PENGARUH PEMBERIAN PAKAN PENGUAT DAN

Download Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 481. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN PENGUAT DAN. Boldenone Undecylenate TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA. KEUNTUNGAN US...

0 downloads 508 Views 313KB Size
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN PENGUAT DAN Boldenone Undecylenate TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA KEUNTUNGAN USAHATANI PENGGEMUKAN SAPI BALI I Made Rai Yasa dan I N Adijaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pas Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar e-mail :

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan penguat dan boldenone undecylenate terhadap pertumbuhan serta keuntungan usahatani penggemukan sapi Bali. Penelitian dilaksanakan di Desa Desa Luwus Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali dari bulan April sampai Oktober 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 (lima) perlakuan, yakni: P1 untuk kelompok sapi yang digemukkan seperti cara petani, P2 untuk sapi yang digemukkan seperti P1, namun diberikan probiotik Biocas 5 ml/ekor/hari + 1 kg dedak padi; P3 seperti P1, namun dedak diganti dengan polard; P4 digemukkan seperti P2, diinjeksi Boldenone undecylenate (BU); dan P5 seperti P3, juga diinjeksi BU. Tiap-tiap perlakuan menggunakan 7 ekor sapi Bali jantan dengan bobot awal 200-250 kg. Penggemukan dilakukan 180 hari, dengan parameter yang diamati adalah perkembangan bobot ternak. Data dianalisis secara 1) dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Duncan; serta analisis finansial meliputi R/C rasio, Titik Impas Produksi (kg) dan Titik Impas Harga (TIH) (Rp). Hasil kajian menunjukkan, sapi-sapi yang dipelihara seperti P1 (kontrol) rata-rata tumbuh 0,33 kg/ekor/hari; sedangkan kelompok sapi P2, P3, P4, dan P5, berturut-turut tumbuh 22,8%, 36,5%, 64,5%, dan 69,5% lebih tinggi dibanding P1. Secara ekonomi, meskipun terjadi penigkatan biaya berturut-turut 2,2%, 7,2%, 6,2%, dan 8,3%, untuk P2, P3, P4, dan P5, namun teknologi yang diintroduksikan tersebut berpotensi meningkatkan pendapatan petani, berturut-turut 7,5%, 13,7%, 37,5%, dan 36,5%. Kata kunci : pakan penguat, Boldenone undecylenate , penggemukan, sapi bali

Pendahuluan Bali merupakan salah satu provinsi pemasok sapi potong untuk pasar Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 41 tahun 2006, jumlah sapi bali yang diizinkan untuk diantar pulaukan sebanyak 75.000 ekor per tahun. Karena alasan keseimbangan populasi, mulai tahun 2009 izin pengeluaran sapi bali diturunkan menjadi 55.000 ekor per tahun (Bisnisbali.com 2009); padahal menurut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, permintaan sapi bali untuk pasar Jakarta rata-rata 200.000 ekor per tahun (Kompas.com 2009). Selain peluang pasar tersebut, permintaan lokal Bali pun cukup tinggi yakni rata-rata 35.175 ekor per tahun Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 481

