PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 2008 – 2012) PUPUT EVIRA ISKARNO (Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) Dr. Harya Kuncara W., M.Si (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) Dicky Irianto, M.S.E (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) ABSTRACT The purpose of this study was to determine and analyze the effect of the level of education and infrastructure to economic growth. The object of this research is the number of workers according to the highest educational level attained at the level of the SMTA as data objects of variable levels of education, length of road per area of the province as a data object of infrastructure variables, and Gross Domestic Product (GDP) as data objects of variable economic growth obtained from the Central Bureau of Statistics. The scope of this study includes data from 32 provinces in Indonesia in 2008-2012, by combining the data from the Riau Islands province of Riau Province in the data. The method used in this research is ex post facto method with multiple regression analysis approach.This study led to the conclusion that there is a significant positive effect between the level of education on economic growth. There is a significant positive impact of road infrastructure on economic growth, and at the same time, there is a significant positive effect between level of education and infrastructure to economic growth. Keywords: economic growth, level of education, GDP, infrastructure
PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi
merupakan hal
tahun 2008 lalu membawa dampak negatif
yang sangat dan selalu diharapkan oleh
bagi hampir seluruh negara-negara di
setiap negara. Prathama dan Mandala
dunia
mengaskan
Walaupun mengalami penurunan dalam
bahwa
tanpa
adanya
tidak
terkecuali
di
pertumbuhan ekonomi, maka di dalam
pertumbuhannya,
suatu
salah satu negara yang masih mampu
negara
peningkatan kerja,
tidak
akan
kesejahteraan,
produktivitas
dan
terjadi
kesempatan
bertahan
distribusi
tersebut.
pendapatan. Krisis ekonomi Amerika pada 1
dari
Indonesia
Indonesia.
krisis
merupakan
ekonomi
global
Jika dilihat dari pendekatan wilayah, berdasarkan data pada tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, dalam rentang waktu tahun
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2008 – 2012, persentase menunjukan laju
Sumber: BPS RI (data diolah), 2013 Data yang tertera pada tabel di atas menunjukkan
fluktuasi
pertumbuhan
ekonomi Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Terlihat bahwa perekonomian Indonesia
mengalami
pasang
surut.
Diawali dengan penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 menjadi 4,5% dari
tahun 2008 sebagai akibat dari resesi Lalu
pertumbuhan
di Indonesia mengalami variasi. Akan tetapi, ada provinsi yang tidak dapat meraih pertumbuhan ekonomi yang positif, bahkan mengalami minus dalam laju pertumbuhannya. Tabel I. 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas
sebelumnya 6% di
global.
pertumbuhan ekonomi tiap daerah provinsi
Dasar Harga Konstan Tahun 2000
ekonomi
kembali pulih di tahun 2010, dengan pertumbuhan di atas 6% yang bertahan hingga tahun 2012 pada angka 6,23%. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung mengalami penurunan di tahun 2013 yang terus merosot hingga angka 5,7%.
Catatan : Perbedaan
jumlah
PDRB
33
PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
2
antara
Sumber: www.bps.go.id (Diakses tanggal
dan tenaga kerja. Contohnya, daya saing
5 Maret 2014)
Provinsi NTT masih tertinggal jauh di bawah daya saing nasional karena masih
Berdasarkan data pada tabel tersebut,
terhambat
masalah
kinerja
produksi,
provinsi yang mengalami pertumbuhan
infrastruktur teknologi, tingkat kompetisi,
ekonomi negatif tersebut di antaranya
standar perundangan serta pelaksanaan
adalah provinsi Aceh, Nusa Tenggara
hukum. Rendahnya kinerja produksi dan
Barat, dan Papua. Ketiga provinsi ini
ketidaktersediaan infrastruktur teknologi
tertinggal laju pertumbuhan ekonominya
turut
dibandingkan dengan provinsi yang lain.
investor asing yang berdampak pada
Pentingnya
pertumbuhan
menyebabkan
turunnya
minat
ekonomi
rendahnya pertumbuhan ekonomi yang
menyebabkan setiap negara atau wilayah
pada akhirnya menyebabkan rendahnya
provinsi, semakin berlomba untuk terus
penerimaan pajak
mencapai
dan
pemerintah.
