PENERAPAN METODE BERCERITA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK

Download Ni Kadek Eka Jayanti1, Ketut Pudjawan2, Luh Ayu Turtayani3 ... Anak Usia Dini Kelompok B Semester II Di PAUD Widya Laksmi Tahun Ajaran ... ...

0 downloads 520 Views 296KB Size
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN MORAL ANAK KELOMPOK B PAUD WIDYA LAKSMI Ni Kadek Eka Jayanti1, Ketut Pudjawan2, Luh Ayu Turtayani3 1, 3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman moral untuk anak usia dini di PAUD Widya Laksmi tahun ajaran 2015/2016 setelah diterapkannya metode bercerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar. Melalui pendidikan kita bisa membentuk karakter bangsa juga mengembangkan minat dan bakat anak sejak usia dini. Penelitian yang dilakukan di PAUD Widhya Laksmi pada kondisi awal, pemahaman moral anak berada pada kategori rendah yang dihitung melalui M% mencapai skor 42,88%. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan instrumen lembar observasi. Data dianalis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriftif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan cerita berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan pemahaman moral anak pada siklus I sebesar 65-79% yang berada pada kategori sedang. Kemudian dilanjutkan pada siklus II yang mendapatkan hasil 92,8% yang berada pada kategori sangat tinggi. Peningkatan pemahaman moral anak dari suklus I ke siklis II sebesar 27%. Jadi dapat disimpulkan Penerapan Metode Bercerita Berbasis Kearifan Lokal Dapat Meningkatkan Pemahaman Moral Anak Usia Dini Kelompok B Semester II Di PAUD Widya Laksmi Tahun Ajaran 2015/2016”. Kata-kata kunci: kearifan lokal, pemahaman moral AUD, media gambar

Abstract This research was aimed at knowing the increase of moral knowlede for kindergarten students of Widhya Laksmi in the academic 2015/2016 after implementing story based on local learning with aid of picture, throught education, we could buil students’ national character and develop interest and desire. This research was conducted in Widhya Laksmi kindergarten. First atmosphere, the moral knowledge of children was at low category through M% at 43,88%. This research was classroom action research conducted throught II cicles. The method used was observation sheet. The data analayzed with descriptive and quantitative statistic analysis. The result showed that the implementation of story based on local learning could improve moral konwlede. At the first circles was amounted as 65,69%categorized as medium level. Thn it was continued at second circle was amounted as 83,8% categorized as high level in conclusion, the implementation of story based on local learning could improve childre’s moral knowledge at B group of Widhya Laksmi kindergarten at second semester an the academic 2015/2016. Keywords: local learning, moral knowledge, picture media

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati posisi yang paling strategis dalam perkembangan sumber daya manusia (SDM). Tidaklah mengherankan apabila banyak negara yang menaruh perhatian sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Indonesia memiliki komitmen yang sangat jelas sebagaimana dirumuskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :“Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Melalui pendidikan kita bisa membentuk karakter bangsa dan juga mengembangkan minat dan bakat anak sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini menjadi sangat strategis, sebab merupakan masa yang penting, baik untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan mental, emosional, akhlak dan potensi otak anak. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan Anak Usia Dini yang bersifat formal. Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra-oprasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat secara nyata menerima apa yang diajarkan oleh guru atau orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah guru harus pandai dalam memilih dan menentukan metode yang digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin deisampaikan benar- benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Melalui pendidikan di TK, pendidikan nilai moral yang dilakukan sejak usia dini diharapkan pada tahap selanjutnya anak akan mampu membedakan perbuatan baik dan buruk, benar dan salah, sehingga ia

