PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP HASIL PENJUALAN PRODUK PT

Download Saluran distribusi Barang Konsumsi. Penjualan barang konsumsi ditujukan untuk pasar konsumen, dimana umumnya dijual melalui perantara. Hal ...

0 downloads 396 Views 962KB Size
PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP HASIL PENJUALAN PRODUK PT SESIONAL SUPLIES INDONESIA Marianus firdaus S. A Raya Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jln. Margonda Raya 100, Pondok Cina Depok 16424 ABSTRAKSI Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini di tandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan dalam dunia bisnis. PT Sesional Supllies Indonesia, yang menjadi subjek penelitian ini adalah, merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan dan memasarkan produk makanan ringan berupa wafer stick. Pemasaran merupakan ujung tombak kelangsungan perusahaan Sesional Supllies Indonesia, oleh karena itu salah satu unsur dasar keberhasilan dan keunggulan perusahaan ini adalah penjualan yang terbaik. Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui system distribusi yang di gunakan PT Sesional Supllies Indonesia dan juga untuk mengetahui hubungan biaya distribusi dengan hasil penjualannya Adapun sampel yang di ambil dalam penelitian ini yaitu: biaya distribusi yang terdiri dari biaya transportasi, penyimpanan dan juga biaya penjualan sebagai variable X1, x2 dan x3 serta hasil penjualan sebagai variable Y dari bulan Januari - Desember tahun 2006 sampai 2008. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat, positif dan searah antara biaya distribusi dan hasil penjualan. Hal ini dapat terlihat dari hasil analisis korelasi linier dimana diperoleh nilai r sebesar 0,94, dan juga ada hubungan yang positif antara biaya promosi dengan hasil penjualan, hal ini di tunjukan dengan persamaan regresi Y = 78,608 + 128,345x1 + 21,202x2 + 98,170x3.

PENDAHULUAN Persaingan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contoh yang terjadi pada saat ini adalah persaingan antar calon legislatif untuk merebut kursi di gedung DPR. Tentu saja dalam mencapai itu semua para calon legislatif tersebut harus memiliki strategi yang jitu untuk mempengaruhi masyarakat agar memilihnya. Hal semacam ini pula terjadi dalam dunia bisnis, dimana setiap perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan citra produknya dimata konsumen. Salah satu cara untuk menghadapi persaingan tersebut adalah dengan merancang suatu strategi pemasaran untuk menyampaikan produknya sehingga dapat mudah diterima oleh konsumen. Untuk memaksimalkan strategi pemasaran di butuhkan dana untuk membiayai bauran yang terdapat pada pemasaran tersebut yaitu salah satunya, dalam membiayai distribusi produk

yang di hasilkan. Distribusi merupakan suatu hal yang paling penting dalam suatu kegiatan pemasaran karena apabila produk yang di hasilkan mempunyai kualitas yang baik, harga yang cukup bersaing, promosi yang mendukung tetapi distribusinya macet, maka produk tersebut tidak akan sampai ke tangan konsumen yang tentunya mempunyai dampak yang buruk bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan akan mengalami kerugian baik kerugian dalam bentuk materi maupun citranya dimata konsumen. Penentuan saluran distribusi yang tepat benar-benar harus di perhatikan, mengingat persaingan yang semakin ketat dari perusahaan lain yang memproduksi barang sejenis, sehingga semakin sulit, dalam hal memasarkan hasil produksi yang telah di targetkan oleh perusahaan. Saluran distribusi yang tepat adalah saluran distribusi yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang dapat meningkatkan hasil penjualan, sehingga diperoleh hasil yang

