PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA

Download terhadap persentase kematian bibit, jumlah daun gugur, laju transpirasi, dan intesitas kerusakan tanaman. ... dan karunia-Nya sehingga penu...

0 downloads 348 Views 367KB Size
PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN ANUM PETALARIFARRDHI. Pengaruh Penggunaan Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Mutu Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Setelah Transportasi. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini dilakukan untuk mempertahankan mutu bibit manggis setelah transportasi dan mengetahui metode transportasi bibit manggis yang tepat dan efisien. Penelitian dilakukan di Kebun Tajur 2 UPT Kebun Percobaan IPB Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan dua faktor yaitu pengaruh anti transpirasi dan media transportasi. Anti transpirasi terdiri dari empat taraf yaitu kontrol (air), chitosan (15 mg/L), liquinox start (2 ml/L), dan campuran chitosan (15 mg/L) dengan liquinox start (2 ml/L). Sedangkan media transportasi terdiri dari tiga taraf yaitu campuran tanah dengan pupuk kandang, arang sekam, dan tanpa media. Percobaan ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan, masing-masing di ulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dengan 3 tanaman untuk setiap ulangannya. Total tanaman yang digunakan sebanyak 144 tanaman. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit manggis asal sambungan. Batang bawah bibit sambungan yang digunakan berasal dari Purwakarta dan Kaligesing, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari Bogor. Bibit yang digunakan berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun. Repotting dilakukan pada 30 hari sebelum tranportasi. Pemberian anti transpirasi menggunakan kontrol, chitosan, liquinox start, dan chitosan+liquinox start dilakukan sesaat sebelum transportasi. Bibit manggis yang telah diberikan perlakuan anti transpirasi dan media transportasi selanjutnya ditransportasikan menggunakan mobil bak terbuka. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga 15.00 (siang hari) dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Bibit manggis pada percobaan pertama ini mengalami kerusakan yang berat setelah transportasi. Hal ini mengakibatkan bibit manggis pada percobaan pertama hanya dapat bertahan hidup hingga dua minggu setelah perlakuan. Oleh karena itu data yang digunakan pada penelitian ini selain data transpirasi tanaman adalah data hasil pengamatan pada percobaan kedua. Percobaan kedua dilakukan pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 (malam hari) dengan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-Ciawi-Tajur. Pengamatan dilakukan sejak Juli hingga Oktober 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru, panjang trubus total, diameter trubus, lebar daun, dan luas daun. Perlakuan media transportasi berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit, jumlah daun gugur, laju transpirasi, dan intesitas kerusakan tanaman. Media transportasi tanah dengan pupuk kandang memiliki persentase kematian bibit, jumlah daun gugur, laju transpirasi, dan intesitas kerusakan tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan media

transportasi yang lain. Kombinasi anti transpirasi chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang merupakan kombinasi yang terbaik yang dapat mempertahankan kesegaran dan warna daun bibit manggis. Bibit manggis dapat ditransportasikan tanpa menggunakan media tanam, namun jumlah bibit manggis yang dapat bertahan hidup hanya sebesar 42.13% hingga akhir pengamatan (4 Bulan).

LEMBAR PENGESAHAN Judul

: “PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS

Nama NRP

(Garcinia

mangostana

TRANSPORTASI”. : Anum Petalarifarrdhi : A 34303057

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc NIP. 131 284 818

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

L.)

SETELAH

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Karsono Soewadi dan Ibu Risona Priati. Tahun 1990 penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK. Ketilang, Ciputat, Tanggerang. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan

di SDN 01 Pagi Pondok Bambu Jakarta. Selanjutnya penulis

menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2000 dan Lulus dari SMUN 1 Bekasi pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota dalam Himpunan mahasiswa Agronomi

periode 2004/2005, Pers Kampus Gema Almamater

periode 2004/2005, dan UKM Merpati Putih. Pada tahun 2007 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi

yang berjudul

”Pengaruh

Penggunaan Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Mutu Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Setelah Transportasi” ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan sembah bakti kepada Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang, doa, dan bimbingan yang senantiasa menyertai penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan selama studi di IPB serta saran dan kritik kepada penulis untuk memperbaiki skripsi. 3. Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis untuk memperbaiki skripsi 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB atas segala bantuan selama perencanaan hingga penelitian ini berakhir. 5. Adikku tercinta atas segala doa dan dukungannya. 6. Destri Maulina Lubis, SE. atas segala bantuan, dukungan, doa, pengertian, dan persahabatan yang selama ini terjalin. 7. Aslih, Wati, Armita, Ella, Yani, lisa, Ika Sri, Teman-teman Hortilkultura ’40, dan Teman-teman Wisma Fahmeda atas segala bantuan, dukungan, dan doanya. 8. Ibu Heni dan Ibu Sriani atas segala bantuan, saran dan kritik yang membangun. 9. Pak Ibram, Pak Endang Gunawan, Bu Yuyun, A’Dayat, Bang Rizal, Chaidir, Agus, Pak Endang, Mbak Lasih dan keluarga besar PKBT yang telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis selama penelitian.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pengamatan di lapang maupun dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian.

Bogor, Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang …………………………………………………... Tujuan …………………………………………………………… Hipotesis …………………………………………………………

1 2 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis ………………………………………….............. Syarat Tumbuh Manggis.................………………………........... Transpirasi ..................................................................................... Anti Transpirasi ............................................................................. Media Transportasi.........................................................................

3 4 4 5 8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ Bahan dan Alat ............................................................................... Metode Penelitian .......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................... Pengamatan ....................................................................................

10 10 10 11 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum ............................................................................. Hasil dan Pembahasan ...................................................................

16 18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................

35 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

36

LAMPIRAN ...........................................................................................

38

DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9.

Halaman Teks Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Persentase Kematian Bibit manggis............................................... 18 Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup.............

21

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati...............

22

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis.....................................................

27

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang pada Bibit Manggis..........

28

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus pada Bibit Manggis..

29

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus pada Bibit Manggis..........................................................................................

30

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru pada Bibit Manggis .........

32

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Warna Daun pada Bibit Manggis .................................................

34

Lampiran 1. 2. 3.

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Persentase Kematian pada Bibit Manggis......................

39

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis .............................

39

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup..............................................................................................

40

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati.

40

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis .......................

41

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis ......................................

42

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis .........................

43

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis.........................................

44

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman pada Bibit Manggis .............................

45

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Batang pada Bibit Manggis ............................

45

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus pada Bibit Manggis ...................

45

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Trubus pada Bibit Manggis ...............................

45

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total pada Bibit Manggis .....................

46

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Trubus pada Bibit Manggis ............................

46

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Daun Baru pada Bibit Manggis ........................

46

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Lebar Daun Baru pada Bibit Manggis ............................

46

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Luas Daun Baru pada Bibit Manggis ............................

47

DAFTAR GAMBAR Nomor

Halaman

1.

Teks Struktur Kimia Chitosan ............................................................

5

2.

Kondisi Bibit di Kebun Percobaan IPB Tajur 2 ........................

16

3.

Pengaruh anti transpirasi terhadap jumlah daun gugur .............

23

4.

Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun gugur .......

24

5.

Pengaruh anti transpirasi terhadap Jumlah daun baru ...............

25

6.

Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun baru .........

25

PENDAHULUAN Latar Belakang Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang banyak digemari oleh konsumen dalam dan luar negeri. Buah manggis digemari karena memiliki perpaduan warna yang indah dan cita rasa yang lezat. Oleh karena hal tersebut buah ini memiliki potensi yang baik untuk untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor non migas. Menurut Poerwanto (2000) buah manggis yang diperdagangkan di dalam negeri dan di luar negeri saat ini berasal dari ’hutan manggis’ yaitu kebun campuran yang terdapat pohon manggis baik yang di sengaja untuk ditanam maupun yang tumbuh dengan sendirinya. Pembangunan kebun manggis secara komersial saat ini belum banyak dilakukan oleh petani Indonesia karena masa juvenil manggis yang terlalu lama, dan sulit memperoleh bibit manggis yang bermutu dalam jumlah yang besar. Walaupun begitu Indonesia masih dapat mengekspor manggis ke luar negeri dalam volume yang cukup besar. Hal ini tidak menguntungkan untuk pemasaran buah manggis pada masa yang akan datang, karena negara tetangga seperti Thailand telah melakukan pengembangan manggis secara besar-besaran. Dalam rangka mengembangkan tanaman manggis secara komersial di Indonesia maka diperlukan pengembangan sentra-sentra produksi manggis di Indonesia yang lebih baik lagi. Produksi bibit manggis yang bermutu dan berkelanjutan sangat diperlukan guna menunjang pengembangan sentra-sentra produksi manggis. Namun dalam hal pendistribusian bibit manggis dari tempat produksi bibit manggis ke tempat-tempat yang akan dijadikan sentra produksi manggis sering kali dihadapkan oleh berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah bibit yang ditransportasikan sering kali mengalami penurunan mutu, voluminous, dan berat. Oleh karena permasalahan-permasalahan diatas maka diperlukan metode transportasi bibit manggis yang lebih ekonomis dan efisien.

