GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KOMPETENSI SAINS SISWA Yuvita Oktarisa1 Pendidikan Fisika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email:
[email protected]
1
Abstract This research is aimed to investigate the improvement of mastery concept and students’ science competences by using the implementation of Learning Based Experience model complement with multimedia as well as its correlation for both mastery concept and science competences of the students. The research using quasi experiment with pretest and posttest control group design as a method, where 28 students taken as experiment class with Learning Based Experienced model complement with multimedia and others 28 students taken as control group with Learning Based Experienced model only. After giving treatment in three times at Momentum Impulse topic, the N-gain score for mastery concept in experiment and control class are 0,56 and 0,38, and 0,44 and 0,29 for science competences. N-Gain score showed that model of Based Experience Learning complement with multimedia giving more impact for improvement of mastery concept and science competences of students than using only Learning Based Experienced. Hypotheses test shown that t score by t calculation have a bigger result than t table for mastery concept and science competences which 3,940 and 5,396 with value of α significant 0.000, which means the hypothesis was accepted. On the other hand, the result of Pearson test with r≠0, has 0,396 shown that there are enough correlation between mastery concept and science competences. Key word: learning based experience with multimedia, mastery concept, science competences Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan kompetensi sains siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Berbantuan Multimedia (PFBP-BM) serta hubungan diantara keduanya. Penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan pretest-postest control group design dimana 28 siswa mendapat perlakuan model PFBP-BM sebagai kelas eksperimen dan 28 siswa mendapat perlakuan model PFBP sebagai kelas control. Setelah dilakukan pembelajaran pada topik Momentum Impuls, diperoleh N-gain untuk penguasaan konsep kelas eksperimen 0,56 dan 0,38 untuk kelas kontrol. Untuk kompetensi sains N-gain kelas eksperimen 0,44 dan 0,29 untuk kelas kontrol. N-gain ini membuktikan bahwa model PFBP-BM dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan kompetensi sains dibandingkan dengan model PFBP. Pengujian hipotesa menunjukan, nilai t hitung lebih besar dari t tabel secara berurutan untuk penguasaan konsep dan kompetensi sains yaitu 3,940 dan 5,396 dengan nilai signifikasi α 0.000, sedangkan korelasi antara penguasaan konsep dan kemampuan sains ditunjukan dengan hasil pengujian korelasi pearson dengan nilai r≠0, yaitu 0,396. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesa diterima dan terdapat hubungan dengan kategori cukup antara penguasaan konsep dan kompetensi sains. Kata Kunci: pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia, penguasaan konsep, kompetensi sains
45 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
Hasil studi pendahuluan yang
PENDAHULUAN Penguasaan
dan
dilakukan
kemampuan literasi sains merupakan
menengah
dua tujuan pendidikan sains
yang
pembelajaran fisika yang berlangsung di
tercantum dalam Permendiknas No. 22
kelas belum secara optimal melatihkan
tahun
isi.
aspek-aspek penguasaan konsep dan
sains
kompetensi sains. Hal ini didukung oleh
merupakan cikal bakal dari kemampuan
hasil penelitian Eko hariadi (2009) yang
literasi
penguasaan
menyatakan bahwa kurangnya pelatihan
konsep dan kemampuan kompetensi
mengenai aspek penguasaan konsep dan
sains merupakan dua kemampuan yang
kompetensi
harus
rendahnya hasil pengukuran terhadap
2006
konsep
tentang
Kemampuan
standar
kompetensi
sains,
sehingga
ditingkatkan.
Melalui
proses
di
beberapa
sekolah
menunjukkan
bahwa
sains
mengakibatkan
pembelajaran sains, siswa diharapkan
dua
mampu
kamampuan
penguasaan
dan
juga
domain kognitif yang dikembangkan
kemampuan literasi sains. Kementerian
Bloom dan direvisi oleh Anderson pada
pendidikan dan kebudayaan Republik
tahun 2001 (Anderson, Krathwohl, et
Indonesia (2012) menunjukkan bahwa
al., 2001),
rata-rata hasil ujian nasional bidang
(remembering atau C1), memahami
studi fisika pada jenjang pendidikan
(understanding atau C2), menerapkan
menengah pada tahun 2012 mengalami
(applying
atau
C3),
menganalisa
penurunan
(analyzing
atau
C4),
mengevaluasi
penguasaan
memiliki konsep
dari
46
tahun
sebelumnya,
kemampuan
tersebut.
konsep
mengacu
yaitu
Aspek pada
mengingat
demikian juga dengan hasil pengukuran
(evaluating atau C5), dan menciptakan
kemampuan
(creating
literasi
sains
dalam
atau
C6). sains
Sedangkan
Programme for International Student
kompetensi
merupakan
Assessment (PISA) pada tahun 2012
kemampuan siswa yang meliputi 3
menunjukkan bahwa rata-rata perolehan
aspek, yaitu konten, proses dan konteks.
