PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 02 SLAWI KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh Atika Oktaviani Palupi 1511409011
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 11iipi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini dengan judul “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 22 Agustus 2013
Atika Oktaviani Palupi 1511409011
ii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal” ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 22 Agustus 2013. Panitia Pengujian Skripsi: Ketua
Sekretaris
Drs. Sutaryono, M. Pd NIP.19570825 198303 1 015
Liftiah, S.Psi.,M.Si NIP.19690415 199703 2 002 Penguji utama
Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A. NIP. 19781007 200501 1 003 Penguji I
Penguji II
Dr. Edy Purwanto, M.Si. NIP 19630121 198703 1 001
Dyah Indah N., S.Psi., M.Psi. NIP 19771127 200912 2 005
iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto 1. Karena sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan (Q.S AlInsyirah : 5) 2. Succes is not destination but a journey (Anonim)
PERUNTUKAN: Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: 1. Kedua orang tuaku (Sudarno dan Juwanti) Terimakasih untuk doa, cinta, kasih sayang dan pengorbanannya. 2. Almamaterku 3. Teman-teman Psikologi UNNES angkatan 2009
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, serta hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Sutaryono, M.Pd. selaku ketua panitia sidang skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran serta arahan. 4. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A. selaku penguji utama skripsi yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh peneliti. 5. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis. 6. Semua dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran hidup yang berharga bagi penulis selama menempuh pendidikan.
v
7. Seluruh warga sekolah SMP Negeri 02 Slawi yang telah banyak membantu serta berpartisipasi dalam penelitian. 8. Bapak, Mamah, kakak-kakak tercinta dan saudara-saudaraku, yang selalu mendoakan serta mendukung penulis walaupun dalam keadaan apapun, hanya dua kata yang selalu ingin aku ucapkan ” Maaf dan Terima Kasih”. 9. Sahabat terdekat penulis, Anggi terimakasih untuk segala dukungan, semangat, motivasi yang sudah diberikan selama ini. 10. Teman-teman Psikologi 2009 (khusunya Riris, Yusri, Risandi, Anis, Wulan) terima kasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh kuliah di Psikologi ini. 11. Teman-teman ”Cherry Kost” Mbak Esti, Mbak Anna, Mbak Wulan, Fina, Pangga, Fela, Ika, Fatimah terima kasih untuk suka duka dan kebersamaan yang terjalin selama 1,5 tahun ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi. Semoga kebaikan dan keikhlasan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan semua pihak pada umumnya. Semarang, 22 Agustus2013 Penulis
vi
ABSTRAK Palupi, Atika Oktaviani. 2013. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr. Edy Purwanto, M.Si., Pembimbing II Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. Kata kunci: religiusitas, siswa SMP, kenakalan remaja Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja yaitu adanya masa transisi yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Masa ini sering disebut sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yaitu masa yang penuh dengan gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah yang menimbulkan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau yang biasa disebut dengan istilah kenakalan remaja. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanakkanak maupun remaja. Untuk itu dibutuhkan keyakinan dan pengamalan yang kuat terhadap ajaran-ajaran agama guna mengurangi perilaku-perilaku kenakalan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh religusitas terhadap kenakalan remaja; dan 2) seberapa besar sumbangan efektif religiusitas terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dengan sampel berjumlah 70 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling atau sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono 2010: 124). Data penelitian diambil menggunakan angket kenakalan remaja dan skala religiusitas. Angket kenakalan remaja terdiri dari 42 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara 0,103 – 0,860 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Skala religiusitas terdiri dari 31 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara -0,169 - 0,792 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,889. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi satu prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,771 dengan signifikansi sebesar 0,000 dimana p<0,05. Hal ini berarti semakin tinggi religusitas maka semakin rendah perilaku kenakalan remaja, sehingga hipotesis kerja yang diajukan diterima. Hasil uji regresi diperoleh R-Square 0,594 yang berarti religiusitas berpengaruh terhadap kenakalan remaja sebesar 59,4% dan sisanya sebesar 40,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulannya ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PERNYATAAN ..................................................................................................ii PENGESAHAN .................................................................................................iii MOTTO DAN PERUNTUKAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 11
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
1.4
Kontribusi Penelitian .............................................................................. 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14
viii
2.1
Remaja ................................................................................................... 14
2.1.1
Pengertian Remaja.................................................................................. 14
2.1.2
Ciri-ciri Masa Remaja ............................................................................ 14
2.1.3
Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja .......................................... 18
2.2
Kenakalan Remaja.................................................................................. 20
2.2.1
Pengertian Kenakalan Remaja ................................................................ 20
2.2.2
Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ........................................... 23
2.2.3
Ciri-ciri Pokok Kenakalan Remaja ......................................................... 27
2.2.4
Jenis-jenis Kenakalan Remaja ................................................................ 28
2.2.5
Penanggulangan Kenakalan Remaja ...................................................... 31
2.2.6
Jurnal Buku Sanksi ................................................................................. 33
2.3
Religiusitas............................................................................................. 35
2.3.1
Pengertian Religiusitas ........................................................................... 35
2.3.2
Karakteristik Individu Yang Memiliki Religiusitas ................................. 37
2.3.3
Dimensi Religiusitas............................................................................... 40
2.4
Hubungan antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja ....................... 49
2.5
Kerangka Berpikir .................................................................................. 52
2.6
Hipotesis ................................................................................................ 52
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 53 3.1
Jenis Penelitian ....................................................................................... 53
3.2
Desain Penelitian .................................................................................... 53
3.3
Variabel Penelitian ................................................................................. 53
3.3.1
Identifikasi Variabel Penelitian............................................................... 54 ix
3.3.2
Definisi Operasional Variabel................................................................. 54
3.3.3
Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 57
3.4
Populasi dan Sampel .............................................................................. 57
3.4.1
Populasi ................................................................................................. 57
3.4.2
Sampel ................................................................................................... 59
3.5
Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 59
3.5.1
Angket ................................................................................................... 59
3.5.2
Skala Psikologi ....................................................................................... 62
3.6
Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 65
3.6.1
Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 65
3.6.2
Validitas ................................................................................................ 72
3.6.3
Reliabilitas ............................................................................................. 72
3.7
Pelaksanaan Uji Coba ............................................................................ 73
3.8
Metode Analisis Data ............................................................................. 74
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 75 4.1
Orientasi Kancah Penelitian ................................................................... 75
4.2
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 76
4.2.1
Persiapan Penelitian ............................................................................... 76
4.2.2
Penentuan Subjek Penelitian ................................................................... 76
4.2.3
Pengumpulan Data ................................................................................. 77
4.2.4
Pelaksanaan Skoring............................................................................... 77
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian....................................................................... 78
x
4.3.1
Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ...................................................................................................... 78
4.3.2
Gambaran Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ..... 88
4.4
Pengujian Hipotesis (Analisis Data Inferensial) ...................................... 95
4.4.1
Hasil Uji Asumsi .................................................................................... 95
4.4.2
Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 97
4.5
Pembahasan ......................................................................................... 101
4.5.1
Pembahasan Analisis Deskriptif Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ...................................... 101
4.5.2
Pembahasan Analisis Inferensial Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ....................................... 109
4.6
Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 114
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 115 5.1
Simpulan .............................................................................................. 115
5.2
Saran .................................................................................................. 116
Daftar Pustaka ................................................................................................. 118 Lampiran ......................................................................................................... 121
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Halaman Kenakalan Remaja yang dilakukan Siswa Kelas VIII SMP Negri 02 Slawi Tahun Ajaran 2012/2013 ........................................................................ 58
3.2
Rancangan Angket Kenakalan Remaja ................................................... 60
3.3
Skoring Angket Kenakalan Remaja ........................................................ 61
3.4
Penyebaran Angket Kenakalan Remaja .................................................. 61
3.5
Skoring Skala Religiusitas ...................................................................... 64
3.6
Blue Print Skala Religiusitas .................................................................. 64
3.7
Perubahan Pernyataaan Aitem Skala Religiuistas.................................... 66
3.8
Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa Setelah Uji Coba ................................................................................................ 68
3.9
Sebaran Baru Aitem Angket Kenakalan Remaja Penelitian..................... 68
3.10
Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiuistas Setelah Uji Coba ................. 69
3.11
Sebaran Baru Aitem Skala Religiusitas Penelitian .................................. 71
3.12
Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik ................. 74
4.1
Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja ................................................... 79
4.2
Kriteria Kenakalan Remaja ..................................................................... 80
4.3
Gambaran Kenakalan Remaja................................................................. 80
4.4
Gambaran Terlambat Masuk Sekolah ..................................................... 82
4.5
Gambaran Membolos ............................................................................. 82
4.6
Gambaran Tidak Masuk Tanpa Keterangan ............................................ 83
4.7
Gambaran Merokok................................................................................ 83 xii
4.8
Gambaran Memakai Seragam Tidak Lengkap ........................................ 84
4.9
Gambaran Tidak Mengerjakan Tugas ..................................................... 85
4.10
Gambaran Mengompas/Memalak ........................................................... 85
4.11
Gambaran Berkata Tidak Sopan ............................................................. 86
4.12
Rangkuman Deskriptif Kenakalan Remaja pada SiSWA Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ...................................................................................... 86
4.13
Perbandingan Mean Empirik Tiap Indikator Kenakalan Remaja ............. 87
4.14
Statistik Deskriptif Religiusitas .............................................................. 88
4.15
Kriteria Religiusitas................................................................................ 89
4.16
Gambaran Religiusitas Siswa ................................................................. 90
4.17
Gambaran Keyakinan Siswa ................................................................... 91
4.18
Gambaran Praktek Agama Siswa ............................................................ 92
4.19
Gambaran Pengamalan Siswa ................................................................. 93
4.20
Gambaran Pengalaman Siswa ................................................................. 93
4.21
Rangkuman Deskriptif Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ...................................................................................................... 94
4.22
Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Religiusitas ............................ 95
4.23
Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 96
4.24
Hasil Uji Linieritas ................................................................................. 97
4.25
Hasil Uji Korelasi Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ............................................................ 98
4.26
Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja .......... 99
xiii
4.27
Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja ................................................................................................... 99
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Berpikir ............................................................................... 52
4.1
Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ................................................................................... 81
4.2
Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ................................................................................................... 90
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Instrumen Penelitian ................................................................................. 122
2.
Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................... 139
3.
Statistik Deskriptif ................................................................................... 149
4.
Uji Validitas Instrumen ............................................................................. 152
5.
Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................................... 163
6.
Uji Asumsi ............................................................................................... 165
7.
Uji Hipotesis ............................................................................................. 167
8.
Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 169
9.
Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 171
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pada masa transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa ini sebagai masa topan badai (“Strum and Drang)” yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa (Yusuf 2009: 185), dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan orang-orang yang dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya (Mulyono 1993: 16). Masa transisi inilah yang memungkinkan remaja dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang ini bisa menyimpang dari norma hukum, norma agama dan norma yang dianut masyarakat atau dalam istilah psikologi disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Kartono (2011: 6) mengartikan juvenil delinquency sebagai suatu perlakuan jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
1
2
bentuk pengabaian sosial, sehingga dapat mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Beberapa riteratur dan penelitian yang terkait dengan kenakalan remaja (Santrock: 2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan
yang
melanggar
hukum,
seperti
pembunuhan,
perampokan,
pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media masa. Sunarwiyati (dalam Purwandari 2011: 31) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan : 1. Kenakalan biasa seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit. 2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin. 3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dan lain-lain. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun
3
pada masa kanak-kanaknya. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanakkanak maupun remaja (http://auliatj.siswa-indonesia.net diunduh pada 08 September 2012). Beberapa penelitian tentang perilaku kenakalan yang dilakukan oleh pelajar menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data
yang
diungkap
oleh
Badan
Narkotika
Nasional
(BNN),
kasus
penyalahgunaan narkoba terus meningkat di kalangan remaja. Dari 2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8% (sekitar 5 juta orang) pada tahun 2011. Yang berikutnya adalah seks bebas. Contoh kenakalan remaja dalam pergaulan seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS . Ketiga adalah tawuran antar pelajar yang belakangan ini semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (www.Republika.co.id diunduh pada 08 September 2012). Berita terbaru datang dari tawuran antara siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012, yang menyebabkan seorang siswa SMA 6 tewas. (detik.com diunduh 25 September 2012). Bentuk lain dari kenakalan yang dilakukan remaja yaitu banyaknya remaja yag kerap menyimpan gambar/video porno di telepon seluler mereka. Seperti yang terjadi
di
Surabaya.
Lembaga
hotline
pendidikan
berbasis
di
Jatim
mengungkapkan bahwa 90 % pelajar di Surabaya menyimpan film atau gambar porno di telepon seluler yang dimilikinya. Fakta ini terungkap dalam survei yang dilakukan pada 26 Agustus hingga 12 September 2012. Hasilnya 92% pelajar
4
putri pernah melihat gambar dan menonton film porno di telepon seluler milik mereka sedangkan untuk pelajar putra mencapai 97%. (m.merdeka.com diunduh 14 Februari 2013). Kondisi kenakalan remaja juga terjadi di Bandung. Satpol PP dan Dinas Pendidikan kota Bandung memergoki 8 pelajar bolos di warung internet (warnet) dan game online di Jalan Solontongan dan Jalan Buabatu pada hari kamis (06/09/12). Rincian pelajar bolos terjaring razia itu masing-masing tiga pelajar dari SMK N 4 Bandung, dua pelajar dari SMA N 22 Bandung, satu pelajar dari SMK
N
1
Baleendah
dan
dua
pelajar
dari
SMP
Muhammadiyah.
(http://bandung.detik.com diunduh pada 14 Februari 2013). Hal yang sama juga terjadi di Sukoharjo. Tim gabungan Pemkab Sukoharjo, Sabtu (24/11/2012), menggelar razia pelajar yang membolos sekolah. Sebanyak 41 pelajar terdiri atas seorang siswi dan 40 siswa ditangkap saat mereka nongkrong di Alun-alun Satya Negara dan tempat rekreasi yang lain. Tim gabungan juga menemukan botol minuman keras (miras) dan rokok saat pelajar itu
digiring
ke
Kantor
Satpol
PP
Sukoharjo
untuk
dibina.
(http://www.wonogiripos.com diunduh pada 14 Februari 2013). Fakta yang terjadi di lapangan juga menunjukkan hal yang sama. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 02 Slawi pada bulan Januari 2013, didapatkan hasil bahwa: Pertama, jenis pelanggaran yang hampir setiap hari dilakukan oleh beberapa siswa di SMP tersebut diantaranya terlambat masuk sekolah, bolos
5
sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai seragam tidak lengkap atau tidak sesuai, mengompas dan tidak mengerjakan tugas. Kedua, berdasarkan informasi dari guru pembimbing sebagian besar kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Negeri 02 Slawi dikarenakan akibat permasalahan yang ada di dalam keluarga, seperti kebanyakan siswa-siswi berasal dari golongan keluarga yang kurang mampu, sehingga kurang terpenuhinya kebutuhan fisik maupun psikis dalam diri siswa tersebut. Kebanyakan siswa berasal dari keluarga broken home ( tidak utuh) dan biasanya siswa tinggal bukan dengan orang tuanya melainkan dengan nenek ataupun saudaranya yang menyebabkan siswa-siswi kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Ketiga, Menurut pemaparan guru Bimbingan dan Konseling di SMP tersebut, kebanyakan siswa laki-laki yang sering melakukan pelanggaran dibanding dengan siswa perempuan. Bukan hanya itu saja, kenakalan yang dilakukan juga disebabkan karena lemahnya tingkat pemahaman agama dalam diri siswa tersebut, sehingga dalam berperilaku siswa kerap kali tidak dapat mengendalikan emosinya. Hal ini disebabkan karena siswa tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas memiliki tingkat pemahaman agama yang rendah. Keempat, menurut hasil pemaparan guru Bimbingan dan konseling salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian siswa dengan diterapkannya suatu program yaitu program yang berupa peningkatan religiusitas seperti diadakannya sholat dhuha berjamaah dan
6
kegiatan Tadarus Alquran bersama setiap pagi sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai, sholat dhuhur berjamaah dan kegiatan peningkatan Baca Tulis Alquran (BTA) bagi siswa-siswi yang belum lancar dalam membaca Alquran. Alasan diterapkannya program ini yaitu karena mayoritas siswa SMP tersebut beragama islam/muslim. Sedangkan peningkatan religiusitas bagi siswa yang beragama non muslim dilakukan di rumah mereka masing-masing dan guru Bimbingan dan Konseling melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk memantau kegiatan mereka. Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan pada
remaja. Menurut
Santrock (2003: 524) salah satu penyebab kenakalan pada remaja yaitu kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Menurutya beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan mereka telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mereka sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Selanjutya Kartono (2007: 227) mengatakan bahwa pada umumnya kenakalan merupakan kegagalan dari sistem pengontrol diri terhadap aksi-aksi instinktif; juga menampilkan ketidakmampuan seseorang mengendalikan emosi-
7
emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridh (2008: 9) yang berjudul “Hubungan antara Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan kecenderungan kenakalan remaja. Jensen (dalam Sarwono 2010: 255) mengatakan bahwa kenakalan remaja disebabkan karena remaja lebih mementingkan faktor individu dibandingkan dengan faktor lingkungan (Rational choice). Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interest, dan motivasi atau kemauannya sendiri. Misalnya kenakalan remaja disebabkan karena kurangnya iman dalam diri remaja itu sendiri. Selain faktor-faktor tersebut, kenakalan remaja juga bisa dipengaruhi oleh religiusitas remaja. Diasumsikan jika remaja memiliki religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya tinggi artinya dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan sebaliknya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah tingkat kenakalan pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya karena ia memandang agama sebagai tujuan utama hidupnya sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari (Andisty & Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat dipahami karena agama mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Selain itu agama mendorong pemeluknya untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Hal senada juga dikemukakan oleh Sudarsono (2008: 120) menurutnya anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar disebabkan karena
8
lalai menunaikan perintah-perintah agama. Pendapat ini diperkuat oleh Sutoyo (2009: 99), menurutnya individu melakukan suatu penyimpangan disebabkan karena fitrah iman yang ada pada setiap individu tidak bisa berkembang dengan sempurna atau imannya berkembang tetapi tidak bisa berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan individu melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat negatif atau menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya. Remaja yang kadar keimanannya masih labil, akan mudah terjangkit konflik batin dalam berhadapan dengan kondisi lingkungan yang menyajikan berbagai hal yang menarik hati/keinginannya, tetapi kondisi ini bertentangan dengan norma agama (Yusuf 2009: 144). Agama adalah unsur terpenting dalam diri seseorang. Apabila keyakinan beragama telah menjadi bagian integral dalam kepribadian seseorang, maka keyakinanya itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Menurut Desmita (2008: 208), dibandingkan dengan masa anak-anak keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Pada masa remaja, mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Pendapat ini diperkuat oleh Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita 2008: 208), menurutnya meskipun pada awal masa kanak-kanak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka
9
mengalami
kemajuan
dalam
perkembangan
kognitif,
mereka
mungkin
mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Jalaluddin (2002: 80) mengungkapkan bahwa usia remaja memang dikenal sebagai usia rawan. Remaja memiliki karakteristik khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja memiliki sikap kritis terhadap lingkungan yang sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialaminya. Bila persoalan tersebut gagal diselesaikan, maka para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja berada di persimpangan jalan. Dalam situasi yang semacam ini, maka peluang munculnya perilaku menyimpang terkuak lebar. Penyelesaian yang mungkin dilakukan sangat tergantung dari kemampuan memilih. Bila tingkat rasa bersalah dan berdosa yang lebih dominan, biasanya remaja cenderung untuk mencari jalan “pengampunan”, sebaliknya bila perilaku menyimpang dianggap sebagai “pembenaran”, maka keterlibatan mereka pada perilaku menyimpang akan semkain besar. Tindakan ini akan mendorong mereka terbiasa dengan pekerjaan tercela itu. Seperti yang diungkapkan oleh Jalaluddin (2002: 75) bahwa tingkat religiusitas pada remaja akan berpegaruh terhadap perilakunya. Apabila remaja memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka remaja akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki tingkat religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini berarti remaja memiliki potensi untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kenakalankenakalan terhadap ajaran agama yang dianutnya.
