PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Download Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya .... diterapkan pada diklat guru program...

0 downloads 498 Views 133KB Size
Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELOMPOK SENI DAN BUDAYA (DEVELOPMENT OF TRAINING MODEL FOR TEACHERS OF ARTS AND CULTURE AT VOCATIONAL SENIOR SECONDARY SCHOOL) Edhy Susatya Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Sleman, Yogyakarta. Alamat: Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta e-mail: [email protected] Diterima tanggal: 28/05/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 01/08/2012, Disetujui tanggal: 10/12/2012 Abstrak: Tujuan penelitian dan pengembangan ini yaitu untuk menemukan model pelatihan yang efektif dan dapat diterapkan pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Seni dan Budaya. Metode penelitian menggunakan Research and Development (R&D). Desain penelitian menerapkan model “postest only with comparison group design”. Teknik analisis data menggunakan analisis uji beda, analisis statistik dan analisis deskriptif. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pelatihan, yaitu kualitas: 1) nara sumber; 2) program; 3) fasilitas akademik; 4) fasilitas penunjang; dan 5) pelayanan. Penelitian ini menghasilkan model pelatihan open design. Model pelatihan open design menekankan pada peningkatan kreativitas, menumbuhkan ekspresi, menajamkan sensitivitas, dan mengembangkan inovasi. Simpulan penelitian ini yaitu dengan menggunakan model pelatihan open design terbukti dapat meningkatkan kualitas penguasaan kompetensi, kualitas karya, dan produktivitas peserta diklat. Kata kunci: pengembangan, model, pelatihan, seni dan budaya. Abstract: This research and development aimed to find out an effective training model to be applied in vocational teacher training of Vocational High School of Arts and Culture. The method used in the research was Research and Development (R&D). Its its design used was the postest only with comparison group. The data was analyzed using t-test, statistic analysis, and descriptive analysis. The variable influencing the success of training implementation are the quality of: 1) sources; 2) program; 3) academic facilities; 4) supporting facilities; and 5) services. This research and development results an open design training model. An open design training model emphasizes on increasing creativity, developing expression, sharpening sensitivity, and developing innovation. The final conclusion of the research is that the use of open design training model is proven to increase the quality of competence mastery, the quality of works, and the productivity of the participants. Keywords: development, model, training, art and culture.

Pendahuluan

kompetensi pendidik dengan kebutuhan dunia

Permasalahan pokok di bidang pendidik (guru)

pendidikan ditandai dengan banyaknya guru-guru

saat ini, yaitu rendahnya kualitas guru dan

yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang

relevansi kompetensi guru. Rendahnya kualitas

pendidikan yang dimiliki (mismatch).

pendidik tercermin dari banyaknya guru yang belum

Peningkatan kualitas dan relevansi kom-

memenuhi persyaratan dasar sebagai tenaga

petensi pendidik dapat ditempuh melalui program

pendidik, yaitu minimal tamatan sarjana (S1) atau

pendidikan dan pelatihan (Diklat). Diklat yang

diploma empat (D IV). Permasalahan relevansi

be rkua lita s da pat meng hasi lkan gur u ya ng

107

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

ung gul, tangguh, be rtek nologi t ingg i, d an

guru mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini

mempunyai kompetensi yang memadai sehingga

kur ang

mampu berkompetisi dan berprestasi.

pengalaman guru untuk lebih berkreasi dan

meng akom odasi

ke mamp uan

dan

Surv ei awal m enyadark an bahwa tidak

berinovasi. Akibat perlakuan seperti itu, guru-guru

semua jenis diklat dapat meningkatkan kom-

yang mempunyai kemampuan lebih tinggi akan

petensi dan profesionalisme guru, sebab banyak

jenuh d an m erasa ti dak diha rgai , se hing ga

aspek yang mempengaruhi, antara lain: 1) ku-

menurunkan motivasi untuk mengikuti diklat.

alitas program; 2) kualitas nara sumber; 3)

Model pelatihan guru SMK Seni dan Budaya

kualitas fasilitas akademis; 4) kualitas fasilitas

seharusnya berbeda dengan model pelatihan

penunjang; 5) kualitas pelayanan; dan 6) kualitas

yang diterapkan pada SMK non- Seni dan Budaya,

proses pelatihan (P4TK Seni dan Budaya, tahun

karena guru seni dan budaya ditekankan untuk

2007-2009).

dapat mengembangkan kreativitas dan desain

Penerapan model pelatihan berkaitan erat

pr oduk . Pr oduk seni d an b uday a bi asanya

dengan kualitas proses pelatihan. Model pelatihan

berbasis pada kesenian dan budaya daerah,

memegang peran yang sangat penting dalam

sehingga mempunyai keunikan dan karakter yang

mencapai keberhasilan proses pelatihan, artinya

berbeda-beda.

jika suatu desain model pelatihan dikembangkan

Berdasarkan pertimbangan di atas dan untuk

secara baik dan melalui tahapan yang benar,

mencapai hasil pembelajaran yang maksimal,

berpeluang besar dapat dipergunakan secara

perlu dikembangkan model pelatihan yang sesuai

maksimal d an dapa t meni ngkatka n kual itas

dengan karakter guru seni dan budaya, memiliki

pelatihan.

landasan konseptual, dan operasional yang jelas.

Saat ini, model pelatihan yang digunakan

Model pelatihan guru seni dan budaya harus

dalam pelaksanaan diklat di Pusat Pengembangan

dapat: 1) memicu semangat belajar sehingga

da n

Tena ga

mempunyai kemandirian dalam belajar; 2) me-

Kependidikan (P4TK) Seni dan Budaya, yaitu model

Pe mber daya an

Pendi dik

dan

macu kreativitas untuk menciptakan produk-

sistem paket. Berdasarkan rangkuman keluhan

produk inovatif yang marketable; dan 3) menye-

pelanggan pada laporan akhir tahun, model sistem

nangkan (enjoyable), sehingga peserta diklat

paket mempunyai kelemahan, antara lain: 1) se-

merasa nyaman dan kerasan.

bagian guru merasa tidak meningkat kemam-

Model pelatihan yang dikembangkan harus

puannya karena sebagian materi yang diberikan

dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi

tidak sesuai dengan materi yang diharapkan;

pembuatan karya seni, menerapkan pelatihan

2) kompetensi diklat kadang tidak sesuai dengan

berbasis kompetensi, pelatihan berbasis produksi,

kebutuhan guru dan sekolah; 3) guru tidak

dan teknik portofolio. Produk yang dihasilkan

mempunyai motivasi yang tinggi karena merasa

mengacu pada karakter daerah, mengandung

tidak dihargai kemampuan awalnya (recognition

filosofi, dan dilengkapi deskripsi produk sebagai

of prior learning); 4) disiplin guru lemah karena tidak

dasar pembuatan karya ilmiah.

merasa terpacu untuk menciptakan sesuatu yang

Berdasarkan latar belakang masalah, maka

baru; 5) kesamaan produk sehingga kurang

rumusan masalah: 1) Model pelatihan apa yang

memacu kreativitas dan inovasi,

guru tidak bisa

efektif diterapkan pada diklat guru program

menuangkan imajinasinya dalam bentuk karya

produktif seni kria di Pusat Pengembangan dan

seni; 6) hasil diklat tidak dilengkapi laporan dan

Pem berdayaan Pendidi k dan Tena ga Kep en-

proses desain; 7) produk bersifat monoton karena

didikan (P4TK) Seni dan Budaya? 2) Bagaimana

gambar kerja sama, sedangkan jenis kerajinan

mengukur tingkat efektivitas model pelatihan

dan seni di setiap daerah sangat beragam; dan

dilihat dari tingkat penguasaan kompetensi,

8) hasil diklat tidak bersifat portofolio sehingga

kemampuan mendesain karya, membuat karya,

tidak bisa dijadikan bahan pengajuan sertifikasi.

dan menyusun portofolio produk? dan 3) Inovasi

Mod el p elat ihan sistem pake t di angg ap

apa yang perlu diberikan pada model pelatihan

bersifat menggurui, karena menyamakan materi untuk semua guru, dan mempersepsikan semua

108

yang efektif?

