PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL

Download mengenai pengaruh profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility ... perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek...

0 downloads 299 Views 258KB Size
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) (Skripsi)

NAMA

: MUHAMMAD NICO SANTANA

NPM

: 0741031059

EMAIL

: [email protected]

NO. HP

: 08976039319

PEMBIMBING I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt. PEMBIMBING II : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt.

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN (Study empiris pada Perusahaan manufaktur yang listing di BEI)

Oleh : MUHAMMAD NICO SANTANA Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan yang listing di bursa efek Indonesia. Rasio profitabilitas yang digunakan sebagai variabel independen yaitu Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS). Sedangkan yang digunakan sebagai variabel dependen adalah Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan atau CSR disclosure indeks (CSRI). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 – 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa Profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tingkat CSR perusahaan manufaktur. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dengan tingkat signifikan 0,040 dan 0,018. Sedangkan Return On Investment (ROI) memiliki tingkat signifikan 0,705 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 0,005. Kata kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Rasio Profitabilitas.

ABSTRACT THE EFFECT OF PROFITABILITY OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY OF THE COMPANY (Empirical studies on manufacturing companies listing on the Stock Exchange) By : MUHAMMAD NICO SANTANA The purpose of this study was to get the proof empirically about the influence of the profitability of the corporate social responsibility of companies listing on the Indonesia stock exchange. The ratio profitability used as the independent variabel is net profit margin (NPM), return on investment (ROI), and earning per share (EPS). While used as dependent variabel is corporate social responsibility in the annual report or CSR disclosure indeks (CSRI). Sampling was done by puposive sampling technique, the sample taken based on certain criteria. The Research was carried out on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during 2007 – 2010. The results showed that the profitability in the net profit margin (NPM), return on investment (ROI), and earning per share (EPS) jointly having the ability to affect the level of corporate social responsibility manufacturing companies. From the study known that the net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) have a positive influence with the significant level 0,040 and 0,018. While the return on investment (ROI) has the significant level 0,705 where the value is greater than the significance 0,05. Key words : Corporate Social Responsibility (CSR), Profitability ratios.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini. Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Sosial Responsibility (CSR). Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan (Erni, 2007 dalam Sutopoyudo, 2009).

Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajibankewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya

mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya.

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu seperti Darmawan (2009), Kusumadilaga (2010) yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmawan (2009) yaitu pada periode tahun pengamatan yang diteliti, yaitu pada penelitian ini peneliti menggunakan periode penelitian selama empat tahun (2007-2010). Sementara perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) yaitu Profitabilitas digunakan sebagai variabel moderating sedangkan pada penelitian ini profitabilitas digunakan sebagai variabel independen.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui seberapa besar perusahaan menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial. Maka penulis tertarik mengambil judul penelitian “ PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 2. Seberapa besar pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan, maka peneliti hanya membatasi pada : 1. Rasio Profitabilitas yang diproksikan ke NPM, ROI, dan EPS. 2. Objek pengamatan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang melakukan CSR pada annual report dan menghasilkan laba positif yang terdaftar di BEI. 3. Data yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2007-2010.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate social Responsibility perusahaan manufaktur.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat untuk berbagai pihak diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi akademik, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai profitabilitas perusahaan dengan kaitannya terhadap implikasi Corporate Social Responsibility. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat berguna menjadi acuan dalam pengambilan keputusan perusahaan di bidang sosial dan memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pertanggungjawaban perusahaan. 3. Bagi lingkungan perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengembangkan dan menganalisis lebih jauh tentang studi tentang Corporate Social Responsibility.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Sosial Menurut pendapat yang dikemukakan Estes (1976, p. 92) : Social cost : any cost, sacrifice, or determine to society (or to any element of society whether economic or non economic, internal or external). Society costs include sacrifice for which compensation is mode (such a services used and apid for such as air pollution); any payments are treated separately as a benefit to society.

Pendapat diatas memiliki pengertian bahwa biaya sosial merupakan biaya-biaya, pengorbanan atau kerusakan yang harus ditanggung oleh masyarakat, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi dimana masyarakat tidak mendapatkan kompensasi secara langsung dari perusahaan.