maksimal. Selain penentuan saluran distribusi secara tepat, perusahaan juga harus memperhitungkan biaya yang di keluarkan untuk membiayai kegiatan distribusi tersebut, sebab logikanya apabila terlalu besar biaya yang di keluarkan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. PT Sesional Supplies Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan ringan, produk yang di hasilkan berupa wafer stick dengan beberapa variasi rasa, di antaranya rasa coklat, strowbery, vanilla dan lain sebagainya. Wilayah pemasaran perusahaan ini sudah sangat luas hingga mencapai beberapa negara. Masalah distribusi barang merupakan hal yang sangat di perhatikan bagi perusahaan ini, karena apabila ada kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi akan dapat menggagalkan tujuan perusahaan yang telah di tentukan. Pemilihan saluran distribusi yang salah dapat menimbulkan penghamburan biaya atau pemborosan, oleh sebab itu masalah pemilihan saluran distribusi akan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menginginkan perkembangan usahanya. Dengan melihat bahwa distribusi mempunyai peranan yang besar terhadap hidup dan kembangnya perusahaan, maka penulis ingin mengetahui pengaruh biaya distribusi terhadap hasil penjualan produk pada PT Sesional Suplies Indonesia dengan menggunakan alat analisis Regresi linier berganda. Judul yang di ambil penulis dalam penulisan skripsi ini adalah “PENGARU BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP HASIL PENJUALAN PRODUK PADA PT SESIONAL SUPPLIES INDONESIA” TINJAUAN PUSTAKA Menurut Swastha ( 2000 ) Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen samapai ke konsumen atau pemakai industri. Sedangkan menurut Assauri ( 2002 :), Distribusi adalah “ lembaga - lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen.”

Menurut Kotler (2002) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu : 1. Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran. 2. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran. 3. Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli. 4. Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan 5. Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan. 6. Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang. 7. Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut. 8. Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialihalihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi. Ada beberapa alternatif saluran (tipe saluran) yang dapat dipakai. Biasanya alternative.

Ada beberapa alternatif jenis saluran yang dapat digunakan berdasarkan jenis produk dan segmen pasarnya, yaitu: ( Nitisemito : 2001 ) 1. Saluran distribusi Barang Konsumsi Penjualan barang konsumsi ditujukan untuk pasar konsumen, dimana umumnya dijual melalui perantara. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya pencapaian pasar yang luas menyebar yang tidak mungkin dicapai produsen satu persatu. Dalam menyalurkan barang konsumsi ada lima jenis saluran yang dapat digunakan. a) Produsen - Konsumen Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran inidisebut saluran distribusi langsung. b) Produsen - Pengecer - Konsumen Seperti hainya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen - Konsumen), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini, pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Namun alternatif akhir ini tidak umum dipakai. c) Produsen - Pedagang Besar - Pengecer Konsumen Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumendilayani pengecer saja.

d) Produsen - Agen - Pengecer - Konsumen Disini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya.lamenj alankan kegiatan perdagangan besar, dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar. e) Produsen - Agen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko- toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan. 2. Saluran distribusi Barang Industri Karena karakteristik yang ada pada barang industri berbeda dengan barang konsumsi, maka saluran distribusi yang dipakainya juga agak berbeda. Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan/kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor/cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat saluran distribusi itu adalah: a) Produsen - Pemakai lndustri Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri ini merupakan saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi langsung. Biasanya saluran distribusi ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi penjualan kepada pemakaiindustri relatif cukup besar. Saluran distribusi semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti kapal, lokomotif dan sebagainya. (yang tergolong jenis instalasi) b) Produsen - Distributor Industri - Pemakai Industri Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan kasesoris,dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara

lain: produsen barang bangunan, produsen alatalat untuk bangunan, dan sebagainya. c) Produsen - Agen - Pemakai lndustri Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru lebih suka menggunakan agen. d) Produsen - Agen - Distributor lndustri Pemakai lndustri Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung. Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya. 3. Saluran distribusi Jasa Konsep saluran distribusi juga tidak hanya terbatas pada saluran distribusi barang berwujud saja. Produsen jasa juga menghadapi masalah serupa yakni bagaimana hasil mereka dapat diperoleh sampai ketangan konsumen. Bagi lembaga penyedia jasa, kebutuhan akan faedah waktu dan tempat menjadi jelas. Jasa harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh pemakainya. Secara tradisional kebanyakan jasa-jasa dijual langsung oleh produsen kepada konsumen atau pemakai industrial. Tenaga perantara tidak digunakan jika jasa-jasa tidak dapat dipisahkan dari penjual, atau jika jasa diciptakan dan dipasarkan seketika itu juga. Pada tahun-tahun belakangan ini, beberapa pengusaha menyadari bahwa ciri tak terpisahkan pada jasa bukan menjadi halangan yang tak dapat ditanggulangi, sehingga jasa dapat disalurkan lewat sistem distribusi penjual. Manajemen pemasaran jasa dapatmeluaskan distribusinya. Contohnya dimulai dengan lokasi. Lokasi penjualan jasa harus mudah dicapai pelanggan, oleh karena banyak jasa yang tidak dapat dihantarkan. Pemasaran jasa perantara merupakan cara lain untuk meluaskan distribusi Beberapa pihak mengadakan pengaturan dengan