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

Tujuan umum penelitian ini yaitu mengem-

Pelatihan dan Pembelajaran

bangkan model pelatihan yang efektif dan dapat

Fenomena pelatihan, dilihat dari sudut pandang

diterapkan pada diklat guru program produktif

filsafat ilmu memunculkan tiga pertanyaan, yaitu:

SMK Seni dan Budaya. Adapun tujuan khusus

1) dari segi ontologis, apakah yang dimaksud

penelitian: 1) menghasilkan model pelatihan yang

dengan pelatihan; 2) dari tinjauan axiologis,

efektif dan dapat diterapkan pada diklat guru

apakah manfaat pelatihan; dan 3) dari kajian

pr ogra m pr oduk tif seni kri a; 2 ) me nguk ur

epistemologis, bagaimana cara mengkaji dan

keterlaksanaan model pelatihan dilihat dari tingkat

mengembangkan pelatihan.

penguasaan kompetensi peserta, kemampuan

Tujuan spesifik pelatihan yaitu meningkatkan

mendesain produk, pembuatan karya seni, dan

kemampuan, kapasitas, dan kinerja staf. Diklat

por tofolio; dan 3) mend eskr ipsi kan inov asi

dia dakan untuk mengeli minasi kesenjangan

pengembangan model pelatihan.

pe namp ilan ker ja d enga n st anda r ya ng d ibutuhkan, tiga jenis kesenjangan (deficiency),

Kajian Literatur

yaitu: 1) deficiency of knowledge adalah ke-

Kajian Seni

senjangan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan

Seni merupakan bidang yang erat kaitannya

pekerja dalam hal ilmu pengetahuan; 2) deficiency

dengan nuansa kreatif, alternatif, dan inovatif.

of practice adalah kesenjangan kemampuan

Dalam bidang seni orang boleh bertindak beda,

pegawai dalam hal pelaksanaan praktik atau

nyeleneh (tidak seperti biasanya), terbuka, dan

keterampilan teknis; dan 3) deficiency of execution

memandang ke arah lain, sehingga dimungkinkan

adalah kurangnya kesanggupan pegawai dalam

adanya eksperimen untuk membuat sesuatu yang

mel aksa naka n

baru. Eksperimentasi seni adalah hasil kerja otak

motivasi kerja (Sugiyono, 1998).

pe kerj aan

atau

kur angnya

ka nan bese rta pusa t-pusat kece rdasanny a,

Pendekatan pelatihan berbasis kompetensi

sehingga mempengaruhi pikiran menjadi kreatif

(competency based training), diharapkan memberi

dan inspiratif. Stimulasi otak kanan merangsang

pengalaman belajar peserta didik, sehingga dapat

otak kiri untuk bekerja, sehingga terbentuk

mengembangkan potensi masing-masing dan

kerjasama yang dapat mengoptimalkan kecer-

menguasai secara tuntas (mastery learning) tahap

dasan manusia.

demi tahap kompetensi-kompetensi yang sedang

Seni sangat penting dalam dunia pendidikan,

dipelajari, tanpa harus dibebani oleh hal-hal yang

karena seni dapat memberikan kontribusi dalam

tidak terkait dengan penguasaan kompetensi

mencapai tujuan pendidikan, yaitu mengembang-

tersebut. Bahkan secara konseptual, kurikulum

kan kepekaan estetik, kemampuan kreatif, dan

diklat dirancang untuk melaksanakan pekerjaan

kemampuan apresiasi seni dan budaya sehingga

dalam bentuk kerja langsung melalui proses

peserta didik berkepribadian lebih utuh. Kegiatan

produksi (production based training) sebagai

seni diharapkan dapat mengimbangi perkem-

wahana pembelajaran (Australia Team Leader,

bangan logika dengan memperkuat kepekaan

tanpa tahun).

rasa, emosi, dan imajinasi, sehingga menjadikan

Pem bela jara n me rupa kan

proses y ang

manusia menjadi lebih manusiawi atau terjadi

kompleks, karena di dalamnya terdapat interaksi

keseimbangan pola pikir, tindakan, dan bermasya-

antara guru dan siswa dalam konteks proses

rakat, sehingga dapat meredam atau mengurangi

belajar-mengajar, serta interaksi kegiatan didaktik

tindak kekerasan dan meningkatkan kepedulian

pedagogis yang dilakukan guru dengan kegiatan

antarsesama.

belajar yang dilakukan siswa.

Kunci keberhasilan industri kreatif yaitu

Variabel utama pembelajaran di antaranya:

kreativitas, dan cara merangsang kreativitas

1) kondisi pem bela jar an; 2) m etod e pe m-

antara lain: a) merangsang daya imajinasi;

belajaran; dan 3) hasil pembelajaran. Hasil

b) mendorong ungkapan pribadi; d) mendorong

pembelajaran berupa hasil nyata (actual out-

berpikir kreatif (Chandra, 1994).

comes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), keduanya sering mempengaruhi keputusa n

pe rancang

pemb elaj aran

dal am

109

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

melakukan pilihan metode pembelajaran yang

sosial (social interaction) yang menekankan

digunakan.

pengembangan hubungan sosial;

dan d) perilaku

(behavioral) yang menekankan pada perubahan Model Pembelajaran

perilaku.

Model pembelajaran merupakan penyajian fisik

Pelatihan yang ideal dilaksanakan secara

atau konseptual dari sistem pembelajaran untuk

sistematik dan berkelanjutan. Sistem pelatihan

menjelaskan keterkaitan berbagai komponen

adalah suatu kesatuan yang terdiri atas kom-

sistem pembelajaran dan disajikan dalam pola

ponen inputs, proses, output, dan outcome. Setiap

atau kerangka pemikiran secara utuh. Model

model mengandung tiga kategori, yaitu: a) fungsi

pembelajaran meliputi seluruh sistem pem-

pe rencanaa n; b ) fungsi pe laksanaa n; da n

belajaran yang mencakup komponen tujuan,

c) fungsi evaluasi. Contoh model pelatihan yang

kondisi pembelajaran, proses belajar mengajar,

dikembangkan oleh pakar pendidikan, antara lain:

dan evaluasi.

