Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 2 Agustus 2016
Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Instalasi Motor Listrik Suyitno M.* Abstract: The research aims to reveal the influence of learning model and learning interest on student’s installation of electric motors achievement. The research was conducted at SMK Dinamika Pembangunan Jakarta. The experiment was conducted using 2x2 factorial designs. The research concludes that: (1) installation of electric motors achievements of students who took part in Quantum Learning are higher than those who partipated in Expository model; (2) There is interaction between learning model and learning interest on student’s installation of electric motors achievement; (3) installation of electric motors achievement of the students having high learning interest and taking part in Expository Learning Model are higher than those participating in Quantum Learning Model; (4) installation of electric motors achievement of the students having low learning interest and taking part in Quantum Learning Model are higher than those participating in Expository Learning Model. Keywords: Installation of Electric Motors Achievement, Expository Learning Model, Quantum Learning Model, Learning Interest. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar instalasi motor listrik. Penelitian ini dilakukan di SMK Dinamika Pembangunan Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil Belajar instalasi motor listrik pada siswa yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori; (2) Ada interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar instalasi motor listrik; (3) hasil belajar instalasi motor listrik pada siswa dengan minat belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model Quantum Learning; (4) hasil belajar instalasi motor listrik pada siswa dengan minat belajar rendah yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Kata kunci: Hasil Belajar Instalasi Motor Listrik, Model Pembelajaran Ekspositori, Model Quantum Learning, Minat Belajar PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari input, proses, dan output. Oleh karena itu, peserta didik sebagai input pendidikan harus mengalami sebuah proses agar diperoleh output yang berkualitas sesuai dengan harapan. Sejalan
*
dengan hal itu, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007: 230) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses perbaikan yang memiliki fungsi utama dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan vokasi sesuai dengan tugas dan fungsinya yakni mencetak tenaga kerja siap pakai
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro FT-UNJ, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur, 13220, Telepon: 021-4721340, E-mail:
[email protected]
.
128
6_suyitno.indd 128
14/11/2016 17:58:46
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
berupaya membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan sesuai dengan program keahlian yang dipilih, agar setelah mereka lulus dapat mengisi lowongan pekerjaan di berbagai perusahaan/industri atau mungkin dapat membuka lapangan kerja sendiri. Berdasarkan kurikulum SMK tahun 2013, instalasi motor listrik merupakan salah satu mata pelajaran produktif untuk program keahlian Teknik Ketenagalistrikan yang diberikan pada kelas XI dan kelas XII. Instalasi motor listrik, baik secara kognitif maupun psikomotor sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa SMK karena seluruh perusahaan dan industri yang bergerak di bidang manufaktur memerlukan instalasi motor listrik untuk menggerakan mesin-mesin produksi yang dimiliki. Motor listrik berfungsi mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik dan instalasi listrik adalah suatu rangkaian yang menghubungkan motor dengan sumber listrik. Oleh karena itu, kompetensi siswa SMK terkait mata pelajaran instalasi motor listrik merupakan modal penting untuk dapat memasuki dunia kerja. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah menegas-kan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk dapat memasuki dunia kerja dan mengembangkan sikap profesional. Kompetensi lulusan SMK mengacu kepada kebutuhan tenaga kerja yang mampu bersaing di era teknologi, informasi, dan komunikasi. Kompetensi lulusan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal, antara lain: intelegensi, minat, dan motivasi; maupun faktor eksternal, antara lain: guru, kurikulum, fasilitas, dan pelaksanaan pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yakni motivasi dan minat belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menciptakan situasi yang dapat menunjang agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, termasuk upaya mendorong siswa untuk menggali potensinya yang pada saatnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam belajar, minat merupakan daya dorong yang mampu menimbulkan semangat belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar siswa. Minat belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, terkadang ia
mendapatkan hasil belajar yang rendah disebabkan oleh kurangnya minat belajar. Dari hasil diskusi dengan guru-guru SMK Dinamika Pembangunan Jakarta yang mengampu mata pelajaran instalasi motor listrik ada keluhan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa belum sesuai dengan harapan para guru atau belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Selama ini dalam proses pembelajarannya, guru cenderung menyampai-kan materi pelajaran secara verbal dengan tampilan presentasi power point dan langsung memberikan handout power point berupa materi/konsep-konsep yang disiapkan. Selama pembelajaran berlangsung, para siswa duduk menyimak materi dan mencatatnya kemudian diminta merespon materi yang telah diuraikan setelah pembahasan. Berdasarkan karakteristik yang ada, maka dapat dikatagorikan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru itu adalah model pembelajaran ekspositori karena dalam pembelajaran tersebut, peran guru sangat dominan. Model pembelajaran seperti itu memposisikan siswa sebagai objek yang secara pasif menerima penjelasan dari guru. Padahal, mata pelajaran instalasi motor listrik ini mengandung muatan praktikum yang menuntuk para siswa untuk aktif, kreatif, dan terampil. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang sesuai. Karakteristik mata pelajaran instalasi motor listrik yang di dalamnya mengandung praktikum diperlukan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan terampil. Apabila keaktifan siswa dapat ditumbuhkan, maka siswa akan merasa dirinya memegang peranan, sehingga mereka akan lebih bertanggungjawab dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mungkin sesuai dengan karakteristik mata pelajaran instalasi motor listrik adalah model quantum learning. Mengingat bahwa model pembelajaran ini, siswa lebih dominan dan juga lebih aktif sehingga kreativitas dan keterampilan mereka akan muncul melalui berbagai kegiatan praktikum instalasi motor listrik. Hasil Belajar Instalasi Motor Listrik Motor listrik adalah sebuah mesin yang berfungsi mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik gerak putar. Keberadaan motor listrik sangat
129
6_suyitno.indd 129
14/11/2016 17:58:46
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 2 Agustus 2016
