PEMBUATAN BETON RINGAN BERAGREGAT LIMBAH PLASTIK

Download polyethylene terdiri dari 3 jenis yaitu, Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan High Density Polyethylene...

0 downloads 516 Views 619KB Size
PEMBUATAN BETON RINGAN BERAGREGAT LIMBAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME Muhammad Arief Rizqy, Nursyamsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The use of plastics is constantly increasing over time, causing the amount of plastic wastes, too, continue to increase. The non-biodegradable character of plastic causes plastics take hundreds of years to decompose completely. Most of us eliminate this plastic waste by burning. Whereas the burning of plastic wastes will release a variety of substances that are harmful to the environment. This causes the need for more efficient plastic wastes managements. One way is to utilize plastic wastes into artificial aggregate in lightweight concrete. The purpose of this study was to determine how the processing of HDPE plastic wastes into artificial coarse aggregates, to determine the mechanical behaviors of lightweight concrete using artificial coarse aggregates from HDPE plastic wastes using admixture silica fume, and to determine the effects of different gradations of coarse aggregates in concrete lightweight. In this study used three types of coarse aggregate gradation variation, ie 25 to 4.75 mm (zone I), 19 to 4.75 mm (zone II), and from 12.5 to 4.75 mm (zone III). The use of the difference gradations is to determine the effect of different gradations of coarse aggregate in lightweight concrete. In this study, the maximum compressive strength occured in lightweight concrete made of zone II aggregates, which is 9.17 MPa. The maximum tensile strength also occured in lightweight concrete made of zone II aggregates, which is 0.88 MPa. The median of bulk density of lightweight concrete in this study is 1575 kg/m3. With such bulk density, it can be categorized into structural lightweight concrete as it meets the requirement of range 1400-1850 kg/m³. However for its compressive strength, it can not be categorized into structural lightweight concrete because it does not meet the requirements of a minimum compressive strength of 17.24 MPa. Keywords : lightweight concrete, artificial aggregates, HDPE plastic wastes, compressive strength, tensile strength ABSTRAK Penggunaan plastik yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, menyebabkan jumlah limbah plastik pun ikut terus meningkat. Sifat plastik yang non-biodegradable menyebabkan plastik membutuhkan waktu ratusan tahun agar dapat terurai secara sempurna. Kebanyakan dari kita menghilangkan limbah plastik ini dengan cara membakar. Padahal dengan membakar limbah plastik akan melepaskan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan. Hal itu menyebabkan diperlukannya penanggulangan limbah plastik yang lebih efisien. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan limbah plastik menjadi agregat buatan dalam campuran beton ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengolahan limbah plastik HDPE menjadi agregat kasar buatan untuk campuran beton ringan, untuk mengetahui perilaku mekanik beton ringan beragregat limbah plastik yang menggunakan bahan tambah silica fume, dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan gradasi agregat kasar pada beton ringan tersebut. Pada penelitian ini digunakan tiga jenis variasi gradasi agregat kasar, yaitu 25-4,75 mm (zona I), 19-4,75 mm (zona II), dan 12,5-4,75 mm (zona III). Penggunaan perbedaan gradasi agregat kasar ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan gradasi agregat kasar pada beton ringan. Dari hasil penelitian ini diperoleh kuat tekan maksimum terjadi pada beton yang menggunakan agregat kasar zona II yaitu sebesar 9,17 MPa. Kuat tarik belah maksimum juga terjadi beton yang menggunakan agregat kasar zona II yaitu sebesar 0,88 MPa. Berat isi beton ringan rata-rata pada penelitian ini adalah 1575 kg/m3. Dengan berat isi demikian, dapat dikategorikan ke dalam beton ringan struktural karena syarat berat isinya berada pada rentang 1400-1850 kg/m³. Namun, untuk kekuatannya tidak dapat dikategorikan ke dalam beton ringan struktural karena tidak memenuhi persyaratan kuat tekan minimum 17,24 MPa. Kata Kunci : beton ringan, agregat kasar buatan, limbah plastik HDPE, kuat tekan, kuat tarik belah PENDAHULUAN Penggunaan plastik yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, menyebabkan jumlah limbah plastik pun ikut terus meningkat. Sifat plastik yang non-biodegradable (sulit diuraikan) menyebabkan plastik membutuhkan waktu ratusan tahun agar dapat terurai secara sempurna. Kebanyakan dari kita menghilangkan limbah plastik ini dengan cara membakar. Padahal dengan membakar limbah plastik akan melepaskan berbagai zat-zat yang