(Disnak Bali, 2008). Tidak dapat terpenuhinya permintaan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan populasi sapi di Bali hanya 2,1% atau 12.130 ekor per tahun, dan lambatnya pertumbuhan ternak yang digemukkan. Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentra sapi penggemukan untuk Provinsi Bali. Usaha penggemukan sapi di daerah ini secara umum adalah peternakan rakyat yang umumnya dengan sistem pemeliharaan tradisional yang belum memperhatikan dengan baik aspek kesehatan, pakan, dan kurang memperhitungkan untung rugi usahatani yang dilakukan. Pakan yang diberikan dominan berupa rumput dikombinasikan dengan limbah sayuran yang ketersediaannya tergantung musim. Usaha penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kwantitas yang cukup dengan kualitas yang baik secara kontinyu (Gunawan, et al 1996). Pemberian konsentrat sebagai pakan penguat biasanya dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (Kusnadi, et al. 1993). Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi rendah. Menurut Saka (1990) dengan pola pemeliharaan secara tradisional, tambahan bobot badan sapi Bali rata-rata 280 gram/ekor/hari. Saat ini, petani di wilayah Baturiti telah banyak memanfaatkan dedak dan pollard sebagai pakan penguat. Meskipun demikian, mereka secara umum belum mengetahui mana yang lebih baik dari aspek pertumbuhan dan dari aspek ekonomi mana yang lebih menguntungkan, di antara pakan penguat tersebut untuk penggemukan. Beberapa laporan menunjukan bahwa Pollard mengandung 17,0% protein kasar (PK); 8,8% serat kasar (SK); 5,1% lemak kasar (LK) (Susanti dan Marhaeniyanto, 2007). Selain mengandung protein yang cukup tinggi, pollard juga mengandung Mangan (Mn) dan kaya vitamin B1 dan B kompleks, penting untuk pertumbuhan ternak (Leche dan Groenendyk, 1978 dalam Wulandari, 2000). Berbeda dengan Pollard, dedak padi yang berkualitas baik (dedak halus) mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 11%, lemak 12,9% dan serat kasar 11,4%, (NRC, 1994), sedangkan dedak kasar mengandung 6,1% PK, 2,3% LK dan 26,8% SK (Lubis, 1958 dalam Wulandari (2000). Semakin tinggi suatu bahan makanan mengandung serat kasar, semakin rendah daya cerna dari bahan makanan tersebut (Anggorodi (1979). Hasil kajian yang dilaksanakan BPTP Bali penggunaan Probiotik Bio-Cas yang mengandung multi mikroorganisme yang bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, dan lipolitik telah terbukti penggunaan berdampak positif, baik untuk penggemukan maupun untuk untuk induk bunting. Pada induk bunting, pemberian Bio Cas 2 bulan sebelum melahirkan dapat meningkatkan berat lahir pedet jantan rata-rata 2 kg di atas kontrol (Yasa, et al 2001), dan pada penggemukan sapi dengan dosis yang sama memberikan pertambahan berat badan harian rata-rata 100 gram lebih tinggi dibanding kontrol (Kariada et al 2001 dan Kariada et al 2002). Selain itu, pada saat ini juga telah tersedia obat pemacu tumbuh yang mengandung “Boldenone undecylenate (BU)” yang dapat digunakan untuk hewan besar maupun untuk hewan kecil. Hasil-hasil penelitian penggunaannya pada sapi Bali belum tersedia, namun pada ternak lain seperti pada kelinci jantan dilaporkan mampu meningkatkan pertambahan bobot badan 12% pada dosis anjuran, dan bahkan mencapai 41,5% pada dosis yang diduakalikan yatu dari 775 g untuk kontrol, 868 g untuk aplikasi dosis anjuran, dan 1.097 untuk dosis diduakalikan. Selain meningkatkan pertumbuhan, penggunaan BU juga menurunkan FCR berturut turut

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya : Pengaruh pemberian pakan penguat | 482

11,9% dan 42,0%, yaitu dari 10,55, menjadi 9,43, dan 7,43 untuk dosis diduakalikan (Thabet et al. 2010); sehingga juga dikaji pemanfaatannya pada penelitian ini. Berdasarkan hasil-hasil kajian tersebut, dilakukan penelitian pemanfaatan dedak padi dan pollard, BU, dan probiotik biocasi dari aspek teknis dan ekonomisnya pada usaha penggemukan sapi Bali.

