PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL

Download ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis multimedia yang terdiri dari multimedia interaktif dan lembar kerja siswa pada mate...

2 downloads 583 Views 383KB Size
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS MULTIMEDIA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI (KD 3.9 & 4.10) UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA Pipit Tri Handayani, Susriyati Mahanal, Nuning Wulandari Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis multimedia yang terdiri dari multimedia interaktif dan lembar kerja siswa pada materi sistem ekskresi serta mengetahui validitas, kepraktisan dan keefektifan bahan ajar. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan dkk (1974). Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), dan develop (pengembangan). Penelitian ini tidak melakukan tahapan disseminate (penyebaran) karena adanya keterbatasan waktu dan biaya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bahan ajar memiliki tingkat validitas sebesar 3,83 dengan kriteria valid, tingkat kepraktisan sebesar 3,71 dengan kriteria praktis, dan tingkat keefektifan sebesar 54,44% dengan kriteria efektif. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dinyatakan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran Biologi untuk siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi. Kata kunci: pengembangan, bahan ajar, multimedia, PBL, sistem ekskresi ABSTRACT: This research was intended to yield a product in the form of a multimedia teaching material based on Problem Based Learning (PBL) method, in which it consists of interactive multimedia and student worksheets on excretion system and describe the validity, practicality and effectiveness of teaching material. This research employs Research and Development method. This research focuses on developing a 4-D multimedia developed by Thiagarajan, et al. (1974). This research was conducted in three steps, namely define, design, and develop. This research did not go through the disseminate step due to budget and time constraints. Based on the results of research, it could be conducted that the validity level of the teaching material was 3.83 which was categorized into valid, the practical level was 3.71 which was categorized into practical, and the effectiveness level was 54.44% which was categorized into effective. The teaching material developed in this research was revealed to be feasible to use in the teaching and learning process of Biology for 11th grade students on the chapter of excretion system. Key words: Development, teaching materials, multimedia, PBL, excretion system

Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pembelajaran salah satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Prastowo, 2011:16). Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan siswa terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran materi sistem ekskresi di SMA Negeri 8 Malang, yaitu: proses pembelajaran masih terpusat pada buku teks sehingga membuat siswa kurang berpikir kritis,

kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana terutama teknologi yang ada, tingkat ketuntasan siswa 75% dari ketuntasan klasikal, dan minat siswa yang rendah dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif yang dipilih oleh peneliti adalah mengembangkan sebuah bahan ajar yang dirasa sesuai untuk siswa adalah multimedia interaktif dan lembar kerja siswa. Multimedia merupakan media pembelajaran berupa sebuah softfile yang di dalamnya terintegrasi berbagai macam teks, gambar, video, animasi, dan suara yang terintegrasi menjadi satu. Multimedia disajikan secara interaktif dimana terjadi hubungan dua arah antara bahan ajar dan siswa. Menurut Rohmawati dan Sukanti (2012) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu perantara dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Kurikulum 2013 menghendaki pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran, pernyataan tersebut didukung oleh Permendikbud No. 69 (2013: 2) tentang Kurikulum SMA/MA. Proses pembelajaran dengan Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Model pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 yaitu berbasis konstruktivisme. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 2013). Berdasarkan permasalahan tersebut maka pengembangan bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) perlu dipertimbangkan oleh guru untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan produk bahan ajar berupa multimedia interaktif dan lembar kerja siswa dengan model Problem Based Learning (PBL) pada materi sistem ekskresi dan mengetahui validitas, kepraktisan dan keefektifan bahan ajar. METODE Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), dan develop (pengembangan). Penelitian ini tidak melakukan tahapan disseminate (penyebaran) karena adanya keterbatasan waktu dan biaya. Produk penelitian dan pengembangan ini divalidasi oleh tiga validator yang meliputi ahli pendidikan, ahli materi, dan praktisi lapangan. Setelah diketahui tingkat kelayakan berdasarkan hasil validasi, dilakukan revisi terkait dengan saran dan komentar yang diberikan oleh validator. Tahapan selanjutnya adalah uji coba produk dalam satu kelas yaitu kelas XI MIA 4 untuk mengetahui tingkat kepraktisan dan tingkat keefektifan bahan ajar yang telah dikembangkan. Data dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Untuk mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kevalidan bahan ajar, mengadopsi langkah dari Hobri (2010), sebagai berikut.

1) Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi: Indikator (Ii), Aspek (Ai), dan nilai Vji untuk masing-masing validator 2) Menentukan rata-rata nilai hasil validasi semua validator untuk setiap indikator dengan rumus. ∑

Ii = Keterangan: Vji = data nilai validator ke-j terhadap indikator ke-i n = banyaknya validator 3) Menentukan rerata nilai untuk setiap dengan rumus. ∑

Ai = Keterangan: Ai = rerata nilai untuk aspek ke-i Iji = rerata untuk aspek ke-i indikator ke-j m = banyaknya indikator dalam aspek ke-i 4) Nilai kevalidan Vα atau nilai rerata total dari rerata nilai untuk semua aspek dengan rumus. ∑

Vα = Keterangan: Vα = nilai rerata total untuk semua aspek Aji = rerata nilai untuk aspek ke-i n = banyaknya aspek Rumus yang dijabarkan selanjutnya dirangkum dalam tabel analisis data yang sesuai Nilai Vα atau nilai rata-rata total dirujuk pada interval penentuan tingkat kevalidan asesmen kinerja yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Kriteria Penilaian Hasil Validasi Interval Kriteria Kevalidan 1,00 ≤ Vα < 1,75 Tidak valid 1,75 ≤ Vα < 2,50 Kurang valid 2,50 ≤ Vα < 3,25 Cukup valid 3,25 ≤ Vα < 4,00 Valid Vα = 4,00 Sangat valid

Keterangan Revisi total Revisi sebagian Revisi sebagian Sedikit revisi Tidak perlu revisi

(Adaptasi Hobri, 2010)

Keterangan: Vα adalah nilai penentuan tingkat kevalidan asesmen kinerja. Hasil uji coba utuk menetapkan tingkat kepraktisan bahan ajar digunakan beberapa langkah berikut yang diadopsi dari Hobri (2010). a) Melakukan rekapitulasi data penilaian kepraktisan ke dalam tabel yang meliputi: Indikator (Ii) dan Sji b) Menentukan rerata nilai dari semua subjek uji coba untuk setiap indikator ∑ ∑ Ii = dan Ii = Keterangan: Pji = nilai dari pengamat lapangan Sji = nilai dari angket respon subjek uji coba/siswa ke-j terhadap indikator ke-i n1 = banyaknya pengamat n2 = banyaknya subek uji coba kelompok kecil

c) Menentukan nilai rerata kepraktisan (IP dan IO) dengan rumus sebagai berikut. ∑ Ai = Keterangan: Ii = rerata indikator ke-i m = banyaknya indikator d) Menetukan nilai IO atau nilai rerata total dari rerata nilai untuk semua aspek dengan rumus sebagai berikut. ∑ IO = Keterangan: IO= nilai kepraktisan dari pengamat m = banyaknya aspek Nilai IO atau rerata total dirujuk pada interval penentuan tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai kriteria penilaian hasil kepraktisan sebagai berikut. Tabel 2 Kriteria Penilaian Hasil Kepraktisan Interval Kriteria Kepraktisan 1,00 ≤ IO < 1,75 Sangat rendah 1,75 ≤ IO < 2,50 Rendah 2,50 ≤ IO < 3,25 Sedang 3,25 ≤ IO < 4,00 Tinggi IO = 4,00 Sangat Tinggi

Keterangan Melakukan uji coba kembali Melakukan uji coba kembali Melakukan uji coba kembali Tidak perlu uji coba lagi Tidak perlu uji coba lagi

(Diadaptasi Hobri, 2010)

Keterangan: IO adalah nilai oleh observer terhadap perangkat pembelajaran Tingkat kefektifan dapat diukur menggunakan Tingkat Penguasaan Siswa (TPS) dengan rumus sebagai berikut.

Interval nilai penetapan tingkat penguasaan siswa dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa Interval Kriteria Penguasaan 0% ≤ TPS < 40% Sangat rendah 40% ≤ TPS < 60% Rendah 60% ≤ TPS < 75% Sedang 75% ≤ TPS < 90% Tinggi 90% ≤ TPS < 100% Sangat Tinggi (Diadaptasi Hobri, 2010)

Keterangan: TPS adalah Tingkat Penguasaan Siswa HASIL Validitas diperoleh dari validasi oleh validator ahli pendidikan, ahli materi, dan praktisi lapangan. Penyajian ringkasan data hasil validasi bahan ajar dapat dilihat pada Tabel 4 untuk hasil validasi multimedia interaktif dan Tabel 5 untuk hasil validasi LKS. Tabel 4 Data Hasil Validasi Bahan Ajar Multimedia Interaktif Tingkat No Validator Kriteria Kevalidan

Keterangan

1. 2. 3.

