PENETAPAN KADAR SAKARIN MINUMAN RINGAN GELAS PLASTIK YANG DIJUAL DI PASAR BERINGHARJO, YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Desto Arisandi2, Deni Yunanto3 1,2,3
Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta; Jl.Ringroad Utara Depok Sleman Yogyakarta, telp/Fax :(0274)4477701 /(0274)4477702 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Sakarin merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan. Sakarin berfungsi untuk meningkatkan cita rasa, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Penggunaan sakarin sering dijumpai pada industri pembuatan minuman ringan, salah satunya adalah minuman kemasan gelas plastik. Pasar Beringharjo sebagai tempat belanja yang strategis dengan banyaknya wisatawan dan para pengunjung, sehingga memungkinkan tingkat konsumsi minuman instan seperti minuman ringan kemasan gelas plastik semakin tinggi.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik yang dijual di pasar Beringharjo Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan uji kuantitatif metode titrasi asam basa. Sampel penelitian ini adalah 12 sampel dari 6 pedagang minuman ringan kemasan gelas plastik yang dijual di pasar Beringharjo Yogyakarta. Dari 12 sampel minuman ringan kemasan gelas plastik yang dilakukan pemeriksaan terdapat 3 sampel yang melebihi batas maksimum penggunaan sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik yaitu 500 mg/kg. Kesimpulannya ada 3 sampel minuman ringan kemasan gelas plastik yang ada di pasar Beringharjo Yogyakarta yang melebihi batas maksimum penggunaan sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik yaitu 500 mg/kg. Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada Balai POM untuk lebih mengawasi penggunaan sakarin terutama pada minuman ringan agar tidak merugikan masyarakat. Kata Kunci : Sakarin, Minuman ringan , Titrasi asam basa/alkalimetri.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
46
Abstract Saccharin is a chemical compound that is often added and used for purposes of processed food products, as well as beverage and food industries. Saccharin is used to improve taste, improve the properties of chemicals and a source of calories for the body, control the maintenance program and weight loss, reduce tooth decay and as the main sweetening ingredient substitution. The use of saccharin is often found in soft drink manufacturing industry, one of which is the beverage packaging plastic cups. Beringharjo as convenient shopping place with many tourists and visitors, thus enabling instant drinks such as the level of consumption of soft drinks packaging plastic glasses higher. To determine the levels of saccharin in soft drinks packaging plastic cups are sold in Beringharjo market Yogyakarta. This research is a descriptive study with a quantitative test of acid-base titration method. The sample was 12 samples from 6 traders soft drink packaging plastic cups that are sold in theBeringharjo market Yogyakarta. Of the 12 samples of soft drink packaging plastic cups made examination there are 3 samples exceeds the maximum limit the use of saccharin in soft drinks packaging plastic cups is 500 mg / kg. Conclusion is there are 3 samples of bottled soft drinks in plastic cups Beringharjo Yogyakarta which exceeds the maximum limit the use of saccharin in soft drinks packaging plastic cups is 500 mg / kg. From the results of this research can provide benefits to Balai POM for greater control over the use of saccharin especially in soft drinks that do not harm society. Keywords: Saccharine, soft drink, acid-base titration/alkalimetry.
1.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sakarin merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan.Sakarin berfungsi untuk meningkatkan cita rasa, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi dan sebagai bahan substitusi pemanis utama [1]Penggunaan sakarin masih diizinkan di Indonesia maupun di dunia kecuali di Amerika yang penggunaannya dalam produk pangan tidak diperbolehkan. Penggunaan sakarin di Indonesia mengacu kepada keputusan Food and Drug Administration (FDA) yaitu penggunaan sakarin untuk minuman tidak boleh melebihi 12 mg/ons cairan dan makanan olahan jumlahnya tidak boleh melebihi 30 mg/ons, sedangkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian untuk sakarin tidak boleh melebihi 5 mg/kg berat badan[2]. Batas maksimum penggunaan sakarin berdasarkan kategori pangan gula dan sirup lainnya (misalnya: xylose, maple syrup, sugar toppings) yaitu 500 mg/kg (SNI01-6993-2004).