perusahaan agar gaji pegawainya dapat langsung dimasukkan dalam rekening pegawai pada bank itu. Jadi majikan menjadi perantara dalam distribusi jasa bank.Ciri tak teraba pada jasa berarti bahwa masalah distribusi fisik pada dasarnya tidak ada pada kebanyakan produsen jasa. Akan tetapi tidak semua produsen jasa bebas dari masalah distribusi fisik. Seperti hotel atau wisma peristirahatan yang mempunyai kelebihan kamar (persediaan) yang dapat merugikan usaha. Setiap perusahaan mempunyai strategi distribusi masing – masing yang tentunya maksud dari strategi tersebut adalah untuk meningkatkan hasil penjualan. Berikut ini strategi distribusi menurut Kotler ( 2001 ). 1. Strategi distribusi Intensif Distribusi intensif adalah strategi distribusi yang menempatkan produk dagangannya pada banyak retailer atau pengecer serta distributor di berbagai tempat. Tehnik ini sangat cocok digunakan untuk produk atau barang kebutuhan pokok sehari-hari yang memiliki permintaan dan tingkat konsumsi yang tinggi. Contoh seperti sembako, rokok, sikat gigi, odol, sabun, deterjen, dan lain sebagainya 2. Strategi Distribusi Selektif Distribusi selektif adalah suatu metode distribusi yang menyalurkan produk barang atau jasa pada daerah pemasaran tertentu dengan memilih beberapa distributor atau pengecer saja pada suatu daerah. Di antara distributor atau pengecer akan terdapat suatu persaingan untuk merebut konsumen dengan cara, teknik dan strategi masing-masing. Contoh saluran distribusi selektif adalah produk elektronik, produk kendaraan bermotor, sepeda, pakaian, buku, dan lain sebagainya.

3. Strategi Distribusi eksklusif Distribusi eksklusif adalah memberikan hak distribusi suatu produk pada satu dua distributor atau pengecer saja pada suatu area daerah. barang atau jasa yang ditawarkan oleh jenis distribusi eksklusif adalah barang-barang dengan kualitas dan harga yang tinggi dengan jumlah konsumen yang terbatas. Contoh distribusi ekslusif adalah seperti showroom mobil, factory outlet, restoran waralaba, produk mlm / multi level marketing / pasif income, mini market, supermarket, hipermarket, dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi Distribusi Setiap perusahaan harus mempertimbangkan berbagai macam factor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusinya. Pemilihan saluran distribusi yang efektif akan mampu mendorong peningkatan penjualan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. Berikut ini factor – factor yang mempengaruhi distribusi menurut Walters ( 2000 ) : 1. Sifat barang Sifat barang itu sendiri dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan seluruh distribusi yang harus ditempuh. Sifat barang ini dapat berupa cepat tidaknya barang tersebut mengalami kerusakan. Barang yang lekas rusak misalnya sayur-sayuran segar, susu segar, cenderung menggunakan mata rantai saluran distribusi yang pendek atau langsung. Barangbarang yang nilainya cepat turun, apabila tertunda penyampaiannya kepada konsumen, misalnya surat kabar, majalah, barang-barang mode dan lain sebagainya juga cenderung menggunakan mata rantai distribusi yang pendek atau langsung. Barang-barang yang volumenya besar atau timbangannya berat produsen sebaiknya menggunakan mata rantai saluran distribusi yang pendek atau langsung. Sebab apabila produsen menggunakan mata rantai saluran distribusi yang panjang, akan menambah ongkos pengangkutan sehingga menyebabkan harga kepada konsumen menjadi tinggi.

