GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
Pengaruh Pelatihan Pemaafan terhadap Peningkatan Self Esteem Pecandu Narkoba di Program Re-Entry Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor Effect of Forgiveness Training on Self Esteem Improvement Among Drug Addicts in Re-Entry Program of National Narcotics Rehabilitation Center Lido, Bogor Kadek Widya Gunawan, Aditya Nanda Priyatama, Arif Tri Setyanto Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK Salah satu penyebab prevalensi penyalahguna narkoba meningkat setiap tahun adalah pecandu narkoba lama yang telah menjalani rehabilitasi mengalami kekambuhan sehingga kembali menyalahgunakan narkoba. Rendahnya self esteem pada pecandu narkoba yang direhabilitasi menyebabkan individu memiliki persepsi yang buruk tentang hubungan sosial, serta tidak tahan dalam menghadapi stres yang akhirnya memicu individu untuk kembali menyalahgunakan narkoba. Self esteem adalah keyakinan individu bahwa dirinya berharga yang didasarkan pada penilaian orang lain dan sistem tata nilai di lingkungan individu tinggal. Kondisi psikologis tersebut dapat diatas dengan pemberian pelatihan pemaafan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan pemaafan terhadap peningkatan self esteem. Pelatihan pemaafan adalah modifikasi dari terapi pemaafan ke dalam bentuk workshop yang berfokus pada pemaafan (forgiveness) dan perasaan bersyukur (gratitude). Subjek dalam penelitin ini adalah pecandu narkoba di fase akhir program rehabilitasi, yaitu fase re-entry di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor. Desain yang digunakan adalah desain eksperimen pretest-posttest control group design dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah enam orang. Kelompok eksperimen diberikan pelatihan pemaafan sebanyak enam sesi selama tiga hari dengan metode ceramah, diskusi, studi kasus, mengerjakan tugas, dan mental imagery. Metode pengumpulan data berupa skala penelitian Adult Version of the Coopersmith Self Esteem Inventory dengan validitas yang bergerak antara 0,517 sampai 0,759, dan koefisien reliabilitas skala adalah 0,840 sehingga skala dinyatakan valid.Teknik analisis data menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon Signed-Rank Test secara komputasi dengan software SPSS for MS Windows version 22.0. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pelatihan pemaafan terbukti memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan self esteem pada pecandu narkoba di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor ditunjukkan dengan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,029 (p<0,05) yang berarti hipotesis penelitian diterima. Kata kunci: pelatihan pemaafan, self esteem, rehabilitasi narkoba.
PENDAHULUAN
sampai dengan 64 tahun menyalahgunakan
Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun
memiliki
prevalensi
meningkat. Pada tahun
yang
terus
2013 data
dari
UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) menunjukkan bahwa
246 juta atau
setiap 1 dari 20 orang penduduk dunia usia 15
narkotika. Sementara itu, di Indonesia, hasil survei yang dilakukan oleh BNN (Badan Narkotika
Nasional)
dan
Puslitkes
(Pusat
Penelitian Kesehatan) UI tahun 2008 diperoleh angka
prevalensi
mencapai 1,9% dan pada
tahun 2011 meningkat hingga 2,2% atau 1
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
lebih kurang 4 juta penduduk Indonesia usia berakhir dengan memakai kembali narkoba 10
sampai
penyalah
dengan
guna
60
tahun
sebagai setelah para pecandu tersebut dikembalikan ke
narkotika. Berdasarkan data masyarakat. Berdasarkan data dari RSKO
studi tahun 2008 dan 2011 tersebut, hasil (Rumah Sakit Ketergantungan Obat), dari proyeksi penghitungan jumlah pecandu narkoba keseluruhan jumlah pecandu yang mendapatkan di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan rehabilitasi dalam kurun waktu lima tahun sudah mencapai 3,8 juta sampai 4,1 juta orang antara tahun 2009 hingga 2013 separuhnya atau sekitar 2,10% sampai 2,25% dari total adalah pecandu lama (RSKO dalam Prasetyo & seluruh penduduk Indonesia (BNN & Puslitkes Utami, 2014). UI dalam Poernamasasi, 2014; UNODC, 2015). Meningkatnya narkoba
populasi
membuat
mengambil
langkah
Sebagian dari pecandu narkoba yang
pecandu lama adalah pecandu narkoba yang mengalami
pemerintah
perlu kambuh. Pecandu kambuhan biasanya sudah
yang
untuk berhenti
tepat
mengkonsumsi
narkoba
tetapi
menurunkan
jumlah
pecandu
dan kemudian kembali lagi menjadi pengguna
menyelamatkan
pecandu
narkoba.
Upaya narkoba. Kambuh dalam dunia adiksi disebut
tersebut ditindaklanjuti dengan diterbitkannya dengan istilah relapse yang merujuk kepada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang situasi ketika mantan pengguna narkoba yang narkotika yang mengamanatkan pencegahan, sudah sempat “bersih” mulai kembali lagi perlindungan,
dan
penyelamatan
bangsa menggunakan narkoba (BNN, 2006). Data
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika serta kedatangan pecandu narkoba di Balai Besar menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis Rehabilitasi dan sosial bagi pecandu.