Metodologi Penelitian dilaksanakan di Desa Desa Luwus dan Desa Candi Kuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dari bulan April sampai Oktober 2013. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 (lima) perlakuan, yaitu : P1 untuk kelompok sapi yang digemukkan seperti cara petani (kondisi eksisting) yakni pemberian polard setiap 2 hari sekali sebanyak 0,25 kg/ekor, P2 untuk kelompok sapi yang digemukkan dengan 1 kg dedak padi ditambah probiotik Biocas 5 ml/ekor/hari; P3 seperti P2, namun dedak diganti dengan polard; P4 digemukkan seperti P2, diinjeksi Boldenone undecylenate (BU) 1 ml/90 kg bobot badan; dan P5 seperti P3, diinjeksi BU 1 ml/90 kg bobot badan. Tiaptiap perlakuan menggunakan 7 ekor sapi Bali jantan dengan bobot awal 200-250 kg sebagai perlakuan; sehingga jumlah sapi yang digunakan sebanyak 35 ekor Pengemukani dilakukan selama 180 hari. Seluruh sapi diberikan pakan dan air minum diberikan secara ad libitum serta pada awal penelitian diberikan obat anti cacing dan anti koksidia. Parameter yang diamati adalah perkembangan bobot ternak (harian dan bulanan). Untuk mengetahui pertambahan bobot badan, dilakukan penimbangan sebanyak 6 kali, yaitu di awal, bulan ke-2, bulan ke-3, bulan ke-4, bulan ke-5 dan ke6 perlakuan. Data dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan, serta dilakukan analisis finansial untuk mengetahui tingkat untung rugi masing-masing perlakuan yang diberikan. Analisis finansial dilakukan terhadap R/C rasio, Titik Impas Produksi (kg) dan Titik Impas Harga (TIH) (Rp).

Hasil dan Pembahasan Dinamika Pertumbuhan Sapi Selama Penelitian Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Kedua faktor tersebut berkontribusi berturut-turut 70% dan 30%. Diantara faktor lingkungan, faktor pakan mempunyai pengaruh paling besar (sekitar 60%). Sebagai dampaknya, apabila pakan yang diberikan tidak sesuai dari segi kuantitas dan kualitas, maka potensi genetik ternak yang tinggi tidak akan tercapai (Mariyono dan Romjali 2007). Pada usaha pengembangan ternak sapi, komponen iklim terutama curah hujan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil dan mutu hijauan pakan ternak (HPT). Pada musim hujan (MH), produksi HPT tinggi tetapi mutunya rendah; sebaliknya untuk musim kemarau (MK). Pada saat MH, pertumbuhan HPT cepat sehingga terlambat dipotong, akibatnya kandungan serat kasarnya tinggi (SK), sedangkan protein kasarnya (PK) rendah. Berbeda dengan MH, pertumbuhan rumput Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 483

pada saat MK lambat dan cepat dipanen walaupun masih muda, akibatnya kandungan PK_nya tinggi sedangkan SK_nya rendah (Prawiradiputra et al. 2006). Terkait dengan adanya informasi tersebut, sapi-sapi di Desa Luwus pun pertumbuhannya berfluktuatif selama pelaksanaan penelitian/pegkajian. Pada awalawal penelitian dilakukan, pertambahan bobot ternak berkisar antara 0,45 kg sampai 0,6 kg/hari. Selanjutnya seiring dengan menurunnya curah hujan, ketersediaan pakan menurun dan dalam beberapa bulan berikutnya pertumbuhan ternak pun mengalami penurunan. Pada saat ketersediaan rumput di daerah persawahan dan tegalan mulai menurun, petani memenuhi kebutuhan pakan ternaknya dengan cara memberikan pakan hijauan berupa dedaunan yang diambil dari tegalan untuk menambah pasokan pakan. Dedaunan yang diberikan antara lain daun nangka, gamal, kakao, dan lainnya. Pemberian dedaunan justru mendorong peningkatan pertumbuhan ternk yang sebelumnya merosot tajam. Akan tetapi karena ketersediaan dedaunan juga relatif terbatas, akibatnya mulai bulan September dan Oktober, pertumbuhan ternk pun melambat. Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan ternak, sapi-sapi introduksi tetap mengalami pertumbuhan bobot badn harian yang lebih tinggi dibandingkan sapi-sapi kontrol (Gambar 1). `