2. Sifat pembayaran Dalam pemasaran barang, ada barangbarang tertentu yang memerlukan penyebaran seluas-luasnya baik secara vertikal maupun horizontal. Biasanya barang-barang tersebut merupakan kebutuhan umum, harga perunit rendah serta pembelian dari setiap konsumen relatif kecil. Barang-barang semacam ini perlu disebarkan seluas-luasnya karena konsumen lebih senang jika barangbarang tersebut dapat dibeli disekitar tempat tinggalnya yang tidak begitu jauh atau pada waktu perjalanan mudah untuk membelinya. Barang-barang seperti ini misalnya rokok, garam, korek api, obat-obatan bebas dan sebagainya. Untuk barang-barang ini produsen cenderung menggunakan saluran distribusi yang panjang. Sebaliknya untuk barang-barang yang tidak memerlukan penyebaran seluasnya sebab konsumen terbatas, cenderung menggunakan saluran distribusi pendek. Misalnya, alat-alat musik, TV, radio dan sebagainya. 3. Biaya Secara umum, mata rantai saluran distribusi yang terlalu panjang akan menimbulkan biaya yang lebih besar dan mendorong harga jual yang tinggi dan selanjutnya dapat menggangu kelancaran penjualan barang-barang tersebut. Hal ini dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai imbalan dari kegiatan mereka. Untuk menekan harga penjualan maka perusahaan harus rela untuk mendapatkan keuntungan yang tipis atau mengusahakan agar komisi dari mata rantai tersebut menjadi lebih kecil. Meskipun demikian, kebijaksanaan ini tidak terlalu mutlak. Misalnya perusahaan tersebut omzet penjualannya terlalu kecil baik dalam unit maupun rupiah, sedangkan pembayarannya adalah sangat luas karena kebutuhan umum. Maka kebijaksanaan saluran distribusi pendek

atau langsung justru menimbulkan harga per unit lebih tinggi. Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan besar cenderung untuk menggunakan saluran distribusi pendek. Sebaliknya perusahaan kecil cenderung menggunakan mata rantai saluran distribusi panjang, kecuali bila pemasaran perusahaan tersebut hanya bersifat lokal dan terbatas. 4. Modal Sifat suatu barang terutama barangbarang industri harus dapat mendorong agar barang tersebut dapat diterima oleh konsumen atau lembaga industri. Salah satu caranya adalah menjual barangbarang tersebut secara konsinyasi atau piutang dalam tempo tertentu. Hal ini memerlukan dana yang tidak kecil. Kalau kita menggunakan grosir atau agen mungkin masalah modal sebagaimana kalau kita menjual langsung kepada pengecer. 5. Tingkat keuntungan Persaingan yang makin tajam dapat mendorong penjualan menjadi rendah. Dalam keadaan demikian tingkat keuntungan dari perusahaan menjadi lebih rendah. Apabila perusahaan menggunakan mata rantai saluran distribusi yang sangat panjang, dapat menyebabkan harga ke konsumen menjadi lebih tinggi, dan ini menggangu penjualan barang tersebut. METODE PENELITIAN Objek penelitian adalah PT Sesional Suplies Indonesia. Beralamat di Jl Damatex Cikokol Tangerang Banten. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptis, yaitu menganalisa masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui table dengan menggunakan program SSPS, dan analisis kuantitatif, yaitu menganalisa masalah dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Ho = tidak ada hubungan antara biaya distrbusi terhadap hasil penjualan Ha = ada hubungan antara biaya distribusi

terhadap hasil penjualan. Dengan ketentuan bahwa, bila diperoleh t-hitung > t- tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan dan pengaruh antara biaya distribusi (variabel bebas) dan penjualan (variabel terikat), sebaliknya bila diperoleh hasil t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh signifikan antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan. Adapun berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0.05 maka Ho ditolak dan sebaliknya Ho diterima. PEMBAHASAN

PT Sesional Supllies Indonesia Mempunyai visi misi yaitu, menjadi Perusahaan Pengexpor yang berkualitas Global. Untuk mencapai visi misi tersebut, maka perusahaan juga menyusun tujuan – tujuan yang ingin di capainya, baik itu tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Maksud dari disusunnya tujuan – tujuan tersebut adalah agar semua kegiatan operasional perusahaan lebih terarah dan teratur dalam mencapai visi misi perusahaan. Tidak terlepas dari tujuan setiap perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesar besarnya, PT Seasional Suplies Indonesia juga mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang yaitu : a. Tujuan Jangka Panjang Meningkatkan volume produksi tanpa mengurangi kualitas produk yang di hasilkan. b. Tujuan Jangka Pendek Memperluas daerah pemasaran. Saluran Distribusi Pemilihan saluran distribusi bukan suatu hal yang mudah karena kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi akan dapat menggagalkan tujuan perusahaan yang telah di tentukan. Pemilihan saluran distribusi yang salah dapat menimbulkan penghamburan biaya atau pemborosan, oleh sebab itu masalah pemilihan saluran distribusi akan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menginginkan perkembangan usahanya.