menunjang bagi kehidupan manyarakat, utamanya untuk masyarakat di perkotaan. Penggunaan motor listrik sangat luas, baik untuk perumahan, perkantoran, perusahaan, maupun industri. Oleh karena itu, siswa SMK perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang instalasi motor-motor listrik. Kompetensi program keahlian instalasi motor listrik mencakup: pengetahuan tentang konsep motor listrik, jenis-jenis motor listrik, konstruksi dan prinsip kerja motor listrik, konsep instalasi motor listrik, keterampilan memasang instalasi motor listrik, keterampilan mengoperasikan berbagai jenis motor listrik. Lulusan SMK sangat diharapkan tidak hanya mempunyai pengetahuan secara teori tentang konsep motor listrik tetapi juga terampil dalam memasang instalasinya dan mengoperasikan motor listrik. Berkenaan dengan keterampilan, Munn dalam Harrow (1972: 56) mendefinisikan bahwa keterampilan adalah keahlian dalam melakukan tugas tertentu. Misalnya saja, pemasangan instalasi motor listrik harus dikerjakan oleh orang yang ahli. Karena kesalahan dalam pemasangan instalasi motor listrik akan berdampak luas terhadap kinerja perusahaan atau industri. Hasil belajar mata pelajaran instalasi motor listrik adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar dengan melihat taraf kemampuan secara aktual yang terukur. Kemampuan aktual yang dimaksud dalam ranah kognitif: (1) mengingat (remember): mengingat merupakan proses mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, yakni: mengenali (recognizing) dan memanggil kembali (recalling); (2) memahami (understand): dalam hal ini, siswa dituntut untuk menentukan makna pesan pembelajaran, baik secara lisan, tertulis, maupun komunikasi grafis, antara lain: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan; (3) meng-aplikasikan (apply): siswa dituntut untuk dapat melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan. Kegiatan yang termasuk dalam tahap mengaplikasikan (apply) adalah menjalankan (executing) dan juga menerapkan (implementing); (4) menganalisis (analyze): pada tahap ini, siswa dituntut untuk memecahkan materi menjadi bagian-bagian dan mendeteksi bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu sama lain dan membentuk struktur secara keseluruhan. Untuk kegiatan menganalisis ini mencakup:
membedakan, mengorganisir, dan menghubungkan; (5) mengevaluasi (evaluate): dalam tahap ini, peserta didik membuat suatu pertimbangan atau penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yakni memeriksa dan mengkritisi; dan (6) membuat (create): dalam tahap ini, siswa dituntut untuk menggabungkan beberapa elemen menjadi satu kesatuan yang utuh atau membuat produk asli. Menurut Krathwohl (2002: 212-218) terdapat tiga macam proses kognitif, yakni menghasilkan, merencanakan, dan memproduksi. Karena mata pelajaran instalisi motor listrik ini mencakup unsur praktik, maka kemampuan siswa pada mata pelajaran instalasi motor listrik juga diukur dari aspek psikomotor. Menurut Leighbody (1968: 214) penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu jenis pekerjaan dan menyusun prosedur urutan-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dalam penilaian hasil belajar aspek psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar instalasi motor listrik adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran instalasi motor listrik yang telah dipelajari dalam kurun waktu tertentu, kemudian diuji untuk mengukur kompetensi siswa, baik dari aspek kognitif maupun aspek psikomotor berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang telah ditetapkan dalam silabus. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Trianto (2010: 15) mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran termasuk di dalamnya yakni para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Terkait dengan suatu model pembelajaran, Sagala (2010: 176) menyatakan bahwa model pembelajaran meru-
130
6_suyitno.indd 130
14/11/2016 17:58:46
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
pakan kerangka konseptual tentang prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dari peserta didik untuk mencapai tujuan belajar yang befungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam suatu kegiatan pembelajaran. Soekamto dalam Trianto (2009: 22) mengemukakan bahwa maksud dari suatu model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan penga-laman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kardi dan Nur (2000: 9) yang menyatakan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Untuk selanjutnya Arends (1997: 7) menyatakan, “The Term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system”. Artinya bahwa istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah deskripsi dari lingkungan belajar yang menunjukkan suatu pola proses pembelajaran dan menghasilkan lingkungan tertentu yang menyebabkan siswa bisa berinteraksi sehingga terjadi perubahan khususnya pada tingkah laku siswa. Model pembelajaran di dalamnya terkandung strategi pembelajaran, yaitu pola kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu, model pembelajaran sangat membantu guru dalam menentukan apa yang harus dilakukan di kelas dalam rangka mencapai tujuan belajar yang sesungguhnya. Menurut Trianto (2009: 22) model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, yakni: (a) rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya; (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (c) tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan sukses; dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain ciri-ciri di atas, menurut Joyce dan
Weil dalam Drills dan Romiszowski (1997: 5220) model pembelajaran memiliki empat unsur utama, yakni (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, yaitu suasana dan norma/aturan yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, yaitu penggambaran cara guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, yaitu segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, seperti susunan ruang kelas atau materi kurikulum yang dapat membantu kesuksesan belajar. Selain ciri-ciri khusus dan unsur utama pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen (1999:127) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (a) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; dan (b) apakah terdapat konsistensi internal. (2) Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (a) para ahli dan praktisi menyatkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (b) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. (3) Efektif. Terkait dengan efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter, yakni: (a) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (b) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Model Quantum Learning Menurut Wirjawan (2001: 1) istilah quantum atau dalam bahasa Indonesia ditulis dengan “kuantum” memiliki arti sebagai bagian dari energi yang tidak dapat dipisahkan lagi. Istilah kuantum pertamakali diperkenal-kan oleh Max Planck, seorang Fisikawan Jerman, pada akhir abad ke-19 dalam teori kuantum cahaya untuk menjelaskan radiasi benda hitam. Pada saat itu ia menemukan sebuah rumus Fisika sahih yang dapat menanggulangi bencana ultraviolet. Siregar dan Nara (2010: 81) menyatakan bahwa istilah quantum banyak digunakan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan pembelajaran . Di bidang pendidikan, istilah quantum sering dikenal dengan sebutan Quantum Learning. Menurut DePorter dan Hernacki (2007: 14) Quantum Learning berakar dari upaya Lazonov, yakni seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
131
6_suyitno.indd 131
14/11/2016 17:58:46
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 2 Agustus 2016
dengan apa yang disebut sebagai Suggestology atau Suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengharui hasil situasi belajar, dan setiap detail kejadian apapun dapat memberikan sugesti baik positif ataupun negatif. Model Quantum Learning menggabungkan suatu sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan dan metode sendiri (DePorter dan Hernacki, 2007: 16). Menurut Faisal dan Zulfanah (2008: 95-96) Quantum Learning merupakan bagian dari cara belajar, namun mencakup aspek-penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP). Neuro adalah saraf otak, linguistic adalah cara berbahasa (verbal maupun non verbal), yang dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri, dan menggantikannya dengan program baru yang dapat mengop-timalkan semua fungsi otak dan memicu pola berpikir positif. Model Pembelajaran Ekspositori Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 172) kata ekspositori berasal dari kata eksposisi yang berarti memberi uraian atau pemaparan yg bertujuan menjelaskan maksud atau tujuan tertentu. Dalam suatu proses pembelajaran ekspositori, berarti guru memberi penjelasan kepada peserta didik tentang fakta, data, atau informasi yang penting. Model pembelajaran ekspositori merupakan proses kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru, sehingga disebut juga pembelajaran langsung (direct instruction) atau pembelajaran deduktif. Meurut Mudjiono (2006: 172) tujuan utama dalam pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari guru kepada siswa. Miarso (2004: 530-531) mengemukakan bahwa model pembelajaran ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan informasi yang pada garis besarnya menjelaskan proses belajar: (1) pembelajar menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberi contoh; (2) terjadi pemaha-man pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang diberikan; (3) pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus; ( 4) terbentuknya tindakan pada diri pembelajar, yang merupakan hasil