Untuk mengatasi permasalahan transportasi bibit manggis perlu dilakukan modifikasi media tanam saat transportasi dan aplikasi anti transpirasi. Modifikasi media transportasi yang lebih ringan dan tidak voluminous terkadang tidak dapat mempertahankan mutu bibit manggis. Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan suatu zat anti transpirasi yang dapat menekan penurunan mutu bibit manggis. Penggunaan chitosan dan liquinox start serta modifikasi media transportasi dapat dijadikan metode alternatif dalam pendistribusian bibit manggis. Chitosan adalah biomaterial sekunder, senyawa organik turunan dari khitin yang bermanfaat sebagai pengawet biji-bijian dari serangan hama; membran atau kapsul pelindung obat; immobilisasi enzim, sel bakteri, dan sel jaringan; bahan kosmetik; dapat memfiksasi dan melindungi pupuk ditanah; dan lain sebagainya (Suptijah, 2006). Sedangkan liquinox start adalah zat pengatur tumbuh yang diformulasikan untuk memacu pertumbuhan tanaman (www.liquinox.com).

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan mutu bibit manggis setelah transportasi dan mengetahui metode transportasi bibit manggis yang tepat dan efisien. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penggunaan zat anti transpirasi dapat menekan laju transpirasi selama transportasi sehingga dapat mempertahankan mutu bibit manggis. 2. Terdapat

media

transportasi

ringan

bukan

tanah

yang

dapat

mempertahankan mutu bibit manggis. 3. Bibit manggis yang ditransportasikan tanpa menggunakan media trasnportasi bila diberikan anti transpirasi akan mempunyai resiko kematian yang rendah. 4. Adanya interaksi antara zat anti transpirasi dan media tanam yang dapat mempertahankan mutu bibit manggis.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara (Verheij, 1997). Manggis termasuk kedalam genus Garcinia dari famili Guttiferae. Manggis merupakan spesies yang memiliki nilai jual yang tinggi. Akar tanaman manggis berjumlah sedikit dan tidak mempunyai bulu akar. Akar tanaman manggis mempunyai laju pertumbuhan yang lambat. Akar tanaman manggis mudah rusak dan terganggu sebagai akibat dari lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga luas permukaan kontak akar dengan media tumbuh sedikit (Cox, 1976). Menurut Verheij (1997) kanopi tanaman manggis berbentuk oval dan kerucut berukuran sedang dengan tinggi tanaman dewasa dapat mencapai 10 - 25 meter dan berdiameter 25 - 35 cm. Daun tanaman manggis berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tajam dan terletak berhadapan, serta bertekstur tebal. Permukaan daun bagian

atas berwarna hijau gelap sedangkan bagian bawah

berwarna hijau kusam. Ukuran daun bervariasi yaitu dengan panjang daun 15 - 25 cm dan lebarnya 7 - 13 cm (Verheij dan Coronel, 1992). Bunga manggis berkelamin tunggal dan berumah dua. Bunga tersebut tumbuh pada ujung ranting. Kelopak dan mahkota masing-masing berjumlah , tebal dan berwarna merah muda atau merah. Bakal buah bulat berwarna krem dan ditutupi oleh putik bunga yang berjumlah 5 – 8 buah (Allen, 1967). Bunga jantan manggis bersifat rudimenter, yaitu tumbuh kecil dan mengering sehingga tidak berfungsi. Buah berbentuk bulat berwarna ungu kemerahan. Buah tanaman manggis memiliki diameter sekitar 4 – 7 cm dan memiliki kulit yang tebal. Kelopak bertahan pada dasar buah dan pada bagian ujungnya terdapat putik bunga yang merupakan jumlah segmen didalam buah. Daging buah terdiri dari 5 - 8 segmen berwarna putih dan memiliki 1 – 3 biji (Allen, 1967).

Syarat Tumbuh Manggis Tanaman manggis tumbuh pada daerah dengan curah hujan yang tinggi yaitu 1500 – 2500 mm per tahun dengan distribusi yang merata sepanjang tahun. Untuk pertumbuhan tanaman manggis yang baik diusahakan agar tanah tidak mengalami kekeringan dan dipertahankan tinggi air tanah tidak lebih dari 1.8 m dari permukaan tanah (Hume, 1950) Verheij dan Coronel (1992) menyatakan bahwa tanaman manggis akan tumbuh optimal pada suhu dan kelembapan yang tinggi. Suhu di bawah 20° C dan di atas 38°C menyebabkan kematian tanaman manggis sedangkan pada suhu di bawah 20° C pertumbuhan akan terhambat. Kelembaban yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis adalah sekitar 80 %. Drainase sangat penting dalam pertumbuhan tanaman manggis muda. Untuk pertumbuhan tanaman manggis yang optimal, selain drainase yang baik diperlukan tanah yang subur , porous, dan kaya akan bahan organik (Hume, 1950). Transpirasi Air memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Untuk setiap gram bahan organik tanaman, kira-kira 500 gram air harus diserap oleh akar dan di transportasikan keseluruh tubuh untuk kemudian diuapkan ke atmosfer. Sedikit saja terjadi ketidak-seimbangan air dalam tanaman akan mengakibatkan defisit air dan terganggunya proses selular tumbuhan. Oleh karena itu tanaman harus memelihara keseimbangan penyerapan dan penguapan air. Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari tubuh tumbuhan melalui penguapan (Tjondronegoro, Haraan, dan Hamim, 1999). Tenaga penggerak transpirasi adalah perbedaan potensial air antara ruang dalam stomata dan atmosfir luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi adalah faktor eksternal dan internal tumbuhan. Yang dimaksud dengan faktor eksternal tumbuhan adalah suhu, kelembapan, dan kecepatan angin. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor internal tumbuhan adalah hambatan stomata dan hambatan luar daun. Laju

transpirasi cenderung meningkat tajam pada pagi hari, lalu mencapai puncaknya pada siang hari, dan kemudian mengalami penurunan pada sore hari. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju transpirasi adalah melakukan penyiraman air atau pengairan, memangkas daun tanaman, dan menggunakan zat anti transpirasi (Carpenter, Walker, and Lanpehear, 1975). Anti Transpirasi Anti transpirasi digunakan untuk menekan laju transpirasi tanaman. Anti transpirasi dapat membantu mencegah atau setidaknya memperlambat kelayuan dengan memperlambat laju kehilangan air (Davenport, Hagan, and Lanpehear, 1969). Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga. Anti transpirasi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu anti transpirasi dengan material pemantul cahaya matahari yang dapat menurunkan absorbsi energi radiasi matahari sehingga menurunkan suhu daun, anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi, dan anti transpirasi yang dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang (Davenport et.al., 1969). Chitosan Menurut Suptijah (2006) chitosan adalah suatu zat

yang merupakan

turunan dari kitin dengan rumus N-asetil D-glukosamin (Gambar 1.). Sedangkan definisi kitin adalah selulosa alami yang banyak terdapat pada hewan khususnya pada kelompok crustacea seperti kulit udang, kepiting, rajungan, serta pada dinding sel bakteri dan fungi. Chitosan mempunyai bentuk rombik yang dapat digunakan sebagai matriks atau resin.