pertumbuhan
ekonomi
mempertahankan negara
atau
Barang modal adalah faktor yang
wilayahnya, tidak terkecuali Indonesia dan
dapat
seluruh
Namun,
ekonomi. Kasus penurunan barang modal
upaya mencapai dan mempertahankan
atau investasi di Indonesia yang dikutip
pertumbuhan ekonomi tidaklah semudah
dari Macroeconomic Dashboard UGM :
yang dibayangkan. Terdapat beberapa
Dari
faktor yang dapat menentukan tinggi
penyebab
rendahnya pertumbuhan ekonomi, seperti
ekonomi Indonesia adalah merosotnya laju
yang dijelaskan oleh Prathama Rahardja
investasi dalam negeri. Hal ini seiring
dan Mandala Manurung, faktor-faktor
dengan meningkatnya suku bunga dan
tersebut di antaranya adalah barang modal
melemahnya nilai tukar rupiah yang
3
wilayah
provinsinya.
mempengaruhi
sisi
pengeluaran, melemahnya
pertumbuhan
faktor
utama
pertumbuhan
menurunkan laju pertumbuhan investasi.
terjadi
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan
Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara,
serta kondisi perekonomian global yang
Bontang, Kutai Barat, Kutai Timur dan
masih
Berau.
dibayangi
ketidakpastian
yang
sepanjang
“Kalau
perjalanan
hujan
pasti
kota
jalannya
tinggi turut berdampak atas melemahnya
berlumpur dan tidak bisa dilalui kendaraan
pertumbuhan
bermotor," ungkap Buhari .
investasi
nasional.
Pada
kuartal III-2013 Papua sebagai provinsi
Permasalahan lain terkait dengan
terluas di Indonesia, dengan jumlah luas
pertumbuhan ekonomi adalah kualitas
wilayahnya mencapai 319.036,05 km2
tenaga
memiliki jumlah infrastruktur yang sangat
Indonesia
terbatas
akhirakhir ini
sehingga
menjadikan
Papua
tertinggal dengan provinsi lainnya.
Hal
kerja.
Pertumbuhan
ekonomi
mengalami
fluktuasi
yang
juga
dipengaruhi
oleh
kondisi tenaga kerja yang sebagian besar
serupa juga terjadi di wilayah Kalimantan
cenderung
Timur. Berdasarkan informasi dari media
seperti yang dipaparkan oleh DR. Endang
TEMPO
seeparuh
Sulistyaningsih selaku Deputi Kerjasama
panjang jalan di Propinsi Kalimantan
Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional
Timur rusak parah. Infrastruktur itu tak
Penempatan dan Perlindungan Tenaga
layak untuk dilintasi baik kendaraan
Kerja Indonesia (BNP2TKI), bahwa :
pribadi atupun angkutan umum dan truk.
Kualitas tenaga kerja di Indonesia, baik
Tak kurang dari 600 kilometer jalan telah
dari
dinyatakan tidak layak dengan kondisi
kompetensinya,
berlubang dan bergelombang. "Ini sungguh
Jumlah penduduk yang bekerja didominasi
memprihatinkan,"
Dinas
oleh jenjang pendidikan SD ke bawah 47,9
Perhubungan Propinsi Kalimantan Timur,
persen. Selain itu, ada tuntutan untuk
Interaktif,
hampir
kata
Kepala
Adi Buhari Muslim. Kerusakan jalan
4
masih
sisi
berkualitas
rendah,
pendidikan
maupun
relatif
rendah.
masih
memiliki standarisasi keterampilan tertentu
dibandingkan APK negara maju yang
di tempat kerja .
mencapai 40 %, Amerika Serikat memiliki
Peningkatan kualitas tenaga kerja di
Indonesia
dapat
dicapai
dengan
APK 60 %, dan yang tertinggi adalah Korea Selatan, mencapai angka 90 %.
meningkatkan investasi pada sumber daya
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
manusia yang pada akhirnya bertujuan
adalah salah satu provinsi yang mengalami
untuk
minimnya laju PDRB, pada kenyataanya
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi, hal ini dapat tercermin dari
NTB
tingkat
minimnya kualitas SDM yang dikarenakan
pendidikan.
