JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
PENGELOLAAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN MASYARAKAT DESA SUKARARA M Sunu Probo Baskoro 1* 1
Kantor Berita Antara Lantai 19-20 Wisma Antara Jl. Medan Selatan No. 17 Jakarta, Indonesia. *
E-mail:
[email protected]
Abstract Masyarakat di Desa Sukarare Lombok Timur Nusa Tenggara Barat berperan aktif dalam mengembangkan potensi desa Sukarare yakni mengembangkan kekayaan kearifan local berupa adat istiadat dan seni budaya. Pengembangan yang mereka lakukan adalah menjaga segala bentuk orisinalitas bangunan fisik rumah adat, upacara-upacara adat serta menjaga tradisi yang dilestarikan turun menurun seperti kewajiban menenun bagi kaum wanita sebelum bernajak dewasa. Masyarakat desa Sukarare juga berperan aktif berpartisipasi dalam semua kegiatan di Desa Sukarare seperti partisipasi tenaga, partisipasi harta benda, partisipasi ketrampilan, partisipasi kemahiran, serta partisipasi social. Partisipasi itu diberikan dalam rangka kontribusi yang masyarakat berikan dalam mengelola Kawasan Ekowisata Desa Sukarare Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengelola kawasan Ekowisata Desa Sukarare serta implikasinya terhadap ketahanan masyarakat desa khususnya Desa Sukarare Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi lapangan dan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif. Pengembangan Ekowisata ini pada akhirnya mampu meningkatkan ketahanan masyarakat desa, social kemasyarakatan, pelestarian alam, pelestarian adat istiadat serta budaya. Kata kunci : Pengelolaan Kawasan Ekowisata, Ketahanan Masyarakat Desa, Pelestarian adat istiadat, Pelestarian Budaya, Partisipasi Masyarakat
18
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
PENDAHULUAN Suatu kondisi menarik terjadi di Desa Permasalah
yang
Negara-negara begitu
dihadapi
berkembang
banyaknya
desa-desa
oleh
Sukarare
Lombok
Timur
Nusa
adalah
Tenggara Barat, ketika masyarakat asli
yang
Lombok mulai mencoba peruntungan
miskin dan terbelakang. Pernyataan ini
dengan
sesuai dengan Tesis yang dilakukan
khususnya ke pulau Bali, sejumlah
oleh Schumacher (1979; 162) yang
masyarakat di Desa Sukarare Lombok
menyatakan bahwa persoalan pokok
Timur Nusa Tenggara Barat mencoba
yang
Negara-negara
untuk mengelola desanya menjadi
berkembang terletak pada dua juta desa
Kawasan Ekowisata. Pemilihan konsep
yang
Ekowisata
bagi
Sukarare
dikarenakan
selama beban hidup di pedesaan tidak
Ekowisata
memiliki
dapat
Karakteristik itu menurut Nugroho
dihadapi
miskin
Schumacher
dan
terbelakang.
berpendapat
diringankan,
maka
bahwa
masalah
mencari
3)
kerja
ke
Kawasan
kota
Desa konsep
karakteristik.
kemiskinan di dunia ini tidak dapat
(2011;
karena
Ekowisata
diselesaikan, dan mau tidak mau pasti
mengedepankan
akan lebih memburuk.
lingkungan, kesejahteraan penduduk
konservasi
local dan menghargai budaya local. Dalam
membangun
desanya,
Ekowisata bukan menjual destinasi
masyarakat desa biasanya seringkali
tetapi
menunggu bantuan dan uluran tangan
ekowisata
dari
kejenuhan pasar (Fandeli 2000; 8).
pihak
luar
desa.
Inisiatif
menjual tidak
filosofi
sehingga
akan
mengenal
membangun desa itu bukanlah dating dari masyarakat desa itu sendiri.
Dengan demikian, ekowisata dianggap
Situasi
tepat untuk dikembangkan di kawasan
yang
seperti
inilah
yang
membuat masyarakat desa semakin
desa
tergantung dengan masyarakat luar
apresiasinya terhadap lingkungan, baik
desa. Bahkan situasi akan menjadi
lingkungan
lebih buruk bila tidak ada bantuan bagi
budayanya.
