PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH

Download dalam penelitian ini adalah The Interactional View, Dialogue Theory, dan Teori. Manajemen Privasi. Teknis analisis data yang digunakan dala...

0 downloads 360 Views 82KB Size
PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL

SUMMARY SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Penyusun Nama

: Ulya Saida

NIM

: 14030110120048

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

ABSTRAKSI Judul : Pengalaman Komunikasi Remaja yang Diasuh oleh Orangtua Tunggal Nama : Ulya Saida NIM : 14030110120048 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus antara anak dengan orangtua tunggal yang mengalami kesulitan dalam hal pengasuhan anak. Di Indonesia sendiri terdapat tujuh juta perempuan yang yang menjadi kepala rumah tangga atau dengan kata lain mereka semua menjadi oragtua tunggal yang mengasuh anaknya seorang diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemaknaan pengasuhan anak di dalam keluarga yang dilakukan oleh orangtua tunggal. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk pada paradigma interpretif dan tradisi fenomenologi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Interactional View, Dialogue Theory, dan Teori Manajemen Privasi. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada metode fenomenologi dari Clark Mustakas. Subjek penelitian ini adalah orangtua tunggal baik ibu maupun ayah serta anak remaja mereka (perempuan atau laki-laki) yang berusia 14-22 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dengan orangtua tunggal tidak semua dapat dengan mudah bertahan dan beradaptasi terhadap kondisi keluarga yang dihadapinya saat ini terkait dengan pengasuhan anak yang dilakukan seorang diri tanpa adanya bantuan dari keluarga lainnya. Kedekatan hubungan yang terjalin antara anak dengan orangtua tunggal bergantung dari interkasi melalui percakapan yang dilakukan sehari-hari. Orangtua tunggal memiliki aturan-aturan tersendiri yang diterapkan di dalam keluarga, pola pengasuhan yang berbeda serta keluarga dengan orangtua tunggal tidak akan mendapatkan intervensi dari pihak ketiga atau dalam hal ini pihak luar seperti pasangan ataupun sanak saudara dalam pengasuhan terhadap anak. Dukungan yang diberikan orangtua tunggal terhadap anak memiliki dampak yang berbeda pada setiap anak Penelitian selanjutnya dapat mengkaji dengan menggunakan metoda penelitian yang lainnya seperti menggunakan pendekatan etnografi yang berusaha melakukan pengamatan dengan proses yang lebih panjang sehingga peneliti memahami betul bagaimana kehidupan keseharian subjek penelitian tersebut. Keyword: Hubungan Anak-Orangtua, Pengasuhan Anak, Orangtua Tunggal

PENDAHULUAN Tumbuh dan berkembangnya seorang anak bermula dari sebuah keluarga sebelum selanjutnya anak berkembang dengan pengaruh lingkungan disekitarnya. Namun keluargalah tempat pertama kali anak belajar. Dari berinteraksi dengan keluargalah anak mulai diajarkan untuk mengenal dan membentuk karakternya masing-masing. Khususnya ketika seorang anak mulai memasuki masa remaja, yakni masa ketika seseorang berada dalam masa transisi dari fase anak-anak menuju fase dewasa. Bagi seorang anak keluarga memiliki arti penting dan keluarga harmonis merupakan keluarga yang diidam-idamkan oleh banyak orang termasuk anak usia remaja. Keluarga tersebut mengarah pada keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis. Namun tidak semua anak khususnya anak usia remaja mendapatkan keadaan keluarga harmonis yang demikian. Anak diperlihatkan dengan kenyataan bahwa keluarganya sudah tidak dapat hidup bersama lagi atau dengan kata lain keluarga sudah tidak utuh seperti keluarga normal lainnya. Anak kehilangan salah satu orangtuanya baik itu ibu maupun ayah yang disebabkan oleh perceraian orangtua atau kematian salah satu orang tua. Interaksi yang terjalin antara anak dan orangtua tunggal tentu memiliki kendala. Kendala dalam berkomunikasi tidak hanya dirasakan oleh anak yang diasuh oleh orangtua tunggal tetapi juga dirasakan oleh anak remaja yang diasuh oleh orangtua lengkap pada umumnya. Namun dengan kondisi diasuh oleh orangtua tunggal maka kendala komunikasi dalam keluarga akan lebih sulit untuk dilewati.

