Document not found! Please try again

PENGELOLAAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT SERTA

Download JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan. Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332. DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03. PENGELOL...

1 downloads 565 Views 645KB Size
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

PENGELOLAAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN MASYARAKAT DESA SUKARARA M Sunu Probo Baskoro 1* 1

Kantor Berita Antara Lantai 19-20 Wisma Antara Jl. Medan Selatan No. 17 Jakarta, Indonesia. *

E-mail: [email protected]

Abstract Masyarakat di Desa Sukarare Lombok Timur Nusa Tenggara Barat berperan aktif dalam mengembangkan potensi desa Sukarare yakni mengembangkan kekayaan kearifan local berupa adat istiadat dan seni budaya. Pengembangan yang mereka lakukan adalah menjaga segala bentuk orisinalitas bangunan fisik rumah adat, upacara-upacara adat serta menjaga tradisi yang dilestarikan turun menurun seperti kewajiban menenun bagi kaum wanita sebelum bernajak dewasa. Masyarakat desa Sukarare juga berperan aktif berpartisipasi dalam semua kegiatan di Desa Sukarare seperti partisipasi tenaga, partisipasi harta benda, partisipasi ketrampilan, partisipasi kemahiran, serta partisipasi social. Partisipasi itu diberikan dalam rangka kontribusi yang masyarakat berikan dalam mengelola Kawasan Ekowisata Desa Sukarare Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengelola kawasan Ekowisata Desa Sukarare serta implikasinya terhadap ketahanan masyarakat desa khususnya Desa Sukarare Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi lapangan dan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif. Pengembangan Ekowisata ini pada akhirnya mampu meningkatkan ketahanan masyarakat desa, social kemasyarakatan, pelestarian alam, pelestarian adat istiadat serta budaya. Kata kunci : Pengelolaan Kawasan Ekowisata, Ketahanan Masyarakat Desa, Pelestarian adat istiadat, Pelestarian Budaya, Partisipasi Masyarakat

18

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

PENDAHULUAN Suatu kondisi menarik terjadi di Desa Permasalah

yang

Negara-negara begitu

dihadapi

berkembang

banyaknya

desa-desa

oleh

Sukarare

Lombok

Timur

Nusa

adalah

Tenggara Barat, ketika masyarakat asli

yang

Lombok mulai mencoba peruntungan

miskin dan terbelakang. Pernyataan ini

dengan

sesuai dengan Tesis yang dilakukan

khususnya ke pulau Bali, sejumlah

oleh Schumacher (1979; 162) yang

masyarakat di Desa Sukarare Lombok

menyatakan bahwa persoalan pokok

Timur Nusa Tenggara Barat mencoba

yang

Negara-negara

untuk mengelola desanya menjadi

berkembang terletak pada dua juta desa

Kawasan Ekowisata. Pemilihan konsep

yang

Ekowisata

bagi

Sukarare

dikarenakan

selama beban hidup di pedesaan tidak

Ekowisata

memiliki

dapat

Karakteristik itu menurut Nugroho

dihadapi

miskin

Schumacher

dan

terbelakang.

berpendapat

diringankan,

maka

bahwa

masalah

mencari

3)

kerja

ke

Kawasan

kota

Desa konsep

karakteristik.

kemiskinan di dunia ini tidak dapat

(2011;

karena

Ekowisata

diselesaikan, dan mau tidak mau pasti

mengedepankan

akan lebih memburuk.

lingkungan, kesejahteraan penduduk

konservasi

local dan menghargai budaya local. Dalam

membangun

desanya,

Ekowisata bukan menjual destinasi

masyarakat desa biasanya seringkali

tetapi

menunggu bantuan dan uluran tangan

ekowisata

dari

kejenuhan pasar (Fandeli 2000; 8).

pihak

luar

desa.

Inisiatif

menjual tidak

filosofi

sehingga

akan

mengenal

membangun desa itu bukanlah dating dari masyarakat desa itu sendiri.