berbahaya bagi lingkungan. Hal itu menyebabkan diperlukannya penanggulangan limbah plastik yang lebih efisien. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan limbah plastik menjadi suatu material yang berguna. Termasuk memanfaatkan limbah plastik menjadi agregat buatan dalam campuran beton ringan. Sebagian besar dari limbah plastik yang ada merupakan limbah plastik dari jenis plastik polyethylene. Polyethylene dihasilkan dari proses polimerisasi molekul-molekul gas ethylene secara bersama-sama membentuk rangkaian panjang molekul sampai menjadi bentuk plastik (polimer). Berdasarkan kepadatannya plastik jenis polyethylene terdiri dari 3 jenis yaitu, Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan High Density Polyethylene (HDPE). Pada penelitian ini akan digunakan limbah botol plastik High Density Polyethylene (HDPE) sebagai agregat kasar buatan. Plastik jenis HDPE ini memiliki karakteristik lebih kuat, lebih keras, lebih buram,lebih tahan suhu tinggi, lebih tahan reaksi kimia, lebih tahan terhadap konsentrasi asam, dan lebih tahan terhadap tekananjika dibandingka dengan jenis plastik polyethylene lainnya. Dalam sistem daur ulang, plastik HDPE memiliki nomor simbol 2 dan biasanya digunakan sebagai botol shampoo, botol deterjen, botol susu, botol minuman bersoda, dan botol oli. Plastik jenis HDPE memiliki titik leleh di antara 120-180oC. Plastik jenis Plastik jenis HDPE memiliki berat jenis berkisar 0,941-0,965 g/cm3 sehingga agregat kasar dari plastik ini akan lebih ringan jika dibandingkan dengan agregat konvensional dalam campuran beton. Dengan lebih ringannya agregat kasar tersebut akan menghasilkan berat jenis beton yang lebih ringan juga. Penggunaan beton ringan baik struktural ataupun non-struktural akan lebih baik dalam menerima beban gempa. Riyadi (2015) melakukan penelitian beton dengan substitusi kantong plastik simpul sebagai pengganti agregat kasar pada beton sebesar 0%, 50%, dan 100%. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa agregat kasar yang terbuat dari kantong plastik simpul memiliki berat jenis 0,57 dan berat isi 300 kg/m3. Nilai slump masing-masing sebesar 87,67 mm, 73 mm dan 23 mm, berat isi 2100 kg/m3, 1650kg/m3 dan 1470 kg/m3, Kemudian kuat tekan beton yang dihasilkan sebesar 12,23 MPa untuk substitusi 0% , 4,46 MPa untuk 50 % dan 2,66 MPa untuk 100% atau menurun sebesar 64% dan 78%, sedangkan untuk kuat tariknya masing-masing 1,23 Mpa, 0,72 MPa dan 0,43 MPa atau menurun sebesar 42% dan 65%. BETON RINGAN Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Bila campuran itu dituang ke dalam cetakan lalu dibiarkan, maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi disebabkan oleh peristiwa reaksi kimia antara air dan semen yang berlangsung selama waktu yang panjang. Akibatnya, campuran itu selalu bertambah keras seiring dengan bertambahnya umur. Salah satu inovasi yang dilakukan dalam konstruksi beton adalah dengan cara mengurangi berat jenis dari beton itu sendiri. Berat jenis beton secara umum adalah 2400 kg/m³, dan hal ini menjadikan inovasi beton ringan dirasa mampu mengatasi masalah tersebut. Nawy (1998) mengatakan bahwa beton ringan adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan pada umur 28 hari lebih dari 200 psi (1,38 MPa) dan berat volume kurang dari 115 lb/ft3 (1843 kg/m3). Menurut Murdock dan Brook (1999), berat volume sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan dari beton ringan. Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga yaitu (Tjokrodimuljo, 1996): a. Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan kuat tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding pemisah atau dinding isolasi. b. Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3 dan kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding yang juga memikul beban. c. Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal. KUAT TEKAN Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekanpersatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pulamutu beton yang dihasilkan. Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah pemakaiansemen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton, perawatan beton (curing),usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton.Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus: f’c =

𝑃 𝐴

dengan : f’c = Kekuatan tekan (MPa) P = Beban tekan (N) A = Luas permukaan benda uji (mm2)