Gambar 1. Struktur Kimia Chitosan Kitin, chitosan, dan selulosa adalah tiga polimer yang berdekatan. Secara kimia kitin dan chitosan tergolong kedalam golongan basa lemah. Chitosan dapat

larut dalam asam organik, dengan membebaskan asam laktat dan N-asetil. Chitosan dan kitin dalam larutan yang mengandung ion logam berat akan membentuk senyawa kompleks (Hawab, 2006). Pembuatan chitosan dilakukan melalui tiga proses. Chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan seperti kulit, kepala, dan ekor udang atau rajungan yang tidak terpakai. Bahan-bahan tersebut selanjutnya dihilangkan kandungan mineralnya melalui proses demineralisasi. Proses selanjutnya adalah proses deproteinasi untuk menghilangkan kandungan protein dalam bahan-bahan tersebut. Dan proses yang terakhir adalah proses deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil. Chitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan pada berbagai jenis industri dan pada bidang kesehatan seperti pengawet biji-bijian dari serangan hama, membran pelindung obat, bahan kosmetik, senyawa penukar ion, dapat memfiksasi dan melindungi pupuk ditanah, serta banyak manfaat lainnya. Menurut Bittelli, Flury, Campbell, dan Nichols (2001) chitosan termasuk anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang. Aplikasi chitosan yang disemprotkan pada permukaan daun dapat menekan laju transpirasi dan mencegah kelayuan daun pada tanaman cabai (Bittelli et.al., 2001) Liquinox Start Liquinox start adalah zat pengatur tumbuh berbentuk cair yang dapat digunakan untuk mengurangi stress pada tanaman yang diakibatkan oleh cekaman lingkungan. Liquinox start diformulasikan untuk membantu mereduksi cekaman pada saat transplanting dan menstimulasi pertumbuhan akar. Liquinox start efektif untuk diaplikasikan pada segala jenis tanaman pada penanaman seperti pada penyemaian benih, penanaman stek, perakaran pada mawar, tanaman pembatas, dll. Liquinox start mengandung : •

Vitamin B1 Vitamin merupakan salah satu substansi organik yang disintesis oleh tanaman dan aktif dalam jumlah yang relatif sedikit. Vitamin B1 dikenal juga dengan nama Thiamine. Istilah thiamine menyatakan bahwa

zat ini mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Thiamine termasuk kedalam golongan vitamin yang larut dalam air . Thiamine disintesis pada daun dan ditranslokasikan ke daerah meristematik pada akar dan tunas. Thiamine pada tanaman terdapat dalam bentuk bebas dan sebagai thiamin fosfat (Khrishnamoorthy, 1981). Vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dalam reaksi-reaksi enzim. Thiamine pirofosfat merupakan bagian yang aktif dari enzim karboksilase. Karena proses sintesis thiamine terjadi pada daun maka cahaya sangat diperlukan pada saat sintesis dan translokasinya (Khrisnamoorthy, 1981). •

NAA NAA merupakan senyawa sintetik dari auksin yang memiliki fungsi sebagai salah satu zat pengatur tumbuh pada tanaman. Auksin berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan auksin antara lain adalah pembesaran sel, penghambatan mata tunas samping, pengguguran daun, aktivitas kambium, dan pertumbuhan akar. Auksin pada tanaman dapat mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata (Klingman, 1973). Aktivitas auksin sintetik dipengaruhi oleh kesanggupan senyawa tersebut menembus kutikula, sifat translokasi didalam tanaman, pengikatan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif, interaksi dengan hormon tumbuhan lainnya, spesies tanaman, fase pertumbuhan, dan lingkungan (Wattimena, 1988).



Ekstrak yucca Tanaman yucca termasuk kedalam family Liliaceae. Tanaman Yucca mengandung saponin steroid. Penggunaan saponin streoid sebagai anti stress pada tanaman saat ini sudah meluas. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tanaman yang diberi ekstrak yucca mempunyai daya tahan yang baik terhadap lingkungan yang kering.



Zat besi Zat besi merupakan mineral mikro. Zat besi mempunyai beberapa fungsi penting pada tanaman yaitu sebagai alat angkut oksigen, alat angkut elektron di dalam sel, katalis pembentukan klorofil, dan berperan dalam reaksi enzim dalam tubuh tanaman (Almatsier, Tanpa tahun).



Asam fosfat Asam fosfat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman. Asam fosfat dapat merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembungaan, membantu dalam pembentukan benih dan sangat penting pada saat perkecambahan (Gardner, Pearce, and Mitchell, 1991).



Fe-EDTA EDTA adalah zat pengkelat yang umum digunakan untuk unsur Fe, Zn, dan unsur-unsur mikro yang lain. Khusus pada liquinox start digunakan Fe-EDTA. Pemberian Fe-EDTA atau pun zat pengkelat yang lain merupakan metode yang biasa diterapkan melalui tanah atau daun agar ketersediaannya tercukupi sehingga pertumbuhan tanaman berjalan lancar (Gardner et.al., 1991). Media Tanam Saat Transportasi Media tanam memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh

tanaman dan penyuplai hara mineral bagi tanaman. Suatu media tanam harus dapat mensuplai hara mineral, mampu menahan air tersedia, menyediakan aerasi yang baik, dan memberikan tunjangan mekanik bagi tanaman agar pertumbuhan tanaman berjalan dengan baik (Soepardi,1983). Campuran Tanah dan Bahan Organik Pemberian bahan organik pada media tanam tanaman manggis akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan meningkatkan efisiensi pemupukan dan pemberian air yang dapat memperbaiki sistem perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jumlah bahan organik di dalam campuran media tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman manggis. Bahan organik merupakan bahan yang penting dalam hal kesuburan tanah baik secara fisik, kima, dan biologi. Secara fisik bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air, merangsang granulasi, memantapkan agregat tanah, menurunkan plastisitas dan kohesi tanah. Secara kimia bahan kimia akan meningkatkan kapasitas tukar kation, mengikat unsur N,

P dan S dalam bentuk organik. Sedangkan secara biologi bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Arang Sekam Arang sekam adalah hasil dari pembakaran sekam padi yang berwarna hitam. Saat ini arang sekam sudah banyak digunakan sebagai media tanam pada teknik budidaya secara hidroponik. Arang sekam mengandung beberapa unsur penting yaitu karbon, oksigen,hidrogen, dan silika (Nugraha dan Setiawati, 2006). Selain itu arang sekam juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar (Nugraha dan Setiawati, 2006). Arang sekam mempunyai bobot yang lebih ringan dan kemampuan retensi air yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sekam sekar. Keuntungan dari penggunaan arang sekam sebagai media tanam adalah meningkatnya hasil produksi tanaman dengan kualitas yang baik, menurunkan kerusakan oleh penyakit terbawa tanah, dan ekonomis dalam penggunaan air (Douglas, 1985).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Lokasi penelitian ini memiliki ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 20 °C – 32 °C . Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai Oktober 2007. Jalur transportasi yang digunakan terdiri dari dua rute perjalanan yaitu, rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor dan rute perjalanan Tajur-LeuwiliangCiawi-Tajur. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit manggis berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun. Anti transpirasi yaitu, chitosan gel dan liquinox start. Media transportasi yaitu, campuran tanah dengan pupuk kandang, arang sekam,insektisida Confidor, dan pupuk NPK. Alat yang digunakan adalah sprayer, mobil bak terbuka, gembor, plastik transparans, benang kasur, pisau, gunting, meteran, termometer basah dan kering, alat pengukur transpirasi, dan alat penunjang penelitian lainnya. Metode Penelitian Penelitian dilakukan di lapang dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan dua faktor yaitu pengaruh anti transpirasi dan media transportasi. Anti transpirasi terdiri dari empat taraf yaitu kontrol (air), chitosan (15 mg/L), liquinox start (2 ml/L), dan campuran chitosan (15 mg/L) dengan liquinox start (2 ml/L). Sedangkan media transportasi terdiri dari tiga taraf yaitu campuran tanah dengan pupuk kandang , arang sekam, dan tanpa media. Percobaan ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan, masing-masing di ulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dengan 3 tanaman untuk setiap ulangannya. Total tanaman yang digunakan sebanyak 144 tanaman

Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik dalam penelitian ini adalah : Yijk = µ + τ i + β j + (τ β) i j + Keterangan : Yijk

ρk + ε i j

= Nilai pengamatan pada taraf ke-i dari faktor pemberian anti-transpirasi dan taraf ke-j dari faktor media transportasi

µ

= Nilai rataan umum

τi

= Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi

βj

= Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor media transportasi

(τ β )ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi dan taraf ke-j faktor media transportasi

ρk

=

εij

= Pengaruh galat pada taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi dan

