlu diproses lebih lanjut untuk memperoleh minyak kepayang murni serta uji karakterisasinya. Penelitian awal ini perlu dilanjutkan untuk menambah keberagaman sumber minyak nabati serta peningkatan pemanfaatan buah kepayang.

Pengujian Tujuan akhir dari peneletian ini adalah untuk mengetahui apakah buah kepayang yang memiliki kandungan minyak mampu terbakar. Minyak kepayang kasar kemudian diuji bakar dengan menggunakan sumbu dari benang kain kering.

Gambar 10 Uji Bakar

Kepayang (Pangium edule Reinw dan Analisa Secara Kuantitatif, Jurnal Sains Teknologi Farmasi 12 (1) hal 45-49.

DAFTAR PUSTAKA 1

2

Cokorda Prapti M, Rossy Septi W, Anwar Fatoni, Wiwik, 2011, Kajian Awal Biji Buah Kepayang Sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar, Universitas Gunadarma. Elidahanum Husni, Asmaedy Samah, Kiki Apriliza, 2007, “Pengawetan Ikan Segar dengan menggunakan Biji Buah

3

http://www.scribd.com/doc/53175533/ MINYAK-NABATI, Agustus 2011 4 http://lemakminyak.blogspot.com/200 9/05/pengolahan-minyak-kelapasawit.html, Agustus 2011.  5 http://forum.um.ac.id/index.php?topic =23803.0, Agustus 2011

10

6

7

8

Mechanical Science and Engineering, Vol XXXI no 3 hal 253-260

Anonim. 2009. Kajian Hidrodinamika Ekstrksi Cair – Cair Online http://diglib.itb.ac.id.gdl, Maret 2011 Devanesan M.G, Viruthagiri T dan Sugumar N, 2007, Transesterification of Jatropha Oil using Immobilized psedumonas Fluorescens, African Journal of Biotechnology Vol 6 (21) hal 24972501 Hanumantha Rao. Y.V., Ram Sudher Voleti, Hariharan V.S., Sitaram Raju A.V., Nageswara Redd P., 2009, use of Jatropha Oil methyl Ester and Its Blend as An alternative Fuel in Diesel Engine, Journal of the Brazilian Society of

Rahman, Kazi Mostafijur, Mohammmad Mashud, Md. Roknuzzaman dan Asadullah Al Ghalib, 2008, Biodiesel From Jatropha Oil as An Alternatif Fuel for Diesel Engine, International Journal of Mechanical & Mechatronics IJMMEIJENS Vol 10 No 3. 10 Antony Raja, S, Robinson smart D.S, Lindon Robert Lee C, 2011, Biodiesel Production from jatropha Oil and its Characterization, Research Journal of Chemical Sciences, Vol 1 (1) hal 8188 9

11