10
Asumsi ini didukung oleh penelitian terdahulu yang berjudul “Hubungan antara Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Masturbasi pada Remaja di Yogyakarta”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan perilaku masturbasi dimana religiusitas memberikan sumbangan efektif sebesar 11,1% terhadap perilaku masturbasi (Rafellino 2007: 19). Penelitian lain yang berjudul “Tingkah Laku Prososial Mahasiswa terhadap Pengemis ditinjau dari Tingkat Religiusitas”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis dimana religiusitas memberikan sumbangan efektif sebesar 23,62% (Rumengan 2010: 45). Penelitian tersebut memberikan landasan bagi peneliti bahwa religiusitas memiliki peranan penting dalam perilaku seseorang. Seseorang yang kurang membekali
dirinya
dengan
arahan
dan
bimbingan
keagamaan
dalam
kehidupannya, maka kondisi seperti ini akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya perilaku seseorang yang semakin meningkat dan akan berdampak pada setiap pebuatannya, serta lebih memudahkan seseorang untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.
11
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal? 2. Berapa besar pengaruh (sumbangan efektif) religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal? 3. Bagaimana gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal? 4. Bagaimana gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal?
1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh (sumbangan efektif) religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal. 3. Untuk mengetahui gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal. 4. Untuk mengetahui gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.
12
1.4 Kontribusi Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Religiuistas terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dibidang ilmu psikologi khusunya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, dan psikologi sosial yang berkaitan dengan sejauhmana pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja. 2. Secara praktis a.
Bagi guru pembimbing (konselor) Informasi tentang pengaruh religiusitas terhadap perilaku kenakalan remaja dapat menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam pencegahan perilaku kenakalan remaja dengan meningkatkan religiusitas yang ada dalam diri siswa sehingga mereka mampu mengarahkan dan membentuk jiwa keberagamaan yang mantap dan dinamis serta dapat mencegah terjadinya perilaku kenakalan remaja.
b.
Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan penyusun kebijakan penanganan pelanggaran tata tertib sekolah dan mekanisme penanganan penyimpangan perilaku secara khusus kenakalan remaja yang dapat mempengaruhi siswa-siswa lain.
13
c.
Bagi siswa Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya peran agama (religiusitas) dalam kaitannya dengan kenakalan siswa.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1
Pengertian Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase)
remaja. Menurut Desmita (2008: 189) istilah remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Sedangkan menurut bahasa aslinya, remaja sering dikenal dengan istilah “adolescence”. Menurut Piaget, Istilah “adolescence”yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Monks (2006: 262) mengatakan bahwa masa remaja berlangsung antara usia 12 tahun sampai 21 tahun. Dengan pembagian 2-15 tahun: masa remaja awal, 15–18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir. 2.1.2
Ciri-Ciri Masa Remaja Hurlock (1980: 207-209) menyebutkan ciri-ciri remaja yaitu sebagai
berikut: 1. Masa remaja dianggap sebagai periode penting Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan psikologis yang kedua-duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
14
15
perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan. Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajr dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu : a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesatkan menimbulkan masalah baru.
16
c. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah, apa yang dianggap pada masa kanak-kanak penting setelah hampir dewasa tidak penting lagi. d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan untuk menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu: a. Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah. b. Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan teman-temannya. Seperti yang dijelaskan oleh Erickson : “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau apakah dia orang dewasa? Apakah nanti akan menjadi seorang suami atau ayah? Apakah mampu percaya diri
17
sekalipun latar belakng ras, agama atau kebangsaanya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau gagal?” 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulakan ketakutan Majeres menunjukkan bahwa banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja, bersikap simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip popular juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. 7. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kahidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari awal masa remaja, semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
18
2.1.3
Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja Menurut Starbuck (dalam Jalaluddin 2002: 74) perkembangan jiwa
beragama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan pikiran dan mental Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanakkanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya. Menurut Hurlock (1980: 222) periode remaja memang disebut sebagai periode keraguan religius. Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keraguan religius tersebut adalah tanya-jawab religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusankeputusan mereka sendiri. Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama pada remaja sebenarnya banyak tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam diri. Dalam mengatasi kegalauan batin ini para remaja cenderung untuk bergabung dalam kelompok teman sebaya untuk berbagi rasa dan pengalaman. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, para
19
remaja juga sudah menyenangi nilai-nilai etika dan estetika. Namun demikian dalam kenyataannya apa yang dialami oleh remaja selalu berbeda dengan apa yang mereka inginkan. Nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi kekosongan batin mereka terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan. Sikap kritis terhadap lingkungan memang sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialami para remaja. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja sulit untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam situasi yang demikian itu, maka peluang munculnya perilaku menyimpang terbuka lebar (Jalaluddin 2002: 82). b. Perkembangan perasaan Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Menurut Jones (dalam Hurlock 1980: 222) perubahan minat religius selama masa remaja lebih radikal daripada perubahan dalam minat akan pekerjaan. Adanya perubahan minat akan agama pada remaja tidak mencerminkan kurangnya keyakinan, melainkan suatu kekecewaan terhadap organisasi keagamaan dan penggunaan keyainan serta khotbah dalam penyelesaian masalah sosial, politik dan ekonomi.
20
c. Perkembangan moral Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat pada para remaja juga mencakupi: 1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi. 2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik. 3) Submissive, merasakan adanya keraguan tehadap ajaran moral dan agama. 4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral. 5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat. d. Sikap dan minat Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
2.2 Kenakalan Remaja 2.2.1
Pengertian Kenakalan Remaja Secara
etimologis kenakalan remaja
(juvenile delinquency) dapat
dijabarkan bahwa juvenile yang berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut sebyek atau pelakunya, maka menjadi juvenile delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat (Sudarsono 2008: 10).
21
Kausar (2012: 487) mengatakan bahwa kata “Juvenil” merujuk pada anak yang berusia di bawah 18 tahun dan “delinquency” adalah istilah yang didefinisikan oleh hukum untuk perilaku kriminal yang sering menghasilkan perilaku bermasalah yang ekstrim. Kartono (2011: 6) mengartikan juvenil delinquency sebagai suatu perlakuan jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga dapat mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Delinquency menurut Kartono (2011: 6) selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 tahun. Simanjuntak (dalam Sudarsono 2008: 10) memberi tinjauan secara sosiokultural tentang arti juvenile delinquency, menurutnya suatu perbuatan disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti-normatif. Menurut Santrock (2003: 518) kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang sangat luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial misalnya bersikap berlebihan di sekolah sampai pelanggaran status seperti melarikan diri hingga tindak kriminal misalnya pencurian (Dryfoos dalam Santrock 2003: 519).
22
Sudarsono
(2008:
11)
mendefinisikan
kenakalan
remaja
sebagai
perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti luas, kenakalan remaja meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang-undangan diluar KUHP (pidana khusus). Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya, akan tetapi tidak tergolong detik pidana umum maupun pidana khusus. Ada pula perbuatan anak remaja yang bersifat anti susila, yakni durhaka kepada kedua orang tua, sesaudara saling bermusuhan. Disamping itu dapat dikatakan kenakalan remaja jika perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianutnya, misalnya remaja muslim enggan berpuasa, padahal sudah tamyis bahkan sudah baligh, remaja Kristen enggan melakukan sembahyang/kebaktian (Sudarsono 2008 : 12). Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan kenakalan remaja adalah semua perbuatan menyimpang atau pelanggaran yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan hukum dan menyalahi norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
23
2.2.2
Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Simadjuntak
(1981:
289-290)
menyebutkan
faktor-faktor
yang
menyebabkan kenakalan pada remaja menjadi dua klasifikasi, yaitu: 1. Faktor internal : a. Cacad keturunan yang bersifat biologis-psikis. b. Pembawaan negatif yang mengarah pada perbuatan nakal. c. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan. d. Lemahnya kontrol diri dan persepsi sosial. e. Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif. f. Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat. 2. Faktor eksternal : a. Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan. b. Pendidikan yang kurang mampu menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah dan masyarakat. c. Menurunnya wibawa orang tua, guru dan pemimpin masyarakat. d. Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang berpengaruh dalam domain efektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru. e. Kurangnya pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. f. Kurangnya sarana penyaluran waktu senggang.
24
g. Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja baik dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik maupun pedagogik. Santrock (2003: 522) menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan kenakalan pada remaja, yaitu : a. Identitas Erikson (Santrock 2003: 522) mengemukakan bahwa masa remaja berada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Ia percaya bahwa perubahan biologis berupa pubertas menjadi awal dari perubahan yang terjadi bersamaan dengan harapan sosial yang dimiliki keluarga, teman sebaya, dan sekolah terhadap remaja. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja yaitu terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. Erickson percaya bahwa kenakalan terutama ditandai dengan kegagalan remaja dalam memenuhi bentuk integrasi yang kedua, yang melibatkan berbagai aspek-aspek peran identitas. Bagi Erickson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif. b. Kontrol diri Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kontrol diri yang rendah dalam merespon perbedaan
25
acapkali menjadi penyebabnya. Remaja terkadang terlalu emosional dalam merespon suatu kejadian dan menolak kejadian tersebut sebagai sesuatu yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Feldman & Weinberger pada tahun 1994 menguatkan pendapat bahwa kontrol diri memainkan peranan penting dalam kenakalan remaja (Santrock 2003: 524). Kebanyakan remaja yang melakukan kenakalan tidak banyak memiliki kemampuan dalam berbagai kompetensi yang dapat meningkatkan cara pandang terhadap dirinya sendiri. c. Proses Keluarga Orang tua yang memiliki remaja pelaku kenakalan biasanya tidak terlatih untuk bersikap tidak mendukung tingkah laku anti sosial daripada orang tua yang memiliki remaja yang tidak melakukan kenakalan. Pengawasan orang tua terhadap remaja terutama penting dalam menentukan apakah remaja akan melakukan kenakalan atau tidak. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa pengawasan orang tua terhadap keberadaan remaja adalah faktor keluarga yang paling penting dalam meramalkan kenakalan remaja (Patterson & StouthamerLoeber 1984 dalam Santrock 2003: 524). d. Kelas sosial / komunitas Walaupun kini kenakalan remaja tidak lagi terbatas hanya sebagai kelas masalah sosial yang lebih rendah dibandingkan dimasa sebelumnya, beberapa ciri kebudayaan kelas sosial yang lebih rendah cenderung memicu terjadinya kenakalan (Jenkins & Bell dalam Santrock 2003: 525). Norma yang berlaku diantara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial yang lebih rendah adalah
26
antisosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas (McCord dalam Santrock 2003: 525). Status dalam kelompok teman sebaya dapat ditentukan dari seberapa sering seorang remaja melakukan tindakan anti sosial dan tetap tidak dipenjara. Karena remaja yang dari kelas sosial yang lebih rendah memiliki kesempatan yang lebih terbatas untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat, mereka mungkin saja merasa bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan antisosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi anak-anak dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan. Komunitas juga dapat berperan serta dalam munculnya kenakalan (Chesney-Lind 1989; Figueira & McDonough 1992 dalam Santrock 2003: 525). Masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikandan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktorfaktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan. Hal lain dijelaskan oleh Sutoyo (2009: 99-100) menurutnya kenakalan remaja disebabkan karena fitrah iman yang ada pada individu tidak bisa berkembang dengan sempurna, dan atau imannya berkembang tetapi tidak berfungsi dengan baik. Sebab iman yang berkembang dengan sempurna tantu
27
mampu berfungsi sebagai pemberi arah, pendorong dan sekaligus pengendali bagi fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang pada akhirnya akan melahirkan kecenderungan untuk berperilaku positif. Sedangkan menurut Sudarsono (2008: 120) mengatakan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar disebabkan karena meraka lalai menunaikan perintah-perintah agama antara lain tidak mengikuti acara kebaktian, tidak mengikuti acara missa, tidak menjalankan puasa dan tidak mengerjakan sholat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor internal meliputi identitas, kontrol diri, proses keluarga, fitrah iman yang belum berkembang sempurna dan agama. 2. Faktor eksternal meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua keluarga maupun guru, kurangnya sarana penyaluran waktu senggang, pendidikan yang kurang dan komunitas/lingkungan. 2.2.3
Ciri-Ciri Pokok Kenakalan Remaja Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1989: 19) beberapa ciri-ciri pokok dari
kenakalan remaja yaitu : 1. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya. 2. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah.
28
3. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja dan dapat dilakukan bersama-sama dalam sekelompok remaja. Secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pokok dari kenakalan remaja yaitu perbuatan tersebut bersifat melanggar hukum, bertentangan dengan nilai atau norma dan dilakukan oleh seorang remaja maupun dilakukan bersamasama oleh sekelompok remaja. 2.2.4
Jenis-Jenis Kenakalan Remaja Jensen (dalam Sarwono 2010: 256) membagi kenakalan menjadi empat
jenis, yaitu : 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya: perkelahian, menyakiti teman seperti melakukan penganiayaan dan lain-lain. 2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya: perusakan, pencurian, pemerasan, menggunakan iuran sekolah (SPP) dan lain-lain. 3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, misalnya: menikmati karya pornografi, penyalahgunaan obat dan hubungan seks bebas. 4. Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara datang terlambat ke sekolah, membolos, tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap, berpakaian tidak sesuai dengan aturan sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang tua dan guru, mencontek, keluyuran setelah pulang sekolah dan pada malam hari tanpa tujuan yang jelas, berbohong, menggunakan kendaraan bermotor tanpa memiliki surat ijin
29
mengemudi (SIM), mengingkari status orang tua dengan cara kabur/minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar sesuai kaitannya dengan norma hukum (Mulyono 1993: 22-24): 1. Kenakalan yang bersifat amoral dan anti sosial yang tidak diatur oleh undangundang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, seperti membolos, berbohong atau memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu diri, berpakaian tidak pantas, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, meminum-minuman keras, menggunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh, kabur dari rumah, keluyuran atau pergi sampai larut malam, dan bergaul dengan teman yang dapat menimbulkan pengaruh negatif. 2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaiannya sesuai dengan undang-undang dan hukum, seperti berjudi, mencuri, menjambret, merampok, merampas dengan atau tanpa kekerasan, menggelapkan barang, penipuan dan pemalsuan, memiliki dan membawa senjata tajam yang dapat membahayakan orang lain, pengguran kandungan, percobaan atau terlibat pembunuhan dan penganiyaan. Sunarwiyati (dalam Purwandari 2011: 31) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan : 4. Kenakalan biasa seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
30
5. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin. 6. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dan lain-lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Kenakalan ringan/biasa, dimana kenakalan ini bersifat amoral dan anti sosial, yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar lingkungan tempat individu berada, misalnya lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kenakalan ini tidak diatur oleh undang-undang dan tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, seperti membolos, suka keluyuran, suka berkelahi, membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan KBM, berpakaian tidak sopan, berkata tidak sopan dan senonoh, dan meninggalkan rumah tanpa izin orang tua dimana kenakalan ini merupakan kenakalan yang melawan status. 2. Kenakalan sedang, yaitu jenis kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan masyarakat, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin yang dapat menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain. 3. Kenakalan berat/khusus, yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal, seperti berjudi, mencuri, menjambret, penipuan, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, hubungan seks diluar
31
nikah, penggelapan barang dan terlibat pembunuhan serta penganiayaan. Kenakalan ini merupakan kenakalan yang dapat menimbulkan korban fisik, menimbulkan korban materi dan tidak menimbulkan korban di di pihak orang lain. Pada penelitian ini peneliti membatasi kenakalan remaja pada jenis kenakalan ringan, yaitu perilaku pelanggaran tata tertib sekolah siswa SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi dimana perilaku tersebut meliputi terlambat masuk sekolah, membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai seragam tidak lengkap, tidak mengerjakan tugas, mengompas/memalak dan berkata tidak sopan kepada guru. 2.2.5
Penanggulangan Kenakalan Remaja Tindakan delinkuen anak remaja banyak menimbulkan kerugian materiil
dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada para korbannya. Maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindaktindak preventif dan penanggulangan secara kuratif (Kartono 2011: 95-97). Tindakan preventif yang dilakukan berupa : 1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin. 3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka. 4. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja. 5. Membentuk badan kesejahteraan bagi anak-anak.
32
6. Mengadakan panti asuhan. 7. Mengadakan lembaga freformatif untuk memberikan latihan korektif, pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susial kepad anak-anak dan para remaja yang membutuhkan. 8. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen, disertai program yang korektif. 9. Mengadakan pengadilan anak. 10. Menyusun undang-undang khusus untuk anak dan remaja. 11. Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin). 12. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja. 13. Menyelenggaran diskusi
kelompok dan bimbingan kelompok untuk
membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan masyarakat luar. 14. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi dan lain-lain. 15. Tindakan hukuman bagi anak remaja delinkuen antara lain berupa: menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan bisa mengugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri. Selanjutnya tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak delinkuen antara lain berupa :
33
1. Menghilangkan sebab musabab timbulnya kejahatan remaja baik yang berupa familial, sosial ekonomis dan kultural. 2. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan memberikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja. 3. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik. 4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib, berdisiplin. 5. Memanfaatkan waktu senggang untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi. 6. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat. 7. Memperbanyak
lembaga
latihan
kerja
dengan
program
kegiatan
pembangunan. 8. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. memberikan pengobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang menderita gangguan kejiwaan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa bentuk penanggulangan dari kenakalan remaja dilakukan secara preventif dan kuratif. 2.2.6
Jurnal Buku Sanksi Jurnal buku sanksi merupakan buku yang digunakan oleh guru bimbingan
dan konseling SMP N 02 Slawi untuk mencatat sejumlah aktivitas-aktivitas atau
34
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan beberapa kasus atau pelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP N 02 Slawi. Buku ini berisi sekumpulan catatancatatan mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami oleh beberapa siswasiswa SMP N 02 Slawi. Buku ini terbagi menjadi dua, yaitu buku catatan terlambat yang digunakan untuk mencatat siswa-siswa yang datang terlambat ke sekolah dan buku catatan kasus yang digunakan untuk mencatat beberapa kasus atau permasalahan yang dialami oleh beberapa siswa di sekolah. SMP N 02 Slawi tidak menerapkan sistem poin untuk setiap pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswa di SMP tersebut. Hal ini disebabkan karena apabila sistem poin digunakan dikhawatirkan semua siswa akan mendapatkan poin atas pelanggaran yang dilakukan. Menurut pemamaran guru bimbingan dan konseling sendiri sistem poin sudah pernah diterapkan, namun dengan diterapkannya sistem poin tersebut membuat siswa malas berangkat ke sekolah karena mereka merasa terbebani dengan adanya penerapan poin tersebut dan dampaknya hampir semua siswa mendapatkan poin atas pelanggranpelanggaran yang mereka lakukan. Karena tidak diterapkannya sistem poin di sekolah ini,
maka pihak sekolah tidak bisa
mengklasifikiasikan atau
mengkategorisasikan jenis pelanggaran-pelanggaran atau
kenakalan
yang
dilakukan oleh beberapa siswa SMP N 02 Slawi. Pihak SMP N 02 Slawi memberi batasan bagi siswa-siswa yang melakukan tindak pelanggaran baik pelanggaran keterlambatan maupun pelanggaran kasuskasus lainnya yaitu maksimal tiga kali berturut-turut dalam satu minggu. Apabila siswa telah melakukan pelanggaran dua kali dalam satu minggu, maka guru
35
pembimbing segera mengambil tindakan atas pelanggran tersebut dengan cara melakukan pembinaan secara langsung kepada siswa
yang melakukan
pelanggaran. Pembinaan ini dilakukan pada saat jam istirahat berlangsung dengan cara memanggil siswa yang bersangkutan ke ruang bimbingan dan konseling untuk mendapatkan pembinaan dari guru pembimbing. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan siswa dapat mengurangi bahkan merubah perilakunya sehingga siswa tersebut tidak melakukan pelanggaran kembali. Apabila setelah diadakan pembinaan secara langsung siswa tidak mengalami perubahan dan tetap melakukan pelanggaran, maka penanganan dialihtangankan kepada Kepala Sekolah. Namun apabila tindakan ini belum juga berhasil, pihak sekolah memutuskan untuk memanggil orang tua atau wali murid ke sekolah.