Pengaruh kelompok

taraf ke-j faktor media transportasi i

= 1, 2, 3, 4

j

= 1, 2, 3 Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Jika uji F nyata, maka

dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%. Pelaksanaan 1. Persiapan Bibit Bibit yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit manggis yang telah berumur 3-4 tahun. Bibit dipilih dan dikelompokkan berdasarkan umur dan tinggi tanaman. Bibit yang dibutuhkan berjumlah 144 tanaman. 2. Penggantian Media Tanam Penggantian media tanam bibit manggis dilakukan pada 30 hari sebelum transportasi ke tempat tujuan. Media tanam bibit manggis yang semula berupa campuran tanah dan pupuk kandang, sebagian diganti dengan arang sekam sebagai media transportasi. Untuk bibit manggis yang ditransportasikan tanpa menggunakan media tanam, sesaat sebelum transportasi

bibit manggis dibersihkan dari media awal lalu dilakukan

pengemasan menggunakan plastik lalu dikemas menggunakan kardus. Penggantian media tanam bibit manggis juga dilakukan segera setelah transportasi bibit manggis, yaitu bibit manggis dengan perlakuan media transportasi arang sekam dan perlakuan tanpa media seluruhnya diganti menjadi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang dengan polybag yang berukuran lebih besar. 3. Aplikasi Anti Transpirasi Anti transpirasi diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan menggunakan handsprayer pada permukaan atas dan bawah daun. Aplikasi penyemprotan anti transpirasi dilakukan sesaat sebelum transportasi bibit manggis. 4. Transportasi Bibit Manggis Bibit tanaman manggis yang telah diberi perlakuan anti transpirasi dan penggantian media tanam, selanjutnya diangkut kedalam mobil bak terbuka. Bibit-bibit tersebut disusun agar tidak berhimpitan satu sama lain. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Transportasi pada percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Sedangkan transportasi pada percobaan kedua dilakukan malam hari pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 dengan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-CiawiTajur. Pengamatan Pengamatan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan kuantitatif yang dilakukan adalah : 1. Tinggi tanaman (cm) Diukur mulai dari permukaan media tanam hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir pengamatan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan menggunakan tali dan penggaris. 2. Diameter batang (cm) Diukur pada batang utama di bagian yang paling besar. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir pengamatan. Pengukuran diameter batang dilakukan menggunakan jangka sorong.

3. Jumlah daun Dihitung jumlah daun gugur dan daun baru pada bibit manggis. Perhitungan dilakukan dua hari sekali sampai trubus pertama mengalami dormansi. 4. Suhu (°C) Diukur pada saat transportasi menggunakan termometer basah dan kering. 5. Transpirasi Diukur pada saat transportasi menggunakan ADC Bioscientific Portable Light Unit LCA4. 6. Waktu munculnya trubus Dicatat waktu munculnya trubus pada satu tanaman. Pencatatan dilakukan sampai trubus pertama mengalami dormansi . 7. Jumlah trubus Dicatat jumlah trubus yang muncul pada satu tanaman. Pencatatan dilakukan sampai trubus pertama mengalami dormansi 8. Panjang trubus total (cm) Diukur panjang trubus total yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi. Pengukuran panjang tubus total dilakukan menggunakan tali dan penggaris. 9. Diameter trubus (mm) Diukur diameter trubus yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi. Pengukuran diameter trubus dilakukan menggunakan jangka sorong. 10. Panjang dan lebar daun (cm) Diukur panjang dan lebar daun baru yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi.

Pengukuran

panjang

dan

lebar

daun baru

dilakukan

menggunakan tali dan penggaris. 11. Luas daun baru Diukur luas daun baru yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi.

Pengukuran luas daun dilakukan menggunakan rumus (Wiebel, 1993) :

A = 0.510 x L1.25 x W0.931 Keterangan : A = Luas daun L = Panjang daun W = Lebar daun Pengamatan kualitatif yang dilakukan adalah : 1. Pengamatan warna daun bibit manggis Diamati warna daun mulai dari sebelum transportasi sampai trubus pertama mengalami dormansi. Pengamatan warna daun dilakukan menggunakan Munsell

Color

Chart.

Klasifikasi

warna

dengan

sistem

munsell

menggunakan tiga ciri yaitu: Hue (rona), Value (nilai), Chroma (kroma). Hue menunjukkan warna dominan dari suatu objek yang diteliti apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning. Pada penelitian ini warna Hue yang digunakan untuk mengamati warna daun bibit manggis adalah GY (Green Yellow). Value menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai value berkisar antara 0 hingga 10. semakin tinggi nilai value maka warna semakin cerah. Chroma menunjukkan intesitas warna. Nilai chroma berkisar antara 0 hingga 20. semakin tinggi nilai chroma maka intesitas warna semakin gelap (Djunaedi, 1999). Contoh penyajian data :

2.5 GY 7 / 4 Hue

Value Chroma

2. Pengamatan intesitas kerusakan tanaman. Diamati

keadaan tanaman setelah bibit ditransportasikan sampai

trubus pertama mengalami dormansi. Pengamatan intesitas kerusakan tanaman dilakukan menggunakan skoring stress : •

Skor 1 : tanaman segar, daun berwarna hijau.



Skor 2 : tanaman segar, daun berwarna hijau dan terdapat bercak kekuningan (<25%).



Skor 3 : tanaman sedikit layu , daun berwarna hijau dan terdapat bercak kekuningan (25-50%).



Skor 4 : tanaman layu, batang agak keriput, daun berwarna hijau muda dengan bercak kekuningan (>50%) dan agak keriting.



Skor 5 : tanaman layu, batang keriput, daun berwarna hijau muda kusam dengan bercak kekuningan (50-75%), dan keriting.



Skor 6 : tanaman sangat layu, batang sangat keriput, daun berwarna hijau kecoklatan, agak kering, sangat keriting, dan daun gugur.



Skor 7 : tanaman mati, daun berwarna coklat, kering, dan sangat keriting.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bibit manggis yang digunakan berasal dari sambungan. Batang bawah bibit sambungan yang digunakan berasal dari Purwakarta dan Kaligesing, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari Bogor. Bibit manggis yang digunakan berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Pada saat sebelum tranportasi, bibit manggis diberikan perlakuan anti transpirasi kontrol, chitosan, liquinox start, dan campuran antara chitosan dan liquinox start. Kemudian bibit disusun di dalam mobil bak terbuka dengan dinaungi paranet 75%. Transportasi pada percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Suhu selama transportasi pertama

berkisar antara 30-37°C dengan kelembapan 50-64%.

Sedangkan transportasi pada percobaan kedua dilakukan malam hari pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 dengan rute perjalanan TajurLeuwiliang-Ciawi-Tajur. Suhu selama perjalanan berkisar antara 24-26°C dengan kelembapan 90%.

Gambar 2. Kondisi Bibit di Kebun Percobaan IPB Tajur 2

Bibit manggis pada percobaan pertama (Transportasi pertama) mengalami kerusakan yang berat setelah transportasi. Hal ini disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi (32-37°C) dan kelembapan udara yang rendah (48-64%) selama perjalanan. Hal tersebut mengakibatkan bibit manggis menjadi stress dan hanya dapat bertahan hidup hingga 2 minggu setelah perlakuan. Oleh karena itu data yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil pengamatan pada transportasi yang kedua (Gambar 2.). Selama pengamatan dilakukan pemeliharaan bibit yang

meliputi

penyiraman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Suhu selama pengamatan berkisar antara 26-27°C dengan kelembapan berkisar antara 78-80%.

Persentase Kematian Bibit Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit (Tabel 1.). Tabel 1. Pengaruh Anti Transpirasi dan Persentase Kematian Bibit Manggis Perlakuan

5

Anti Transpirasi : Kontrol Chitosan Liquinox Start Chitosan+Liquinox start Uji F Media Transportasi : Tanah + Pupuk kandang Arang Sekam Tanpa Media Uji F Interaksi : Keterangan : MSP tn

Media Transportasi

Waktu Pengamatan (MSP) 9 13 Persentase Kematian Bibit (%)

terhadap

17

11.00 8.25 11.00 16.50 tn

22.00 22.00 16.58 22.00 tn

33.08 30.25 19.33 27.50 tn

41.33 35.75 41.33 30.25 tn

8.25b 4.12b 22.68a **

10.31b 16.50ab 35.12a **

12.37b 24.75b 49.5a **

20.62b 33.00b 57.87a **

tn

tn

tn

tn

= minggu setelah perlakuan = tidak berbeda nyata

Perlakuan media transportasi berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit manggis. Perlakuan tanpa media berbeda nyata dengan perlakuan arang sekam dan perlakuan tanah dengan pupuk kandang. Pada waktu pengamatan 5 MSP, perlakuan tanpa media menghasilkan persentase kematian bibit yang tertinggi

yaitu sebesar 22.68%. Hal ini disebabkan karena bibit

mengalami stress air yang berlebihan pada saat transportasi. Sedangkan perlakuan arang sekam menghasilkan persentase kematian bibit terendah pada 5 MSP yaitu sebesar 4.12%. Pada waktu pengamatan 9 MSP, persentase kematian bibit tertinggi di hasilkan oleh perlakuan tanpa media yaitu sebesar 35.12%. Persentase

kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 10.31%. Perlakuan arang sekam mengalami kenaikan persentase kematian bibit yang lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan tanah dengan pupuk kandang, yaitu sebesar 16.50%. Hal ini disebabkan karena perlakuan arang sekam tidak dapat memulihkan tanaman dari stress. Pada waktu pengamatan 13 MSP, persentase kematian bibit tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tanpa media yaitu sebesar 49.50% dan persentase kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 12.37%. Pada waktu pengamatan 17 MSP, persentase kematian bibit tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tanpa media yaitu sebesar 57.87% dan persentase kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 20.62%. Tingginya suhu selama transportasi dan pengamatan menyebabkan kenaikan laju transpirasi pada bibit manggis. Transpirasi yang berlebihan pada perlakuan tanpa media mempengaruhi metabolisme bibit manggis yang mengakibatkan kerusakan dan kematian

tanaman.

Menurut Coder (1999)

kematian tanaman dipengaruhi oleh suhu yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang, tercapainya suhu maksimum tanaman, usia jaringan tanaman, kandungan air dalam jaringan tanaman, dan kemampuan tanaman untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suhu. Coder (1999) menyatakan bahwa kenaikan suhu menyebabkan laju transpirasi meningkat, yang selanjutnya menyebabkan stomata menutup sehingga laju transpirasi berkurang. Namun dengan menurunnya transpirasi dapat menyebabkan kenaikan suhu di dalam daun yang dapat mencapai suhu maksimum yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Menurut Edmond, Musser, dan Andrews (1975) kegiatan pemindahan tanaman merusak sebagian sistem perakaran. Kerusakan sistem perakaran ini mengakibatkan jumlah air yang diabsorpsi tanaman menjadi berkurang, namun disisi lain transpirasi terus berlangsung. Hal ini meyebabkan persediaan air dalam tanaman berkurang, sehingga laju pembelahan sel menurun. Efek berikutnya yang terjadi adalah menurunnya tekanan turgor sel penjaga pada stomata daun, sehingga stomata menutup. Penutupan stomata ini mengakibatkan laju difusi CO2 menurun, yang berarti pula menurunnya laju fotosintesis. Penurunan laju

fotosintesis menyebabkan berkurangnya cadangan makanan tanaman, sehingga proses pembelahan sel terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Bila laju fotosintesis menurun namun respirasi tanaman terus berlangsung maka akan terjadi degradasi protein dan membran yang dapat menyebabkan kematian sel dan jaringan tanaman. Intesitas Kerusakan Tanaman Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan (Tabel 2.). Pada awal pengamatan (1 MSP) skor intesitas kerusakan tanaman mengalami peningkatan, lalu dikuti dengan penurunan skor intesitas kerusakan tanaman seiring dengan pemulihan kesegaran tanaman. Pada akhir pengamatan terjadi kenaikan skor intesitas kerusakan tanaman, namun skor intesitas kerusakan tanaman tidak lebih besar dari skor intesitas kerusakan tanaman awal. Namun perlakuan tanpa media mengalami kenaikan intesitas kerusakan tanaman secara terus menerus pada 1 MSP hingga 17 MSP Perlakuan tanpa media menghasilkan intesitas kerusakan tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan media yang lain pada 1 MSP hingga 17 MSP yaitu dengan skor intesitas kerusakan tanaman sebesar 2.27-2.71 . Pada perlakuan ini kerusakan yang terjadi ditandai dengan gejala daun yang mulai layu dan muncul bercak-bercak kuning. Kerusakan ini disebabkan oleh tingginya suhu dan ketersediaan suplai air yang kurang mencukupi pada media untuk dapat mempertahankan daya tahan bibit manggis pada saat transportasi, sehingga bibit manggis mengalami kerusakan tanaman yang lebih tinggi dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk pemulihan tanaman di bandingkan dengan perlakuan yang lain.

Tabel 2. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan

1

9

17

Skor Intesitas Kerusakan Tanaman Anti Transpirasi: Kontrol

2.05

2.01

1.98

Chitosan

1.86

1.94

2.16

Liquinox Start

1.90

1.75

1.91

Liquinox Start + Chitosan

2.04

1.90

1.86

tn

tn

tn

Tanah+Pupuk Kandang

1.62b

1.49b

1.43b

Arang Sekam

2.00ab

1.77b

1.79b

Tanpa Media

2.27a

2.43a

2.71a

**

**

**

tn

tn

tn

Uji F Media Transportasi :

Uji F Interaksi :

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan tn = tidak berbeda nyata ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Perlakuan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dan media transportasi arang sekam menghasilkan intesitas kerusakan tanaman yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa media. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan air yang mencukupi pada media untuk mempertahankan daya tahan bibit. Media transportasi tanah dengan pupuk kandang memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik seperti kelembapan tanah dan ketersediaan unsur hara. Hume (1950) menyatakan bahwa tanaman manggis tumbuh dengan baik pada media yang mengandung banyak bahan organik. Sedangkan media transportasi arang sekam memiliki kemampuan untuk menahan air yang baik sehingga dapat mempertahankan daya tahan bibit. Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang

mengalami kematian pada akhir pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis pada semua waktu pengamatan (Tabel 3.). Tabel 3. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan

1

9

17

Skor Intesitas Kerusakan Tanaman

Anti Transpirasi: Kontrol

2.55

3.30

3.65

Chitosan

2.19

2.31

2.62

Liquinox Start

2.27

2.58

3.00

Liquinox Start + Chitosan

2.41

3.27

3.52

tn

tn

tn

Tanah+Pupuk Kandang

2.25b

2.74b

2.87b

Arang Sekam

2.00b

1.95b

2.07b

Tanpa Media

2.83a

3.90a

4.65a

**

**

**

tn

tn

tn

Uji F Media Transportasi :

Uji F Interaksi :

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan tn = tidak berbeda nyata ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Pada semua waktu pengamatan skor intesitas kerusakan tanaman mengalami kenaikan secara terus menerus. Perlakuan tanpa media menghasilkan intesitas kerusakan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya pada 1 MSP hingga 17 MSP yaitu sebesar 2.83-4.65. Pada perlakuan ini kerusakan yang terjadi ditandai dengan gejala daun yang layu,

muncul bercak-bercak kuning pada daun, lalu daun mengering dan gugur. Kerusakan ini terjadi karena bibit mengalami stress yang tinggi pada saat transportasi, namun ketersediaan suplai air kurang mencukupi pada media sehingga tanaman mengalami kerusakan yang parah dan dapat menyebabkan kematian tanaman.

Jumlah Daun Gugur Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gugur pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gugur pada waktu pengamatan 3 minggu setelah perlakuan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun gugur pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 6.).

Jumlah daun Gugur (%)

80 70 Kontrol

60 50

Chitosan

40

Liquinox start

30

Chitosan+Liquinox Start

20 10 0 3

5

8

11

13

15

17

Wak tu Pe ngam atan (M SP)

Gambar 3. Pengaruh anti transpirasi terhadap jumlah daun gugur

Jumlah Daun Gugur (%)

80 70 60 50

Tanah + Pupuk kandang

40

Arang Sekam

30

Tanpa media

20 10 0 3

5

8

11

13

15

17

Wak tu Pe ngam atan (M SP)

Gambar 4. Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun gugur Perlakuan anti transpirasi chitosan+ liquinox start berbeda nyata dengan ketiga perlakuan yang lain pada waktu pengamatan 3MSP. Perlakuan ini memiliki jumlah daun gugur terbesar yaitu sebesar 10.80%. Sedangkan perlakuan kontrol memiliki jumlah daun gugur terkecil yaitu sebesar 4.78% Perlakuan media transportasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gugur. Perlakuan tanpa media berbeda nyata dengan kedua perlakuan lainnya. Perlakuan ini memiliki jumlah daun awal sebanyak 11.97 helai, lalu seiring dengan lamanya waktu pengamatan perlakuan ini menghasilkan jumlah daun gugur terbanyak pada semua waktu pengamatan yaitu sebanyak 12.65%-78.75% (Gambar 3), sehingga jumlah daun akhir perlakuan tanpa media sebanyak 21.25% atau 2.79 helai. Transpirasi yang berlebihan pada perlakuan tanpa media mempengaruhi metabolisme daun. Tjondronegoro et al. (1999) menyatakan bahwa stress air pada tanaman berhubungan dengan meningkatnya akumulasi asam absisat dalam daun. Wattimena (1988) lebih lanjut juga menyatakan bahwa akumulasi asam absisat merangsang produksi etilen dalam daun. Akumulasi Etilen dapat mempercepat proses senesen daun, yang selanjutnya dapat mengakibatkan penguguran daun. Lebih lanjut Mengel dan Kirkby (1979) juga menyatakan bahwa gejala yang pertama kali muncul bila terjadi kekurangan air adalah tajuk tanaman menjadi layu karena kandungan air dalam tanaman menurun. Kekeringan yang berat menyebabkan daun rontok dan dapat menimbulkan kematian tanaman.