BNN
pada
tahun
2013
menunjukkan bahwa perbandingan pecandu
Kehadiran Undang-Undang Nomor 35 lama dan baru adalah 1 berbanding 7 yang Tahun 2009 menyampaikan pesan bahwa berarti bahwa 14,28% dari pecandu yang masuk program
rehabilitasi
merupakan
hal
yang ke Balai Besar Rehabilitasi BNN di tahun 2013
penting bagi penyembuhan individu sebagai merupakan pecandu lama yang mengalami pecandu
narkoba.
Ketika
dalam
program relapse. Berdasarkan riset yang dilakukan
rehabilitasi, gaya hidup yang baru, prinsip- terhadap
pecandu
prinsip hidup, tatanan nilai, dan strategi koping direhabilitasi, diajarkan kepada pecandu untuk digunakan diantaranya
narkoba
ditemukan mengalami
yang bahwa
relapse
pernah 90% (Tanpas,
menghadapi kecanduannya terhadap narkoba. Sulastiana, & Suryaputra, 2014). Namun, tetap saja upaya untuk rehabilitasi para
Berkaitan dengan relapse, wawancara
pecandu narkoba bukanlah perkara yang mudah, yang dilakukan oleh Veronida (2002) dengan karena kebanyakan dari pecandu yang telah beberapa pecandu narkoba, menunjukkan bahwa selesai menjalani program rehabilitasi selalu salah satu aspek dalam kepribadian, yaitu
2
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
penilaian atau penghargaan pecandu terhadap untuk mempersiapkan pecandu kembali ke diri sendiri, menjadi salah satu hal yang masyarakat, berbagai macam perilaku negatif memiliki
kaitan dengan motivasi
pecandu
untuk
melepaskan
seorang mulai muncul kembali, seperti misalnya mulai
diri
dari acuh dengan lingkungan dan gaya berpakaian
ketergantungan terhadap narkoba diluar aspek- yang mulai glamour serta tidak sesuai dengan aspek lainnya seperti hubungan dengan keluarga aturan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti dan teman sebaya. Penilaian atau penghargaan berusaha
mendalami
tentang
alasan
dari
diri yang dibuat oleh individu disebut sebagai pecandu menampakkan perilaku seperti itu self esteem dan hal ini merupakan aspek yang melalui kajian literatur dan diketahui bahwa hal sangat penting untuk ketahanan psikologis tersebut terjadi karena pecandu memiliki individu (McKay & Fanning, 2000).
penilaian diri yang negatif atau dengan kata
Selain itu, De Leon (2000) juga mengungkapkan bahwa self esteem
lain self esteem yang rendah.
yang
Individu dengan self esteem yang rendah
rendah merupakan karakteristik yang sangat
merupakan
melekat pada pecandu narkoba, termasuk
kepercayaan diri dan tidak mampu menilai
pecandu
kemampuan diri. Rendahnya penghargaan diri
yang
rehabilitasi
berada
yang
dalam
berbasis
program therapeutic
individu
mengakibatkan
yang
individu
kehilangan
tidak
mampu
community, yaitu suatu metode rehabilitasi
mengekspresikan dirinya di lingkungan sosial.
sosial
Individu dengan self esteem yang rendah juga
yang
ditujukan
kepada
korban
penyalahguna dan ketergantungan terhadap
memiliki
narkoba berdasarkan pendekatan behavioral
kemampuan diri dalam: bersikap terbuka pada
dan juga kelompok untuk mengubah perilaku
orang lain, mendengarkan kritik, meminta
(De Leon, 2000).
bantuan, dan pemecahan masalah (McKay &
Salah satu lembaga negara di Indonesia
kecenderungan
untuk
membatasi
Fanning, 2000).
yang memiliki peranan untuk mengembangkan
Hubungan antara self esteem yang
therapeutic community bagi pecandu narkoba
rendah dengan penggunaan narkoba nampak
adalah Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido,
dalam
Bogor. Hasil sharing yang dilakukan peneliti
mengungkapkan bahwa, secara umum individu
dengan staf bagian psikologi Balai Besar
pecandu menggunakan narkoba karena beberapa
Rehabilitasi BNN diketahui bahwa banyak
alasan, yaitu: 1) to feel good; 2) to feel better; 3)
pecandu yang awalnya sudah memiliki sikap
to do better; dan 4) curiosity and “because
dan perilaku positif ketika mengikuti program
others are doing it”. To feel good merupakan
rehabilitasi yang disebut sebagai program
penggunaan narkoba yang bertujuan untuk
primary, namun ketika masuk ke program re-
menghasilkan perasaan kepuasan yang sifatnya
entry yaitu kelanjutan dari program primary
intens. To feel better merupakan penggunaan
pernyataan
Volkow
(2014)
yang
3
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
narkoba dengan tujuan memperoleh pelarian menyakiti individu (Denmark, et al, 2006). atau perasaan yang lebih baik dari kondisi- Pemaafan juga merujuk pada suatu kebajikan kondisi kecemasan sosial, gangguan terkait yang melampau perasaan negatif menuju ke dengan stres dan depresi. Kemudian, to do penilaian dan sikap yang lebih positif (Lagaree, better
merupakan
alasan
individu
untuk Turner, & Lollis, 2007).