PISA Indonesia sangat rendah, yaitu
Aspek konten merupakan kemampuan
382 dari rata-rata internasional 501 dan
siswa mengenai pengetahuan yang ada
berada pada urutan ke 64 dari 65 negara
dalam materi sains yang dipelajari.
peserta.
Aspek proses sains kemampuan siswa dalam proses penemuan suatu konsep,
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
dan
konteks
sains
kemampuan
merupakan
siswa
dalam
Berbasis
Pengalaman
Modifikasi
yang
(PFBP).
dilakukan
menambahkan
adalah
mengaplikasikan konsep-konsep fisika
dengan
dalam kehidupan sehari-hari (Holbrook,
multimedia
2009).
pembelajaran. Dalam penelitian yang
dalam
penggunaan
beberapa
berjudul
siswa
Berbasis Multimedia terhadap Hasil
sehari-hari dengan konsep-konsep fisika
Belajar Fisika” (Wiendartun, 2007:7)
yang dipelajari. Salah
model
menyebutkan
pembelajaran yang dibangun dengan
menggunakan
prinsip-prinsip di atas adalah model
meningkatkan hasil belajar siswa. Ini
pembelajaran
pengalaman
menjadi pertimbangan peneliti dalam
(Kaniawati, 2011). Ciri khas dari model
menggunakan multimedia pada model
pembelajaran ini adalah pembelajaran
PFBP. Penerapan model pembelajaran
dimulai
fisika berbantuan multimedia (PFBP-
menghubungkan
pengalaman
berbasis
dengan
pengalaman
satu
siswa
menghadirkan dan
kemudian
BM)
“Pengaruh
fase
dapat
Pembelajaran seharusnya
bahwa
Pembelajaran
pembelajaran
multimedia
dilakukan
untuk
dapat
melatihkan
pengalaman tersebut diselidiki dengan
seluruh aspek yang terdapat dalam
pendekatan
inkuiri.
Pembelajaran
kompetensi sains. Sedangkan karena
berbasis
inkuiri
merupakan
keterbatasan waktu penelitian aspek
pembelajaran yang berlandaskan metode
domain kognitif yang dilatihkan dan
ilmiah. Aktivitas yang terdapat dalam
diukur pada penelitian ini hanya terbatas
metode
pada
ilmiah
menemukan
adalah,
domain
remembering
(C1),
merumuskan
understanding (C2), applying (C3) dan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui
analyzing (C4). Hubungan fase-fase
eksperimen,
model PFBP-BM dengan aspek-aspek
kesimpulan. dilakukan
masalah,
observasi,
sehingga Dalam
diperoleh
penelitian
modifikasi
ini
dalam
kompetensi
sains
dan
47
penguasaan
konsep dapat dilihat dalam Tabel 1.
pelaksanaan model Pembelajaran Fisika
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
48
Tabel 1. Hubungan model PFBP-BM, Penguasaan Konsep dan Kompetensi Sains Siswa NO
Tahapan Model PFBP-BM Orientasi siswa pada pengalaman nyata Penyajian model dari peristiwa dan fenomena fisis yang dialami siswa Penanaman konsep melalui pemberian pengalaman langsung melalui inkuiri sains Penjelasan fisis dari peristiwa atau kejadian yang dialami siswa
1 2
3
4
Penguatan belajar
5
dan
tindak
lanjut
Komponen Penguasaan Konsep Remembering (C1), Understanding (C2) Remembering (C1), Understanding (C2)
Komponen kompetensi sains Konteks
Applying (C3), Analyzing (C4), Understanding (C2)
Konten, Konteks
Proses,
Remembering (C1), Understanding (C2), Applying(C3), Analyzing (C4) Remembering (C1), Understanding (C2), Applying(C3), Analyzing (C4)
Proses, Konteks
Konten,
Konten, Konteks
Konten. Konteks
Untuk mengetahui
METODE Desain penelitian yang digunakan
penguasaan konsep dan kompetensi
adalah Pretest-postest control group
sains,
design
instrumen
(Sugiyono,
2011),
dimana
peningkatan
kedua
kelas
yang
diuji
sama.