2.3 Religiusitas 2.3.1 Pengertian Religiusitas Secara etimologi, religiusitas berasal dari kata religi, religion (Inggris), religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-Dien (Arab). Menurut Drikarya (dalam Widiyanta 2005: 80) kata Religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah suatu kewajibankewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan, yang kesemuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengukuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam sekitarnya. Secara esensial agama merupakan peraturan-peraturan dari Tuhan Yang Maha Esa berdimensi vertikal dan horizontal yang mampu memberi dorongan
36
terhadap jiwa manusia yang berakal agar berpedoman menurut peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri, tanpa dipengaruhi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak (Sudarsono 2008: 119). Menurut Glock & Strak (dalam Ancok & Suroso 1995: 76) mendefinisikan agama merupakan sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan yang semuanya itu berpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Religiusitas dan agama memang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Mangunwidjaya (dalam Andisti & Ritandiyono 2008: 172) bila dilihat dari kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada suatu kelembagaan yang mengatur tata penyembahan manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas lebih menunjuk pada aspek yang ada di lubuk hati manusia. Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama. Agama dan religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang mempunyai dua kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah masyarakat. Selanjutnya Ancok dan Suroso (1995: 76) mengemukakan bahwa keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, bukan hanya aktivitas yang tampak dan dapat dilihat tetapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi pada hati seseorang. Karena itu
37
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi dan dimensi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama adalah sistem yang berdimensi banyak. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu gambaran keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku (baik tingkah laku yang tampak maupun tak tampak), bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. 2.3.2 Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan tercermin dalam perilakunya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi religiusitas, Ancok dan Suroso menjelaskan karakteristik individu yang memiliki religiusitas berdasarkan dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark yang memiliki kesesuaian dengan islam, yaitu: 1. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (aqidah) yang kuat. Aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha dan qadhar). Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau percaya terhadap adanya Allah, melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya, meyakini adanya hal-hal yang dinaggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah san sebagainya.
38
2. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh agamanya. Seorang muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jamjam yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan sholat, banyak berdzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya. 3. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaranajaran agamanya seperti suka menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi norma-norma islam dalam perilaku seksual dan sebagainya. 4. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya, seperti mengetahui tentang isi Al-quran, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam, Sejarah Islam dan sebagainya. Dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang ajaran agama yang dipeluknya. 5. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena menuhankan Allah, tersentuh atau bergetar ketika menderang asma-asma Allah (seperti suara adzan dan alunan ayat-ayat suci Al-Quran) dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah.
39
Hawari (dalam Sutoyo 2009: 148-160) menyebutkan ciri seseorang yang memiliki religiuistas tinggi yaitu: 1. Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah atau melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Ia akan merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorangpun melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang dan aman karena merasa dilindungi oleh Dzat yang maha perkasa lagi Bijaksana. 2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol. Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap. 3. Melakukan pengamalan agama seperti yang dicontohkan oleh para Nabi, karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi pemeluknya. 4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya. 5. Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun aktivitas tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga timbul kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah. 6. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya, karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan
40
kehendak Allah dan tidak mudah mengalami stress ketika mengalami kegagalan serta tidak pula menyombongkan diri ketika sukses, karena ia yakin bahwa kegagalan maupun kesuksesan pada dasarnya merupakan ketentuan Allah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki religiusitas yaitu memiliki keyakinan yang kuat akan adanya Allah sehingga ia merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah dan sesuatu yang dilarang Allah serta merasa segala tingkah lakunya ada yang mengontrol. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan takdir Allah. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam hidupnya. 2.3.3 Dimensi Religiusitas Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso 1995: 77-78) membagi dimensi atau aspek religiusitas menjadi lima, kelima aspek atau dimensi tersebut yaitu : 1. Dimensi keyakinan Yaitu dimensi yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.
41
2. Dimensi praktik agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu : 1) Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua para pemeluk mengharapkan para pemeluk melaksanakan. 2) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi. 3. Dimensi pengalaman Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esesnsi ketuhanan, yaitu dengan tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.
42
4. Dimensi pengetahuan agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. 5. Dimensi pengamalan atau konsekuensi Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama. Berpandangan
terhadap
rumusan
dimensi
keberagamaan
yang
dikemukakan oleh Glock & Stark, Ancok & Suroso (1995: 80) membagi dimensi keberagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu yang memiliki kesesuaian dengan Islam. Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan
43
syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak. Kelima dimensi tersebut yaitu : 1. Dimensi Keyakinan atau akidah islam Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap kebenaran ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Didalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rosul, kitabkitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. 2. Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di masjid di bulan puasa dan sebagainya. 3. Dimensi pengamalan atau akhlak Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, mematuhi normanorma islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya.
44
4. Dimensi pengetahuan atau ilmu Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. 5. Dimensi pengalaman atau penghayatan Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam keberislaman dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat/akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakkal (pasrah diri secara positif) kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Quran, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah. Allport dan Fetzer (dalam Purnama 2011: 38) mengemukakan bahwa religiusitas terdiri dari dua aspek, yaitu: 1) aspek intrinsik; menggunakan agama sebagai alat-alat untuk mencapai sesuatu seperti untuk memperoleh kenyamanan, keamanan, status dan dukungan sosial. 2) aspek ekstrinsik; melaksanakan agama semata-mata tulus karena perintah Tuhan bukan karena kepentingan pribadi. Masing-masing aspek terdiri dari 12 indikator, yaitu:
45
1. Pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences) Dimensi ini merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan dampak menjalankan agama (pengalaman spiritual) dalam kehidupan sehari-hari. Secara terperinci dimensi ini berkaitan dengan pengalamanpengalaman, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam suatu esensi ketuhanan yaitu Tuhan, kenyataan terakhir dengan otoritas transedental. 2. Makna Beragama (meaning) Meaning adalah pencarian makna dari kehidupan dan berbicara mengenai pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis. Pencarian makna juga telah didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis agama. 3. Nilai-nilai Beragama (values) Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengerjakan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan sebagainya. Nilai-nilai agama tersebut mengatur tata kehidupan manusia untuk mencapai ketentraman, keselamatan dan kebahagiaan. 4. Keyakinan (beliefs) Konsep belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia disebut keimanan. Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan diamalkan dengan perbuatan. Keyakinan dan kecintaan kepada agama merupakan karakter dasar dan ciri khas ekspresi kesadaran bawah sadar seseorang yang mengimani ajaran agama tersebut.
46
5. Pengampunan (forgiveness) Secara harfiah forgiveness adalah memaafkan, yakni suatu tindakan yang bertujuan unttuk memberi maaf bagi orang yang melakukan kesalahan dan berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta. 6. Praktek Keberagamaan Individual (private religious practices) Menurut Fetzer (1999 dalam Purnama 2011: 44) private religious practices merupakan perilaku beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah, mempelajari kitab suci, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya. Secara mendasar dimensi ini dapat dipahami untuk mengukur tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan ritual agamanya. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap ajaran agama yang dianutnya. 7. Pengaruh Beragama (religious/spiritual coping) Fetzer menawarkan pola religious/spiritual coping yang merupakan coping stress guna mengatasi kecemasan, kegelisahan dan stress. Hal ini dilakukan dengan cara berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress dan sebagainya. 8. Dukungan Agama (religious support) Religious support adalah aspek hubungan sosial antar individu dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan Ukhwah Islamiyah. Agama mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran yang ingin dicapai masyarakat.
47
9. Riwayat Beragama (spiritual religious/spiritual history) Religious/spiritual history merupakan seberapa jauh individu berpartisipasi untuk agama dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan hidupnya. Wilcox (dalam Purnama 2011: 46) menyatakan sebagian orang beranggapan bahwa agama sebagai suatu peninggalan masa lampau, sesuatu yang bersifat kuno. Ditegaskan ide tentang agama memang sudah lama ada, namun agama yang sejati selalu baru untuk setiap manusia yang bernafas. Dalam pandangan psikologi sufi, menurut Wilcox, spiritual history terbangun dalam dua kategori utama: spiritualitas dan materialis. Materialis mengatakan bahwa perasaan jasmaniyah menggambarkan kebenaran, ditemukan dalam sel-sel kita dan benda-benda di luar. Spiritualis mengatakan kebenaran ditemukan melalui pikiran kita (yang merupakan produk dari sel-sel kita). 10. Komitmen Beragama (commitment) Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya. Hidayat (dalam Purnama 2011: 47) melukiskan cara yang indah dalam menjalin komitmen agama. Menurutnya agama ibarat pakaian. Hal ini dikarenakan, pertama, untuk menjaga kesehatan. Mereka yang tinggal di daerah dingin sangat sadar akan fungsi kesehatan. Kedua, untuk menjaga aurat. Salah satu aspek yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia mengenal konsep aurat lalu mengenakan pakaian. Ketiga orang yang berpakaian selalu mempertimbangkan aspek estetika atau seni agar indah dipandang. Inilah tiga fungsi utama pakaian yang bisa dianalogikan dengan agama.
48
11. Pengorganisasian Agama (organizationan religiousness) Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktivitas di dalamnya. Menurut Effendy (dalam Purnama 2011: 47) lembaga keagamaan memiliki implikasi-implikasi yang sifatnya personal maupun kelompok. Misalnya lembaga keagamaan yang ada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). 12. Pilihan Terhadap Agama (religious preference) Konsep religious preference bisa diartikan sebagai pijakan untuk menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agama yang dianutnya. Contoh dari religious preference bagi umat islam adalah menjalankan jihad. Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan dan biasanya digunakan dalam al-quran sebagai kata kerja: kaum Muslim didorong untuk berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah. Berdasarkan uraian diatas, maka dimensi religusitas yang akan dipakai dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi yaitu keyakinan, praktek agama, pengamalan dan pengalaman. Alasan digunakannya keempat dimensi tersebut yaitu karena dimensi pengetahuan dianggap kurang dapat menggambarkan religiusitas yang ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock & Stark (dalam Ancok dan Suroso 1995: 78) bahwasanya pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu
49
bersandar pada keyakinan. Lebih jauh seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Selain itu religiusitas dapat diekspresikan dengan berbagai cara yang berbeda. Individu yang dapat terbilang religius pada suatu aspek, bisa saja tidak terbilang religius pada aspek yang lain. Maka, religiusitas disimpulkan sebagai suatu hal yang berkonsep multidimensional (banyak dimensi) bukan unidemensional (satu dimensi).
2.4
Hubungan Antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai
penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Menurut Hurlock (1980: 207) salah satu ciri dari masa remaja yaitu masa remaja dianggap sebagai periode peralihan atau masa transisi. Dalam hal ini peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan
lebih-lebih
sebuah
peralihan
dari
satu
tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Pada masa transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa ini sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yeng mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai (Sarwono 2010: 29). Masa transisi inilah yang
50
memungkinkan dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau dalam istilah psikologi disebut dengan istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency). Kenakalan remaja juga bisa dipengaruhi oleh religiusitas remaja. Diasumsikan jika remaja memiliki religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya tinggi artinya dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan sebaliknya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah tingkat kenakalan pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya karena ia memandang agama sebagai tujuan utama hidupnya sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari (Andisty dan Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat dipahami karena agama mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Selain itu agama mendorong pemeluknya untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Seperti yang diungkapkan oleh Sudarsono (2008: 120). Menurutnya anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama bahkan mungkin lalai menunaikan perintahperintah agama. Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju kedewasaan, maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam keadaan peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan agama. Keadaan emosi remaja yang belum stabil juga akan mempengaruhi keyakinan pada Tuhan dan pada kelakuan keberagamaannya, yang mungkin bisa
51
kuat atau lemah, giat atau menurun. Bahkan mengalami keraguan yang ditandai oleh adanya konflik yang terdapat dalam dirinya atau dalam lingkungan masyarakatnya. Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifat-Nya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Menurut Hurlock (1980: 222) periode remaja memang disebut sebagai periode keraguan religiusitas. Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keraguan religius terebut adalah tanya-jawab religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerima begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau ateis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Akan tetapi, tidak semua remaja memiliki emosi yang kurang stabil karena pengetahuan tentang agama dapat mengendalikan emosi remaja dalam berperilaku. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin (2002: 75) bahwa tingkat religiusitas pada diri remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Jadi remaja yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki tingkat religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula.
52
2.5 Kerangka Berpikir
Dimensi Keyakinan
Dimensi Praktek Agama
Religiusitas
Dimensi Pengamalan
Kenakalan Remaja Ciri-ciri Kenakalan Remaja (Gunarsa 1989) 1. Melanggar hukum dan nilai-nilai moral 2. Bertujuan a-sosial 3. Dilakukan oleh remaja berusia 13-17 tahun dan belum menikah 4. Dilakukan secara individu atau kelompok
Dimensi Pengalaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja”. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat religiusitas siswa, maka semakin rendah kemungkinan siswa untuk melakukan tindak kenakalan, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas siswa, maka semakin tinggi kemungkinan siswa untuk melakukan tindak kenakalan.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar 2011: 5). Data-data numerikal yang dimaksud adalah data-data yang berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan atau informasi mengenai apa yang ingin diketahui dalam penelitian ini, kemudian hasil dari data numerikal tersebut dianalis dengan menggunakan teknik statistik.
3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain korelasional. Melalui pendekatan korelasional, penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X), yaitu Religiusitas dengan variabel tergantung (Y), yaitu kenakalan remaja.
3.3 Variabel penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dpelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 38). Menurut Arikunto (2006: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Selanjutnya Azwar (2011: 59) juga menyatakan bahwa
53
54
variabel adalah konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif. 3.3.1
Identifikasi variabel penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel bebas (Variabel X) Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/ terikat (Sugiyono, 2009: 39). Menurut Azwar (2011: 62) variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain atau dapat dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah religiusitas. 2) Variabel terikat (variable Y) Varibel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 209: 39). Menurut Azwar (2011: 62) variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efekatau pengeruh variabel lain. Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat adalah kenakalan remaja. 3.3.2
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik – karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar 2011: 74). Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan alat pengumpulan data.
55
1. Religiusitas Religiusitas didefinisikan sebagai suatu keadaan gambaran dalam diri siswa dan siswi kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi tahun ajaran 2012/2013 yang mendorong mereka untuk bertingkah laku (baik yang tampak maupun tak tampak) yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya tidak hanya secara ritual, tetapi juga terkandung keyakinan, pengalaman dan pengamalan agama yang dianutnya. Religiusitas dalam penelitian ini tergambar dari derajat skor skala religiusitas berdasarkan penggabungan beberapa dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Ancok dan Suroso dengan berpandangan terhadap dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark serta dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Allport dan Fetzer. Berdasarkan hasil penggabungan beberapa dimensi tersebut, didapatkan empat dimensi yang dianggap telah mewakili religiusitas. Keempat dimensi tersebut yaitu : a. Dimensi keyakinan (akidah islam) b. Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah c. Dimensi pengamalan (akhlak) d. Dimensi pengalaman atau penghayatan. Pada penelitian ini tidak melibatkan dimensi pengetahuan disebabkan dimensi pengetahuan dianggap kurang dapat menggambarkan religiusitas yang ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock & Stark (dalam Ancok dan Suroso 1995: 78) menurutnya keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar
56
memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Keempat dimensi tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator yang digunakan untuk membuat item skala religiusitas. Semakin tinggi skor skala religiusitas maka semakin tinggi pula religiusitas yang ditunjukkan, semakin rendah skor skala religiusitas maka semakin rendah pula religiusitas yang ditunjukkan. 2. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh siswasiswi kelas VIII SMP N 02 Slawi yang melanggar aturan-aturan dan tata tertib sekolah yang dicatat dalam Jurnal Buku Sanksi sehingga dapat merugikan dirinya sendiri yang tergambar dari derajat skor angket
kenakalan remaja. Perilaku
kenakalan remaja yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi : 1. Terlambat masuk sekolah 2. Membolos 3. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 4. Merokok dilingkungan sekolah 5. Memakai seragam tidak lengkap 6. Tidak mengerjakan tugas 7. Mengompas/memalak 8. Berkata tidak sopan kepada guru
57
Semakin tinggi skor angket perilaku kenakalan remaja maka semakin tinggi pula perilaku kenakalan remaja, semakin rendah skor angket perilaku kenakalan remaja maka semakin rendah pula perilaku kenakalan remaja yang dilakukan. 3.3.3
Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat
dalam suatu penelitian. Di dalam pengaruh hubungan variabel ini kita akan melihat satu variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini adalah kenakalan remaja sebagai variabel tergantung sedangkan religiusitas sebagai variabel bebas. Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat sebagai berikut: Hubungan Antar Variabel Penelitian
Religiusitas (X)
Kenakalan Remaja (Y)
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1
Populasi Menurut Sugiyono (2009: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas; objek/ subjek yang mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Azwar (2011: 77) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak
58
terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik – karakteristik individu. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi sebagai siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja dengan cara melanggar tata tertib sekolah yang berjumlah 70 siswa dari 327 siswa. Peneliti memperoleh data dengan melihat jurnal buku sanksi siswa kelas VIII Periode 2012/2013. Data ini diambil pada bulan Januari-Mei 2013. Tabel 3.1 Kenakalan Remaja yang dilakukan siswa kelas VIII SMP N 02 Slawi Tahun Ajaran 2012/2012 No
Jenis Pelanggaran
1 2 3 4 5
Terlambat masuk sekolah Membolos Alfa Merokok Memakai seragam tidak lengkap Tidak mengerjakan tugas Mengompas/ memalak Berkata tidak sopan kepada guru
6 7 8
VIII A 5 4 2 -
VIII B 1 3
VIII C 1 2 2
VIII D 1 1 1 -
VIII E 1 2
VIII F 1 -
VIII G 1 2 -
VIII H 1 2
VIII I 1 1 1
9 10 7 10
3
1
-
2
3
1
2
2
1
15
1 -
2 1
-
2 1
2
-
1 1
2 -
1 -
9 5
-
-
2
1
-
1
-
1
-
5
Total
Alasan populasi penelitian diambil dari kelas VIII karena menurut pemaparan dari guru Bimbingan dan Konseling di SMP tersebut, jumlah kenakalan siswa lebih banyak didominasi oleh siswa kelas VIII. Pendapat ini diperkuat oleh Josselson (1980 dalam Desmita 2008: 212), menurutnya kelas VIII berada pada sub-Tahap Differentiation yaitu tahap perkembangan identitas pada usia 12-14 tahun dengan karakteristik bahwa mereka berbeda secara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuat
70
59
mereka mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasehat-nasehat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasehat tersebut masuk akal 3.4.2
Sampel Menurut Sugiyono (2009: 81) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian atau wakil polupasi yang diteliti (Arikunto 2006: 131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono 2010: 124). Melihat jumlah populasi yang sedikit, maka sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu sebanyak 70 siswa.
3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan diteliti. Data merupakan faktor penting karena dengan adanya data dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan dapat ditarik kesimpulan dengan mudah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket dan skala psikologi. 3.5.1
Angket Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui (Arikunto 2006: 151). Angket yang
60
digunakan dalam penelitian ini yaitu angket kenakalan remaja yang akan digunakan untuk mengukur variabel perilaku kenakalan remaja siswa kelas VIII SMP N 02 Slawi. Angket kenakalan remaja terdari dari 8 indikator, yaitu sebagai berikut : 1. Terlambat masuk sekolah 2. Membolos 3. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 4. Merokok dilingkungan sekolah 5. Memakai seragam tidak lengkap 6. Tidak mengerjakan tugas 7. Mengompas/memalak 8. Berkata tidak sopan kepada guru Angket dalam penelitian ini terdiri atas pertanyaan yang mengungkap frekuensi perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP N 02 Slawi. Berikut adalah rancangan item angket kenakalan remaja yang akan disusun : Tabel 3.2 Rancangan Angket Kenakalan Remaja No 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pertanyaan Jumlah Terlambat masuk sekolah 6 6 Membolos 6 6 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 6 6 Merokok dilingkungan sekolah 6 6 Memakai seragam tidak lengkap / tidak sesuai 6 6 aturan Tidak mengerjakan tugas 6 6 Mengompas/ memalak 6 6 Berkata tidak sopan kepada guru 6 6 Total 48
61
Angket perilaku kenakalan remaja ini menggunakan empat alternatif pilihan jawaban terhadap item yang berupa pertanyaan dengan kriteria jawaban (a) dengan skor 0; (b) dengan skor 1; (c) dengan skor 2; dan (d) dengan skor 3. Alternatif dari masing-masing indikator akan berbeda karena aspek-aspek tersebut memiliki standar frekuensi yang berbeda-beda meskipun kriteria skoring pada setiap kode jawaban sama. Berikut adalah kriteria skoring perilaku kenakalan remaja. Tabel 3.3 Skoring Angket Perilaku Kenakalan Remaja Kode pilihan jawaban A B C D
Skor 0 1 2 3
Tabel 3.4 Tabel Penyebaran Angket Kenakanalan Remaja No
Indikator
Pertanyaan
Jumlah
1
Terlambat masuk sekolah
6,9,20,26,33,39
6
2
Membolos
1,16,19,32,45,48
6
3
Tidak masuk sekolah tanpa keterangan
2,11,23,28,40,46
6
4
Merokok dilingkungan sekolah
5,10,17,21,34,43
6
5
Memakai seragam tidak lengkap / tidak
7,15,22,27,35,44
sesuai aturan
6
6
Tidak mengerjakan tugas
3,12,24,29,36,41
6
7
Mengompas/ memalak
4,14,25,31,38,48
6
8
Berkata tidak sopan kepada guru
8,13,18,30,37,42
6
62
3.5.2
Skala Psikologi Menurut Azwar (2010: 3-4), karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi
yaitu : 1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikatorindikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item. 3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja jawaban berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula. Dalam metode skala ini variabel penelitian diklasifikasikan secara rinci menjadi gejala-gejala dalam komponen-komponen yang nantinya akan dituliskan dalam blue print. Penelitian ini menggunakan skala untuk mengungkap religiusitas. Skala religiusitas disusun berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Ancok & Suroso 1994: 77-78) yang terbagi menjadi lima. Dimana kelima dimensi tersebut menurut Ancok dan Suroso (1995: 80) memiliki kesesuaian dengan Islam. Kelima aspek atau dimensi tersebut yaitu : dimensi keyakinan (akidah islam), dimensi praktik agama (syariah), dimensi pengalaman (penghayatan), dimensi pengetahuan agama (ilmu) dan dimensi pengamalan atau konsekuensi (akhlak).