Dengan demikian, ekowisata dianggap

Situasi

tepat untuk dikembangkan di kawasan

yang

seperti

inilah

yang

membuat masyarakat desa semakin

desa

tergantung dengan masyarakat luar

apresiasinya terhadap lingkungan, baik

desa. Bahkan situasi akan menjadi

lingkungan

lebih buruk bila tidak ada bantuan bagi

budayanya.

Awalnya

masyarakat

desa maka penduduk desa akan pergi

merasa

kesulitan

untuk

meninggalkan

mengembangkan

penghasilan.

desa

guna

mencari

Sukarare

alam

karena

dianggap

ataupun

model

social

kawasan

ekowisata di Desa Sukarare. Hal ini

19

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

disebabkan

kurangnya

pengetahuan

yang membantu agent dalam proses

masyarakat dan belum adanya bantuan

perencanaan

dari Pemerintah baik secara pendidikan

(Funnel 2008; 134)

dan

pengetahuan

ataupun

industry

pariwisata

secara

finansial.

Pemerintah sebagai pemutus kebijakan bergandengan

Awalnya,

masyarakat

mengetahui

arti

dari

tidak ekowisata,

dalam

dengan

masyarakat

mengembangkan

pariwisata

yang

kebijakan berwawasan

sebagaimana ekowisata didefinisikan

manajemen lingkungan. Langkah yang

sebagai

dilakukan

perjalanan

wisata

yang

diantaranya

mengulas

kawasan

ekologi,

bertanggung jawab ke suatu destinasi

project

dengan tujuan untuk mengkonservasi

merencanakan program dari sudut

alam serta meningkatkan kesejahteraan

pandang lingkungan,

meningkatkan

masyarakat local. Ada perbedaan yang

kapasitas

local

cukup kentara antara ekowisata dengan

menguasai isu-isu lingkungan terutama

wisata berbasis alam. Pariwisata alam

terkait

hanya

tujuan wisata serta mengintegrasikan

melakukan

tempat-tempat ekowisata,

perjalanan

alami

ke

sedangkan

secara

masyarakat

pembangunan

pengembangan

dalam

daerah-daerah

wisata

dengan

langsung

kebijakan manajemen lingkungan pada

memberikan manfaat bagi lingkungan,

tingkat local, kawasan ataupun secara

budaya dan ekonomi masyarakat local.

nasional (Funnel, 2008;135)

Untuk

sebuah

Ekowisata

kawasan Ekowisata diperlukan peran

merupakan

Pemerintah yang bekerja sama dengan

menitikberatkan peran aktif komunitas.

penduduk local. Salah satu hal yang

Hal ini dikarenakan masyarakat local

harus dilakukan Pemerintah dalam

yang meniliki pengetahuan tentang

mengembangkan

alam serta budaya

mengembangkan

sebuah

kawasan

berbasis usaha

masyarakat

pariwisata

yang

yang menjadi

ekowisata adalah membuat kebijakan

potensi dan nilai jual sebagai daya

pariwisata. Secara sederhana kebijakan

tarik

pariwisata dapat diartikan sebagai,

masyarakat menjadi mutlak. Ekowisata

kebijakan

berbasis

yang

sasaran-sasaran

mengidentifikasi

serta

tujuan-tujuan

wisata

sehingga

masyarakat

keterlibatan

dapat

menciptakan kesempatan kerja bagi

20

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

masyarakat

local

kemiskinan,

dan

dimana

mengurangi

melakukan diskusi kelompok terarah,

penghasilan

pertemuan

antar

individu

ini

ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata

merupakan kegiatan untuk melakukan

untuk turis, seperti ongkos transportasi,

verifikasi data dan perumusan strategi

pemandu

di tingkat desa. Hal terakhir yang

wisata,

penginapan,

dan

menjual kerajinan masyarakat.

dilakukan

oleh

peniliti

selama

penelitian adalah dengan melakukan Pada akhirnya, ekowisata membawa

dokumentasi. Teknik ini dilakukan

dampak positif terhadap pelestarian

untuk

lingkungan,

kearifan

berbagai data, dokumen serta arsip

pelestarian

budaya

local

dan

masyarakat

yang

mengkaji

berkaitan

dan

menganalisa

dengan

kawasan

setempat. Pelestarian budaya local dan

ekowisata Desa Sukarare Lombok

kearifan local secara tak langsung juga

Timur Nusa Tenggara Barat.