KUAT TARIK BELAH Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10%–15% f’c. Kuat tarik beton berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi retak awal sebelum dibebani. Tegangan tarik tidak langsung dihitung dengan persamaan: 𝑇= dengan : T P l d

2𝑃 𝜋𝑙𝑑

= kuat tarik beton (MPa) = beban hancur (N) = Panjang spesimen (mm) = diameter spesimen (mm)

BERAT ISI Berat isi merupakan salah satu sifat yang sangat penting untuk diketahui pada struktur beton ringan selain kekuatannya. Berat isi yang ringan mengindikasikan bahwa beton ringan sudah mencapai berat yang diinginkan. Berat isi beton ringan struktural secara umum dalam keadaan seimbang dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐸𝑚 =

𝐴𝑥997 𝐵𝑥𝐶

dengan : A = berat silinder dalam keadaan kering konstan (kg); B = berat silinder pada keadaan jenuh permukaan kering (kg); C = berat silinder dalam air sampai terendam penuh (kg). ABSORBSI Absorbsi adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air. Nilai absorbsi sangat berkaitan dengan berat jenis maupun porositas suatu bahan, karena nilai absorbsi yang besar mengindikasikan banyaknya rongga-rongga yang terdapat dalam material tersebut. Besarnya absorbsi juga dapat menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena pori-pori yang ada menyebabkan ikatan antar partikel pada suatu material berkurang. Besarnya absorbsi pada beton dihitung menggunakan rumus: 𝐴=

𝑀𝑏 −𝑀𝑘 𝑀𝑏

𝑥100%

dengan : A = absorbsi (%) Mb = berat benda uji dalam keadaan jenuh air (kg) Mk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (kg) METODE PENELITIAN BAHAN PENYUSUN BETON 1. 2. 3. 4. 5.

Semen Portland Tipe I, yang diproduksi oleh PT. Semen Padang dalam kemasan 1 zak 50 kg. Agregat halus (pasir) yang diperoleh dari quarry Sei Wampu, Binjai. Agregat kasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah agregat buatan dari limbah botol plastik HDPE. Air yang berasal dari Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Bahan tambah silica fume dengan merek dagan MasterLife SF 100.

PEMBUATAN AGREGAT DARI LIMBAH PLASTIK HDPE

1. 2. 3.

Proses pembuatan agregat dari limbah plastik HDPE ini dilakukan melaih tahap-tahap berikut: Pengumpulan Limbah botol plastik HDPE dikumpulkan dari berbagai sumber. Pencucian Limbah botol plastik HDPE dicuci dan dibersihkan dari benda-benda lain dan kotoran yang menempel. Pencacahan Limbah botol plastik yang sudah bersih kemudian dicacah menjadi potongan-potongan kecil dengan mesin pencacah.

4. 5. 6. 7.

Pemanasan/Pelelehan Limbah botol plastik kemudian dimasukkan kedalam panci lalu dipanaskan hingga meleleh Pencetakan Setelah meleleh lalu dimasukkan ke dalam wadah dengan tebal 2-4 cm. Pendinginan Setelah itu tunggu beberapa waktu sampai lelehan tersebut mendingin dan mengeras. Pemecahan Setelah mengeras dan mendingin lalu dilakukan pemecahan dengan martil hingga membentuk agregat kasar dengan gradasi tertentu.

Pada penelitian ini digunakan variasi gradasi agregat kasar yang mengacu pada SNI 03-2461-2002. Agregat kasar dibagi ke dalam tiga zona, yaitu Zona I (25-4.75 mm), Zona II (19-4.75 mm), dan Zona III (12.5-4.75 mm). 1. Zona I Ukuran Lubang Ayakan

Persen Lolos Kumulatif

38.1 mm (1 1/2 in.) 25.0 mm (1 in.) 12.5 mm (1/2 in.) 4.75 mm (No. 4)

100 95-100 25-60 0-10

Tabel 1. Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona I

Agregat Kasar Zona I 100

% Lolos

80 60

Batas Atas Batas Bawah

40

Hasil Uji

20 0 4.75

12.5

25.0

38.1

Gambar 1. Grafik Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona I 2.

Zona II Ukuran Lubang Ayakan

Persen Lolos Kumulatif

25.0 mm (1 in.) 12.5 mm (1/2 in.) 9.5 mm (3/8 in.) 4.75 mm (No. 4)

100 90-100 10-50 0-15

Tabel 2. Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona II

% Lolos

Agregat Kasar Zona II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Batas Atas Batas Bawah Hasil Uji

4.75

9.5

19.0

25.0

Gambar 2. Grafik Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona II 3.