Gambar 1. Perkembangan pertumbuhan sapi Bali di Desa Luwus selama pelaksanaan pengkajian tahun 2013 Perbandingan Pertumbuhan Antar Perlakuan Hasil kajian menunjukkan, sapi-sapi kontrol rata-rata hanya tumbuh 0,33 kg/ekor/hari (Tabel 1). Perlakuan yang diintroduksikan secara teknis mampu meningkatkan pertambahan bobot badan sapi sebanyak 22,8% untuk P2, 36,5% untuk P3, 64,5% untuk P4, dan 69,5% untuk P5.Pertambahan bobot badan harian di tingkat petani hampir sama dengan yang dilaporkan oleh Saka (1990) dengan pola pemeliharaan secara tradisional, tambahan bobot badan sapi Bali rata-rata 0,28 kg/hari; demikian juga laporan Yasa, dkk (2013) untuk sapi Bali yang digemukkan di dataran medium yang mencapai 0,31 kg/hari.

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya : Pengaruh pemberian pakan penguat | 484

Tabel 1. Pertambahan bobot sapi Bali yang digemukkan pada beberapa perlakuan Desa Luwus Bali tahun 2013. Bobot Dampak Bobot Pertambahan PBBH Peningkatan Perlakuan akhir aplikasi awal bobot (kg) (kg/hari) (%) (kg) BU (%) P1 206,5a 267,4 60,9a 0,33 P2 203,1a 277,9 74,8b 0,41 22,8 P3

212,0a

295,1

83,1b

0,46

36,5

P4

207,3a

307,5

100,2c

0,55

64,5

33,9

P5

209,4a

312,6

103,3c

0,57

69,5

24,2

Keterangan :  P1 : kontrol (pemeliharaan cara petani yakni sapi diberikan pakan berupa hijauan ditambah dedak 0,25 kg/ekor/hari)  P2: Kelompok sapi yang diberikan pakan tambahan 1 kg dedak dan probiotik biocas 5 ml/ekor/hari  P3: Kelompok sapi yang diberikan pakan tambahan 1 kg polard dan probiotik biocas 5 ml/ekor/hari  P4: Kelompok sapi yang diberikan pakan tambahan 1 kg dedak dan probiotik biocas 5 ml/ekor/hari dikombinasikan dengan injeksi boldenone undecylenate (BU)  P5: Kelompok sapi yang diberikan pakan tambahan 1 kg polard dan probiotik biocas 5 ml/ekor/hari dikombinasikan dengan boldenone undecylenate  huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P,0,05)

Lebih tingginya pertumbuhan sapi dengan teknologi introduksi kemungkinan disebabkan oleh dampak pemberian 1) pakan tambahan (dedak atau polard, 2) probiotik bio cas, dan 3) aplikasi BU sebagai pemacu tumbuh. Beberapa hasil penelitian/pengkajian seperti laporan Kariada, et al. (2002) dan Kariada, et al. (2003) bahwa penggunaan probiotik Bio Cas 5 ml per ekor per hari untuk menggemukan sapi Bali memberikan pertambahan berat badan harian rata-rata 100 gram per hari lebih tinggi dibandingkan ternak tanpa diberikan Bio cas; demikian juga laporan Yasa, et al. (2004) pemberian probiotik Bio Cas 5 ml /ekor/hari dapat meningkatkan kandungan eritrosit (sel darah merah), Hemoglobin, leukosit (sel darah putih), protein total darah, dan nilai hematokrit induk sapi Bali sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ternak. Hal ini diduga disebabkan oleh peran probiotik yang diproduksi dari isi rumen sapi seperti laporan Suwadji et al. (2001) dalam Wina (2005), dapat meningkatkan kecemaan dinding sel dari 63,8% menjadi 67,1% dan kecernaan hemisellulosa dari 68,6 menjadi 73,2%. Demikian juga untuk penggunaan pakan tambahan seperti dedak dan polard. Menurut Orskov (1992), pemberian pakan tambahan seperti polard dapat memperbaiki aktivitas mikroba rumen, sehingga kemampuan mencema protein bahan pakan juga menjadi lebih baik. Slatter dan Slyter (1974) menguraikan bahwa proses fermentasi dan pertumbuhan mikroba rumen dapat terjadi secara optimum pada konsentrasi Amonia rumen di atas 50 mgN/L. Orskov (1992) menyatakan bahwa pemberian polard sampai dengan 50% dari kebutuhan bahan kering (BK), mampu meningkatkan konsentrasi amonia rumen sebesar 65,5%, dengan demikian