Awalnya
masyarakat
desa maka penduduk desa akan pergi
merasa
kesulitan
untuk
meninggalkan
mengembangkan
penghasilan.
desa
guna
mencari
Sukarare
alam
karena
dianggap
ataupun
model
social
kawasan
ekowisata di Desa Sukarare. Hal ini
19
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
disebabkan
kurangnya
pengetahuan
yang membantu agent dalam proses
masyarakat dan belum adanya bantuan
perencanaan
dari Pemerintah baik secara pendidikan
(Funnel 2008; 134)
dan
pengetahuan
ataupun
industry
pariwisata
secara
finansial.
Pemerintah sebagai pemutus kebijakan bergandengan
Awalnya,
masyarakat
mengetahui
arti
dari
tidak ekowisata,
dalam
dengan
masyarakat
mengembangkan
pariwisata
yang
kebijakan berwawasan
sebagaimana ekowisata didefinisikan
manajemen lingkungan. Langkah yang
sebagai
dilakukan
perjalanan
wisata
yang
diantaranya
mengulas
kawasan
ekologi,
bertanggung jawab ke suatu destinasi
project
dengan tujuan untuk mengkonservasi
merencanakan program dari sudut
alam serta meningkatkan kesejahteraan
pandang lingkungan,
meningkatkan
masyarakat local. Ada perbedaan yang
kapasitas
local
cukup kentara antara ekowisata dengan
menguasai isu-isu lingkungan terutama
wisata berbasis alam. Pariwisata alam
terkait
hanya
tujuan wisata serta mengintegrasikan
melakukan
tempat-tempat ekowisata,
perjalanan
alami
ke
sedangkan
secara
masyarakat
pembangunan
pengembangan
dalam
daerah-daerah
wisata
dengan
langsung
kebijakan manajemen lingkungan pada
memberikan manfaat bagi lingkungan,
tingkat local, kawasan ataupun secara
budaya dan ekonomi masyarakat local.
nasional (Funnel, 2008;135)
Untuk
sebuah
Ekowisata
kawasan Ekowisata diperlukan peran
merupakan
Pemerintah yang bekerja sama dengan
menitikberatkan peran aktif komunitas.
penduduk local. Salah satu hal yang
Hal ini dikarenakan masyarakat local
harus dilakukan Pemerintah dalam
yang meniliki pengetahuan tentang
mengembangkan
alam serta budaya
mengembangkan
sebuah
kawasan
berbasis usaha
masyarakat
pariwisata
yang
yang menjadi
ekowisata adalah membuat kebijakan
potensi dan nilai jual sebagai daya
pariwisata. Secara sederhana kebijakan
tarik
pariwisata dapat diartikan sebagai,
masyarakat menjadi mutlak. Ekowisata
kebijakan
berbasis
yang
sasaran-sasaran
mengidentifikasi
serta
tujuan-tujuan
wisata
sehingga
masyarakat
keterlibatan
dapat
menciptakan kesempatan kerja bagi
20
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
masyarakat
local
kemiskinan,
dan
dimana
mengurangi
melakukan diskusi kelompok terarah,
penghasilan
pertemuan
antar
individu
ini
ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata
merupakan kegiatan untuk melakukan
untuk turis, seperti ongkos transportasi,
verifikasi data dan perumusan strategi
pemandu
di tingkat desa. Hal terakhir yang
wisata,
penginapan,
dan
menjual kerajinan masyarakat.
dilakukan
oleh
peniliti
selama
penelitian adalah dengan melakukan Pada akhirnya, ekowisata membawa
dokumentasi. Teknik ini dilakukan
dampak positif terhadap pelestarian
untuk
lingkungan,
kearifan
berbagai data, dokumen serta arsip
pelestarian
budaya
local
dan
masyarakat
yang
mengkaji
berkaitan
dan
menganalisa
dengan
kawasan
setempat. Pelestarian budaya local dan
ekowisata Desa Sukarare Lombok
kearifan local secara tak langsung juga
Timur Nusa Tenggara Barat.