Kemudian kelima dimensi
63
tersebut diturunkan menjadi empat karena dimensi pengetahuan (ilmu) dianggap tidak bisa menggambarkan tingkat religiusitas pada diri seseorang. Pemberian skor pada skala religiusitas menggunakan empat alternatif jawaban yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Jawaban yang menunjukkan tingkat kesetujuan dengan alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Dimensi yang menggunakan alternatif jawaban ini yaitu dimensi keyakinan dan dimensi pengalaman. 2. Jawaban yang menunjukkan tingkat frekuensi kejadian dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (SR), Selalu (S). Dimensi yang menggunakan alternatif jawaban ini yaitu dimensi praktik agama dan dimensi pengamalan. Dalam penelitian ini, peneliti menghilangkan skala Netral (N), berdasarkan tiga alasan. Pertama, ketegori netral itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya). Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable) ini tentu saja tak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi individu yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah ke arah tidak-setuju. Ketiga maksud kategorisasi jawaban SSS-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau kearah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan
64
menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden (Hadi 1991: 20). Berdasarkan keempat alternatif jawaban tersebut, maka skor diberikan pada setiap item dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.5 Skoring Skala Religiusitas Alternatif Jawaban Dimensi
Keyakinan
dan Dimensi praktik agama
Favourable
Unfavourable
dimensi pengalaman
dan dimensi pengamalan
STS : Sangat Tidak Setuju
TP : Tidak Pernah
1
4
TS : Tidak Setuju
KD : Kadang-Kadang
2
3
S
SR : Sering
3
2
S
4
1
: Setuju
SS : Sangat Setuju
: Selalu
Berikut adalah blue print skala Religiusitas yang akan disusun : Tabel 3.6 Blue print Skala Religiusitas Nomor Item No 1
2
Dimensi Keyakinan (akidah)
Pengalaman
Indikator 1. Yakin dengan adanya Allah 2. Yakin kepada para malaikat 3. Yakin kepada Nabi/Rosul 4. Yakin kepada KitabKitab Allah 5. Yakin akan adanya Surga dan Neraka 6. Yakin akan adanya qadha dan qadar 1. merasa dekat/akrab dengan Allah 2. merasa doa-doanya sering terkabul 3. merasa tentram dan bahagia kerena menuhankan Allah
Jml
Favorable
Unfavorable
3,5,11,15,19, 23
2,7,9,13,17, 21
12
1,8,12,14,18, 22
4,6,10,16,20, 24
12
65
3
4
Praktek agama (syariah)
Pengamalan (akhlak)
4. pasrah diri secara positif 5. perasaan bersyukur kepada Allah 6. perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah 1. Melakukan sholat 2. Melakukan puasa 3. Melakukan zakat 4. Membaca Al-Quran 5. Melakukan zikir. 6. membaca doa 1. suka menolong 2. berlaku jujur 3. menjaga amanat orang lain 4. menjaga lingkungan hidup 5. berderma 6. mematuhi norma-norma islam dalam perilaku seksual memaafkan Jumlah
25,29,33,36, 40,44
27,31,35,38, 42,45
12
28,30,32,37,4 3,46
26,34,39,41, 47,48
12
24
24
48
3.6 Validitas dan Reliabilitas 3.6.1
Validitas Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan angket untuk mengukur kenakalan remaja pada
siswa dan skala psikologi untuk mengukur religiusitas pada siswa. Penelitian ini menggunakan skala dan angket dengan jumlah total 96 item. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, angket ini telah mengalami banyak pengembangan. Skala dan angket awal diujicobakan pada kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang kemudian peneliti mencoba melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam skala dan angket.
66
Berdasarkan uji coba awal yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan beberapa kata dan kalimat dalam skala religiusitas yang sulit dipahami oleh subjek, seperti : Tabel 3.7 Perubahan Pernyataan Aitem Skala Religiusitas No 1
Item Lama
Item Baru
Meragukan keberadaan Malaikat Ragu
terhadap
adanya
malaikat
adalah hal yang wajar sebab merupakan hal yang wajar, sebab malaikat tidak dapat dilihat secara malaikat kasat mata 2
tidak
dapat
dilihat
menggunakan mata secara langsung
Allah itu tidak terlihat, jadi saya Allah itu tidak terlihat, jadi saya tidak tidak
perlu
mempercayai perlu percaya adanya Allah.
keberadaannya 3
Dengan melihat berbagai ciptaan Dengan melihat berbagai ciptaan Allah, Allah, saya semakin meyakini saya semakin yakin bahwa Allah itu ada keberadaan Allah
4
Orang-orang
yang
berperilaku Orang-orang yang berperilaku buruk
buruk tetapi memiliki kehidupan tetapi
memiliki
kehidupan
bagus
bagus membuat saya semakin membuat saya semakin ragu terhadap meragukan keberadaan Allah 5
adanya Allah
Banyak kejadian di sekitar saya Banyak kejadian di sekitar saya yang yang membuat saya
semakin membuat saya semakin yakin bahwa
meyakini keberadaan Allah
Allah itu ada
Skala dan angket kemudian direvisi kembali dengan tetap mempertahankan format 96 item dengan perubahan pada item-item yang dianggap menyulitkan subjek. Kemudian skala dan angket disusun dalam bentuk booklet dan diujicobakan kepada 28 orang siswa. Pelaksanaan uji coba skala dimaksudkan untuk mengujicobakan skala religiusitas dan angket kenakalan remaja yang
67
disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian ini dilakuka uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu kepada uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian. Analisis validitas data uji coba skala religiusitas dan angket kenakalan remaja pada siswa menggunakan teknik uji coba Product Moment dari Pearson, sedangkan analisis reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS Veersi 17.0 For Windows. Hasil uji coba yang menggunakan SPSS Versi 17.0 For Windows adalah sebagai berikut: 1. Angket Kenakalan Remaja Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 48 aitem terdapat 6 item yang tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p<0,01 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat pada nomor 7, 25, 30, 35, dan 38, 44. Aitem yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada angket kenakalan remaja yang baru terdapat 42 aitem pertanyaan. Hasil uji coba dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
68
Tabel 3.8 Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa Setelah Uji Coba No
Indikator
Pertanyaan
Jml
1
Terlambat masuk sekolah
6, 9, 20, 26, 33, 39
6
2
Membolos
1, 16, 19, 32, 45, 48
6
3
Tidak masuk sekolah tanpa keterangan
2, 11, 23, 28, 40 ,46
6
4
Merokok dilingkungan sekolah
5, 10, 17 ,21, 34, 43
6
5
Memakai seragam tidak lengkap / tidak
7*, 15, 22, 27, 35*, 44*
sesuai aturan 6
Tidak mengerjakan tugas
7 8
6
3, 12, 24, 29, 36, 41
6
Mengompas/ memalak
4, 14, 25*, 31, 38*, 48
6
Berkata tidak sopan kepada guru
8, 13, 18, 30*, 37, 42
6
(*) merupakan item yang tidak valid Penyeberan butir-butir aitem penelitian variabel kenakalan remaja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.9 Sebaran Baru Aitem Angket Kenakalan Remaja Penelitian No
Indikator
Pertanyaan
Jml
1
Terlambat masuk sekolah
6, 8, 19, 24, 30, 34
6
2
Membolos
1, 15, 18, 29, 39, 42
6
3
Tidak masuk sekolah tanpa keterangan
2, 10 , 22, 26, 35, 40
6
4
Merokok dilingkungan sekolah
5, 9, 16, 20, 31, 38
6
5
Memakai seragam tidak lengkap / tidak sesuai
14, 21, 25
aturan 6
Tidak mengerjakan tugas
7
Mengompas/ memalak
8
Berkata tidak sopan kepada guru Total
3
3, 11, 23, 27, 32, 36
6
4, 13, 28, 41
4
7, 12, 17, 33, 37
5 42
69
2. Skala Religiusitas Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala religiusitas yang terdiri dari 48 aitem terdapat 31 aitem yang valid dan 17 aitem yang tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p<0,01 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat pada nomor 2,3,4,5,9,10,12,13,16,17,19,21,27,18,34 dan 41,46. Aitem dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala religiusitas yang bari terdapat 31 pernyataan. Aitem-aitem yang gugur dan yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada hasil uji coba dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.10 Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiusitas Setelah Uji Coba Nomor Item No 1
Dimensi Keyakinan (akidah)
Indikator 1. Yakin dengan adanya Allah 2. Yakin kepada para malaikat 3. Yakin kepada Nabi/Rosul 4. Yakin kepada Kitab-Kitab Allah 5. Yakin akan adanya Surga dan Neraka 6. Yakin akan adanya qadha dan qadar
Favorable
Unfavorable
3*, 5*, 11, 15, 19*, 23
2* ,7 ,9* ,13* ,17* ,21*
Jml
12
70
2
3
4
Pengalaman
1. merasa dekat/akrab dengan Allah 2. merasa doadoanya sering terkabul 3. merasa tentram dan bahagia kerena menuhankan Allah 4. pasrah diri secara positif 5. perasaan bersyukur kepada Allah 6. perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah Praktek 1. Melakukan agama sholat (syariah) 2. Melakukan puasa 3. Melakukan zakat 4. Membaca AlQuran 5. Melakukan zikir. 6. membaca doa Pengamalan 1. suka menolong (akhlak) 2. berlaku jujur 3. menjaga amanat orang lain 4. menjaga lingkungan hidup 5. berderma 6. mematuhi norma-norma islam dalam perilaku seksual 7. memaafkan Jumlah
1 ,8, 12*,14 ,18, 22
*4, 6, 10*, 16*, 20, 24
12
25, 29, 33, 36, 40, 44
27*, 31, 35, 38, 42, 45
12
28*, 30, 32, 37, 43, 46*
26, 34*, 39, 41*, 47, 48
12
24
24
48
Tanda (*) : nomor aitem yang tidak valid Penyebaran butir-butir aitem penelitian religiusitas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
71
Tabel 3.11 Sebaran Baru Aitem Skala Religiusitas Penelitian Nomor Item No 1
Dimensi Keyakinan (akidah)
Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6.
2
Pengalama n
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3
4
Praktek agama (syariah)
Pengamala n (akhlak)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Yakin dengan adanya Allah Yakin kepada para malaikat Yakin kepada Nabi/Rosul Yakin kepada Kitab-Kitab Allah Yakin akan adanya Surga dan Neraka Yakin akan adanya qadha dan qadar merasa dekat/akrab dengan Allah merasa doa-doanya sering terkabul merasa tentram dan bahagia kerena menuhankan Allah pasrah diri secara positif perasaan bersyukur kepada Allah perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah Melakukan sholat Melakukan puasa Melakukan zakat Membaca Al-Quran Melakukan zikir. membaca doa suka menolong berlaku jujur menjaga amanat orang lain menjaga lingkungan hidup berderma mematuhi norma-norma islam dalam perilaku seksual memaafkan Jumlah
Jml
Favorable
Unfavorable
5, 7, 11
3,
4
1 ,4 ,6, 8, 10
2, 9,12
8
13, 15, 19, 21, 25, 28
17, 20, 23, 26, 29
11
16, 18, 22, 27
14, 24, 30, 31
8
18
13
31
72
3.6.2
Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto 2006: 168). Validitas skala religiusitas dan angket kenakalan remaja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur sejauh mana religiusitas dan angket kenakalan remaja mengungkap konsep teoritik yang ingin diukur. Validitas konstruk mempersoalakan sejauh mana skorskor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoretis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut (Suryabrata 2005: 42) Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dan skor total aitem. 3.6.3
Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2006: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil tetap saja hasilnya akan sama.
73
Reliabilitas skala religiusitas dan angket kenakalan remaja dalam penelitian ini menggunakan reliabelitas internal karena hanya melakukan perhitungan berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2011: 42) pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji tingkat reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil pengujian melalui SPSS versi 17 diperoleh hasil untuk reliabilitas skala religiusitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,889. Untuk angket kenakalan remaja diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Kedua reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak untuk digunakan dalam penelitian.
3.7 Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 2 Juni 2013 diberikan kepada 28 siswa, yaitu siswa SMP Negeri 41 Semarang. Pemilihan subjek uji coba ini didasarkan pada kesamaan karakteristik populasi yang sebenarnya. Pelaksanaan uji coba ini menggunakan instrumen penelitian dengan jumlah total 96 aitem. Instrumen tersebut diisi dan dikembalikan saat itu juga, kemudian diolah untuk mengetahui aitem yang valid. Instrumen awal diujicobakan pada kelompok subjek yang kemudian peneliti mencoba melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat dalam instrumen penelitian. Setelah aitem diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data penelitian.
74
3.8 Metode Analisis Data Teknik análisis data pada penelitian ini dimulai dengan análisis deskriptif pada masing-masing variabel. Perhitungan análisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.12 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik Interval (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Keterangan: M
= Mean
Ϭ
= Standar Deviasi
X
= Skor Metode análisis data yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini
análisis regresi satu prediktor dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows. Alasan peneliti menggunakan análisis regresi satu prediktor dikarenakan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Rumus persamaan garis regresi adalah sebagai berikut: Y = X + K Keterangan: Y = nilai yang diprediksi atau kriterium X = nilai variabel prediktor a = bilangan koefisien prediktor K = bilangan konstan
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah merupakan salah satu tahap sebelum penelitian dilakukan.
Peneliti perlu memahami kancah atau tempat penelitian. Orientasi kancah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian tentang “Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan remaja “ ini dilaksanakan di SMP Negeri 02 Slawi yang berada di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo No. 8 Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 02 Slawi berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan. Ditemukan fakta bahwa siswa-siswa di SMP tersebut kerap melakukan tindak kenakalan yang berupa pelanggaran terhadap tata tertib atau aturan-aturan sekolah berdasarkan catatan yang ada di BK. SMP Negeri 02 Slawi merupakan Sekolah Menengah Pertama yang berdiri pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada tahun 1982 yang berada di bawah pimpinan Bapak Budiono, S.Pd. Sekolah ini memiliki bangunan seluas 10.043 M2 dan memiliki 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang LaboratoriumIPA, 1 Laboratotium Komputer, 1 ruang Ketrampilan serta 1 ruang Kesenian. Sedangkan untuk tenaga pendidiknya, SMP Negeri 02 Slawi memiliki tenaga pendidik/ guru yang berjumlah 44 orang dengan jumlah PNS = 42 dan
75
76
GTT = 2 , staff tata usaha yang berjumlah 18 orang dengan jumlah PNS = 8, PTT = 1 dan wiyata bhakti = 9.
4.2
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu persiapan
penelitian, penentuan subjek penelitian, pengumpulan data dan pelaksana skoring. 4.2.1
Persiapan Penelitian Salah satu prosedur awal dalam melakukan penelitian adalah perijinan.
Perijinan ini dilakukan terhadap pihak-pihak terkait yang nantinya terlibat dalam penelitian. Peneliti melakukan perijinan kepada pihak sekolah terkait yang akan menjadi tempat penelitian. Pertama peneliti meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dengan nomor 2751/UN37.1.1/PP/2013 yang ditujukan kepada Kepala SMP Negeri 02 Slawi. Peneliti tidak memiliki kesulitan yang cukup berarti selama proses perijinan. Surat ijin masuk ke SMP Negeri 02 Slawi pada hari Sabtu tanggal 15 Juni 2013 dan langsung mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian 2 hari berikutnya, yaitu hari senin tanggal 17 Juni 2013. 4.2.2
Penentuan Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
yang melakukan tindak kenakalan maupun melanggar aturan tata tertib sekolah yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi yang berjumlah 70 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling atau sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Melihat jumlah populasi
77
yang sedikit maka sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu sebanyak 70 siswa. 4.2.3 Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin-Kamis, yaitu pada tanggal 17 Juni 2013 sampai dengan 20 Juni 2013. Pengumpulan data menggunakan skala religiusitas dan angket kenakalan remaja. Skala religiusitas memiliki empat alternatif jawaban yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok jawaban yang menunjukkan tingkat kesetujuan dengan alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS) serta kelompok jawaban yang menunjukkan tingkat frekuensi kejadian dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (S) dan Selalu (S). Sedangkan angket kenakalan remaja memiliki empat alternatif jawaban yaitu jawaban a, jawaban b, jawaban c dan jawaban d. Setelah melalui pertimbangan item-item yang tidak valid dibuang dengan alasan karena setiap aspek masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-ietm yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan anlisis hasil penelitian kepada subjek yang sebenarnya, maka ditetapkan skala religiusitas berjumlah 31 item dan angket kenakalan remaja berjumlah 42 item dengan jumlah total item untuk penelitian sebanyak 73 item. 4.2.4
Pelaksanaan Skoring Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala dan angket yang
telah diisi responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah-langkah penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban
78
yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala religiusitas dan rentang skor nol sampai tiga pada angket kenakalan remaja yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan olah data yaitu uji hipotesis.
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil
penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk menghitung besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik), dan Standard Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah aitem, dan skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2010 : 108-109). Deskripsi ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab 1, permasalahan yang ingin diungkap adalah pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. 4.3.1
Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
kenakalan remaja yang disusun berdasarkan indikator. Gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau secara umum maupun spesifik (ditinjau berdasarkan indikator). Berikut ini merupakan
79
gambaran kenakalan remaja siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi yang ditinjau secara umum dan spesifik. 4.3.1.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kenakalan remaja adalah perbuatan menyimpang atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini statistik deskriptif kenakalan remaja dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja Descriptive Statistics N
Range
Kenakalan Remaja
70
Valid N (listwise)
70
Minimum
85
Maximum 8
Mean
93
Std. Deviation Variance
54.33
31.150 970.311
Gambaran kenakalan remaja dapat dilihat dari 8 indikaor dengan jumlah aitem sebanyak 42 butir, skor tertinggi 3 dan skor terendah 0 pada masing-masing aitem. Rentang minimumnya adalah 0 dan maksimumnya adalah 126 dengan mean teoretis 63 dan standar deviasi 21. Berikut perhitungannya: Jumlah aitem
: 42
Rentang maksimum : (jumlah item x skor tertinggi) = 42 x 3 = 126 Rentang minimum
: (jumlah item x skor terendah ) = 42 x 0 = 0
Mean Teoretis (M)
: (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (126 + 0 ): 2 = 63
80
Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6) : (126 – 0) : 6) = 21 Tabel 4.2 Kriteria Kenakalan Remaja Interval Skor (M + 1,0(Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Interval 84 ≤ X 42 ≤ X < 84 X < 42
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Sesuai dengan kriteria kenakalan remaja diatas, maka siswa yang memiliki skor 84 ≤ X berarti memiliki kenakalan remaja yang tinggi, skor 42 ≤ X < 84 berarti memiliki kenakalan remaja yang sedang dan skor X < 42 berarti memiliki kenakalan remaja yang rendah Tabel 4.3 Gambaran Kenakalan Remaja Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval Persentase Subjek 84 ≤ X 30 42,85% 42 ≤ X < 84 9 12,86% X < 42 31 44,29% Jumlah 70 100% Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa
kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak 30 siswa (42,85%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 9 siswa (12,86%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 31 siswa (44,29%). Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria rendah, yaitu sebesar 44,29%. Gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
81
Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Persentase (100%)
50 40 Tinggi
30 20
44.29%
42.85%
Sedang Rendah
10
12.86%
0 Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
4.3.1.2 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Berdasarkan Tiap Indikator Kenakalan remaja terdiri dari delapan indikator, yaitu terlambat masuk sekolah, membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai seragam tidak lengkap, tdak mengerjakan tugas, mengompas/memalak dan berkata tidak sopan kepada guru. Berikut ini merupakan deskripsi kenakalan remaja ditinjau dari masing-masing indikator. 4.3.1.2.1
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Terlambat Masuk sekolah Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator terlambat masuk sekolah dijelaskan sebagai berikut:
82
Tabel 4.4 Gambaran Terlambat Masuk Sekolah Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 6 ≤ X < 12 X<6 Jumlah
Subjek 24 18 28 70
Persentase 34,29% 25,71% 40% 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator terlambat masuk sekolah yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 34,29%, sedangkan 25,71% tergolong sedang dan sisanya 40% tergolong rendah. 4.3.1.2.2
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Membolos Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator membolos dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.5 Gambaran Membolos Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 6 ≤ X < 12 X<6 Jumlah
Subjek 22 17 31 70
Persentase 31,43% 24,28% 44,29% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator membolos yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 31,43%, sedangkan 24,28% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 44,29% masuk dalam kriteria rendah.