1) model Otto dan Glaser (1970) yang terdiri atas

Craig (1987) mengatakan Sistem Belajar

kegiatan: (a) menganalisis masalah pelatihan;

Mengajar (Teaching-Learning Systems) dibedakan

(b) merumuskan tujuan pelatihan; (c) memilih

menjadi empat, yaitu: 1) guru sebagai sumber

bahan, metode, teknik, dan media pelatihan;

belajar (direct teacher input ystem); 2) modifikasi

(d) menyusun dan melaksanakan kurikulum; dan

pembelajaran oleh guru (teacher modifications

(e) menilai hasil pelatihan; 2) Model Parker (1976)

system); 3) siswa belajar menemukan secara

yang terdiri atas kegiatan: (a) menganalisis

mandiri (learner discovery system); dan 4) pem-

kebutuhan pelatihan; (b) mengembangkan tujuan

belajaran yang direncanakan oleh siswa dan

pelatihan; (c) merancang kurikulum; (d) memililih

siswa menjadi objek pembelajaran (learned-

metode pembelajaran; (e) merancang pende-

controlled instruction).

katan dan penilaian (f) melaksanakan pelatihan;

Perencanaan pembelajaran (instructional

dan (g) mengukur hasil pelatihan; 3) model Blank

design) dan strategi pembelajaran (instructional

(1975), yang dikenal dengan model diklat berbasis

strategies) menentukan peran guru dan siswa

kompetensi.

dalam proses belajar mengajar. Perancangan dan strategi pembelajaran ditentukan oleh ketepatan

Proses Desain dan Portofolio

memilih model pembelajaran. Dengan demikian,

Desain merupakan suatu langkah kreatif dalam

pemi lihan model pembela jaran member ikan

pembuatan produk, dimulai dari perumusan

pijakan dalam pengembangan strategi pem-

konsep, identifikasi dan klarifikasi masalah,

belajaran.

membuat respon, mengkreasi, dan mengevaluasi

Teori pembelajaran (theories of instruction)

solusi. Keseluruhan kegiatan tersebut disebut

merupakan rujukan dalam menentukan model

proses desain. Desain dalam arti khusus, yaitu

pembelajaran. Artinya, bahwa teori pembelajaran

semua aktivitas yang melibatkan pengalaman,

memandu pengembangan model pembelajaran

pengetahuan, dan keterampilan untuk meme-

dan merancang strategi pembelajaran. Secara

cahkan masalah. Teori proses desain antara lain;

konsepsi, perpaduan antara rancangan pem-

Outline Designing Framework, yang terdiri atas

belajaran dengan strategi pembelajaran meru-

kegiatan: design brief, ideas, developing chosen idea,

pakan pendekatan pembelajaran (instructional

planning solution, realisation, dan evaluation.

approach).

Integrated Designing Framework yang terdiri atas

Oliva (1992) mengidentifikasi bahwa terdapat

kegiatan: brief, investigation, ideas, evaluating,

25 model pembelajaran yang dikelompokkan

developing, planning, realisation, testing, dan

dalam empat rumpun, yaitu: a) pemrosesan

evaluation. (Chapman, C., & Peace, 1966).

informasi (informasi processing) yang menekankan

Portof olio

dal am

p rose s

pe mbel ajar an

aspek penguasaan dan pengolahan informasi

diartikan sebagai kumpulan dokumen pekerjaan

yang diperoleh selama proses pembelajaran;

yang dibuat oleh peserta didik secara terpadu dan

b) pribadi (personal) yang menekankan pengem-

di sele ksi berd asar kan pand uan yang sud ah

bangan konsep diri secara individual; c) interaksi

ditentukan. Portofolio berisi karya terpilih yang

110

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

menggambarkan usaha terbaik peserta didik

la man, dan per ubahan sikap ; 2) pel atihan

dalam mengerjakan tugas, dilengkapi dengan

merupakan penciptaan lingkungan agar pegawai

pemilihan masalah, pembahasan, pencarian data,

dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan,

pengolahan, penganalisisan, dan pemecahan

dan perilaku yang secara spesifik berkaitan

masalah.

dengan pekerjaan; dan 3) pelatihan berkenaan

Portofolio dalam lingkup pendidikan berfungsi

de ngan per olehan k eahl ian tert entu unt uk

sebagai penilaian (portofolio based assessment)

me mbantu

dan sebagai model pembelajaran (portofolio based

pekerjaan agar lebih baik.

learning). Portofolio diartikan sebagai kumpulan

p egaw ai

d ala m

me laksanak an

Studi Hughes (1999) menyimpulkan bahwa

dokumen pekerjaan yang dibuat oleh peserta

pem bela jara n

didik secara terpadu dan diseleksi berdasarkan

kumpulan pengalaman kerja memberikan lan-

nonaka demi k

da lam

bent uk

panduan yang sudah ditentukan. Prinsip dasar

dasan yang kuat untuk mendukung pembelajaran

model pembelajaran portofolio adalah student

berbasis kerja dan meningkatkan keterampilan.

active learning, cooperative learning, pembelajaran

Djohar (2003) dalam Pengembangan Model

partisipatorik, reactive teaching, dan menjadikan

Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK menyimpulkan

proses bel ajar ya ng meny enangk an (j oyfull

bahwa model pembelajaran berbasis kompetensi

learning).

dapat meningkatkan kompetensi siswa. Oemar Hamalik (2004) menjelaskan, suatu desain model

Penelitian yang Relevan

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

Sudjana dan Ibrahim (1995) mengelompokkan

dan dianggap siap dilaksanakan, sering tidak

tiga jenis pelatihan, yaitu: 1) pre-service training;

sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga perlu

2) in-service training; dan 3) social-services training.

diredesain. Model pembelajaran bersifat kon-

Samsudi (2006) menyimpulkan bahwa: 1) pe-

septual, oleh karena itu harus dioperasikan pada

latihan adalah aktivitas yang dirancang untuk

situasi dan kondisi pendidikan praktis.

meningkatkan keahlian, pengetahuan, penga-

Peningkatan Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikan Formal

Teori Pembelajaran

D Non-Formal (Diklat)

Manajemen

E V

R

Karakteristik Guru Seni dan Budaya

Kondisi Diklat

E S

Ideal Model Pelatihan Open Design

A

C

L O

Saat ini

E

R

E

P M E

Langkah PembenahanKurikulum, SDM, Fasilitas, Mekanisme, Pelaksanaan

H

Pendekatan Pelatihan (CBT dan PBT).