pengolahan prinsip ataupun dalil dalam situasi yang sebenarnya. Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ekspositori adalah: (1) Metode Ceramah: Merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran. Pada metode ini, guru menyajikan bahan melalui penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik; dan (2) Metode Tanya Jawab: yakni merupakan cara menyajikan bahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian halnya jawaban yang muncul bisa dari guru atau peserta didik (Mulyasa, 2007: 114 – 115). Menurut Sanjaya (2008: 184-188) langkahlangkah dalam model pembelajaran ekpositori adalah: (1) persiapan (preparation): Dalam pembelajaran ini persiapan merupakan langkah yang penting, karena keberhasilan pelaksanaan sangat tergantung pada persiapan. Beberapa hal yang dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah: (a) Berikan sugesti positif dan hindari sugesti negatif (b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai (c) Bukalah file dalam otak siswa, materi pelajaran bisa ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file yang sesuai. (2) Penyajian (presentation): dalam penyajian guru harus mengusahakan agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan ini. Beberapa hal yang dilakukan dalam langkah penyajian diantaranya adalah: (a) Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya komunikatif dan mudah dipahami, guru harus memperhatikan perkembangan siswa. (b) Intonasi suara, pengaturan suara sesuai dengan pesan yang disampaikan. (c) Menjaga kontak mata dengan siswa, kontak mata sangat penting untuk membuat siswa memperhatikan pelajaran. (3) Menghubungkan (correlation): Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan halhal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah mereka miliki. (4) Menyimpulkan (generalization): menyimpul-kan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan dapat dilakuakan dengan beberapa
132
6_suyitno.indd 132
14/11/2016 17:58:46
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
cara, diantaranya: (a) Mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok persoalan (b) Memberi beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi (c) Mapping melaui pemetaan keterkaitan antara pokok-pokok materi. (5) Penerapan (aplication): langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Penerapan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (a) Memberi tugas yang relevan dengan materi. (b) Memberi tes yang sesuai dengan materi yang telah disajikan. Keberhasilan suatu model pembelajaran dipengaruhi oleh efektif atau tidaknya model yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tidak ada model pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran ekspositori, yakni (a) Berorientasi Pada Tujuan: sebelum model pembelajaran ini diterapkan, sebaiknya guru merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur; (b) Prinsip Komunikasi. Guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan; (c) Prinsip Kesiapan. Guru memosisikan siswa dalam keadaan sikap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran; dan (d) Prinsip Berkelanjutan. Guru dapat menyampaikan materi yang dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan, yang mendorong siswa untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri (Sanjaya, 2008: 182183). Minat Belajar Secara sederhana minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas natas kemauan sendiri. Menurut Syah (2011: 152) minat (interest) berarti kecende-rungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2007: 121). Adanya hubungan seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan. Dekat maupun tidak hubungan tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya minat yang ada. Dalam kaitannya dengan belajar, minat menurut Wikel adalah kecenderungan subyek yang menetap
untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi pelajaran (Winkel, 1999: 212). Jika siswa merasa senang untuk mempelajari sesuatu maka akan dapat dengan mudah untuk memahami apa yang telah dipelajarin, sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Menurut Crow and Crow (1989: 249) minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut (Slameto, 2010: 180). Oleh karena itu, minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa sehingga dapat menguasai pelajaran yang pada akhirnya prestasi belajar yang dicapai akan menambah minatnya yang bisa berlanjut hingga sepanjang hayat. Minat merupakan ketertarikan untuk memberikan perhatian terhadap sesuatu objek yang disertai keinginan untuk mengetahui lebih lanjut. Objek tersebut dapat diketahui dan dipelajari melalui proses belajar atau melalui pengalaman. Proses ini merupakan gejala psikis yang erat hubungannya dengan kesadaran seseorang terhadap kebutuhan, sehingga menimbulkan keinginan untuk dapat memenuhinya. Besarnya kesadaran terhadap yang diminati serta besarnya manfaat dan kegunaan yang dirasakan, akan mempengaruhi kualitas aktifitas yang dilakukan. Seseorang dikatakan memiliki minat dalam belajar jika timbul daya ketertarikan yang dibentuk oleh aspek kognitif dan afektif berupa sikap yang ditunjukkan dengan: (1) adanya kesadaran individual, (2) perasaan suka atau senang, (3) mempunyai arti penting bagi dirinya, (4) ketertarikan yang muncul dari dalam diri, (5) berpartisipasi aktif terhadap apa yang diminati, dan (6) memberiakan perhatian yang lebih besar tanpa menghiraukan yang lain. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang menggunakan pola pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat satu kelas yang menjadi kelas eksperimen yakni
133
6_suyitno.indd 133
14/11/2016 17:58:46
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 2 Agustus 2016
yang menggunakan model Quantum Learning sebagai model pembelajaran di kelas, dan satu kelas kontrol atau kelas pembanding, yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Variabel bebas atribut adalah minat belajar siswa yang dibagi dua menjadi minat belajar tinggi dan minat belajar rendah yang dimiliki siswa SMK Dinamika Pembangunan Jakarta kelas XI. Rancangan penelitian ini menggunakan ANAVA Rancangan penelitian ini menggunakan Treatment by Level 2x2, dengan matriks seperti pada ANAVA Treatment by Level 2x2, dengan tabel 1. seperti pada tabel 1. matriks Tabel Matriks Rancangan Penelitian Tabel1.1. Matriks Rancangan Penelitian
Minat Belajar Siswa (B) Tinggi (B1) Rendah (B2)
Pengunaan Model Pembelajaran (A) Model Model Quantum Pembelajaran Learning Ekspositori (A2) (A1)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Keterangan: Keterangan: A1B1 = Penerapan Model Quantum Learning pada siswa A1B1 dengan = Penerapan Model Quantum minat belajar tinggi. A1B2 = Penerapan siswa LearningModel padaQuantum siswaLearning denganpada minat dengan belajar rendah. belajarminat tinggi. = Penerapan Model Pembelajaran AA2BB = Penerapan Model Ekspositori Quantum 11 2 pada siswa dengan minat belajar tinggi. Learning pada siswa dengan minat A2B2= Penerapan Model Pembelajaran Ekspositori belajar rendah. pada siswa dengan minat belajar rendah. A2B1 = Penerapan Model Pembelajaran Ekspositori pada siswa dengan minat Dalam penelitian ini yang menjadi populasi belajar tinggi. target adalah seluruh siswa SMK Dinamika A2B2 = Penerapan Model Pembelajaran Pembangunan Jakarta. Meskipun demikian, karena Ekspositori pada siswa dengan minat penelitian ini tentang hasil belajar instalasi motor belajar rendah.