83
4.3.1.2.3
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator tidak masuk sekolah tanpa keterangan dijelaskan sebagai berikut Tabel 4.6 Gambaran Tidak Masuk Tanpa Keterangan Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 6 ≤ X < 12 X<6 Jumlah
Subjek 24 18 28 70
Persentase 34,29% 25,71% 40% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak masuk tanpa keterangan yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 34,29%, sedangkan 25,71% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 40% masuk dalam kriteria rendah. 4.3.1.2.4
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Merokok Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator merokok dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.7 Gambaran Merokok Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 6 ≤ X < 12 X<6 Jumlah
Subjek 24 7 39 70
Persentase 34,29% 10% 55,71% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator merokok yang tergolong rendah. Hal
84
tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 34,29%, sedangkan 10% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 55,71% masuk dalam kriteria rendah. 4.3.1.2.5
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Memakai Seragam Tidak Lengkap Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator memakai seragam tidak lengkap dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.8 Gambaran Memakai Seragam Tidak Lengkap Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 6≤X 3≤X<6 X<3 Jumlah
Subjek 32 22 16 70
Persentase 45,71% 31,43% 22,86% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator memakai seragam tidak lengkap yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 45,71%, sedangkan 31,43% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 22,86% masuk dalam kriteria rendah 4.3.1.2.6
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja berdasarkan Indikator
Tidak Mengerjakan Tugas Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator tidak mengerjakan tugas dijelaskan sebagai berikut:
85
Tabel 4.9 Gambaran Tidak Mengerjakan Tugas Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 6 ≤ X < 12 X<6 Jumlah
Subjek 28 27 15 70
Persentase 40% 38,57% 21,43% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak mengerjakan tugas yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 40%, sedangkan 38,57% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 21,43% masuk dalam kriteria rendah. 4.3.1.2.7
Gambaran
Kenakalan
Remaja
Berdasarkan
Indikator
Mengompas/Memalak Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator mengompas/memalak dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.10 Gambaran Mengompas/Memalak Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 8≤X 4≤X<8 X<4 Jumlah
Subjek 16 20 34 70
Persentase 22,86% 28,57% 48,57% 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator mengompas/memalak yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 22,86%, sedangkan 28,57% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 48,57% masuk dalam kriteria rendah.
86
4.3.1.2.8
Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator
Berkata Tidak Sopan Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator mengompas/memalak dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.11 Gambaran Berkata Tidak Sopan Kriteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval 10 ≤ X 5 ≤ X < 10 X<5
Persentase 20% 32,86% 47,14% 100%
Subjek 14 23 33 70
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator berkata tidak sopan yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 20%, sedangkan 32,86% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 47,14% masuk dalam kriteria rendah. Penjelasan secara deskriptif mengenai kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara ringkas pada tabel dibawah ini: Tabel 4.12 Rangkuman Deskriptif Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Indikator Kenakalan Remaja Terlambat Masuk Sekolah Membolos Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan Merokok Memakai Seragam Tidak Lengkap Tidak Mengerjakan Tugas Mengompas/Memalak Berkata Tidak Sopan
Tinggi 34,29% 31,43% 34,29% 34,29% 45,71% 40% 22,86% 20%
Kriteria Sedang 25,71% 24,28% 25,71% 10% 31,43% 38,57% 28,57% 32,86%
Rendah 40% 44,29% 40% 55,71% 22,86% 21,43% 48,57% 47,14%
87
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mayoritas kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah nemun lebih dominan berada dalam kriteria rendah. Penjelasan kategorisasi kenakalan remaja tiap indikator di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan indikator mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel kenakalan remaja dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap indikator. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor aitem pada tiap indikator dengan jumlah subjek. Adapun perbandingan mean empirik tiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Perbandingan Mean Empirik Tiap Indikator Kenakalan Remaja
Descriptive Statistics Std. N
Range Minimum Maximum
Mean
Deviation
Variance
Terlambat Masuk Sekolah
70
17
0
17
8.34
5.189
26.924
Membolos
70
16
0
16
7.46
5.542
30.716
70
17
0
17
8.07
4.950
24.502
Merokok
70
18
0
18
6.04
6.630
43.955
Seragam Tidak Lengkap
70
9
0
9
4.91
2.696
7.268
Tidak Mengerjakan Tugas
70
17
1
18
10.03
4.527
20.492
Mengompas
70
12
0
12
4.07
3.613
13.053
Berkata Tidak sopan
70
14
0
14
5.40
4.395
19.316
Valid N (listwise)
70
Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah indikator tidak mengerjakan tugas dengan
88
mean empirik sebesar 10,03 yang berarti indikator tidak mengerjakan tugas mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya kenakalan remaja. 4.3.2
Gambaran Religiusitas pada Siswa kelas VIII Di SMP Negeri 02 Slawi Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
religiusitas yang disusun berdasarkan indikator pada masing-masing aspek. Gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau secara umum maupun spesifik (ditinjau berdasarkan aspek). Berikut ini merupakan gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi yang dtinjau secara umum dan spesifik. 4.3.2.1 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Religiuistas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Berikut ini statistik deskriptif religiusitas dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows: Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Religiusitas Descriptive Statistics N
Range
Religiusitas
70
Valid N (listwise)
70
38
Minimum 76
Maximum 114
Mean 91.84
Std. Deviation 9.437
Variance 89.062
89
Gambaran religiusitas dapat dilihat dari 4 aspek dengan jumlah aitem sebanyak 31 butir, skor tertinggi 4 skor terendah 1 pada masing-masing aitem. Rentang maksimumnya adalah 124 dan rentang minimumnya adalah 31 dengan mean teoretis 77,5 dan standar deviasi () 15,5. Berikut perhitungannya : Jumlah aitem
: 31
Skor tertinggi
:4
Skor terendah
:1
Rentang maksimum : 31 x 4 = 124 Rentang minimum
: 31 x 1 = 31
Mean Teoretis (M)
: (Skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (124 + 31) : 2 = 77,5
Standar Deviasi ()
: (Skor tertinggi – skor terendah) : 6 : (124 – 31) : 6 = 15,5 Tabel 4.15 Kriteria Religiusitas
Interval Skor (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Interval 93 ≤ X 62 ≤ X < 93 X < 62
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Sesuai dengan kriteria religiusitas diatas, maka siswa yang memiliki skor 93 ≤ X berarti memiliki religiusitas yang tinggi, skor 62 ≤ X < 93 berarti memiliki religiusitas yang sedang dan skor X < 62 berarti memiliki religiusitas yang rendah.
90
abel 4.16 Gambaran Religiusitas Siswa Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 93 ≤ X 62 ≤ X < 93 X < 62 Jumlah
Subjek 33 37 0 70
Persentase 47,14% 52,86% 0 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa religiusitas pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak 33 siswa (47 %), berada dalam kriteria sedang sebanyak 37 siswa (52,86%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 0 siswa (0%). Kesimpulannya uraian diatas menunjukkan bahwa religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 52,86%. Gambaran religiusitas pada siswa SMP N 02 Slawi dapat dilihat pada gambar berikut :
Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Persentase (100%)
60 50 40 30
Tinggi 47.14%
Sedang
52.86%
Rendah
20 10 0%
0 Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.2 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
91
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Religiusitas terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengamalan daan dimensi pengalaman. Berikut ini merupakan deskripsi religiusitas ditinjau dari masing-masing dimensi. 4.3.2.2.1
Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Keyakinan
Keyakinan menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agama-agamanya. Guna melihat gambaran keyakinan siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi digunakan 4 aitem yang menggambarkan keyakinan siswa dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.17 Gambaran Keyakinan Siswa Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 12 ≤ X 8 ≤ X < 12 X<8 Jumlah
Subjek 40 29 1 70
Persentase 57,14% 41,43% 1,43% 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keyakinan pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak 40 siswa (57,14%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 29 siswa (41,43%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 1 orang (1,43%). Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa keyakinan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 57,14%. 4.3.2.2.2 Agama
Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Praktek
92
Praktek agama menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Guna melihat gambaran praktek agama pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi digunakan 11 aitem yang menggambarkan praktek agama siswa dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.18 Gambaran Praktek Agama Siswa Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 33 ≤ X 22 ≤ X < 33 X < 22 Jumlah
Subjek 25 45 0 70
Persentase 35,71% 64,29% 0% 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa praktek agama pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak 25 siswa (35,71%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 45 siswa (64,29%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa praktek agama pada siswa kelas VIII di SMP negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 64,29%. 4.3.2.2.3
Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Pengamalan
Pengamalan menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Guna melihat gambaran pengamalan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi digunakan 8 aitem yang menggambarkan pengamalan siswa dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
93
Tabel 4.19 Gambaran Pengamalan Siswa Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 24 ≤ X 16 ≤ X < 24 X < 16 Jumlah
Subjek 27 43 0 70
Persentase 38,57% 61,43% 0% 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengamalan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak 27 siswa (38,57%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 43 siswa (61,43%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa pengamalan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 61,43%. 4.3.2.2.4
Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Pengalaman
Pengalaman menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan serta pengalaman-pengalaman religius. Guna melihat gambaran pengalaman pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi digunakan 8 aitem yang menggambarkan pengalaman siswa dari skala religiusitas Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.20 Gambaran Pengalaman Siswa Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Interval 24 ≤ X 16 ≤ X < 24 X < 16 Jumlah
Subjek 61 9 0 70
Persentase 87,14% 12,85% 0% 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi
94
sebanyak 61 siswa (87,14%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 9 siswa (12,86%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa pengalaman pada siswa kelas VIII SMP negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 87,14%. Penjelasan secara deskriptif mengenai religiusitas siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara ringkas pada tabel di bawah ini: Tabel 4.21 Rangkuman Deskriptif Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Aspek Religiusitas Keyakinan Praktek Agama Pengamalan Pengalaman
Tinggi 57,14% 35,71% 38,57% 87,14%
Kriteria Sedang 41,43% 64,29% 61,43% 12,85%
Rendah 1,43% 0% 0% 0%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas religiusitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kategori tinggi sampai dengan sedang. Penjelasan kategorisasi religiusitas tiap aspek di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan aspek mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel religiusitas dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap aspek. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor aitem pada tiap indikator dengan jumlah subjek. Adapun perbandingan mean empirik tiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
95
Tabel 4.22 Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Religiusitas Descriptive Statistics Std. N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
Variance
keyakinan
70
9
7
16
12.04
2.067
4.273
pengalaman
70
12
19
31
26.21
2.653
7.040
praktek agama
70
18
24
42
31.10
4.505
20.294
pengamalan
70
15
16
31
22.49
3.930
15.442
Valid N (listwise)
70
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah aspek praktek agama dengan mean empirik sebesar 31,10 yang berarti aspek praktek agama mempunyai pengaruh terbesar dalam mempengaruhi tinggi rendahnya kenakalan remaja
4.4 Pengujian Hipotesis (Analisis Data Inferensial) 4.4.1 Hasil Uji Asumsi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap
kenakalan
remaja.
Simpulan
yang
dihasilkan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memulai analisis data adalah memperhatikan data yang akan diolah dengan memeriksa keabsahan sampel, yaitu menguji normalitas dan linieritas. 4.4.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
96
atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov. Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Religiusitas N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Kenakalan Remaja 70
70
Mean
91.84
54.33
Std. Deviation
9.437
31.150
Absolute
.123
.258
Positive
.123
.135
Negative
-.060
-.258
1.029
2.160
.241
.000
a. Test distribution is Normal.
Menentukan normal atau tidaknya sebaran data berdasarkan acuan jika p > 0,05 maka sebaran data dinyatakan normal dan jika p<0,05 maka sebaran data dinyatakan tidak normal. Uji normalitas terhadap skala religiusitas diperoleh koefisien K-S-Z sebesar 1.029 dengan nilai signifikansi 0,241 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data pada skala religiusitas berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas pada angket kenakalan remaja diperoleh koefisien K-SZ sebesar 2.160 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data pada angket kenakalan remaja berdistribusi tidak normal.
97
4.4.1.2 Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan Y membentuk garis linier atau tidak. Untuk menguji linieritas tersebut, digunakan SPSS Versi 17.0 For Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya sebaran adalah jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan linier, dan jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linier. Hasil uji coba linieritas disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.24 Hasil Uji Linieritas Kenakalan Remaja * Religiusitas Between Groups (Combined)
Deviation from Linearity
Linearity
Within Groups
Total
66951.443 69
Sum of Squares Df
57274.021 29
39755.601 1
17518.420 28
9677.422 40
Mean Square
1974.966
39755.601
625.658
241.936
F
8.163
164.323
2.586
Sig
.000
.000
.003
Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh F sebesar 164.323 dengan p = 0.000. dikarenakan p<0.05 maka pola hubungan antar variabel religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa adalah linier. 4.4.2 Hasil Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
98
koefisien korelasi product moment dari Pearson kemudian dilanjutkan dengan uji regresi dengan bantuan SPSS Versi 17.0 for windows. Tabel 4.25 Hasil Uji Korelasi Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Correlations
Religiusitas Religiusitas
Pearson Correlation
Kenakalan Remaja 1
Sig. (2-tailed) N Kenakalan Remaja
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.771
**
.000 70
70
**
1
-.771
.000 70
70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui koefisien korelasi religiusitas dengan kenakalan remaja sebesar r = -0,771 dengan taraf signifikansi p = 0,000 dimana p < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi” diterima. Nilai koefisisen korelasi negatif, hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan penurunan suatu variabel yang lain, sedangkan penurunan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan suatu variabel lain. Artinya, tingginya nilai religiusitas selalu diikuti dengan rendahnya kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Begitu pula sebaliknya, rendahnya nilai religiusitas selalu diikuti dengan tingginya kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi.
99
Selanjutnya untuk mengetahui hasil uji pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.26 Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
39755.601
1
39755.601
Residual
27195.842
68
399.939
Total
66951.443
69
F
Sig.
99.404
.000
a
a. Predictors: (Constant), Religiusitas b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa F hitung sebesar 99.404 dengan taraf signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kenakalan remaja. Hal ini menunjukkan ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Untuk mengetahui besarnya pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.27 Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R .771
R Square a
Adjusted R Square
.594
.588
a. Predictors: (Constant), Religiusitas b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
Std. Error of the Estimate 19.99847
R Square Change .594
F Change 99.404
df1
Sig. F Change
df2 1
68
.000
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai regresi antara variabel religiusitas dan kenakalan remaja (R) sebesar 0,771, sedangkan koefisien determinansinya (R Square) sebesar 0,594. Hasil ini menunjukkan bahwa 59,4% kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh religiusitas. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua, kurangnya pendidikan, komunitas/kelas sosial, kurangnya pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan untuk persamaan garis regresinya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1
(Constant) Religiusitas
Std. Error
287.929
23.552
-2.543
.255
Coefficients Beta
t
-.771
Sig.
12.225
.000
-9.970
.000
a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
Pada kolom Unstandardized Coefficients (B) diperoleh persamaan garis regresi: Y = 287.929 – 2.543 X Dimana: Y : variabel kenakalan remaja X : variabel religiusitas
101
a : konstanta sebesar 287.929 menyatakan bahwa jika koefisien variabel religiusitas (X) dianggap nol, maka nilai variabel kenakalan remaja (Y) sebesar 287.929 b : koefisien regresi sebesar -2.543 menyatakan bahwa setiap pengurangan (karena tanda -) koefisien variabel religiusitas (X) sebesar 1, maka akan terjadi penurunan atau pengurangan nilai kenakalan remaja (Y) sebesar -2.543 Selain itu pada tabel coeffiisient terlihat bahwa pada kolom significance adalah 0,000 (p<0,05), maka hipotesis alternative (Ha) yang diajukan diterima atau koefisien regresi signifikan, hal ini berarti tingkat religiusitas benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kenakalan remaja.
4.5 Pembahasan 4.5.1
Pembahasan Analisis Deskriptif Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
4.5.1.1 Analisa Deskripsi Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kenakalan remaja adalah semua perbuatan menyimpang atau pelanggaran yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan hukum dan menyalahi norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Secara umum kenakalan remaja dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kenakalan ringan/biasa, kenakalan sedang dan kenakalan berat/khusus. Kenakalan
102
ringan biasa yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar lingkungan tempat individu berada, misalnya lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga. Kenakalan sedang yaitu kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan masayarakat dan kenakalan berat yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah namun lebih dominan berada pada kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa masuk pada kriteria tinggi yaitu sebesar 31 siswa dan sebesar 30 siswa masuk kriteria rendah serta sisanya 9 siswa masuk pada kriteria sedang. Adapun berdasarkan perhitungan mean empiris kenakalan remaja diperoleh nilai 54,33 yang apabila diletakkan ke dalam ukuran mean hipotetik, maka hasilnya berada pada kriteria sedang yaitu pada rentang 42 ≤ X < 84, namun lebih cenderung ke arah rendah. Artinya bahwa sebagian besar siswa yaitu sebesar 44,29% siswa mampu menaati segala aturan-aturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Data yang diperoleh mengungkapkan hasil yang lebih rinci mengenai kenakalan remaja dibagi dalam perilaku berbeda maka ditemukan bagaimana siswa melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam penelitian ini memiliki delapan indikator yaitu terlambat masuk sekolah, membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai
103
seragam tidak lengkap, tidak mengerjakan tugas, mengompas/memalak dan berkata tidak sopan. Indikator yang pertama yaitu terlambat masuk sekolah pada siswa berada pada kriteria rendah yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Mereka lebih menitikberatkan perilaku disiplin sehingga mereka berusaha datang ke sekolah tepat waktu. Indikator yang kedua yaitu membolos. Membolos pada siswa juga berada pada kriteria rendah yaitu sebesar 44,29%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siwa mampu mengikuti pelajaran dengan baik sampai selesai. Mereka merasa nyaman dan senang dengan cara mengajar guru mereka, sehingga hal inilah yang menyebabkan siswa merasa betah untuk mengikuti pelajaran tersebut sampai selesai. Indikator yang ketiga yaitu tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Tidak jauh berbeda dengan kedua kenakalan remaja yang sudah dibahas, pada indikator ini mayoritas siswa memiliki perilaku tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang cukup baik. Artinya mereka selalu memberikan keterangan kepada pihak sekolah ketika mereka tidak masuk sekolah. Hal ini dibuktikan dari persentase tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang berada pada kategori rendah yaitu sebesar 40%. Indikator yang keempat yaitu merokok di lingkungan sekolah. Merokok di lingkungan sekolah pada siswa berada pada kriteria rendah yaitu dengan persentase 55,71% . Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menjaga dirinya
104
dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya dengan cara menaati segala aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah salah satunya dengan tidak merokok ketika mereka berada di lingkungan sekolah. Selain itu mereka juga cukup menyadari akan bahaya rokok bagi kesehatan mereka. Indikator yang kelima yaitu memakai seragam tidak lengkap. Berbeda dengan indikator-indikator sebelumnya, memakai seragam tidak lengkap pada siswa berada pada kriteria tinggi. Hal ini dibuktikan dari persentase yang diperoleh sebesar 45,71%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa cenderung menyepelekan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti hal ini juga bisa disebabkan karena seringnya mereka menonton acara sinetron di televisi sehingga mereka mengikuti gaya berpakaian yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti memakai seragam dengan ukuran yang cukup ketat dan memakai rok di atas lutut. Indikator yang keenam yaitu tidak mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang keenam berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kerap tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan analisa aitem yang termasuk indikator tidak mengerjakan tugas, didapatkan kesimpulan bahwa mayoritas siswa tidak mengerjakan tugas dikarenakan mereka lupa akan tugas tersebut. Indikator yang ketujuh yaitu mengompas/memalak. Berdasarkan hasil analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang ketujuh berada pada kriteria
105
rendah yaitu dengan persentase 48,57%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu mengendalikan dirinya untuk tidak merugikan orang lain. Indikator yang kedelapan yaitu berkata tidak sopan. Berdasarkan hasil analisis deskripsi penelitian bahwa indikator kedelapan berada pada kriteria rendah yaitu sebesar 47,14%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berbicara siswa mampu menjaga ucapannya. Tiap indikator mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya kenakalan remaja. Berdasarkan perbandingan mean empiris tiap indikator kenakalan remaja, indikator tidak mengerjakan tugas memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti siswa yang tidak mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja menjadi tinggi dan siswa yang mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja menjadi rendah. Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif, kenakalan remaja berada pada kriteria rendah. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan karena salah satu indikator kenakalan remaja, yaitu indikator merokok memiliki pengaruh besar terhadap hasil penelitian. Berdasarkan analisis hasil perhitungannya diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa semua siswa perempuan yang menjadi sampel dalam penelitian ini menjawab “tidak pernah” sebesar 31,42% untuk semua aitemaitem pada indikator merokok. Hal ini membuktikan bahwa kenakalan remaja dilihat dari indikator merokok menyumbang pengaruh yang cukup besar terhadap hasil penelitian sehingga menyebabkan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII termasuk dalam kriteria rendah.