menumbuhkan jati diri dan rasa bangga diantara penduduk setempat. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
seiring dengan meningkatnya kegiatan
Desa Sukarare merupakan sebuah desa
ekowisata.
yang berada di kecamatan Sakra barat, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terbagi
METODOLOGI Penelitian
ini
kualitatif
adalah
dengan
pendekatan
penelitian melakukan
fenomenologis,
dimana
peneliti berusaha menggali informasi
dalam Tangar,
lima
dusun,
Dusun
yakni
Sukarara
Dusun Selatan,
Dusun Sukarara Utara, Dusun Repok dan Dusun Sukawangi.
dan data dari penduduk asli desa Sukarare
Lombok
Tenggara
Barat.
Nusa
Desa ini memiliki penduduk kurang
teknik
lebih 6.033 jiwa pada 2014. Mayoritas
peneliti
penduduknya bekerja sebagai petani.
wawancara
Desa Sukarara masuk pada derah
mendalam dan observasi langsung di
topografi datar dengan ketinggian 300-
desa Sukarare. Peneliti menyempatkan
400 DPL/Meter. Curah hujannya 1.190
dating ke desa Sukarare Lombok
dengan suhu udara 25-30. Adapun
Timur Nusa Tenggara Barat pada
untuk luasan wilayahnya 544,58 Ha.
medio 25-27 April 2016. Peneliti juga
Batas-batas desa dan jarak antara
pengumpulan menggunakan
Timur Untuk
data, tenik
21
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
tempuhnya sebagai berikut: 1.
Sebelah
utara
dengan
Buruh Tani 1294 Jiwa, pedagang 88 berbatasan
Desa
Suwangi
Montir/sopir
Sakra
Timur
Swasta
8
Jiwa,
berbatasan
dengan Desa Gunung Rajak
Untuk tingkat pendidikan warga, Desa
Kecamatan Sakra dan Desa
Sukarara
Pejaring
menengah disbanding dengan desa-
Kecamatan
Sakra
Sebelah Selatan
Sebelah
berbatasan
Desa
Rensing
Lekor
Kabupaten
desa
yang
Timur, hal ini dilihat dari sebaran penduduk
Barat
tingkat
pendidikannya sebagai berikut: 1. Pasca Sarjana berjumlah 3
berbatasan
2. Sarjana 61 Orang 3. Diploma
Lombok Tengah tempuh
berdasarkan
Orang
dengan Desa Saba kecamatan
Jarak
tergolong
desa lainnya di Kabupaten Lombok
Lombok Tengah
III
berjumlah
12
Orang ke
ibukota
4. SMA Sederajat berjumlah 505
kecamatan 3 KM
7.
Karyawan
Pengrajin 20 Jiwa dan lainnya 6 Jiwa.
Sebelah
Desa
6.
Tukang
Jiwa,
Kecamatan
Kecamatan Sakra Barat dan
5.
Jiwa,
Jiwa,
Pejaring
dengan
4.
14
10
Batu/Tkang Kayu 162 Jiwa, Guru 25
Barat 3.
PNS/TNI/Polri
Kecamatan Sakra dan Desa
Barat 2.
Jiwa,
Orang
Jarak Tempuh ke Ibukota
5. SMP Sederajat 877 Orang
Kabupaten 15 KM
6. SD/MI berjumlah 1492 Orang
Jarak Tempuh Kota Propinsi
7. Tidak Tamat SD/MI sebanyak
50 KM
735 Orang 8. Buta Huruf sebanyak 1178.
Adapun
Jumlah
penduduknya
sebanyak 6033 Jiwa dengan Jumlah
Dari data tersebut diatas, ditemukan
Laki-laki 3015 dan Perempuan 3018.
bahwa
Jumlah KK 1842 dan 100% beragama
Sukarara
Islam.
pendidikan pada tingkat SD dan buta
Untuk
penduduk
mata
sebagian
pencaharian
besar
menjadi
Petani dengan jumlah 2015 Jiwa,
Huruf.