listrik pada siswa SMK Dinamika Pembangunan JakartaDalam kelas XI,penelitian maka populasi terjangkau dalam ini yang menjadi penelitian adalah siswaseluruh kelas XI yang SMK terdiri populasi ini target adalah siswa dari empat kelas dengan jumlah siswa sebanyak Dinamika Pembangunan Jakarta. Meskipun 160 orang. karena Adapun untuk menentukan demikian, penelitian ini tentang sampel hasil dalam penelitian ini dilakukan dengan cara random belajar instalasi motor listrik pada siswa SMK dari empat kelas yang masing-masing kelas terdiri Dinamika Pembangunan Jakarta kelas XI, dari 40 siswa. Setelah diperoleh kelas yang akan maka populasi terjangkau dalam penelitian ini diteliti, kemudian sampel tersebut dikelompokkan adalah siswa kelas XI yang terdiri dari empat dalam (dua) kelas, yaitusiswa kelas kontrol dan 160 kelas kelas 2dengan jumlah sebanyak eksperimen. Kelas kontrol kelompok siswa orang. Adapun untuk adalah menentukan sampel yang dalam pembelajaran di kelas menggunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara model eksperimen randompembelajaran dari empat ekspositori. kelas yang Kelas masing-masing
6_suyitno.indd
kelas terdiri dari 40 siswa. Setelah diperoleh kelas yang akan diteliti, kemudian sampel 134 tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah kelompok siswa yang dalam pembelajaran di kelas menggunakan 134
adalah kelompok siswa yang dalam pembelajaran di kelas menggunakan model Quantum Learning. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dilakukan dengan cara random. Untuk menentukan kelompok siswa dengan minat belajar tinggi dan siswa dengan minat belajar rendah, dilakukan dengan menghitung skor yang siswa peroleh pada saat diukur dengan menggunakan kuesioner Untuk minat belajar siswa. Data skor yang telah menentukan kelompok siswa diperoleh siswa melalui pengisian kuesioner akan dengan minat belajar tinggi dan siswa dengan diurutkan yang paling besar dilakukan hingga yang dengan paling minat dari belajar rendah, kecil. Sebanyak 27% dari kelompok atas (skor siswa menghitung skor yang siswa peroleh pada saat daridiukur yang paling besar) dikategorikan sebagai siswa dengan menggunakan kuesioner minat dengan minat belajar dan sebanyak 27% belajar siswa. Datatinggi, skor yang telah diperoleh darisiswa kelompok bawah pengisian (skor siswa dari yang paling melalui kuesioner akan kecil) dikategorikan sebagai siswa diurutkan dari yang paling besardengan hinggaminat yang belajar rendah. dalam kelas kontrol kelas paling kecil.JikaSebanyak 27% dari dan kelompok atas (skor siswa dari terdiri yang dari paling besar) eksperimen masing-masing 40 orang dikategorikan siswa sampel dengan dalam minat siswa, maka yang sebagai akan dijadikan belajaruntuk tinggi, sebanyak penelitian setiapdan kelasnya adalah 4027% x 27%dari = kelompok bawah (skor siswa dari yang paling 10,8 atau dibulatkan menjadi 11 orang untuk siswa kecil)minat dikategorikan sebagai dengan belajar tinggi, dan 11siswa orang dengan untuk minat belajar rendah. Jika dalam kelas kontrol siswa dengan minat belajar rendah. Sehingga total dan dalam kelas penelitian eksperimen masing-masing terdiri sampel ini adalah 44 orang siswa. dari 40 orang siswa, maka yang akan dijadikan Sebelum dilakukan perlakuan, terlebih dahulu sampel dalam penelitian untukkelompok, setiap kelasnya ditinjau faktor kesamaan dari kedua yaitu adalah 40 x 27% = 10,8 atau dibulatkan kesamaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi menjadi kegiatan 11 orangpembelajaran. untuk siswaOleh dengan pelaksanaan karenaminat itu, belajar tinggi, dan 11 orang untuk siswa peneliti yakin bahwa kedua kelompok yakni kelompok dengan minat belajar rendah. total eksperimen dan kelompok kontrolSehingga mempunyai sampel dalam ini adalah orang karakteristik yang penelitian sama (meliputi faktor44tujuan siswa. pembelajaran, guru, kurikulum yang sama, kondisi Sebelum dilakukan perlakuan, terlebih kelas, maupun waktu pelaksanaan pembelajaran) dahulu ditinjau faktor pembelajaran. kesamaan dari kedua kecuali dalam hal perlakuan kelompok, yaitu kesamaan dalam faktor-faktor Dalam penelitian ini, hal-hal yang perlu yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan dipersiapkan adalah: (a) Membuat kuesioner untuk pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti yakin menentukan kelompok sampel pada siswa dengan bahwa kedua kelompok yakni kelompok minat belajar tinggi dan minat belajar rendah. Mulai eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai dari penyusunan definisi operasional, penyusunan karakteristik yang sama (meliputi faktor tujuan kisi-kisi, sampai dengan validasi butir pernyataan; pembelajaran, guru, kurikulum yang sama, (b) Menyu-sun Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran kondisi kelas, maupun waktu pelaksanaan (RPP) yang sesuai dengan model Quantum Learning; pembelajaran) kecuali dalam hal perlakuan (c) pembelajaran. Membuat soal-sal tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa pada perlu saat Dalam penelitian ini,sebelum, hal-hal yang pelaksanaan, dan sesudah dipersiapkan adalah: pembelajaran. (a) MembuatPembuatan kuesioner tes untuk hasil belajar dilakukan dari mulai sampel perancangan menentukan kelompok pada kisi-kisi sampai dengan uji validitas dan reliabilitas siswa dengan minat belajar tinggi dan minat butir soal. rendah. Mulai dari penyusunan definisi belajar Langkah-langkah yang akan kisi-kisi, dilakukan selama operasional, penyusunan sampai