Terdapat banyaknya kasus antara anak dengan orangtua tunggal yang mengalami kesulitan dalam hal pengasuhan anak. Di Indonesia sendiri terdapat tujuh juta perempuan yang yang menjadi kepala rumah tangga atau dengan kata lain mereka semua menjadi oragtua tunggal yang mengasuh anaknya seorang diri. Adanya perbedaan keinginan antara remaja dengan orangtua menjadikan kesulitan bagi orangtua tunggal dalam memahami keinginan anak, perbedaan keinginan tersebut tidak diimbangi dengan komunikasi yang baik sehingga terjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Idealnya pengasuhan terhadap anak dilakukan oleh kedua orangtua namun dalam fenomena single parent hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja.. Ketika melakukan proses pengasuhan anak dibutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah pemenuhan kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari peristiwa kehidupan yang merugikan. Orangtua adalah penyedia dukungan utama bagi anak. Orangtua terdaftar sebagai sumber utama kasih sayang, jaminan bantuan fisik dan materi, keintiman, dan sebagai seseorang yang selalu ada bila diperlukan oleh anak. (Vangelisti, 2004: 499) Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan bagaimana pemaknaan pengasuhan anak di dalam keluarga yang dilakukan oleh orangtua tunggal.

PEMBAHASAN Paradigma yang digunakan dalam penelitan mengenai pengasuhan remaja yang dilakukan oleh orangtua tunggal ini adalah paradigma interpretif. Paradigma interpretif dapat didefinisikan sebagai seperangkat kepercayaan dasar dalam memandu tindakan. Penelitian dipandu oleh seperangkat kepercayaan dan perasaan tentang dunia serta bagaimana memahami dan mengkajinya. Lebih penting dari pada yang lain, paradigma interpretif memuculkan tuntutan tertentu terhadap peneliti, yang meliputi pertanyaan yang diajukan dan interpretasi yang diterapkan padanya. Isu utama interpretif yang memusatkan perhatian pada makna dan pengalaman subjektif sehari-hari yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana objek dan pengalaman terciptakan secara penuh makna dan dikomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Interactional View, Dialogue Theory, dan Teori Manajemen Privasi. Menurut Teori interactional view perilaku setiap anggota keluarga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku anggota keluarga lainnya. Teori ini cocok digunakan dalam pengasuhan anak dalam keluarga. Konsep keluarga sebagai sebuah sistem dapat diaplikasikan dalam fenomena pengasuhan anak dalam keluarga yang dilakukan oleh orangtua tunggal. Anggota keluarga baik itu anak ayah ataupun ibu bukanlah perorangan atau individu yang terpisah. Keterhubungan anak dan orangtua tunggal dalam kegiatan pengasuhan harus dipertimbangkan untuk memahami keluarga secara penuh sebagai suatu kesatuan. (Griffin,2011: 183-186)

Teori Interactional View ini dapat digunakan untuk menjelaskan kasuskasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari salah satunya dalam keluarga yang melakukan pengasuhan anak oleh orangtua tunggal. Selain itu teori ini dapat digunakan untuk memberikan arahan dan saran-saran tertentu oleh seseorang kepada orang lain dalam suasana keakraban, personal, dan mungkin saja bersifat pribadi dan rahasia. Komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak ditimbulkan dari adanya interaksi yang terjadi diantara keduanya. Interaksi yang berlangsung tidak lepas dari sebuah dialog. Dialog tersebut dapat berbeda bahkan mungkin menimbulkan pertentangan. Dalam proses pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua tunggal ini terdapat perbedaan pandangan yang terjadi antara orangtua dengan sang anak. Maka dialog ini digunakan oleh kedua belah pihak untuk dapat menyelesaikan ketidaksepahaman yang terjadi diantara mereka sehingga keberagaman kontradiksi yang dimunculkan memberikan efek yang positif dalam pengasuhan anak oleh orangtua tunggal. Penelitian ini juga menggunakan teori managemen privasi komunikasi. Teori ini menyatakan sesuatu yang sedang kita pikirkan merupakan hal yang rumit, tetapi hal ini sering kali dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan pengasuhan anak yang dilakukukan dalam keluarga single parent, terkadang anak sulit menggungkapkan apa yang sebenarnya ia inginkan kepada orangtua, begitu juga sebaliknya. (West dan Turner, 2009: 253) Pengasuhan anak penting adanya untuk dilakukan oleh orangtua salah satu tujuannya adalah untuk mendisiplinkan anak. Orangtua melakukan komunikasi

dengan sang anak dalam proses pengasuhan. Komunikasi dalam konteks ini untuk menciptakan kehangatan dan kontrol. Orangtua yang melakukan kegiatan pengasuhan dan komunikasi yang hangat akan mendapatkan respon dari anak mereka. Respon yang diterima yakni perilaku yang komunikatif, komunikasi yang jelas, kedekatan antara anak dengan orangtua, dan terciptanya suasana yang aman dengan anak mereka. Sedangkan orangtua yang tidak responsive akan mendapatkan respon yang sebaliknya. Menurut (Baumrind dalam LePoire, 2006: 134-139) terdapat tiga tipe dalam pengasuhan anak yakni: Authoritarian Parenting, Permissive Parenting, Authoritative Parenting. Keberhasilan orangtua tunggal dalam mengelola keluarga adalah dengan mendidik anak untuk bersikap terbuka. Menurut Hopson dalam (Hidayat, 2012: 177) hal yang merupakan syarat hubungan harmonis, yakni sebuah hubungan yang dilandasi oleh rasa saling percaya, terbuka, saling berbagi dan saling memahami. Keharmonisan keluarga bersumber dari kerukunan hidup di dalam keluarga. Ciri-cirinya sesama anggota keluarga dapat berhubungan dengan nyata, teratur yang baik, terutama hubungan antara anak dengan orangtua. Jadi keharmonisan keluarga merupakan sarana pembentuk karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu keluarga yang memiliki latar belakang yang baik akan mampu membimbing dan mengarahkan anaknya kearah mereka bercita-cita. Demikian pula sebaliknya, keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis akan sulit untuk membimbing anak mereka menjadi anak yang terbaik untuk masa depannya.