N T

Model Pelatihan

Guru Profesional dan Kompeten

Kualitas PBM di SMK-SB Meningkat

Bagan 1. Kerangka Berpikir

111

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Ke rang ka

p ikir

dib ang un

b erda sark an

penerapan model pelatihan sistem paket yang

pendampingan, peralatan dan sebagai variabel bebas adalah model pelatihan.

monoton, kurang menghargai kemampuan awal

Kelas model (comparison) menggunakan

peserta diklat, dan mencari solusi bagaimana

model pelatihan yang dikembangkan dan kelas

caranya meningkatkan kualitas pendidik melalui

kontrol (trainees) dikenai sistem paket. Res-

diklat yang dapat memacu kreativitas, mening-

ponden, yaitu peserta diklat produktif bidang

katkan inovasi produk kria, dan belajar yang

keahlian seni kria yang sedang melaksanakan

menyenangkan.

diklat di P4TK Seni dan Budaya. Teknik analisis

Kegiatan direncanakan dalam dua tahap,

menggunakan uji beda (t-test), di mana hasil

yaitu: 1) Tahap penelitian (research) merupakan

sesudah perlakuan (post test) sebagai variabel

survei awal, bertujuan untuk mempelajari kondisi

terikat. Proses pelaksanaan diadministrasikan,

dikla t saat i ni, pera turan, p edoman p enye-

serta bahan ajar, dan fasilitas praktik dipersiapkan

lenggaraan diklat, dan survei lapangan. Hasil

sesuai kebutuhan kompetensi, pelatihan direkam

tahap penelitian dijadikan bahan untuk membuat

dalam bentuk portofolio. Portofolio berfungsi

draft model diklat; dan 2) Tahap pengembangan

se baga i ke leng kapa n pr oses pem bela jara n,

(development), yaitu mengaji literatur, mempelajari

bahan presentasi dalam sebuah seminar, dan

karakteristik guru seni dan budaya, penyusunan

sekaligus sebagai bahan evaluasi.

mod el p elat ihan, dan uji cob a dra ft m od el pe lati han. Pengemb ang an m odel pel atihan

Rancangan konsep penelitian digambarkan pada Tabel 1.

dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu: a) studi

Desain uji coba model pelatihan yang diberi

pendahuluan; b) perancangan model; c) pe-

nama open design meliputi: a) evaluasi konsep

ngembangan model; dan d) validasi model.

dengan teknik delphi dan workshop evaluasi

mengaji literature.

konsep; b) uji coba terbatas focus group discussion (FGD I) untuk memperoleh informasi tingkat

Metode Penelitian

keterpakaian model; c) uji coba diperluas focus

Penelitian ini menggunakan pendekatan research

group discussion (FGD II) untuk mendapatkan

and development dengan tujuan untuk meng-

informasi kelayakan, adaptabilitas, keberfungsian,

hasilkan produk yang akan digunakan dalam diklat

dan efektivitas model; d) uji validasi model untuk

(Borg and Gall, 1983).

mendapatkan data empirik tentang implemetasi

Karakteristik pengembangan, yaitu: 1) produk

model; dan e) revisi merupakan tahap penyem-

didasarkan pada masalah yang dijumpai dalam

purnaan model dengan kegiatan expose dan

pembelajaran; 2) dikembangkan melalui peran-

finalisasi.

cangan dan uji coba; 3) uji coba dilaksanakan

Lok asi

pene liti an

d an

p enge mbangan

dalam tiga tahap, yaitu uji ahli, uji empiris, dan uji

dilaksanakan di P4TK Seni dan Budaya, Sleman,

lapangan; dan 4) produk yang dihasilkan berupa

Yogyakarta. Responden uji coba, yaitu bidang

model pelatihan.

keahlian seni kria, yang terdiri atas program

Tahap validasi dan evaluasi model pelatihan

keahlian kria kayu, kria tekstil, kria keramik, kria

dil aksa nakan set elah uji coba terba tas dan

kulit, dan kria logam. Waktu penelitian yaitu bulan

diperluas. Desain uji validasi dan evaluasi model

Juli 2009 sampai Juni 2010, dengan populasi

menggunakan posttest only with comparison group

seluruh peserta diklat guru produktif kria.

design, dengan menggunakan dua kelas, yaitu

Subjek uji coba model pelatihan, yaitu:

kelas kontrol dan kelas model (Noe, 2005). Post

a) subjek peserta adalah guru SMK kelompok Seni

test at au p rose s ev alua si d itek anka n pa da

dan Budaya, bidang keahlian seni kria dan b)

penilaian karya akhir, bertujuan untuk: a) mem-

subjek model pelatihan adalah model pelatihan

bandingkan tingkat penguasaan kompetensi kelas

open design.

kontrol dengan kelas model; dan b) mengetahui

Teknik analisis data menggunakan teknik uji

penguasaan jenis kompetensi. Kualifikasi kelas

beda (t-test), analisis statisktik, dan analisis

kontrol dan kelas model mempunyai kesamaan:

desriptif. Analisis statistik digunakan pada tahap

jenjang ilmu pengetahuan, fasilitas, pelayanan,

awal, untuk menganalisis data, temuan, dan fakta

112

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

Tabel 1. Posttest only with Comparison Group Design

Model Pelatihan yang diterapkan

Posttest

Kelas Model (comparison)

Open Design

Y2

Kelas Kontrol (trainees)

Sistem paket

Y2

Kelompok (Intact Classes)

STUDI PENDAHULUAN

Kurikulum diklat seni dan budaya

PERANCANGAN MODEL PELATIHAN OPEN DESIGN Materi diklat seni dan budaya

Survey penyelenggaraan diklat

VALIDASI MODEL PELATIHAN OPEN DESIGN

Implementasi Penilaian draft model Kriya kayu Draft model pelatihan open design

Dasardasar pengembangan

Literature review

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN OPEN DESIGN

PBM di lapangan dan rekomendasi

Uji coba terbatas (revisi I)

Kriya tekstil Kriya keramik

Uji coba diperluas (revisi II) Validasi dan revisi model pelatihan open design

Kriya kulit Kriya logam

Analisis data Model teruji

Bagan 2. Prosedur Pengembangan Model Pelatihan Open Design (Diadaptasi dari Borg & Gall, 1983) ya ng b erhubung an d enga n di klat . Analisis

base SMK kelompok Seni dan Budaya, data uji coba

deskriptif digunakan pada tahap pengembangan

model pelatihan dan validasi instrumen, dan

dan implementasi model untuk menjelaskan hasil

validasi expert judgement; 2) data dan informasi

evaluasi konsep, uji coba terbatas dan diperluas,

(saat) diklat, berisi tentang: kesiapan fasilitas

serta validasi model. Analisis deskriptif juga

pelaksanaan kegiatan, penyelenggaraan diklat,

digunakan untuk menjelaskan secara narasi data-

penilaian narasumber, dan pelayanan publik; serta

data hasil analisis seperti persentase, tabel

3) data dan informasi hasil diklat memuat tentang:

distribusi frekwensi,

resp onden uji mode l, peni laian pengua saan

grafik, standar deviasi, dan

atau data lain hasil perhitungan.

kompetensi peserta, data karya, portofolio, seminar, dan fashion. Sumber data diperoleh dari:

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) dokumen administrasi; 2) hasil supervisi,

Pengembangan Model Pelatihan Open Design

monitoring, dan evaluasi program P4TK-SB; 3) data

Pengembangan model pelatihan yang efektif, yang

base SMK; 4) studi lapangan; 5) wawancara; dan

dinamakan Open Design terdiri atas: 1) tahap

6) penyebaran instrumen.