menggunakan narkoba, karena individu tersebut
Pemaafan
bukanlah
bakat
atau
merasa bahwa dengan menggunakan narkoba kemampuan bawaan, namun pemaafan dapat kemampuan kognitif atau performa fisiknya dilatih pada diri individu. Pelatihan pemaafan mengalami peningkatan. Terakhir, curiosity and merupakan
suatu
modifikasi
dari
terapi
“others are doing it” merupakan alasan pemaafan yang dikemas ke dalam bentuk individu untuk menggunakan narkoba karena workshop (seminar, diskusi, dan mengerjakan adanya tekanan dari lingkungan pergaulan latihan). Pelatihan pemaafan memiliki dua fokus teman sebayanya (peer pressure) sehingga utama,
yaitu: pemaafan (forgiveness) dan
individu memiliki dorongan untuk memberikan bersyukur (gratitude) (Orbon, Mercado, & impresi
kepada
teman
sebayanya
bahwa Balila, 2014). Melalui konsep-konsep pemaafan
individu tersebut mampu mengikuti pergaulan (forgiveness)
dan
perasaan
bersyukur
dan mengekpresikan kemandiriannya dalam (gratitude) yang terdapat di dalam pelatihan dunia sosial. Berdasarkan hal tersebut, dapat pemaafan, pecandu narkoba dapat dibimbing dikatakan
bahwa
penggunaan
narkoba untuk menemukan makna keberadaannya di
merupakan wujud kompensasi dari perasaan dunia dan menikmati kehidupannya sehingga rendah diri yang dirasakan oleh individu agar ia akan meningkatkan self esteem dari pecandu menjadi lebih puas, lebih baik, serta mampu tersebut. melakukan
pekerjaan
mengikuti
tuntutan
dengan lingkungan
baik
dan
Berdasarkan
uraian
diatas,
peneliti
maupun tertarik untuk meneliti pengaruh pelatihan
pergaulannya (Volkow, 2014).
pemaafan terhadap peningkatan self esteem dari
Salah satu hal yang dapat dilakukan pecandu narkoba di program re-entry Balai untuk menanggulangi perasaan rendah diri dari Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional pecandu narkoba dan agar pemulihan dapat (BNN) Lido, Bogor. Selain itu, peneliti tertarik bertahan lama adalah dengan meningkatkan self dengan topik penelitian ini karena menurut esteem
dari
pecandu.
Self
esteem
dapat peneliti pelatihan pemaafan merupakan salah
ditingkatkan dengan belajar memaafkan (learn satu usulan yang bisa ditunjukkan untuk to forgive). Pemaafan sejatinya merupakan program
re-entry
dalam
rangka
proses (atau hasil dari suatu proses) yang mengoptimalkan proses pemulihan pecandu melibatkan perubahan emosi dan sikap terhadap narkoba. seorang
yang
dianggap
telah
berperilaku
4
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
DASAR TEORI
negatif dan penghakiman terhadap pihak yang
Coopersmith (1967) mengemukakan bahwa self esteem adalah penilaian diri yang dilakukan oleh individu yang berkaitan dengan dirinya sendiri, yang mencerminkan sikap penerimaan dan penolakan, dan menujukkan seberapa jauh individu tersebut percaya bahwa dirinya
mampu,
berharga.
penting,
Coopersmith
berhasil,
serta
(1967)
juga
mengungkapkan bahwa self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan diri. Berkaitan dengan karakteristik self esteem pada pecandu narkoba, De Leon (2000) menyebutkan bahwa self esteem dari pecandu narkoba secara umum berada pada tingkat yang rendah (low self esteem). Para pecandu narkoba yang direhabilitasi menampilkan penghargaan terhadap diri yang sangat kurang dan secara khas mengungkapkan persepsi diri yang buruk terhadap perilaku moral dan etis, juga terhadap hubungan
dengan
keluarga).
Para
orang
pecandu
lain juga
(terutama mengalami
kesulitan untuk menghargai dirinya sendiri akibat dari anggapan tentang diri mereka dari orang lain dan stigma negatif di masyarakat tentang
pecandu
narkoba,
serta
adanya
anggapan dari pecandu bahwa dirinya sulit untuk mengontrol diri (De Leon, 2000). Enright (dalam McCullough, Fincham,
menyebabkan rasa sakit pada individu dengan tidak menyangkal rasa sakit itu, tetapi dengan memberikan rasa kasihan, iba, dan cinta kepada pihak
yang
menyakiti.
Pemaafan
juga
didefinisikan sebagai suatu kebajikan yang melampau perasaan negatif menuju ke penilaian dan sikap yang lebih positif (Lagaree, Turner, & Lollis, 2007). Pelatihan
pemaafan
didefinisikan
sebagai suatu bentuk modifikasi dari terapi pemaafan yang dikemas ke dalam bentuk workshop (seminar, diskusi, dan mengerjakan latihan) yang materinya diambil dari aspekaspek pemaafan, yaitu: pemaafan (forgiveness) dan bersyukur (gratitude) (Orbon, Mercado, & Balila,
2014).