106
Analisa lain mengenai penyebab rendahnya kenakalan remaja pada hasil penelitian dikarenakan ada beberapa siswa yang bersikap faking good, mereka berpura-pura baik dalam menjawab instrumen penelitian. Berdasarkan tanggapan dari siswa tersebut, mayoritas siswa beranggapan bahwa hasil penelitian tersebut akan dilaporkan kepada guru pembimbing sehingga dikhawatirkan hasilnya akan mempengaruhi nilai akademik mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka dalam menjawab instrumen penelitian tidak sesuai dengan keadaan yang ada dalam diri mereka sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut, kenakalan remaja pada siswa tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menaati segala peraturanperaturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. 4.5.1.2 Analisa Deskripsi Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP negeri 02 Slawi Religiusitas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Religiusitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala religiusitas, semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi religiusitas pada subjek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah religiusitas yang ada pada diri subjek. Hasil penelitian menunjukkan religiusitas siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria sedang sebesar 33 siswa dan 37 siswa berada pada kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang. Adapun berdasarkan perhitungan
107
mean empiris religiusitas diperoleh nilai 91,84 yang apabila diletakkan ke dalam ukuran mean teoritik, maka hasilnya juga berada pada kriteria sedang yaitu antara rentang 62≤ X< 93. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam memahami dan menerapkan ajaran agamanya,
sehingga perilaku yang
dimunculkan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Gambaran religiusitas ditinjau secara spesifik melalui dimensi-dimensinya. Dimensi yang pertama yaitu keyakinan. Dimensi keyakinan menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agama-agamanya. Terutama terhadap ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Berdasarkan hasil analisis deskripsi dimensi keyakinan pada subjek berada pada kriteria tinggi yaitu sebesar 57,14%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek meyakini dan mempercayai hal-hal yang sifatnya fundamental dan dogma dalam agama. Sebisa mungkin mereka menghindari perbuatan-perbutaan yang dilarang oleh agama. Karena mereka percaya setiap perbuatannya akan dihubungkan dengan kehidupan alam akhirat yang bersifat abadi. Begitu juga ketika mereka dihadapkan pada fenomena kenakalan-kenakalan yang disebabkan oleh remaja, karena kenakalan remaja adalah perbuatan yang melanggar perintah agama. Dimensi yang kedua yaitu dimensi praktek agama. Dimensi praktek agama menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatankegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Berdasarkan hasil analisis deskripsi dimensi praktek agama pada subjek berada pada kriteria sedang yaitu sebesar 64,29%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup mampu mengerjakan kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh agamanya.
108
Mereka juga cukup taat dalam melaksanakan perintah-perintah yang diwajibkan oleh agamanya. Sehingga mereka cukup dapat mengendalikan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara menaati peraturan-peraturan yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Dimensi yang ketiga yaitu dimensi pengamalan. Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Berdasarkan hasil analisis deskripsi dimensi pengamalan pada subjek berada pada kriteria sedang yaitu sebesar 61,43%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup termotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari. Mereka
cukup
mampu
mengamalkan
ajaran-ajaran
agama
yang
telah
didapatkannya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya tersebut. Dimensi yang terakhir yaitu dimensi pengalaman. Dimensi ini menujuk pada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaanperasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Berdasarkan analisis deskripsi penelitian dimensi pengalaman pada subjek berada pada kriteria tinggi yaitu 87,14%. Hal ini menunjukkan bahwa mereka cukup mampu merasakan kedekatan/keakraban dengan Allah, mereka terkadang merasakan bahwa segala doa-doa yang mereka panjatkan dikabulkan oleh Allah. Sebagian dari mereka juga merasakan
adanya
pengalaman-pengalaman
yang
religius
yang
dapat
meningkatkan kadar keimanan mereka kepada Allah. Tiap
indikator
mempunyai
pengaruh
terhadap
tinggi
rendahnya
religiusitas. Berdasarkan perbandingan mean empiris tiap dimensi religiusitas,
109
dimensi praktek agama memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti siswa yang melakukan praktek agama akan membuat tingkat religiusitas menjadi tinggi dan mahasiswa yang tidak melakukan praktek agama akan membuat tingkat religiusitas menjadi rendah. 4.5.2
Pembahasan Analisis Inferensial Religiusitas Dengan Kenakalan Remaja Pada Siswa SMP Negeri 02 Slawi Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan
ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Hasil korelasi antara religiusitas dengan kenakalan remaja menunjukan bahwa hubungan antara religiusitas dengan kenakalan remaja menunjukkan hubungan negatif yang signifikan. Artinya adalah hubungan antara kedua variabel tidak linier atau tidak searah, jadi jika variabel X tinggi maka variabel Y rendah yang dalam hal ini jika variabel religiusitas tinggi maka variabel kenakalan remaja rendah atau jika variabel religiusitas rendah maka variabel kenakalan remaja tinggi. Hubungan yang signifikan tersebut didukung dengan adanya nilai regresi antara variabel religiusitas dan kenakalan remaja (R) sebesar 59,4% kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh religiusitas. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua, kurangnya pendidikan, komunitas/kelas sosial, kurangnya pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. .
110
Berdasarkan koefisien korelasi dan nilai signifikansi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri Slawi memiliki korelasi negatif. Siswa yang memiliki religiusitas yang tinggi akan memiliki kenakalan remaja yang rendah. Sebaliknya, siswa yang memiliki religiusitas rendah akan memiliki kenakalan remaja yang tinggi. Hasil tersebut sejalan dengan teori yang mendukung dalam penelitian ini bahwa kenakalan remaja disebabkan karena sebagian besar remaja lalai menunaikan perintah agama (Sudarsono 2008: 120). Sejalan dengan teori tersebut, Daradjat (dalam Setya 2009: 43) berpendapat bahwa tingkah laku menyimpang dapat terjadi karena tingkat religiusitas yang ada dalam diri individu rendah. Senada dengan pendapat Darajdat, Jalaluddin (2002: 82) mengatakan bahwa nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi kekosongan batin pada diri remaja terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja sulit untuk menentukan pilihan
yang tepat,
sehingga
peluang munculnya perilaku
menyimpang terbuka lebar. Kaitannya dengan perilaku menyimpang, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul “Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal” (Andisty dan Ritandiyono 2008: 173). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah
111
perilaku seks bebasnya. Sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2007: 46) yang berjudul “Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Agresif pada Remaja”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkorelasi negatif dengan perilaku agresif pada remaja. Jadi semakin tinggi religiusitas seorang remaja maka semakin rendah perilaku agresifnya dan begitu pula sebaliknya atau dapat dikatakan bahwa perilaku agresif pada remaja akan semakin meningkat dengan sangat signifikan berlawanan dengan religiusitasnya. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko (2007) yang berjudul “Intensi Melakukan Hubungan Seksual Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Religiusitas”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas dengan intensi melakukan hubungan seksual pranikah pada mahasiswa dimana semakin tinggi religiusitas, maka semakin rendah intensi melakukan hubungan seksual pranikah pada mahasiswa dan sebaliknya semakin rendah religiusitas, maka semakin tinggi intensi melakukan hubungan seksual pranikah pada mahasiswa. Berdasrakan ketiga hasil penelitian tersebut dapat mendukung temuan penelitian ini, bahwa tingginya religiusitas yang ada dalam diri siswa menunjukkan rendahnya kenakalan remaja pada diri siswa. Individu dengan religiusitas tinggi akan mampu memandang, memahami dan mengerti dirinya sendiri, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya. Dengan ini individu mampu mengembangkan fitrah yang
112
ada pada dirinya, salah satunya fitrah keberagamaan. Dimana keberagamaan bukan hanya sebagai kewajiban melainkan juga sebagai kebutuhan inidividu yang tidak dapat terabaikan dan harus dipenuhi. Namun pada individu yang memiliki religiusitas rendah, mereka tidak mampu mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Sutoyo (2009: 99-100) yang menyatakan bahwa individu yang melakukan kenakalan remaja disebabkan karena fitrah iman yang ada pada diri individu tidak bisa berkembang dengan sempurna, dan atau imannya berkembang tetapi tidak berfungsi dengan baik. Sebab iman yang berkembang dengan sempurna tentu mampu berfungsi sebagai pemberi arah, pendorong dan sekaligus pengendali bagi fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang pada akhirnya akan melahirkan kecenderungan untuk berperilaku positif. Tingkat religiusitas itu sendiri meliputi keyakinan yang mengungkapkan tentang keyakinan atau kepercayaan seseorang, melakukan ritual kegiatan keagamaan sesuai ajaran agama, adanya pengalaman rohani yang diyakini akan kebesaran Tuhan dan sejauhmana seseorang berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Dengan semua sikap tersebut, tentunya remaja dapat mengendalikan dirinya agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ajaran-ajaran agamanya. Menurut Jalaluddin (2002: 83) ajaran agama mampu menampilkan nilainilai yang berkaitan dengan peradaban manusia secara utuh. Didalamnya terkemas aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara berimbang. Pada aspek kognitif nilai-nilai
ajaran
agama
diharapkan
dapat
mendorong
remaja
untuk
mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal. Sedangkan pada
113
aspek afektif diharapkan nilai-nilai agama dapat memperteguh sikap dan perilaku keagamaan. Demikian pula aspek psikomotor diharapkan akan mampu menanamkan keterikatan dan keterampilan lakon keagamaan. Andisty dan Ritandiyono (2008: 173) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat religiusitas yang rendah, tidak menghayati ajaran agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilakunya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi maka akan memandang agamanya sebagai tujuan utama hidupnya, sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari. Hal tersebut dapat dipahami karena agama mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Jalaluddin (2002: 75) menyatakan bahwa tingkat religiusitas pada diri remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Apabila remaja memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini berarti remaja memiliki potensi untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kenakalan-kenakalan terhadap ajaran agama yang dianutnya. Singkatnya kenakalan remaja disebabkan karena rendahnya tingkat religiusitas yang ada pada diri remaja tersebut. Remaja yang kerap melakukan tindak kenakalan disebabkan karena remaja kurang memiliki pengalaman tentang ajaran-ajaran agamanya dan kurangnya keyakinan yang kuat pada diri mereka akan keberadan Tuhan sehingga
114
perilaku yang dimunculkan tidak pernah disesuaikan dengan ajaran agama yang dianutnya.
4.6 Keterbatasan Penelitian Setiap penelitian memiliki keterbatasan masing-masing, hal ini dilakukan untuk mengatasi ruang lingkup penelitian agar tidak meluas dan menjadi lebih spesifik. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: 1. Instrumen penelitian melibatkan aitem-aitem yang berjumlah cukup banyak sehingga diperkirakan ada beberapa subyek yang mengalami kebosanan dalam melakukan pengisian skala sehingga pengisian skala dilakukan secara sembarangan. 2. Adanya identitas responden yang disertakan dalam pengisian instrument diduga memberi pengaruh terhadap kecenderungan responden untuk bersikap faking good (berpura-pura baik) sehingga mempengaruhi hasil penelitian. 3. Ada beberapa aitem yang bersifat ambigu, sehingga dimungkinkan akan mempengaruhi hasil penelitian. 4. Skala religiusitas yang disusun oleh peneliti masih kurang lengkap karena tidak memasukkan dimensi pengetahuan.
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Terdapat pengaruh antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi. 2. Religiusitas memberikan sumbangan efektif terhadap kenakalan remaja sebesar 59,4%. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Faktor lain tersebut antara lain faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua, kurangnya pendidikan, komunitas/kelas sosial, kurangnya pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria rendah yaitu sebesar 31 siswa. Namun ada pula beberapa siswa yang masuk pada kriteria tinggi yaitu 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang mampu mematuhi peraturan-peratutan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dan ada beberapa siswa yang tidak mampu mematuhi peraturan-peraturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Kriteria tertinggi untuk kenakalan remaja terdapat pada indikator tidak mengerjakan tugas.
115
116
4. Religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam memahami dan menerapkan ajaran agamanya, sehingga perilaku yang dimunculkan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kriteria tertinggi untuk religiusitas terdapat pada aspek praktek agama.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Bagi sekolah yang memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi atau religiusitas
rendah
diharapkan
dapat
menyusun,
menciptakan
dan
menggalakan program, strategi dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan religiusitas atau keagamaan siswa. Program yang disusun hendaknya tidak dijadikan formalitas saja, namun harus diikuti dengan pelaksanaan dan pengamalan dari program tersebut. Pelaksanaan program tersebut hendaknya didukung oleh berbagai pihak dalam sekolah. 2. Bagi Guru Hendaknya guru BK dapat terus memberikan perhatian khusus dan pembinaan kepada siswa yang sering mengalami masalah pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beraktivitas di lingkungan sekolah diharapkan dapat mengawasi siswasiswanya agar pelanggaran dapat diminimalkan.
117
3. Bagi Siswa Diharapakan para siswa mampu membentengi diri mereka dari perilaku kenakalan remaja dengan meningkatkan religiusitasnya dengan cara meningkatkan keyakinan terhadap Allah, meningkatkan frekuensi ibadah, meningkatkan penghayatan terhadap agama dan selalu bersikap sesuai dengan ajaran agamanya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan penelitian serupa hendaknya lebih memperhatikan kelemahan pada skala yang disebar kepada subjek sebaiknya tidak mencantumkan nama subjek (anonim) untuk menghindari kecenderungan faking good yang memberi kesan ingin dinilai baik oleh orang lain serta lebih memperhatikan kalimat yang sesuai untuk digunakan pada instrumen penelitian (aitem) agar instrumen penelitian (aitem) tidak bersifat ambigu . b. Melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih beragam dari segi umur atau tingkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan sampel siswa SMP kelas VIII. c. Peneliti menyarankan agar mengungkap dimensi religiusitas yang diduga berpengaruh terhadap kenakalan remaja pada siswa. Dimensi yang tidak terungkap dalam penelitian ini yang menurut peneliti penting dan berhubungan dengan kenakalan remaja yaitu dimensi pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori Suroso. 1995. Psikologi Islam Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Andisti, Miftah A. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 2. Hlm. 170-176 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________________. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Christiawan, A. Devi. 2007. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Katolik Soegijapranata. Desmita. 2008. Psikologi ROSDAKARYA.
Perkembangan.