menumbuhkan jati diri dan rasa bangga diantara penduduk setempat. Hal ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

seiring dengan meningkatnya kegiatan

Desa Sukarare merupakan sebuah desa

ekowisata.

yang berada di kecamatan Sakra barat, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terbagi

METODOLOGI Penelitian

ini

kualitatif

adalah

dengan

pendekatan

penelitian melakukan

fenomenologis,

dimana

peneliti berusaha menggali informasi

dalam Tangar,

lima

dusun,

Dusun

yakni

Sukarara

Dusun Selatan,

Dusun Sukarara Utara, Dusun Repok dan Dusun Sukawangi.

dan data dari penduduk asli desa Sukarare

Lombok

Tenggara

Barat.

Nusa

Desa ini memiliki penduduk kurang

teknik

lebih 6.033 jiwa pada 2014. Mayoritas

peneliti

penduduknya bekerja sebagai petani.

wawancara

Desa Sukarara masuk pada derah

mendalam dan observasi langsung di

topografi datar dengan ketinggian 300-

desa Sukarare. Peneliti menyempatkan

400 DPL/Meter. Curah hujannya 1.190

dating ke desa Sukarare Lombok

dengan suhu udara 25-30. Adapun

Timur Nusa Tenggara Barat pada

untuk luasan wilayahnya 544,58 Ha.

medio 25-27 April 2016. Peneliti juga

Batas-batas desa dan jarak antara

pengumpulan menggunakan

Timur Untuk

data, tenik

21

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

tempuhnya sebagai berikut: 1.

Sebelah

utara

dengan

Buruh Tani 1294 Jiwa, pedagang 88 berbatasan

Desa

Suwangi

Montir/sopir

Sakra

Timur

Swasta

8

Jiwa,

berbatasan

dengan Desa Gunung Rajak

Untuk tingkat pendidikan warga, Desa

Kecamatan Sakra dan Desa

Sukarara

Pejaring

menengah disbanding dengan desa-

Kecamatan

Sakra

Sebelah Selatan

Sebelah

berbatasan

Desa

Rensing

Lekor

Kabupaten

desa

yang

Timur, hal ini dilihat dari sebaran penduduk

Barat

tingkat

pendidikannya sebagai berikut: 1. Pasca Sarjana berjumlah 3

berbatasan

2. Sarjana 61 Orang 3. Diploma

Lombok Tengah tempuh

berdasarkan

Orang

dengan Desa Saba kecamatan

Jarak

tergolong

desa lainnya di Kabupaten Lombok

Lombok Tengah

III

berjumlah

12

Orang ke

ibukota

4. SMA Sederajat berjumlah 505

kecamatan 3 KM

7.

Karyawan

Pengrajin 20 Jiwa dan lainnya 6 Jiwa.

Sebelah

Desa

6.

Tukang

Jiwa,

Kecamatan

Kecamatan Sakra Barat dan

5.

Jiwa,

Jiwa,

Pejaring

dengan

4.

14

10

Batu/Tkang Kayu 162 Jiwa, Guru 25

Barat 3.

PNS/TNI/Polri

Kecamatan Sakra dan Desa

Barat 2.

Jiwa,

Orang

Jarak Tempuh ke Ibukota

5. SMP Sederajat 877 Orang

Kabupaten 15 KM

6. SD/MI berjumlah 1492 Orang

Jarak Tempuh Kota Propinsi

7. Tidak Tamat SD/MI sebanyak

50 KM

735 Orang 8. Buta Huruf sebanyak 1178.

Adapun

Jumlah

penduduknya

sebanyak 6033 Jiwa dengan Jumlah

Dari data tersebut diatas, ditemukan

Laki-laki 3015 dan Perempuan 3018.

bahwa

Jumlah KK 1842 dan 100% beragama

Sukarara

Islam.

pendidikan pada tingkat SD dan buta

Untuk

penduduk

mata

sebagian

pencaharian

besar

menjadi

Petani dengan jumlah 2015 Jiwa,

Huruf.