perencanaan; 2) tahap pelaksanaan; dan 3) tahap evaluasi. Da ta

p enel itia n

Pembahasan model pelatihan open design tidak terlepas dari hasil analisis data dan informasi

pe ngem bang an

pradiklat, saat diklat, dan hasil diklat. Berdasarkan

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) data

da n

hasil analisis diindikasikan bahwa model pelatihan

dan informasi pradiklat, berisi tentang: existing

open design sangat cocok untuk pelaksanaan

condition P4TK Seni dan Budaya, existing condition

diklat peningkatan kompetensi guru produktif SMK

Bidang Keahlian Seni Kria, existing condition data

kelompok Seni Kria. Hal ini dikuatkan dengan bukti

113

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

PERENCANAAN PELATIHAN

Penyusunan Desain Program

Analisis Kebutuhan

Penyusunan Perangkat Pelatihan

Pelatihan

PELAKSANAAN PELATIHAN Studi Industri

Proses Desain

Pelatihan Kompetensi

Realisasi Karya

Ekspose Karya dan Seminar

Penyusunan Program Tindak Lanjut

EVALUASI PASKA PELATIHAN Implementasi Program Tindak lanjut

Monitoring dan Evaluasi

Bagan 3. Rancangan Model Pelatihan Open Design metodologi penelitian, antara lain: a) penggunaan

Terjadinya perbedaan hasil pelatihan

tidak

posttest only nonequivalent control group design

terlepas dari penerapan model pelatihan open

yang sangat efektif; b) pembagian kelas kontrol

design yang menekankan pada proses pem-

dan kelas model dengan kesamaan tingkat ilmu

belajaran orang dewasa, yaitu dengan mem-

pengetahuan, yaitu guru jenjang dasar ber-

berikan keleluasaan dan kesempatan berimajinasi

dasarkan hasil skill audit; c) pemberian perlakuan

dalam pembuatan karya seni. Proses belajar

yang sama pada ke dua kelas untuk struktur

orang dewasa cenderung akan berhasil apabila

program, fasilitas akademis, fasilitas penunjang,

dengan menerapkan belajar dengan menemukan

dan pelayanan; d) pemberian perlakuan berbeda

secara mandiri.

pada model pelatihan, kelas kontrol menggunakan sistem paket pelatihan sedang kelas model

Pengukuran Keterlaksanaan Model Pelatihan

menerapkan open design; dan e) melaksanakan

Open Design

mekanisme penelitian secara urut.

Kesiapan Sumber Daya Manusia

Bukti uji beda antara hasil kelas kontrol

Ber dasa rkan hasil p engumpul an d ata dan

dengan kela s model, dit inja u da ri t ingk at

informasi, kesiapan sumber daya manusia sangat

penguasaan kompetensi peserta, jumlah karya

baik. Sumber daya manusia dalam proses pe-

yang dibuat, dan kualitas karya seni inovatif yang

latihan dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) penatar,

diciptakan. Termasuk perbedaan yang paling

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal

si gnif ikan

p ortofoli o,

ma teri pel atihan t erdi ri dari wid ya-i swar a,

pelaksanaan pameran, penyelenggaraan seminar,

instruktur, dan narasumber. Rasio penatar dan

dan fashion show.

petatar untuk kelompok praktik ditetapkan 1

ada lah

pem buat an

(penatar) : 6-10 (petatar), sedang kelompok teori 114

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

maksimal dalam satu kelas berjumlah 32 petatar.

petensi dan pembuatan produk inovasi. Setiap

Regulasi ini dapat dipenuhi oleh setiap program

peserta mempunyai hak dan porsi yang sama

keahlian. Kualifikasi nara sumber sangat memadai,

dalam mendapatkan bahan praktik, baik bahan

hampir semua widyaiswara alumnus program

bak u,

pa scasarja na d i sp esia lisasinya, dile ngka pi

(finishing). Peserta pelatihan juga diberi pakaian

dengan pengalaman industri, dan mempunyai

ke rja, per leng kapa n k eama nan, dan tid ak

karya-karya seni yang relevan. Di samping itu,

dipungut biaya apapun untuk keperluan bahan,

setiap kompetensi disediakan pakar atau tenaga

bahkan pada bahan-bahan tertentu peserta diklat

ahli; 2) teknisi, mempunyai tugas mempersiapkan

dapat meng gunakan secara terbuka artinya

permesinan, peralatan, dan bahan praktik. Di

bebas tidak terbatas.

b ahan

pel engk ap,

dan

baha n

ja di

setiap studio tersedia teknisi sesuai dengan kompetensi. Teknisi juga dibekali kemampuan

Kelengkapan Administrasi

teknis untuk memperbaiki kerusakan (ringan dan

Kelengkapan administrasi kelas kontrol:

sedang) peralatan dan permesinan; dan 3) pem-

yang diundang pada kelas kontrol sejumlah 28

bantu umum, bertugas menjaga kebersihan,

guru, hadir 27 guru, (96,43%) dengan kategori

kenyamanan, dan ketersediaan fasilitas pe-

sangat baik (A). Unsur-unsur yang perlu disiapkan

nunjang demi lancarnya proses pelatihan.

sebelum kegiatan, menunjukkan bahwa dari 24

Peserta

unsur yang harus disiapkan terdapat 21 unsur Fasilitas

telah siap (87,5%) dikategorikan sangat baik (A)

Fasilitas yang disediakan oleh P4TK Seni dan

dan 3 unsur belum siap (12,5%).

Budaya dalam proses pelatihan sangat lengkap

Kelengkapan admisnistrasi kelas model :

dan berkualitas, hal ini dapat dilihat dari hampir

peserta kelas model yang diundang 32 guru, hadir

setiap studio mempunyai lebih dari satu lokasi dan

32 guru (100%), jika dikonversikan dengan

gedung bertingkat dua. Setiap studio memiliki

kategori sangat baik (A). Unsur-unsur yang perlu

fasilitas umum, fasilitas penunjang, dan dilengkapi

disiapkan sebelum kegiatan, menunjukkan bahwa

dengan perlengkapan elektronik sebagai sarana

dari 24 unsur yang harus disiapkan terdapat 22

kenyamanan peserta diklat.

unsur (91,67%) yang telah siap dikategorikan sangat baik (A) dan 2 unsur (8,33%) belum siap.

Mesin dan Alat Praktik Permesinan dan peralatan praktik lengkap dan

Pembobotan

sesuai dengan jenis dan jenjang kompetensi yang

Bobot diberikan pada setiap komponen, sub-

akan dilatihkan. Permesinan dan peralatan terdiri

kom pone n, d an a spek sesuai deng an k on-

dari heavy machine, light machine, power tool, dan

tribusinya. Bobot tersebut merupakan salah satu

hand tool. Jumlah peralatan disesuaikan dengan

dasar perhitungan nilai pada aspek, komponen,

kapasitas ruang dan kapasitas peserta, artinya

dan kinerja. Bobot pada aspek digunakan untuk

jika ruang praktik hanya mampu menampung

meng hitung nilai subkom ponen, Bobot sub-

maksimal 12 petatar, maka peralatan disediakan

komponen digunakan untuk menghitung nilai

sejumlah 12 set.

komponen, Bobot komponen digunakan untuk

Perawatan dan perbaikan mesin dan alat praktik dilakukan secara berkala dan terprogram. Peralatan elektronik, seperti komputer, LCD, printer, kamera, dan lain-lain (termasuk jaringan internet) disediakan oleh PPPPTK Seni dan Budaya dalam proses pelatihan dan pembuatan desain produk.

menghitung kinerja. Rumus nilai rata-rata:

NR  Dimana:

LNp EP

NR =

Nilai rata-rata

Np =

Nilai petugas

P =

Penilai/petatar/petugas

Bahan Praktik Bahan praktik disediakan secara cukup dan berkualitas sesuai keperluan pelatihan kom-

115

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Rumus nilai subkomponen:

 (SrxBA) NSk   BA Dimana:

NSk = Sr =

Nilai Subkomponen Skor

BA =

Bobot Aspek

Kualitas program diklat: Penilaian peserta kelas kontrol terhadap 8 unsur yang dievaluasi, yaitu 6 (enam) unsur dinilai sangat baik dan 2 unsur dinilai baik, dengan nilai rata-rata 86,39; sedang pada kelas model 7 unsur masuk dalam kategori sangat baik dan 1 unsur kategori baik, namun nilai rata-rata lebih rendah, yaitu 86,18. Hal ini membuktik an b ahwa tid ak ada perb edaa n ya ng

Rumus nilai komponen:

NKp 

 (NSkxBSk )  BSk

Dimana: NKp =

mencolok terhadap kualitas program antara kelas model dan kelas kontrol. Kualitas fasilitas akademis: Penilaian petatar kelas kontrol terhadap 6 unsur yang dievaluasi,

Nilai Komponen

yaitu 4 (empat) unsur dengan kategori sangat baik

NSk =

Nilai Subkomponen

dan 2 unsur kategori baik dengan nilai rata-rata

BSk

Bobot Subkomponen

87,18; sedangkan pada kelas model peserta

=

menilai 5 unsur berkategori sangat baik dan 1

Rumus nilai kinerja:

NKU 



unsur baik dengan rata-rata 87,18. Hasil penilaian

(NKpxBKp)

peserta terhadap fasilitas akademis menunjukkan

 BKp

bahwa ada selisih 1,23 poin, di mana pada kelas

Dimana: NKU

=

Nilai Kinerja

NKp

=

Nilai Komponen

BKp

=

Bobot Komponen

(Sumber: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002)

model dinilai lebih baik. Hal ini terjadi karena kelas model diberi ruang dan waktu untuk menggunakan laboratorium komputer, ruang desain, dan penggunaan bahan praktik lebih banyak untuk membuat dan menguji desain karya. Kualitas fasilitas penunjang menunjukkan

Nara Sumber/penatar/fasilitator

bahwa penilaian petatar kelas kontrol dan kelas

Pembahasan nara sumber/penatar/fasilitator

model terhadap 6 (enam) unsur yang dievaluasi

dibagi dalam kelas kontrol dan kelas model. Hasil

semua berkategori baik. Hal ini memberikan

perhitungan dikonversi dengan kategori penilaian

masukan kepada lembaga bahwa perlu adanya

yang sudah ditetapkan. Data dipilahkan ke dalam

peningkatan kualitas fasilitas penunjang untuk

nilai narasumber/ penatar, unsur yang dievaluasi,

mencapai pelayanan prima. Namun, demikian ada

kode narasumber, dan kategori.

beberapa faktor yang sangat mempengaruhi hasil

Nara sumber Diklat Peningkatan Kompetensi Produktif PTK kelas kontrol yang berjumlah 28

penilaian ini, terutama pada selera makan yang berbeda-beda dari peserta.

penatar, diketahui 21 penatar mendapat nilai

Kualitas Pelayanan: Penilaian petatar kelas

dengan kategori sangat baik (A) dan 7 penatar

kontrol terhadap 7 (tujuh) unsur yang dievaluasi,

baik (B), dengan nilai rata-rata 88,44.

yaitu 1 (satu) unsur berkategori sangat baik dan

Nara sumber Diklat Peningkatan Kompetensi

6 (enam) unsur berkategori baik dengan nilai rata-

Produktif PTK kelas model berjumlah 36 penatar,

rata 80,25; sedang pada kelas model semua unsur

14 penatar mendapat nilai dengan kategori

dinilai dengan kategori baik dan nilai rata-rata

sangat baik (A) dan 22 penatar termasuk kategori

82,52. Penilaian tersebut mengindikasikan bahwa

baik (B), dengan nilai rata-rata 85,99.

kualitas pelayanan diklat belum optimal.

Penyelenggaraan Diklat

Pelayanan Publik

Pembahasan penyelenggaraan diklat meliputi:

Pelayanan publik yang diberikan P4TK-SB kepada

kualitas program, fasilitas akademis, fasilitas

pelanggan menunjukkan sangat baik, di mana

penunja ng,

pela yana n pe tuga s. D ata

pada kelas kontrol mendapat nilai 3,26 dari skala

penyelenggaraan diklat dibagi dalam kelas kontrol

4 dan kelas model mendapat nilai 3,32 dari

dan kelas model.

sepuluh (10) unsur penilaian. Perbedaan di antara

116

dan

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

keduanya sebesar 0,06 poin. Berdasarkan hasil

tertinggi 81,00 dengan nilai rata-rata 72,75. Pada

penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak

kelas model menunjukkan nilai terendah 84,05 dan

ada perbedaan pelayanan dalam pelaksanaan

tertinggi 85,50 dengan nilai rata-rata 84,76.

pelatihan antara kelas kontrol dan kelas model.

Berdasarkan nilai individu dan nilai rerata perkelas terdapat perbedaan poin yang sangat besar.

Data dan Informasi Hasil Diklat Pe mbahasan

hasil

d ikla t

me liputi

Selisih nilai rerata antara kelas kontrol dengan t ingk at

kelas model pada program keahlian kria kulit

penguasaan kompetensi, karya, dan portofolio.

sebesar 12,01 poin dan terdapat satu peserta

Informasi berupa dokumentasi foto produk, proses

yang mendapatkan nilai amat baik (kategori A).

produksi, pameran, seminar, dan fashion show

Selisih point pada program keahlian kria kulit

tersedia pada bagian dua hasil penelitian.

tertinggi sebesar 12,01 jika dibandingkan dengan program keahlian lain.

Tingkat Penguasaan Kompetensi Peserta

Data tingkat penguasaan kompetensi petatar

(Responden)

Program Keahlian Kria Logam menunjukkan

Data tingkat penguasaan kompetensi petatar

bahwa pada kelas kontrol, nilai terendah 72,86,

Program Keahlian Kria Kayu menunjukkan bahwa

sedangkan tertinggi 77,71 dan nilai rata-rata

kelas kontrol, nilai terendah 72,46 dan tertinggi

75,54. Pada kelas model menunjukkan nilai

81,20 dengan nilai rata-rata 77,42. Kelas model

tere ndah 75 ,50, sedangka n terti nggi 8 1,00

menunjukkan bahwa nilai terendah 80,00 dan

dengan nilai rata-rata 78,63. Berdasarkan nilai

tertinggi 82,60 dengan nilai rata-rata 81,27.

indivi du d an nilai rer ata per kela s te rdap at

Ber dasa rkan nila i indivi du d an ni lai rera ta,

perbedaan sebesar 3,09 poin.

terdapat perbedaan poin. Selisih nilai rerata antara kelas kontrol dengan kelas model pada program

Karya

keahlian kria kayu sebesar 3,85 poin.