Bandung:
PT
REMAJA
Djatmiko, Antonius T.H. 2007. Intensi Melakukan Hubungan Seksual Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Katolik Soegijapranata. Faridh, Ridhayati. 2008. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja. Naskah Publikasi. Diterbitkan. Universitas Islam Indonesia. Gunarsa, Singgih D dan Singgih D. gunarsa. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir Untuk Istrumen Angket, Tes Dan Skala Nilai Dengan BASICA. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: ERLANGGA. Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama Edisi Revisi 2002. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
118
119
Kausar,A.et all. 2012. Personality Traits and Juvenil Delinquency in Punjab, Pakistan. International Conference on Business, Economics, Management and Behavioral Sciences Journal. Vol 7-8 Hlm. 487. Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju. ______________. 2011. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Monks dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: GADJAHMADA UNIVERSITY PRESS. Mulyono, Y. Bambang. 1993. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kansius. Purnama, Tata Septayuda. 2011. Hubungan Aspek Religiusitas dan Aspek Dukungan Sosial terhadap Konsep Diri Selebriti di Kelompok Pengajian Orbit Jakarta. Tesis Universitas Diponegoro. Purwandari, Eny. 2011. Keluarga, Kontrol Sosial, dan "STRAIN" : Model Kontinuitas Delinquency Remaja. Jurnal Humanitas. Vol.VIII No 01. Hlm. 31 Rafelino,Riki. 2007. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Masturbasi pada Remaja di Yogyakarta. Naskah Publikasi. Diterbitkan. Universitas Islam Indonesia. Rumengan, Ludia Swastika. 2010. Tingkah Laku Prososial Mahasiswa Terhadap Pengemis ditinjau dari Tingkat Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Katolik Soegijapranata. Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: ERLANGGA. Sarwono, Sarlito. W. 2010. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Setya, Rizky Aditya Chandra. 2009. Perilaku Seksual Buruh Pabrik Yang Tinggal di Tempat Kos ditinjau dari Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Katolik Soegijapranata. Simadjuntak. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito. Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
120
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : ALFABETA. _______. 2010. Metode Penelitian (Pendekatakn Kuantitaif Kualitiatif Dan R&D). Bandung: ALFABETA. Sujoko. 2010. Hubungan antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua dan Interaksi Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. Tesis Universitas Setia Budi Surakarta. Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: ANDI Sutoyo, Anwar. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami Teori & Praktik. Semarang: CV. Widya Karya Semarang. Widiyanta, Ari. 2005. Sikap Terhadap Lingkungan dan Religiusitas. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Vol. 1 No.2. Hlm. 80 Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya. http:// auliatj Siswa-Indonesia.net (accessed 08/09/2012) http:// bandung detik.com (accessed 14/02/2013) http:// detik.com (accessed 14/02/2013) http:// m.merdeka.com (accessed 14/02/2013) http:// Republika.co.id (accessed 08/09/2012)
121
LAMPIRAN
122
Lampiran 1: Instrumen Penelitian
123
No:
SKALA PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
124
Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala ini. Skala ini terdiri dari tiga bagian yaitu skala I dan skala II serta angket. Cara menjawabnya akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya mengharapkan agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada pernyataan yang terlewati untuk dijawab. Dalam mengisi skala dan angket ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan demikian sudilah
kiranya
anda
memberikan
jawaban
sendiri,
jujur,
dan
tanpa
mendiskusikannya dengan orang lain Kesediaan anda untuk mengisi skala dan angket ini merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya,
(Atika Oktaviani Palupi)
125
IDENTITAS DIRI
Silahkan anda mengisi identitas diri anda terlebih dahulu: Nama/ Inisial
:…..……………………………
Jenis kelamin
:..………………………………
Kelas
: ..………………………………
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Pada skala ini terdapat 24 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia dikanan dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang sebenarnya. Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan jawaban yang tersedia: SS : Sangat Sesuai S
: Sesuai
TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai Contoh Pengisian Skala: No
Pernyataan
1
Saya ragu terhadap keberadaan surga dan
SS
S
TS
STS
neraka
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban No
Pernyataan
1
Saya ragu terhadap keberadaan surga dan neraka
SS
S
TS
STS
126
No Pernyataan 1 Dengan melaksanakan semua kewajiban yang
diperintahkan Allah membuat saya merasa dekat dengan Allah 2
Saya merasa Allah tidak adil pada saya padahal saya
selalu
menjalankan
perintah-Nya
dan
menjauhi larangan-Nya 3
Ragu terhadap adanya malaikat merupakan hal yang wajar, sebab malaikat tidak dapat dilihat menggunakan mata secara langsung
4
Ketika mendapatkan musibah yang berat, saya berusaha dan memasrahkan hasilnya kepada Allah
5
Dengan melihat berbagai ciptaan Allah, saya semakin yakin bahwa Allah itu ada
6
Dengan menaati segala perintah Allah, saya merasa nyaman dan tenang
7
Saya yakin aka nada kehidupan di akhirat setelah kehidupan dunia berakhir
8
Kesulitan-kesulitan dalam hidup yang sedang saya
hadapi
membuat
saya
semakin
mendekatkan diri saya kepada Allah 9
Saya merasa
musibah
yang saya alami
merupakan bentuk ketidakadilan Allah pada saya 10
Setiap kali mengingat Allah saya merasa nyaman dan bahagia
11
Saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri saya merupakan takdir Allah
12
Saya merasa orang-orang yang sembuh dari penyakitnya semata-mata karena usahanya sendiri
SS
S
TS
STS
127
13
Ketika
waktu
sholat
tiba,
saya
segera
melaksanakannya 14
Pada saat ujian, saya mencontek jawaban dari teman agar mendapatkan hasil yang maksimal
15
Saya melakukan sholat lima waktu dengan khusuk
16
Ketika ada orang yang membutuhkan bantuan, saya bersedia membantunya dengan ikhlas
17
Pada saat puasa, saya makan dan minum secara sembunyi-sembunyi
18
Saya menyampaikan dengan baik semua pesan atau amanat dari orang lain
19
Setelah
melaksanakan
sholat,
saya
menyempatkan diri untuk berdzikir 20
Pada saat bermain bersama teman-teman, saya lupa mengerjakan sholat
21
Seberat apapun pekerjaan yang saya lakukan, saya tetap menjalankan puasa seharian penuh
22
Saya tidak berani mengambil hak orang lain karena Allah selalu mengawasi saya
23
Saya membaca Alquran jika disuruh oleh orang tua saya
24
Saya memarahi pengemis yang datang ke rumah saya
25 Saya membayar zakat fitrah di bulan ramadhan tepat waktu 26 Saya
mengerjakan sholat jika
ada
yang
mengingatkan 27 Ketika sedang berduaan dengan lawan jenis, saya tidak melakukan perbuatan yang dilarang
128
oleh agama 28 Setiap hari saya menyempatkan diri untuk membaca Alquran 29 Saya lebih memilih untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan terlebih dahulu meskipun sudah tiba waktu sholat 30 Saya masih merasa kecewa pada orang-orang yang telah menyakiti hati saya 31 Apabila di suatu tempat tidak ada tempat sampah, saya terpaksa membuang sampah sembarangan
129
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II
Pada skala II ini terdapat 19 pernyataan. Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia dikanan dari setiap pernyataan berdasarkan seberapa sering Anda melaksanakannya. Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan jawaban yang tersedia: SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah
Contoh Pengisian Skala: No 1
Pernyataan Saya
mengerjakan
sholat
SL SR KD jika
ada
yang
TP
mengingatkan
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai. Contoh Koreksi Jawaban No 1
Pernyataan Saya
mengerjakan
mengingatkan
sholat
SL SR KD jika
ada
yang
TP
130
No 13
Pernyataan Ketika
waktu
sholat
SL SR KD
tiba,
saya
segera
melaksanakannya 14
Pada saat ujian, saya mencontek jawaban dari teman agar mendapatkan hasil yang maksimal
15
Saya melakukan sholat lima waktu dengan khusuk
16
Ketika ada orang yang membutuhkan bantuan, saya bersedia membantunya dengan ikhlas
17
Pada saat puasa, saya makan dan minum secara sembunyi-sembunyi
18
Saya menyampaikan dengan baik semua pesan atau amanat dari orang lain
19
Setelah melaksanakan sholat, saya menyempatkan diri untuk berdzikir
20
Pada saat bermain bersama teman-teman, saya lupa mengerjakan sholat
21
Seberat apapaun pekerjaan yang saya lakukan, saya tetap menjalankan puasa seharian penuh
22
Saya tidak berani mengambil hak orang lain karena Allah selalu mengawasi saya
23
Saya membaca Alquran jika disuruh oleh orang tua saya
24
Saya memarahi pengemis yang datang ke rumah saya
25
Saya membayar zakat fitrah di bulan ramadhan tepat waktu
26
Saya
mengerjakan
sholat
jika
ada
yang
mengingatkan 27
Ketika sedang berduaan dengan lawan jenis, saya
TP
131
tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama 28
Setiap
hari
saya
menyempatkan
diri
untuk
membaca Alquran 29
Saya lebih memilih untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan terlebih dahulu meskipun sudah tiba waktu sholat
30
Saya masih merasa kecewa kepada orang-orang yang telah menyakiti saya
31
Apabila disuatu tempat tidak ada tempat sampah, saya terpaksa membuang sampah sembarangan
132
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET Berikut ini terdapat 42 pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur dan sebenar-benarnya, sesuai dengan kondisi anda. Berikan pilihan anda dengan memberi tanda silang (x) pada huruf pilihan anda. 1. Pertanyaan-pertanyaan pada halaman berikut menyangkut keadaan diri anda selama bersekolah terhitung dari 3 bulan terakhir. 2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jawablah sesuai dengan pendapat dan keadaan anda diri anda sendiri. 3. Cara menjawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai menurut anda dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia, contohnya: “Pernahkah Anda tidak memakai topi saat mengikuti upacara bendera ?”. a. Tidak pernah
c. 3-5 kali
b. 1-2 kali
d. >5 kali
Bila anda tidak pernah melakukan hal tersebut maka berilah tan silang pada huruf (a).
Bila anda melakukan hal tersebut maka berilah tanda silang pada huruf (b), (c), atau (d) sesuai dengan frekwensi yang disebutkan.
4. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai pelajaran anda serta dijamin kerahasiaannya. 5. Bila ada petunjuk ataupun kalimat yang kurang dipahami didalam angket ini dapat anda tanyakan langsung pada peneliti 6. Teliti kembali pekerjaan anda, jangan sampai ada nomor yang terlewati. 7. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama anda.
Good Luck,,,
133
1. Pernahkah kamu tidak mengikuti pelajaran karena tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. b. 1-3 kali
d. > 5 kali
2. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan izin kepada pihak sekolah? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
3. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena menganggap hukuman yang diberikan oleh guru mata pelajaran tersebut tidak terlalu berat? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
4. Pernahkah kamu mengompas/memalak teman kamu karena kamu ingin menunjukkan kekuasaan kamu di depan teman-temanmu? a. Tidak pernah
c. 3-4 kali
b. 1-3 kali
d. > 4 kali
5. Apakah kamu pernah merokok di kantin sekolah? a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. b. 1 kali
d. > 3 kali
6. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena malas bangun pagi? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
7. Apakah kamu pernah berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu menganggap itu adalah hal yang biasa? a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
8. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena menghindari mata pelajaran pertama yang tidak kamu sukai? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
134
9. Pernahkah kamu merokok di WC sekolah? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
10. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan izin karena kamu tidak bisa membuatnya? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
11. Pernahkah kamu tidak mengerjakan tugas karena kamu lupa akan tugas tersebut? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
12. Pernahkah kamu berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu merasa guru kamu pilih kasih terhadap kamu? a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
13. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena ajakan dari teman-teman kamu? a. Tidak pernah
c. 3-4 kali
b. 1-3 kali
d. > 4 kali
14. Pernahkah kamu tidak memakai topi saat upacara? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
15. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena takut bertemu dengan guru mata pelajaran yang tidak kamu sukai? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
16. Pernahkah kamu merokok karena ajakan dari teman-teman kamu? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
17. Ketika kamu marah terhadap guru kamu, pernahkah kamu berkata tidak sopan di depan guru kamu tersebut?
135
a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
18. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena merasa bosan dengan gaya mengajar guru tersebut? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
19. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena bangun kesiangan? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
20. Pernahkah kamu merokok di belakang kelas pada saat jam pelajaran kosong? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
21. Apakah kamu pernah memakai seragam sekolah tidak sesuai dengan aturan/ketentuan sekolah? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
22. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan izin karena kamu malas membuatnya? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
23. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena tugas tersebut jarang di cek oleh guru? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
24. Pernahkah
kamu
terlambat
masuk
sekolah
karena
menganggap
hukuman/sanksi yang diberikan tidak terlalu berat? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
25. Apakah kamu pernah tidak memasukan baju seragam kamu di sekolah? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
136
b. 1 kali
d. > 3 kali
26. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan izin karena menganggap surat keterangan izin tidak penting? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
27. Pernahkah kamu tidak mengerjakan tugas karena tidak sempat menyalin tugas teman kamu? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
28. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena uang sakumu terbatas? a. Tidak pernah
c. 3-4 kali
b. 1-3 kali
d. > 4 kali
29. Pernahkah kamu tidak mengikuti pelajaran karena belum mengerjakan tugas/PR dari guru? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
30. Pernahkah kamu terlambat masuk sekolah karena rumahmu jauh dari sekolah? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
31. Pernahkah kamu merokok di lingkungan sekolah saat tidak ada guru yang melihatnya? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
32. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena kamu tidak bisa mengerjakannya? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
33. Apakah kamu pernah berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu merasa pernah dipermalukan oleh guru di depan teman-teman kamu?
137
a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
34. Pernahkah kamu terlambat masuk sekolah karena nongkrong di pinggir jalan bersama teman-temanmu terlebih dahulu? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
35. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan
izin karena
tidak
ada
orang
yang
bisa
membantu
membuatkannya? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
36. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena kamu malas untuk mengerjakannya? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
37. Ketika kamu dimarahi guru kamu, pernahkah kamu membalasnya dengan berkata tidak sopan kepada guru tersebut? a. Tidak pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
38. Apakah kamu pernah ikut-ikutan merokok karena desakan dari temanteman kamu? a. Tidak Pernah
c. 2-3 kali
b. 1 kali
d. > 3 kali
39. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena ingin nongkrong di kantin? a. Tidak pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
40. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan izin karena kamu tidak sempat untuk membuatnya? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 kali
138
41. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena kamu pernah mendapatkan perlakuan yang sama oleh kakak kelasmu dulu? a. Tidak pernah
c. 3-4 kali
b. 1-3 kali
d. > 4 kali
42. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena menghindari mata pelajaran yang kamu anggap sulit? a. Tidak Pernah
c. 4-5 kali
b. 1-3 kali
d. > 5 Kali
139
LAMPIRAN 2: Tabulasi Data Skor Penelitian
140
Tabulasi Skala Religiusitas No Item
Subjek 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
3
3
2
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
2
4
3
2
2
4
1
2
3
3
4
2
2
3
2
3
91
2
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
2
3
2
4
3
2
3
2
3
2
4
4
3
1
2
4
3
4
96
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
2
3
2
3
1
4
3
3
1
2
3
2
1
76
4
4
2
2
3
2
3
1
3
3
4
2
2
4
4
2
2
4
2
3
3
3
1
3
4
3
3
1
2
3
3
4
85
5
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
3
2
2
3
2
3
78
6
4
4
3
3
4
4
4
4
2
4
3
3
3
1
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
1
4
4
4
4
108
7
4
4
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
2
3
3
4
2
3
4
3
1
1
2
2
2
89
8
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
2
4
1
2
2
3
2
3
3
4
3
3
2
2
2
1
2
1
3
2
86
9
3
2
2
3
2
3
2
3
1
3
2
3
2
3
2
3
3
4
3
2
2
3
3
2
3
2
1
2
3
2
2
76
10
3
3
3
2
3
4
4
4
1
4
3
2
2
3
2
2
3
3
2
1
3
3
3
3
4
3
1
2
4
3
2
85
11
4
4
3
3
4
4
2
4
4
4
4
1
4
3
2
4
3
4
4
3
4
4
1
4
4
3
4
4
3
2
3
104
12
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
4
2
1
3
4
2
4
2
2
3
2
80
13
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
1
4
1
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
4
4
1
2
3
2
3
103
14
4
3
1
3
4
4
1
2
3
4
4
3
4
2
2
3
3
2
2
3
1
3
3
4
4
2
1
2
3
3
2
85
15
3
4
1
2
4
4
2
3
4
3
3
4
2
3
1
2
4
2
1
4
1
1
4
4
1
4
1
1
4
2
2
81
16
4
3
1
4
3
3
3
1
3
4
4
3
4
2
3
2
1
2
2
1
1
4
3
4
4
2
2
1
3
1
2
80
17
3
3
2
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
88
18
3
4
1
3
3
4
2
3
3
4
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2
4
1
2
3
3
4
3
2
2
3
3
85
19
4
1
2
4
3
4
2
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
2
2
3
4
1
1
4
4
2
2
3
3
2
1
85
20
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
114
21
4
3
2
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
2
4
3
4
1
3
4
4
3
1
3
3
3
3
101
141
22
4
2
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
4
2
4
3
3
1
3
4
3
1
1
2
4
4
2
84
23
4
3
3
3
4
4
1
3
4
4
3
3
3
3
2
4
4
4
3
3
4
4
2
4
4
2
4
2
4
4
4
103
24
4
3
2
3
4
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
2
4
2
3
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
105
25
3
3
1
3
3
4
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
4
2
4
2
3
3
3
3
4
2
3
3
2
2
1
85
26
4
3
2
3
4
3
1
3
2
3
3
3
3
2
2
4
2
3
2
4
2
1
2
2
2
3
4
2
3
4
4
85
27
4
4
2
2
3
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
2
2
2
4
1
1
4
4
1
4
2
3
4
3
96
28
4
3
1
2
3
3
2
3
3
4
4
3
4
2
4
2
3
2
4
3
4
1
2
3
2
3
4
2
2
2
1
85
29
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
4
4
3
2
2
3
3
3
93
30
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
2
3
2
3
4
3
2
3
4
1
2
4
4
3
1
2
1
2
1
92
31
4
3
2
2
4
3
2
3
4
2
2
4
4
2
4
2
3
3
2
3
4
4
3
4
4
2
2
2
2
2
1
88
32
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
3
2
3
2
4
4
2
3
3
3
1
3
4
4
3
1
2
4
3
2
96
33
4
3
1
3
4
4
3
4
4
4
3
2
2
3
1
4
3
2
2
2
2
2
2
4
4
2
2
2
2
1
2
83
34
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
1
3
2
3
2
4
1
2
2
3
1
4
4
4
1
1
3
2
92
35
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
2
2
3
3
4
1
4
3
1
4
2
2
3
3
96
36
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