Di dalam menyalurkan barang- barang kepada konsumen, produsen memilih beberapa alternative, misalnya menyalurkan langsung kepada konsumen atau melalui lembaga niaga perantara. Sistem distribusi langsung dari produsen ke konsumen memungkinkan perusahaan untuk dapat menguasai distribusi barang-barang sepenuhnya, namun konsekwensinya adalah biaya sistem ini lebih besar jika di bandingkan dengan sistem distribusi tidak langsung.

Pengaruh Penjualan

Distribusi

Terhadap

Hasil

Distribusi merupakan suatu sistem pemasaran yang sangat penting dalam upaya menyampaikan produk pada target pasar dan pada saat yang tepat. Bila distribusi yang di laksanakan sesuai dengan sasaran yang di tuju atau yang di rencanakan oleh perusahaan tersebut maka penjualan akan mengalami peningkatan, bila penjualan meningkat maka perusahaan akan mengalami keuntungan, jadi hubungan distribusi dengan penjualan saling terkait satu dengan yang lain. Dengan demikian hubungan saluran distribusi sangat di perlukan karena pendistribusian barang sangat penting dalam meningkatkan hasil penjualan.

Jenis saluran distribusi yang di pakai oleh PT Seasional Suplies Indonesia adalah jenis saluran tidak langsung. PT Seasional Suplies Indonesia berperan sebagai produsen, memproduksi barang berupa Wafer Stick dalam berbagai jenis rasa yang di pesan oleh pedagang besar, dalam hal ini perusahaan hanya melayani penjualan dalam jumlah yang besar, kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Dalam pendistribusian barang ke luar negeri PT Seasional Suplies Indonesia menggunakan alat angkutan laut berupa kapal barang, dimana produk sebelum di angkut ke dalam kapal terlebih dahulu di di masukan dalam container. Biasanya di dalam satu container terdapat 5500 kardus dan di dalam satu kardus terdapat 24 kaleng wafer stick. Dan untuk pendistribusian di dalam negri khususnya di daerah Jawa biasanya menggunakan alat angkut darat yang berupa truk.

Data variable yang di gunakan dalam penelitian ini adalah biaya distribusi sebagai variable bebas, yang terdiri dari biaya transportasi (x1), biaya penyimpanan ( x2 ), biaya penjualan ( x3 ) dan hasil penjualan sebagai variable terikat (Y). Dalam hal ini yang di maksud penulis mengenai biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai tempat penyimpanan produk di wilayah yang sudah ditentukan oleh perusahaan yang biasanya tempat tersebut berada di wilayah pelabuhan sebelum barang di muat diatas kapal untuk di kirim ke tempat tujuan penjualan. Tabel 4.5.1

Biaya Transportasi, Penyimpanan, biaya Penjualan, Penjualan Bulan Januari - Desember Tahun 2005 – 2008 Bulan

Tahun

Biaya transportasi ( x1 )

Biaya penyimpana ( x2 )

Biaya penjualan ( x3)

Penjualan (Y)

Januari

2006

13.567.000

11.760.000

15.342.000

1.030.000.000

Februari

2006

14.987.000

13.453.000

15.342.000

1.090.000.000

Maret

2006

15.354.000

13.864.000

16.435.000

1.020.000.000

April

2006

16.989.000

14.976.000

14.320.000

1.170.000.000

Bulan

Tahun

Biaya transportasi ( x1 )

Biaya penyimpana ( x2 )

Biaya penjualan ( x3)

Penjualan (Y)