dengan validasi butir pernyataan; (b) Menyusun Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model Quantum Learning; (c) Membuat soal-sal tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum, pada saat pelaksanaan, dan sesudah
14/11/2016 17:58:46
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
diisi oleh siswa siswa agar dapat ditentukan kelompok siswa dengan minat belajar tinggi proses penelitian adalah: (a) Memberikan kuesioner dan minat belajar rendah; (b) Membagi dua minat belajar untuk diisi siswa siswa agar dapat kelas, yang terdiri darioleh kelas perlakuan dan ditentukan kelompok siswa dengan minat belajar tinggi kelas kontrol. Pada masing-masing kelas, dan minat belajar rendah; (b) Membagi dua kelas, terdapat kelompok siswa dengan minat belajar yang terdiri dari kelas perlakuan kelaskelas kontrol. tinggi dan minat belajar rendah.danPada Pada masing-masing kelompok siswa eksperimen (Kelas kelas, XI/A),terdapat diterapkan model dengan minat belajar tinggiLearning, dan minat sedangkan belajar rendah. pembelajaran Quantum pada (Kelas XI/B), diterapkan Pada kelas kelas kontrol eksperimen (Kelas XI/A), diterapkan penggunaan model pembelajaran ekspositori; model pembelajaran Quantum Learning, sedangkan (c) diberikan sebelumXI/B), pembelajaran padaSiswa kelas kontroltes (Kelas diterapkan (pre-tes) untuk mengetauhi kemampuan awal (c) penggunaan model pembelajaran ekspositori; siswa; (d) Guru melaksanakan pembelajaran Siswa diberikan tes sebelum pembelajaran (pre-tes) sesuai dengan RPP yang telah dibuat untuk mengetauhi kemampuan awal siswa;untuk (d) Guru masing-masing kelas, yakni kelas kontrol dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang kelas eksperimen. telah dibuat untuk masing-masing kelas, yakni kelas Setelah perlakuan sudah dilaksanakan, kontrol dan kelas eksperimen. guru memberikan tes hasil belajar (post-tes) perlakuan sudah dilaksanakan, untukSetelah mengetahui kemampuan akhir siswa.guru memberikan tes hasil belajar (post-tes) untuk Keseluruhan data hasil penelitian dihimpun mengetahui kemampuan siswa. Keseluruhan untuk kemudian diolah akhir berdasarkan statistik data hasil penelitian dihimpun deskriptif dan statistik inferensialuntuk agar kemudian dapat diolah berdasarkan statistikada. deskriptif danhasil statistik menguji hipotesis yang Data tes inferensialsiswa agar dapat mengujisecara hipotesisstatistik yang ada. belajar dianalisis inferensial, data hasil secara kuesioner Data tes hasilsedangkan belajar siswa dianalisis statistik siswa dianalisis secara statistik deskpritif. inferensial, sedangkan data hasil kuesioner siswa dianalisis secara statistik deskpritif. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Data yang digunakan untuk variabel HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN hasil Data belajar instalasi motor listrik diperoleh yang digunakan untuk variabel hasil belajar dari tes hasil belajar instalsi motor listrik siswa instalasi motor listrik diperoleh dari tes hasil belajar kelas kontrol, yakni kelas yang menggunakan instalsi motor listrik siswa kelas kontrol, yakni kelas Model Pembelajaran Ekspositori dan kelas yang menggunakan Ekspositori eksperimen yakni Model kelas Pembelajaran yang menggunakan dan kelas eksperimen yakni kelas yang menggunakan Model Quantum Learning. Instrumen hasil Model Quantum Instrumen belajar instalasi Learning. motor listrik terdiri hasil dari belajar 20 instalasi motor listrik terdiri dari 20 butir pertanyaan butir pertanyaan yang telah diuji validitas dan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. reliabilitasnya. Data Datahasil hasilbelajar belajar instalasi instalasimotor motorlistrik listrikyang diperoleh kemudiankemudian dikelompokkan sesuai dengan yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengansiswa nama-nama siswa yang menjadi nama-nama yang menjadi sampel dalam sampel dalam kelas, penelitian. Pada penelitian. setiap kelas,Pada baik setiap kelas eksperimen baik kelas eksperimen maupun kontrol, maupun kelas kontrol, terdapat duakelas kelompok sampel terdapat dua kelompok sampel berdasarkan berdasarkan minat belajarnya, yakni sebanyak 11 minat belajarnya, yakni sebanyak 11 siswa siswa pada kelompok minat belajar rendah dan 11 pada kelompok minat belajar rendah dan 11 siswa pada kelompok minat belajar tinggi, sehingga siswa pada kelompok minat belajar tinggi, jumlah sampel dalam penelitian ini 22 orang siswa sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini untuk kelas eksperimen dan 22 orang siswa untuk 22 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 22 kelas kontrol. Data hasil belajar instalasi motor listrik orang siswa untuk kelas kontrol. Data hasil dapat dilihat padamotor tabel listrik 1. belajar instalasi dapat dilihat pada
tabel 1.