Pada
bagian
pemaafan
(forgiveness) hal yang ditanamkan adalah metode untuk manajemen perasaan marah (anger) dan kebencian (resentment), serta belajar memaafkan (learn to forgive) yang meliputi:
mencari
pemaafan
dari
Tuhan
(spiritual experience), mencari pemaafan dari dalam diri (forgiveness of self), serta mencari dan memberi pemaafan terhadap orang lain (forgiveness of others). Tujuan akhir dari bagian pemaafan (forgiveness) adalah untuk menemukan makna dalam kehidupan pecandu (Lyons,
2012).
Kemudian
pada
bagian
bersyukur (gratitude) hal yang ditanamkan adalah metode untuk memperoleh perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif yang dimiliki oleh individu (Fluhler, 2010).
& Tsang, 2003) mendefinisikan pemaafan sebagai sikap untuk mengatasi hal-hal yang 5
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
METODE PENELITIAN
(pretest) dan sesudah (posttest) pemberian
Subjek dalam penelitian ini adalah 12 (dua belas) orang pecandu narkoba yang berada dalam tahap akhir program rehabilitasi berbasis Therapeutic Community (TC) di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, yang kemudian disebut sebagai residen rehabilitasi narkoba di program re-entry. Perolehan subjek dilakukan melalui mekanisme perijinan kepada pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: subyek berusia 15 sampai 40 tahun, akumulasi pemakaian narkoba untuk subjek laki-laki adalah lebih dari 5 tahun atau pernah mengalami relapse sedangkan subjek perempuan hanya disyaratkan memiliki daya dukung keluarga dan lingkungan yang kurang memadahi, tingkat pendidikan minimal SMP atau sederajat, dan memiliki tingkat self esteem rendah hingga sedang. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-posttest control group design, yaitu merupakan desain penelitian yang membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok setara dengan menggunakan prosedur randomisasi/pengacakan. memperoleh kelompok
Kelompok
perlakuan eksperimen
disebut dan
yang sebagai
kelompok
pembanding yang tidak diberikan perlakuan disebut sebagai kelompok control. Baik pada kelompok
kontrol
maupun
kelompok
perlakuan
(Campbell
&
Stanley,
1963).
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini berupa pelatihan pemaafan. Self esteem dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Adult Version of the Coopersmith Self Inventory atau juga dikenal sebagai CSEI: Adult Version (Coopersmith Self Esteem
Inventory:
Adult
Version)
yang
dimodifikasi dari Coppersmith Self Esteem Inventory yang telah dimodifikasi oleh Ryden (1978) agar dapat digunakan untuk remaja dan dewasa. Modul digunakan
pelatihan
adalah
pemaafan
modifikasi
dari
yang terapi
pemaafan oleh Orbon, Mercado, dan Balila (2014) yang dikombinasikan dengan tahapantahapan pemaafan dari Kauppila (2006), yaitu awareness, admiting, accepting, a prayer of forgiveness and gratitude, serta forgiveness testing. Metode yang digunakan dalam pelatihan pemaafan adalah metode pelatihan aktif dengan experiential learning melalui lecturette, diskusi, mental imagery, studi kasus, mengerjakan tugas, serta diselingi dengan ice breaking, yang akan dilakukan dalam 6 (enam) sesi selama 3 (tiga) hari. Pada penelitian ini, validitas alat ukur yang diuji adalah validitas dari modul pelatihan pemaafan dan validitas Adult Version of the Coopersmith Self Inventory. Kedua alat ukur tersebut mendapatkan uji validitas berupa validitas isi, yaitu validitas yang ditentukan melalui
pendapat
profesional
(professional
eksperimen, dilakukan pengukuran sebelum 6
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
judgement) dalam proses telaah isi modul dan/atau item pernyataan (Suryabrata, 2005). Selain itu, uji validitas internal alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan uji coba modul pelatihan pada pecandu narkoba yang
Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney Kelompok Eksperimen dan Kontrol Self Esteem Mann-Whitney U 4,500 Z -2,189 Asymp. Sig. (2-tailed) ,029
direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang memiliki karakteristik sama
Berdasarkan uji Mann-Whitney di atas,
dengan karakteristik subjek penelitian, serta diperoleh nilai z sebesar -2,189 dan nilai metode uji validitas untuk skala Adult Version signifikansi (p) sebesar 0,029. Dapat yang disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor self merupakan skala guttman dengan menggunakan esteem pada kelompok kontrol dan kelompok software SKALO versi 2. Sedangkan uji eksperimen setelah diberi perlakuan berupa of
the
Coopersmith Self
Inventory
pemaafan dikarenakan reliabilitas Adult Version of the Coopersmith pelatihan Self Inventory dilakukan dengan menggunakan signifikansi (p) lebih kecil 0,05. software SPSS for MS Windows version 22.0
hipotesis
menggunakan dengan
pengukuran
prosedur
Wilcoxon
dalam
uji
Selanjutnya dilakukan uji nonparametrik Wilcoxon Signed-Rank Test untuk mengetahui
dan teknik analisis Alpha Cronbach. Uji
nilai
ini signifikansi perbedaan tingkat self esteem pada nonparametrik kelompok ekperimen ketika sebelum pemberian
penelitian
dan perlakuan berupa pelatihan pemaafan (pretest) Perhitungan dan sesudah pemberian perlakuan (posttest).