Zona III Ukuran Lubang Ayakan

Persen Lolos Kumulatif

19.0 mm (3/4 in.) 19.0 mm (3/4 in.) 9.5 mm (3/8 in.) 4.75 mm (No. 4)

100 90–100 40–80 0–20

Tabel 3. Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona III

% Lolos

Agregat Kasar Zona III 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Batas Atas Batas Bawah Hasil Uji

4.75

9.5

12.5

19.0

Gambar 3. Grafik Susunan Gradasi Agregat Kasar Beton Ringan Zona III PEMBUATAN BENDA UJI Pembuatan benda uji terdiri dari 3 variasi campuran untuk percobaan, yaitu campuran dengan agregat kasar plastik buatan yang masuk pada kategori agregat kasar zona 1, zona 2, dan zona 3. Untuk tiap-tiap variasi dan tiaptiap pengujian (kuat tekan, kuat tarik belah, dan absorbsi) dibuat 3 buah sampel uji yang berbentuk silinder dengan ukuran 15x30 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN KUAT TEKAN Data hasil pengujian kekuatan tekan silinder beton dengan penambahan silica fume untuk tiap-tiap zona agregat kasar, sebagai berikut:

Variasi Zona Agregat Kasar (FM)

Berat Benda Uji Rata-Rata (kg)

Beban Tekan Rata-Rata (kN)

Kuat Tekan Rata-Rata (MPa)

Zona I (FM=7,03)

8,50

148,00

8,72

Zona II (FM=6,8)

8,34

162,00

9,17

Zona III (FM=6,38)

8,38

158,67

8,98

Tabel 4. Nilai Kuat Tekan Rata-Rata Beton

Kuat Tekan Rata-Rata (MPa) 9.30 9.20 9.10 9.00 8.90 8.80 8.70 8.60 8.72 8.50 8.40

9.17 8.98

Zona I (FM=7,03)

Zona II (FM=6,8)

Kuat Tekan Rata-…

Zona III (FM=6,38)

Gambar 4. Grafik Nilai Kuat Tekan Rata-Rata Beton KUAT TARIK BELAH Data hasil pengujian kekuatan tarik belah silinder beton dengan penambahan silica fume untuk tiap-tiap zona agregat kasar, sebagai berikut: Variasi Zona Agregat Kasar (FM)

Berat Benda Uji Rata-Rata (kg)

Beban Tarik Rata-Rata (kN)

Kuat Tarik Rata-Rata (MPa)

Zona I (FM=7,03)

8,35

60,67

0,86

Zona II (FM=6,8)

8,23

62,00

0,88

Zona III (FM=6,38)

8,26

60,00

0,85

Tabel 5. Nilai Kuat Tarik Belah Rata-Rata Beton

Kuat Tarik Rata-Rata (MPa) 0.88 0.88

0.87 0.86 0.85 0.86

0.85

0.84 0.83 0.82 Zona I (FM=7,03)

Zona II (FM=6,8)

Kuat Tarik RataRata (MPa)

Zona III (FM=6,38)

Gambar 5. Grafik Nilai Kuat Tarik Belah Rata-Rata Beton

ABSORBSI DAN BERAT ISI BETON Data hasil pengujian absorbsi dan berat isi beton dengan penambahan silica fume untuk tiap-tiap zona agregat kasar, sebagai berikut: Variasi Zona Agregat Kasar (FM)

Berat Isi Rata-Rata (kg/cm3)

Absorbsi RataRata (%)

Zona I (FM=7,03)

1590,15

3,16

Zona II (FM=6,8)

1564,30

3,12

Zona III (FM=6,38)

1570,18

3,11

Tabel 6. Nilai Berat Isi dan Absorbsi Rata-Rata Beton

Absorbsi Rata-Rata (%) 3.17 3.16 3.15 3.16 3.14 3.13 3.12

3.12

3.11

3.11

3.10

Absorbsi Rata-Rata (%)

3.09 Zona I (FM=7,03)

Zona II (FM=6,8)

Zona III (FM=6,38)

Gambar 6. Grafik Nilai Absorbsi Rata-Rata Beton

Berat Isi Rata-Rata (kg/cm3) 1600.00 1590.00 1590.15 1580.00 1570.00 1570.18

1560.00

1564.30

Berat Isi Rata-Rata (kg/cm3)

1550.00 Zona I (FM=7,03)

Zona II (FM=6,8)

Zona III (FM=6,38)

Gambar 7. Hasil Berat Isi Rata-Rata Beton KESIMPULAN 1.