Karya kelas kontrol berupa realisasi kompetensi,

Data tingkat penguasaan kompetensi petatar

yang artinya setiap kompetensi atau gabungan

Program Keahlian Kria Tekstil menunjukkan bahwa

beberapa kompetensi akan menghasilkan satu

pada kelas kontrol, nilai terendah 75,00 dan

karya dan belum dipadukan dalam sebuah karya

tertinggi 78,50 dengan nilai rata-rata 76,86. Pada

inovasi. Pada kelas model, di samping meng-

kelas model menunjukkan bahwa nilai terendah

ha silk an

80,50 dan tertinggi 85,75 dengan nilai rata-rata

diwajibkan membuat karya inovasi yang di-

82,50. Berdasarkan nilai individu dan nilai rerata

lengkapi dengan portofolio, dipamerkan, dan

perkelas terdapat perbedaan poin. Selisih nilai

diseminarkan.

k arya

rea lisa si

k ompe tensi

juga

rerata antara kelas kontrol dengan kelas model

Ke lebi han kela s model adal ah p eser ta

pada program keahlian kria tekstil sebesar 5,64

menghasilkan karya inovasi yang bertumpu pada

poin dan terdapat satu peserta dengan nilai amat

kria daerah. Karya tersebut dibuat melalui proses

baik (A).

desain dengan media komputer yang selama ini

Data tingkat penguasaan kompetensi petatar

menjadi kelemahan guru seni dan budaya. Setiap

Program Keahlian Kria Keramik pada kelas kontrol

peserta dipaksa harus mampu mengoperasi-

menunjukkan bahwa nilai terendah 66,00 dan

onalkan komputer (pelaksanaannya dilakukan di

tertinggi 78,15 dengan nilai rata-rata 71,55. Pada

luar jam pelatihan) untuk mendesain karya yang

kelas model menunjukkan nilai terendah 78,10 dan

nantinya akan direalisasikan. Karya dilengkapi

tertinggi 79,37 dengan nilai rata-rata 78,68.

portofolio yang dipresentasikan dalam kegiatan

Berdasarkan nilai individu dan nilai rerata per-

pameran dan seminar. Berikut perbandingan

kelas terdapat perbedaan yang sangat besar,

unsur dalam karya peserta.

selisih nilai rerata kelas kontrol dan kelas model sebesar 7,13 poin.

Portofolio

Data tingkat penguasaan kompetensi petatar

Portofolio merupakan kumpulan atau rekaman

Program Keahlian Kria Kulit menunjukkan bahwa

proses pembuatan karya yang dilengkapi dengan

pada kelas kontrol, nilai terendah 66,00 dan

deskripsi. Isi portofolio, antara lain: 1) latar

117

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Tabel 2. Kandungan Unsur dalam Karya Peserta

No.

Unsur

Kelas Kontrol

Kelas Model

Ada

Tdk

Ada

Tdk

l.

Kompetensi

V

-

V

-

2.

Membaca gambar kerja

V

-

V

-

3.

Desain produk

.

V

V

-

4.

Kemampuan komputer

-

V

V

-

5.

Portofolio

-

V

V

-

6.

Kria daerah

-

V

V

-

7.

Lay out pameran

-

V

V

-

8.

Argumentasi produk

-

V

V

-

9.

Seminar

-

V

V

-

Fashion show

-

V

V

-

10.

belakang; 2) identifikasi masalah; 3) pengum-

Keterangan

Khusus Kria Tekstil.

Asumsi dasar belajar orang dewasa adalah:

pulan data; 4) spesifikasi produk; 5) pengem-

a) mempunyai konsep diri, yaitu suatu

bangan produk; 6) gambar kerja; 7) acuan visual;

yang tidak tergantung kepada orang lain untuk

dan 8) proses produksi. Portofolio dilengkapi

mengarahkan dirinya dan mengambil keputusan;

de ngan fot o da n ga mbar

b) mempunyai pengalaman yang merupakan

motion se bag ai

suplemen pengajaran di sekolah.

pribadi

sumber belajar yang sangat penting; c) kesiapan

Portofolio hanya dilaksanakan di kelas model

belajar berorientasi pada tugas-tugas perkem-

sebagai akumulasi kompetensi dan realisasi

bangan sesuai peran sosial; dan d) mempunyai

konsep pengemban dan pengembang seni dan

perspektif waktu belajar.

kria daerah. Konsep pembuatan karya dengan

Mode l p ela tiha n ope n de sign be rusaha:

portofolio ini diharapkan dapat dijadikan pilot

a) menciptakan iklim belajar sesuai dengan

projek untuk menggali dan mendokumentasikan

keinginan belajar orang dewasa, baik ruang,

se ni d an k ria daer ah, ata u ba hkan dap at

perabot, peralatan, media pembelajaran, kerja

menciptakan ikon-ikon daerah sebagai barang

sama, saling menghargai, dan lingkungan pem-

souvenir.

belajaran, sehingga menimbulkan kenyamanan; b) mengikutsertakan peserta dalam mendiagnosa

Inovasi Pengembangan Model Pelatihan

kebutuhan belajar sehingga merasa terlibat dan

Model pelatihan open design mengacu pada

mempunyai motivasi untuk belajar karena sesuai

pendekatan andragogi, yaitu proses pematangan

dengan kebutuhan mereka; c) memberi kele-

manusia (bagi seorang individu) untuk berpindah

luasan kepada peserta dalam perencanaan dan

dari rasa ketergantungan ke arah kemandirian

pembuatan karya, sehingga narasumber berperan

dengan kecepatan bergerak yang berbeda-beda

sebagai fasilitator; d) memberikan tanggungjawab

sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya.

pad a saa t pr oses bel ajar dan menekankan

Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan

evaluasi diri sendiri; e) menekankan proses

berkembang selalu menyimpan banyak penga-

aplikasi praksis atas dasar pengalaman peserta;

laman yang menjadi sumber belajar yang tidak

dan f ) menekankan pada proses pemecahan

ada habisnya. Untuk itu, tinggal menakar sampai

masalah dengan penerapan proses desain.

di mana kesiapan belajar dan orientasi belajar orang dewasa.

Mod el p elat ihan ope n de sign me ncoba menerapkan konsep pembelajaran orang dewasa karya Knowles (1984), yaitu: a) orang dewasa

118

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

ingin mengerti mengapa mereka belajar sesuatu;

kunjungan industri, proses desain, pelatihan

b) orang dewasa sangat memerlukan arah diri; c)

k ompetensi, r ealisasi karya, ekspose karya,

orang dewasa memiliki pengalaman yang lebih

seminar; dan 3) fungsi evaluasi meliputi; program

banyak dan lebih berkualitas dibanding anak

tindak lanjut, monitoring dan evaluasi.

muda; d) orang dewasa siap belajar ketika mereka mengalami, membutuhkan situasi untuk mampu

Kajian Produk Akhir

melakukan sesuatu, agar bisa tampil secara efektif

Produk akhir pengembangan Model Pelatihan

dan memuaskan; e) orang dewasa masuk ke

Open Design, yaitu buku panduan yang diper-

suatu

deng an

gunakan sebagai acuan penyelenggaraan diklat

berorientasi pada tugas; dan f) orang dewasa

produktif seni kria. Berpedoman buku panduan

termotivasi untuk belajar oleh ekstrinsik dan

diharapkan pelaksanaan diklat berjalan lancar,

intrinsik.

efe ktif, efi sien, sesuai k ebutuhan g uru dan

peng alam an

p embe laja ran

se kola h, d an d apat meningk atka n kualit as Revisi Produk

tamatan SMK kelompok Seni dan Budaya.