Mann-Whitney
Signed-Rank
Test.
menggunaakan Sebagai perbandingan, uji Wilcoxon Signedkomputasi dengan software SPSS for MS Rank Test juga dilakukan pada kelompok kontrol. Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test Windows version 22.0. selengkapnya
dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut: HASIL- HASIL Uji dilakukan
hipotesis
dalam
menggunakan
penelitian
ini
pengukuran
nonparametrik, yaitu dengan prosedur uji Mann-
Tabel 2. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Test Kelompok Eksperimen PretestPosttest Z -1,997 Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
Whitney untuk melihat pengaruh pelatihan pemaafan terhadap peningkatan self esteem subjek penelitian dengan cara membandingkan perbedaan gain score self esteem antara subjek yang berada dalam kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil uji MannWhitney dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Test Kelompok Kontrol PretestPosttest Z -1,105 Asymp. Sig. (2-tailed) ,269
7
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test perbedaan tingkat self esteem sebelum diberikan kelompok eksperimen diperoleh nilai z sebesar - perlakuan berupa pelatihan pemaafan (pretest) 1,997 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,046. dan Hal
ini
menunjukkan
adanya
setelah
diberikan
perlakuan
berupa
signifikansi pelatihan pemaafan (posttest) dengan Wilcoxon
perubahan tingkat self esteem pada kelompok Signed-Rank Test pada kelompok eksperimen eksperimen
sebelum
pemberian
perlakuan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
berupa pelatihan pemaafan (pretest) dan setelah antara tingkat self esteem sebelum diberikan pemberian perlakuan (posttest) karena nilai perlakuan berupa pelatihan pemaafan (prestest) signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan dan
setelah
diberikan
perlakuan
berupa
pada hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test pelatihan pemaafan (posttest). Melalui uji kelompok kontrol diperoleh nilai z sebesar - Wilcoxon Signed-Rank Test pada kelompok 1,105 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,269. eksperimen diperoleh nilai z sebesar -1,997 dan Hal ini menunjukkan tidak adanya signifikansi nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,046 (p<0,05). perubahan tingkat self esteem pada kelompok Berbeda dengan hasil uji Wilcoxon Signed-Rank kontrol antara pretest dan posttest karena nilai Test pada kelompok kontrol yang menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05.
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat self esteem ketika pelaksanaan pretest
PEMBAHASAN
dan posttest. Melalui uji Wilcoxon Signed-Rank Test pada kelompok kontrol diperoleh nilai z
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima sehingga terdapat pengaruh pelatihan pemaafan terhadap peningkatan self esteem pecandu narkoba di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor. Uji hipotesis dilakukan dengan uji MannWhitney dan Wilcoxon Signed-Rank Test dengan menggunakan software SPSS for Microsoft Windows Version 22.0. Melalui uji MannWhitney diperoleh nilai z sebesar -2,189 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,026 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat self esteem antara kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa pelatihan pemaafan dengan kelompok kontrol yang tidak
sebesar -1,105 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,269 (p>0,05). Hasil
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pelatihan pemaafan terhadap peningkatan self esteem pecandu narkoba di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor tidak terlepas dari adanya perubahan yang dialami oleh subjek kelompok kontrol, terutama berubahan pola pikir (kognitif) dari subjek. Secara umum, salah satu karakteristik pecandu narkoba yang sedang berada di dalam program rehabilitasi adalah meliputi karakteristik kognitif (De Leon, 2000) yang terdiri dari lack of awareness (kurangnya kesadaran diri) dalam artian pecandu yang berada di dalam program rehabilitasi masih
mendapatkan perlakuan. Sedangkan hasil uji 8
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
kurang mampu berpikir tentang konsekuensi diajak untuk melihat keadaan sekarang dan atas suatu hal; faulty judgement (penilaian yang mecari hal-hal positif yang diperolehnya saat ini salah) dalam artian para pecandu sering dengan berhenti melihat hal-hal negatif yang melakukan
salah
penilaian
dalam
hal telah terjadi di masa lalunya. Selanjutnya subjek
pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan diarahkan
untuk
mulai
memikirkan
cara
penilaian konsekuensi yang terkait dengan menebus kesalahannya terhadap orang lain, kesulitan
dalam
mengontrol
impuls
dan terutama
keluarganya
serta
diperkenalkan
ketidakmampuan untuk menunda kebutuhan; dengan metode untuk mengatasi emosi negatif dan lack of insign yaitu pecandu kurang yang dirasakannya kepada orang lain (terutama memahami tentang perasaan, pikiran, dan orang yang paling dibenci subjek) melalui sesi perbuatannya. Hal ini terjadi karena kurangnya keempat yaitu forgiveness as the gift of others. kesadaran pecandu atas hubungan antara pikiran Sesi
ketiga dan keempat
pada pelatihan
dan tindakan yang berkaitan dengan narkoba pemaafan mengurangi karakteristik kognitif dan emosi yang dirasakannya (De Leon, 2000).