Hendriksen (1994), menggambarkan akuntansi sosial sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pernyataan Hendriksen (1994) tersebut menggambarkan tentang hubungan mendasar antara konsep akuntansi sosial dengan informasi yang dihasilkan, sehingga secara kongkrit informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sosial Akuntansi sosial secara singkat dapat dikatakan bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan seluruh biaya dan manfaat sosial yang dibutuhkan oleh aktivitasaktivitas produksi suatu perusahaan guna menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak-pihak yang berkepentingan bagi perusahaan. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka perlu diketahui lingkup dari akuntansi sosial terlebih dahulu agar kemudian dapat diidentifikasi jenis-jenis dan manfaat sosial (Belkoui, 1989).

2.3 Tinjauan Teoritis terhadap Motivasi Pelaporan Kinerja sosial Banyak riset akuntansi yang telah mencoba untuk mengetahui motivasi apa yang sebenarnya yang melatarbelakangi pengungkapan kinerja sosial perusahaan. Menurut Gray et. Al. (1995) menyebutkan ada beberapa motivasi yang mungkin mendorong pengungkapan informasi kinerja sosial dan lingkungan, antara lain :

2.3.1 Legitimasi operasi perusahaan Menurut teori legitimasi, perusahaan melakukan aktivitas tertentu menurut dalam hal pengungkapan informasi, karena dalam rangka memperoleh legitimasi dari masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Teori legitimasi bertumpu kepada suatu teori tentang kontrak sosial. Istilah kontrak sosial biasa diartikan sebagai “izin dari masyarakat untuk beroperasi” (Deegan, 2002).

2.3.2 Mengelola Hubungan dengan Kelompok Stakeholder Dalam teori Stakeholder, sebuah perusahaan juga dianggap sebagai bagian dari sistem sosial yang lebih luas, tetapi teori ini secara spesifik membedakan kelompok-kelompok stakeholder yang ada dalam masyarakat (Ullman, 1985). Kekuatan stakeholder dapat diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut ini :

1. Kekuasaan terhadap sumber daya terbatas (keuangan, tenaga kerja). 2. Akses terhadap media massa yang berpengaruh. 3. Kemampuan dalam melakukan perlawanan hukum terhadap perusahaan yang bersangkutan. 4. Kemampuan dalam mempengaruhi konsumsi benda dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan.

2.3.3 Teori Agensi Teori agensi ini menggambarkan adanya hubungan positif antara shareholder dengan para manager melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Jansen dan Meckling (1976, p. 4) dalam Fahrizqi (2010) menyatakan hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen.

2.4 Pengungkapan 2.4.1 Definisi pengungkapan Pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu : penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Evans (2003, p. 578) mengartikan pengungkapan sebagai : Disclosure means supplaying information in the financial statement, including the statement themselves, the notes the statement, and the supplementary disclosure associated with the statement. It does not extend to public or private statement made by

management or information provide outside the financial statement. Secara spesifik, Wolk et al, (2001, p. 302) menginterprestasikan pengertian pengungkapan sebagai : Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in both the financial statement and supplementary communication including footnote, post-statement events, management discussion and analysis of operations for the forthcoming year, financial and operating forecasr and additional financial statement covering segmenta disclosure and extentions beyond historical cost.

2.4.2 Tujuan pengungkapan Tujuan umum pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda (FASB, No.1). Sementara yang menjadi tujuan khususnya, yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan melindungi Tujuan melindungi didasari oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai laporan cukup canggih sehingga pemakai perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang tidak mungkin diperoleh, atau tidak dapat mengubah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statement keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang kurang adil dan terbuka (unfair). 2. Tujuan informatif Tujuan ini didasari oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan nilai kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk

menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan oleh para pemakai. 3. Tujuan kebutuhan khusus Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang perlu bagi pemakai yang dituju, sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir yang menuntut pengungkapan secara terperinci.

2.4.3 Luas pengungkapan Konsep yang paling umum dipraktekan adalah adequate disclosure (pengungkapan cukup), yaitu pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada pengungkapan ini investor dapat menginterprestasikan angka-angka dalam laporan keuangan yang benar. Fair disclosure (pengungkapan yang wajar/adil) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca yang potensial. Sedangkan full disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan (Hendriksen 2001).

Tidak ada perbedaan nyata ketiga konsep ini jika semuanya digunakan dalam konteks layak. Sementara itu ada dua jenis pengungkapan dalam hubungan dengan persyaratan yang ditetetapkan oleh standar (Hendriksen, 2001, p.236) : 1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak

bersedia untuk mengungkapkan informasi wajib, maka pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. 2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

2.5 Pengertian Corporate Social Responsibility Menurut the world council for suistainable development (wbcsd), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (dalam Ancok, 2005).