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi. Sebagai orang tua yang memiliki aktivitas ataupun kegiatan di luar rumah, terkadang kegiatan tersebut menyita waktu sehingga beberapa orang tua tidak punya cukup waktu untuk keluarga, terutama kepada anak, sehingga yang terjadi, kegiatan yang dilakukan anak berjalan tanpa pengawasan dari orang tua. Orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di PAUD Widya Laksmi terungkap bahwa masalah yang sering dihadapi pada anak usia dini adalah ketika anak-anak bebas menonton televisi setiap saat tanpa adanya pengawasan dari orang tua di rumah mereka bebas memilih acara ataupun program televisi yang anak sukai. Banyak orang tua murid yang resah karena akhir-akhir ini anak-anak suka menonton acara yang isinya mengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, perkelahian, dan sebagainya. Pemberian stimulasi pada anak selama proses pengembangan kepribadian menjadi sangat penting. Stimulasi identik dengan pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan disekitar anak guna lebih mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Salah satu stimulasi yang diperlukan dan penting untuk anak adalah penanaman nilai-nilai moral. Penanaman nilai nilai moral sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan perkembangan kecerdasan moral mereka. Hasil penelitian yang dilakukannya memberikan gambaran metode penanaman nilai moral yaitu melalui bercerita, bermain, karyawisata, bernyanyi, outbond, pembiasaan, teladan, syair, dan diskusi. Dari beberapa metode yang digunakan tersebut yang paling sering digunakan adalah bercerita dan pembiasaan. Pemahaman nilai moral bercerita dan pembiasaan ternyata dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak dari yang tidak baik menjadi baik. Pendidik sering mengalami kesulitan menentukan strategi dalam memberikan pendidikan moral karena anak cenderung bertindak semaunya dan tidak

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) mendengarkan ketika dinasehati. Mencermati permasalahan yang ada di kelas, guru perlu melakukan perbaikan proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran bisa berlangsung efektif. Salah satu jalan keluar yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki perilaku anak adalah dengan memberikan suatu kegiatan atau pembelajaran terkait dengan cerita yang berbasis kearifan lokal. Kegiatan ini sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman moral anak usia dini di PAUD Widya Laksmi. Sebelumnya kegiatan bercerita biasanya hanya monoton, dan cerita yang diperdengarkan anak temanya terbatas sehingga anak kurang tertarik dalam mendengarkan cerita. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan mencoba menggunakan cerita yang berbasis kearifan local agar dapat mengatasi masalah-masalah moral anak. Cerita berbasis kearifan local ini dipilih agar anak mengetahui bahwa banyak cerita berbasis budaya local dengan berbagai macam tokoh-tokoh dalam cerita yang kita miliki. Selain itu peneliti akan memasukkan pesan moral agar segala permasalahan moral anak kelompok B PAUD Widya Laksmi dapat teratasi dengan baik. Sehingga anak tidak lagi melakukan perbuatan yang negatif saat pembelajaran di sekolah. Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 dikelompok B PAUD Widya Laksmi ditemukan bahwa, terkadang anak sering berbicara tidak sopan dengan guru ataupun teman sebayanya, anak tidak pernah mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu, tidak mau meminta maaf ketika anak melakukan kesalahan, dan anak selalu melakukan perbuatanperbuatan yang tidak baik saat bermain”. Beberapa anak sering kali bercerita yang kurang sesuai antar temannya terkait film yang ditontonnya dari televisi tersebut. Kebebasan anak dalam menonton acara televisi dapat mempengaruhi sikap, nilai, perilaku, dan cara berbicara karena pada dasarnya anak cenderung suka meniru apa yang disimaknya. Mereka merasa bahwa apa yang disajikan dalam acara televisi merupakan cara yang dapat

diterima dalam bersikap sehari-hari. Dengan keadaan tersebut, kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas pada PAUD Widya Laksmi menjadi terhambat. Akibatnya kegiatan menjadi terganggu dan waktu habis tersita untuk menghadapi masalah itu. Penelitian yang dilakukan tentang metode penanaman nilai moral untuk anak usia dini. Menurut Notonegoro (2000) mengatakan bahwa nilai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan baik buruknya sikap dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Beliau memasukkan nilai moral ke dalam kelompok nilai kerohanian. Sama halnya dengan pendapat Sheler dalam Depdiknas (2000) bahwa secara umum moral merupakan bagian dari nilai dan merupakan bagian dari nilai rohani. Setelah kita mengetahui pengertian nilai moral, tentu saja kita harus juga mengetahui apa tujuan dari pengembangan nilai moral. Menurut Asrori (2007:155) Perkembangan moral adalah “Rangkaian nilai atau norma yang ditentukan oleh kelompok sosial untuk mengatur tingkah laku yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan masyarakat”. Sedangkan menurut Santrock (2007:117) Perkembangan moral adalah “Perubahan pemahaman, penalaran, perasaan dan prilaku seseorang tentang sesuatu yang