Untuk
mengejar
juga masih berhadapan dengan
ketertinggalan dunia pendidikan, baik dari
oleh
segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
dibandingkan dengan negara lain, UUD
NTB berakibat pada rendahnya indeks
1945
dana
prestasi manusia (IPM) NTB yakni sebesar
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
62,4 persen dan berada di peringkat ke-32
pendidikan
dari 33 provinsi di seluruh Indonesia.
mengamanatkan
bahwa
kedinasan
dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
minimnya
Kemampuan
tingkat
setiap
pendidikan.
negara
atau
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
wilayah dalam mencapai pertumbuhan
pendidikan
dari
ekonomi ditentukan oleh beberpa faktor
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Sumber daya manusia di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi yang merupakan
pada kenyataannya masih didera berbagai
salah satu indikator kemakmuran suatu
permasalahan, salah satunya adalah tingkat
negara mewajibkan pelaku ekonomi di
pendidikan yang masih tergolong rendah.
setiap negara atau wilayah untuk dapat
Angka Partisipasi Kasar (APK) Indonesia
memaksimalkan usaha dalam mencapainya.
pada pendidikan tinggi hanya 18,7 %. Jika
Barang
5
dan
minimal
20%
modal
atau
investasi
yang
memadai
dengan
infrastruktur
yang
terpenuhinya dibutuhkan
untuk
ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih besar daripada nol. Sebab, jika
memperlancar mobilitas kegiatan ekonomi
investasi
dan kualitas sumber daya manusia yang
perekonomian hanya dapat berproduksi
tercermin dari tingkat pendidikan termasuk
pada tingkat sebelumnya.
ke dalam
neto
sama
dengan
nol,
faktor utama penentu tingkat
Investasi sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
menciptakan dan menunjang pertumbuhan
dianggap penting untuk melihat pengaruh
ekonomi. Investasi tersebut mencakup
tingkat
investasi pada tanah, peralatan, prasarana
pendidikan
terhadap
dan
pertumbuhan
infrastruktur ekonomi
di
Indonesia.
dan sarana atau infrastruktur, dan sumber daya manusia.
Pembentukan
Modal
Tetap
Bruto
Investasi pada sarana dan prasarana
(PMTB/investasi)tumbuh sebesar 2,85%
atau juga disebut dengan infrastruktur
(q-to-q), merosot signifikan dibandingkan
merupakan salah satu bentuk investasi
kuartal II-2013 yang mencapai 5,22% (q-
yang
to-q).
ekonomi di suatu wilayah atau negara.
turut
menopang
pertumbuhan
Sesuai dengan laporan perkembangan
Misalnya, yang terjadi pada Provinsi
ekonomi di atas, penurunan Pembentukan
Papua yang beberapa kali mengalami laju
Modal Tetap Bruto yang dilakukan lewat
pertumbuhan ekonomi negatif. Menurut
investasi diindikasikan menjadi salah satu
Hermanto, Problem utama pembangunan
penyebab
pertumbuhan
di Papua adalah keterisolasian wilayah
ekonomi Indonesia di kuartal III tahun
sehingga penduduk asli yang tersebar tidak
2013.
merata
Hal
melemahnya
ini
sesuai
dengan
yang
tertinggal
jauh
perkembangan
dijelaskan oleh Prathama Rahardja dan
sosial ekonominya daripada penduduk
Mandala Manurung, bahwa pertumbuhan
daerah lain di Indonesia . Sungguh ironis,
6
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan
masalah
kontribusinya
yang
telah
kegiatan
secara
produksi
langsung agar
dalam
terciptanya
dirumuskan oleh peneliti, maka tujuan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sebagai
penelitian ini adalah:
negara
1.
Mengetahui pengaruh
2.
dan
sedang
berkembang,
menganalisis
Indonesia mulai merambah perekonomian
pendidikan
sektor industri sebagai sektor penyokong
tingkat
terhadap pertumbuhan ekonomi.
utama dalam PDRB.
Mengetahui
Distribusi sektor industri terhadap PDRB
pengaruh
dan
menganalisis
infrastruktur
terhadap
pertumbuhan ekonomi. 3.
yang
Mengetahui
dan
berada di sekitar angka 24% sejak tahun 2010, dan sektor ini tentu membutuhkan
menganalisis
tenaga kerja yang berkualitas baik untuk
pengaruh tingkat pendidikan dan
dapat
terus
menjalankan
kegiatan
infrastruktur terhadap pertumbuhan
perekonomian.