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
47
Minuman ringan pada umumnya mengandung pemanis buatan seperti sakarin, salah satunya adalah minuman ringan dalam kemasan gelas plastik.Penyalahgunaan penggunaan sakarin menimbulkan dampak bagi tubuh. Berdasarkan penelitian[3] menunjukkan dari 5 sampel minuman ringan bersoda yang diperiksa, terdapat sebanyak 20 % yang positif mengandung sakarin, sedangkan penelitian [4]menunjukkan sebanyak 93,3% dari 15 sampel es kelapa muda positif mengandung sakarin, dan 7,14% diantaranya melebihi nilai ambang yaitu 567,18 mg/l. Penyalahgunaan penggunaan sakarin menimbulkan dampak bagi tubuh. Sakarin seharusnya digunakan untuk penderita diabetes, namun kenyataannya masih terdapat minuman yang dicampur sakarin ke dalam makanan dan minuman dengan kadar yang melebihi batas. Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek negatif jika mengkonsumsi sakarin secara berlebihan, diantaranya adalah migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, serta kanker otak dan kandung kemih. Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sakarin terhadap kesehatan tersebut, maka peneliti akan melakukan penetapan kadar sakarin pada minuman ringan yang dikemas gelas plastik yang dijual di pasar Beringharjo, Yogyakarta. 1.2.Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar sakarin dan mengetahui persentase minuman ringan kemasan gelas plastik yang melebihi batas kadar yang ditentukan (SNI 01-6993-2004) 1.3.Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberika informasi dan masukan kepada Balai POM untuk lebih mengawasi penggunaan sakarin terutama pada minuman ringan agar tidak merugikan masyarakat. 1.4.Hipotesis Minuman ringan kemasan gelas plastik yang dijual di Pasar Beringharjo Yogyakarta mengandung sakarin yang melebihi batas kadar yang telah ditentukan. 1.5.Tinjauan Pustaka Sakarin ditemukan oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897. Sakarin pertama kali digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, tidak memiliki aroma yang tajam, dan larutan bereaksi asam terhadap lakmus. Sakarin sukar
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
48
larut dalam kloroform dan eter, namun larut dalam air mendidih, larutan etanol, amonia encer, dan larutan alkali. Sakarin memiliki titik didih 226ºC - 230ºC [5]. Rumus kimia sakarin yaitu C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 gr/mol disintetis dari toluene dan biasanya tersedia sebagai garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3-dihidro-3-oksobenzisulfonasol, benzosulfi-mida, atau o-sulfobenzimi-da, sedangkan nama dagang yaitu glucide, garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, saxin, sykose, hermesetas. Intensitas rasa manis garam natrium sakarin yaitu 200-700 kali sukrosa 10%. Selain rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetis [1]. Jenis dan peraturan penggunaan sakarin pada makanan dan minuman telah diatur oleh Badan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2004.Minuman ringan kemasan gelas plastik termasuk dalam kategori minuman non karbonasi. Batas penggunaan sakarin pada minuman ringan adalah 500mg/kg (BPOM, 2004). Efek samping penggunaan pemanis buatan ini yaitu kanker kandung kemih. Sakarin merupakan salah satu pemanis buatan yang sering digunakan dalam beberapa produk makanan dan minuman.Sejumlah penelitian tentang efek negatif sakarin menunjukkan hasil yang kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek negatif jika mengkonsumsi sakarin secara berlebihan, diantaranya adalah migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, serta kanker otak dan kandung kemih. Tetapi, pada penelitian lainnya efek negatif tidak terlihat apabila sakarin diberikan dalam dosis rendah.
Metode Pemeriksaan Sakarin a. Spektroskopi Metode spektrofotometri untuk analisis sakarin yang terdahulu melibatkan reaksi sakarin dengan azure B, Nile-biru, atau astrazon merah muda, reaksi ini memerlukan waktu yang lama.Suatu metode spektroskopi yang terbaru mereaksikan sakarin dengan p-kloranil dengan adanya hidrogen peroksida membentuk senyawa merah-jingga yang menunjukkan absorbansi maksimal pada panjang gelombang 550 nm.Sakarin dapat ditentukan dengan metode ini karena adanya struktur atau gugus kromofor yang dapat menyerap sinar ultra violet. Kerugian pada metode ini adalah adanya gangguan yang kuat dari siklamat yang harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara pengendapan menggunakan etanol [6].