Mey

2006

17.876.000

16.786.000

16.542.000

1.210.000.000

Juni

2006

18.236.000

18.154.000

19.654.000

1.250.000.000

Juli

2006

19.786.000

17.996.000

21.540.000

1.200.000.000

Agustus

2006

20.567.000

18.564.000

22.430.000

1.190.000.000

September

2006

21.324.000

21.345.000

23.540.000

1.270.000.000

Oktober

2006

21.750.000

20.954.000

24.786.000

1.280.000.000

November

2006

23.879.000

21.865.000

25.342.000

1.290.000.000

Desember

2006

26.870.000

25.456.000

27.342.000

1.540.000.000

Januari

2007

36.120.000

35.978.000

38.653.000

2.297.000.000

Februari

2007

36.783.000

36.650.000

38.420.000

2.310.000.000

Meret

2007

38.435.000

37.231.000

36.123.000

2.300.000.000

April

2007

37.523.000

35.467.000

35.654.000

2.370.000.000

Mey

2007

38.542.000

39.879.000

39.675.000

2.390.000.000

Juni

2007

39.132.000

41.452.000

42.432.000

2.450.000.000

Juli

2007

40.542.000

38.782.000

41.123.000

2.304.000.000

Agustus

2007

40.320.000

37.320.000

43.987.000

2.560.000.000

September

2007

41.420.000

40.673.000

40.543.000

2.430.000.000

Oktober

2007

43.560.000

42.530.000

42.234.000

2.320.000.000

November

2007

45.450.000

44.230.000

43.234.000

2.560.000.000

Desember

2007

47.250.000

45.987.000

42.987.000

2.570.000.000

Januari

2008

115.000.000

113.210.000

117.453.000

6.590.000.000

Februari

2008

116.340.000

114.768.000

118.342.000

6.768.000.000

Maret

2008

117.540.000

115.000.000

119.536.000

6.652.000.000

April

2008

117.450.000

115.654.000

114.000.000

6.777.000.000

Mey

2008

118.987.000

116.987.000

115.542.000

6.785.000.000

Bulan

Tahun

Biaya transportasi ( x1 )

Biaya penyimpana ( x2 )

Biaya penjualan ( x3)

Penjualan (Y)

Juni

2008

119.000.000

118.786.000

117.432.000

6.848.000.000

Juli

2008

119.567.000

118.765.000

119.870.000

6.891.000.000

Agustus

2008

120.367.000

119.342.000

119.986.000

6.899.000.000

September

2008

122.300.000

120.450.000

118.345.000

6.925.000.000

Oktober

2008

120.240.000

120.453.000

120.234.000

6.926.000.000

November

2008

124.230.000

122.342.000

122.234.000

6.930.000.000

Desember

2008

126.760.000

124.453.000

134.767.000

6.933.000.000

N

36

2.154.043.000

2.111.562.000

2.165.421.000

125.325.000.000

Sumber PT Seasional Suplies Indonesia

Uji Asumsi Klasik Uji normalitas regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan / tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresinya tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut di tunjukan grafik normal probability plot sebagai berikut :

Menurut Santoso, ( 2000 ), uji normalitas di gunakan untuk mendeteksi apakah distribusi data variable bebas dan variable terikatnya adalah normal. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas ini di ketahui dari tampilan normal probability plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model Grafik

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: penjualan 1.0

Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0

0.2

0.4

0.6

Observed Cum Prob

0.8

1.0

prediksi tingkat penjualan berdasarkan masukan dari variable bebasnya.

Dari grafik di atas terlihat bahwa titik – titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sehingga model regresi layak di pakai untuk

Uji Autokorelasi

Tabel 4.6.2 Uji Autokorelasi Model Summary(b) Adjusted Std. Error of DurbinModel R R Square R Square the Estimate Watson 1 .943(a) .889 .879 85.248 1.796 a Predictors: (Constant), biaya penjualan, biaya transportasi, biaya penyimpanan b Dependent Variable: penjualan melihat table D – W. pada hasil analisis, nilai Durbin- Watson sebesar 1,796 hal ini berarti model di atas tidak terdapat masalah autokorelasi. Secara umum dapat di ambil patokan bahwa : 1. Nilai D-W dibawah -2 berarti ada auto korelasi positif 2. Nilai D-W diantara -2 sampai +2 berati tidak ada autokorelasi 3. Nilai D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negative

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Santoso, Korelasi serial (autokorelasi ) di antara disturbance term ( e ) hasil – hasil estimasi suatu model regresi dapat di uji dengan menggunakan Durbin – Watson Statistik. Menurut Singgih Santoso ( 2000), prosedur pengujian autokorelasi dengan melihat nilai Durbin – Watson di lakukan dengan Uji Multikolenieritas

Tabel 4.6.3 Uji Multikolinieritas Coefficients(a)

Mode l

1

(Constant) biaya transportas

Unstandardized Coefficients Std. B Error 78.608 25.397 128.346

56.300

Standardiz ed Coefficien ts

t

Sig.