dianggap benar dan salah”. Jadi perkembangan moral adalah rangkaian nilai yang ditentukan kelompok sosial untuk mengatur tingkah laku seiring dengan perubahan penalaran dan perasaan seseorang tentang anggapan benar salah. Perkembangan moral menurut Kohlberg (Crain: 2007: 231-239) dibagi atas tiga tingkatan yaitu prakonversional, konvensional, dan pasca konvensional. Moralitas prakonvensional terbagi atas dua tahapan yaitu tahapan pertama, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Moralitas dari suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisik. Tahap kedua, anak menyesuaikan terhadap harapan social untuk memperoleh penghargaan. Moralitas konvensional dibangun atas dasar persesuaian dengan

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain untuk mempertahankan hubungan baik dengan orang lain. Adapun tujuan pendidikan dan pengembangan nilai moral ini menurut Adler (2005) adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang harus dimiliki oleh manusia seperti: “1) Dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan berbagai kultur; 2) Selalu dapat memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari dirinya memiliki dasar pada identitas kulturnya; 3) Mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab terhadap bentuk batasan yang di pilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan”. Salah satu kiat untuk bisa mengenalkan nilai-nilai moral kepada anak usia dini adalah dengan bercerita. Lingkungan sekitar anak mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat. Budaya menjadi bagian dalam lingkungan tersebut. Pendidikan dalam keluarga mewarisi nilai budaya yang didapat secara turun temurun. Orang tua mendidik anak sesuai dengan bagaimana cara mereka mendidik anak-anaknya. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang berbudaya memberi peluang bagi pendidikan moral untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya yang positif dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu perlu dikembangkan pendidikan berbasis kearifan local untuk melestarikan budaya lokal yang positif salah satunya adalah dengan mengenalkan dan pembiasaan anak untuk mendengar dan membaca cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak Taman Kanak-kanak. Cerita merupakan kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita Kartilawati Netty (2016). Selain itu, penerapan kegiatan bercerita ini dapat membiasakan diri anak untuk menjadi lebih terbuka mengekspresikan rasa senang dan rasa tidak senangnya terhadap berbagai hal yang dialaminya. Pernyataan tersebut terkait dengan hakekat belajar itu sendiri, yakni memperoleh perubahaan prilaku

yang bersifat permanen atau menetap agar dapat bermanfaat untuk menjalani kehidupan selanjutnya Dimyati&Mujiono (2000). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rosari (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Perilaku Moral”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan perilaku moral melalui kegiatan bercerita pada anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak Tahun ajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari rata-rata persen kemampuan nilai-nilai moral pada siklus I sebesar 65,83% yang berada pada kategori rendah. Rata-rata kemampuan nilai-nilai moral pada siklus II meningkat menjadi 92,83% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 27,00%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode bercerita berbantuan dengan media buku cerita bergambar dapat meningkatkan perilaku moral pada anak usia dini. Media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Dengan penggunaan media akan meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, karena memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas informasi/pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada si penerima pesan. Menurut Ibrahim (dalam Tegeh, 2008: 6) media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pembelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”. Media gambar sangat cocok digunakan untuk membentuk pikiran anak menjadi teratur. Menurut Sadiman (2009:29) menyatakan bahwa “Media gambar atau media foto adalah media yang paling umum dipakai”. Menurut Hamalik (dalam Parwati, 2013:4) yang “Media gambar adalah salah satu alat yang penting bagi pengajaran dan pendidikan”. Selain itu menurut Arsyad (dalam Parwati, 2013:4) “Media gambar yang digunakan untuk membawa pesan dengan tujuan”.