Data
tersebut
ekonomi.
bersumber dari Badan Pusat Statistik RI.
objek
Objek dalam penelitian ini adalah
Panjang jalan per luas wilayah sebagai
jumlah pekerja menurut tingkat pendidikan
objek data dari infrastruktur, objek ini
tertinggi yang ditamatkan pada jenjang
dipilih karena jalan merupakan salah satu
SMTA sebagai objek data dari tingkat
infrastruktur utama yang berperan penting
pendidikan, objek tersebut dipilih karena
untuk melancarkan mobilitas masyarakat,
SMTA adalah jenjang tertinggi di bangku
para pelaku kegiatan perekonomian. Data
sekolah, data tersebut mampu menjelaskan
objek tersebut bersumber dari Badan Pusat
besarnya jumlah pekerja yang berijazahkan
Statistik RI.
atau
dapat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merepresentasikan kualitas yang baik dari
provinsi atas dasar harga konstan tahun
tamat
SMTA,
sehingga
sumber daya manusia terkait dengan
7
2000 sebagai objek data dari pertumbuhan
tahun 2000 di 32 provinsi di Indonesia
ekonomi, objek ini dipilih karena
pada tahun 2008 – 2012.
PDRB adalah indikator dari pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah provinsi. PDRB
atas
harga
menggambarkan
konstan
perubahan
Penelitian
dilakukan
pada
ruang
lingkup wilayah tersebut dengan alasan: mampu
a. Data Provinsi Kepulauan Riau
volume
pada tahun 2008 masih tergabung
produksi. Pengaruh perubahan harga telah
dengan
dihilangkan dengan cara menilai dengan
sehingga untuk tahun penelitian
harga
selanjutnya,
suatu
tahun
dasar
tertentu.
data
Provinsi
data
Riau,
Provinsi
Penghitungan atas dasar konstan berguna
Kepulauan Riau tetap digabung
untuk
dengan data Provinsi Riau, seperti
melihat
pertumbuhan
ekonomi
secara kesuluruhan atau sektoral. Juga untuk
melihat
perubahan
struktur
di tahun 2008. b. Dengan
menggunakan yang
data
perekonomian suatu daerah dari tahun ke
penelitian
tahun. Data objek tersebut bersumber dari
wilayah provinsi tersebut, hasil
Badan Pusat Statistik RI.
penelitian
ini
mencakup
akan
32
semakin
Ruang lingkup dalam penelitian ini
mencerminkan keadaan sebenarnya.
mencakup jumlah pekerja menurut tingkat
c. Ruang lingkup waktu penelitian
pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada
adalah dari tahun 2008 – 2012.
jenjang SMTA dari 32 provinsi di
Rentang waktu yang digunakan
Indonesia pada tahun 2008 – 2012.
adalah lima tahun, dengan alasan
Panjang jalan per luas wilayah dari 32
agar hasil penelitian ini dapat
provinsi di Indonesia pada tahun 2008 -
merepresentasikan
2012, dan PDRB atas dasar harga konstan
ekonomi berfluktuatif.
8
Indonesia
kondisi yang
Metode penelitian yang digunakan
Pendekatan korelasional dalam penelitian
dalam penelitian ini adalah metode expost
ini menggunakan analisis regresi linier
facto dengan pendekatan analisis regresi.
berganda yang menunjukan hubungan
Metode expost facto dipilih karena sesuai
secara linear antara dua atau lebih variabel
dengan prosedur, teknik, dan data yang
bebas, dalam penelitian ini variabel bebas
digunakan dalam penelitian ini. Metode
adalah
expost facto adalah
penelitian yang
infrastruktur (X2) dengan variabel terikat,
dilakukan setelah suatu kejadian terjadi.
pertumbuhan ekonomi (Y). Analisis ini
Disebut juga sebagai restropective study
digunakan
karena expost facto merupakan penelitian
hubungan antara variabel bebas dengan
penelusuran
variabel terikat, apakah masing-masing
peristiwa
kembali atau
terhadap
suatu
kejadian
suatu dan
tingkat
variabel
pendidikan
untuk
bebas
(X1)
dan
mengetahui
tersebut
arah
berhubungan
kemudian merunut ke belakang untuk
positif sehingga sesuai dengan teori yang
mengetahui faktor-faktor apa saja yang
telah dijelaskan sebelumnya atau negatif
dapat menimbulkan kejadian tersebut.
sehingga
Sehingga,
dan
selanjutnya dan untuk memprediksi nilai
dilihat
dari variabel terikat apabila nilai variabel
ketergantungan variabel tidak bebas yang
bebas mengalami kenaikan atau penurunan.
dipengaruhi oleh variabel bebas yang
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan
dengan
pendekatan
expost
regresi,
akan
mempengaruhi, disimbolkan
dengan
facto
masing-masing Y
(pertumbuhan
diperlukan
pengkajian
sebelumnya, bahwa terdapat pengaruh antara
tingkat
pendidikan
(X1)
dan
ekonomi) sebagai variabel terikat, dan X1
infrastruktur (X2) terhadap pertumbuhan
dan
ekonomi
X2
(tingkat
pendidikan
infrastruktur) sebagai variabel bebas.