Jumlah Daun Baru Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata pada taraf 5% pada saat 13 MSP dan berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% pada saat 15 MSP dan 17 MSP terhadap jumlah daun baru. Pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 8.).

Jumlah Daun Baru (Helai)

5 Kontrol

4

Chitosan

3 2

Liquinox Start

1

Chitosan+Liquinox Start

0 3

5

8

11

13

15

17

Wak tu Pe ngam atan (M SP)

Gambar 5. Pengaruh anti transpirasi terhadap Jumlah daun baru

Jumlah Daun Baru (Helai)

5 4

Tanah+Pupuk Kandang

3

Arang Sekam

2

Tanpa media

1 0 3

5

8

11

13

15

17

Wak tu Pe ngam atan (M SP)

Gambar 6. Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun baru

Pada waktu pengamatan 13 MSP, perlakuan chitosan berbeda nyata dengan liquinox start, campuran antara chitosan+liquinox start, dan kontrol. Perlakuan ini menghasilkan jumlah daun baru yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 2.33 helai. Perlakuan liquinox start memiliki jumlah daun baru yang terendah yaitu sebesar 0.00 helai. Hal ini dikarenakan oleh perlakuan liquinox start belum memiliki jumlah daun baru hingga akhir waktu pengamatan. Pada waktu pengamatan 15 MSP, perlakuan chitosan berbeda sangat nyata dengan ketiga perlakuan yang lain. Perlakuan ini menghasilkan jumlah daun baru yang tertinggi yaitu sebesar 3.08 helai. Perlakuan liquinox start menghasilkan jumlah daun baru terendah yaitu sebesar 0.00 helai. Pada waktu pengamatan 17 MSP, perlakuan chitosan berbeda sangat nyata dengan ketiga perlakuan lainnya. Perlakuan chitosan menghasilkan jumlah daun baru yang tertinggi yaitu sebesar 3.41 helai. Sedangkan perlakuan liquinox start menghasilkan jumlah daun baru yang terendah yaitu sebesar 0.00 helai. Menurut Bittelli et.al. (2001) chitosan termasuk anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang. Penurunan

laju transpirasi mempengaruhi proses fisiologi tanaman seperti

mencegah kelayuan tanaman, penggunaan air yang optimal oleh tanaman, dan peningkatan produksi biomassa. Selain itu chitosan dapat membentuk lapisan film pada permukaan daun sehingga dapat melindungi daun dari kontaminasi mikroba (Pittermann, Horner, and Wachter, 1997). Hal-hal tersebut menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik sehingga perlakuan ini dapat pulih dari stress lebih cepat dan menghasilkan jumlah daun baru yang lebih besar dari perlakuan yang lain. Laju Transpirasi Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap laju transpirasi pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap laju transpirasi pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap laju transpirasi pada waktu pengamatan siang hari (Tabel 4.).

Tabel 4. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis Perlakuan Anti Transpirasi: Kontrol Chitosan Liquinox Start Chitosan + Liquinox start Uji F Media Transportasi : Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Uji F Interaksi :

Waktu Pengamatan Siang Hari Malam Hari -2 -1 ……mmol m s …… 1.25 1.18 1.24 1.24 tn

0.26 0.23 0.21 0.18 tn

0.88c 1.54a 1.26b **

0.22 0.18 0.25 tn

tn

tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn = tidak berbeda nyata ** =berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan media transportasi arang sekam menghasilkan laju transpirasi tertinggi (1.54 mmol m-2 s-1) pada waktu pengamatan siang hari. Tjondronegoro et al. (1999) menyatakan bahwa laju transpirasi dipengaruhi oleh suhu, kelembapan udara, angin, dan pembukaan stomata. Bibit manggis diduga mengalami transpirasi yang lebih tinggi karena tingginya suhu udara dan rendahnya kelembapan selama transportasi. Sedangkan perlakuan media transportasi tanah dengan pupuk kandang menghasilkan laju transpirasi terendah (0.88 mmol m-2 s-1) pada waktu pengamatan siang hari. Bibit manggis diduga mengalami stress air yang lebih tinggi selama transportasi akibat kurangnya persediaan air pada media transportasi. Hal ini menyebabkan stomata pada daun menutup. Penutupan stomata daun mengakibatkan laju transpirasi tanaman menurun.

Tinggi Tanaman Dan Diameter Batang Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang (Tabel 5.). Tabel 5. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang pada Bibit Manggis Perlakuan

Tinggi Tanaman Diameter batang ...…cm…...

Anti Transpirasi : Kontrol Chitosan Liquinox Start

53.54 51.38 51.40

1.25 1.29 1.25

Chitosan + Liquinox Start

50.32

1.26

Uji F Media Transportasi : Tanah + Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Uji F Interaksi :

tn

tn

52.49 49.43 53.05 tn

1.28 1.25 1.27 tn

tn Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

tn

Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi

tidak berpengaruh nyata terhadap

waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan (Tabel 6.). Tabel 6. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus pada Bibit Manggis Perlakuan

Waktu Muncul Trubus …MSP…

Jumlah Trubus ...Satuan..

Anti Transpirasi: Kontrol Chitosan

15.75 11.12

1.41 2.08

Liquinox Start

18.00

0.01

Chitosan + Liquinox Start

13.75

1.00

tn

tn

11.75 14.42 12.71 tn

2.00 1.37 1.23 tn

tn

tn

Uji F Media Transportasi : Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Uji F Interaksi Keterangan: MSP = Minggu Setelah Perlakuan tn = tidak berbeda nyata

Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan diameter trubus. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan diameter trubus. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan berpengaruh sangat nyata terhadap diameter trubus (Tabel 7.). Tabel 7. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus pada Bibit Manggis Perlakuan

Panjang Trubus Total Diameter Trubus ...…cm…...

Anti Transpirasi : Kontrol

0.80b

0.10b

Chitosan

7.93a

0.31a

Liquinox Start

0.01b

0.01b

Chitosan + Liquinox Start

1.64b

0.12b

Uji F Media Transportasi : Tanah+Pupuk Kandang

*

**

3.61

0.13

Arang Sekam

3.55

0.17

Tanpa Media Uji F Interaksi

0.61 tn

0.09 tn

tn

tn

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata * = berpengaruh nyata pada taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total bibit manggis. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan liquinox start, campuran antara chitosan+liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai panjang trubus total yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 7.93 cm. Perlakuan liquinox start memiliki nilai panjang trubus total terkecil diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan

hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki panjang trubus total yang kecil sekali ukurannya. Perlakuan anti transpirasi berpengaruh sangat nyata terhadap diamater trubus bibit manggis. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan perlakuan liquinox start, campuran antara chitosan +liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai diameter trubus yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.31 cm. Perlakuan liquinox start start memiliki nilai diameter trubus terkecil diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki diameter trubus yang kecil sekali ukurannya. Chitosan termasuk kedalam anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan membentuk lapisan tipis transparan pada daun (Bittelli et.al., 2001). Lapisan tipis ini dapat menutupi permukaan daun dan stomata daun sehingga laju kehilangan air dari daun selama transportasi dapat ditekan. Hal ini dapat memperlambat kelayuan tanaman. Selain itu lapisan tipis chitosan juga dapat berfungsi sebagai pelindung kontaminasi mikroba (Pittermann et al., 1997). Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga (Davenport, et.al., 1969). Dengan tingkat kelayuan tanaman atau tingkat stress yang lebih rendah, perlakuan chitosan dapat pulih dari stress lebih cepat dari ketiga perlakuan yang lain. Hal ini menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik, sehingga perlakuan ini dapat menghasilkan tunas baru yang lebih cepat muncul dan memiliki ukuran panjang trubus total dan diameter trubus yang lebih besar dari perlakuan yang lain.

Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang, lebar, dan luas daun baru. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang, lebar, dan luas daun baru. Pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata

terhadap panjang daun baru. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh sangat nyata terhadap lebar dan luas daun baru. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru pada Bibit Manggis Perlakuan

Panjang Daun Lebar Daun ...…cm…...

Luas daun ...…cm2…...

Anti Transpirasi: Kontrol

1.06

0.63b

5.30b

Chitosan

3.55

3.17a

43.99a

Liquinox Star

0.01

0.01b

0.01b

2.75 tn

1.02b **

15.88b **

2.25

1.31

21.23

Arang Sekam

2.04

1.67

23.45

Tanpa Media Uji F Interaksi :

1.22 tn

0.64 tn

4.19 tn

tn

tn

tn

Chitosan + Liquinox Start Uji F Media Transportasi : Tanah + Pupuk Kandang

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap lebar daun baru. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan liquinox start, campuran antara chitosan+liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai lebar daun baru yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3.17 cm. Perlakuan liquinox start memiliki nilai lebar daun daru terendah diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki ukuran lebar daun baru yang kecil sekali. Perlakuan anti transpirasi berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun baru. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan perlakuan liquinox start, campuran antara chitosan +liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai luas daun baru yang terbesar dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya yaitu sebesar 43.99 cm2. Perlakuan liquinox start start memiliki nilai luas daun baru

terkecil diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki ukuran luas daun baru yang yang kecil sekali. Chitosan merupakan anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan membentuk lapisan tipis transparan (film) pada daun (Bittelli et.al., 2001). Chitosan dapat menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air dari daun selama transportasi bibit manggis dapat ditekan dan dapat melindungi daun dari kontaminasi mikroba. Hal ini dapat memperlambat kelayuan tanaman. Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga (Davenport, et.al., 1969). Perlakuan chitosan dapat memulihkan tanaman dari stress lebih cepat dari ketiga perlakuan yang lain. Hal ini menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik, sehingga perlakuan ini dapat menghasilkan tunas baru yang lebih cepat muncul dengan ukuran lebar dan luas daun baru yang lebih besar dari perlakuan lainnya.

Warna Daun Pada awal pengamatan, warna daun bibit manggis memiliki warna daun yang seragam antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain yaitu berwarna hijau mengkilap (5GY7/4). Setelah tranportasi, warna daun bibit manggis semakin berubah menjadi lebih muda dan kusam (2.5GY7/2). Hal ini dikarenakan oleh bibit manggis mengalami stress akibat transportasi. Seiring dengan lamanya waktu pengamatan, warna daun bibit manggis semakin berubah menjadi lebih tua dan mengkilap (5GY6/6.5). Hal ini dikarenakan oleh kondisi bibit manggis yang telah pulih dari stress akibat transportasi. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya nilai value dan meningkatnya nilai chroma dari warna daun bibit manggis pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Warna Daun pada Bibit Manggis

Perlakuan

Hijau 5GY 5GY 7/4 7/2

Hijau Muda 2.5GY 2.5GY 7/4 7/2

Hijau Tua 5GY 5GY 6/2 6/6.5

...MSP... Kontrol Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Chitosan Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Liquinox Start Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media Chitosan+Liquinox Start Tanah+Pupuk Kandang Arang Sekam Tanpa Media

0 0 0

3 3 2

5 5 3

7 7 8

9 9 11

15 15 17

0 0 0

5 3 2

6 5 3

7 7 8

8 9 11

9 15 17

0 0 0

3 3 2

5 5 3

7 7 8

9 9 11

15 15 17

0 0 0

3 3 2

5 5 3

7 7 8

9 9 11

15 15 17

Keterangan: MSP : Minggu Setelah Perlakuan GY : Hijau muda sampai Hijau tua

Kombinasi terbaik yang dapat meningkatkan kesegaran dan warna daun bibit manggis adalah kombinasi perlakuan anti transpirasi chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang. Kombinasi perlakuan chitosan dan tanah+pupuk kandang memiliki warna daun hijau pucat (5GY7/2) hingga 5 MSP. Sedangkan pada waktu pengamatan yang sama, bibit manggis pada perlakuan yang lain sudah berwarna hijau muda agak kusam (2.5GY7/4). Hal ini dikarenakan chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dapat mengurangi stress dan memulihkan bibit manggis lebih cepat dari perlakuan yang lain. Perlakuan tanpa media yang dikombinasikan dengan semua perlakuan anti transpirasi memperlihatkan perubahan warna daun menjadi hijau pucat (5GY7/2) lebih cepat daripada perlakuan yang lain pada 2 minggu setelah perlakuan. Hal ini dikarenakan oleh bibit manggis mengalami stress yang berlebihan akibat ketersediaan suplai air yang kurang mencukupi pada media.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru, panjang trubus total, diameter trubus, lebar daun, dan luas daun. 2. Perlakuan media transportasi berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit, jumlah daun gugur, laju transpirasi, dan intesitas kerusakan tanaman. Media transportasi tanah dan pupuk kandang memiliki laju transpirasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan media tanam arang sekam dan tanpa media. 3. Kombinasi anti transpirasi chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dapat mempertahankan kesegaran dan warna daun bibit manggis. 4. Bibit manggis dapat ditransportasikan tanpa menggunakan media tanam, namun jumlah bibit manggis yang dapat bertahan hidup hanya sebesar 42.13% hingga akhir pengamatan. 5. Transportasi bibit manggis pada malam hari dapat mempertahankan daya tahan hidup bibit manggis yang lebih baik dibandingkan dengan tranportasi bibit manggis pada siang hari. Saran 1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan anti transpirasi yang berbeda dan media transportasi yang lebih ringan namun dapat mempertahankan suplai air yang lebih baik. 2. Diperlukan penanganan pasca transportasi yang lebih baik seperti memberikan naungan yang sesuai, media tanam yang memadai, dan perawatan tanaman yang intensif.

DAFTAR PUSTAKA Allen, B. M. 1976. Malayan Fruits : An Introduction to The Cultivated Species. Donald Moore Press LTD. Singapore. 595 p. Almatsier, S. Tanpa tahun. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta. Anonim, 2006. Liquinox Start. http://www.liquinox.com Bittelli, M., M. Flury, G.S. Campbell, E.J. Nichols. 2001. Reduction of Transpiration Trough Foliar Application of Chitosan. Agricultural and Forest Meteorology 107 (2001) 167-175p. Carpenter, P.L., T.D. Walker and P.O. Lanpehear. 1976. Plants in the Landscape. W.H, Freeman and Co. San Franssisco. 481 p. Coder, K. D. 1999. Heat Stroke in Trees. University of Georgia School of Forest Resources Extention Publication. 99(024). Cox, J. E. K. 1976. Garcinia mangostana – Mangosteen. P. 361 – 375. In R. J. Garner, S. A. Chaudhri (Eds.). The Propagation of Tropical Fruit Trees. FAO and CAB. Davenport, D.C., R.M. Hagan, P.O. Lanpehear. 1969. Antitranspirant uses and effect of antitranspirant. Plant Physiol. 46:722-724. Douglas, J.S. 1985. Advanced Guide to Hydroponics. Pelham Books. London. 61-82p. Djunaedi, A.R. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 122 hal. Edmond, Musser, and Andrews. 1957. Fundamental of Horticulture. McGrowHill Book Co. New york. 456p. Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.G. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants. Terj. H. Susilo. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hawab, M. 2006. Toksisitas dan Kendala Penggunaan Chitin dan Chitosan pada Bahan Makanan dan Makanan. Seminar Nasional Chitin-Chitosan 2006, Bogor ; Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hume, E. P. 1950. Difficulties in mangosteen culture. Malaysian Agric. 33:104107.