dengan Pengaruh
penentuan kelas kontrol dan eksperimen
perlakuan yang dilakukan terhadap dua
dilakukan secara acak pada empat kelas
kelas tersebut dilihat dari hasil tes awal
yang memiliki kemampuan yang sama.
dan tes akhir. Pada kelas eksperimen
Dua kelas dipilih, satu kelas akan
diterapkan model PFBP-BM, sedangkan
menjadi kelas kontrol dan kelas yang
kelas kontrol diterapkan model (PFBP).
lain akan menjadi kelas eksperimen.
Dalam
Desain penelitian yang dilakukan dapat
beberapa
dilihat dalam tabel 2.
informasi mengenai penguasaan konsep,
penelitian data
ini, yang
diperlukan memberikan
kompetensi sains dan keterlaksanaan Tabel 2. Desain Penelitian
model
Kelompok
Tes
Perlakuan
Tes
Eksperimen Kontrol
E K
X1 X2
E K
Keterangan : E : Tes awal dan tes akhir kelas eksperimen K : Tes awal dan tes akhir kelas kontrol X1 : Model PFBP-BM X2 : Model Pembelajaran Fisika Berbasis Pengalaman (PFBP)
PFBP-BM.
digunakan
Instrumen
untuk
yang
mendapatkan
informasi mengenai penguasaan konsep dan kompetensi sains adalah soal tes pilihan ganda sedangkan keterlaksanaan model diamati melalui lembar observasi keterlaksanaan
model.
Sebelum
instrumen untuk menjaring kemampuan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
penguasaan konsep dan kompetensi
49
Tabel 3. Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
sains digunakan, setiap soal harus Nilai
melalui beberapa tahapan pengujian.
Klasifikasi Tinggi
Setelah melalui tahap validasi isi oleh
Sedang
dosen ahli, soal tes diberikan pada siswa yang
telah
Momentum
mendapatkan Impuls
materi
sebelumnya,
kemudian soal mengalami uji validasi, reliabilitas,
taraf
kemudahan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Keterlaksanaan
analisis daya pembeda soal. Untuk
Rendah
Model
dan
pengamatan
yang
Instrumen
melihat
efektivitas
terhadap
peningkatan
Dari
penguasaan konsep dan kompetensi
dilakukan
sains dilakukan analisis terhadap nilai
keterlaksanaan
rata-rata gain ternormalisasi skor
keterlaksanaan model PFBP-BM selama
posttest dan pretest baik antara kelas
tiga
eksperimen dan kelas kontrol maupun
ekperimen adalah 96%, 86% dan 96%.
diantara
aspek
Sedangkan keterlaksanaan aktifitas dan
penguasaan konsep dan kompetensi
keterlaksanaan model PFBP selama tiga
sains. Rumusan gain ternormalisasi
kali pertemuan pada kelas kontrol
tersebut adalah sebagai berikut:
adalah 94%, 84% dan 91%.
pembelajaran
masing-masing
kali
Hasil
hasil
observer
diketahui
aktifitas
pertemuan
realibilitas
dan
pada
kelas
menunjukkan
bahwa soal penguasaan konsep dan dengan
=
skor posttest
kompetensi sains berada pada kategori tinggi
=
skor pretest
Interpretasi terhadap nilai gain ternormalisasis ditunjukan oleh Tabel 3 berikut ini.
dengan
angka
realibilitas
penguasaan konsep 0,745 pada kategori tinggi dan kompetensi sains 0,642 pada kategori
tinggi.
Sedangkan
Untuk
penguasaan konsep dari 21 soal yang diuji cobakan 6 soal dibuang, 15 soal digunakan
untuk
penelitian.