9
dan
(Y),
pola
hubungan
dalam
penelitian ini sesuai dengan konstelasi
Jenis data yang digunakan dalam
waktu (time series) dan data silang (cross
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
section). Data panel adalah data yang
data yang diperoleh, dikumpulkan, dan
diperoleh dari data cross section yang
diolah
yang
disurvey berulang kali pada unit individu
digunakan dalam penelitian ini adalah data
(objek) yang sama pada waktu yang
jumlah pekerja menurut tingkat pendidikan
berlainan. Sehingga diperoleh gambaran
tertinggi yang ditamatkan pada jenjang
tentang perilaku objek tersebut selama
SMTA dari 32 provinsi di Indonesia dalam
periode waktu tertentu. Runtut waktu atau
rentang waktu tahun 2008 – 2012 sebagai
time series dalam penelitian ini adalah data
data
yang diambbil berdasarkan rentang waktu
oleh
dari
pihak
tingkat
lain.
Data
pendidikan
yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
lima tahun, yaitu dari tahun 2008 – 2012.
Data panjang jalan per luas wilayah
Sedangkan, data silang atau data cross
sebagai data dari infrastruktur di 32
section dalam penelitian ini adalah data
provinsi di Indonesia dalam rentang waktu
jumlah pekerja menurut tingkat pendidikan
tahun 2008 – 2012 yang diperoleh dari
tertinggi yang ditamatkan pada jenjang
Badan Pusat Statistik.
SMTA, data panjang jalan per luas
Penggunaan
data
Produk
Domestik
wilayah,
dan
data
Produk
Regional
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan tahun 2000 di 32 provinsi di
konstan tahun 2000 di 32 provinsi di
Indonesia dalam rentang waktu tahun
Indonesia.
2008 – 2012 sebagai indikator dari
HASIL PENELITIAN
pertumbuhan ekonomi yang didapatkan
Perhitungan Uji Chow, F statistik
dari Badan Pusat Statistik.Data yang
(lampiran 4) menunjukkan nilai sebesar
digunakan dalam penelitian ini adalah data
283,846. Sedangkan F tabel (lampiran 5)
panel, yaitu gabungan antara data runtut
menunjukkan nilai sebesar 3,05. Nilai F
10
statistik > F tabel, maka H0 ditolak yang
adalah terima H0 (p-value > 0,05) dengan
berarti model yang lebih tepat digunakan
hipotesis:
adalah Fixed Effect Model.
H0 : Metode Random Effect
Setelah Uji Chow, dilakukan Uji
H1 : Metode Fixed Effect
Hausman untuk menentukan, antara model
Berdasarkan
hasil
tersebut,
maka
fixed effect atau random, dengan hasil
metode yang digunakan pada penelitian ini
sebagai berikut:
adalah metode Random Effect.
Tabel IV.1 Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: EQ03 Test cross-section and period random effects
Dengan bentuk persamaan sebagai berikut: PDRB = b0 + b1(SMTA) + b2 (PPJ) + error term PDRB = 24,047 + 0,575 (SMTA) + 0,088 (PPJ) + error term
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.000000 2 1.0000 Period random 0.000000 2 1.0000 Cross-section and period random 0.000000 2 1.0000 Sumber: Data diolah oleh penulis Pada perhitungan tabel di atas,
Untuk
masing-masing
provinsi
tiap
tahunnya, koevisien intersep dan slopnya dapat disesuaikan, begitu juga dengan error term-nya dapat disesuaikan dengan data di setiap periode waktu dan cross section-nya
dapat terlihat bahwa nilai probabality pada
Persamaan regresi berganda seperti yang
tes cross-section and period random effects
tertera di atas menjelaskan bahwa:
menunjukan angka 1,0000 yang berarti
a.
tidak signifikan dengan tingkat 95% atau
adalah jika jumlah pekerja yang tamat
α=5%. Sehingga keputusan yang diambil
SMTA (SMTA) di suatu provinsi dan
berdasarkan penggujian Hausman Test ini
proporsi panjang jalan di setiap luas
11
Konstanta sebesar 24,047 artinya
wilayah (PJJ) bernilai nol (0), maka PDRB
faktor pengganggu dalam model yang
masih memiliki nilai sebesar 24,047 %.