Ahli Pendidikan Ahli Materi Praktisi Lapangan

3,74 3,6 4

Tabel 5 Data Hasil Validasi Bahan Ajar LKS Tingkat No Validator Kevalidan 1. Ahli Pendidikan 3,88 2. Ahli Materi 3,74 3. Praktisi Lapangan 4

Valid Valid Sangat Valid

Sedikit Revisi Sedikit Revisi Tanpa Revisi

Kriteria

Keterangan

Valid Valid Sangat Valid

Sedikit Revisi Sedikit Revisi Tanpa Revisi

Data uji kepraktisan diperoleh dari perhitungan angket respons siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Penyajian ringkasan data hasil perhitungan angket repsons siswa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rerata Hasil Analisis Data Kepraktisan Multimedia Interaktif No. Subjek IO Kriteria Kepraktisan Keterangan 1. Siswa 3,63 Tinggi Tidak perlu uji coba lagi 2. Observer 3,85 Tinggi Tidak perlu uji coba lagi ΣIO= 7,48 ̅̅̅ 3,74

Tinggi

Tidak perlu uji coba lagi

Data uji keefektifan diperoleh dari nilai evaluasi aspek pengetahuan yang diberikan kepada 33 siswa kelas XI MIA 4. Ringkasan tingkat penguasaan siswa dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut. Tabel 7. Tingkat Penguasaan Persentase (%) Sebelum Perlakuan Pretest

Siswa (TPS) Rerata 33,33%

Persentase (%) Sesudah Perlakuan Postest

Rerata 87,88%

PEMBAHASAN Produk pengembangan pada penelitian ini yaitu menghasilkan bahan ajar yang terdiri dari multimedia interaktif dan lembar kerja siswa dengan model Problem Based Learning (PBL). Kajian produk yang telah direvisi mengkaji tentang kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL). Pengembangan bahan ajar ini disesuaikan dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang berdasarkan pada pendekatan ilmiah (saintific approach). Karakteristik Kurikulum 2013 yaitu menggunakan model pembelajaran berbasis konstruktivis. Salah satu ciri pembelajaran konstruktivis adalah adanya permasalahan yang harus dipecahkan siswa melalui serangkaian kegiatan tertentu. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 2013). Masalah tersebut digunakan sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Kharida et al., 2009). Pengembangan bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) ini meliputi multimedia interaktif dan lembar kerja siswa. Multimedia interaktif dengan model Problem Based Learning (PBL) merupakan bahan ajar berupa media pembelajaran yang berisi teks, gambar, video, suara, dan musik yang penyajiannya dipadukan dengan sintaks model Problem Based Learning (PBL). Penggunaan multimedia interaktif ini diharapkan dapat membantu guru dalam proses belajar pembelajaran khususnya pada materi sistem ekskresi. Seperti yang dikemukakan oleh Danim (2008:7) mengenai fungsi media pembelajaran bahwa media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa. LKS dikembangkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dimana siswa melaksanakan kegiatan belajar yang diawali dengan disajikan sebuah fenomena terlebih dahulu, kemudian siswa diarahkan untuk membuat rumusan masalah dari fenomena yang ada. Selanjutnya siswa diarahkan untuk memfokuskan masalah yang sesuai dengan materi. Setelah itu siswa merancang investigasi untuk memecahkan masalah yang telah ditemukan. Kemudian siswa mengumpulkan data dan menganalisis data yang telah diperolah. Setelah itu siswa dapat menyusun kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan belajar ini sesuai dengan pengertian LKS yaitu lembaran yang memuat petunjuk atau tugas yang dapat dikerjakan siswa secara kolaboratif di dalam kelompok agar siswa dapat belajar secara terarah untuk menemukan konsep (Rohaeti, 2009:3). Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator terhadap pengembangan bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) untuk siswa kelas XI SMA pada materi sistem ekskresi diperoleh hasil analisis data untuk validasi multimedia interaktif dari ahli pendidikan, ahli materi, dan praktisi lapangan. Hasil analisis data untuk validasi multimedia interaktif dari ahli pendidikan memiliki tingkat validitas sebesar 3,74. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 3,74 memiliki kriteria validitas “valid” dengan adanya sedikit revisi. Hasil analisis data untuk validasi LKS dari ahli pendidikan memiliki tingkat validitas sebesar 3,88. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 3,88 memiliki kriteria validitas “valid” dengan adanya sedikit revisi. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut layak untuk diujicobakan kepada kelompok besar yaitu siswa dalam satu kelas. Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa bahan ajar layak digunakan apabila mampu menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi. Berdasarkan kriteria kelayakan media pembelajaran yang terdapat dalam BSNP (2014) bahwa media dapat dikatakan layak apabila dilihat dari beberapa aspek. Beberapa aspek tersebut adalah komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, dan komponen kelayakan. Hasil analisis data untuk validasi multimedia interaktif dari ahli materi memiliki tingkat validitas sebesar 3,6. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 3,6 memiliki kriteria validitas “valid” dengan adanya sedikit revisi. Hasil analisis data untuk validasi LKS dari ahli materi memiliki tingkat validitas sebesar