2.6 Tinjauan terhadap Profitabilitas Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Profitabilitas dapat diukur melalui rasio profitabilitas yang akan menunjukkan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini di proxy kan ke Net Profit Margin, Return On Investment, dan Earning Per Share.

2.7 Pengembangan Hipotesis 2.7.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial

Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen (Harianto dan Sudomo, 1998). Profitabilitas dapat diukur melalui rasio profitabilitas yang akan menunjukkan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi.

Heinze (1976) dalam Fahrizqi (2010) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan. Dalam hasil penelitian Fahrizqi (2010) menyatakan secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dengan arah positif. Berdasarkan uraian diatas, diajukan hipotesis sebagai berikut :

Ha1 : NPM berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur di BEI. Ha2 : ROI berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur di BEI. Ha3 : EPS berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur di BEI.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari : 1. PRPM (pusat referensi pasar modal), 2. ICMD (Indonesian capital market directory), 3. Internet di www.idx.co.id, 4. Buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan dengan penelitian Corporate Social Responsibility.

3.2 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentan waktu 2007-2010. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2010. 2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan annual report dan menghasilkan Laba positif secara berurut selama periode 2007-2010.

3. Perusahaan manufaktur yang melakukan CSR pada annual report periode 2007-2010 secara berturut-turut. 4. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel Deskripsi Data Keterangan Populasi Kriteria : Perusahaan manfaktur yang mempublikasikan laporan tahunannya di BEI secara lengkap dan menghasilkan laba positif selama 4 tahun berturut-turut (periode tahun 2007-2010) Perusahaan manfaktur yang tidak melakukan informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunannya selama periode bersangkutan 2007 - 2010 Jumlah perusahaan manfaktur yang dipakai Periode penelitian 4 tahun x 11 perusahaan Sumber : Data diolah

Jumlah 146 46

(35)

11 44

3.3 Model Penelitian

Net Profit Margin

Return On Invesment

Earning Per Share

Corporate Social Responsibility

3.4 Operasional Variable Penelitian 3.4.1 Variable Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan atau CSR disclosure indeks (CSRI). Instrumen pengukuran dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang digunakan Sembiring (2005) yang mengelompokkan pengungkapan sosial kedalam 7 kategori yaitu : lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Maka, Penghitungan CSR dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu : Score 0 : Jika item pengungkapan tersebut tidak ada dalam laporan tahunan perusahaan. Score 1 : Jika item pengungkapan tersebut ada dalam laporan tahunan perusahaan. Selanjutnya, skor dari item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus untuk perhitungan CSRI sebagai berikut : ΣX

ij

CSRI = j

n

j

keterangan : CSRI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j j

: jumlah item untuk perusahaan j, n ≤ 78

n

j

j

X

ij

: dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan

3.4.2 Variabel Independen (X) Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan yang diproksikan oleh perhitungan rasio profitabilitas yaitu : profit margin, net ratio of roi, dan earning per share. 1. Profit Margin merupakan rasio untuk menghitung sampai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin menginterpretasikan kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya pada periode tertentu :

Laba Bersih Profit Margin = Penjualan 2. Net Rate of ROI merupakan salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Rasio ini mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI dapat dihitung dengan rumus:

Laba Bersih ROI

= Jumlah Aktiva

3. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham untuk menghasilkan laba.

Laba Bersih Setelah Pajak Earning per Share = Jumlah Saham

3.5 Alat analisis 3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan sebelum suatu model regresi linier digunakan. Tujuan pengujian ini adalah agar asumsi-asumsi yang mendasari model regresi linier dapat terpenuhi sehingga dapat menghasilkan penduga yang tidak bias. Oleh karena itu uji asumsi klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau medekati normal. Untuk menguji normalitas data dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov dengan melakukan pengujian pada standardized residual pada model penelitiannya. Menurut Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z table data pada unstandardized residual dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96) atau angka signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed) ) > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal. 2. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96) atau angka signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed) ) < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variablevariabel bebas.

c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW). Uji Durbin Watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.

Tabel 3.2 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson Hipotesis Nol

Keputusan

Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak

0 < d
Tidak ada autokorelasi positif

No decision

dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokorelasi negatif

Tolak

4-dL < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif

No decision

4-dU ≤ d ≤ 4-dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Tidak ditolak

dU < d < 4-dU

d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah diolah.