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 485

memungkinkan terjadinya fermentasi dan pertumbuhan mikroba rumen secara optimum. Obat pemacu tumbuh dalam hal ini “Boldenone undecylenate (BU)” juga kemungkinan berdampak terhadap pertumbuhan sapi. Hasil-hasil penelitian pada ternak lain seperti pada kelinci jantan dilaporkan mampu meningkatkan pertambahan bobot badan 12% pada dosis anjuran, dan bahkan mencapai 41,5% pada dosis yang diduakalikan yatu dari 775 g untuk kontrol, 868 g untuk aplikasi dosis anjuran, dan 1.097 untuk dosis diduakalikan. Selain meningkatkan pertumbuhan, penggunaan BU juga menurunkan FCR berturut turut 11,9% dan 42,0%, yaitu dari 10,55, menjadi 9,43, dan 7,43 untuk dosis diduakalikan (Thabet et al. , 2010). Potensi Keuntungan Usahatani Salah satu penentu keberlanjutan suatu usahatani adalah adanya potensi keuntungan yang diperoleh petani. Hasil analisis menunjukkan, meskipun terjadi penigkatan biaya berturut-turut 2,2%, 7,2%, 6,2%, dan 8,3%, namun teknologi yang diintroduksikan berpotensi meningkatkan pendapatan petani, berturut-turut 7,5%, 13,7%, 37,5%, dan 36,5% untuk P2, P3, P4, dan P5. Secara ekonomi, teknologi P4 merupakan alternatif terbaik (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisis ini, teknologi yang diintroduksikan layak dikembangkan.

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya : Pengaruh pemberian pakan penguat | 486

Tabel 2. Potensi keuntungan usahatani penggemukan sapi di Desa Luwus Kecamatan Baturiti pada berbagai masukan teknologi, 2013

No

Uraian biaya

I 1

INPUT Bibit sapi (Bobot P1: 206,5 kg, P2. 203,1 kg, P3.212 kg, P4 207,3 kg, P5 209,4 ; setara Rp. 36.000/kg Pakan - Polard (P1 : 2 hari sekali, 0,25 kg/pemberian/ekor, 23 kg); P2 & P4 butuh 182 kg dedak, sama dengan Polard 182 kg. Harga polard Rp. 3.500/kg; dedak Rp. 2.500/kg Garam & mineral (100 gram/hari; Rp. 3000/kg) Vitamin dan obat cacing Pemacu tumbuh (5 kali aplikasi, @Rp. 50.000 Tenaga Kerja Mencari Pakan MH (140 hari) 1jam/ ekor/hari (17,5 HOK, Rp.60.000/HOK) MK (42 hari);1,5 jam/ ekor/hari (8 HOK, Rp. 60.000/HOK) Memberi pakan (rumput, polard, pakan penguata lain) & membersihkan kandang; 0,5 jam/hari (11,375 HOK)

2

3 4 4

P1 (dedak 0,25 kg/2 hari)

Perlakuan Jumlah biaya (Rp) P4 (Dedak P5 (polard P2 (dedak P3 (polard 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml biocas/hari + biocas/hari + biocas/hari) biocas/hari) hormon) hormon)

