JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Titin Vegirawati Universitas IBA Palembang
Abstract To complete the audit report, auditors must gather sufficient evidence. so that auditors do not have to collect all audit evidence. Auditors can use the sample. There are two main methods that can be used in taking samples, ie non-statistical sampling and statistical sampling. Both public accountant, government auditors and internal auditors in some countries more often used nonstatistical sampling. Hesitations were set aside to use statistical sampling lies in the understanding of the method. Although not yet widely used, auditors have started a lot of training the use of statistical sampling. Because it is believed that the use of statistical sampling does not cause a lot of problems compared to nonstatistical sampling. Keywords : Audit Evidence, Statistical Sampling, Nonstatistical Sampling.
PENDAHULUAN Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002) Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup. Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang disebut dengan sampel. Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling). Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Selain sampling non statistical auditor dapat juga mengunakan sampling statistik (statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.
46
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
Pemilihan teknik sampling yang digunakan oleh auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang auditor menggunakan metode sampling audit antara lain keahlian menggunakan metode audit sampling, persepsi terhadap metode audit sampling dan risiko audit. Telaah Literature: Audit Setiap badan usaha baik yang bertujuan untuk memaksimalkan laba maupun nirlaba membutuhkan audit. Audit dapat dilakukan oleh Auditor eksternal juga oleh auditor internal. Biasanya auditor eksternal melakukan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk menjamin keandalan laporan keuangan perusahaan tersebut. Sedangkan audit yang dilakukan oleh pihak internal selain bertujuan juga untuk menjamin keandalan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan, audit tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan peraturan dan perundangan. Audit internal dapat juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan. Mengingat penting audit atas asersi suatu entitas, maka audit harus dilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap yang terstruktur. Proses audit atas laporan keuangan dibagi dalam tahap-tahap berikut: 1. Penerimaan perikatan Audit: Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesional. 2. Perencanaan Audit: Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam merencanakan audit adalah memahami bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitik, mempertimbangkan tingkat materialitas awal, mempertimbangkan risiko bawaan, mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama, mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan, memahami pengendalian intern klien. 3. Pelaksanaan Pengujian Audit: Tahap pelaksanaan pengujian disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. 4. Pelaporan Audit: Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit. Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini: (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.
47
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
Bukti Audit Untuk menyajikan laporan audit atau memberikan opini atas laporan keuangan suatu perusahaan, auditor membutuhkan bukti-bukti audit. Menurut Mulyadi ( 2002:74)Bukti Audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Tipe bukti audit dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu data akuntansi dan informasi penguat. Data akuntansi terdiri dari pengendalian intern dan catatan akuntansi. Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya. Jika auditor yakin bahwa perusahaan telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan catatan akuntansi terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan keuangan tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan (1) menganalisis dan mereview, (2) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3) menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti bukti fisik, bukti dokumenter, bukti perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan rasio dan bukti dari spesialis. Informasi penguat diperoleh melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat. Populasi dan sampel Sebelum melakukan pengujian, baik pengujian pengendalian maupun pengujian substantif, auditor harus mengumpulkan bukti. Bukti yang dapat digunakan sebagai pendukung laporan audit adalah seluruh data akuntansi dan informasi penguat yang digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan. Seluruh bukti ini merupakan populasi bukti audit. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112) Populasi merupakan kumpulan seluruh obyek yang ingin kita ketahui besaran karakteristiknya. Pengujian dengan menggunakan seluruh anggota populasi dapat menghasilkan hasil yang akurat, karena dikumpulkan dari semua bukti. Tetapi penggunaan populasi memakan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk menghemat waktu sekaligus menghemat biaya, dan mendapatkan informasi yang dapat digeneralisir dengan data populasi, auditor dapat menggunakan sampel. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112) sampel adalah sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan
48
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
kemudian diteliti. Hasil penelitian atas sampel kemudian digeneralisasi bagi keseluruhan populasi. Dengan demikian sampel yang digunakan harus representatif (bersifat mewakili populasi). Alasan Menggunakan Sampel Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan pertama menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah daripada menggunakan populasi, alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang lebih sedikit, maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan tersedinya elemen populasi. Menurut Gaffort dan Charmichael (1984) baik nonstatistical sampling maupun statistical sampling mempunyai dasar karakteristik sebagai berikut: 1. Penggunaan sampel dapat menekan biaya 2. Dapat dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan audit, apakah suatu akun secara material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi. 3. Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam menentukan deviasi standar atas populasi Disamping ciri dasar di atas, ada kelemahan-kelemahan dalam menggunakan sampel yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat suatu unsur ketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut risiko sampling (sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006:369) Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak mewakili populasi, sehingga sebagai akibatnya atas dasar sampel tersebut auditor menarik kesimpulan yang salah atas saldo akun atau kelompok transaksi. Sampling Audit Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non statistical dan statistik. Pada non statistical, auditor tidak menggunakan teknik menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampling statistik (statistical sampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuan mencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan dan pengevaluasian bukti sampel. Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006: 374) keuntungan utama dari sampling statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancang ukuran sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi risiko sampling. Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah adanya tambahan biaya untuk (1) pelatihan auditor dalam menggunakan teknik sampling yang memadai, (2) perancangan dan pelaksanaan penerapan sampling dan (3) kurangnya konsistensi penerapan antara tim audit karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya. Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
49
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
Tabel 1. Cara Pengambilan Bukti Audit Tipe Sampel
Contoh Penerapan Sampel
Cara Pemilihan Sampel
1. Sampel 100%
Semua faktur penjualan di Unsur Kunci atas Rp 400.000 diperiksa oleh auditor 2. Judgement Semua faktur Penjualan Pertimbangan auditor Sampling yang dibuat mulai bulan juni s.d. September 19X1 3. Representatif Lima puluh faktur Acak sample penjualan yang dibuat dalam tahun yang diaudit 4. Statistical Enam puluh faktur Acak Sample penjualan yang dibuat dalam 10 bulan pertama dalam tahun yang diaudit Sumber : Mulyadi
Pengambilan Kesimpulan didasarkan Konklusif
Pertimbangan Auditor Pertimbangan Auditor Matematik
Statistical Sampling Models Statistical sampling dibagi menjadi dua: attribute sampling dan variabel sampling. Attribute sampling atau disebut pula proportional sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengujian), sedangkan variabel sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun ( dalam pengujian substantif). A. Attribute Sampling Model: Ada tiga model attribute sampling: 1. Fixed-sample-size attribute sampling 2. Stop or go sampling 3. Discovery sampling 1. Fixed-sample-size attribute sampling: Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Misalnya, dengan model ini auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak dilampiri bukti pendukung yang lengkap. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan). Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut: a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern. Attribute adalah karakteristik yang bersifat kualitatif suatu unsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian pengendalian, attribute adalah penyimpangan
50
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