3.5.2 Pengujian hipotesis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi liner berganda, dengan model analisis sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan : Y

= Corporate Social Responsibility

X1

= Net Profit Margin

X2

= ROI

X3

= Earning Per Share

a

= Konstanta

b1-b3 = Koefesien regresi e

= Error

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS (statistical Package for The Social Science) ver 16. Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan α = 5%. Dengan ketentuan sebagai berikut: Jika sig ≤ 0,05 : Ha diterima Jika sig > 0,05 : Ha ditolak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian Data yang digunakan untuk menghitung variabel independen adalah laporan keuangan perusahaan sampel tahun 2007-2010. Laporan keuangan ini digunakan untuk mencari Profitabilitas yang terdapat di perusahaan. Sedangkan untuk menghitung variabel dependen, penelitian ini menggunakan data laporan tahunan perusahaan tahun 2007-2010 untuk mencari Corporate Sosial Disclosure Index. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang diteliti sebanyak 11 perusahaan. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan manufaktur.

4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, serta nilai rata-rata standar deviasi dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : CSR Disclosure Index, Net Profit Margin, Return On Investment, dan Earning Per Share. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N CSR_INDEKS NPM ROI EPS Valid N (listwise) Sumber : Lampiran 4

Minimum 44 44 44 44 44

.35 .00 .58 4.93

Maximum .85 .17 40.67 315.00

Mean .5511 .0780 11.3964 118.3905

Standard Deviation .12295 .05093 10.40023 81.87777

4.2.2 Corporate Social Disclosure Index Dari tabel statistik deskriptif diatas yang terdiri dari 44 sampel perusahaan, variabel Corporate Social Disclosure index (CSDI) memiliki rata-rata sebesar 0,5511 sepanjang periode penelitian dari tahun 2007 sampai 2010. Yang berarti selama periode penelitian perusahaan melakukan pengungkapan sebesar 55% dari 78 item pengungkapan yang ada . Nilai CSDI tertinggi dihasilkan oleh PT. United Tractor Tbk sebesar 0,85 dan nilai terendah sebesar 0,35 berasal dari PT Metrodata Electronics Tbk.

4.2.3 Net Profit Margin (NPM) Untuk rata-rata Net Profit Margin (NPM) sepanjang periode penelitian yaitu sebesar 0,0780 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan memiliki tingkat penjualan sebesar 7,8 %. Proporsi Net Profit Margin (NPM) tertinggi senilai 0,17 dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2010. Nilai terendah sebesar 0.00 dihasilkan oleh PT Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2009.

4.2.4 Return On Investment (ROI) Untuk rata-rata Return On Investment (ROI) sepanjang periode penelitian yaitu sebesar 11,34 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan memiliki tingkat pengembalian aset sebesar 1134 %. Proporsi Return On Investment (ROI) tertinggi senilai 40,67 dihasilkan oleh PT Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2009. Nilai terendah sebesar 0,58 dihasilkan oleh PT Tira Austine Tbk pada tahun 2008. 4.2.5 Earning Per Share (EPS) Untuk rata-rata Earning Per Share (EPS) sepanjang periode penelitian yaitu sebesar 118,39 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan memiliki tingkat per lembar saham sebesar 11839 %. Proporsi Earning Per Share (EPS) tertinggi senilai 315 dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2008. Nilai terendah sebesar 4,93 dihasilkan oleh PT Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2010. 4.3 Uji Asumsi Klasik Dalam analisis regresi berganda diperlukan uji asumsi klasik sebagai dasar dalam analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mendapatkan analisis yang akurat atas faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis, serta dimaksudkan apakah model digunakan benar-benar memenuhi asumsi klasik dalam analisis regresi, yang meliputi asumsi: tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian atas asumsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau medekati normal. Untuk menguji normalitas data dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov dengan melakukan pengujian pada standardized residual pada model penelitiannya. Menurut Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z table data pada unstandardized residual dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96) atau angka signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed) ) > taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data dikatakan normal. 2. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96) atau angka signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed) ) < taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data dikatakan tidak normal. Hasil olah data Uji Normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Uji normalitas

N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CSR_ INDEX NPM ROI EPS 44 44 44 44 Mean .5511 .0780 11.3964 118.3905 Std. Deviation .12295 .05093 10.40023 81.87777 Absolute .130 .122 .149 .121 Positive .130 .122 .141 .121

Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

-.066 .865 .443

-.099 .811 .526

-.149 .989 .281

-.083 .804 .537

Sumber : Lampiran 5a Dari tabel 4.2 di atas nilai K-S untuk variabel CSR Index adalah 0,865 dengan p = 0,443. Sedangkan variabel NPM memiliki nilai K-S 0,811 dengan p = 0,526. Untuk variabel ROI memiliki nilai K-S sebesar 0,989 dengan p = 0,281. Sedangkan variabel EPS memiliki nilai K-S sebesar 0,804 dengan p = 0,537. Untuk lebih memperjelas uji normalitas yang dilakukan, dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini : Gambar 4.3 Uji Normalitas

Sumber : Lampiran 5a

Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variablevariabel bebas. Tabel 4.4

Variabel

Uji Multikolinearitas Tolerance VIF

Keterangan

NPM

0.546

1.833

Bebas Multikolinearitas

ROI

0.415

2.412

Bebas Multikolinearitas

EPS

0.643

1.555

Bebas Multikolinearitas

a. Dependent Variable: CSR_INDEKS Sumber : lampiran 5b Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada masing-masing variabel tidak terjadi multikolinearitas karena memiliki tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.

c.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW). Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb

R Square

R

R Sequare

Adjusted R Square

.356

.597a

.356

.308

Std. Error of the Estimate .10229

DurbinWatson 2.475

a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI b. Dependent Variable: CSR_INDEX Sumber : Lampiran 5c Dari tabel di atas dapat diketahui DW sebesar 2,475 dari jumlah sampel 44 dengan variabel berjumlah 3 ( n = 44, k = 3 ) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1,38 dan dU = 1,63. Tabel 4.6 Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson Nilai d Hipotesis Nol Keputusan 0 < d < 1,38

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak

1,38 < d < 1,67

Tidak ada autokorelasi positif

No decision

2,62 < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif

Tolak

2,33 < d < 2,62

Tidak ada autokorelasi negatif

No decision

1,67 < d < 2,33

Tidak ada autokorelasi,

Tidak ditolak

positif atau negatif

Dari tabel di atas, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai DurbinWatson sebesar 2,475 di mana nilai d lebih dari 1,38 dan kurang dari 2,62, sehingga maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokolerasi positif atau negatif (Ghozali, 2009).

d. Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor pengganggu mempunyai variasi sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada regresi. Jika pada grafik scatterplot ada pola tertentu seperti titik-titik (pointpoint) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.7 Uji Heterokesdatisitas

Sumber : Lampiran 5d Berdasarkan grafik scatter plot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. 4.3. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test) Goodness of Fit Test berguna untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), di mana koefisien determinasi ini berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.6 Hasil Uji Goodness of Fit Model Summaryb Model

R

1

.597a

R Sequare .356

Adjusted R Square .308

Std. Error of the Estimate .10229

DurbinWatson 2.475

a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI b. Dependent Variable: CSR_INDEKS Sumber :Lampiran 6a Nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan sebesar 0,308 yang menunjukkan bahwa variabel independen (Profitabilitas yang di proksikan dengan Net Profit margin, Return On Investment, dan Earning Per Share) mampu menjelaskan variabel dependen (corporate social disclosure index) sebesar 30,8 % sedangkan sisanya sebesar 69,2 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. 4.4. Signifikansi Model Regresi Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung sedangkan signifikansi koefisien variabel independen secara individual dihitung dengan melihat perbandingan t-tabel dan t-hitung untuk tiap koefisien variabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Signifikansi Model Regresi ANOVAb Model Regression Residual Total

Sum of Squares .232 .419 .650

DF 3 40 43

Mean Square .077 .010

f

Sig.

7.375

.000a

a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI b. Dependent Variable: CSR_INDEX Sumber : Lampiran 6b Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung sebesar 7,375 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas 0,000 yang artinya lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi ini (CSDI = α + b1NPM+ b2 ROI+ b2 EPS+ ε) dapat digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas mempengaruhi Corporate Social Disclosure Index (CSDI). Atau dengan kata lain, model regresi penelitian ini adalah signifikan. 4.5. Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas ( pvalue ) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α ). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut : Jika ( p-value) > 0,05 maka Ha tidak terdukung. Jika (p-value ) ≤ 0,05 maka Ha terdukung.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis

Model 1. (Constant)