7.434.000

7.311.600

7.632.000

7.462.800

7.538.400

113.750

455.000

637.000

455.000

637.000

54.600 40.000

54.600 40.000

54.600 40.000

54.600 40.000 250.000

54.600 250.000

1.050.000

1.050.000

1.050.000

1.050.000

1.050.000

480.000

480.000

480.000

480.000

480.000

682.500

682.500

682.500

682.500

682.500

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 487

Lanjutan Tabel 2. Potensi keuntungan usahatani penggemukan sapi No Uraian biaya P1 (dedak 0,25 kg/2 hari) 5 6

II

III IV V VI VII VII VIII

Biaya kandang Rp. 3 juta untuk 8 tahun setara Rp. 1.027/hari) Air minum (MK) (240 kg/2 ekor, Rp. 100/liter) TOTAL (1+2+3+4) Peningkatan biaya (%) OUTPUT Menjual sapi (setara Rp. 38.000/kg) (Bobot akhir P0: 267,4; P2 277,9 kg; P3. 295,1, P4. 307,5 kg, P5 312,6 kg) Menjual kotoran (Prod kompos setara 2,5 kg/ekor/hari atau 455 kg/ekor; Rp. 200/kg; limbah tanpa fermentasi) Menjual bio urin (rata-rata 5 liter/ekor/hari) Keuntungan Bisnis R/C Rasio Titik Impas Harga (Rp/ekor) Titik Impas Produksi (bobot per ekor) Keuntungan Riil Potensi pendapatan harian (Rp/hari/ekor) Peningkatan pendapatan (%)

186.914 12.000 10.053.764

Perlakuan Jumlah biaya (Rp) P2 (dedak P3 (polard P4 (Dedak P5 (polard 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml 1kg/hr + 5 ml biocas/hari) biocas/hari) biocas/hari + biocas/hari + hormon) hormon) 186.914 186.914 186.914 186.914

10.252.200 10.161.200

12.000 10.272.614 2,2 10.651.200 10.560.200

12.000 10.775.014 7,2 11.304.800 11.213.800

12.000 10.673.814 6,2 11.776.000 11.685.000

12.000 10.891.414 8,3 11.969.800 11.878.800

91.000

91.000

91.000

91.000

91.000

0 198.436 1,02 37.655 264,57 2.410.936 13.247

378.586 1,04 34.403 270,33 2.591.086 14.237 7,5

529.786 1,05 34.691 283,55 2.742.286 15.068 13,7

1.102.186 1,10 34.476 280,89 3.314.686 18.213 37,5

1.078.386 1,10 34.841 286,62 3.290.886 18.082 36,5

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya : Pengaruh pemberian pakan penguat | 488

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut 1.

Hasil kajian menunjukkan, sapi-sapi yang dipelihara seperti cara petani (kontrol) (P1) rata-rata hanya tumbuh 0,33 kg/ekor/hari, sedangkan teknologi introduksi P2 (Kelompok sapi yang diberikan 1 kg dedak padi dan probiotik biocas 5 ml/ekor/hari), P3 (Kelompok sapi yang diberikan 1 kg polard dan biocas 5 ml/ekor/hari), P4 (Kelompok sapi yang diberikan 1 kg dedak, biocas 5 ml/ekor/hari dan dikombinasikan dengan injeksi boldenone undecylenate (BU), serta P5 (Kelompok sapi yang diberikan 1 kg polard , biocas 5 ml/ekor/hari dikombinasikan BU) yang berturut-turut tumbuh 22,8%, 36,5%, 64,5%, dan 69,5% lebih tinggi dibanding kontrol.

2.

Secara ekonomi, meskipun terjadi penigkatan biaya berturut-turut 2,2%, 7,2%, 6,2%, dan 8,3%, untuk P2, P3, P4, dan P5, namun teknologi yang diintroduksikan tersebut berpotensi meningkatkan pendapatan petani, berturut-turut 7,5%, 13,7%, 37,5%, dan 36,5%.

Saran Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan telah diperoleh dua alternatif paket teknologi (P4 dan P5), yang perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut; apakah dengan pakan penguat dedak padi atau polard sesuai dengan ketersediaan di tiap-tiap lokasi calon pengembangannya.