mayoritas hanya

Kenyataan

penduduk

Desa

menamatkan

yang

cukup

memprihatinkan ketika di saat yang

22

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

bersamaan program pemerintah justru

juga kepemilikan tanah luas yang

sedang berupaya mengurangi angka

dimiliki perseorangan sehingga dari

warga yang buta huruf.

kondisi tersebut angka buruh tani sangat banyak. Hal ini berarti nasib

Untuk

Perekonomian

warga

Desa

perekonomian

warga

setempat

Sukarara terdapat pasar tradisional 1

bergantung pada musim panen atau 2-3

unit, Kios/ warung sebanyak 37 unit

kali setahun. Sementara itu, para

dan indutri Menengah 6 Unit. Dari

pemilik lahan terutama yang menanam

kondisi

tembakau beberapa waktu lalu juga

pendidikan

selanjutnya menjadi

dan

ekonomi

cermin

untuk

banyak mengalami kerugian, sehingga

basis produksi warga Desa Sukarara.

membuat

mereka

Untuk kondisi pertanian terutama pada

melebihi kuasanya.

berhutang

yang

Padi dan Palawija, sebagian besar warga

menggunakan

luas

areal

Dalam adat istiadat Desa Sukarara juga

lahannya untuk menanam padi yakni

mewajibkan

anak-anak

seluas 362,78 Ha, sementara untuk

mereka

Kacang Kedelai seluas 6,42 Ha dan

Latihan menenun telah dilakukan oleh

Cabai 15,40 Ha. Untuk perkebunan

kaum perempuan warga desa Sukarara

sendiri, warga desa Sukarara secara

sejak mereka berumur enam tahun

100% menggunakan lahannya guna

hingga dewasa sampai mereka tak

menanam tembakau dengan luasan

mampu lagi menenun. Hal ini menjadi

lahan 329, 24 Ha.

kewajiban dikarenakan sebagai bekal

untuk

perempuan

pandai

menenun.

ketrampilan bagi kaum perempuan di kondisi

Desa Sukarara. Bila kewajiban ini

perekonomian di desa Sukarara tida

tidak dilaksanakan oleh perempuan di

terlepas

Khusus

mengenai

dengan

pengaruh

desa Sukarara maka perempuan itu

global.

Sehingga

dilarang untuk menikah. Dari kondisi

walaupun ketersediaan lahan yang

tersebut, sabagai salah satu alternative

begitu luas untuk bertani, akan tetapi

ekonomi yang dibangun oleh warga,

maslaah pemasaran dan biaya produksi

keputusan

yang besar membuat petani banyak

bekerja diluar negeri

menyewakan lahannya dan kemudian

pilihan

mereka menjadi buruh tani. Terdapat

tradisi sendiri bagi warga.

juga

perekonomian

untuk

yang

bermigrasi

dan

menjadi suatu

selanjutnya

menjadi

23

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

Desa Sukarara termasuk Desa yang

Kewajiban menenun ini didasari atas

masih sangat kuat memegang adat dan

pekerjaan yang terbatas di kawasan

tradisi nenek moyangnya. Bersama

Lombok Timur. Kegiatan bertani yang

desa tua lainnya keberadaan desa ini

tidak dilakukan setiap hari membuat

menjadi daerah penyuplai kebudayaan

perempuan di Desa Sukarara menenun

untuk daerah, seperti yang tergambar

saat

pada jumlah kelompok Budaya yang

menenun

bagi

berjumlah 8 Kelompok yang terdiri

berumur

sepuluh

dari

Beleq,

dimulai dengan menenun kain-kain

Cilokaq dan Kasidah dan Kelompok

yang kecil dengan motif-motif yang

Tradisi sebanyak 15 Kelompok yang

mudah.

kelompok

terdiri

dari

Kematian,

Gendang

Kelompok

Yasinan,

waktu

senggang.

Kegiatan

perempuan tahun,

yang

biasanya

Banjar

Hiziban

dan

Arisan.