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
49
b. Kromatografi Gas Kromatografi Gas (KG) tidak sering digunakan untuk penentuan pemanis karena volatilitas pemanis yang rendah.Sebelum dianalisis pemanis harus diubah ke senyawa yang volatil.Hal ini menjadi kekurangan teknik ini, adanya derivatisasi ini melibatkan pekerjaan laboratorium yang banyak dan memakan waktu yang lama. Beberapa metode telah dikembangkan untuk penentuan sakarin dengan KG diantaranya esterifikasi dengan N,O-bis (trimetisilil) asetamid, N-metilasi dengan diazometan serta metilasi dengan tritilsilil-diazometan [6]. a. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938.KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis.KLT adalah suatu teknik pemisahan senyawa yang menggunakan fase diam/stationary phase (padat atau cair) dan fase gerak/mobile phase (cair atau gas) dengan menggunakan silika gel sebagai fase diam [7]. KLT menggunakan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobi seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Bila dibandingkan dengan kromatografi kertas, metode KLT memiliki keuntungan utama yaitu pemeriksaan lebih cepat, hasil pemisahan yang lebih baik, dan dalam pemeriksaan kualitatif hanya membutuhkan waktu 5 menit [7]. Penyerap yang digunakan dalam KLT adalah silika, alumina, Kieselguhr, bubuk selulose, pati, dan Sephadex.Silika digunakan untuk memisahkan asam-asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial, anion dan kation organik, sterol dan terpenoid.Alumina digunakan untuk memisahkan alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitaminvitamin, karoten, asam-asam amino.Kieselguhr digunakan untuk memisahkan gula, oligosakarida, asam-asam lemak, asam-asam amino dan steroid.Bubuk selulose digunakan untuk memisahkan asam-asam amino, alkaloid dan nukleotida.Pati dan Sephadex dapat memisahkan asam-asam amino [7]. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur kerja metode KLT menurut [7] adalah:
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
50
1)
Jangan menyentuh permukaan plat yang bersih dengan jari.
2)
Campuran pelarut organik yang digunakan sebaiknya mempunyai polaritas yang rendah.
3)
Kedudukan noda tidak boleh diberi tanda menggunakan pensil, karena dapat menahan aliran pelarut.
4)
Jangan terlalu lama mencelupkan plat dalam bejana bila permukaan pelarut telah mencapai garis akhir, karena oleh pengaruh difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran dari noda-noda yang terpisah. Jarak pemisahan senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan Rf
(Retardation factor) yang didefinisikan sebagai: Rf=
Jarak yang ditempuh komponen Jarak yang ditempuh pelarut
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu: 1) Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan. 2) Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. 3) Derajat kemurnian pelarut dan derajat kejenuhan dari uap. 4) Jumlah cuplikan yang digunakan pada saat pemisahan. 5) Kesetimbangan dalam KLT.
b. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asamasam nukleat, mementukan kadar senyawa aktif obat dan produk degradasi dalam sediaan farmasi. KCKT merupakan teknik dimana suatu zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi.Hal ini dikarenakan zat-zat terlarut tersebut terdistribusi secara berbeda pada saat melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan zat terlarut ini diatur oleh distribusi masing-masing zat terlarut tersebut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair
terhadap suatu masalah
yang dihadapi membutuhkan penggabungan
secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel [7].
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
51
c. Potensiometri Potensiometri digunakan untuk analisis pemanis buatan yang ada di pasaran. Sakarin dalam sampel dititrasi secara potensiometri dengan larutan perak nitrat menggunakan kawat perak elektroda indikator yang
dikopel dengan