Khrishnamoorty, H.N. 1981. Plant Growth Substance Including Application in Agriculture. McGraw-Hill. New York. 214p. Klingman, G.C. 1973. Weed Control : As A science. John Wiley and Sons. New Delhi. 420p. Mengel, K. and E. A. Kirkby. 1979. Plant Water Relationship: Principles of Plant Nutrient. Potash Int., Bern. 655p. Nugraha, S. dan J. Setiawati. 2006. Peluang Agribisnis Arang Sekam. http://www.balitpasca.go.id Pittermann, W., V. Horner. And R. Wachter. 1997. Chitin Handbook. European Chitin Society. Italy. Poerwanto, R. 2000. Budidaya Buah-buahan : Teknologi Budidaya Komoditas Unggulan, Pengendalian Mutu Produksi Manggis, Markisa, Salak, Pisang, Dan Jeruk. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. Institut pertanian Bogor. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suptijah, P. 2006. Deskripsi dan Karakteristik Fungsional Chitin-Chitosan. Seminar Nasional Chitin-Chitosan 2006, Bogor ; Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Tjondronegoro, P.D., S Haraan, Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1. Jurusan Biologi-FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L. P. 220-225. In E. W. M. Verheij And R. E. Coronel (Eds). Edible Fruits and Nuts. Plants Resources of South East Asia. Bogor. Verheij, E. W. M. and R. E. Coronel. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plants Resources of South East Asia. Bogor. 446 p. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wiebel, J., E. K. Chacko, W. J. S. Downton. 1992 Mangosteen (Garcinia mangostana L.) a potential crop for tropical northern Australia. Acta Hort. 321:132-137. Wiebel, J. 1993. Physiology and Growth of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Seedlings. PhD Thesis. Technischen Universitat Berlin. Germani. 102p.

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Persentase Kematian pada Bibit Manggis MSP 5

9

13

17

Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi

KT 143.6875 1520.0625 189.0625 88.0208 2668.8958 386.3958 421.6944 4482.5833 61.4444 338.2778 5758.5833 148.5278

Pr>f tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% MSP = Minggu setelah perlakuan

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis Waktu Pengamatan

Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

0.0104

tn

Media Transportasi

1.7550

**

Anti TranspirasixMedia Transportasi

0.0128

tn

Anti Transpirasi

0.0144

tn

Media Transportasi

0.0226

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi 0.0050 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% 1= Percobaan pertama, 2= Percobaan Kedua

tn

18 April 20071 (15.00 WIB)

1 Juli 20072 (06.00 WIB)

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup MSP

Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi

KT 0.1131 1.6788 0.4314 0.1481 3.7263 0.4301 0.2105

Pr>f tn ** tn tn ** tn tn

Media Transportasi

7.0107

**

Anti TranspirasixMedia Transportasi 0.5397 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

tn

1

9

17

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati MSP 1

9

17

Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi

KT 0.2993 2.9196 1.1547 2.9642 15.3407 3.2150 2.7300 27.9835 3.8136

Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Pr>f tn ** tn tn ** tn tn ** tn

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis MSP 3

5

8

11

13

15

17

Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi

KT 100.4327 306.7767 65.6687 237.6755 2879.357 241.5481 281.4230 3792.967 318.9063 398.4681 4238.815 397.4069 332.4208 4888.583 405.3401 243.0936 5684.093 436.0130 76.0722 7254.331 273.2404

Keterangan: MSP: Minggu setelah perlakuan tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%,

Pr>f * ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn

Tabel Lampiran 6. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis Perlakuan

3

5

Waktu Pengamatan (MSP) 8 11 13 ……%……

15

17

44.64

54.72

Anti Transpirasi: P1:Kontrol 4.78b (Air) P2: Chitosan 9.37ab (15 mg/L)

13.77

17.71

23.59

35.30

18.19

23.76

29.31

40.59

P3: Liquinox Start (2 ml/L)

5.67b

13.00

15.96

21.75

35.74

42.80

58.60

P4: Liquinox Start (2 ml/L) +Chitosan (15 mg/L)

10.80a

22.63

26.16

34.44

46.58

52.90

59.11

tn

tn

tn

tn

tn

tn

8.92b

11.63b

16.83b

26.25b

30.90b

36.26c

Uji F * Media Transportasi : M1: Tanah+Pupuk 5.85b Kandang

48.76

54.32

M2: Arang 4.47b 9.39b 12.39b 18.96b 33.05b 43.05b 55.05b Sekam M3: Tanpa 12.65a 32.39a 38.67a 46.03a 59.35a 67.88a 78.75a Media Uji F ** ** ** ** ** ** ** Interaksi antara Anti Transpirasi dengan Media Transportasi: 3.43 8.69 10.53 15.07 21.07 23.26 30.05 P1M1 5.29 10.17 14.81 21.21 35.37 48.60 58.17 P1M2 5.61 22.47 27.81 34.50 49.48 62.08 75.96 P1M3 6.09 6.92 11.08 16.73 29.71 36.09 38.90 P2M1 3.28 8.35 8.99 13.33 24.18 44.35 41.36 P2M2 18.76 39.30 51.22 57.89 67.89 33.83 82.71 P2M3 3.09 5.89 7.96 13.56 27.74 76.98 40.11 P3M1 5.54 12.14 15.17 22.71 35.87 33.53 65.34 P3M2 8.37 20.98 24.78 57.89 43.61 44.35 71.89 P3M3 10.78 14.20 16.97 21.98 26.51 30.75 36.00 P4M1 3.77 6.88 10.64 19.15 36.81 45.43 55.34 P4M2 17.85 46.80 50.89 62.21 76.44 82.53 84.48 P4M3 Uji F tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: MSP: Minggu setelah perlakuan Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%,

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis MSP 8

11

13

15

17

Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi

Keterangan: MSP: Minggu setelah perlakuan tn=tidak berbeda nyata,

KT 0.0208 0.0208 0.0208 7.5763 2.6458 2.3680 13.8541 5.1458 7.3125 22.9167 6.3958 9.1458 27.3889 4.5208 6.1597

Pr>f tn tn tn tn tn tn * tn tn ** tn tn ** tn tn

Tabel Lampiran 8. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis

8 Perlakuan Anti Transpirasi: P1:Kontrol (Air)

Waktu Pengamatan (MSP) 11 13 15 Jumlah Daun Baru (Helai)

17

0.08

0.08

0.08b

0.08b

0.25b

P2: Chitosan (15 mg/L)

0.00

1.67

2.33a

3.08a

3.41a

P3: Liquinox Start (2 ml/L)

0.00

0.00

0.00b

0.00b

0.00b

P4: Liquinox Start (2ml/L)+Chitosan (15 mg/L)

0.00

0.17

0.17b

0.67b

0.67b

Uji F Media Transportasi : M1: Tanah + Pupuk Kandang

tn

tn

*

**

**

0.00

0.50

0.50

1.37

1.37

0.00

0.87

1.37

1.43

1.56

0.06

0.06

0.31

0.31

0.56

M2: Arang Sekam M3: Tanpa Media

Uji F tn tn tn tn tn Interaksi antara Anti Transpirasi dengan Media Transportasi : 0.00 0.00 P1M1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.50 P1M2 0.00 0.00 0.00 0.25 0.25 P1M3 0.25 0.25 0.25 4.00 4.00 P2M1 0.00 2.00 2.00 5.25 5.25 P2M2 0.00 3.00 5.00 0.00 1.00 P2M3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 P3M1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 P3M2 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 P3M3 0.00 0.00 1.00 1.50 1.50 P4M1 0.00 0.00 0.00 0.50 0.50 P4M2 0.00 0.50 0.50 0.00 0.00 P4M3 0.00 0.00 0.00 Uji F tn tn tn tn tn Keterangan: MSP: Minggu setelah perlakuan Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%,

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

21.9610

tn

Media Transportasi

60.7759

tn

18.5882

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Batang pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

KT

Pr>f

0.0028

tn

0.0038

tn

0.0047

tn

Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

58.9922

tn

Media Transportasi

29.3915

tn

22.4923

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Trubus pada Bibit Manggis Sumber

KT

Pr>f

Anti Transpirasi

2.3888

tn

Media Transportasi

3.2500

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi

2.9722

tn

Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Panjang Trubus Total pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, *= berpengaruh nyata pada taraf 5%

KT

Pr>f

157.4507

*

46.8231

tn

59.1945

tn

Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Trubus pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

0.2071

**

Media Transportasi

0.0221

tn

0.0344

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Daun Baru pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

30.9850

tn

Media Transportasi

4.7151

tn

13.0852

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Lebar Daun Baru pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi Media Transportasi Anti TranspirasixMedia Transportasi Keterangan: tn=tidak berbeda nyata

KT 22.8339 4.3858 4.0328

Pr>f ** tn tn

Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Luas Daun Baru pada Bibit Manggis Sumber Anti Transpirasi

KT

Pr>f

4613

**

Media Transportasi

1776

tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi

1480

tn

Keterangan: tn=tidak berbeda nyata