Untuk
kompetensi sains dari 23 soal, empat
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
soal
dibuang,
19
soal
50
digunakan.
penggunaan model PFBP-BM lebih
Sumber data tes penguasaan konsep dan
efektif dalam meningkatkan penguasaan
kompetensi sains adalah siswa dengan
konsep
teknik pengumpulan data yaitu dengan
eksperimen dibandingkan pembelajaran
pemberian tes awal dan tes akhir
FPBP pada kelompok kontrol. Uji
menggunakan soal pilihan ganda. Untuk
normalitas yang dilakukan pada derajat
keterlaksanaan
pembelajaran
kebebasan 26 dengan taraf signifikasi
jenis instrumen yang digunakan adalah
0,05, memperoleh nilai Sig α > 0,05,
lembar observasi keterlaksanaan model
yaitu 0.890 pada kelas eksperimen dan
dengan sumber data adalah guru.
0.793 pada kelas kontrol sehingga data
model
siswa
pada
kelompok
terdistribisi secara normal dan dilakukan uji
Hasil Penguasaan Konsep
statistik
lanjutan
yaitu
uji
Perbandingan rata-rata skor pre-
homogenitas. Uji homogenitas hasil N-
tes, post-tes, dan gain ternormalisasi
gain penguasaan konsep memiliki nilai
kelompok eksperimen dan kelompok
Sig α > 0.05, yaitu 0.602, sehingga N-
kontrol pada penguasaan konsep siswa
gain di kedua kelas tersebut berasal dari
ditunjukan oleh Gambar 1 berikut ini.
varians
yang
homogen.
Setelah
diketahui data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesa dengan
menggunakan
Perbedaan
Rerata
uji Skor
t,
uji
N-gain
Penguasaan Konsep. Berdasarkan uji Gambar 1. Perbandingan Rerata Skor Pre-tes, Post-tes, dan N-gain Penguasaan Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
perbedaan
rerata
n-gain
penguasaan konsep diperoleh nilai Sig. (2-tailed) α
Nilai gain ternormalisasi pada
skor
akibatnya
< 0,05, H0
yaitu 0,000,
ditolak.
Analisa
penguasaan konsep untuk kelompok
berikutnya ditinjau dari hasil thitung yang
eksperimen adalah 0,56 dalam kategori
dibandingkan dengan ttabel. thitung adalah
sedang,
gain
3,940 sedangkan ttabel 2,000, thitung lebih
ternormalisasi untuk kelompok kontrol
besar dari ttabel atau jatuh pada daerah
adalah 0,38 dalam kategori sedang.
penerimaan Ha maka Ha diterima dan H0
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ditolak.
sedangkan
nilai
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
Berdasarkan hasil tersebut, dapat
peningkatan
diseluruh
aspek
ranah
disimpulkan bahwa penggunaan model
domain kognitif. Begitu juga dengan
PFBP-BM dapat lebih meningkatkan
kelas eksperimen, kelas ini mengalami
penguasaan konsep siswa dibandingkan
peningkatan
dengan siswa yang mendapatkan model
kognitif.
PFBP.
Untuk
Berikut ini (Gambar 2) disajikan profil
disetiap
peningkatan
aspek
aspek
(remembering,
C1)
domain
mengingat N-gain
aspek
didapatkan
antara
kelas
adalah 0,67 sedangkan N-gain untuk
eksperimen dan kelas control meliputi:
kelas kontrol adalah 0,51. Pada kedua
remembering
Understanding
kelas, aspek C1 mendapatkan N-gain
(C2); Applying (C3); dan Analyzing
lebih tinggi dari aspek domain kognitif
(C4).
yang lain. Untuk kelas kontrol N-gain
konsep
(C1);
kelas
yang
per
penguasaan
oleh
51
eksperimen
C1-nya adalah 0,51 sedangkan kelas eksperimen N-gain C1-nya adalah 0,67 keduanya ada pada tingkatan sedang. Dari
tahapan
pembelajaran
yang
dilakukan pada kedua kelas, beberapa fase
model
PFBP
menunjang
peningkatan C1. Data menunjukkan Gambar 2. N-Gain masing-masing Aspek Kognitif untuk Penguasaan Konsep
bahwa kemampuan C1 dapat dilatihkan dengan optimal hal ini terlihat dari perolehan
Dari hasil pengolahan data dapat
N-Gain
yang
ada
pada
kategori tinggi. Hal ini disebabkan oleh
dikatakan bahwa jawaban sementara
keterlaksanaan
yang dituliskan dalam hipotesa terbukti.
optimal. Multimedia yang berkaitan
Terdapat
kesesuaian
penelitian
dengan
diajukan.