dari atau tidak adanya unsur tertentu dalam suatu pengendalian intern yang seharusnya ada. b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila attribute telah ditentukan, auditor harus menentukan populasi yang akan diambil, misalnya kelompok dokumen apa yang akan diambil. c. Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dari populasi tersebut secara statistik, maka auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1. Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence level atau disingkat R%. Tingkat keandalan adalah probabilitas benar dalam mempercayai efektivitas pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor memilih R= 95% berarti bahwa ia mempunyai risiko 5% untuk mempercayai suatu pengendalian intern yang sebenarnya tidak efektif. 2. Penaksiran persentase, terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran ini didasarkan pada pengalaman auditor di masa yang lalu atau dengan melakukan percobaan. 3. Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precision limit atau DUPL) 4. Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnya sampel. d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukan besarnya sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan anggota populasi yang akan menjadi sampel. Agar setiap anggota populasi dapat menjadi sampel, maka auditor dapat menggunakan tabel acak. e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern. Langkah selanjutnya adalah memeriksa attribute yang telah ditentukan sebelumnya pada sampel yang akan diambil. Auditor harus mencatat berapa kali menemukan attribute yang tidak sesuai dengan pengendalian intern yang telah dilakukan. f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila auditor telah mendapatkan jumlah tingkat kesalahan dalam attribute, maka auditor dapat membandingkan tingkat kesalahan dalam sampel tersebut dengan menggunakan tabel Achieved Upper Precision Limit (AUPL). AUPL akan dibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksa merupakan unsur sistem yang efektif. 2. Stop or Go Sampling Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan ia akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan model attribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling. Dalam stop or go sampling ini, jika audior tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop or go sampling adalah sebagai berikut:
51
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada tahap ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop or go sampling ini menyarankan auditor untuk memilih tingkat kepercayaan 90%, 95% atau 99%. b. Gunakan tabel Besarnya Sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil oleh auditor dengan bantuan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian. Jika pengendalian intern baik, auditor disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95% dan menggunakan desires upper precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada umumnya dalam pengujian pengendalian, auditor tidak pernah memilih besarnya sampel kurang dari 60. c. Buat tabel stop or go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan. Dalam tabel stop or go decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel. 3. Discovery Sampling Umumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery sampling adalah: 1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau mendekati nol persen 2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang serius dalam laporan keuangan. Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut. Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagai berikut: 1. Tentukan attribute yang akan diperiksa 2. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya 3. Tentukan tingkat keandalan 4. Tentukan desired upper precision limit 5. Tentukan besarnya sampel 6. Periksa attribute sampel 7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel. B.
Variable Sampling Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan yaitu melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau
52
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variabel sampling digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel dikalikan dengan besarnya populasi ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi: a. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar. b. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling Variabel Sampling Untuk Uji Hipotesis Baik dengan menggunakan nonstatistical sampling maupun statistical sampling, pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap berikut ini: 1. Penentuan tujuan pengambilan sampel 2. Penentuan populasi 3. Penentuan sampling unit 4. Penentuan besarnya sampel 5. Penentuan metode pemilihan sampel 6. Pemeriksaan sampel 7. Evaluasi hasil sampel Penerapan Metode Sampling Audit Metode sampling dalam melaksanakan audit sudah digunakan secara luas, baik oleh auditor internal maupun auditor eksternal (akuntan publik). Menurut Gaffort dan Charmichael (1984) pada dasarnya ada dua jenis audit sampel yaitu statistical sampling san nonstatistical sampling. Meskipun sebagian auditor lebih memilih nonstatistical sampling