Unstandardized Coefficients B Std. Error .423 .033

Standarized Coefficients Beta

t 13.019

Sig. .000

NPM

.880

.415

.365

2.122

.040

ROI

.001

.002

.075

.382

.705

EPS

.000

.000

.277

1.750

.018

a. Dependent Variable: CSDI Sumber : Lampiran 6c Analisis linier berganda digunakan untuk mendapat koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh persamaan sebagai berikut: CSDI = 0,423 + 0,880 ROA + 0,001 ROI + 0,000 EPS + e Hasil persamaan menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan yang di proxy kan NPM, ROI, dan EPS memiliki koefisien positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan profitabilitas perusahaan akan meningkatkan tingkat Corporate Social Disclosure (CSR). Berdasarkan persamaan regresi di atas maka selanjutnya dapat dianalisis pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu:

1. Nilai koefisien regresi 0,880 (X1) pada variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan NPM periode t terdapat hubungan positif dengan Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya sebesar 0,880 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap. 2. Nilai koefisien regresi 0,001 (X2) pada variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan ROI periode t terdapat hubungan positif dengan Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya sebesar 0,001 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap. 3. Nilai koefisien regresi 0,000 (X3) pada variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan EPS periode t terdapat hubungan positif dengan Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya sebesar 0,000 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.

4.5.1 Analisis Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Tingkat CSR Pengujian terhadap hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Net Profit Margin pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,880 dan nilai signifikansi sebesar 0,040, di mana nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ha1 terdukung yang menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Profitabilitas yang di proxy kan NPM terhadap tingkat CSR perusahaan.

4.5.2 Analisis pengaruh Return On Investment Terhadap Tingkat CSR Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Return On Investment pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,001 dan nilai signifikansi sebesar 0,705, di mana nilainya lebih besar dari 0,05, maka Ha2 tidak terdukung yang berarti variabel Return On Investment tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat CSR perusahaan. 4.5.3 Analisis pengaruh Earning Per Share Terhadap Tingkat CSR Pengujian terhadap hipotesis ketiga bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Earning Per Share pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,000 dan nilai signifikansi sebesar 0,018, di mana nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ha3 terdukung yang menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Profitabilitas yang di proxy kan EPS terhadap tingkat CSR perusahaan. Tabel 4.9 Kesimpulan Pengujian Hipotesis Hipotesis

Ha1

Uraian Profitabilitas yang diproksikan dengan NPM berpengaruh positif terhadap tingkat CSR pada perusahaan manufaktur di BEI.

Nilai Signifikansi

0,040

Kesimpulan

Ha1 Terdukung

Ha2

Ha3

Profitabilitas yang diproksikan dengan ROI berpengaruh positif terhadap tingkat CSR pada perusahaan manufaktur di BEI. Profitabilitas yang diproksikan dengan EPS berpengaruh positif terhadap tingkat CSR pada perusahaan manufaktur di BEI.

0,705

Ha2 tidak terdukung

0,018

Ha3 Terdukung

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menguji 44 sampel dari perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1. Profitabilitas perusahaan yang di proxy kan pada NPM, ROI, dan EPS secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tingkat CSR perusahaan Manufaktur. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik NPM dan EPS mempunyai pengaruh terhadap CSR perusahaan Manufaktur. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROI tidak berpengaruh terhadap tingkat CSR perusahaaan Manufaktur.

5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1.

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga kesimpulan penelitian ini mungkin tidak akan berlaku untuk perusahaan pada sektor lainnya;

2.

Variabel-variabel yang bisa digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap CSR ada banyak, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio Profitabilitas yang diwakilkan oleh NPM, ROI, dan EPS sebagai variabel independen; serta satu variabel dependen, yaitu CSR. Sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan variabel-variabel independen yang lain agar mampu menjelaskan jumlah informasi sosial yang diungkapkan.

3.

Perusahaan manufaktur yang memiliki Laba Positif selama tahun 20072010.

4.

Subjektivitas dalam pengukuran pengungkapan sosial tidak dapat dihindari sehingga kemungkinan terjadi bias dalam pengukuran pengungkapan sosial.

5.3 Saran Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1.

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian dan tidak terbatas hanya pada sektor manufaktur saja sehingga diharapkan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian;

2.

Penelitian ini hanya konsentrasi pada rasio laba yg diwakili profitabilitas perusahaan manufaktur. Jadi, untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain sebagai variabel independen selain rasio profitabilitas yang terkait hubungannya dengan CSR , misalnya : leverage, size perusahaan,dll.

3.

Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan dan juga memperbanyak jumlah sampel untuk penelitian yang akan datang; dan

4.

Item-item pengungkapan sosial perusahaan hendaknya senantiasa diperbaharui sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat.