DAMPAK MEJA KURSI SEKOLAH YANG TIDAK ERGONOMIS TERHADAP KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: Suhardiono, SKM, M.Kes
Pendahuluan Di Indonesia masalah ketidak sesuaian dari aspek ergonomi antara sarana dengan manusia serta pengaruhnya terhadap kesehatan belum mendapat perhatian yang serius. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap perbedaannya yang manfaat daripadanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan. Berbagai hasil survai dan intervensi yang telah dilakukan terhadap tenaga kerja menunjukkan bahwa dengan penerapan sarana kerja yang Ergonomi (serasi) dengan ukuran tubuh pekeda dapat memperbaiki sikap kerja serta meningkatkan produktivitas dalam bekeda. Kenyataan yang terlihat bahwa untuk poster tubuh anak usia sekolah sekarang tampak lebih besar dibandingkan dengan anak terdahulu. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tubuh anak usia sekolah sekarang meningkat seiring dengan kecukupan gizi yang baik. Penelitian terhadap kondisi kesehatan anak usia sekolah telah banyak dilakukan, tetapi penelitian kesehatan anak sekolah yang berkaitan dengan meja kursi sekolah belum ada. Dampak dari ketidak serasian antara meja kursi dengan ukuran tubuh anak sekolah merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Akibat dari meja kursi sekolah yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh anak sekolah antara lain dapat mengakibatkan anak cepat mengalami kelelahan,
Penelitian pada Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Lembaga Kesehatan Depkes RI perasaan tidak nyaman (gelisah), kurang konsentrasi, mengantuk, dan lain sebagainya. Adapun apabila kondisi tersebut berlangsung lama (selama masa sekolah), akibat lebih jauh akan menyebabkan perubahan sikap tubuh dan gangguan pertumbuhan. Secara keseluruhan akibatnya akan mengarah kepada gangguan dalam proses belajar ("leaming disability"). Untuk mengantisipasi adanya ketidak serasian antara meja kursi dengan ukuran tubuh anak sekolah, maka alternatif pemecahannya adalah dengan penerapan meja kursi sekolah yang sesuai ("ergonomis") dengan postur tubuh anak. Untuk itu, pedu dilakukan penelitian untuk mendapatkan ukuran antropometri meja kursi untuk mengetahui ketidak serasian tersebut serta dampaknya terhadap kesehatan. Penerapan meja kursi sekolah yang ergonomis dapat mencegah lebih dini berbagai gangguan kesehatan anak di masa dewasanya nanti dan membentuk sikap tubuh yang benar (posisi duduk), mengurangi kelelahan, lebih berkonsentrasi, dan akhirnya secara keseluruhan akan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk lebih berkualitas baik dari segi derajat kesehatannya maupun pada peningkatan kemampuan/konsentrasi dalam belajar ("leaming ability"). Kelompok usia anak sekolah dasar (SD) adalah generasi penerus bangsa yang merupakan kelompok strategis dalam upaya pencegahan secara dini melalui pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
24
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model ukuran meja kursi sekolah yang sesuai ("ergonomis") dengan ukuran tubuh anak sekolah dasar, sehingga diharapkan dapat
Vol. 1, No. 1, Edisi Juni 2005 mengurangi kelelahan dan meningkatkan kesehatan dan konsentrasi belajar ("learning ability").
Metode Penelitian Penelitian menggunakan deskriptif crosssectional. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Adapun cara pengumpulan data antara lain: Pertama, dengan pengukuran antropometri anak sekolah dan antropometri meja kursi sekolah menggunakan metode "Tukang Jahit" untuk mengetahui kesesuaian antara tubuh anak sekolah dengan meja kursinya. Ukuran antropometri adalah ukuran-ukuran alamiah dari tubuh manusia dan alat kerja yang berperan didalam melakukan aktivitas, baik secara statis (ukuran sebenarnya) maupun secara dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan). Kedua, dengan cara tes kelelahan menggunakan Metode Waktu Reaksi ("Reaction Time") untuk mengetahui tingkat kelelahan fisik secara umum dan tes konsentrasi ("alpha test") untuk mengetahui konsentrasi anak sekolah. Ketiga, dengan cara pengisian kuesioner oleh anak sekolah untuk mengetahui gangguan kesehatan berupa keluhan yang berkaitan dengan meja kursi sekolah. Selanjutnya, dilakukan pengamatan ("observasi") terhadap lingkungan fisik sekolah dan sarana sekolah lain serta proses belajar mengajar di masing-masing sekolah dasar yang terpilih. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain terdiri dari formulir untuk pengukuran antropometri serta Tes Alpha dan kuesioner untuk anak sekolah. Penyusunan formulir tersebut berpedoman pada formulir pengukuran antropometri pada tenaga kerja dari Pusat Hiperkes Depnaker RI, yang kemudian dimodifikasi untuk disesuaikan pada anak sekolah. Sedangkan untuk formulir tes; alpha
pada anak dibuat mengacu pada buku tes IQ dari Anne Anastasi tahuh 1982. Penyusunan kuesioner untuk mengetahui berbagai keluhan kesehatan berkaitan dengan meja kursi sekolah dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk mendapat masukan dari berbagai pihak yang terkait seperti Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Depdiknas RI, Pusat Hiperkes, Depnaker RI serta para peneliti dari Pusat Penelitian PTM Balitbangkes, Depkes RI. Kegiatan penelitian ini merupakan kerjasama antara Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Balitbangkes, Depkes RI, dengan berbagai unsur terkait seperti Pusat Hiperkes, Depnaker RI, Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun sebagai penghubung langsung antara subyek dan obyek penelitian melalui guru wali kelas di masing masing SD yang terpilih. Teknis pelaksanaan dalam pengumpulan data diawali dengan suatu pelatihan terhadap para wali kelas tiga dan empat dari masing-masing SD yang terpilih, mengenai hal-hal serta petunjuk yang berkaitan dengan cara penggunaan instrumen pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Peneliti Pusat dibantu oleh tim peneliti daerah yang terdiri dari para guru sekolah dasar yang terpilih. Populasi yang dijadikan sampel adalah siswa sekolah dasar kelas tiga dan empat dengan rasionalisasi umur 911 tahun (umur anak laten). Sampel diambil secara proporsional sampling dengan perhitungan besar sampel dengan persentase kelainan sebesar 50% (P--0,50), confidence level 95%, relative, precision 10% (c=0,10), sehingga dengan P=0,50 dan c=0,10 jumlah sampel minimum adalah 384
25
siswa (Tabel Perhitungan Sampel dari WHO) atau dibulatkan menjadi 400 siswa. Sampel ini diperoleh dengan mengacak seluruh SD di Kecamatan Medan Kota Medan, sehingga diperoleh 5 SD. Dari masing-masing SD tersebut dilakukan pengumpulan data terhadap siswa kelas tiga dan empat sehingga dengan perkiraan untuk tiap kelas terdapat 40 siswa, maka untuk masingmasing SD diperoleh 80 siswa, sehingga untuk jumlah seluruhnya akan diperoleh 400 siswa. Data yang telah terkumpul dilakukan analisa secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan program SPSS for Windows dan deskriptif narasi. Hasil Hasil penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.Antropometri Hasil pengukuran antropometri meja dan kursi sekolah serta antropometri tubuh anak sekolah dasar kelas tiga dan empat dibandingkan untuk mengetahui kesesuaiannya. Berdasarkan hasil perbandingan itu terungkap adanya katidak sesuaian (tidak ergonomis tidak sesuai) antara meja kursi sekolah dengan postur tubuh anak sekolah. Ketidaksesuaian yang jelas sekali terlihat adalah pada tinggi meja sebesar 100% dan kursi sekolah (tinggi alas duduk) dan lebar alas duduk sebesar 81,11 2.Kelelahan Hasil pengukuran kelelahan dengan menggunakan Reaction Timer yang dilakukan sebelum dan sesudah belajar menunjukkan bahwa terdapat peningkatan waktu yang dibutuhkan oleh anak sekolah untuk merespon terhadap rangsang suara sebesar 20% dan cahaya sebesar 19,9%. 3.Konsentrasi Hasil pengukuran konsentrasi dengan Tes Alpha menunjukkan bahwa nilai ("score") lebih tinggi pada sesudah
26
belajar dibanding dengan nilai sebelum belajar. Adapun persentase tertinggi dari nilai konsentrasi termasuk dalam kriteria "baik" pada sebelum maupun sesudah belajar. 4.Keluhan Pola gangguan kesehatan (berupa keluhan) anak sekolah yang berkaitan dengan meja dan kursi sekolah diperoleh dari jawaban kuesioner terhadap anak. Dari berbagai keluhan yang dirasakan oleh anak, persentase terbesar terdapat pada keluhan sakit berupa pusing sebesar 74,7%, lengan pegal/sakit sebesar 72,3%, anak merasa lelah sebesar 65,4%, dan leher sakit/pegal sebesar 61,3%. Adanya ketidaksesuaian antara ukuran antropometri meja dan kursi sekolah dengan ukuran antropometri tubuh anak sekolah dasar, khususnya kelas 3 dan 4 diasumsikan dampaknya dapat menyebabkan pengaruh terhadap kelelahan, konsentrasi, dan keluhan serta sikap tubuh yang tidak ergonomis (menulis sambil berdiri). Diskusi Berdasar pada hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan faktafakta bahwa dengan cara melihat keadaan nyata atau sebenamya, jelas sekali terlihat adanya ketidak sesuaian antara meja dan kursi sekolah dengan ukuran tubuh anak sekolah dasar. Meja sekolah yang digunakan tampak terlalu tinggi untuk ukuran anak SD. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh anak berusaha untuk menyesuaikan dengan meja serta kursi sekolah yang dipakainya. Oleh karena itu, posisi anak pada waktu belajar (menulis dan membaca buku) menjadi tidak nyaman (tidak ergonomis), seperti misalnya menulis sambil berdiri, membaca buku dengan jarak mata yang terlalu dekat, sikap anak pada waktu menulis di meja membentuk posisi tubuh bengkok/miring. Keadaan tersebut menimbulkan berbagai keluhan yang berkaitan dengan
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia sikap duduk pada waktu proses belajar mengajar, yang dalarn penelitian ini ditunjukkan dengan adanya penurunan derajat kesehatan anak seperti adanya berbagai keluhan sakit atau pegal pada bagian tubuh anak sekolah. Apabila keadaan meja dan kursi sekolah yang tidak sesuai dengan tubuh anak sekolah berlangsung dalam jangka waktu lama (selama proses belajar di SD), dikhawatirkan akibatnya akan berpengaruh kepada gangguan anak dalam belajarnya ("learning disability"). Gangguan kesehatan yang merupakan dampak negatif dad penggunaan meja kursi yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh anak antara lain adalah kelelahan pada anak sekolah. Sarana sekolah yang tidak ergonomis (tidak sesuai) dengan ukuran tubuh anak diasumsikan menimbulkan kelelahan lebih dini (menambah fingkat keleiahan), yang seharusnya dapat dipertahankan/dikurangi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan waktu untuk menerima rangsang sebelurn dan sesudah belajar (P=0,001) yang berarti adanya kelelahan anak untuk semua anak yang diukur dari 5 sekolah dasar. Dari 2 jenis rangsangan yang diberikan pada anak berupa rangsangan suara dan cahaya, hasilnya sernua menunjukkan adanya peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk menerima kedua jenis rangsangan tersebut yaitu sebesar 20% untuk suara dan 19,9% untuk cahaya. Meskipun kelelahan fisik secara umum ini bukan hanya disebabkan oleh faktor sarana sekolah saja, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik anak sendid maupun oleh jenis aktivitas anak sebelum diukur. Adapun ketidaksesuaian antara meja kursi sekolah dengan ukuran tubuh anak sekolah, pada penelitian ini belum menunjukkan pengaruhnya terhadap konsentrasi anak. Hasil analisa statistik menunjukkan adanya perbedaan nilai (score) konsentrasi antara sebelum belajar dengan sesudah belajar (P=0,015). Hasil tes konsentrasi justru
Vol. 1, No. 1, Edisi Juni 2005 menunjukkan hasil nilai ("score") yang lebih tinggi pada waktu tes sesudah aktivitas dibandingkan dengan sebelum aktivitas. Ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah pada penelitian ini belum menimbulkan pengaruh terhadap konsentrasi anak karena lama waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas anak tidak terpenuhi L+ 3 jam). Sedangkan hasil penelitian diasumsikan bahwa hasil tes konsentrasi seharusnya sesuai dengan hasil tes kelelahan, yaitu adanya penurunan konsentrasi karena adanya kelelahan yang meningkat. Untuk mendapatkan hasil yang baik seharusnya dilakukan tes dengan lama waktu aktivitas anak yang lebih panjang dan didukung oleh lingkungan fisik yang lain (ketenangan) dalam mengerjakan tes tersebut. Tingkat konsentrasi anak pada penelitian ini menunjukkan kriteria "baik" untuk tes sebelum dan sesudah aktivitas. Adanya ketidaksesuaian antara sarana sekolah dengan ukuran tubuh anak juga didukung dengan hasil kuesioner mengenai gangguan kesehatan berupa yang dirasakan oleh anak (secara subyektif). Tidak sesuainya ukuran antropometri meja kursi dengan ukuran antropometri anak, terutama pada tinggi meja dan kursi. Kondisi tersebut menimbulkan keluhan seperti lengan sakit atau pegal (72,3%) dikarenakan ukuran meja tedalu tinggi dan karena sikap pada waktu menulis yang salah menjadikan jarak antara mata dengan tulisan atau meja menjadi dekat, sehingga menimbulkan keluhan pusing (74,7%). Meskipun demikian keluhan pusing dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Sikap dan perilaku dalam proses belajar mengajar tampak tidak nyaman dan kadang-kadang menulis dilakukan sambil berdid, sebagai akibat dari meja kursi yang tidak ergonomis (tidak sesuai). Kondisi tersebut menimbulkan berbagai keluhan seperti leher sakit/pegal (61,3%), bahu pegal/sakit (57%), tangan dan jari pegal/sakit (52, 1 %) serta siku sakit (46%).
27
Sedangkan dampak negatif yang dirasakan anak karena kursi yang tidak sesuai/cocok dengan ukuran tubuh antara lain menimbulkan keluhan punggung pegal/sakit (54,5%), pinggang pegal/nyeri/sakit (49,2%), pantat pegal/sakit, (29,8%), lutut sakit pegal (38,9%) dan kaki pegal/sakit (44,1%). Oleh karena kondisi yang tidak nyaman ini akibatnya anak akan lebih cepat mengalami kelelahan/mengeluh lelah (65,4%), sesuai dengan hasil pengukuran tes kelelahan fisik dengan alat Reaction Timer. Sikap dan perilaku anak sekolah dalam proses belajar mengajar tampak tidak nyaman dengan sarana sekolah (meja kursi/yang tidak ergonomis). Kondisi tersebut menyebabkan sikap duduk yang salah (tidak sehat/bengkok) serta cara menulis atau membaca yang dilakukan sendiri oleh siswa untuk mengikuti meja dan kursi yang ada. Karena meja yang tedalu tinggi (12 cm dari ukuran standar) menyebabkan anak sebentar-sebentar berdiri dan bergerak merubah