mayoritas hanya
Kenyataan
penduduk
Desa
menamatkan
yang
cukup
memprihatinkan ketika di saat yang
22
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
bersamaan program pemerintah justru
juga kepemilikan tanah luas yang
sedang berupaya mengurangi angka
dimiliki perseorangan sehingga dari
warga yang buta huruf.
kondisi tersebut angka buruh tani sangat banyak. Hal ini berarti nasib
Untuk
Perekonomian
warga
Desa
perekonomian
warga
setempat
Sukarara terdapat pasar tradisional 1
bergantung pada musim panen atau 2-3
unit, Kios/ warung sebanyak 37 unit
kali setahun. Sementara itu, para
dan indutri Menengah 6 Unit. Dari
pemilik lahan terutama yang menanam
kondisi
tembakau beberapa waktu lalu juga
pendidikan
selanjutnya menjadi
dan
ekonomi
cermin
untuk
banyak mengalami kerugian, sehingga
basis produksi warga Desa Sukarara.
membuat
mereka
Untuk kondisi pertanian terutama pada
melebihi kuasanya.
berhutang
yang
Padi dan Palawija, sebagian besar warga
menggunakan
luas
areal
Dalam adat istiadat Desa Sukarara juga
lahannya untuk menanam padi yakni
mewajibkan
anak-anak
seluas 362,78 Ha, sementara untuk
mereka
Kacang Kedelai seluas 6,42 Ha dan
Latihan menenun telah dilakukan oleh
Cabai 15,40 Ha. Untuk perkebunan
kaum perempuan warga desa Sukarara
sendiri, warga desa Sukarara secara
sejak mereka berumur enam tahun
100% menggunakan lahannya guna
hingga dewasa sampai mereka tak
menanam tembakau dengan luasan
mampu lagi menenun. Hal ini menjadi
lahan 329, 24 Ha.
kewajiban dikarenakan sebagai bekal
untuk
perempuan
pandai
menenun.
ketrampilan bagi kaum perempuan di kondisi
Desa Sukarara. Bila kewajiban ini
perekonomian di desa Sukarara tida
tidak dilaksanakan oleh perempuan di
terlepas
Khusus
mengenai
dengan
pengaruh
desa Sukarara maka perempuan itu
global.
Sehingga
dilarang untuk menikah. Dari kondisi
walaupun ketersediaan lahan yang
tersebut, sabagai salah satu alternative
begitu luas untuk bertani, akan tetapi
ekonomi yang dibangun oleh warga,
maslaah pemasaran dan biaya produksi
keputusan
yang besar membuat petani banyak
bekerja diluar negeri
menyewakan lahannya dan kemudian
pilihan
mereka menjadi buruh tani. Terdapat
tradisi sendiri bagi warga.
juga
perekonomian
untuk
yang
bermigrasi
dan
menjadi suatu
selanjutnya
menjadi
23
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
Desa Sukarara termasuk Desa yang
Kewajiban menenun ini didasari atas
masih sangat kuat memegang adat dan
pekerjaan yang terbatas di kawasan
tradisi nenek moyangnya. Bersama
Lombok Timur. Kegiatan bertani yang
desa tua lainnya keberadaan desa ini
tidak dilakukan setiap hari membuat
menjadi daerah penyuplai kebudayaan
perempuan di Desa Sukarara menenun
untuk daerah, seperti yang tergambar
saat
pada jumlah kelompok Budaya yang
menenun
bagi
berjumlah 8 Kelompok yang terdiri
berumur
sepuluh
dari
Beleq,
dimulai dengan menenun kain-kain
Cilokaq dan Kasidah dan Kelompok
yang kecil dengan motif-motif yang
Tradisi sebanyak 15 Kelompok yang
mudah.
kelompok
terdiri
dari
Kematian,
Gendang
Kelompok
Yasinan,
waktu
senggang.
Kegiatan
perempuan tahun,
yang
biasanya
Banjar
Hiziban
dan
Arisan.