Beta 2.413

1.363

.033

2.280

.029

Collinearity Statistics Toleranc e VIF .003

7.403

i biaya penyimpan 21.202 an biaya 98.170 penjualan a Dependent Variable: penjualan

75.815

.382

.280

.032

.002

4.858

53.606

1.866

1.887

.048

.004

6.071

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabelvariabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Uji ini untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikorelasi dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF). Menurut Santoso ( 2000 ), multikoliniearitas di uji dengan menghitung nilai VIF ( Variance Inflating Factor ). Bila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikoliniearitas. Dari tablecoefecients di atas menunjukan bahwa variable bebas yang di teliti memiliki VIF lebih kecil dari 10 dengan demikian ketiga variable bebas yang di teliti tidak saling berhubungan ( Multikolinieritas ), dalam hal ini maka dapat di gunakan sebagai variable bebas penelitian.

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Santoso ( 2000 ), heteroskedastisitas di uji menggunakan grafik scatterplot. Adapun pengambilan keputusan tersebut adalah : 1. Jika ada pola tertentu yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas 2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titiktitik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut di tunjukan table Heteroskedastisitas sebagai berikut :

Table Hasil Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: penjualan

Regression Standardized Residual

4

2

0

-2

-4 -1

0

1

2

Regression Standardized Predicted Value

Berdasarkan gambar di atas dapat di lihat bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena tidak terjadi pola tertentu dan titik menyebar. Analisis Data

Tabel 4.7.1 Variables Entered/Removed(b) Model 1

Variables Entered

Variables Removed

Method

.

Enter

biaya penjualan, biaya transportasi, biaya penyimpanan(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable penjualan

Dari table di atas dapat di lihat bahwa terdapat tiga variable bebas yang akan mempengaruhi tingkat penjualan yaitu variable

biaya transportasi, variable biaya penyimpanan, variable biaya penjualan.

Tabel 4.7.2 Model Summary(b)

Model 1

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

.943(a)

.889

.879

85.248

1.796

a Predictors: (Constant), biaya penjualan, biaya transportasi, biaya penyimpanan b Dependent Variable: penjualan

Di ketahui bahwa bila nilai R = 0 maka variabel X dan variabel Y tidak mempunyai hubungan. Dan bila nilai R =1 atau mendekati 1 maka hubungan antara variabel X dan Variabel Y positif, sangat kuat dan searah, serta apabila nilai R = -1 atau mendekati - 1 maka hubungan kedua variabel negatif, sangat kuat dan berlawanan. Dari table di atas dapat dilihat nilai R ( koefesien korelasi ) adalah sebesar 0,943, ini berarti bahwa, variable biaya transportasi ( x1 ), biaya penyimpanan (x2), dan biaya penjualan ( x3 ) mempunyai korelasi atau pengaruh yang positif, sangat kuat dan searah terhadap hasil penjualan ( y ).

Informasi lain yang dapat diperoleh dari table di atas adalah nilai R squere sebesar 0,889 atau (89 %), nilai ini didapat dari hasil pengkuadratan koefesien korelasi. R square bisa disebut juga koefesien determinasi, yang dalam hal ini berarti bahwa biaya distribusi yang terdiri dari variable biaya transportasi ( x1 ), biaya penyimpanan ( x2), dan biaya penjualan ( x3 ) mempunyai andil atau mempunyai sumbangan sebesar 88 % terhadap kenaikan penjualan, dan sisanya sebesar 1,1 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel ANOVA(b) Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressi 1871004. 3 623668.329 85.819 .000(a) on 987 Residual 232552.2 32 7267.258 55 Total 2103557. 35 242 a Predictors: (Constant), biaya penjualan, biaya transportasi, biaya penyimpanan b Dependent Variable: penjualan

Keputusan = Jika sig F < 0,05 maka Ho di tolak Jika sig F > 0,05 maka Ha di terima. Berdasarkan pada hasil perhitungan di peroleh angka signifikan sebesar 0,000 < 0,005, hal ini berarti Ho di tolak atau dengan kata lain ada hubungan yang signifikan antara biaya promosi ( x1 ), biaya penyimpanan ( x2 ), dan biaya penjualan ( x3 ) terhadap hasil penjualan ( Y ).