6_suyitno.indd 135
Tabel 1. Rerata Hasil Belajar Instalasi Motor Listrik
Tabel 1. Rerata Hasil Belajar Instalasi Motor Listrik
Minat Belajar
Model pembelajaran Quantum Ekspositori Learning (A2) (A1)
Jumlah Baris
Tinggi (B1) Rendah (B2) Jumlah Kolom Keterangan: Keterangan: nn ==jumlah sampel jumlah sampel XX==rata-rata nilai rata-rata nilai
Teknik statistik statistik inferensial inferensial mensyaratTeknik mensyarat-kan kan adanya model distribusi untuk menaksir adanya model distribusi untuk menaksir parameter parameter populasi. Oleh karena itu, sebelum populasi. Oleh karena itu, sebelum melakukan melakukan pengujian hipotesis perlu dilakupengujian hipotesis perlu dilaku-kan pengujian model kan pengujian model distribusi normal yang distribusi normal yang digunakan untuk menentukan digunakan untuk menentukan bahwa data bahwa data setiap variabelyang penelitian yang akan setiap variabel penelitian akan dianalisis dianalisis membentuk kurva distribusi normal. membentuk kurva distribusi normal. Proses Proses pengujian persyaratan analisis dalam penelipengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini merupakan syarat yang harus dipenuhi tian ini merupakan syarat yang harus dipenuhiagar penggunaan teknik teknik analisisanalisis varian varian yang termasuk agar penggunaan yang pada kelompok parametris diterapkan termasuk pada statistik kelompok statistikdapat parametris dapat keperluan diterapkan untuk hipotesis. keperluan pengujian untuk pengujian hipotesis. Tabel2 Penggunaan 2Rangkuman Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan Tabel Hasil Anava Dua Jalan ANAVA dua jalur untuk melihat dua pengaruh utama dan satu pengaruh Sumber interaksi. Pengaruh utamanya adalah db JK Variansi perbedaan penggunaan model pembelajaran terhadap hasil1 belajar motor Antar 96.02 instalasi 96.02 4.72 listrik 4.08 dan Minatpengaruh minat belajar terhadap hasil Belajar instalasi motor listrik. Pengaruh belajar Antar 1 pengaruh 164.20 164.20 8.07 model 4.08 interaksi antara penggunaan Model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil Pembelaja belajar instalasi motor listrik. Hasil analisis ran ANAVA dilakukan dengan bantuan Interaksi dua1jalur 1050.57 1050.57 51.65 4.08 Dalam 40 813.64 20.34Excel terangkum komputer, program Microsoft Kelompok pada tabel 2. Total Direduksi
43
dengan kelo menggunaka Hasil terdapat inte dengan mina pada tabel 3
Tabel 3. Rang
No
Komp arasi rerata
1
A1 – A2
2124.43
A1B1
–
2 Dari hasil perhitungan pada Tabel 2, di A2B11 Penggunaan ANAVA dua jalur untuk melihat A1B2 – atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Menolak 3 A2B12 dua pengaruh utama dan satu pengaruh interaksi. hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa Pengaruh utamanya adalah penggunaan skor rerata kelompok siswaperbedaan yang mempunyai Berda minat belajar tinggi sama dengan skor rerata maka hasil b kelompok siswa yang mempunyai minat135 yang mengg belajar rendah karena Fh = 4.72 > Ft(0,05) = 4.08. lebih tinggi Karena H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan model pemb hasil belajar Fisika yang signifikan antara hasil belajar kelompok siswa yang mempunyai minat menggunaka belajar tinggi dengan kelompok siswa yang 14/11/2016 17:58:47
Tabel 2 Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan Sumber Variansi
db
JK
Jurnal Teknologi Vol. 18, No. 2 Agustus Antar 1 Pendidikan 96.02 96.02 4.72 4.082016 Minat Belajar Antar 1 164.20terhadap 164.20hasil8.07 model pembelajaran belajar4.08 instalasi Model motor listrik dan pengaruh minat belajar terhadap Pembelaja ranhasil belajar instalasi motor listrik. Pengaruh interaksi Interaksi 1 1050.57 1050.57 51.65 4.08 dan antara pengaruh penggunaan model pembelajaran Dalam 40 813.64 20.34 minat belajar terhadap hasil belajar instalasi motor Kelompok listrik. Hasil analisis ANAVA dua jalur dilakukan Total Di2124.43 43 dengan bantuan komputer, program Microsoft Excel reduksi
terangkum pada tabel 2. Darihasil hasil perhitungan Tabel 2, di 2, atasdidapat Dari perhitunganpada pada Tabel disimpulkan bahwa: (1) bahwa: Menolak (1) hipotesis nol (H0) atas dapat disimpulkan Menolak yang menyatakan rerata kelompok hipotesis nol (H0)bahwa yang skor menyatakan bahwasiswa skor rerata kelompok siswa yang mempunyai yang mempunyai minat belajar tinggi sama dengan minat tinggi sama skor rerataminat skor belajar rerata kelompok siswadengan yang mempunyai kelompok siswa yang mempunyai minat > Ft(0,05) = 4.08. Karena belajar rendah karena Fh = 4.72 belajar rendah karena F = 4.72 > F = 4.08. perbedaan H0 ditolak, berarti terdapat h t(0,05)hasil belajar Karena berarti terdapat perbedaan 0 ditolak, Fisika H yang signifikan antara kelompok siswa yang hasil belajar Fisika yang signifikan mempunyai minat belajar tinggi denganantara kelompok kelompok siswa yang mempunyai minat siswa yang mempunyai minat belajar rendah. belajar tinggi dengan kelompok siswa yang (2) Menolak hipotesis nol (H0) yang menyatakan mempunyai rendah. Menolak bahwa skorminat reratabelajar kelompok yang(2) pembelajarannya hipotesis nol (Hmodel menyatakan bahwasama 0) yangQuantum menggunakan Learning skor rerata kelompok yang pembelajarannya dengan skor rerata kelompok yang mengguna-kan menggunakan model Quantum Learning sama = 8.07 model pembelajaran Ekspositori karena F h dengan skor rerata kelompok yang mengguna> Ft(0,05) = 4.08. Karena H0 ditolak, berarti terdapat kan model pembelajaran Ekspositori karena Fh perbedaan hasil belajar instalasi motor listrik yang = 8.07 > Ft(0,05) = 4.08. Karena H0 ditolak, signifikan antara model Quantum Learning dengan berarti terdapat perbedaan hasil belajar model Ekspositori. (3) Menolak hipotesis nol (H ) instalasi motor listrik yang signifikan antara 0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi model Quantum Learning dengan model antara model dengan nol minat(Hbelajar Ekspositori. (3) pembelajaran Menolak hipotesis 0) = 51.65 > F = 4.08. Oleh karena siswa, karena F h yang menyatakan bahwa t(0.05)tidak terdapat makamodel ini berarti terdapat interaksi antara H0 ditolak, interaksi antara pembelajaran dengan model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap minat belajar siswa, karena Fh = 51.65 > Ft(0.05) listrik. maka ini = hasil 4.08.belajar Oleh instalasi karena motor H0 ditolak, Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat berarti terdapat interaksi antara model perbedaan hasil belajar instalasi pembelajaran dan minat belajar siswa motor terhadaplistrik secara signifikan antara penggunaam model hasil belajar instalasi motor listrik. Quantum model pembelajaran Hasil Learning penelitiandengan menyatakan bahwa Ekspositori. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat perbedaan hasil belajar instalasi motoruji t 1.88 > ttabel(0.05; 43) yang secara menunjukkan bahwaantara thitung =penggunaam listrik signifikan Karena H0 ditolak, berarti = 1.68Quantum maka H0 ditolak. model Learning dengan model rerata kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan hasil perhitungan uji t yang bahwa Quantum Learning lebih menunjukkan tinggi dibandingkan dengan thitung = 1.88siswa > ttabel(0.05; 1.68 maka H0 kelompok yang belajar menggunakan 43) = dengan ditolak. Karena H0 ditolak, berarti rerata model Ekspositori. kelompok yang ini menggunakan model Hasilsiswa enelitian membuktikkan bahwa Quantum lebihmodel tinggipembelajaran dibandingkan terdapat Learning interaksi antara dengan minat belajar. Hasil uji Tukey tampak pada tabel 3.
dengan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Ekspositori. Hasil enelitian ini membuktikkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar. Hasil uji Tukey tampak pada tabel 3. Tabel 3.Rangkuman RangkumanHasil Hasil Tukey Tabel 3. UjiUji Tukey Rerata No
Komp arasi rerata
1
A1 – A2
2 3
A1B1 – A2B11 A1B2 – A2B12
Stati stik uji (Qhit ung)
Har ga kriti k (Qtab el)
Xi
Xj
81.82
77.95
4.02
3.94
75.45
81.36
4.35
4.26
88.18
74.55
10.03
4.26
Simp ulan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho
Berdasarkanhasil hasilpenelitian penelitian di atas, Berdasarkan di atas, maka maka hasil belajar instalasi motor listrik kelas hasil belajar instalasi motor listrik kelas yang yang menggunakan model Quantum menggunakan model Quantum LearningLearning lebih tinggi lebih tinggi dari kelas yang menggunakan dari kelas yang menggunakan model pembelajaran model pembelajaran rerata Ekspositori. Nilai rerataEkspositori. hasil belajar Nilai instalasi motor hasil belajar instalasi motor listrik kelas yang listrik kelas yang menggunakan model Quantum menggunakan model Quantum Learning adalah 81.81 dengan simpanganLearning baku 8.10; adalah 81.81 dengan simpangan baku 8.10; sedangkan kelompok siswa yang mengguna-kan sedangkan kelompok siswa yang menggunamodel pembelajaran Ekspositori nilai rerata 77.95 kan model pembelajaran Ekspositori nilai dengan simpangan baku 5.27. Hasil uji anava dua rerata 77.95 dengan simpangan baku 5.27. jalur menolak H0 yang menyatakan bahwa rerata skor Hasil uji anava dua jalur menolak H0 yang kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan menyatakan bahwa rerata skor kelompok model Quantum Learning (A ) sama dengan siswa yang belajar dengan 1 menggunakan rerata skor kelompok siswa yang belajar dengan model Quantum Learning (A1) sama dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori (A2) rerata skor kelompok siswa yang belajar > Ft(0,05). Karenamodel H0 ditolak maka dapat karena Fhmenggunakan dengan pembelajaran disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil Ekspositori (A2) karena Fh > Ft(0,05). Karenabelajar H0 kelas yangmaka menggunakan Quantum bahwa Learning ditolak dapat model disimpulkan hasil belajar yang kelas menggunakan (A1) dengan terdapat perbedaan hasilkelas belajar yang ). Hasil t model pembelajaran Ekspositori (A menggunakan model Quantum Learning (Auji 2 1) yang menyatakan bahwa dan uji Tukey menolak H dengan hasil belajar kelas 0 yang menggunakan rerata skor kelas yang menggunakan model Quantum model pembelajaran Ekspositori (A 2). Hasil uji ) sama dengan rerata skor kelas yang Learning (A t dan uji Tukey menolak H0 yang menyatakan 1 menggu-nakan model pembelajaran Ekspositori bahwa rerata skor kelas yang menggunakan ) karena t = 1.88 > t = 1.68 dan Qh (A model Quantum (A1) 43)sama dengan 1 hitung Learningtabel(0.05; diterima, = 4.02 skor > Qt kelas = 3.94.yang Karena H0, maka H1 model rerata menggu-nakan yang menyatakan bahwa rerata skor kelas pembelajaran Ekspositori (A1) karena thitung yang = 1.88 > ttabel(0.05;model dan Qh = 4.02 (A > 1Qt = ) lebih menggunakan Quantum Learning 43) = 1.68 3.94. Karena rerata H0, maka H1 yang diterima, yang tinggi daripada skor kelas menggunakan menyatakan bahwaEkspositori rerata skor model Pembelajaran (A2).kelas yang menggunakan model Quantum Learningterdapat (A1) Hasil penelitian membuktikan lebih tinggi daripada rerata skor kelas yang pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat menggunakan Pembelajaran belajar terhadapmodel hasil belajar instalasiEkspositori motor listrik. (A ). 2 uji anava dua jalur menolak hipotesis nol (H ) Hasil 0
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa karena Fh = 51.65 > Ft(0.05) = 4.08. Karena
136
6_suyitno.indd 136
14/11/2016 17:58:47
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
H0 ditolak, maka hipotesis alternatif (H1) diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap hasil belajar instalasi motor listrik. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa hasil belajar instalasi motor listrik pada siswa dengan minat belajar tinggi antara kelas yang menggunakan model Ekspositori lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan model Quantum Learning. Nilai rerata hasil belajar instalasi motor listrik kelompok siswa dengan minat belajar tinggi untuk kelas yang menggunakan model Quantum Learning adalah 75.46 dengan simpangan baku 5.22; sedangkan kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Ekspositori nilai reratanya adalah 81.36 dengan simpangan baku 3.93. Hasil uji anava menolak H0 yang menyatakan bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning (A1B1) sama dengan rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori (A2B1) karena Fh > Ft. Karena H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang menggunakan model Quantum Learning dan kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang belajar menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori. Hasil uji Tukey menolak H0 yang menyatakan bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning sama dengan rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi dan menggunakan model pembelajaran Ekspositori karena Qh = 10.03 > Qt = 4.26. Karena H0 ditolak, maka H1 diterima, yang menyatakan bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang menggunakan model pembelajaran Eksposi-tori lebih tinggi daripada rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang belajar menggunakan model Quantum Learning. Hasil belajar instalasi motor listrik pada kelompok siswa dengan minat belajar rendah antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning lebih tinggi dari pada siswa yang selama belajar menggunakan model Ekspositori. Nilai rerata hasil belajar instalasi motor listrik kelompok siswa dengan minat belajar rendah