Penenun di Desa Sukarara berjumlah tiga ribu orang, tingkatan yang paling mahir menenun adalah mereka yang
Selain menjaga kelestarian alat-alat
berusia 16 tahun. Mereka merupakan
budaya dan kelompoknya, tradisi yang
generasi produktif dalam menghasilkan
kuat pada hubungan kekeluargaan pun
kain-kain tenun desa Sukarara Lombok
juga masih lekat. Ini ditandai dengan
Timur Nusa Tenggara Barat. Selain
kekhasan acara-acara keluarga atau
kegiatan menenun, penduduk desa
even kampung yang digelar pada setiap
Sukarara juga menjaga keaslian rumah
perayaan hari besar. Salah satu tradisi
tinggal mereka. Rumah tinggal mereka
yang masyarakat Sukarara jaga hingga
bernama Bale Tani. Bale berarti rumah
kini adalah tradisi menenun. Tradisi
dan Tani berarti adalah bertani yang
menenun ini dilakukan oleh seluruh
merupakan
perempuan yang tinggal di Desa
masyarakat desa Sukarara. Masyarakat
Sukarara. Menenun menjadi hal yang
Desa Sukarara juga hingga kini masih
wajib
menjaga upacara-upacara adat mereka.
dilakukan
oleh
semua
profesi
kebanyakan
perempuan di Desa Sukarara. Menenun dilakukan oleh perempuan yang sudah
Pengelolaan
berusia
Berbasis Masyarakat
sepuluh
perempuan dewasa.
tahun
hingga
Kawasan
Ekowisata
Dalam mengelola kawasan ekowisata desa Sukarara, masyarakat desa atau
24
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
local
mengerjakannya
dengan
Nurite
juga
menjelaskan
bahwa
swadaya. Maksud dari pengelolaan
pengelolaan dana untuk desa juga
swadaya adalah para warga desa selalu
bergantung dari donasi para wisatawan
bermusyawarah dalam memutuskan
yang dating. Buku tamu disediakan
permasalahan yang terjadi di desa
saat
Sukarara. Local guide yang merupakan
mengisinya dan memberikan donasi
warga
tidak
bagi warga desa. Dari sinilah semua
memiliki jam kerja yang pasti. Mereka
pembiayaan bagi operasional desa
secara
bertani,
adat. Biasanya dana itu digunakan
menjadi local guide bagi wisatawan
untuk memperbaiki rumah-rumah adat
dan serta menjadi sales dari kain-kain
yang rusak.
asli
desa
bergantian
Sukarara
ketika
wisatawan
dating
untuk
hasil tenunan warga desa Sukarara. Pemasaran Kain Tenun Pengelolaan Lokal Guide
Dalam menentukan pemasaran dari
Total lokal guide di Desa Sukarara
hasil
berjumlah 26 orang, namun yang aktif
membentuk
dalam memberikan arahan kepada
Sukarara memiliki enam koperasi yang
wisatawan hanya 15 orang. Dalam
memasarkan kain hasil tenunan warga
melaksanakan kegiatannya para local
desa. Mereka juga memikirkan untuk
guide
berpromosi
ini
saling
bergantian.
Jika
tenunan,
para
suatu
desa
warga
desa
koperasi.
Desa
mereka
diantara mereka bertani maka yang
pameran
lainnya menjadi lokal guide bagi
kerajinan.
wisatawan. Nurite salah seorang local
dari
guide
dalam
memiliki satu orang pengumpul kain
pengelolaan jam kerja bagi local guide
hasil tenun. Orang inilah yang nantinya
tidak ditentukan. Untuk menyediakan
akan berkeliling di setiap kampong
berbagai kebutuhan pokok warga desa
untuk
seperti rumput pakan ternak, bertani,
tenunan. Setelah terkumpul, kain-kain
semua
itu akan dipasarkan melalui koperasi-
menyatakan
bahwa
dilakukan
secara
bermusyawarah dan diputuskan oleh
pariwisata
dan
melalui pameran
Untuk cara pengumpulan
penenun,
disetiap
mengumpulkan
kampong
kain
hasil
koperasi.
kepala adat/suku. Koperasi kampong juga tidak dikelola oleh pemerintah desa melainkan oleh
25
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
seseorang yang dipercaya oleh warga
menenun dilakukan setelah pulang dari
kampong. Saat ini ada delapan belas
sekolah.