PENUTUP Penelitian ini menggambarkan pengalaman komunikasi remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal. Peneliti memberikan gambaran mengenai situasi komunikasi dalam keluarga single parent, hubungan yang terjalin di antara anak remaja dengan orangtua tunggal dalam kehidupan sehari-hari, hingga bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua tunggal. Penelitian ini merupakan studi dengan metode kualititaf dengan pendekatan fenomenologi. Pada proses penelitian sejumlah 4 (empat) orang informan dilibatkan untuk menjadi narasumber. Informan tersebut terdiri dari pasangan anak dan ibu serta pasangan anak dan ayah yang keduanya doasuh oleh orangtua tunggal. pemilihan informan sebagai narasumber merujuk pada kualifikasi: tinggal bersama dalam satu atap dengan orangtua tunggal, serta dapat menceritakan pengalaman diasuh oleh orangtua tunggal. Selanjutnya dengan menggunakan instrumen wawancara mendalam (indepth interview), diperoleh data primer berupa pengalaman dari individu narasumber yang dibutuhkan untuk menyusun deskripsi tekstural dan struktural para informan. 4.1

Simpulan

Pembahasan tentang temuan-temuan penelitian diatas menghasilkan beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilaksanakan bahwa: 1. Keluarga dengan orangtua tunggal tidak semua dapat dengan mudah bertahan dan beradaptasi terhadap kondisi keluarga yang dihadapinya saat ini terkait dengan pengasuhan anak yang dilakukan seorang diri tanpa adanya bantuan dari keluarga lainnya .

2. Kedekatan hubungan yang terjalin antara anak dengan orangtua tunggal bergantung dari interkasi melalui percakapan yang dilakukan sehari-hari. Selain itu pengunggkapan diri mengenai informasi privat milik individu khususnya anak terhadap orangtua tunggal dapat meningkatkan hubungan menuju level yang lebih intim. 3. Keluarga dengan orangtua tunggal tidak hanya memiliki keterbatasan dalam melakukan pengasuhan terhadap anak, namun juga memiliki kelebihan. Kelebihan yang dimiliki yakni pengasuhan terhadap anak tidak harus ada intervensi dari pihak ketiga. Selain itu pula orangtua tunggal memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan anak. 4. Setiap keluarga memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda. Pola tersebut sebenarnya tidak secara sengaja diterapkan oleh orangtua tunggal hanya saja terlihat pada proses pengasuhan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini informan menggunaka pola pengasuhan yang authoritative, yakni pengasuhan yang mendorong adanya verbal give and take serta menjadikan diskusi dengan anak sebagai cara untuk mempererat hubungan. Pola permissive, orangtua lebih sering mengizinkan dan serba memperbolehkan berbagai tindakan yang dilakukan anak. 5. Dukungan yang diberikan orangtua tunggal terhadap anak memiliki dampak yang berbeda pada setiap anak. Anak dengan dukungan yang berlimpah dari orangtua tunggalnya akan memiliki kepercayaan diri yang baik serta menyalurkan pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sedangkan

anak yang memiliki dukungan yang kurang dari orangtua tunggalnya cenderung memiliki perilaku yang menyimpang, merasa rendah diri serta melampiaskannya pada kegiatan yang negatif. 6. Orangtua tunggal memiliki aturan-aturan tersendiri yang diterapkan dalam proses

pengasuhan

anak.

Aturan

tersebut

didasarkan

dengan

mengakomodasi nilai penghargaan dan hukuman. Dalam pengungkapan perasaan

yang

terjadi

ketika

proses

pengasuhan

anak

banyak

menggubakan bahasa verbal ataupun non verbal. Non verbal seperti diam dianggap cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan tidak suka ataupun marah terhadap orangtua maupun anak.

DAFTAR PUSTAKA Griffin, Em. (2011). A First Look at Communication Theory Edisi 8. New York : Mc Graw Hill Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta : Graha Ilmu LePoire, Beth A. (2006). Family Communication: Nurturing and Control in Changing World. California: Sage Publition West, Richard., Turner, Lynn H. (2009). Pengantar Teori Komunikas. Jakarta: Salemba Humanika