Daftar Pustaka Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Bisnisbali.com. 2009. Tetap Mengacu pada Keseimbangan Populasi Soal Penentuan Kuota Sapi Antarpulau Denpasar (BisnisBali). http://www.bisnisbali.com/2009/12/19/news/agrohobi/lo.html [Minggu, 10 Januari 2010] Disnak Prov Bali. Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2009. Laporan Cacah Jiwa Ternak Provinsi Bali 2008. Dinas Peternakan Provinsi Bali. Denpasar. Gunawan., M.A. Yusron., Aryogi dan A. Rasyid. 1996. Peningkatan produktivitas pedet jantan sapi perah rakyat melalui penambahan pakan konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 2. Puslitbangnak. Bogor. Kariada, I.K., I.M. Londra dan I.N. Darmesta. 2002. Laporan Akhir Pengkajian Integrasi Ternak dengan Sayuran di Daerah Dataran Tinggi Kering Beriklim Basah. BPTP Bali Denpasar.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 489

Kariada, I.K., I.M. Londra dan I.N. Darmesta. 2003. Laporan Akhir Pengkajian Integrasi Ternak dengan Sayuran di Daerah Dataran Tinggi Kering Beriklim Basah. BPTP Bali Denpasar. Kompas.com. 2009. Warga Jakarta Doyan Sapi Bali. Sabtu, 12 Desember 2009. http://regional.kompas.com/read/2009/12/12/17360312/warga.jakarta.doyan.sapi. bali. [Minggu, 10 Januari, 2010]. Kusnadi, U., M. Sabrani., Wiloeto., S. Iskandar., D. Sugandi., Subiharta.., Nandang dan Wartiningsih. Hasil Penelitian Usahatani Ternak Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Lubis, A. M. dan P. Sitepu. 1998. Performans reproduksi sapi Bali dan potensinya sebagai breeding stock di Kecamatan Lampung Utara. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor 1-2 Desember 1998. Bogor. hlm 215221. National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9 thEd. National Academic Press. Washington DC. Prawiradiputra, BR Sajimin, ND Purwantari dan I Herdiawan. 2006. Hijauan Pakan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Saka, I.K. 1990. Pemberian pakan dan pemeliharaan ternak kerja. Makalah dalam pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Sapi Potong. BIP Bali, Denpasar 10-13 Desember 1990 Susanti, S dan E. Marhaeniyanto. 2007. Kecernaan, Retensi Nitrogen dan Hubungannya dengan Produksi Susu Pada Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberi Pakan Pollard dan Bekatul. 2007. Jurnal PROTEIN 15( 2) 2007. PP:141-147 Thabet S N, E M Abdelrazek, E W Ghazy, and S E Elballal. 2010. Effect of the anabolic steroid, boldenone undecylenate on reproductive performance of male rabbits. J. Reprod & Infertility 1(1) : 08-17, 2010. Wina, E. 2005. Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Pakan untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia di Indonesia: Sebuah Review. Wartazoa 15 (4), 2005 pp: 173-186 Wulandari A. 2000. Evaluasi nutrisi tepung silase ikan dengan metode kimiawi dan bahan pengikat dedak padi dan pollard. Skripsi. Fapet IPB. Bogor. Yasa, I M. R. 2001. Pengkajian Integrasi Tanaman dan Ternak pada Lahan Kering Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. 365-367. Yasa, I.M.R., S. Guntoro dan I N. Adijaya. pengaruh pemberian probiotik biocas terhadap profil darah induk sapi bali di lahan kering Gerokgak Buleleng Bali . 2004. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Klinik Pertanian, Menado, 8-9 Juni 2004.

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya : Pengaruh pemberian pakan penguat | 490

Yasa, I M R., I N Adijaya., P A K Wirawan., dan A A N B Kamandalu. 2013. Laporan Akhir Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Integrasi Tanaman Pangan Sapi di Desa Pempatan Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 491