PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN DENGAN MEMANFAATKAN UNGKAPAN PROSES KREATIF SASTRAWAN Arina Rohmawati1) Wahyudi Siswanto2) Roekhan2) Jalan Semarang 5, Malang 65145 Telpon 0341-583988 Email:
[email protected] ABSTRAK: Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar menulis cerpen dengan memanfaatkan ungkapan proses kreatif sastrawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud , kemenarikan, dan kelayakan produk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan. Desain penelitian ini diadaptasi dari model penelitian Borg and Gall. Skor ratarata yang diperoleh mengenai kemenarikan yaitu 74,55%. Skor rata-rata yang diperoleh mengenai kelayakan bahan ajar sebesar 77,27%. Kata kunci: pengembangan bahan ajar, menulis cerpen, proses kreatif ABSTRACK: In general, this research is done to create a product in the form of short story writing instructional media by utilizing author’s creative process expression. The aims of this research are knowing the form, the attractiveness, and the eligibility of the product. This research employs developmental research method. The research design is adapted from the Borg and Gall’s research design model. Mean score of the attractiveness of short story instructional media equal to 74,55%. Mean score of the eligibility of the short story writing instructional media equal to 77,27%. Keyword: development of instructional media, short story writing, creative process
Ahmadi (dalam Aminuddin, 1990: 156) menyatakan bahwa di dalam lingkup pendidikan dan pengajarannya, sastra dapat memberikan sejumlah hal yang menarik untuk kesempatan-kesempatan menulis esai, kritik, dan penulisan krearif. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk jenjang SMA, terdapat kompetensi menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Kompetensi tersebut harus dikuasai siswa kelas X pada semester 2. Diperlukan bahan ajar yang mendukung untuk mencapai kompetensi tersebut. Pada kegiatan menulis cerpen, siswa membutuhkan rangsangan untuk memunculkan ide. Pada kesempatan kali ini, peneliti berusaha menghasilkan produk yang bisa membuat siswa lebih mudah menulis, khususnya menulis cerpen. Hal ini dilatarbelakangi oleh pernyataan Siswanto (2008: 171) bahwa di lembaga pendidikan, penulisan kreatif sastra kurang mendapat perhatian khusus. Menulis karya sastra bagi siswa merupakan kegiatan yang sangat berat. Selain itu, Roekhan (1991: 5—14) juga menyebutkan bahwa daya kreativitas ditentukan oleh perpaduan tiga unsur penting, yaitu kemampuan berpikir kritis, kepekaan emosi, bakat, dan daya imajinasi. Ada empat tahapan kreativitas: (a) pemunculan ide, (b) pengembangan ide, (c) pelahiran ide, dan (d) penyempurnaan ide. Penelitian pengembangan bahan ajar ini mengacu pada landasan pemikiran pengembangan bahan ajar Mbulu dan Suhartono (2004: 2), yaitu (a) untuk 1)
Arina Rohmawati adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang tahun 2012. 2) Wahyudi Siswanto dan Roekhan adalah dosen di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang sekaligus dosen pembimbing skripsi.
pembentukan kompetensi personel dan sosial, (b) kewajiban dan kewenangan pembelajar, (c) perkembangan IPTEK yang harus selalu diikuti, dan (d) adanya pengembangan kurikulum menuntut pula pengembangan bahan ajar. Selanjutnya, Pangarsa (2011) menyatakan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Berdsarkan hasil observasi pada tahap prapengembangan yang dilakukan pada subjek penelitian, yaitu siswa SMA Laboratorium UM kelas X, diketahui bahwa selama ini minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen masih rendah. Hal itu disebabkan kelas tersebut adalah kelas heterogen. Di dalam kelas heterogen itu, hanya sebagian kecil siswa yang menaruh minat pada pembelajaran menulis cerpen. Dilihat dari minat siswa yang masih tergolong rendah, hasil belajar siswa pun kurang memuaskan. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan bahan ajar menulis cerpen untuk membantu siswa mencapai kompetensi dasar yang dimaksud. Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar menulis cerpen dengan memanfaatkan ungkapan proses kreatif sastrawan. Ungkapan proses kreatif sastrawan adalah pengakuan-pengakuan sastrawan mengenai tahap yang dilaluinya dalam menciptakan karya sastra, mulai dari mencari ide, mengembangkan ide menjadi cerpen, hingga memperbaiki karyanya. Ungkapan proses kreatif sastrawan Indonesia dapat diambil manfaatnya untuk pembelajaran sastra di sekolah. Manfaat tersebut berupa langkah-langkah atau teknik menulis cerpen. Langkah-langkah atau teknik menulis cerpen dari ungkapan proses kreatif sastrawan tersebut selanjutnya dipilah-pilah berdasarkan kegiatan sebelum menulis, kegiatan saat menulis, dan kegiatan setelah menulis. Langkah-langkah inilah yang kemudian diterapkan pada bahan ajar. Mengacu pada uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan (1) menjelaskan wujud produk bahan ajar menulis cerpen berdasarkan ungkapan proses kreatif sastrawan, (2) mengetahui kemenarikan hasil pengembangan bahan ajar menulis cerpen untuk SMA kelas X Semester 2, dan (3) mengetahui kelayakan hasil pengembangan bahan ajar menulis cerpen untuk SMA kelas X Semester 2. METODE Penelitian ini menggunakan metode pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural atau bertahap yang mengadaptasi model desain penelitiann Borg and Gall. Seperti yang dikatakan oleh tim Puslitjaknov (2008: 8), model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif yaitu menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Tahapan dalam metode penelitian pengembangan ini meliputi (1) tahap prapengembangan, (2) tahap pengembangan produk, (3) tahap uji coba, dan (4) tahap revisi akhir. Desain uji coba yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah desain uji ahli, uji praktisi,dan uji lapangan. Ahli yang dipilih dalam uji produk ini terdiri atas dua orang ahli dalam bidangnya, yaitu ahli penulisan cerpen dan ahli bahan ajar. Penentuan subjek ahli didasarkan pada kriteria (1) memiliki latar pendidikan Bahasa Indonesia, (2) bidang ahli yang dikuasai adalah penulisan
kreatif cerpen (ahli 1), dan (3) bidang ahli yang dikuasai adalah bahan ajar (ahli 2), dan (4) berpengalaman dalam bidang materi dan perancangan/pengembangan produk bahan ajar (ahli 2). Uji praktisi dilakukan pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Laboratorium UM. Penentuan guru sebagai subjek uji coba praktisi dipilih melalui kriteria tertentu, yakni (1) memiliki latar pendidikan Bahasa Indonesia, dan (2) memiliki kompetensi di bidang pengajaran bahasa Indonesia. Selanjutnya uji coba dilakukan dengan siswa kelas X.1 SMA Laboratorium UM. Kegiatan uji coba dengan siswa bertujuan untuk mendapatkan komentar tentang kemenarikan dan kelayakan bahan ajar yang mereka baca. Data hasil uji coba berupa data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data deskriptif kualitatif berupa data verbal mengenai komentar, saran/kritik dalam angket dan catatan ketika uji coba. Sedangkan data kuantitatif berupa skor yang terdapat pada angket terkait kelayakan dan kemenarikan bahan ajar yang dikembangkan. Data dikumpulkan dengan angket uji coba untuk ahli, praktisi, dan siswa terkait kelayakan dan kemenarikan bahan ajar. Selain itu, wawancara tidak terstruktur juga dilakukan untuk memperoleh data verbal berupa catatan dan komentar dari subjek uji coba. Data dianalisis dengan cara (1) mengumpulkan data verbal tertulis yang diperoleh dari angket penilaian, (2) mentranskrip data verbal lisan, (3) menghimpun, menyeleksi, dan mengklasifikasi data verbal tulis dan verbal lisan berdasarkan kelompok