yang menggunakan model Quantum Learning adalah 88.18 dengan simpangan baku 4.62; sedangkan kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang menggunakan model Pembelajaran Ekspositori nilai reratanya adalah 74.55 dengan simpangan baku 4.16. Hasil uji anava menolak H0 yang menyatakan bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning (A1B2) sama dengan rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar menggunakan model Pembelajaran Ekspositori (A2B2) karena Fh > Ft. Karena H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar menggunakan model Quantum Learning (A1B2) dan rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori (A2B2). Hasil uji Tukey menolak H0 yang menyatakan bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar dengan menggunakan model Quantum Learning (A1B2) sama dengan rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar menggunakan model pembelajaran Ekspositori (A2B2) karena Qh > Qt. Karena H0 ditolak, maka H1 diterima, ini berarti bahwa rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar rendah yang belajar menggunakan model Quantum Learning (A1B2) lebih tinggi daripada rerata skor kelompok siswa dengan minat belajar tinggi yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori (A2B2). KESIMPULAN Model pembelajaran Quantum Learning digunakan untuk meningkatkan hasil belajar instalasi motor listrik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Learning memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah. Namun sebaliknya, model Quantum Learning kurang baik untuk kelompok siswa dengan minat belajar tinggi. Hal ini karena karakteristik model Quantum Learning menuntut banyak persiapan di awal pembelajaran, seperti kerja sama dalam kelompok, menuliskan katakata motivasi, membuat catatan dengan tata letak dan warna-warni yang kurang sesuai dengan karakteristik individu dengan minat belajar tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kelompok siswa dengan minat belajar tinggi maka
137
6_suyitno.indd 137
14/11/2016 17:58:47
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 2 Agustus 2016
model pembelajaran yang mampu memberikan hasil belajar yang lebih tinggi adalah model pembelajaran Ekspositori. Namun demikian secara keseluruhan terbukti bahwa hasil belajar instalasi motor listrik kelompok siswa yang menggunakan model Quantum Learning lebih tinggi daripada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Temuan dari hasil penelitian, antara lain: (1) hasil belajar instalasi motor listrik pada kelompok siswa yang menggunakan model Quantum Learning lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang menggunakan model Ekspositori; (2) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar instalasi motor listrik; (3) penerapan model Pembelajaran Ekspositori memberikan hasil belajar instalasi motor listrik yang lebih tinggi bagi kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi; (4) penerapan model Quantum Learning memberikan hasil belajar instalasi motor listrik yang lebih tinggi bagi kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah. Model pembelajaran Quantum Learning lebih efektif untuk diimplementasikan pada mata pelajaran produktif yang mengandung unsur praktikum. DAFTAR PUSTAKA Arends, Richards I. Classroom Instructional Management. New York: The McGraw- Hill Company, 1997. Crow, Lester D. & Alice Crow. Educational Psychology terjemahan Abd. Rahman Abror,. Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa, 2007. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Drills, Charles R. and Alexander J. Romiszowski. Instructional Development Paradigms. New Jersey: Educational Technology Publications, Inc., 1997. Faisal, Amir dan Zulfanah. Menyiapkan Anak Jadi Juara. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008.
Harrow, Anita J.. A Taxonomy of the Psychomotor Domain. New York: Longman Inc., 1972. Kardi, Soeparman dan Mohamad Nur. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press, 2000. Krathwohl, David R, “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview” Theory into Practice, Volume 41. Number 4. Autumn 2002. Ohio: Ohio State University. Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Nieveen. Design Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher, 1999. Nurdin. Pengaruh Motivasi Belajar dan Persepsi atas atas Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar ILmu Penge-tahuan Sosial. Cakrawala Pendidikan. Jurnal Ilmiah Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, Pasal 1. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda karya, 2011. Sutrisno, Perdana dan Siswanto, Tri Budi. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 6. No. 1 Februari 2016. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 1: Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: Imtima, 2007. Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivstik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009.
138
6_suyitno.indd 138
14/11/2016 17:58:47
Suyitno, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap ...
Winkel, W.S.. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999. Wirjawan, Djoko. “Teknologi Kuantum dan Komputer Masa Depan,” Harian Kompas 27 Mei 2001. http://www. komputasi.lipi.go.id/ utama.cgi?cetakartikel&1227938582 (diakses 1 Juni 2013).
139
6_suyitno.indd 139
14/11/2016 17:58:47