negatif dari subjek berupa faulty judgement
Keseluruhan karakteristik kognitif yang terutama berkaitan dengan kesalahan penilaian negatif tersebut, merupakan target perubahan konsekuensi terkait penggunaan narkobanya dalam sesi pelatihan pemaafan. Dua sesi awal dengan cara subjek menerima konsekuensi dari pelatihan pemaafan, yaitu sesi tentang penggunaan narkobanya berupa mencari cara awareness, serta admitting and accepting untuk menebus kesalahan yang diperbuatnya bertujuan untuk membangun kesadaran diri kepada orang lain yang telah dirugikan akibat subjek serta mengurangi karakteristik kognitif penggunaan narkoba di masa lalu. negatif yaitu lack of awareness. Hasilnya menunjukkan
bahwa
kembali
atau
isu
subjek
bisa
permasalahan
Kemudian, sesi kelima yaitu forgiveness
melihat as the gift of self mengarahkan subjek untuk di
balik memahami tentang keterkaitan antara hal yang
penggunaan narkobanya dari perspektif yang dirasakannya berbeda serta subjek pun sadar akan dampak dirinya
di
serta
pemikirannya
masa
lalu
yang
terhadap telah
dari penggunaan narkobanya di masa lalu yang menyalahgunakan narkoba, serta hal yang ternyata tidak hanya merugikan dirinya namun dirasakan dan dipikirkan subjek sekarang dan juga merugikan orang lain, serta subjek pun saat ini tentang dirinya hingga diperoleh suatu belajar
untuk
terpendamnya
mengekspresikan (terutama
kemarahan
emosi keputusan bahwa subjek telah memaafkan dan dirinya sendiri atas perbuatannya di masa lalu
kebencian yang dirasakannya terhadap orang karena sekarang subjek telah merasakan cukup lain) melalui letter writting excercise.
banyak
penderitaan
Lalu, pada sesi ketiga yaitu forgiveness narkobanya.
Terakhir
akibat pada
penggunaan sesi
keenam
and gratitude: spiritual experience, subjek pelatihan pemaafan yaitu forgiveness testing
9
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
subjek mengevaluasi pemaafan yang telah dicapainya baik kepada orang lain maupun dirinya sendiri mengenai
serta
PENUTUP
subjek juga belajar
keterkaitan
antara
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
perasaan,
pemikiran, dan hal yang harus diperbuatnya jika dilakukan dan juga pembahasan yang telah muncul permasalahan yang serupa di masa dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa depan terkait isu penggunaan narkoba yang pelatihan pemaafan memiliki pengaruh yang dialami
subjek.
Dengan
demikian,
maka signifikan dalam meningkatkan self esteem pada
karakteristik kognitif negatif berupa lack of pecandu narkoba di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
insign dapat diminimalisir pada diri subjek. Setelah
melewati
serangkaian
sesi (BNN) Lido, Bogor. Berdasarkan
pelatihan pemaafan, diketahui bahwa sebagian
hasil
penelitian
yang
besar subjek telah mampu mengambil makna diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa atau
pembelajaran
yang
berharga
dari saran sebagai berikut:
permasalah terkait penggunaan narkobanya.
1.
Bagi pecandu narkoba di program ReEntry Balai Besar Rehabilitsi BNN Lido
Kemampuan subjek untuk menggali makna dan yang
Para pecandu narkoba di program
menyakitkan di masa lalunya tentunya tidak
Re-Entry dapat menerapkan hal-hal yang
terlepas dari perubahan kognitif subjek yang
diperoleh
menjadi lebih sadar (aware) dengan dirinya,
untuk meningkatkan self esteem dan
lebih berhati-hati dan cermat dalam menilai
melatih
konsekuensi dari suatu perbuatan, serta lebih
menerapkan pemaafan melalui menulis
memiliki insign terhadap perasaan, pikiran, dan
doa pemaafan yang ringkas dan mudah
perbuatannya. Berdasarkan hal yang sudah
diingat untuk orang yang dibenci maupun
dipaparkan, maka dapat dikatakan bahwa
diri sendiri dan mengucapkannya setiap
pelatihan pemaafan berdampak pada berubahan
hari serta menerapkan perasaan bersyukur
pola pikir dari pecandu narkoba di tahap akhir
setiap hari, bila perlu gunakan metode
rehabilitasi yang akan menentukan cara pecandu
kotak bersyukur (daily gratitude box).
pembelajaran
terebut
dalam
dari
suatu
memandang
peristiwa
lingkungannya,
orang lain, dan juga dirinya sendiri sehingga
2.
selama
pelatihan
pemaafan
kemampuannya
untuk
Bagi keluarga a. Keluarga
pecandu
narkoba
usia
pecandu akan menemukan bahwa dirinya
remaja di Balai Besar Rehabilitasi
berharga sama seperti manusia lainnya.