titroposesor. Senyawa umum yang terdapat dalam beberapa pemanis sintetik komersial tidak mengganggu dalam jumlah 20 kali lebih besar relatif terhadap sakarin, sedangkan klorida mengganggu analisis jika konsentrasinya lebih besar 10 mg/L. Hasil yang diperoleh dengan potensiometri sebanding dengan KCKT [6]. d. Titrasi Asam-Basa Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Tujuan titrasi ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara larutan standar dengan larutan yang dititrasi atau mencapai titik ekuivalen.Titrasi asam-basa dibagi menjadi alkalimetri dan asidimetri.Alkalimetri merupakan titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standar, sedangkan asidimetri menggunakan asam sebagai larutan standar. Proses asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses netralisasi.Sakarin merupakan senyawa yang bersifat asam, sehingga kadar sakarin dapat ditentukan dengan alkalimetri. Reaksi antara asam dan basa bisa berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah.Setiap reaksi tersebut memiliki pH titik ekivalen, dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam-basa yang mempunyai kisaran pH tertentu. Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Tujuan titrasi ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara larutan standar dengan larutan yang dititrasi atau mencapai titik ekuivalen.Titrasi asam-basa dibagi menjadi alkalimetri dan asidimetri.Alkalimetri merupakan titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standar, sedangkan asidimetri menggunakan asam sebagai larutan standar. Proses asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses netralisasi Sakarin merupakan senyawa yang bersifat asam, sehingga kadar sakarin dapat ditentukan dengan alkalimetri. Reaksi antara asam dan basa bisa berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah.Setiap reaksi tersebut memiliki pH titik ekivalen, dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asambasa yang mempunyai kisaran pH tertentu.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
52
2.METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran kadar zat pemanis buatan sakarin yang digunakan pada minuman ringan kemasan gelas plastik yang di jual di pasar Beringharjo, Yogyakarta. Prosedur penelitiannya: 1.1.Pengambilan sampel Pengambilan sampel minuman ringan kemasan gelas plastik dilaksanakan di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Pengujian sakarin dilakukan di Laboratorium STIKes Guna Bangsa Yogyakarta 1.2.Alat dan bahan : buret, gelas ukur, labu ukur, labu Erlenmeyer, corong pisah, corong, hairdrayer, kompor listrik, pipet tetes, penangas air, pro pipet, pipet ukur 10 ml, dan 5 ml, Pipet volume 100 ml, Statif, etanol 95%, asam klorida (Hcl) 10%, kloroform, NaoH 0,1070 N, indikator fenol ftalein, kertas saring 1.3.Prosedur penelitian 1.3.1.Membuat Larutan NaOH 0,1N volume 100 ml a) Ditimbang 0,4 gram NaOH b) Dilarutkan kedalam 100ml aquades dalam labu ukur hingga batas tera. c) Dihomogenkan, dan dimasukkan kedalam botol reagen. 1.3.2.Pembuatan larutan KHP 0,1 N Ditimbang 2,0423 gram KHP kemudian dilarutkan dengan aquades sedikit demi sedikit kedalam labu ukur 100ml hingga batas tera 1.3.3.Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan KHP 0,1N a) Dipipet 10 ml larutan KHP 0,1 N kemudian dituang ke dalam labu erlenmeyer b) Ditambahkan 40 ml aquades kedalam labu erlenmeyer c) Diteteskan PP 1 % sebanyak 3 tetes kemudian dicampur d) Dititrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk warna rose (merah muda) tipis. e) Mencari normalitas NaOH dari titrasi menggunakan rumus V1 × N1 = V2 × N2 1.3.4.Melakukan penetapan kadar sakarin dengan metode titrasi asam basa/alkalimetri pada sampel di laboratorium dengan prosedur : a) Ditimbang 50 mg sampel, kemudian dimasukkan ke dalam corong
pisah.
b) Ditambahkan 2 ml HCl encer.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
53
c) Selanjutnya diekstraksi 5 kali dengan tahapan 30 ml, 20 ml, 20 ml, 20 ml, 20 ml menggunakan campuran kloroform dan etanol 95% dengan perbandingan 9:1, ekstrak disaring menggunakan kertas saring. d) Filtrat dikumpulkan kemudian diuapkan. e) Residu dilarutkan dengan 70 ml air panas lalu didinginkan dan dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1070 N menggunakan indikator fenolftalein 1% sampai terjadi perubahan warna menjadi rose. f) Kadar sakarin dihitung sebagai Na-sakarin 2H2O dalam mg/kg = ml titrasi × 1000
N × 241 × gram sampel [9]. 1.4.Analisis Data Penelitian Analisis data pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN Minuman ringan kemasan gelas plastik yang dijual di pasar beringharjo Yogyakarta yang diteliti yaitu minuman ringan yang terdapat komposisi sakarin yang tertera pada kemasan sebanyal 12 sampel. Analisis untuk mengetahui kadar sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik menggunakan metode titrasi asam basa. Sakarin memiliki sifat asam sehingga kadar sakarin dapat ditentukan dengan alkalimetri. Minuman ringan kemasan gelas plastik yang mengandung sakarin diekstraksi menggunakan kloroform dan etanol agar sakarin yang terdapat pada minuman ringan kemasan gelas plastik dapat terikat seluruhnya. Setelah ekstraksi selesai dilakukan akan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang terdapat ekstrak sakarin adalah lapisan terbawah yaitu kloroform karena berat jenis kloroform lebih besar dibandingkan berat jenis air dan etanol.Residu yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring lalu di tampung dalam gelas beker dan di keringkan. Residu yang telah kering dilarutkan dengan air panas karena sakarin mudah larut dalam air panas. Kemudian campuran tersebut dititrasi dengan NaOH sampai warna menjadi merah rose dengan indicator fenolftalein 1%. Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder sehingga sebelum digunakan untuk titrasi harus distandarisasi dengan larutan standar primer.Pembakuan NaOH pada penelitian ini distandarisasi dengan menggunakan asam oksalat.Asam oksalat termasuk larutan standar primer karena kemurniannya tinggi, mudah diperoleh dalam bentuk murni
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
54
serta stabil. Reaksi indikator PP dengan NaOH pada saat titrasi untuk pembentukan warna merah rosesebagai titik akhir titrasi. Hasil penetapan kadar sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik yang dijual di pasar beringharjo Yogyakarta diperoleh bahwa dari 12 sampel yang diteliti terdapat 3 sampel yang kadar sakarinnya melebihi ambang batas menurut SNI tahun 2004 yaitu 500 mg/kg seperti terlihat pada tabel 1 Tabel 1. Kadar Sakarin Pada Minuman Ringan Kemasan Gelas Plastik No
Kode sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B C D E F G H I J K L
Kadar sakarin
Batas penggunaan maksimum
1031,47 mg/kg 773,59 mg/kg 309,43 mg/kg 361,01 mg/kg 954,10 mg/kg 316,00 mg/kg 500 mg/kg 316,01 mg/kg 257,86 mg/kg 386,79 mg/kg 309,43 mg/kg 386,79 mg/kg 257,86 mg/kg Persentase Kadar Sakarin
Pemeriksaan Kuantitatif Memenuhi Tidak syarat memenuhi syarat 75 % 25 %
Pada penelitian analisis sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik ini, ditemukan adanya kecurangan dalam dunia perindustrian. Berdasarkan kadar yang tertera di kemasan minuman ringan kemasan gelas plastik tersebut memenuhi syarat penggunaan sakarin. Pada dasarnya sakarin boleh dikonsumsi dengan asupan harian 5 mg/kg berat badan, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan tubuh. Efek nagatif mengkonsumsi sakarin dapat menyebabkan migran, sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi, gangguan seksual, kebotakan, serta kanker otak dan kandung kemih.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
55
5.KESIMPULAN Dari penelitian tentang “Penetapan Kadar Sakarin Minuman Ringan Kemasan Gelas Plastik yang dijual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta” dapat di simpulkan sebagai berikut: 1.Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 12 sampel yang mengandung pemanis buatan sakarin terdapat 3 sampel yang memiliki kadar sakarin tidak memenuhi syarat SNI 01-6993-2004 yaitu sebesar 1031,47 mg/kg, 773,59 mg/kg, dan 954,10 mg/kg. 2.Kadar sakarin pada minuman ringan kemasan gelas plastik yang terendah sebesar 257,86 mg/kg, sedangkan yang tertinggi sebesar 1031,47 mg/kg.
6.DAFTAR PUSTAKA [1]Cahyadi, W., 2009, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan, Bumi Aksara, Jakarta, Hal. 82-83, 89-92. [2]Wijaya, D., 2011, Waspadai Zat Aditif dalam Makananmu. Buku Biru, Yogyakarta, Hal. 91-92. [3]Hayun, Harahap, Y., dan Aziza, C.N., 2004, Penetapan Kadar Sakarin, Asam Benzoat, Asam Sorbat, Kofeina, dan Aspartam di dalam Beberapa Minuman Ringan Bersoda secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.I, No. 3, Desember 2004, 148 –159. [4]Lestari, 2013, Kadar Sakarin Pada Es Kelapa Muda dan Hubungannya dengan Karakteristik serta Pengetahuan Pedagang Di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Rohman, A., dan Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Hal.256-259.Wijaya, D., 2011, Waspadai Zat Aditif dalam Makananmu. Buku Biru, Yogyakarta, Hal. 91-92. [5]Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Hal.748-750 [6]Rohman, A., 2011, Analisis Bahan Pangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Hal.219-223. [7]Sastrohamidjojo, 2007, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta, Hal.26-36. [8]Clark, J., 2007, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC), http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_cair_kinerj a_tinggi_hplc/, Diunduh pada tanggal 1 Maret 2014, Yogyakarta. [9]Rohman, A., dan Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Hal.256-259.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
56