Penenun di Desa Sukarara berjumlah tiga ribu orang, tingkatan yang paling mahir menenun adalah mereka yang

Selain menjaga kelestarian alat-alat

berusia 16 tahun. Mereka merupakan

budaya dan kelompoknya, tradisi yang

generasi produktif dalam menghasilkan

kuat pada hubungan kekeluargaan pun

kain-kain tenun desa Sukarara Lombok

juga masih lekat. Ini ditandai dengan

Timur Nusa Tenggara Barat. Selain

kekhasan acara-acara keluarga atau

kegiatan menenun, penduduk desa

even kampung yang digelar pada setiap

Sukarara juga menjaga keaslian rumah

perayaan hari besar. Salah satu tradisi

tinggal mereka. Rumah tinggal mereka

yang masyarakat Sukarara jaga hingga

bernama Bale Tani. Bale berarti rumah

kini adalah tradisi menenun. Tradisi

dan Tani berarti adalah bertani yang

menenun ini dilakukan oleh seluruh

merupakan

perempuan yang tinggal di Desa

masyarakat desa Sukarara. Masyarakat

Sukarara. Menenun menjadi hal yang

Desa Sukarara juga hingga kini masih

wajib

menjaga upacara-upacara adat mereka.

dilakukan

oleh

semua

profesi

kebanyakan

perempuan di Desa Sukarara. Menenun dilakukan oleh perempuan yang sudah

Pengelolaan

berusia

Berbasis Masyarakat

sepuluh

perempuan dewasa.

tahun

hingga

Kawasan

Ekowisata

Dalam mengelola kawasan ekowisata desa Sukarara, masyarakat desa atau

24

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

local

mengerjakannya

dengan

Nurite

juga

menjelaskan

bahwa

swadaya. Maksud dari pengelolaan

pengelolaan dana untuk desa juga

swadaya adalah para warga desa selalu

bergantung dari donasi para wisatawan

bermusyawarah dalam memutuskan

yang dating. Buku tamu disediakan

permasalahan yang terjadi di desa

saat

Sukarara. Local guide yang merupakan

mengisinya dan memberikan donasi

warga

tidak

bagi warga desa. Dari sinilah semua

memiliki jam kerja yang pasti. Mereka

pembiayaan bagi operasional desa

secara

bertani,

adat. Biasanya dana itu digunakan

menjadi local guide bagi wisatawan

untuk memperbaiki rumah-rumah adat

dan serta menjadi sales dari kain-kain

yang rusak.

asli

desa

bergantian

Sukarara

ketika

wisatawan

dating

untuk

hasil tenunan warga desa Sukarara. Pemasaran Kain Tenun Pengelolaan Lokal Guide

Dalam menentukan pemasaran dari

Total lokal guide di Desa Sukarara

hasil

berjumlah 26 orang, namun yang aktif

membentuk

dalam memberikan arahan kepada

Sukarara memiliki enam koperasi yang

wisatawan hanya 15 orang. Dalam

memasarkan kain hasil tenunan warga

melaksanakan kegiatannya para local

desa. Mereka juga memikirkan untuk

guide

berpromosi

ini

saling

bergantian.

Jika

tenunan,

para

suatu

desa

warga

desa

koperasi.

Desa

mereka

diantara mereka bertani maka yang

pameran

lainnya menjadi lokal guide bagi

kerajinan.

wisatawan. Nurite salah seorang local

dari

guide

dalam

memiliki satu orang pengumpul kain

pengelolaan jam kerja bagi local guide

hasil tenun. Orang inilah yang nantinya

tidak ditentukan. Untuk menyediakan

akan berkeliling di setiap kampong

berbagai kebutuhan pokok warga desa

untuk

seperti rumput pakan ternak, bertani,

tenunan. Setelah terkumpul, kain-kain

semua

itu akan dipasarkan melalui koperasi-

menyatakan

bahwa

dilakukan

secara

bermusyawarah dan diputuskan oleh

pariwisata

dan

melalui pameran

Untuk cara pengumpulan

penenun,

disetiap

mengumpulkan

kampong

kain

hasil

koperasi.

kepala adat/suku. Koperasi kampong juga tidak dikelola oleh pemerintah desa melainkan oleh