BNN Lido, Bogor Pihak keluarga mampu menunjukkan penerimaan terhadap kondisi residen pecandu
serta
mendiskriminasinya
tidak dengan
cara 10
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
menghindari stigma-stigma negatif
serta berani berkata “Tidak!” bila
tentang pecandu narkoba. Keluarga
mantan pecandu mulai tergoda lagi
juga perlu menjaga komunikasi serta
kembali ke narkoba.
tahu
tentang
teman-teman
dari
c. Tindakan preventif bagi anak dan
pecandu, perhatikan bahwa jangan
remaja
sampai pecandu sering kontak dengan
Keluarga sebagai agen pembangun
temannya yang masih aktif memakai
moral yang pertama dan utama bagi
narkoba.
anak dapat menanamkan pondasi
b. Keluarga
pecandu
narkoba
usia
moral yang kuat dalam diri anak
dewasa di Balai Besar Rehabilitasi
semenjak usia dini agar anak tidak
BNN Lido, Bogor
mudah terpengaruh oleh lingkungan
Bagi pecandu yang sudah dewasa dan
yang berujung pada narkoba, caranya
berkeluarga,
adalah dengan pendidikan agama
pihak
pasangan
(suami/istri) merupakan kunci bagi
yang
pemulihan
pecandu
terhadap anak di lingkungan keluarga.
setelah keluar rehabilitasi. Pasangan
Orangtua juga harus menciptakan
harus mampu menjaga hubungan
suasana keluarga yang harmonis dan
interpersonal
terbuka
total
mantan
yang
baik
dengan
dilakukan
oleh
dengan
cara
menjaga
mantan pecandu setelah keluar dari
komunikasi
rehabilitasi, dengan cara menjaga
pengertian antar orangtua-anak, serta
komunikasi,
sampai
hindari konflik antar orangtua-anak
sering cekcok dengan pecandu. Pihak
dan suami-isteri agar anak merasa
pasangan
mampu
nyaman
berada
berhadapan
nyaman
untuk
juga
mengontrol dengan
serta
diri
mantan
jangan
harus saat
pecandu,
jangan
dan
orangtua
sikap
di
saling
rumah terbuka
serta akan
permasalahannya kepada orangtua.
menunjukkan stigma yang negatif
Orangtua
serta beri motivasi dan keyakinan
komunikasi dengan guru selaku orang
bahwa mantan pecandu bisa pulih
yang bertanggung jawab terhadap
total dan bebas sepenuhnya dari
anak selama berada di sekolah terkait
narkoba. Serta pihak pasangan harus
dengan permasalahan yang dihadapi
mampu bersikap sabar namun juga
anak serta perkembangan emosi anak.
tegas
sabar
Orangtua juga harus tahu teman-
menghadapi pola pikir dan perilaku
teman dekat dari anak, jangan sampai
mantan pecandu yang munkin masih
anak sering bergaul dengan pemakai
bermasalahan akibat efek narkoba,
narkoba.
seperti
misalnya,
juga
perlu
menjaga
11
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
d. Tindakan preventif bagi orang dewasa
segera diselesaikan dengan saling
Bagi orang dewasa, pihak keluarga
berdiskusi
(orangtua) bisa bersikap selayaknya
masalah.
teman bagi anaknya yang sudah
3.
untuk
memecahkan
Bagi masyarakat secara umum
memasuki usia dewasa, orangtua
Tindakan preventif yang dapat
bahkan perlu menjadi sahabat terbaik
dilakukan
anaknya di usia dewasa muda dengan
mencegah generasi mudanya terpengaruh
mulai mengurangi otoritas pada anak
narkoba adalah dapat dilakukan dengan
dan biarkan anak untuk memilih
cara mengadakan suatu event atau acara
kehidupannya sendiri, hal yang bisa
dengan tema kesehatan yang didalamnya
diajarkan orangtua adalah bahwa
terdapat
penyuluhan
setiap pilihan dalam kehidupan orang
narkoba.
Acara
dewasa
diadakan,
pasti
mengandung
oleh
masyarakat
untuk
tentang
semacam
bahaya
ini
misalnya
dapat
setingkat
konsekuensi baik-buruk, jadi setiap
kabupaten/kota madya dan bekerjasama
membuat pilihan orang dewasa harus
dengan sekolah-sekolah dari SD sampai
paham tentang konsekuensinya dan
SMA
siap
konsekuensi
Taruna-Karang Taruna di setiap desa,
terburuk. Dengan demikian anak yang
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Badan
sudah beranjak dewasa akan paham
Narkotika Kota (BNK) sebagai panitia
tentang cara kerja dari kehidupan
dan narasumber dalam melakaksanakan
serta meminimalkan stres dan depresi
sosialisasi
yang mungkin dihadapi anak bila
kesehatan.
menghadapi
menemui permasalahan/kegagalan di awal masa dewasanya. Sementara itu, bagi
orang
yang
memberdayakan
terpadu
terkait
Karang
dengan
Bagi pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor
sudah
Pihak Balai Besar Rehabilitasi
hidup
BNN Lido, Bogor, khususnyaa bagian
(suami/istri), pasangan hidupnya lah
Psikologi dan Psikolog Adiksi dapat
yang justru lebih banyak berperan
melakukan follow up terhadap pelatihan
dalam tindakan preventif terhadap
pemaafan yang sudah dilakukan peneliti
penggunaan narkoba. Pasangan harus
dengan mengadakan pelatihan pemaafan
saling menjaga komunikasi dan sikap
untuk residen lain ataupun di house
pengertiap
lainnya
memiliki
dewasa
4.