3,74. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 3,74 memiliki kriteria validitas “valid” dengan adanya sedikit revisi. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut layak untuk diujicobakan kepada kelompok besar yaitu siswa dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008) yang menjelaskan bahwa materi bahan ajar akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Hasil analisis data untuk validasi multimedia interaktif dari praktisi lapangan memiliki tingkat validitas sebesar 4. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 4 memiliki kriteria validitas “sangat valid” tanpa adanya revisi. Hasil analisis data untuk validasi LKS dari dari praktisi lapangan memiliki tingkat validitas sebesar 4. Menurut Hobri (2010) tingkat validitas sebesar 4 memiliki kriteria validitas “sangat valid” tanpa adanya revisi. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut layak untuk diujicobakan kepada kelompok besar yaitu siswa dalam satu kelas. Berdasarkan kriteria kelayakan media pembelajaran yang terdapat dalam BSNP (2014) bahwa media dapat dikatakan layak apabila dilihat dari beberapa aspek. Beberapa aspek tersebut adalah komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, dan komponen kelayakan. Berdasarkan hasil uji coba produk bahan ajar yang telah dikembangkan tentang uji kepraktisan yang dilakukan oleh siswa dan observer diperoleh hasil analisis data untuk kepraktisan multimedia yang dikembangkan memiliki kriteria kepraktisan “tinggi” dengan tingkat kepraktisan sebesar 3,74. Sedangkan rerata nilai kepraktisan yang dilakukan oleh siswa dan observer untuk LKS yang dikembangkan memiliki kriteria kepraktisan “tinggi” dengan tingkat kepraktisan sebesar 3,68. Kedua bahan ajar tersebut memiliki kriteria kepraktisan “tinggi” sehingga tidak perlu dilakukan uji coba kembali. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nieveen (1999) bahwa bahan ajar dikatakan praktis apabila mudah diterapkan dilapangan dan bermanfaat. Bahan ajar yang digunakan pada lima kali pertemuan pada materi sistem ekskresi menunjukkan adanya peningkatan persentase tingkat penguasaan siswa. Persentase tingkat penguasaan siswa pada materi sistem ekskresi pada saat pretest sebesar 33,33% mengalami peningkatan sebesar 54,44% menjadi 87,88% pada saat postest setelah dilakukan penelitian. Menurut Hobri (2010) hasil persentase tingkat penguasaan siswa dari hasil pretest menunjukkan kriteria sangat rendah, sedangkan hasil persentase tingkat penguasaan siswa dari hasil postest menunjukkan kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan berupa multimedia interaktif dan lembar kerja siswa dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nieveen (1999) bahwa bahan ajar dikatakan efektif apabila praktisi atau ahli menyatakan bahan ajar efektif berdasarkan (1) pengalaman menggunakan perangkat pembelajaran tersebut, dan (2) secara nyata perangkat pembelajaran tersebut sehingga dapat mempengaruhi hasil evaluasi formatif sesuai dengan harapan. Menurut Hamalik (2005) evaluasi formatif adalah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang yang dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, bahan ajar pada penelitian ini dikatakan efektif jika peserta didik dapat mencapai nilai akhir pada setiap kompetensi dengan nilai lebih dari atau sama dengan nilai kriteria ketuntasan minimal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan secara keseluruhan yaitu pengembangan bahan ajar dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis multimedia memiliki kriteria valid, praktis dan efektif. Berdasarkan simpulan di atas, maka penggunaan bahan ajar perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu pembelajaran menggunakan multimedia interaktif memerlukan fasilitas laptop/komputer yang memiliki program Adobe Flash Player dalam pengoperasiannya, guru memberikan arahan dan menjelaskan cara pengoperasian sebelum menggunakan bahan ajar multimedia interaktif, guru juga memberikan arahan dan bimbingan dalam pengerjaan LKS. DAFTAR RUJUKAN Arends, R.I. 2013. Belajar untuk Mengajar. Terjemahan Made Frida Yulia. Jakarta: Salemba Humanika. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2014. Standar Nasional Pendidikan. (Online). (http//www. BSNP_Standar Nasional Pendidikan.com). Diakses 4 Juni 2016. Danim, S. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikamenum Depdiknas. Hamalik, O. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan (Developmental Research): (Aplikasi pada Penelitian Pendidikan Matematika). Jember: Universitas Jember. Kharida, L.A., Rusilowati, A., & Pratiknyo, K. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 5(1): 83-89, (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1015/925), diakses 25 November 2014. Nieveen, Nienke. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. London: Kluwer Academic Publisher. Permendikbud RI Nomor 69. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Innovatif. Yogyakarta: DIVA Press. Rochamawati, E.D., & Sukanti. 2012. Pengaruh Cara Belajar dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akuntasi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantul Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntasi Indonesia, 10(2). (Online), (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=52453&val=480), diakses 23 Agustus 2015. Rohaeti, E., Eli, Wijajanti, Endang, Padmaningrum, Regina Tutik. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10 (1): 1-11.

Thiagarajan, S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Indiana: Indiana University.