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Media gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Menurut Farida Nur’ aini (2010:12) “Alam pikir anak adalah gambar. Dengan perkataan lain, bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar”. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri. Agar menjadi efektif, gambar sebaiknya diletakkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan gambar itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Bercerita yang dimaksudkan disini adalah cerita kearifan local daerah Bali yang dalam cerita ini mengandung banyak sekali nilai moral yang cocok untuk diterapkan untuk anak usia dini salah satu contohnya adalah kita bisa mengajak anak untuk tidak sombong dengan apa yang mereka miliki saat ini, kita tidak boleh melawan perintah orang tua, kita tidak boleh berkata kasar kepada teman. Melihat kondisi seperti diatas maka peneliti ingin mengkaji tentang “ Penerapan Cerita Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Pemahaman Moral Anak Usia Dini Kelompok B Semester II Di PAUD Widya Laksmi Tahun Ajaran 2015/2016”. METODE Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Researth (CAR). Agung (2010:24) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Sedangkan Lewin (2008:42) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi”. Penelitian Tindakan Kelas ini

dilakukan dengan menggunakan dua siklus Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di PAUD Widya Laksmi, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dengan jumlah subjek sebanyak 28 orang yang terdiri dari 20 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Definisi variabel operasional dalam penelitian ini adalah metode bercerita ini diterapkan dengan berbagai media, seperti buku cerita bergambar, boneka tangan, boneka jari, panggung boneka, gambar.

Gambar

01.

Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)

Perkembangan moral merupakan perubahan pemahaman, penalaran, perasaan dan perilaku seseorang tentang sesuatu yang dianggap benar dan salah. Untuk mengetahui pemahamn moral anak digunakan teknik observasi. Dalam lembar observasi tersebut memiliki pernyataan kategori sangat mampu, mampu, cukup mampu, tidak mampu dari data yang dihasilkan. Untuk menjelaskan tentang metode observasi dalam buku penghantar

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:27). Observasi dilakukan terhadap kegiatan penelitian dan siswa dalam menerapkan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu pada skor 1 (anak belum berkembang, skor 2 (anak mulai berkembang), skor 3 (anak mulai berkembang sesuai harapan. Agung (2012:67) menyatakan bahwa “metode analisis deskriptif iyalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistic deskriptif”. Rumusrumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka, rata-rata, median, modus, mean, dan standar deviasi. Penggunaan rumus-rumus tersebut, dilakukan untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Senada dengan Koyan (2012:4) “metode analisis deskriptif merupakan menggambarkan atau menganalisi suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi/inferensi”. Jadi dapat disimpulkan hasil paparan diatas bahwa metode analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas hasil belajar anak. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis atau disajikan dalam : a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (Mean) , c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif iyalah “suatu cara pengelolahan data dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenali objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:144). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya pemahaman moral anak yang dikonversikan kedalam

Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Rumus yang digunakan dalam anaalisis ini adalah sebagai berikut :

(1) Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkat Pemahaman Moral Anak Persentase Kriteria Pemaham Moral 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-74 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber (Agung, 2005: 13) Peningkatan pemahaman moral anak ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap refleksi awal, pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman moral sebelum penerapan cerita berbasis kearifan local. Tahap awal ini akan dijadikan skor awal rata-rata pemahaman moral anak sebelum dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran. Hasil dari data ini menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman moral sebelum penerapan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar hanya mencapai skor 42, 88% yang berada pada kategori kurang mampu (0-54 %) yang disajikan dalam grafik polygon sebagai berikut. Grafik polygon pada gambar 2 menunjukkan bahwa Mo
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) 16 14 12 10 8 6 4 2 0