digunakan adalah apabila nilai (JBTest)
b.
hasil regresi lebih kecil dari nilai χ2 tabel
Koefisien regresi (1) dari pekerja
yang tamat STMA (SMTA) bernilai 0,575.
degree
Hal ini dapat diartikan bahwa apabila
probabilitas dari JB-test > 0,05 maka
jumlah pekerja yang tamat SMTA naik 1%,
disimpulkan bahwa model yang digunakan
dan proporsi panjang jalan di setiap luas
mempunyai residual atau faktor-faktor
wilayah (PJJ) tetap, maka PDRB akan
pengganggu yang terdistribusi normal. Uji
bertambah sebesar 57,5% dari periode
normalitas digunakan untuk menentukan
sebelumnya.
data yang dipakai dalam penelitian telah
c.
Koefisien regresi (2) dari proporsi
berdistribusi normal atau diambil dari
panjang jalan kondisi baik dan sedang di
populasi normal dengan menguji sebaran
setiap
data
luas
wilayah
(PJJ_PROVINSI)
of
yang
freedom
(df),
dianalisis
atau
sebagai
nilai
syarat
bernilai 0,088 yang artinya adalah jika
penggunaan statistik parametrik.
proporsi panjang jalan di setiap luas
Uji Normalitas
wilayah (PJJ) naik 1% dari periode lalu
Dengan analisis koefisien Jarque-Bera (JB)
dan (SMTA_PROVINSI) bernilai tetap,
= 2,35 dan probabilitas atau p-value =
maka PDRB akan naik sebesar 8,8 %.
0,307 > taraf signifikansi 5%, sehingga
Uji Persyaratan Analisis
data berdistribusi normal.
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Uji normalitas ini dilakukan pada nilai
Melalui tabel di atas, dapat terlihat nilai
residual model. Uji normalitas dilakukan
hubungan
dengan
Jarque-Bera
anatara variabel X1 (SMA01) dengan
Normality Test Statistic (JB-Test). Untuk
variabel X2 (PPJ) hanya sebesar 0,546
mendeteksi ada tidaknya residual atau
masih berada di bawah 0,8. Hal ini berarti
12
menggunakan
atau
nilai
multikolinieritas
tidak
ada
multikolinieritas
di
antara
SMTA berpengaruh signifikan terhadap
keduanya.
PDRB dengan arah hubungan positif.
Uji Heterokedasitas
2. Pengujian terhadap variabel PPJ
Jika nilai obs*-square < X2, maka Ho
Hipotesis pertama menyebutkan bahwa
diterima. Karena nilai obs*square adalah
proporsi panjang jalan
103,62 dan nilai X2 atau chi square dengan
wilayah provinsi berpengaruh signifikan
df = 159 dan taraf signifikansi 0,05
terhadap
(lampiran 7) adalah 189,424. Sehingga,
PDRB. Berdasarkan hasil perhitungan
103,62 < 189,424 atau obs*-square < X2.
data menggunakan program
Kesimpulannya adalah dengan tingkat
diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas t
keyakinan
95%, dapat dikatakan
hitung > t tabel dengan α = 0,05 dengan
bahwa tidak
terdapat heteroskedastisitas
arah
hubungan
terhadap luas
positif.
Eviews 7,
Ini
berarti
dalam model regresi.
keputusan terima H1 dan tolak H0, artinya
Uji Hipotesis
proporsi panjang jalan per luas wilayah
a. Uji Keberartian Koefisien Regresi
berpengaruh signifikan terhadap PDRB
1. Pengujian terhadap variabel SMTA
dengan arah hubungan positif.
Hipotesis pertama menyebutkan bahwa
b.
SMTA berpengaruh
(Uji F)
signifikan terhadap
Uji Koefisien Regresi Simultan
PDRB. Berdasarkan hasil perhitungan data
Hasil pengolahan data terlihat bahwa
menggunakan
7,
variabel independen (SMTA dan PPJ)
diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas t
mempunyai signifikansi F hitung sebesar
hitung > t tabel dengan α = 0,05 dengan
76,54 > F tabel adalah 3,05 dengan tingkat
arah
signifikansi yang α = 0,05.
program
hubungan
positif.
Eviews
Ini
berarti
keputusan terima H1 dan tolak H0, artinya
Dengan
demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama
13
variabel independen (SMTA dan PPJ)
faktor-faktor lain di luar model penelitian
secara signifikan berpengaruh terhadap
ini.