25

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

seseorang yang dipercaya oleh warga

menenun dilakukan setelah pulang dari

kampong. Saat ini ada delapan belas

sekolah.

pengurus

yang

Sukarara berlatih menenun di rumah-

tenun desa

rumah mereka. Orang tua mereka

koperasi

kampong

memasarkan kain-kain

Perempuan

desa

Sukarara. Untuk promosi keluar pulau

berperan

Lombok, Koperasi kampong akan

menenun. Mereka biasanya belajar

bekerjasama denga Dinas Pemerintah

menenun hingga sore hari. Dalam

Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat.

melatih perempuan-perempuan muda

Hingga saat ini, koperasi kain tenun

menenun pun warga desa Sukarara

Desa Sukarara telah berhasil mengikuti

sudah memiliki tahapan-tahapan. Hal

pameran kerajinan daerah di beberapa

ini sebagaimana dijelaskan oleh local

kota besar di Indonesia, diantaranya

guide di desa Sukarara bahwa untuk

adalah di kota Jakarta.

tahap

pertama

Pelatihan Ketrampilan Menenun

tanpa

motif

Dalam

keterampilan

kainnya pun berbeda, untuk pemula

melakukannya

menenun kain dengan ukuran yang

meningkatkan

menenun,

warga

dengan swadaya. Warga desa Sukarara

sebagai

muda

mentor

pelatihan alias

polos.

dalam

menenun Ukuran

lebih kecil.

belajar menenun secara turun-temurun, mereka tidak memiliki guru selain

Tingkat

orang tua-orang tua mereka. Bahkan

semakin meningkat seiring dengan

Pemerintah

peningkatan ketrampilan dan keahlian

Lombok

Daerah

pun

dari penenun. Penenun dikatakan ahli

warga dari Desa Sukarara untuk

jika sudah mampu menenun dengan

menjadi pengajar di Sekolah Dasar

motif Subhanalle, motif yang menurut

bidang

ketrampilan

menenun.

warga desa Sukarara merupakan motif

Walaupun

tidak

pengajar

yang paling sulit. Hal ini dikarenakan

mengajar

menenun dengan benang emas dan

menenun di sekolah dasar ini secara

motif yang tingkat kesulitannya sangat

rutin dilakukan setiap seminggu sekali.

tinggi.

Perempuan muda di desa Sukarara

Pembiayaan Desa Adat

sudah diajarkan menenun semenjak

Untuk membiayai Desa Adat seperti,

umur

memperbaiki fisik rumah adat yang

tetapi

sepuluh

meminta

menenun

seorang

tetap,

Timur

Kabupaten

kesulitan

menjadi kegiatan

tahun.

Kegiatan

26

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

rusak, maka warga desa Sukarara

Peningkatan terjadi dalam berbagai

melakukannya secara swadaya. Warga

aspek, diantaranya adalah, aspek jasa,

desa urunan dalam menyediakan dana

aspek budaya, seni, perdagangan, dan

perbaikan rumah-rumah adat yang

ketrampilan. Pengembangan kawasan

rusak. Warga Desa memiliki dana dari

ekowisata

hasil menjadi local guide, menjual

pedagang kuliner, jasa transportasi,

kerajinan

tenun,

rumah makan, jasa penginapan dan

dan

warung. Selain terjadi peningkatan

kunjungan wisatawan ke desa adat.

dalam sector ekonomi, pengelolaan

Suku yang mendiami Desa Sukarara

kawasan ekowisata di desa Sukarara

adalah Suku Sasak, dimana mereka

juga

membuka

dipimpin oleh seorang kepala adat atau

kerja

baru.

suku. Ketika didapati ada bagian fisik

diantaranya

dari

guide,

berupa

menyewakan

desa

kain

penginapan

adat

yang

mengalami

juga

memunculkan

lapangan-lapangan

Lapangan adalah

menjadi

kerja

menjadi

anggota

itu local

koperasi,

kerusakan, maka warga desa akan

menjadi sales dari kain tenun hasil

bermusyawarah untuk menyelesaikan

menenun warga desa Sukarara dan

persoalan itu. Keputusan diambil oleh

menjadi pelaksana pameran dari hasil

kepala Suku dan pengerjaan perbaikan

kerajinan warga desa Sukarara.

fisik yang rusak dikerjakan secara bergotong royong.