grafik pemahaman moral siklus I anak tampak seperti gambar berikut

GRAFIK POLYGON PRA-SIKLUS

F

7 Mo= 7

8

9 Me= 7,5

10

X

M= 9,42

GRAFIK POLYGON SIKLUS I

12 10 8 6 4 2 0

X

10

11

12

13

Gambar 02. Grafik kemampuan Prasiklus

M= 11,85

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbasis kearifan lokal berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahaman moral anak kelompok B di PAUD Widhya Laksmi. Data hasil data hasil belajar anak pada pemahaman moral disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon serta membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil rata-rata dari pra-siklus ke siklus I sebesar 13,5%, dan mengalami peningkatan juga pada siklus II menjadi 27,00 %. Rata-rata persentase pada prasiklus sebesar 52,33% yang berada pada tingkat penguasaan sangat rendah (0-54%). Rata-rata persentase pemahaman moral juga meningkat pada siklus I yaitu 65,83% yang berada pada tingkat penguasaan sedang ( 65-74). Pada siklus II rata-rata persentase 92,83%yang berada pada tingkat penguasaan sangat tinggi (90-100)%. Oleh Karen aitu penelitian ini dikatakan berhasil karena adanya peningkatan pemahaman moral anak dilihat dari kreteria rendah menjadi sangat tinggi. Peningkatan skor pra-siklus dengan sikluk I adalah 13,5% masuk ke dalam kategori sedang dan dan pra-siklus dengan siklus II adalah 19,95%. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sudah berhasil karena berdasarkan hasil perhitungan skor data siklus II sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Berikut

Mo= 10

14

Me= 11,5

Gambar 03. Grafik kemampuan siklus I Berdasarkan perhitungan grafik polygon diatar terlihat Mo
Gambar 04. Grafik pemahaman moral anak Siklus II

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Karena dianggap belum cukup hanya melakukan I siklus dengan hasil yang sedang maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dimana pada siklus ini sudah ada peningkatan pemahaman moral anak dengan penerapan cerita berbasis kearifan local akan dipaparkan di grafik polygon pada gambar 04. Pada tahap awal, pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman moral sebelum penerapan cerita berbasis kearifan local pada anak kelompok B PAUD Widhya Laksmi berbantuan media gambar. Tahap awal ini akan dijadikan skor awal rata-rata pemahaman moral anak sebelum dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran. Hasil dari data ini menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman moral dalam penerapan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar hanya mencapai skor 42, 88% yang berada pada kategori kurang mampu ( 054 %). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di PAUD Widhya Laksmi pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman moral setelah penerapan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar. Sebelum memberikan tindakan persentase tingkat pemahaman moral pada anak di PAUD Widhya Laksmi tergolong rendah dilihat dari sklas PAP. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat pemahaman moral yang tinggi yaitu ratarata persen sebesar 80% ke atas. Berdasarkan rata-rata persen pada siklus I diperoleh adanya peningkatan pemahaman moral anak setelah penerapan metode bercerita berbasis kearifan lokal berbantuan media gambar sebesar 65,83 % dengan rata-rata persen 65,83% dikatakan belum mencapai kreteria yang ditentukan. Hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan pemahaman moral pada anak dalam penerapan cerita berbasis kearifan local berada pada kreteria sedang, hal ini disebabkan. Karena terdapat kendalakendala sebagai berikut. Anak menyukai

cerita yang dibacakan akan tetapi anak tidak terbiasa menggunakan bahasa Bali, anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru karna anak masih suka mengobrol dengan teman sebangkunya, beberapa anak masih terlihat asik bermain-main pada saat diajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan, masih ada banyak anak yang enggan mau menjawab saat ditanya oleh guru, ada beberapa anak yang takut untuk ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru, hal ini dikarenakan anak-anak belum terbiasa untuk maju dalam ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya atau anakanak jarang disuruh maju untuk memimpin doa atau berbagi cerita. Dengan rata-rata persen sebesar 65,83% Pada siklus I tingkat keberhasilan pemahaman moral anak berbantuan media gambar belum tercapai kreteria keberhasilan oleh karena itu perlu diadakannya perencanaan siklus II. Dari beberapa solusi diantaranya menyelingi dengan Bahasa Indonesia disetiap akhir cerita, menciptakan suasana yang menarik perhatian anak sehingga anak-anak fokus perhatiannya ke depan kelas, kegiatan yang diberikan sesuaikan dengan tahap kemampuan anak, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak untuk tidak takut ke depan kelas dalam melaksanakan printah guru. Dalam perbaikan yang dilakukan pada siklus II terdapat peningkatan ratarata persen sebesar 92,83%. Rata – rata 92,83% sudah mencapai kreteria keberhasilan rata-rata persen yang ditentukan. Tampak adanya peningkatan pemahaman moral dalam penerapan metode bercerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar yang diperoleh dari temuan-temuan sebagai berikut. Secara garis besar proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan oleh peneliti sehingga pemahaman moral dapat tercapai, peneliti memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada yang belum dimengerti oleh anak. Berdasarkan ratarata persen pada siklus II sebesar 92,83% maka dalam penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Peningkatan rata-rata persentase pemahaman moral dalam penerapan cerita

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) berbasis kearifan local berbantuan media gambar dari siklus I ke siklus II sebesar 27%. Penerapan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemaham moral anak, selain itu juga kemampuan moral pada anak dapat meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa penerapakn metode bercerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahamn moral pada anak kelompok B semester II tahun ajaran 2015/2016 di PAUD Widhya Laksmi. SIMPULAN DAN SARAN Setelah melaksanakan penelitian selama kurang lebih satu bulan, pada saat hari pertama melakukan observasi dan penelitian, penulis menemukan kendalakendala setelah melaksanakan penelitian siklus I antara lain anak menyukai cerita yang dibacakan akan tetapi anak belum tyerbiasa menggunakan bahasa Bali, Anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru karna anak masih suka mengobrol dengan teman sebangkunya, beberapa anak masih terlihat asik bermain-main pada saat diajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan, masih ada banyak anak yang enggan mau menjawab saat ditanya oleh guru, ada beberapa anak yang takut untuk ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru, hal ini dikarenakan anak-anak belum terbiasa untuk maju dalam ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya atau anakanak jarang disuruh maju untuk memimpin doa atau berbagi cerita. Ada beberapa solusi yang peneliti lakukan diantaranya menyelingi setiap akhir cerita dengan menggunakan bahasa Indonesia, menciptakan suasana yang menarik perhatian anak sehingga anak-anak fokus perhatiannya ke depan kelas, kegiatan yang diberikan sesuaikan dengan tahap kemampuan anak, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak untuk tidak takut ke depan kelas dalam melaksanakan printah guru. Oleh karena pemahaman moral anak masih dalan kreteria sedang maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II, pada

siklus II anak mulai aktif untuk bertanya saat mendengarkan cerita berbasis kearifan lokal hal ini dikarenakan gambar yang digunakan lebih banyak dan bervariasi. Dalam perbaikan yang dilakukan pada siklus II terdapat peningkatan rata-rata persen sebesar 92,83%. Rata – rata 92,83% sudah mencapai kreteria keberhasilan rata-rata persen yang ditentukan. Tampak adanya peningkatan pemahaman moral dalam penerapan cerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar yang diperoleh dari temuan-temuan sebagai berikut. Secara garis besar proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan oleh peneliti sehingga pemahamn moral dapat tercapai, peneliti memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada yang belum dimengerti oleh anak. Berdasarkan ratarata persen pada siklus II sebesar 92,83% maka dalam penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Peningkatan rata-rata persentase pemahaman moral dalam penerapan metode bercerita berbasis kearifan local berbantuan media gambar dari siklus I ke siklus II sebesar 27%. Berdasarkan hasil dan mebahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada siswa, disarankan dalam melakukakan kegiatan pembelajaran lebih kreatif dan aktif, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan susasana pembelajaran yang menyenangkan. Kepada kepala TK, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan pemahamn moral anak dan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A.G. 2012, Metodologi Penelitian Pendidikan. Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Arikunto.

Sudardjono. Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kanca, I.Nyoma. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. Koyan, I.W. 2012. Statistika Dasar dan Lanjut (Teknik Abalis Data dan Kuantitatif). Singaraja: Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2011. FIS Undiksha: Universitas Pendidikan Ganesha. Santrock, John. W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.