PENGARUHDEFISIENSI KALIUM SAAT DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSU HARAPAN IBU PURBALINGGA TAHUN 2013 Artathi Eka Suryandari1, Lina Dwi Puji Rahayu2 ABSTRACT The prevalence of occurrence of preeclampsia in pregnancies at RS Harapan Ibu Purbalingga an increase of 32 people from 76 people in 2012 to 108 in 2013. To reduce the incidence of preeclampsia is needed potassium intake of pregnant women at 4700 g / day (40-60 mg / L). Therefore, from the second trimester until the labor women are encouraged to consume foods that contain lots of potassium sources. This study aimed to determine the relationship between potassium deficiency during pregnancy with the incidence of preeclampsia in RS Harapan Ibu Purbalingga at 2013. This study uses a case control design, this study of a population of 1395 pregnant women trimester II and III with a sample of 204 people, that is for as many as 102 cases of preeclampsia and normal for pregnant women as much as 102 people. The sampling method using simple random sampling and data processing techniques using univariate and bivariate analysis. This study shows that as many as 102 pregnant women with preeclampsia who potassium levels <3.5 mEq / L were 94 (92.2%) and> 3.5 mEq / L by 8 (7.8%) with OR 227 , 95. There is a significant correlation between potassium deficiency during pregnancy with the incidence of preeclampsia inRS Harapan Ibu Purbalinggaat 2013. Keywords: Preeclampsia, potassium deficiency
PENDAHULUAN Preeklamsia adalah salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu terdiri dari hipertensi, dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara berbeda – beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraselulerdan menurunkan tekanan darah. Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi.
Menurut
Astawan (2003) cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium.
Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan kosentrasinya didalam cairan intraselulaer, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intersital belum diketahui sebabnya, mungkin dikarenakan retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh
spasme
arteriola
sehingga
terjadi
perubahan
glomerulussKonsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Purbalingga mengalami peningkatan. Tahun 2011 mencapai 15 kasus atau 99/100.000 kelahiran hidup dan menjadi 21 kasus atau 136/100.000 kelahiran hidup di tahun 2012. Data tahun 2012 menyebutkan bahwa penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah preeklamsia/eklamsi 28%, sebab lain yaitu perdarahan 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5% (Dinkes, 2012). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsia di Rumah Sakit Umum Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013.
TIJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Preeklamsia Preeklamsia merupakan suatu keadaan tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil trimester II dan trimester III dengan tekanan > 140/90 mmHg dengan disertai oedem pada ekstremitas dan protein urine(+). Preeklamsia adalah merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham, 2003).
Preeclampsia adalah timbulnya proteinuteria dan edema akibat kehamilan
setelah
usia
kehamilan
20
minggu
atau
setelah
persalinan(Mansjoer, 2000). Preeklampsia adalah merupakan sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Varney, 2006). a. Etiologi 1) Menurut Hartono (2011) Penyebab preeclampsia yaitu ketidakseimbangan asam basa, oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan asam dan basa sangat diperlukan kalium. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar-kadar zat kimia dalam tubuh. Selain membuang sampah yang sudah tidak dipakai lagi, ginjal juga berfungsi sebagai pabrik penghasil tiga hormon penting diantaranya; a) Eritroprotein (EPO) yang berfungsi untuk merangsang tulang membuat sel-sel darah merah (eritrosi) b) Renin sebagai pengatur tekanan darah c) Bentuk aktif vitamin D (kalsitior) yang membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh bila ginjal rusak. Ginjal bisa gagal melakukan fungsi pentingnya akibat gangguan pada pembuluh darah atau diunit penyaringan antara lain, gangguan pembuluh darah dalam ginjal yang akibatnya darah yang diterima unit penyaringan lebih sedikit dan tekanan dalam ginjal tidak bisa dikembalikan, gangguan pada unit penyaringan yaitu dengan berkurangnya suplai darah atau tekanan darah yang terganggu dapat mengganngu unit penyaringan sehingga bisa mengganggu kemampuan unit ini untuk membuang zat-zat yang sudah tidak dipakai lagi. Akibatnya ginjal tidak bisa mempertahankan keseimbangan antara cairan dan zat-zat kimia didalam tubuh ssehingga zat-zat buangan tidak bisa masuk kedalam darah lagi
atau mungkin zat kimia yang penting dan protein akan ikut keluar bersama
urine.