sebagai judgmental sampling, sekarang telah bergeser, karena pertimbangan dibutuhkan baik menggunakan metode sample statistik dan metode nonstatistik. Perbedaan utama antara statistical dan nonstatistical sampling adalah terletak pada pengukuran semua karakteristik evaluasi secara ketat tergantung pada teori probabilitas. Kedua metode audit sampel memenuhi syarat berikut: 1. Menyeleksi sampel yang representatif 2. Menentukan ukuran sampel 3. Menentukan tingkat kesalahan yang dapat diterima sebagai risiko sampel. Dalam penerapannya, nonstatistical sampling lebih banyak digunakan oleh auditor dalam menentukan sampel. Bamett (1986) meneliti 78 auditor dari 30 perusahaan akuntan publik yang ada di Southeast. Hasilnya 83% dari perusahaan akuntan publik tersebut menggunakan metode nonstatistik sampling. Sedangkan Sebuah studi yang dilakukan Hitzig (1995) pada 800 Kantor Akuntan di New York menunjukkan 95,7% responden menggunakan sampling audit. Dari jumlah tersebut 93,9% responden menggunakan sampling non statistik dan hanya 38,7% responden yang menggunakan sampling statistik. Ini berarti 56,4% responden hanya menggunakan sampling non statistik. Penelitian yang dilakukan Hallet al.( 2000) terhadap 300 KAP, 200 perusahaan publik dan 100 instansi pemerintah menunjukkan bahwa metode sampling non statistik digunakan sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling audit. Penelitian Hall et al. (2000) dengan enam ratus responden dari KAP, perusahaan publik, dan instansi pemerintah yang diteliti, metode sampling non statistik digunakan
53
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling audit. Raharja (2005) yang melakukan penelitian di BPK menyatakan bahwa 70,5% responden tidak menggunakan metode sampling statistik. Oleh karena itu sebaiknya BPK melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas perencanaan sampling, terutama yang berkaitan dengan teknikteknik untuk mengatasi bias pada sampling non statistik. Sampling non statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik. Seiring dengan hasi-hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Maingot dan Quon ( 2009) di Toronto Stock Exchange (TSX), mengatakan bahwa hanya 15% dari perusahaan yang mempunyai departemen akuntansi telah menggunakan statistik dalam menentukan besarnya sampel, 23% telah menggunakan metode seleksi random sample, dan hanya 10% yang menggunakan statistik dalam menggunakan evaluasi. Meskipun persentasi yang menggunakan audit sampling masih rendah, namun hampir separuh responden melaporkan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan audit sampling dan metode evaluasi. Dibandingkan dengan TSX, Perusahaan yang terdaftar di U.S. Exchange lebih banyak yang menggunakan audit sampling. Jika dibandingkan antara metode sampling non statistik dan statistic sampling, Halim (2001) mengatakan bahwa sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya daripada sampling non statistik. Alasannya karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sedang menurut Guy (1981) ada empat kelebihan sampling statistik; a. Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan sampel. b. Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly manner) dibandingkan dengan sampling non statistik c. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidakover s tat ed atauunder stated, dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis. d. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai populasi sampel. Sedangkan Tatum dan Akresh (1988) yang melaporkan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh AICPA. pada 15 perusahaan akuntan publik terbesar. Ternyata hasil penelitian menunjukkan lebih banyak masalah dalam implementasi SAS No. 39 ketika menggunakan nonstatistical sampling dibandingkan statistical sampling. Hall et al. (2002) mengungkapkan bahwa dalam menggunakan sampling non statistik sebagian besar responden belum melakukan upaya-upaya untuk mengurangi bias personal. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Sampling Audit Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan sampling audit: 1. Keahlian menggunakan metode audit sampling. Sebagian besar perusahaan-perusahaan akuntan publik (Bamett 1986) dan akuntan intern (Maingot dan Quon 2009) menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keahlian yang rendah dalam menggunakan audit sampling. Sementara itu penelitian Silaban (1993) menyimpulkan bahwa mayoritas akuntan publik belum memahami penggunaan sampling statistik untuk pemeriksaan. Dan tingkat pemahaman tersebut berhubungan positif dengan penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling
54
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
statistik oleh auditor Informasi lain dikumpulkan oleh (Maingot dan Quon 2009) baru hampir separuh responden mengikuti pelatihan audit sampling dan metode evaluasi. 2. Persepsi auditor terhadap metode sampling statistik dan persepsi auditor terhadap risiko audit. Penelitian Zarkasyi (1992) menemukan bahwa persepsi auditor mempengaruhi rendahnya hubungan dependensi dengan frekuensi penerapan metode sampling statistik. Jika persepsi auditor baik teerhadap metode sampling statistik, kemungkinan mereka menggunakan sampling statistik semakin besar. Jika persepsi auditor buruk maka cenderung menghindari sampling statistik. Bedingfield (1974) dalam Arkin (1982) menyatakan bahwa dampak berkembangnya tuntutan hukum terhadap KAP mengawali atau memperluas penggunaan sampling statistik. Menurut Tucker dan Lordi (1997) sejak awal penyelidikan metode sampling statistik oleh AICPA, mereka sangat menyadari implikasi hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan menurut kedua peneliti tersebut ketidakpuasan terhadap metode sampling tradisional dan keraguan terhadap kemampuan bertahan pendekatan sampling tradisonal terhadap serangan ahli statistik di pengadilan telah menjadi katalis berkembangnya sampling statistik. Dalam penelitian sebelumnya (Zarkasyi, 1992) menyebutkan bahwa penggunaan metode statistik mempunyai hubungan dependensi dengan persepsi auditor terhadap risiko audit. Hall et al. (2002) dalam pengembangan penelitian berikutnya, menyarankan antara lain penyelidikan pengaruh persepsi audit pada pemilihan teknik sampling dan evaluasinya. Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung menggunakan metode yang menurutnya lebih obyektif dan lebih bertahan. Jika auditor menganggap risiko audit tinggi kemungkinan ia menggunakan sampling statistik semakin besar. PENUTUP Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan auditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang akurat dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu. Auditor dapat menggunakan Audit sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu nonstatistik sampling dan statistik sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal, auditor eksternal maupun auditor pemerintah lebih banyak menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor kemampuan auditor menggunakan audit sampling, persepsi auditor terhadap metode audit sampling dan persepsi terhadap risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pula bahwa auditor yang menggunakan nonstatistical sampling tidak memperhitungkan bias dalam evaluasinya. Penggunaan nonstatistical sampling juga terbukti lebih banyak menimbulkan masalah dibanding penarikan sampel dengan menggunakan statitical sampling. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya statistical sampling merupakan metode yang lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu auditor perlu menambah wawasan dan training berkaitan dengan metode ini. Auditor yang memahami statistical sampling mempunyai kemauan yang tinggi untuk menggunakannya, sedangkan yang tidak memahami cenderung menghindari metode tersebut.
55
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit
VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011
DAFTAR PUSTAKA Akresh, A. D., and K. W. Tatum. 1988. Audit sampling—dealing with the problems. Journal of Accountancy (December). pages58—64. American Accounting Association. Comittee on Basic Auditing Concept, “ A Statement of Basic Auditing Concepts” (Sarasota, FL: AAA, 1973) Bamett, A. H., and W. J. Read. 1986. Sampling in small business audits. Journal of Accountancy (January). pages78-80, 82, 84, 86-88. Cooper, Donald R, Pamela S Schindler, 2006, Metode riset Bisnis, Volume 2 Edisi 9, alih bahasa Budijanto dan Didik Djunaedi, Jakarta, PT. Media Global Edukasi Gafford W Wade dan Carmichael D.R. 1984. Materiality, Audit Risk and Sampling: A Nuts and Bolts Approach. Journal of Accountancy. October. Pages 109-118 Hall, Thomas W, James E Hunton dan Bethane Jo Pierce. 2002. “Sampling practices of auditors in public accounting, industry, and government.” Accounting Horizons; Jun; 16, 2; pg. 125-136 Hitzig, N. 1995. “Audit sampling: A survey of current practice.” The CPA Journal (July):54-57 Maingot, Michael, dan Tony K Quon. 2009. Sampling Practites of Internal Auditors at Corporation on the Standard & Poor’s Toronto Stock Exchange Composite Index. Accounting Perspective/Perspective Comptables Vol.8 No.3 pages 215-234 Messier, William F, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2006. Auditing and Assurance Services A Systematic Approach. Buku satu, Edisi 4, Jakarta. Salemba Empat Mulyadi. 2002. Auditing buku 1edisi 6. Salemba Empat. Jakarta. Raharja Surya. Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode sampling Audit oleh Auditor BPK, 2005 SNA VIII Solo Silaban, Adanan. 1993. “Studi Empiris Pemahaman Akuntan Publik tentang Penggunaan Metode Sampling Statistik Untuk Pemeriksaan Akuntan.” Tesis S2. Program Magister Sains.UGM. Yogyakarta. Tatum, K. W. 1987. Solving audit sampling problems. The CPA Journal (August). pages 91-97. Zarkasyi, Wahyudin. 1992. “Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dependensi dengan rendahnya frekuensi penerapan metode sampling statistis untuk pemeriksaan
56