PDRB. Dengan demikian hipotesis ketiga
PEMBAHASAN
(H3) dalam penelitian ini dapat diterima.
Berdasarkan uji yang telah dilakukan,
c. Koefisien Determinasi (R2)
peneliti mendapatkan hasil uji regresi
Koefisien determinan digunakan untuk
linier berganda dengan bentuk persamaan
mengukur seberapa jauh
sebagai berikut.
model
dalam
kemampuan
menerangkan
variabel-variabel
dependen.
variasi Nilai
PDRB = b0 + b1(SMTA) + b2(PPJ) + error term
koefisien adalah antara nol sampai dengan
Ln PDRB = 24,047 + 0,575 LnSMTA +
satu dan
0,088 LnPPJ + error term
ditunjukkan dengan nilai
adjusted R2. Berdasarkan
Menurut persamaan regresi di atas, dapat hasil
penelitian
ini
disimpulkan bahwa Konstanta sebesar 24,
menunjukkan bahwa nilai Adjusted R-
047 artinya adalah jika jumlah pekerja
squared diperoleh sebesar 0.487 atau
yang tamat SMTA (SMTA) di suatu
48,7%. Hal ini menunjukkan bahwa 48,7%
wilayah provinsi dan proporsi panjang
jumlah PDRB di suatu wilayah provinsi
jalan di setiap luas wilayah (PJJ) bernilai
yang diperoleh signifikan secara bersama-
nol (0), maka PDRB masih memiliki nilai
sama dipengaruhi oleh jumlah pekerja
sebesar 24,047%. Koefisien regresi (1)
yang tamat SMTA dan proporsi panjang
dari pekerja yang tamat SMTA (SMTA)
jalan dengan kondisi baik dan sedang di
bernilai 0,575. Hal ini dapat diartikan
setiap luas wilayahnya. Sedangkan 51,3%
bahwa apabila jumlah pekerja yang tamat
variasi perubahan PDRB di suatu wilayah
SMTA (SMTA) naik 1%, dan proporsi
provinsi ditentukan atau dipengaruhi oleh
panjang jalan di setiap luas wilayah (PJJ) tetap, maka PDRB akan bertambah sebesar
14
57,5% dari periode sebelumnya. Koefisien
signifikan terhadap PDRB. Berdasarkan
regresi (2) dari proporsi panjang jalan di
hasil
setiap luas wilayah (PJJ) bernilai 0,088
program Eviews 7, diperoleh hasil bahwa
yang artinya adalah jika proporsi panjang
nilai t-hitung > t tabel, artinya proporsi
jalan di setiap luas wilayah (PJJ) naik 1%
panjang jalan di setiap wilayah provinsi
dari periode lalu dan (SMTA) bernilai
berpengaruh signifikan terhadap PDRB
tetap, maka PDRB akan naik sebesar 8,8%.
dengan arah hubungan positif, sehingga
Hal
hipotesis pertama dapat diterima.
ini
sesuai
dengan
teori-teori
penghubung yang digunakan oleh peneliti,
perhitungan
Hasil
data
menggunakan
pengolahan
data
terlihat
bahwa tingkat pendidikan dan infrastruktur
bahwa variabel independen (SMTA dan
berbanding positif dengan pertumbuhan
PJJ) mempunyai signifikansi F hitung
ekonomi.
sebesar
Penjelasan mendukung
uji
signifikansi
hipotesis
uji
76,54 > F tabel (lampiran 5)
t,
adalah 3,05 dengan tingkat signifikansi
pertama
yang α = 0,05. Dengan demikian hasil
menyebutkan
analisis dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel tamat SMTA berpengaruh
bahwa
signifikan terhadap PDRB. Berdasarkan
independen
hasil
menggunakan
signifikan berpengaruh terhadap PDRB.
program Eviews 7, diperoleh hasil bahwa
Dengan demikian hipotesis ketiga (H3)
nilai t-hitung > t tabel, artinya jumlah
dalam penelitian ini dapat diterima.
perhitungan
data
pekerja yang tamat SMTA berpengaruh
secara
bersama-sama
(SMTA
dan
variabel
PJJ)
secara
Berdasarkan hasil penelitian ini
signifikan terhadap PDRB dengan arah
menunjukkan
hubungan
hipotesis
determinan (R2) diperoleh sebesar sebesar
Pengujian
0.487 atau 48,7%. Hal ini berarti bahwa
terhadap variabel PJJ berpengaruh positif
48,7% jumlah PDRB di suatu wilayah
pertama
15
positif, dapat
sehingga diterima.