Penyebab
dari
preeclampsia
yaitu
ketidakseimbanganasam basa, oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan asam basa diperlukan asupan kalium 2) Menurut Mochtar (2007) Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teoriteori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “Penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Adapun teori yang dihubungkan dengan terjadinya preeklamsi adalah: a) Peran prostasiklin b) Peran faktor imunologis c) Faktor genetik 3) Menurut Madlazi (2000) Penyebab preeklamsia walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa
penelitian
menyimpulkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya preeclampsia. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia: a) Riwayat Preeklampsia Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan riwayat preeklampsia akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. b) Primigravida Primigravida, karena primigravida pembentukkan antibody penghambat (blockingantibodies) belum sempurna sehingga meningkatjkan resiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan
pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem yaitu seperti terlalu muda dan terlalu tua. c) Kegemukan d) Kehamilan Ganda. Preeklamsia sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih. e) Riwayat penyakit tertentu Wanita
yang
sebelumnya,
mempunyai memiliki
riwayat
resiko
penyakit
terjadinya
tertentu
preeklampsia.
Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau degeneratif seperti reumatik, arthiritis atau yang disertai janin atau bagian dari janin. Pada gambaran histologi tampak bagian vili yang lupus. b. Patofisiologi preeklamsia Preklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita
dengan
hipertensi
pada
kehamilan
dapat
mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan
proteinuria.
Kerusakan
hepar
dari
nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan
obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005) 2. Kalium Kalium adalah merupakan ion yang bermuatan positif dan terdapat didalam sel intraseluler (Renijuniastuti: 2009). Ethel Sloane, (2003) menjelaskan kalium adalah kation intraseluler utama. Ion ini secara normal dikonsumsi dan diekresi dalam jumlah yang seimbang yaitu 10% dari asupan harian dan diekresi dalam feses dan 90% dalam urine. Kalium adalah merupakan kation yang sangat penting dalam tubuh. Elektrolit ini jumlahnya 20 kali lebih banyak berada pada intrasel daripada di cairan ekstraseluler. Kadar normal kalium dalam serum adalah 3,5-5,3 mEq/L. Sehubungan dengan kalium yang disimpan dalam tubuh sedikit, maka asupan kalium setiap hari harus adekut. Jumlah asupan kalium tiap hari adalah 40-60 mEq/L. Kalium sekitar 80-90% diekskresikan ke dalam urine dan 8% dalam feses. Sumber kalium dapat didapatkan dari buahbuahan, sayur-sayuran,atau suplemen kalium (Pratama, 2012). Article (2011) menjelaskan kebutuhan kalium per hari ialah 4.500 mg untuk usia 9-13 tahun, 4.700 mg untuk usia 14 tahun keatas, termasuk wanita hamil. Untuk ibu menyusui membutuhkan kalium sebanyak 5.100 mg perhari. 3. Keterkaitan antara kalium dengan preeklamsia Pangeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsumsi garam didalam darah, dengan merangsang kelenjar pituari mengeluarkan hormone antidiuretika (ADH). ADH dikeluarkan bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air kedalam tubuh. Almatsier(2001) bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim rennin. Renin mengaktifkan protein didalam darah yang dinamakan angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akanmengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormone
aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk untuk menahan air dan natrium. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air yang dikeluarkan dari tubuh dan tekanan darah akan naik kembali. Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan kosentrasi natrium didalam
cairan
ekstraseluler
meningkat.
Astawan
(2003)
untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah. Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Menurut Astawan (2003) cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan menigkatkan kosentrasinya didalam intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari ektra seluler dan menurunkan tekanan darah.
METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah defisiensi kalium,variabel terikat adalah kejadian preeklamsia. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi menggunakan rancangan case control yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsia. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester II dan trimester III yang memeriksakan kehamilannya di RSU Harapan Ibu Purbalingga sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 yang berjumlah 1395 ibu hamil. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik kuota sampling dihitung menggunakan rumus Slovin yaitu untuk kelompok
kasus
berjumlah 102 dan kelompok kontrol 102. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsi menggunakan uji Chi Square (Arikunto,2010). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Defisiensi Kalium
Ibu hamil yang mengalami kekurangan kalium yang tidak normal kurang dari 3,5 mEq/L dan yang lebih dari 5 mEq/L, adapun distribusi frekuensi defisiensi kalium pada ibu hamil disajikan pada grafik berikut ini:
Kadar Kalium Kalium normal
defisiensi kalium
105 (51,5%)
99 (48,5%)
Kalium normal
defisiensi kalium
Grafik 1: Distribusi frekuensi kadar kalium pada ibu hamil di RSU Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013. Berdasarkan grafik 1. di atas menunjukkan menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami defisiensi kalium sebanyak 99 orang (48,50%), sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami defisiensi kalium sebanyak 105 orang (51,50%). Sebagian besar ibu hamil di RSU Harapan Ibu Purbalingga tidak mengalami defisiensi kalium. kaliu 2. Kejadian Preeklamsia Ibu hamil trimester II dan trimester III yang mengalami tekanan darah mencapai >140/90 mmHg dan atau disertai oedema,adapun distribusi frekuensi kejadian preeklamsia pada ibu hamil disajikan pada grafik berikut ini:
Preeklamsia tidak preeklamsia 102(100%
tidak preeklamsia
preeklamsia
102(100%)
preeklamsia
Grafik 2: Distribusi frekuensi kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSU Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013. Berdasarkan grafik 2 di atas menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami kejadian preeklamsia sebanyak 102 orang (100%), sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami preeklmsia sebanyak 102 orang (100%). B. Analisis Bivariat Hubungan defisiensi kalium saat hamil hamil dengan kejadian preeklamsia di RSU Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013 Tabel 5 Hubungan defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsia di RSU Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013 X2
Kejadian preeklamsia
Kadar kalium
normal Tidak normal Total
Tidak preeklamsia 97 5
95,1% 4,9%
8 94
7,8% 92,2%
102
100%
102
100%
P value
OR
0,000
227 ,95
PE 155,448
α: 0,05 X2: 3,841 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai p value adalah 0,000 dan X2 hitung 155.448. karena nilai p value < 0,05 dan X2 hitung > 3,841 dengan OR 227,95 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil dengan kadar kalium
tidak normal berisiko mengalami kejadian preeklamsia 227,95 kali lebih besar dari pada ibu hamil dengan kadar kalium normal. Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Menurut Astawan (2003) cara kerja kalium adalah kebalikan dari
natrium.
Konsumsi
kalium
yang
banyak
akan
meningkatkan
kosentrasinya didalam intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari ektra seluler dan menurunkan tekanan darah.Sumber kalium dapat didapatkan dari buah-buahan, sayur-sayuran,atau suplemen kalium (Pratama, 2012).
KESIMPULAN Mayoritas ibu hamil dengan preeklamsia 92,2% memiliki kadar kalium tidak normal, mayoritas ibu hamil tidak preeklamsia 95,1% memiliki kadar kalium normal, ada hubungan yang signifikan antara defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian preeklamsia di RSU Harapan Ibu Purbalingga tahun 2013
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta:Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Jakarta. Cuningham,F. Gary. (2005) Obstetri Williams. Jakarta. EGC Cunningham., Kenneth J, Larry C, Jhon C, Katherine D. (2006). Obstetriwilliams, Edisi 21, Volume 2. Jakarta : EGC. Darmawan. Diakses pada 15 November 2013. Tips Mengurangi Kalium Pada Sayuran dan Buah. Diakses melalui http://www.ygdiorg/patieninfo.php Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Varney. (2007). Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 volume jilid1. Jakarta: EGC
Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 4 jilid 2. Jakarta: EGC