uji, dan (4) menganalisis data dan merumuskan simpulan analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk yang dikembangkan, yaitu direvisi atau diimplementasi. HASIL Deskripsi Produk Produk yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu bahan ajar menulis cerpen berbentuk cetak untuk siswa SMA kelas X. Bahan ajar tersebut berisi materi, contoh, latihan, rangkuman, dan evaluasi. Materi yang disajikan cukup menarik karena diangkat dari ungkapan proses kreatif sastrawan. Urutan bab dalam bahan ajar tersebut diadaptasi dari langkah-langkah menulis kreatif sastrawan. Dilihat dari segi bahasa, bahan ajar ini menggunakan bahasa yang benar, komunikatif, dan dapat memotivasi siswa untuk membaca dan mempelajari bahan ajar. Dalam bahan ajar ini juga digunakan kata sapaan yang biasa digunakan siswa SMA. Kata-kata yang digunakan diusahakan yang dapat memotivasi siswa untuk belajar menulis cerpen. Kegrafikan bahan ajar meliputi sistematika dan tampilan bahan ajar. Komponen utama bahan ajar disusun secara berurutan. Urutan komponen tersebut yaitu mulai dari halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, peta konsep, petunjuk penggunaan bahan ajar, materi, daftar rujukan, dan diakhiri dengan riwayat penulis. Tampilan bahan ajar berupa desain mengenai ukuran huruf, ukuran kertas, warna, dan gambar-gambar yang mendukung. Hasil Uji Coba Setelah produk awal selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan validasi atau uji coba kepada ahli, praktisi, dan siswa. Uji coba ini melibatkan dua validator, yaitu ahli penulisan cerpen dan ahli bahan ajar. Ahli penulisan cerpen
yaitu dosen Sastra Indonesia yang memiliki gelar S2 dan berpengalaman mengajar selama 6 tahun. Sedangkan ahli bahan ajar yaitu dosen Sastra Indonesia yang memiliki gelar S3 dan berpengalaman mengajar selama 22 tahun. Uji coba dengan praktisi (guru) dilakukan dengan guru bahasa Indonesia di SMA Laboratorium UM. Praktisi memiliki gelar S1 dan berpengalaman mengajar selama 12 tahun. Sedangkan siswa adalah siswa kelas X.1 SMA Laboratorium UM. Kemenarikan bahan ajar dapat dilihat dari aspek tampilan bahan ajar dan aspek kebahasaan. Setelah diujicobakan kepada ahli, praktisi dan siswa, diperoleh skor dan beberapa catatan tentang kemenarikan bahan ajar yang dikembangkan. Berdasarkan hasil uji coba, dapat diketahui bahwa dari aspek kebahasaan masih memperoleh persentase rata-rata 68,74%. Artinya, bahasa bahan ajar tergolong cukup layak dan perlu direvisi. Kemenarikan bahan ajar juga dilihat dari aspek tampilan. Persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 75,96%. Walaupun tergolong layak, tetapi masih perlu direvisi berdasarkan catatan-catatan yang diperoleh. Jika digabungkan dengan aspek kebahasaan, maka persentase rata-rata kemenarikan bahan ajar yaitu 74,55%. Berikut adalah catatan-catatan dari subjek uji coba. Ada beberapa hal yang harus direvsi dari aspek kemenarikan bahasa dan tampilan bahan ajar. Bahasa yang digunakan pada contoh-contoh, petunjuk, dan latihan seharusnya komunikatif. Kata “kamu” masih banyak digunakan sebagai sapaan kepada siswa. Sapaan tersebut terkesan kurang sopan. Untuk latihan, kalimat yang digunakan masih terkesan kaku karena selalu memamkai tanda seru. Tampilan bahan ajar ini masih perlu ditingkatkan kemenarikannya. Perlu diperbanyak visualnya karena siswa SMA lebih tertarik dengan gambar-gambar daripada deretan tulisan. Mereka lebih suka dengan bahan ajar yang berwarna. Selain itu, sampul juga perlu ditambah gambar siswa SMA agar menggambarkan bahwa pemakainya adalah siswa SMA. Gambar sastrawan juga perlu ditampilkan pada sampul untuk mendukung judul bahan ajar. Sedangkan ukuran dan jenis huruf belum standar. Artinya, jenis huruf terlalu indah sehingga sulit dibaca. Selain itu, ukuran huruf yang dipakai ada yang terlalu kecil. Dalam