serta
pasangan
satu
sama
lain
serta
yang
belum
mendapatkan
menghindari konflik-konflik suami-
pelatihan pemafan. Bagian Psikologi
istri yang sifatnya berat dalam rumah
beserta Psikolog Adiksi di Balai Besar
tangga. Ketika ada konflik pun harus
Rehabilitasi
BNN
juga
dapat
12
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
Petugas LAPAS/RUTAN. Pusat Pencegahan Lakhar.
memasukkan pelatihan pemaafan ke dalam kurikulum atau silabus terapi
Jakarta:
edukasi yang terintegrasi ke dalam Campbell, D. T., & Stanley, J. C. (1963). Experimental and Quasikegiatan Therapeutic Community (TC). Experimental Design for Research. USA: Houghton Mifflin Company. Selain itu, Bagian Psikologi dan Psikolog Adiksi juga dapat membekali para konselor dengan pelatihan
pemaafan
materi-materi
dalam
kegiatan
Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.
training konselor adiksi, agar nantinya De dapat
digunakan
untuk
menangani
Leon, G. (2000). The Therapeutic Community, Theory, Model, and Method. New York: Springer.
pecandu narkoba yang menjadi kliennya. 5.
Denmark, F., Chitayat, D., Cook, H., Okorodudu, C., Sigal, J., Takooshian, H., et al. (2006). Forgiveness: A a. Peneliti dapat memberikan observasi Sampling of Research Results. dan wawancara yang sama antara Washington, DC: Office of International Affairs. kelompok kontrol dan kelompok
Bagi peneliti lain
eksperimen,
sehingga
dapat
diperoleh data yang lebih mendalam mengenai
pengaruh
pelatihan
pemaafan terhadap peningkatan self esteem dan mampu memberikan
Enright, R. D. (2001). Forgiveness Is a Choice. Washington: APA Books. Enright, R. D., & North, J. (1998). Exploring Forgiveness. Madison: University of Wisconsin Press.
penjelasan uang diperlukan ketika Fluhler, D. (2010). Gratitude Theory: A literature review. diakses melalui rata-rata skor dari kelompok kontrol http://media.wix.com/ugd/ pada tanggal 10 Oktober 2015. mengalami penurunan. b. Penelitian menerapkan
selanjutnya pelatihan
dapat pemaafan
pada populasi subjek dan sampel
Kauppila, W. (2006). Opening The Door To Freedom with Forgiveness Therapy. United States of America: Hancock.
penelitian yang jumlahnya lebih Lyons, G. C. B. (2012). Spirituality, forgiveness and purpose in life faith-based banyak untuk memperlihatkan substance abuse treatment programs.(Disertasi tidak pengaruh pelatihan pemaafan ini dipublikasikan), University of pada subjek dengan jumlah yang Wollongong, New South Walles. lebih banyak. Magor, L. & Blatch. (2009). An Introduction to The Therapeutic Community. AUS: Australasian Therapeutic Communities DAFTAR PUSTAKA Association. BNN.
(2009). Advokasi Pencegahan Marshall, S. L., Parker, P. D., Ciarrochi, J., Penyalahgunaan Narkoba bagi Sahdra, B., Jackson, C. J., & Heaven, 13
GUNAWAN / PENGARUH PELATIHAN PEMAAFAN TERHADAP PENINGKATAN
P. C. L. (2015). Reprint of “self UNODC. (2015). World Drug Report 2015. compassion protect againts the negative United Nations Office on Drugs and effects of low self esteem: A Crime. diakses melalui longitudinal study in a large adolescent http://www.unodc.org/ pada tanggal sample”. Personality and Individual 21 September 2015. Differences, 81, 201-206. Veronida, V. (2002). Hubungan antara self McCullough, M. E, Fincham, F. D & Tsang, esteem dan motivasi untuk pulih pada J. (2003). Forgiveness, Forbearance pecandu narkoba. (Skripsi tidak and Time: The Temporal Unfolding dipublikasikan), Universitas of Transgression-Related Padjajaran, Bandung. Interpersonal Motivations. Journal of Personality and Social Psychology, 84 Volkow, N. D. (2013). Marijuana: Facts (3), 540-557. Parents Need to Know. United State: National Institute on Drug Abuse. Orbon, M., Mercado, J., & Balila, J. (2014). Effect of forgiveness therapy on ____________. (2014). Drugs, Brains, and recovery among residents of drug Behavior: The Science of Addiction. rehabilitation centers. ProcediaUnited State: National Institute on Social and Behavior Sciences, 165, Drug Abuse. 12-20. Poernamasasi, I. O. (2014). Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester I 2014. Prasetyo, S., & Utami, D. S. (2014). Prevensi Sekunder Pemakaian Zat Adiktif. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester I 2014. Ryden, M. B. (1978). An adult version of the Coopersmith Self Esteem Inventory: Test-retest reliability and social desirability. Psychological Report, 43, 1189-1190 Sood, A. (2015). The Mayo Clinic Handbook for Happiness. Boston: De Capo Press. Tanpas, E. A., Sulastiana, & Suryaputra. (2014). Sosialisasikan P4GN Manfaatkan Pemancar Radio. Sinar BNN Edisi VII. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
14