Implikasinya

terhadap

Ketahanan

Implikasinya

terhadap

kemasyarakatan

bagi

warga

social Desa

Sukarara diantaranya adalah penguatan

Masyarakat Desa Sukarara

social kemasyarakatan diantara warga

Adapun implikasinya bagi Ketahanan

desa. Dimana lembaga adat semakin

Masyarakat Desa Sukarara adalah,

kuat dalam pengambilan kebijakan

pertama,

diantara

terhadap

perekonomian

ketahanan

masyarakat

masyarakat.

Sifat

gotong

desa

royong diantara warga desa juga

Sukarara.

Berkembangnya

kawasan

semakin baik. Hal ini ditandai dengan

ekowisata

desa

menjadi

pola pemecahan setiap permasalahan

pendorong terangkatnya perekonomian

yang ada, selalu dilakukan secara

warga desa.

musyawarah

Sukarara

dan

diputuskan

oleh

kepala adat/suku.

27

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

Implikasinya

pelestarian

bagi warga desa sehingga mampu

Sukarara

mengurangi jumlah warga yang pergi

secara paham dan mengerti saat ini

keluar negeri menjadi Tenaga Kerja

lebih menjaga lingkungan desanya.

Indonesia.

lingkungan,

terhadap warga

desa

Pola hidup masyarakat hingga kini tetap berwawasan lingkungan dengan melakukan

perlindungan

dan

pelestarian terhadap alam. Implikasinya

terhadap

tingkat

urbanisasi. Semenjak kawasan desa Sukarara dikelola secara ekowisata yang tentunya sangat memberi manfaat bagi warga desa, maka saat ini sangat jarang ditemui warga desa yang pergi keluar negeri untuk mencari nafkah. Warga desa lebih memilih untuk tinggal di desa dan mengembangkan potensi desa yang ada.

KESIMPULAN Pengelolaan kawasan Desa Sukarara secara

ekowisata

dapat

dikatakan

berhasil memberikan dampak positif baik bagi warga desa, kehidupan social warga desa, perekonomian warga dan

DAFTAR PUSTAKA Fennel David, Ecotourism, New York, Routledge, 2008 Fennel David, Dowling Ross, 2003. Ecotourism Policy and Planning, Cambridge, CABI Publishing. Rosida Idah, 2014. Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Masyarakat desa, Jurnal Ketahanan Nasional, Ni Wayan Sri Agustini, I Made Adikampana, 2014. Pemberdayaan Masyarakat dalam Proses Pengembangan Ekowisata Taman Sari Buwana di Desa Tunjuk Tabanan Bali, Jurnal Destinasi Pariwisata Universitas Udayana Bali. Retno Manuhoro Setyowati.2010. trategi Komunikasi yang Mendukung Perkembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kerakyatan, Universita Semarang,

pelestarian lingkungan serta budaya local. Masyarakat semenjak berperan aktif dalam pengelolaan desa Sukarara secara ekowisata semakin paham akan pentingnya

menjaga

lingkungan.

Pengelolaan

wisata

secara

kelestarian

ekowisata

kawasan terbukti

mampu memberi lapangan kerja baru

Nurpeni, 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Ekowisata, Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan Universitas Nasional Mochamad Widjanarko, Dian Wismar’ein, 2011. Identifikasi Sosial Potensi Ekowisata Berbasis Peran Masyarakat 28

JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016 p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.03

Lokal, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Ni Luh Putu Agustini Karta, I Ketut Putra Suarthana. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran Ekowisata Pada Destinasi Wisata Dolphin Hunting Lovina, Jurnal Management Strategi Bisnis dan Kewirausahaan STIE Triatma Mulya. Ahmad Rosyidi Syahid, 1999. Ecotourism, Pariwisata Berwawasan Lingkungan, Makalah pada penataran dosen dan tenaga pengajar bidang pariwisata, Direktorat Perguruan Tinggi Swasta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cisarua.

29