bahwa
nilai
koefisien
provinsi yang diperoleh, signifikan secara bersama-sama dipengaruhi oleh jumlah pekerja yang tamat SMTA dan proporsi panjang jalan di setiap luas wilayahnya. Sedangkan perubahan
51,3% PDRB
di
sisanya
variasi
suatu
wilayah
provinsi ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA APK SEKOLAH MENENGAH DI NTB RENDAH. ANTARANEWS.com. 8 Maret 2013(http://www.antarantb.com/print/4212 /apk-sekolah-menengah-dintb-rendah) A. Delis, “Peran Infrastruktur Sebagai Pendorong Dinamika Ekonomi Sektoral dan Regional Berbasis Pertanian”, Disertasi Pasca Sarjana IPB, 2008. Baltagi, Badi H, Econometric Analysis of Panel Data, England: John Wiley & Sons, Ltd, 2005. Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009. Bustomi, Muhammad Ja’far, “Ketimpangan Pendidikan Antar Kabupaten/Kota Dan Implikasinya Di Provinsi Jawa Tengah”, Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012). Firman, Novi Triana, Krisis Tenaga Kerja Indonesia, (http://www.pesona .co.id/majalah.edisi/o n.issue/krisis.tenaga.kerja.indonesia/009/0 03/10) 16
Frischmann, Brett M, Infrastructure: The Social Value Of Shared Resources. New York: Oxford University Press. 2012. Gie, Kwik Kian, Peranan infrastruktur Dalam Pertumbuhan Ekonomi, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2002. Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Penebit Pustaka Setia, 2011. Http://www.tempo.co/read/news/2006/11/ 25/05888417/600-Kilometer-JalandiKalimantan-Timur-Rusak-Parah, diakses pada Maret, 2014. Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Jhingan, M.L, Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, APK Indonesia hanya 18,7 persen, (http://www.menkokesra.go.id/content/apk -indonesia-hanya-187persen) 69 Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Anggaran Pendidikan Dalam APBN, (http://www.setneg.go.id/index.php?option =com_content&task=view&id=372 3) Kodoatie, Robert J., dan Roestem Sjarief, Tata Ruang Air, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010 Lek, Mesak, “Analisis Dampak Pembangunan Jalan Terdapat Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Barat Provinsi Papua Barat (Studi Kasus di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat”, Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan Vol. 6 No. 1 Februari 2013. Mankiw, N. Gregory, Pengatar Ekonomi, Jakarta : Erlangga, 2003. Menteri Pekerjaan Umum RI, Pengembangan Infrastruktur di Indonesia, Yogyakarta: Seminar Nasional Majalah Teknik Sipil UGM, 2005. Pemerintah Kaji Indeks Pembangunan Provinsi NTT 2014. (http://www.timorexpress.com/kupangmetro/pemerintah-kajiindekspembangunan provinsi-ntt-2014) Perkembangan Ekonomi Terkini 2013:IV. Indonesian Economic Review And Outlook Macroeconoimc Dashboar FEB UGM, (http://macroeconomicdashboard.com/inde x.php/id/ekonomimakro/146perkembangan ekonomi-terkini2013-iv), 2013. Perubahan Keempat UUD NRI Tahun 1945, http://www.mpr.go.id/pages/produkmpr/uu d-nri-tahun-1945/perubahan-keempat-uudnri-tahun-1945. Prasetyo, Rindang Bangun, dan Muhammad Firdaus, “Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. Purwansyah, Fadly Elwa, Syamsurijal Tan dan Erni Achmad, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pengembangan Sektor Pertanian Di Kabupaten Muaro Jambi”, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 1, Juli 2013. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro : Suatu
17
Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Rutherford, Donald, Routledge Dictionary of Economics. Second Edition, London and New York, 2002. Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada, 2008. Sulawesi Tenggara In Figures. Badan Pusat Statistik, 2010.
Jakarta:
Statistik Transportasi 2012, Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2012. Suriani dan Amri, “Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Di Provinsi Aceh”, Jurnal Ekonomi dan Pengembangan, Vol. 3 No.2, Nov 2012. Todaro, Michael P., dan Stephen C. Smith, Economic Development, Jakarta: Erlangga, 2003. Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Umar Tirtarahardja, Umar dan Drs. S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Umaru, Aminu, “Human Capital: Education and Health in Economic Growth and Development of the Nigerian Economy”, British Journal of Economics, Finance and Management Sciences, Vol. 2 (1), 22 October 2011.