2.

Agregat buatan yang berasal dari limbah botol plastik HDPE (High Density Polyethylene) dapat digunakan sebagai bahan penyusun beton ringan. Dimana karakteristik agregat diperoleh; BJ agregat sebesar 1,06 (syarat BJ antara 1 sampai 1,8) dan berat isi agregat sebesar 562 kg/m 3 (syarat < 880 kg/m3) (SNI 03-24612002). Beton yang dibuat dengan menggunakan agregat buatan yang berasal dari limbah botol plastik HDPE memiliki berat isi rata-rata sebesar 1575 kg/m3 sehingga dapat dikategorikan sebagai beton ringan (syarat < 1850 kg/m3) (SNI 03-3449-2002).

3.

4.

Kuat tekan maksimum terjadi pada beton yang menggunakan agregat kasar zona II yaitu sebesar 9,17 MPa. Kuat tarik belah maksimum juga terjadi beton yang menggunakan agregat kasar zona II yaitu sebesar 0,88 MPa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zona II (19-4,75 mm) adalah zona terkuat pada penelitian ini. Beton ringan yang menggunakan agregat buatan yang berasal dari limbah botol plastik HDPE pada penelitian ini belum dapat diaplikasikan pada elemen struktural karena belum memenuhi syarat minimum (syarat > 17,24 MPa) (SNI 03-3449-2002). SARAN

1. 2. 3.

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan variasi dosis silica fume yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan mengkombinasikan dengan bahan tambahan lain, seperti superplasticizer untuk mendapatkan beton ringan yang dapat digunakan pada elemen struktural. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan ketelitian yang maksimum dalam pengerjaan pembuatan agregat kasar ringan dari limbah botol plastik HDPE dan pada pengecoran beton untuk mendapatkan hasil yang tepat dan tingkat penyimpangan yang rendah. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktural SNI 03-2461-2002. Jakarta: Badan Standar Nasional. Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perancangan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan SNI 03-3449-2002. Jakarta: Badan Standar Nasional. Bermansyah, S. dan Sanneti Hevianis. 2011. Analisis Proporsi Bubur Kertas dan Pasir Terhadap Kuat Tekan Beton Kertas. Lhokseumawe: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011. Fauzi, Muhammad. 2014. Analisa Pemanfaatan Fly Ash Sebagai Substitusi Semen Terhadap Sifat Mekanik Beton Kertas. Medan: Universitas Sumatera Utara. Jackson, Neil and Dhir, Ravindra K. 1996. Civil Engineering Materials. New York: Palgrave. Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi. Murdock, L.J. dan Brook, K.M. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga. Neville, A.M. 1987. Concrete Technology, London: Longman Group Ltd. Neville, A.M., 1999, Properties of Concrete, Fourth Edition Longman, England. Nugraha, Antoni. 2007. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi. Pratikto. 2011. Pemanfaatan Superplasticizer pada Beton Ringan Struktural Beragregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate). Jurnal Poli Teknologi Vol.10 No.1. Jakarta: Politeknik Negeri Jakarta. Rangkuti, Rahmadsyah. 2015. Pengaruh Sifat Mekanik Beton pada Penambahan Master Glenium SKY 8316. Medan: Universitas Sumatera Utara. Riyadi, Mohtarom dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah Plastik Simpul Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Beton. Jurnal Politeknologi Vol. 14 No. 1. Jakarta: Politeknik Negeri Jakarta. Rommel, Erwin. 2013. Pembuatan Beton Ringan Dari Aggregat Buatan Berbahan Plastik. Jurnal Gamma, ISSN 2086-3071, Volume 9, No. 2. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Sina, Dantje A. T. dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Cacahan Limbah Plastik Jenis High Density Polyethylene (HDPE) pada Kuat Lentur Beton. Jurnal Teknik Sipil Vol. 1 No. 4. Kupang: Universitas Nusa Cendana. Soebandono, Bagus dkk. 2013. Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran Limbah Plastik HDPE. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Susilorini, Retno. 2011. Teknologi Beton Lanjutan Durabilitas Beton Edisi 2. Semarang: Surya Perdana Semesta