Dari table di atas dapat dilihat nilai F hitung dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa variable biaya transportasi ( x1 ), biaya penyimpanan ( x2 ), biaya penjualan ( x3 ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable penjualan (Y). Hipotesis = Ho = ada hubungan antara biaya variable bebas terhadap variable terikat. Ha = tidak ada hubungan antar variable bebas terhadap variable terikat.

Tabel 4.7.4 Coefficients(a)

Mode l

1

Unstandardized Coefficients Std. B Error 78.608 25.397

(Constant) biaya 128.346 transportasi biaya penyimpan 21.202 an biaya 98.170 penjualan a Dependent Variable: penjualan

Standardiz ed Coefficien ts

t

Sig.

Beta 1.363

.033

Collinearity Statistics Toleranc e VIF

56.300

2.413

2.280

.029

.003

7.403

75.815

.382

.280

.032

.002

4.858

53.606

1.866

1.887

.048

.004

6.071

Dengan α = 0.05, analisis tabel koefisien untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Artinya biaya penjualan secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan

a. Variabel X1 (biaya transportasi) memiliki nilai sig 0,02 < 0,05, artinya signifikan. Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Artinya biaya transportasi secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan b. Variabel X2 ( biaya penyimpanan) memiliki nilai sig 0.03 < 0.05, artinya signifikan. Berarti Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Artinya biaya penyimpanan secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. c. Variabel X3 (biaya penjualan )memiliki nilai sig 0,04 < 0,05, artinya signifikan.

Dari tabel di atas juga di peroleh Persamaan Regresi linier Berganda sebagai berikut : Y = Y + b1x1 + b2x2 + b3x3 Y = 78,608 + 128,346 x1 + 21,202 x2 + 98,170 x3 Dimana : Y = penjualan X1 = biaya transportasi X2 = biaya penyimpanan X3 = biaya penjualan Keterangan dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar 78,608 menyatakan bahwa jika biaya distribusi yang terdiri dari variable biaya transportasi ( x1 ), biaya penyimpanan ( x2 ), dan biaya penjualan ( x3 ) tidak ada maka nilai hasil penjualan sebesar 78,608 2. Nilai koefesien regresi x1 sebesar 128,346, menyatakan bahwa, apabila ada penambahan satu rupiah biaya transportasi (x1) maka, akan mengakibatkan kenaikan omzet penjualan ( Y ) sebesar 128,345. 3. Nilai koefesien regresi x2 sebesar 21,202, menyatakan bahwa, apabila ada penambahan satu rupiah biaya penyimpanan (x2) maka, akan mengakibatkan kenaikan omzet penjualan ( Y ) sebesar 42,502 4. Nilai koefesien x3 sebesar 98,170, menyatakan bahwa, apabila ada penambahan satu rupiah biaya penjualan (x3) maka, akan mengakibatkan kenaikan omzet penjualan sebesar 98,170.

Kesimpulan Dari uraian tersebut di atas secara keseluruhan terdapat pengaruh antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap jumlah penjualan pada PT Sesional Suplies Indonesia. Tentunya masih ada factor lainnya mengingat hasil koefisien penentunya ádala sebesar 89%. Dengan kata lain, pihak konsumen akan memilih produk tersebut karena memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Edisi Indonesia, Jakarta 2002 Kotler, Philip. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Indonesia. Intermedia, Jakarta 2002 Nitisemito. Marketing. Indonesia, 2003

Jakarta

Ghalia

Santoso. SSPS Versi 10. Mengolah Data Statistik. Penerbit Alex Media Komputindo Jakarta 2000 Swastha, Basu. Saluran Pemasaran. FE UGM, Yogyakarta 2000 William, J Stanton. Fundamentals Marketing. Edisi ke tujuh. ME, 2002.

of