pengurus
yang
Sukarara berlatih menenun di rumah-
tenun desa
rumah mereka. Orang tua mereka
koperasi
kampong
memasarkan kain-kain
Perempuan
desa
Sukarara. Untuk promosi keluar pulau
berperan
Lombok, Koperasi kampong akan
menenun. Mereka biasanya belajar
bekerjasama denga Dinas Pemerintah
menenun hingga sore hari. Dalam
Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat.
melatih perempuan-perempuan muda
Hingga saat ini, koperasi kain tenun
menenun pun warga desa Sukarara
Desa Sukarara telah berhasil mengikuti
sudah memiliki tahapan-tahapan. Hal
pameran kerajinan daerah di beberapa
ini sebagaimana dijelaskan oleh local
kota besar di Indonesia, diantaranya
guide di desa Sukarara bahwa untuk
adalah di kota Jakarta.
tahap
pertama
Pelatihan Ketrampilan Menenun
tanpa
motif
Dalam
keterampilan
kainnya pun berbeda, untuk pemula
melakukannya
menenun kain dengan ukuran yang
meningkatkan
menenun,
warga
dengan swadaya. Warga desa Sukarara
sebagai
muda
mentor
pelatihan alias
polos.
dalam
menenun Ukuran
lebih kecil.
belajar menenun secara turun-temurun, mereka tidak memiliki guru selain
Tingkat
orang tua-orang tua mereka. Bahkan
semakin meningkat seiring dengan
Pemerintah
peningkatan ketrampilan dan keahlian
Lombok
Daerah
pun
dari penenun. Penenun dikatakan ahli
warga dari Desa Sukarara untuk
jika sudah mampu menenun dengan
menjadi pengajar di Sekolah Dasar
motif Subhanalle, motif yang menurut
bidang
ketrampilan
menenun.
warga desa Sukarara merupakan motif
Walaupun
tidak
pengajar
yang paling sulit. Hal ini dikarenakan
mengajar
menenun dengan benang emas dan
menenun di sekolah dasar ini secara
motif yang tingkat kesulitannya sangat
rutin dilakukan setiap seminggu sekali.
tinggi.
Perempuan muda di desa Sukarara
Pembiayaan Desa Adat
sudah diajarkan menenun semenjak
Untuk membiayai Desa Adat seperti,
umur
memperbaiki fisik rumah adat yang
tetapi
sepuluh
meminta
menenun
seorang
tetap,
Timur
Kabupaten
kesulitan
menjadi kegiatan
tahun.
Kegiatan
26
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
rusak, maka warga desa Sukarara
Peningkatan terjadi dalam berbagai
melakukannya secara swadaya. Warga
aspek, diantaranya adalah, aspek jasa,
desa urunan dalam menyediakan dana
aspek budaya, seni, perdagangan, dan
perbaikan rumah-rumah adat yang
ketrampilan. Pengembangan kawasan
rusak. Warga Desa memiliki dana dari
ekowisata
hasil menjadi local guide, menjual
pedagang kuliner, jasa transportasi,
kerajinan
tenun,
rumah makan, jasa penginapan dan
dan
warung. Selain terjadi peningkatan
kunjungan wisatawan ke desa adat.
dalam sector ekonomi, pengelolaan
Suku yang mendiami Desa Sukarara
kawasan ekowisata di desa Sukarara
adalah Suku Sasak, dimana mereka
juga
membuka
dipimpin oleh seorang kepala adat atau
kerja
baru.
suku. Ketika didapati ada bagian fisik
diantaranya
dari
guide,
berupa
menyewakan
desa
kain
penginapan
adat
yang
mengalami
juga
memunculkan
lapangan-lapangan
Lapangan adalah
menjadi
kerja
menjadi
anggota
itu local
koperasi,
kerusakan, maka warga desa akan
menjadi sales dari kain tenun hasil
bermusyawarah untuk menyelesaikan
menenun warga desa Sukarara dan
persoalan itu. Keputusan diambil oleh
menjadi pelaksana pameran dari hasil
kepala Suku dan pengerjaan perbaikan
kerajinan warga desa Sukarara.
fisik yang rusak dikerjakan secara bergotong royong.