posisi. Kondisi seperti ini apabila berlangsung lama dikawatirkan akibatnya akan mengarah pada gangguan dalam belajarnya ("learning disability"), meskipun pada penelitian ini belum ditemukan secara pasti adanya gangguan tersebut. Selain meja kursi sekolah yang tidak sesuai (tidak ergonomis) sarana sekolah lain yang perlu ditinjau kembali adalah dari faktor desain gedung sekolah (kondisi fisik). Karena dari hasil pengamatan menunjukan bahwa kebanyakan desain kelas belum memenuhi standar yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Misalnya pada letak ventilasi yang berkaitan dengan penerangan kelas. Pada pelaksanaan penelitian ini melibatkan unsur-unsur terkait seperti Pusat Hiperkes Depnaker RI yang banyak berperan dalam pembuatan instrumen pengumpulan data serta kerjasama dalam satu tim penelitian. Dinas Kesehatan Kota Medan ikut terlibat sebagai penghubung dalam
28
mengkoordinasikan antara Depkes dengan Depdikbud di daerah. Kantor Depdikbud Kecamatan Medan ikut berperan dalam mengkoordinasikan Sekolah Dasar yang terpilih sebagai obyek penelitian melalui kepala sekolah masing-masing. Pembuatan instrumen penelitian dengan melibatkan unsur-unsur terkait (Pusat Hiperkes Depnaker dan Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Depdikbud) untuk mendapatkan masukan demi kelengkapan instrumen, yang selanjutnya dilakukan ujicoba kepada anak sebelum digunakan untuk pengumpulan data. Hasil penelitin ini telah membuktikan bahwa ukuran antropometri meja dan kursi sekolah tidak sesuai dengan ukuran antropometti tubuh anak sekolah dan didukung dengan dampak negatifnya seperti kelelahan dan berbagai keluhan. Untuk menindaklanjuti dari hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk dapat mendisain model bentuk meja dengan alas miring dan kursi yang ergonomis untuk anak sekolah dasar sebagat salah satu aftematif peningkatan kesehatan anak sekolah. Selanjutnya model tersebut diujicobakan dan dievaluasi untuk mengetahui manfaatnya. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa dan pembahasan, maka secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat ketidak sesuaian (tidak ergonomisi tidak sesuai) antara meja kursi sekolah (meja=100% dan kursi=81,11%) dengan ukuran tubuh anak sekolah. 2. Adanya peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk menerima rangsang suara (20%) dan cahaya (19,9%) menunjukkan adanya kelelahan yang disebabkan oleh ketidak sesuaian meja kursi sekolah. 3. Ketidaksesuaian meja kursi sekolah dengan ukuran tubuh anak sekolah belum menimbulkan pengaruh terhadap konsentrasi belajar.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Edisi Juni 2005
4. Pola gangguan kesehatan berupa keluhan tampaknya berkaitan dengan meja kursi sekolah yang tidak sesuai (tidak ergonornis): pusing (74,7%), lengan pegal/sakit (72,3%), anak merasa lelah (65,4%), dan leher pegal/sakit (61,3%). Saran 1. Karena terbukti adanya ketidaksesuaian antara meja kursi sekolah dengan ukuran tubuh anak sekolah dasar, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan unhik mendapatkan ukuran meja kursi unik tingkat kelas serta lokasi yang berbeda. 2. Penelitian untuk membuat disain bentuk meja dengan alas miring dan kursi yang ergonomis serta intervensi dari model yang diperoleh merupakan langkah yang perlu ditindaklanjuti. Kepustakaan (1).Suma'mur PK, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV Haji Masagung, Jakarta, 1988. (2).Eddy Charles, Pelayanan Pengujian Ergonomi, Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta, 1994. (3).Anne Anastasi, Psychology Testing, Mc. Graw Hill, New York, 1982. (4).SK Lwangsa, S. Lemeshow, Sample Size Determination in Health Studies. A Practical Manual, WHO Geneva. p.27,1991.
29