bahan ajar juga belum ada peta konsep mengenai subbab sehingga pembaca tidak bisa mengetahui gambaran isi tiap bab. Data hasil uji coba kelayakan bahan ajar dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu (1) kelengkapan materi, (2) kedalaman materi, (3) keakuratan materi, (4) efektivitas dan efisiensi bahan ajar, (5) kebahasaan, (6) sistematika penulisan, dan (7) tampilan bahan ajar. Aspek kelengkapan materi memperoleh persentase rata-rata 75%. Aspek kedalaman materi memiliki persentase rata-rata kelayakan 71,29%. Persentase rata-rata yang diperoleh pada aspek keakuratan materi sebesar 68,75%. Aspek efektivitas dan efisiensi bahan ajar memperoleh persentase rata-rata 87,5%. Aspek kebahasaan memiliki persentase rata-rata kelayakan 71,52%. Persentase rata-rata yang diperoleh pada aspek sistematika penulisan sebesar 80,2%. Aspek tampilan bahan ajar memiliki persentase rata-rata kelayakan 75,96%. Jadi, persentase rata-rata yang diperoleh mengenai kelayakan bahan ajar sebesar 77,27%. Berikut adalah catatan-catatan yang diperoleh dari subjek uji coba. Catatan yang diperoleh pada aspek ini digunakan sebagai pedoman untuk memperbaiki kelayakan bahan ajar. Beberapa catatan tersebut, yaitu (a) isi kurang mendalam, (b) belajar menulis cerpen dari sastrawan terasa kurang karena hanya
dari satu sastrawan saja dan itu pun kurang diulas secara mendalam, (c) contoh yang disediakan cukup sulit dipahami tetapi penuh inspirasi dan motivasi, (d) langkah-langkah mengikuti langkah-langkah sastrawan, dan (e) latihan sebaiknya disajikan dari tingkat yang mudah ke sulit. Berdasarkan saran perbaikan dari ahli, praktisi, dan siswa, ada sejumlah revisi yang harus dilakukan. Revisi tersebut meliputi kemenarikan dan kelayakan bahan ajar. Revisi kemenarikan bahan ajar dilakukan pada aspek kebahasaan dan tampilan. Revisi kelayakan bahan ajar dilakukan pada aspek (1) kelengkapan materi, (2) kedalaman materi, (3) keakuratan materi, (4) kebahasaan, (5) sistematika penulisan, dan (6) tampilan bahan ajar. KAJIAN DAN SARAN Kajian Produk yang Telah Direvisi Bahan ajar yang dikembangkan berisi materi, contoh, latihan, rangkuman, dan evaluasi. Sesuai dengan kompetensi dasar, materi yang terdapat pada bahan ajar yaitu unsur intrinsik cerpen dan ungkapan proses kreatif sastrawan yang diambil manfaatnya sebagai langkah-langkah menulis cerpen. Materi yang disajikan yaitu tentang unsur intrinsik cerpen, pengertian, kutipan, dan manfaat ungkapan proses kreatif sastrawan. Unsur intrinsik cerpen perlu disajikan dalam bahan ajar karena berguna sebagai dasar menulis cerpen. Walaupun tidak dikupas mendalam, tetapi sudah cukup untuk bekal siswa. Pengertian ungkapan proses kreatif sastrawan juga disajikan untuk pemahaman awal agar siswa bisa menguasai materi berikutnya. Kutipan ungkapan proses kreatif yang disajikan dalam bahan ajar berfungsi sebagai pengetahuan siswa mengenai hal-hal yang dilakukan sastrawan selama proses menulis cerpen. Berdasarkan kutipan itu diperoleh manfaat berupa langkah-langkah menulis cerpen. Contoh yang disajikan dalam bahan ajar ada dua macam. Pertama, contoh yang disajikan sebelum latihan-latihan. Contoh tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa mengerjakan latihan. Kedua, berupa contoh cerpen. Contoh cerpen yang disajikan diambil dari karya salah satu sastrawan Indonesia. contoh cerpen tersebut dipilih yang mudah dipahami siswa kelas X dan tidak mengandung SARA. Berdasarkan contoh cerpen itu, diharapkan siswa memiliki gambaran mengenai cerpen yang baik. Di dalam bahan ajar yang dikembangkan juga disertai latihan-latihan. Latihan-latihan tersebut diletakkan setelah materi dan contoh. Latihan digunakan untuk mengaplikasikan materi yang telah dikuasai. Pada setiap akhir bab dalam bahan ajar selalu disertai rangkuman. Rangkuman berisi tentang ringkasan materi yang harus dikuasai siswa pada setiap bab. Rangkuman tersebut dibentuk poin-poin yang berupa garis besar isi bab. Di dalam bahan ajar juga disajikan evaluasi. Evaluasi diletakkan pada bab terakhir. Evaluasi merupakan kegiatan menilai karya sendiri dan teman. Siswa bisa meminta komentar dari temannya mengenai cerpen yang telah mereka buat. Demikianlah isi dari bahan ajar yang dikembangkan. Isi bahan ajar tersebut dipilih dengan mengacu pada pernyataan Pangarsa (2011) bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Indonesia ragam formal yang komunikatif dan dapat memotivasi siswa. Kalimat yang digunakan disesuaikan dengan perkembangan siswa. Kata-kata motivasi juga disuguhkan pada bahan ajar. Kata sapaan yang digunakan tergolong sopan dan tidak memberi kesan ada jarak antara penulis dengan pembaca. Kata-kata motivasi disajikan secara menyeluruh. Di kata pengantar, katakata motivasi disajikan untuk merangsang semangat siswa untuk memulai membaca bahan ajar. Jika siswa sudah bersemangat ketika membaca halaman awal, maka mereka akan tertarik membaca halaman berikutnya. Pada latihanlatihan juga digunakan kata-kata yang memotivasi. Kata-kata motivasi ini bertujuan agar siswa merasa percaya diri bahwa mereka mampu menulis cerpen seperti sastrawan. Kata sapaan yang digunakan disesuaikan dengan perkembangan siswa SMA kelas X. Kata sapaan yang digunakan yaitu kalian. Berdasarkan saran yang diperoleh, sapaan ini lebih terkesan sopan daripada kata kamu. Pada contoh pun disajikan kata sapaan yang tidak mengandung unsur SARA. Kegrafikan bahan ajar terdiri atas sistematika dan tampilan bahan ajar. Sistematika penulisan, komponen utama bahan ajar disusun secara berurutan. Komponen tersebut dikategorikan sebagai bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Tampilan bahan ajar berupa ukuran huruf, ukuran bidang cetak, warna, dan gambar-gambar yang mendukung bahan ajar. Penulisan bahan ajar harus sistematis agar dapat memudahkan proses pembelajaran. Sistematika penyajian bahan ajar terdiri atas (1) bagian pendahuluan yang meliputi sampul luar, sampul dalam, salam penulis, tinjauan kompetensi (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator), daftar isi, dan peta konsep, (2) bagian inti/isi bahan ajar yang berisi materi, teknik menulis cerpen, dan kegiatan siswa menulis cerpen berdasarkan tahapan dalam bahan ajar, (3) bagian penutup berisi penyuntingan cerpen, refleksi, evaluasi pembelajaran menulis cerpen, daftar rujukan, dan tentang penulis. Bagian pendahuluan bahan ajar dibuat menarik dan bermakna. Pada sampul luar terdapat foto ketujuh sastrawan dan ada gambar siswa SMA sedang menulis. Foto ketujuh sastrawan bertujuan untuk menunjukkan bahwa bahan ajar mengandung materi dari ungkapan proses kreatif ketujuh sastrawan itu. Sedangkan gambar siswa SMA yang sedang menulis menunjukkan bahwa pemakai bahan ajar ini adalah siswa SMA. Sampul dalam berisi judul bahan ajar dan sasaran pemakai produk. Salam penulis merupakan kata pengantar dari penulis. Di dalamnya terdapat kata-kata motivasi yang diambil dari sebuah iklan. Ada Apa dalam Bahan Ajar memuat tinjauan kompetensi, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan manfaat bahan ajar. Tinjauan kompetensi merupakan tahap pertama dalam penulisan bahan ajar. Daftar isi berisi nama bab dan subbab dalam bahan ajar yang disertai dengan nomor halaman untuk memudahkan pembaca mencari langsung bagian yang akan dibaca/dipelajari. Peta konsep berisi gambaran isi bahan ajar. Gambaran tersebut meliputi gambaran isi bab dan subbab. Dari peta konsep, pembaca dapat mengetahui inti dari bahan ajar yang dikembangkan. Setelah peta konsep, ada petunjuk penggunaan bahan ajar. Petunjuk ini berguna untuk pembaca agar dapat menggunakan bahan ajar dan mencapai target yang ada dalam bahan ajar.
Di bagian inti ada lima bab yang harus dikuasai siswa. Pada tiap bab itu ada kegiatan awal, inti, dan akhir, kecuali pada bab 1. Tiap bab itu diberi nama Bab karena merupakan nama standar pada buku teks. Untuk isi tiap bab sudah dijelaskan di atas. Kegiatan awal berupa kegiatan apersepsi sebagai dasar untuk menerima materi pada kegiatan inti. Kegiatan inti berupa kegiatan pokok yang sangat penting dilakukan. Di kegiatan inti inilah siswa dituntut menguasai materi lebih dalam beserta praktiknya. Sedangkan kegiatan lanjutan merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai pijakan untuk melangkah ke bab berikutnya. Bagian penutup pada bahan ajar ini berisi penyuntingan cerpen, refleksi, dan evaluasi pembelajaran. Siswa melakukan kegiatan memperbaiki cerpen. Setelah itu, siswa melakukan refleksi dan evaluasi dengan guru mengenai pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, gambar sastrawan juga diletakkan di sampul belakang. Hal ini juga bertujuan agar orang yang melihat dapat mengetahui bahwa buku tersebut berkaitan erat dengan ketujuh sastrawan tersebut. Selain gambar sastrawan, pada sampul belakang ada sedikit uraian mengenai isi bahan ajar. Jenis dan ukuran huruf yang dipakai untuk menyajian materi adalah Book Antiqua dengan ukuran 11 pt dan JustOldFashion 12 pt yang terkesan menarik tetapi masih memperhatikan standar BSNP (2007). Ukuran ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jenis huruf ini dipilih yang mudah dibaca dan tidak terlalu indah atau artistik. Huruf yang terlalu indah sulit untuk dibaca sehingga menghalangi penyampaian materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2009: 91) bahwa beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak. Huruf yang dicetak tebal atau yang dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Bahan ajar ini ditampilkan secara verbal dan visual. Tujuannya untuk membantu penyampaian materi dengan lebih menarik dan mudah ditangkap oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslich (2010: 229) bahwa penyajian visual ini selain dapat membantu penyajian verbal juga dapat mempercepat pemahaman siswa sasaran secara utuh. Oleh karena itu, penyajian visual ini harus sistematis, cermat, dan sederhana sehingga benar-benar bisa mencerminkan permasalahan yang sedang dibicarakan. Visual yang disajikan dalam bahan ajar ini yaitu gambar-gambar, tabel, dan bagan yang mengilustrasikan dan mendukung materi. Ukuran kertas yang digunakan untuk mencetak bahan ajar ini adalah A4 (210 mm x 297 mm). Penggunaan ukuran A4 ini dengan alasan kemenarikan dan efisiensi. Ukuran kertas ini juga sesuai dengan standar dari BSNP (2007). Pemilihan ini juga didasarkan atas pertimbangan penambahan ilustrasi, tabel, bagan dan sebagainya. Ukuran ini juga berpengaruh terhadap tata letak penulisan yang dibuat harmonis. Kombinasi warna dalam bahan ajar ini secara umum didominasi oleh warna biru. Pertimbangan warna biru tersebut adalah peneliti menganggap warna tersebut dapat mewakili warna seragam SMA/MA sehingga menarik siswa untuk membaca dan mempelajari bahan ajar ini. Warna bahan ajar dipiih dengan mempertimbangkan pendapat Arsyad (2009: 112) bahwa warna merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunkan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan.
Berdasarkan hasil uji coba, kemenarikan bahan ajar tergolong cukup dan perlu direvisi. Kemenarikan bahan ajar dilihat dari aspek kebahasaan dan aspek tampilan bahan ajar. Skor rata-rata yang diperoleh mengenai kemenarikan yaitu 74,55%. Catatan yang diperoleh dari subjek uji coba perlu diterapkan untuk perbaikan bahan ajar. Catatan mengenai kemenarikan bahan ajar tersebut yiatu mengenai kebahasaan dan tampilan. Berdasarkan catatan dari subjek uji coba, maka bahan ajar pun diperbaiki. Perbaikan pada aspek kebahasaan dilakukan agar materi bisa tersampaikan dengan lancar. Pada aspek tampilan juga diperbaiki untuk memotivasi siswa untuk mempelajari bahan ajar. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan dengan tujuan menyempurnakan bahan ajar yang dikembangkan sebelum diterapkan ke lapangan. Kelayakan bahan ajar dilihat dari aspek kelengkapan materi, kedalaman materi, keakuratan materi, efektivitas dan efisiensi bahan ajar, kebahasaan, sistematika penulisan, dan tampilan bahan ajar. Skor rata-rata yang diperoleh mengenai kelayakan bahan ajar sebesar 77,27%. Artinya, bahan ajar tergolong layak dan dapat diimplementasikan. Selain skor, juga didapat saran perbaikan mengenai kemenarikan dan kelayakan bahan ajar. Saran perbaikan itu digunakan sebagai landasan menyempurnakan bahan ajar. Walaupun tergolong layak, bahan ajar perlu diperbaiki pada beberapa aspek. Subaspek yang memperoleh skor kurang dari 75% harus direvisi berdasarkan catatan-catatan yang diperoleh dari subjek uji coba. Subaspek yang perlu direvisi yaitu (a) kesesuaian contoh-contoh dan latihan-latihan dengan kebutuhan siswa, (b) kesesuaian contoh dengan prinsip penulisan cerpen, (c) bahasa yang digunakan dalam contoh, dan (d) desain sampul. Berdasarkan catatan yang diperoleh, bahan ajar perlu diperbaiki agar lebih layak. Perbaikan yang paling menonjol terletak pada tampilan. Produk awal yang diujikan mendapat kritikan bahwa visual kurang ditata secara harmonis. Ukuran dan jenis huruf pun masih tergolong sulit untuk dibaca. Bahasa yang digunakan juga masih ada yang kaku. Kelayakan contoh dan latihan juga perlu diperbaiki. Oleh karena itu, bahan ajar diperbaiki dengan mengacu dari komentar dan saran yang diperoleh dari subjek uji coba. Bahan ajar yang dikembangkan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan bahan ajar ini adalah terdapat kata-kata motivasi yang bisa membangkitkan semangat siswa. Bahan ajar ini berbeda dengan bahan ajar lainnya yang telah dikembangkan sebelumnya. Bahan ajar ini dikembangkan dengan memanfaatkan ungkapan proses kreatif sastrawan. Siswa bisa menulis cerpen dengan meniru teknik yang digunakan sastrawan. Manfaat ungkapan proses kreatif sastrawan itu selanjutnya dijadikan langkah-langkah menulis cerpen bagi siswa. Kelemahan bahan ajar ini yaitu hanya terbatas pada satu kompetensi dasar. Sasarannya pun hanya siswa SMA kelas X. Selain itu, bahan ajar ini juga belum dicobakan kepada siswa. Jadi, untuk kelayakan bahan ajar masih terbatas pada aspek kelengkapan materi, kedalaman materi, keakuratan materi, efektivitas dan efisiensi bahan ajar, kebahasaan, sistematika penulisan, dan tampilan bahan ajar. Oleh karena itu, belum diketahui mengenai kemudahan atau kesulitan siswa mempelajari bahan ajar ini.
Saran Berkaitan dengan penelitian pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti, terdapat saran-saran yang ditujukan kepada beberapa pihak. Guru disarankan untuk dapat memanfaatkan bahan ajar menulis cerpen berjudul Belajar Menulis Cerpen dari Sastrawan dengan optimal. Guru dapat membaca dan mempelajari bahan ajar terlebih dahulu sebelum dierikan kepada siswa. Peneliti lain bisa merevisi atau menyempurnakan lebih lanjut jika ditemukan kelemahankelemahan. Peneliti lain dan penulis bahan ajar diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar bahasa Indonesia menjadi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan siswa yang semakin banyak dan sesuai dengan tuntutan perkembangan kurikulum yang ada. Selain itu, peneliti lain juga disarankan melihat sampai ke keefektivitasan bahan ajar yang dikembangkan. Oleh karen itu, perlu adanya uji coba lapangan dengan cara menerapkan bahan ajar kepada siswa. Bahan ajar menulis cerpen dengan memanfaatkan ungkapan proses kreatif sastrawan dapat disebarluaskan melalui jurnal penelitian, dan forum MGMP Bahasa Indonesia. Bahan ajar ini juga bisa ditambahi dengan strategi pembelajaran yang efektif dengan nuansa baru atau pendekatan baru. Bahan ajar juga bisa dibuat lebih interaktif dan lebih menarik lagi. Untuk alokasi waktu pembelajaran juga perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan kedalaman materi. Produk yang dikembangkan juga sebaiknya diterapkan pada siswa untuk mengetahui kesulitankesulitan yang dihadapi siswa saat memakai produk. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra: Beberapa Prinsip dan Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. BSNP. 2007. Instrumen 3 Butir Penilaian Kegrafikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK. BSNP (CD-ROM: BSNP, 2007). Mbulu, Joseph & Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas. Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. Pangarsa, Azis Tata. 2011. Pengembangan Bahan Ajar. (Online), (http://blog.uinmalang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/), diakses 25 September 2011. Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh Malang. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Gramedia. Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. (Online), (http://www.infokursus.net/download/0604091354Metode_Penel_Pengem b_Pembelajaran.pdf), diakses 21 September 2011.