Implikasinya
terhadap
Ketahanan
Implikasinya
terhadap
kemasyarakatan
bagi
warga
social Desa
Sukarara diantaranya adalah penguatan
Masyarakat Desa Sukarara
social kemasyarakatan diantara warga
Adapun implikasinya bagi Ketahanan
desa. Dimana lembaga adat semakin
Masyarakat Desa Sukarara adalah,
kuat dalam pengambilan kebijakan
pertama,
diantara
terhadap
perekonomian
ketahanan
masyarakat
masyarakat.
Sifat
gotong
desa
royong diantara warga desa juga
Sukarara.
Berkembangnya
kawasan
semakin baik. Hal ini ditandai dengan
ekowisata
desa
menjadi
pola pemecahan setiap permasalahan
pendorong terangkatnya perekonomian
yang ada, selalu dilakukan secara
warga desa.
musyawarah
Sukarara
dan
diputuskan
oleh
kepala adat/suku.
27
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
Implikasinya
pelestarian
bagi warga desa sehingga mampu
Sukarara
mengurangi jumlah warga yang pergi
secara paham dan mengerti saat ini
keluar negeri menjadi Tenaga Kerja
lebih menjaga lingkungan desanya.
Indonesia.
lingkungan,
terhadap warga
desa
Pola hidup masyarakat hingga kini tetap berwawasan lingkungan dengan melakukan
perlindungan
dan
pelestarian terhadap alam. Implikasinya
terhadap
tingkat
urbanisasi. Semenjak kawasan desa Sukarara dikelola secara ekowisata yang tentunya sangat memberi manfaat bagi warga desa, maka saat ini sangat jarang ditemui warga desa yang pergi keluar negeri untuk mencari nafkah. Warga desa lebih memilih untuk tinggal di desa dan mengembangkan potensi desa yang ada.
KESIMPULAN Pengelolaan kawasan Desa Sukarara secara
ekowisata
dapat
dikatakan
berhasil memberikan dampak positif baik bagi warga desa, kehidupan social warga desa, perekonomian warga dan
DAFTAR PUSTAKA Fennel David, Ecotourism, New York, Routledge, 2008 Fennel David, Dowling Ross, 2003. Ecotourism Policy and Planning, Cambridge, CABI Publishing. Rosida Idah, 2014. Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Masyarakat desa, Jurnal Ketahanan Nasional, Ni Wayan Sri Agustini, I Made Adikampana, 2014. Pemberdayaan Masyarakat dalam Proses Pengembangan Ekowisata Taman Sari Buwana di Desa Tunjuk Tabanan Bali, Jurnal Destinasi Pariwisata Universitas Udayana Bali. Retno Manuhoro Setyowati.2010. trategi Komunikasi yang Mendukung Perkembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kerakyatan, Universita Semarang,
pelestarian lingkungan serta budaya local. Masyarakat semenjak berperan aktif dalam pengelolaan desa Sukarara secara ekowisata semakin paham akan pentingnya
menjaga
lingkungan.
Pengelolaan
wisata
secara
kelestarian
ekowisata
kawasan terbukti
mampu memberi lapangan kerja baru
Nurpeni, 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Ekowisata, Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan Universitas Nasional Mochamad Widjanarko, Dian Wismar’ein, 2011. Identifikasi Sosial Potensi Ekowisata Berbasis Peran Masyarakat 28
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03
Lokal, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Ni Luh Putu Agustini Karta, I Ketut Putra Suarthana. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran Ekowisata Pada Destinasi Wisata Dolphin Hunting Lovina, Jurnal Management Strategi Bisnis dan Kewirausahaan STIE Triatma Mulya. Ahmad Rosyidi Syahid, 1999. Ecotourism, Pariwisata Berwawasan Lingkungan, Makalah pada penataran dosen dan tenaga pengajar bidang pariwisata, Direktorat Perguruan Tinggi Swasta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cisarua.
29