2
3
2
3
3
2
2
3
2
3
3
4
3
3
2
2
3
1
1
92
37
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
4
3
2
2
3
2
1
3
4
2
2
1
3
2
3
4
84
38
3
3
2
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
2
3
1
3
105
39
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
3
2
3
3
1
2
2
2
2
4
1
4
4
2
4
1
2
91
40
3
3
1
3
4
3
3
3
2
3
3
2
2
2
1
2
3
2
1
2
4
3
1
4
2
3
3
2
3
1
2
76
41
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
2
3
2
4
4
2
2
3
2
1
3
4
4
3
1
2
3
2
3
95
42
3
3
1
3
4
4
3
3
3
3
4
2
3
3
2
3
3
4
2
4
2
4
2
4
4
2
4
2
2
1
1
88
43
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
4
2
3
2
1
2
4
2
3
1
1
3
3
1
76
44
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
4
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
1
2
1
3
3
2
97
45
4
3
1
3
4
4
3
4
4
4
3
2
2
3
1
4
3
2
2
2
2
2
2
4
4
2
2
2
2
1
2
83
46
4
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
2
3
2
4
4
4
1
2
3
4
3
4
4
4
2
1
3
4
3
99
142
47
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
2
4
2
4
4
2
1
2
3
1
1
4
4
3
1
2
4
2
3
93
48
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
4
2
4
4
2
4
3
2
4
4
4
2
1
4
3
4
1
3
3
2
1
97
49
4
3
2
3
4
3
3
4
4
3
4
3
2
3
1
4
4
2
1
2
4
4
3
4
4
4
1
2
3
4
3
95
50
4
4
2
3
4
4
2
3
3
4
4
3
3
3
2
4
4
3
3
3
4
1
3
4
4
3
4
2
3
4
4
101
51
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
2
3
2
4
4
3
2
3
3
4
3
4
4
4
4
2
4
4
3
105
52
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
1
4
4
4
1
4
4
1
4
100
53
3
3
2
4
3
3
2
2
3
3
4
3
2
3
4
4
4
3
4
3
2
4
2
4
4
4
1
4
4
1
4
96
54
4
3
2
3
3
3
3
4
3
3
3
4
2
3
2
2
3
2
2
3
2
1
2
3
4
4
4
2
1
2
1
83
55
4
3
2
4
4
4
2
4
3
4
4
3
4
4
3
2
3
4
3
1
3
1
4
1
4
4
3
2
1
1
1
90
56
4
3
2
3
4
4
2
4
3
3
3
3
3
2
2
2
4
3
1
3
3
4
1
3
4
3
3
2
1
1
4
87
57
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
106
58
3
3
2
3
2
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
3
2
4
3
3
3
2
2
3
4
3
2
3
2
2
1
84
59
3
3
2
2
3
4
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
1
4
4
3
4
106
60
4
3
2
3
3
4
3
4
3
4
4
3
4
3
1
4
4
4
1
2
4
4
1
4
4
1
4
2
4
3
3
97
61
4
3
2
3
3
4
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
2
1
3
3
3
4
4
3
4
2
3
1
3
95
62
4
3
2
4
3
4
2
4
3
4
2
3
3
3
2
4
2
4
2
1
3
4
3
4
4
3
4
3
3
2
2
94
63
4
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
4
3
2
3
2
4
2
4
3
3
3
2
2
1
2
85
64
4
3
2
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
3
1
4
1
3
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
4
105
65
4
3
2
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
4
111
66
4
3
2
4
4
3
4
3
3
3
4
3
2
3
4
3
3
4
2
1
3
4
3
4
4
3
4
2
3
1
2
95
67
4
3
2
4
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
4
3
4
2
2
4
4
3
4
4
4
4
2
3
3
3
101
68
3
2
2
3
4
2
2
3
2
3
3
1
2
2
2
2
3
3
2
1
3
3
3
4
4
2
2
3
3
1
2
77
69
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
2
4
4
2
4
3
3
1
2
100
70
3
2
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
4
4
1
3
81
143
Tabulasi Angket Kenakalan Remaja No Item
Subjek 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
1
1
1
0
0
2
1
1
0
1
2
2
1
3
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
2
1
2
1
2
0
0
1
1
1
0
0
3
2
1
2
0
0
2
0
1
0
0
3
2
1
0
1
0
1
0
2
0
0
3
0
1
0
0
0
3
0
3
3
3
2
0
2
0
2
3
3
3
0
3
0
3
3
0
3
3
2
3
3
0
3
0
3
3
3
2
0
3
0
3
3
4
2
3
2
2
3
3
3
2
3
0
1
3
0
1
3
2
2
3
1
3
1
3
0
3
2
2
1
3
0
3
3
1
3
1
3
5
3
3
0
3
2
2
2
2
1
2
3
3
2
1
3
2
1
2
1
3
2
3
2
3
2
1
3
2
2
1
3
2
1
2
2
6
1
1
1
0
0
2
0
1
0
2
2
0
0
2
1
0
0
0
2
0
2
2
2
1
2
2
2
0
1
1
0
2
0
0
0
7
2
3
2
3
2
3
2
0
3
1
3
2
3
3
0
3
2
0
3
3
0
3
3
0
3
2
3
0
3
3
2
3
0
2
3
8
2
2
2
0
2
3
0
1
2
2
2
3
3
2
3
3
0
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
1
3
3
2
3
0
3
3
9
3
3
3
2
3
0
3
1
3
1
2
1
0
3
1
2
1
3
3
3
0
1
3
0
3
0
3
3
2
3
3
1
0
3
3
10
3
3
3
2
3
3
3
3
2
1
2
3
3
3
0
3
1
2
3
1
3
2
1
0
1
3
3
1
1
3
1
3
2
1
0
11
2
2
2
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
2
2
1
0
0
1
0
1
0
2
1
3
0
1
0
1
2
0
2
0
0
2
12
2
3
2
0
3
0
3
2
2
3
3
3
0
3
2
3
0
0
3
3
2
3
3
3
3
0
3
0
3
1
1
3
3
0
3
13
0
2
2
0
2
2
0
1
0
1
2
0
0
2
2
1
0
0
2
0
2
2
2
1
2
2
2
0
1
1
0
2
2
1
1
14
3
3
2
0
2
3
1
3
1
1
3
2
0
3
0
2
2
3
0
1
0
3
2
3
3
3
3
1
3
2
3
3
0
3
3
15
3
3
3
1
2
3
1
3
2
3
3
1
3
3
2
3
0
3
3
3
3
1
3
0
3
1
0
2
2
3
2
0
1
0
0
16
3
2
1
3
3
2
0
3
3
0
2
3
0
3
3
3
1
2
3
2
2
1
1
3
2
2
2
3
1
3
1
3
3
3
2
17
1
1
1
0
0
2
1
0
0
0
2
2
1
0
1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
0
1
1
0
1
1
2
1
18
2
3
3
0
1
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
2
1
2
2
3
2
3
1
0
0
2
1
1
2
1
2
3
2
19
3
3
3
0
3
0
3
2
2
2
3
2
3
2
1
3
2
1
3
0
2
3
0
3
3
1
2
3
0
3
3
2
3
0
3
20
0
3
1
2
2
3
2
3
1
2
1
3
2
2
1
1
2
0
1
2
1
1
1
2
3
0
1
0
0
2
3
3
0
2
3
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
144
22
1
2
2
2
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
1
2
1
3
0
1
3
3
3
3
3
3
3
0
23
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
1
0
2
0
0
1
24
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
25
3
2
1
1
3
2
0
2
2
1
3
3
1
3
1
3
0
3
3
2
3
2
1
3
3
1
2
3
1
3
0
3
2
3
1
26
0
3
3
2
2
3
1
2
1
2
3
2
1
3
0
3
1
0
3
2
3
2
3
2
3
0
2
1
2
3
3
3
0
2
3
27
0
2
2
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
1
1
0
0
0
2
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
1
0
28
1
2
1
2
3
1
0
2
3
2
3
0
3
3
0
3
1
1
3
3
2
3
2
3
3
3
2
1
3
2
3
2
2
1
2
29
1
2
2
0
3
3
0
2
2
2
3
0
1
2
1
1
0
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
0
3
0
3
2
30
2
1
0
0
1
0
0
0
2
1
2
2
0
0
2
1
2
0
0
0
0
0
1
2
0
0
1
2
1
2
0
1
1
0
0
31
3
3
1
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
0
3
2
1
2
3
3
2
1
3
2
3
3
2
1
2
2
2
2
1
1
0
32
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
2
33
3
3
1
3
1
2
1
3
1
2
1
3
3
3
2
1
3
2
3
0
1
0
3
2
0
3
3
0
2
3
2
2
3
3
2
34
3
2
3
0
3
3
0
2
0
3
3
0
3
3
1
2
3
1
2
3
3
1
3
0
3
0
3
3
2
1
2
3
1
2
3
35
2
0
0
2
0
0
1
3
0
1
0
3
1
0
2
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
0
0
3
0
2
36
1
1
1
0
2
1
1
1
1
1
1
2
0
1
1
2
1
1
1
1
0
1
0
1
2
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
37
1
3
2
3
2
0
3
0
2
3
3
3
0
3
1
2
2
3
1
2
0
2
3
3
3
3
3
3
1
2
1
3
0
3
3
38
0
1
0
0
0
2
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
39
1
3
3
0
0
0
0
1
0
0
3
0
1
1
1
3
0
0
1
1
1
1
3
0
1
1
0
0
1
0
1
3
0
1
3
40
3
2
3
3
2
3
2
1
2
0
0
3
2
3
0
3
2
3
2
1
2
3
1
3
2
3
1
3
2
2
2
2
0
3
3
41
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
1
0
1
0
2
2
1
1
0
0
1
1
1
2
0
2
0
0
2
0
2
0
0
1
42
1
2
2
2
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
1
2
1
3
0
1
3
3
3
3
3
3
3
0
43
3
2
3
0
3
3
2
1
3
1
3
2
3
0
3
2
3
3
1
3
3
2
3
1
0
2
3
3
1
0
3
0
1
3
2
44
0
1
1
0
1
1
2
0
1
1
2
2
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
2
1
2
0
1
1
0
1
0
0
1
45
3
2
2
3
1
3
1
0
3
1
3
3
2
0
1
3
2
3
1
2
3
1
2
1
2
3
3
0
0
2
3
2
3
3
2
46
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
3
0
0
0
145
47
2
0
2
0
0
0
2
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
1
0
2
0
1
0
0
1
0
1
0
48
0
1
0
0
0
2
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
49
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
2
50
1
1
0
0
0
1
0
2
0
0
1
0
3
1
0
0
2
0
0
0
1
0
2
0
3
0
2
2
0
0
0
1
0
0
0
51
3
3
3
1
0
2
2
1
0
1
2
3
2
3
2
0
3
2
1
0
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
0
3
3
2
3
52
0
2
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
2
1
2
1
2
1
0
1
0
0
1
2
2
53
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
2
0
0
2
0
1
0
3
0
54
3
3
2
3
0
3
3
3
0
3
3
2
0
3
2
0
2
3
3
0
2
0
3
3
3
3
3
0
2
3
0
3
3
0
3
55
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
56
3
2
3
3
0
3
0
3
0
3
3
0
3
3
3
0
2
3
3
0
3
2
3
2
3
2
2
0
3
3
0
3
1
2
3
57
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
58
3
3
3
3
0
2
3
3
0
3
3
2
3
0
3
0
3
3
0
0
3
2
0
3
2
3
2
3
1
3
0
0
3
2
3
59
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
3
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
60
0
2
1
1
0
2
2
3
0
1
1
0
2
1
0
0
1
0
1
0
1
0
2
1
2
0
1
2
0
2
0
1
0
3
0
61
3
3
2
1
0
3
1
1
0
1
3
1
1
3
3
0
0
2
2
0
1
2
3
2
3
1
3
0
2
1
0
2
1
1
1
62
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
63
3
3
3
3
0
2
3
3
0
0
3
0
3
3
3
0
3
1
3
0
3
0
3
0
3
3
1
3
0
3
0
3
2
3
2
64
1
1
0
0
0
1
2
0
0
1
3
0
0
0
0
0
1
0
1
O
0
0
0
0
0
3
0
0
0
1
0
0
0
2
1
65
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
66
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
O
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
67
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
68
3
3
2
1
0
3
3
2
0
3
3
2
2
3
2
0
3
3
3
0
3
0
2
3
3
3
2
3
2
1
0
3
0
1
3
69
1
1
1
0
0
2
1
1
0
1
1
2
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
2
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
70
3
1
1
1
0
3
3
3
0
1
3
2
3
2
1
0
3
3
3
0
3
3
2
3
3
1
3
0
3
2
0
1
3
2
3
146
Tabulasi Angket Kenakalan Remaja No Item
Subjek
Total
36
37
38
39
40
41
42
1
2
1
2
1
1
1
1
57
2
3
0
2
1
2
0
3
39
3
3
0
3
2
3
0
3
84
4
3
0
3
0
3
2
3
85
5
1
0
3
3
2
2
3
86
6
2
0
0
0
0
0
1
35
7
3
2
3
0
3
0
3
87
8
3
0
3
3
2
0
1
87
9
3
3
1
3
3
3
0
85
10
3
0
3
2
3
0
2
85
11
2
0
1
1
1
0
0
35
12
2
3
3
0
3
2
3
87
13
2
1
2
0
2
0
1
48
14
2
0
3
3
3
0
3
84
15
3
1
0
2
0
1
1
77
16
3
1
0
3
1
3
2
87
17
2
1
1
1
1
0
1
45
18
2
2
3
3
2
3
3
87
19
2
0
3
3
3
2
2
87
20
3
1
2
0
2
0
2
66
21
1
0
0
0
1
0
0
11
147
22
0
2
3
3
0
1
2
93
23
1
0
0
0
1
0
0
15
24
1
0
0
0
0
0
0
9
25
3
1
2
3
1
1
3
84
26
3
1
3
3
2
1
3
85
27
0
0
0
0
1
0
0
19
28
3
1
3
2
3
2
0
85
29
2
0
1
0
2
0
1
60
30
1
2
0
0
0
2
0
32
31
3
0
2
3
0
1
3
86
32
1
0
0
0
1
0
2
19
33
1
2
3
3
2
3
3
87
34
3
3
3
0
3
3
3
88
35
2
2
0
0
3
0
2
39
36
1
0
1
0
0
0
0
32
37
3
0
3
0
3
0
3
84
38
0
0
0
0
1
0
0
17
39
2
1
3
2
3
2
0
48
40
2
1
2
0
3
2
3
85
41
0
1
1
1
1
0
0
29
42
0
2
3
3
0
1
2
93
43
3
3
2
2
1
3
3
88
44
2
1
0
0
1
1
1
31
45
3
0
3
2
3
3
3
86
46
0
0
0
0
0
0
0
12
148
47
0
1
0
0
1
0
1
22
48
0
0
0
0
1
0
0
17
49
0
0
0
0
2
0
1
17
50
0
0
0
0
0
0
0
23
51
3
2
0
3
2
3
3
75
52
0
1
0
1
1
1
1
29
53
1
0
0
1
0
1
0
22
54
1
3
0
3
0
3
3
85
55
2
0
0
1
1
0
1
17
56
2
3
0
1
2
1
3
84
57
0
0
0
0
0
0
0
10
58
3
0
0
3
3
3
3
85
59
1
0
0
0
0
0
0
16
60
1
3
0
0
2
0
2
41
61
2
0
0
2
1
0
3
61
62
1
1
0
1
0
2
1
13
63
3
2
0
3
3
3
3
85
64
0
0
0
1
0
0
0
19
65
1
0
0
0
0
0
0
9
66
1
1
0
0
1
0
1
21
67
1
1
0
2
0
0
0
8
68
2
3
0
1
3
2
3
84
69
1
0
0
0
0
0
0
25
70
3
3
0
2
3
3
3
85
149
LAMPIRAN 3: Statistik Deskriptif
150
1. Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Umum Descriptive Statistics N
Range
Kenakalan Remaja
70
Valid N (listwise)
70
Minimum
85
Maximum 8
Mean 93
Std. Deviation Variance
54.33
31.150 970.311
2. Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Spesifik Descriptive Statistics Std. N
Range Minimum Maximum
Mean
Deviation
Variance
Terlambat Masuk Sekolah
70
17
0
17
8.34
5.189
26.924
Membolos
70
16
0
16
7.46
5.542
30.716
70
17
0
17
8.07
4.950
24.502
Merokok
70
18
0
18
6.04
6.630
43.955
Seragam Tidak Lengkap
70
9
0
9
4.91
2.696
7.268
Tidak Mengerjakan Tugas
70
17
1
18
10.03
4.527
20.492
Mengompas
70
12
0
12
4.07
3.613
13.053
Berkata Tidak sopan
70
14
0
14
5.40
4.395
19.316
Valid N (listwise)
70
Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan
3. Statistik Deskriptif Reeligiusitas Secara Umum Descriptive Statistics N
Range
Religiusitas
70
Valid N (listwise)
70
38
Minimum 76
Maximum 114
Mean 91.84
Std. Deviation 9.437
Variance 89.062
151
4. Statitik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Spesifik Descriptive Statistics N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
keyakinan
70
9
7
16
12.04
2.067
4.273
pengalaman
70
12
19
31
26.21
2.653
7.040
70
18
24
42
31.10
4.505
20.294
70
15
16
31
22.49
3.930
15.442
praktek agama pengamalan Valid N (listwise)
70
152
LAMPIRAN 4: Uji Validitas
153
Validitas Skala Religiusitas Correlations Total VAR00001
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00002
Sig. (2-tailed)
.277
.340
Sig. (2-tailed)
.077
.340
Sig. (2-tailed)
.077
.219
Sig. (2-tailed)
.264
Pearson Correlation
N
**
.004 28 *
Sig. (2-tailed)
.047
Pearson Correlation
N
28 .510
**
.006 28
Pearson Correlation
.294
Sig. (2-tailed)
.129
N VAR00010
.525
.379
Sig. (2-tailed)
VAR00009
28
Pearson Correlation
N VAR00008
28
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00007
28
Pearson Correlation
N VAR00006
28
Pearson Correlation
N VAR00005
28 .213
N VAR00004
.001
Pearson Correlation
N VAR00003
.611**
Pearson Correlation
28 .329
154
Sig. (2-tailed) N VAR00011
Sig. (2-tailed)
.025
Pearson Correlation
N
Pearson Correlation
**
.003 28 *
Sig. (2-tailed)
.015 28
Pearson Correlation
.102
Sig. (2-tailed)
.607 28
Pearson Correlation
.367
Sig. (2-tailed)
.055
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00020
.536
.455
N
VAR00019
28
Pearson Correlation
N
VAR00018
28
.474
N
VAR00017
.834
Sig. (2-tailed)
N
VAR00016
-.041
.141
Sig. (2-tailed)
VAR00015
28
Pearson Correlation
N VAR00014
*
.424
Sig. (2-tailed)
VAR00013
28
Pearson Correlation
N VAR00012
.087
28 .582
**
.001 28 -.169 .390 28 *
Pearson Correlation
.433
Sig. (2-tailed)
.021
N
28
155
VAR00021
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00022
.022
Sig. (2-tailed)
.027
Sig. (2-tailed)
.017
Pearson Correlation
Pearson Correlation
.528
**
.004 28 .637
**
.000 28 .196
Sig. (2-tailed)
.318 28
Pearson Correlation
.107
Sig. (2-tailed)
.589
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00031
28
Pearson Correlation
N
VAR00030
*
.447
N
VAR00029
28
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00028
*
.417
N
VAR00027
28
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00026
*
Sig. (2-tailed)
N VAR00025
28 .432
N VAR00024
.946
Pearson Correlation
N VAR00023
-.013
28 .792
**
.000 28 .485
**
.009 28 *
Pearson Correlation
.463
Sig. (2-tailed)
.013
156
N VAR00032
.379
Sig. (2-tailed)
.047
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00034
Pearson Correlation
**
.005 28 *
.031 28 *
Pearson Correlation
.392
Sig. (2-tailed)
.039
Pearson Correlation
28 .601
**
.001 28 *
Pearson Correlation
.428
Sig. (2-tailed)
.023
N
28 *
Pearson Correlation
.407
Sig. (2-tailed)
.032
N
28
Pearson Correlation
.187
Sig. (2-tailed)
.340
N VAR00042
.515
Sig. (2-tailed)
N
VAR00041
28
.407
Sig. (2-tailed)
VAR00040
28
Pearson Correlation
N
VAR00039
.003
.182
N
VAR00038
**
Sig. (2-tailed)
N
VAR00037
.543
.259
Sig. (2-tailed)
VAR00036
28
Pearson Correlation
N VAR00035
*
Pearson Correlation
N VAR00033
28
Pearson Correlation
28 .423
*
157
Sig. (2-tailed)
.025
N VAR00043
28 .409
Sig. (2-tailed)
.031
N VAR00044
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
28 .570
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
28 .517
28
Pearson Correlation
.239
Sig. (2-tailed)
.221
N VAR00047
28 .404
Sig. (2-tailed)
.033 28 *
Pearson Correlation
.464
Sig. (2-tailed)
.013
N total
*
Pearson Correlation
N VAR00048
**
.005
N VAR00046
**
.002
N VAR00045
*
Pearson Correlation
28
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
28
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
158
Validitas Angket Kenakalan Remaja Correlations total VAR00001
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00003
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00004
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00005
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00006
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00007
28 .743
**
.000 28 .731
**
.000 28 .645
**
.000 28 .567
**
.002 28 .545
**
.003 28
Sig. (2-tailed)
.445
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00010
.003
.150
Sig. (2-tailed)
VAR00009
**
Pearson Correlation
N VAR00008
.543
Pearson Correlation
28 .543
**
.003 28 .695
**
.000 28 .673
**
159
Sig. (2-tailed) N VAR00011
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00012
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00013
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00014
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00015
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00016
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00017
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00018
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00020
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000 28 .605
**
.001 28 .587
**
.001 28 .717
**
.000 28 .702
**
.000 28 .691
**
.000 28 .743
**
.000 28 .666
**
.000 28 .717
**
.000 28 .708
**
.000 28 .497
**
.007 28
160
VAR00021
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00022
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00023
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00024
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00025
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N
.002 28 .703
**
.000 28 .669
**
.000 28
28 .649
**
.000 28 .634
**
.000 28 *
.464
Sig. (2-tailed)
.013 28 *
Pearson Correlation
.470
Sig. (2-tailed)
.012
N
28
Pearson Correlation
.314
Sig. (2-tailed)
.103
N VAR00031
**
Pearson Correlation
N
VAR00030
.567
.527
Sig. (2-tailed)
VAR00029
28
Sig. (2-tailed)
N
VAR00028
.000
.125
Sig. (2-tailed)
VAR00027
**
Pearson Correlation
N VAR00026
.826
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
28 .773
**
.000
161
N VAR00032
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00033
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00034
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00035
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N
.000 28 .668
**
.000 28
28 .737
**
.000 28 .619
**
.000 28
Sig. (2-tailed)
.319
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
28 .767
**
.000 28 .512
**
.005 28 *
Pearson Correlation
.382
Sig. (2-tailed)
.045
N VAR00042
**
.196
Sig. (2-tailed)
VAR00041
.680
Pearson Correlation
N
VAR00040
28
.178
Sig. (2-tailed)
VAR00039
.000
Sig. (2-tailed)
N
VAR00038
**
.262
Sig. (2-tailed)
VAR00037
.860
Pearson Correlation
N VAR00036
28
Pearson Correlation
28 .492
**
162
Sig. (2-tailed)
.008
N VAR00043
Pearson Correlation
28 .703
Sig. (2-tailed)
.000
N VAR00044
28
Pearson Correlation
.267
Sig. (2-tailed)
.169
N VAR00045
Pearson Correlation
28 .745
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
28 .492
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
28 .488
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
28 .769
Sig. (2-tailed) N total
**
.008
N VAR00048
**
.008
N VAR00047
**
.000
N VAR00046
**
Pearson Correlation
**
.000 28 1
Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
28
163
LAMPIRAN 5: Uji Reliabilitas
164
1. Reliabilitas Skala Religiusitas
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 28
100.0
0
.0
28
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .889
31
2. Reliabilitas Angket Kenakalan Remaja Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 28
100.0
0
.0
28
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .964
42
165
LAMPIRAN 6: Hasil Uji Asumsi
166
Hasil Uji Asumsi 1. Hasil Uji Normalitas
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Religiusitas
Kenakalan Remaja
N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
70
70
Mean
91.84
54.33
Std. Deviation
9.437
31.150
Absolute
.123
.258
Positive
.123
.135
Negative
-.060
-.258
1.029
2.160
.241
.000
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
2. Hasil Uji Linieritas
Kenakalan Remaja * Religiusitas Between Groups (Combined)
Linearity
Deviation from Linearity
Within Groups
Total
66951.443 69
Sum of Squares Df
57274.021 29
39755.601 1
17518.420 28
9677.422 40
Mean Square
1974.966
39755.601
625.658
241.936
F
8.163
164.323
2.586
Sig
.000
.000
.003
167
LAMPIRAN 7: Uji Hipotesis
168
1. Hasil Uji Korelasi Correlations Kenakalan Remaja Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
Kenakalan Remaja
1.000
-.771
Religiusitas
-.771
1.000
.
.000
Kenakalan Remaja Religiusitas
N
Religiusitas
.000
.
Kenakalan Remaja
70
70
Religiusitas
70
70
2. Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
39755.601
1
39755.601
Residual
27195.842
68
399.939
Total
66951.443
69
F
Sig.
99.404
.000
a
a. Predictors: (Constant), Religiusitas b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
3. Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R .771
Adjusted R Square
R Square a
.594
.588
Std. Error of the Estimate 19.99847
R Square Change
F Change
.594
df1
99.404
Sig. F Change
df2 1
68
4. Persamaan Garis Regresi
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Religiusitas
Std. Error
287.929
23.552
-2.543
.255
a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
Coefficients Beta
t
-.771
Sig.
12.225
.000
-9.970
.000
.000
169
LAMPIRAN 8: Dokumentasi Penelitian
170
Menjelaskan Petunjuk Pengerjaan
Membantu siswa mengisi instrumen
Mengawasi siswa mengerjakan instrumen
Mengawasi siswa mengisi instrumen
Membantu siswa mengisi instrumen
171
LAMPIRAN 9 SURAT – SURAT PENELITIAN
172
173