Terjadi
model
PFBP
yang
antara
hasil
dengan konsep yang dilatihkan dan
hipotesa
yang
diujikan dapat ditayangkan serta dikaji.
peningkatan
Hal ini di dukung oleh teori yang
penguasaan konsep pada kedua kelas
mengemukakan
tersebut. Kelas kontrol sebagai tempat
dapat merangsang siswa untuk belajar
diterapkan model PFBP mengalami
(Susilana, 2008). Selain itu Aspek
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
bahwa
multimedia
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
mengingat dapat terlaksana dengan baik,
2008) bahwa segala sesuatu dapat
ini dilaksanakan pada fase 1 dimana
digunakan untuk merangsang pikiran,
penayangan
video
dengan
perasaan, perhatian dan kemauan siswa.
demontrasi
yang
untuk
Hal ini diperkuat oleh pendemontrasian
menyajikan peristiwa atau kejadian
pengalaman yang akan diinvestigasi
yang sering dialami siswa sehari-hari.
pada fase 3. Sehingga kasus sehari-hari
Dengan
yang ditinjau melalui multimedia dapat
disertai berfungsi
demikian
proses
pelatihan
kemampuan C1 didukung oleh teori
lebih bermakna.
yang dikemukakan oleh John Dewey
Aspek aplikasi dilatihkan pada
(1859-1952) bahwa proses pengetahuan
fase 3, pada penelitian ini aspek C3
baru dapat menjadi lebih bermakna
banyak dilatihkan pada fase 4 yaitu pada
ketika seseorang terlibat dalam suatu
fase penguatan dan tindak lanjut belajar.
pengalaman
Multimedia
dan
mengevaluasi
pengalaman tersebut (Kolb, 1984). Pada
yang
digunakan
tidak
berpengaruh pada aspek C3. Hal ini
eksperimen
aspek
(understanding,
C2)
dalam beberapa kejadian namun siswa
memiliki N-gain 0,54 sedangkan untuk
tidak dapat mengambil inti dari setiap
kelas kontrol C2 memiliki N-gain 0,30.
multimedia yang digunakan. Sebaiknya
Dari hasil yang didapatkan terjadi
untuk satu konsep multimedia yang
perbedaan N-gain sebesar 0,24 antara
digunakan
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
tersebut tidak terlalu banyak namun
Hampir pada setiap pertemua aspek C2
siswa dapat mengambil inti dari apa
dilatihkan pada fase 2, namun pada
yang disampaikan
pertemuan 3 aspek C2 selain dilatihkan
tersebut.
memahami
kelas
52
dikarenakan
satu
untuk
konsep
disajikan
mengkaji
oleh
kasus
multimedia
pada fase 2, kemampuan C2 juga
N-gain yang didapatkan oleh kelas
muncul pada fase 1. Selain penayangan
eksperimen untuk aspek C4 adalah 0,56.
multimedia video mengenai sehari-hari
Selisih N-gain kelas eksperimen dan
yang ditinjau, kejadian yang sama juga
kelas kontrol adalah 0,29. Kedua kelas
dimodelkan menggunakan animasi flash
mengalami kenaikan untuk aspek C4
ini membuat siswa lebih memahami
namun kenaikan untuk kelas kontrol
peristiwa yang disajikan sehingga apa
tidak signifikan. Pada kelas eksperimen
yang dikatakan oleh Miarso (Susilana,
pelaksanaan model PFBP-BM dapat
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
berlangsung secara optimal. Aspek C4
menjadi
penonton
akan
hampir dilatihkan pada setiap fase
setiap persentasi yang disampaikan oleh
pembelajaran hal ini mengakibatkan
kelompok lain sehingga penanaman
analisa konsep yang ditinjau lebih
konsep akan lebih kuat.
53
menyimak
komprehensif. Jumlah multimedia yang digunakan untuk penyajian suatu kasus tidak terlalu banyak sehingga siswa dapat menangkap inti dari konsep yang dipelajari. Kemunculan aspek C4 pada fase 5 di beberapa pertemuan cukup menguatkan kompetensi analisa siswa. Secara umum model PFBP dapat
Hasil Kompetensi Sains Perbandingan rata-rata skor pretes, post-tes, dan gain ternormalisasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada
kompetensi
sains
ditunjukan oleh Gambar 3 berikut ini.
meningkatkan setiap aspek pada ranah kognitif
yang
diujikan
namun
penguasaan konsep akan lebih optimum jika dalam beberapa tahapan model PFBP dilengkapi dengan multimedia. Selain itu komponen inkuiri merupakan
Gambar 3. Rerata Skor Pretes, Postes, dan Ngain Kompetensi Sains Siswa
komponen yang sangat penting dalam peningkatan aspek penguasaan konsep.
Nilai gain ternormalisasi pada
Disamping ketersediaan alat yang harus
kompetensi
dipersiapkan dengan baik, siswa harus
eksperimen adalah 0,44 dalam kategori
lebih aktif dalam bereksperimen dan
sedang,
dalam melakukan diskusi kelas. Agar
ternormalisasi untuk kelompok kontrol
siswa lebih aktif dalam bereksperimen
adalah
maka, guru dapat membimbing siswa
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk
penggunaan model PFBP-BM lebih
melakukan pembagian kerja,
sains
untuk
sedangkan
0,29
dalam
kelompok
nilai
kategori
gain
kecil.
dalam
efektif dalam meningkatkan kompetensi
kelompok aktif untuk mencapai tujuan
sains siswa pada kelompok eksperimen
bersama. Dalam melaksanakan diskusi,
dibandingkan pembelajaran PFBP pada
sebaiknya setiap siswa dibekali rubrik
kelompok kontrol. Uji normalitas yang
penilaian
dilakukan pada derajat kebebasan 26
sehingga
setiap
anggota
persentasi.
Siswa
yang
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
dengan
taraf
signifikasi
0,05,
Berikut ini (Gambar 4) disajikan
memperoleh nilai Sig α > 0,05, yiatu
profil
0.917 pada kelas eksperimen dan 0.819
penguasaan
pada
eksperimen dan kelas kontrol meliputi:
kelas
kontrol
sehingga
data
terdistribisi secara normal dan dilakukan uji
statistik
lanjutan
yaitu
54
peningkatan konsep
per
aspek
antara
kelas
konten, proses dan konteks sains.
uji
homogenitas. Uji homogenitas hasil Ngain penguasaan konsep memiliki nilai Sig α > 0.05, yaitu 0.523, sehingga Ngain di kedua kelas tersebut berasal dari varians
yang
homogen.
Setelah
diketahui data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesa dengan
menggunakan
Perbedaan
Rerata
kompeteni
sains.
uji Skor
t,
uji
N-gain
Berdasarkan
Gambar 4. N-Gain Skor Kompetensi Sains tiap Aspek
Kompetensi
sains
merupakan
uji
kemampuan yang juga diukur dalam
perbedaan rerata skor n-gain kompetensi
penelitian ini. Tiga aspek yang termasuk
sains diperoleh nilai Sig. (2-tailed) α <
dalam kompetensi sains adalah, aspek
0,05, yaitu 0,000, akibatnya H0 ditolak.
konten, proses dan aspek konteks.
Analisa berikutnya ditinjau dari hasil
Model
thitung yang dibandingkan dengan ttabel.
tahapannya
thitung adalah 5,396 sedangkan ttabel
meningkatkan
2,000, thitung lebih besar dari ttabel atau
kompetensi sains namun pencapaian
jatuh pada daerah penerimaan Ha maka
keberhasilan dari ketiga aspek ini belum
Ha diterima dan H0 ditolak.
begitu optimal.
PFBP
melalui
tahapan-
ternyata
dapat
ketiga
aspek
dalam
Berdasarkan hasil tersebut, dapat
Setelah dilaksanakan model PFBP
disimpulkan bahwa penggunaan model
pada kelas kontrol, N-gain kelas kontrol
PFBP-BM dapat lebih meningkatkan
untuk
kompetensi sains siswa dibandingkan
Sedangkan untuk kelas eksperimen,
dengan siswa yang mendapatkan model
setelah
PFBP.
berbantuan multimedia N-gain berada
aspek
konten
dilaksanakan
adalah
model
0,29.
PFBP
pada angka 0,39. N-gain untuk kelas
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
eksperimen berada pada tingkat sedang
yang
sedangkan untuk kelas kontrol N-gain
impuls dapat dianalisa lebih mendalam.
berada
pada
tingkat
rendah.
berkaitan
dengan
momentum
Pada
Aspek proses merupakan aspek
umumnya aspek konten dilatihkan pada
turunan dari pengetahuan mengenai
fase 4 dimana siswa bersama-sama
kemampuan sains. Aspek pengetahuan
menkontruksi
berdasarkan
berkaitan dengan cara yang ditempuh
penjelasan fisis dari pengalaman siswa
oleh saintis dalam menemukan konsep.
pada proses pembelajaran. Pengalaman
Pengetahuan
siswa dirancang sedemikan rupa oleh
yang harus dimiliki oleh seorang saintis
guru, agar siswa dapat mentransformasi
disebut juga dengan kemampuan proses.
peristiwa yang dialami kedalam konsep-
Dari hasil penelitian N-gain kelas
konsep momentum impuls. Dalam fase
eksperimen untuk aspek proses adalah
4, guru bertugas memfasilitasi siswa
0,36 sedangkan untuk kelas kontrol N-
agar dapat menjelaskan secara fisis
gain aspek proses adalah sebesar 0,21
alasan
kejadian.
keduanya berada dalam kategori sedang
Keberadaan multimedia pada fase ini
untuk kelas eksperimen dan kategori
memperkuat penjelasan-penjelasan fisis
rendah untuk kelas kontrol. Pada kelas
siswa yang mendasari suatu kejadian.
kontrol
konsep
terjadinya
suatu
Agar aspek konten dapat lebih optimal,
maka
perlu
mengenai
peralatan
kemampuan
eksperimen
yang
berjumlah empat set yang disiapkan
dilakukan
oleh peneliti dapat berfungsi dengan
perbaikan pada media yang digunakan.
baik namun pada kelas ini siswa belum
Dalam
terbiasa
penelitian
ini
media
yang
melakukan
eksperimen
digunakan belum dapat secara optimal
sehingga kemampuan siswa membaca
meningkatkan
siswa
lembar kerja siswa sebagai panduan
materi
dalam melakukan eksperimen sangat
momentum impuls. Sebaiknya animasi
kurang. Guru menuntun siswa untuk
yang digunakan menampilkan peristiwa
melakukan tahap demi tahap prosedur
yang lebih beragam dan sebaiknya pada
yang terdapat dalam lembar kerja siswa.
setiap
tinjauan
Pada kelas eksperimen, siswa telah
kekekalan
mampu bekerja mandiri melakukan
momentum dan keberlakuan kekekalan
eksperimen dengan bantuan lembar
energi kinetik. Sehingga setiap kejadian
kerja
mengenai
pengetahuan konsep-konsep
animasi
keberlakuan
terdapat hukum
55
siswa,
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
walaupun
masih
ada
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
bimbingan dari guru. Keterbatasan alat
Analisa berikutnya ditinjau dari hasil r
di
terlalu
bahwa r≠0, yaitu 0,396. Berdasarkan
berpengaruh pada proses penyelidikan
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
namun kekurangan alat berimbas pada
terdapat hubungan antara penguasaan
konsumsi waktu yang lebih besar.
konsep dan kompetensi sains dengan
kelas
eksperimen
tidak
Aspek konteks, merupakan aspek
kekuatan hubungan antara penguasaan
yang pencapaiannya paling tinggi di
konsep dan kompetensi sains termasuk
kedua kelas. N-gain kelas eksperimen
cukup
mencapai 0,56 sedangkan N-gain untuk
kekuatan
kelas kontrol ada pada angka 0,33. Hal
Sarwono (2006).
mengacu
pada
hubungan
56
kategoriasi
yang
disusun
ini membuktikan bahwa aspek konteks dapat
dikuasai
optimal
siswa
dengan
secara
lebih
penggunaan
multimedia. Multimedia berupa video menayangkan aplikasi konsep hubungan perubahan momentum dengan impuls. Sedangkan animasi flash mengajak siswa untuk dapat berinteraksi dengan komputer dalam membedakan jenisjenis tumbukan berdasarkan analisa hukum
kekekalan
momentum
dan
kekekalan energi mekanik. Model PFBP dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
untuk
aspek
kontek
jika
dilengkapi dengan multimedia yang tepat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan mengenai penerapan model PFBP-BM
untuk
meningkatkan
penguasaan konsep dan kompetensi sains dapat disimpulkan bahwa model PFBP-BM dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan model PFBP.
Hal
ini
dibuktikan
dengan
perolehan N-gain kelas eksperimen sebagai tempat dilaksanakanya model PFBP-BM lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol sebagai tempat dilaksanakan moel PFBP. N-gain kelas eksperimen
Korelasi antara penguasaan konsep
adalah 0,56 sedangkan kelas kontrol N-
dan kompetensi sains
gainnya adalah 0,38, model PFBP-BM dapat lebih meningkatkan kompetensi
Berdasarkan uji korelasi pearson
sains
dibandingkan
dengan
model
dibuktikan
dengan
di atas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) α <
PFBP.
0.05, yaitu 0,003, akibatnya H0 ditolak.
perolehan N-gain kelas eksperimen
Hal
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ini
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
pemahaman
57
sebagai tempat diterapkannya model
memperjelas
PFBP-BM yaitu 0, 44 sedangkan N-gain
mengenai konsep yang dipelajari;
untuk kelas kontrol sebagai tempat
2. Model pembelajaran yang akan
diterapkannya model PFBP adalah 0,29,
digunakan sebaiknya, diujicobakan
pengujian hipotesa menunjukan, nilai
terlebih
thitung lebih besar dari ttabel secara
mengoptimalkan
berurutan untuk penguasaan konsep dan
pembelajaran di kelas;
dahulu
sehingga
siswa
dapat waktu
kompetensi sains yaitu 3,940 dan 5,396
3. Instrumen yang digunkan untuk
dengan nilai signifikasi α 0.000. Dengan
menguji kompetensi sains siswa,
demikian
sebaiknya merujuk kepada gaya
hipotesa
yang
diajukan
terbukti. Sedangkan korelasi antara
penyajian
dari
PISA
sehingga
penguasaan konsep dan kemampuan
kompetensi sains dapat lebih di
sains ditunjukan dengan hasil pengujian
letihkan dan diuji.
korelasi pearson dengan nilai r≠0, yaitu 0,396. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
cukup
UCAPAN TERIMAKASIH Keterlaksanaan didapatkan
dan kompetensi sains.
kontribusi berbagai pihak. Untuk itu
Saran
penulis
dilakukan
tentang
penerapan
kerjasama
ini,
hubungan antara penguasaan konsep
Berdasarkan penelitian yang telah
dari
penelitian
mengucapkan
terima
1. Dosen-dosen Pembimbing yang telah mengarahkan
(PFBP) dengan multimedia atau tanpa
penulis
multimedia, saran yang dikemukaan
menyelesaikan penelitian ini;
sebagai berikut:
pembelajaran PFBP perlu dikaji aspek keterkaitannya dengan topik
media
yang yang
dan
membimbing
sehingga
dapat
2. Keluarga Besar yang memberikan dukungan dan support terus menerus
1. Pengalaman yang diangkat dalam
fisika
kasih
kepada:
pembelajaran fisika berbasis pengalman
untuk penelitian selanjutnya adalah
dan
dipelajari,
sehingga
digunakan
dapat
untuk kelancaran studi penulis. DAFTAR PUSTAKA Hariadi, Eko. 2009, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar, 10, (1), 28-41.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Yuvita / Pembelajaran berbasis pengalaman berbantuan multimedia 2 (2016), 45 - 58
58
Kombinasi (Mixed Methode). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Holbrook Jack. 2009, “The Meaning of Scientific Literacy”. International Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144150.
Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. 2008, Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
Kaniawati, Ida. et.al . 2011, Pembelajaran Fisika Berbasis Pengalaman untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Bandung: Laporan Penelitian.
Wiendartun, Taufik R.R & Hery S. R., 2007, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil belajar Fisika. Dalam Proceeding of The First International Seminar on Science Education. ISBN: 979-25-0599-7. UPI Bandung.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012, Hasil UN. Jakarta: Kemdikbud [tersedia online di http://118.98.234.22/sekretariat/hasi lun/index.php/statistik_sma/ diakses pada 25 Oktober2013]. Kolb, D. 1984, Experiential learning. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.Programme for International Student Assessment (2006). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. Paris: OECD Publishing. Programme for International Student Assessment. 2012, PISA 2012 Result in Focus: What 15 YearOlds Know and What They Can Do With They Know. Paris: OECD Publishing. Programme for International Student Assessment. 2012, PISA 2012 Assessment and Analytical Framework. Paris: OECD Publishing. Sugiyono. 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976