Model pelatihan open design telah diujicobakan

Model Pelatihan Open Design telah melewati

kepada peserta pelatihan, kemudian dianalisis

langkah-langkah penulisan karya ilmiah, antara

variabel-variabel yang mempengaruhi. Pada

lai n: 1) uji ahli untuk menguji konsep dan

tahap revisi produk, ada dua tahap kegiatan yang

perancangan model; 2) uji empirik untuk menguji

dilakukan, yaitu; 1) ekspose dan workshop model

pelaksanaan pelatihan sesuai dengan langkah-

pelatihan open design; dan 2) finalisasi model

langkah yang diformulasikan; dan 3) uji lapangan

pel atiha n op en desi gn. Ha sil revi si prod uk

untuk menguji formulasi model.

disepakati untuk dijadikan pedoman dalam setiap kegiatan diklat guru produktif seni kria.

Pelaksanaan uji lapangan (field testing) menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol dan

Hasil pengembangan model pelatihan open

kelas model. Penetapan kelas ditentukan dari

design terdiri atas: 1) fungsi perencanaan meliputi:

awal, kelas kontrol tidak diberi perlakuan khusus,

analisis kebutuhan pelatihan, penyusunan desain

sedangkan kelas model diberi perlakuan khusus

program pelatihan, dan penyusunan perangkat

pada pelaksanaan diklat dan dilakukan peng-

pelatihan; 2) fungsi pelaksanaan meliputi: studi/

ukuran terhadap hasil perlakuan.

Tabel 3.

No. 1.

Persamaan dan Perbedaan Perlakuan antara Kelas Kontrol dan Kelas Model

Aspek Kegiatan

Kelas Model OP

Keterangan

v

v

Sama perlakuan

v

v

Sama perlakuan

a. Pelayanan asrama, kantin, sarana olah raga, dan perlengkapan lingkungan,

v

v

Sama perlakuan

b. Pemenuhan alat tulis kantor dan fasilitas perkuliahan teori (fasilitas akademis),

v

v

Sama perlakuan

c. Fasilitas pelayanan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan praktik, seperti baju praktik, masker, sarung tangan, dll.

v

v

Sama perlakuan

Pra Diklat a. Dokumen administratif, seperti persyaratan peserta, surat pemanggilan, uang saku harian, transport pergi-pulang, dll. b. Perlakukan dan pelayanan sebelum diklat.

2.

Kelas Kontrol

Saat Diklat

119

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

lanjutan Tabel 3

No.

Aspek Kegiatan e. Nara sumber dan pelatihan komptensi

Kelas Kontrol

Kelas Model OP

v seb. penatar.

v Pelat.Komp. seb. sama. fasilitator

f. Perlakuan pada waktu proses pelatihan 1) Proses desain, 2) Operasional komputer, 3) Dokumentasi pembelajaran, 4) Kunjungan industri, 5) Pameran, 6) Seminar karya, 7) Fashion show, 8) Waktu pelatihan 3.

Hasil Diklat a. Hasil karya kompetensi

V

V

V

b. Hasil karya desain produk c. Dokumentasi proses (foto dan gambar hidup)

• -

V v

d. Rekaman CD pembelajaran per peserta

-

v

e. Karya portofolio

-

v

f. Pameran dan fashion show g. Seminar



v v

Keterangan

Waktu pelatihan pola 200 jam, kelas kontrol sesuai jadwal, kelas model diberi waktu tambahan.

Pada pelaksanaan pelatihan kelas kontrol,

Seni dan Budaya. Hasil uji model pelatihan open

nara sumber memberi materi, kemudian peserta

design terb ukti efek tif untuk meningk atkan

membuat karya sesuai gambar kerja yang sudah

kreativitas, mempertajam inovasi, memperkuat

disedia kan,

sensitivitas, dan usaha melestarikan kria daerah

sed angk an

p ada

pela ksanaan

pelatihan kelas model, nara sumber memfasilitasi kebutuhan peserta sesuai kompetensi untuk merealisasikan desain produknya.

(kearifan lokal). Model pelatihan open design dibagi ke dalam tiga fungsi, yaitu: fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan, dan fungsi evaluasi. Keberhasilan

Simpulan dan Saran

model open design ditandai dengan suksesnya

Simpulan

pr oses pel atihan sesua i re ncana pr ogra m,

Simpulan dan saran dikelompokkan ke dalam: 1)

ketepatan jadwal pelatihan, dan lengkapnya

si mpul an t enta ng p roduk; 2 ) ke terb atasan

persyaratan administratif. Kelas model dapat

penelitian; dan 3) saran pengembangan produk

mem bukt ikan per beda an hasil kar ya y ang

lebih lanjut.

berkualitas dibanding kelas konvensional. Kelas model lebih efektif dan efisien dalam meng-

Pengembangan Model Pelatihan

gunakan waktu pelatihan yang dibuktikan dengan

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini,

jumlah karya lebih banyak dibanding kelas kon-

yaitu Buku Panduan Model Pelatihan Open Design

vensional. Kelas model lebih banyak menguasai

yang terdiri atas fungsi perencanaan, fungsi

kompetensi penunjang (seperti: pembuatan

pelaksanaan, dan fungsi evaluasi. Berdasarkan

portofolio, penyelenggaraan pameran, ekspose

hasil uji coba dan pengembangan, model pelatihan

karya dan seminar, serta fashion show) dibanding

open design terbukti cocok diterapkan pada diklat

kelas konvensional. Model evaluasi yang cocok

guru program produktif seni kria SMK kelompok

untuk menilai karya pelatihan guru produktif seni

120

Edhy Susatya, Pengembangan Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Seni dan Budaya

kria adalah portofolio. Portofolio memuat proses

dengan teknik-teknik ilmiah, seperti: validitas dan

penciptaan karya seni, diawali dari penuangan

reliabilitas instrumen, persyaratan responden,

imajinasi, pembuatan desain, realisasi karya,

pengelompokan kelas konvensional dan kelas

sampai pada mempertahankan argumentasi pada

model, dokumentasi, dan persyaratan penelitian

saat seminar karya seni.

lain.

Berdasarkan uji coba, model open design

Secara teoritis, model pelatihan open design

terbukti mampu memicu, memacu, dan memotivasi

merupakan temuan ilmiah dari hasil proses ilmiah,

peserta dalam meningkatkan kreativitas dan

yang meliputi kegiatan: survei awal, pengajian

inovasi. Pengukuran keberhasilan dan keter-

literatur, perancangan model, uji coba, dan

terapan model dapat dilihat melalui: tingkat

validasi. Diharapkan model pelatihan open design

pe ngua saan kom pete nsi pese rta, jenis d an

da pat dipa kai seba gai baha n pe rtim bang an

jumlah karya yang dihasilkan, dan kemampuan

pengembangan pada proses pembelajaran di

penunjang yang dikuasai peserta. Karya inovasi

SMK kelompok Seni dan Budaya. Secara praksis,

kelas model dinilai lebih berkualitas, mengacu

model pelatihan open design dapat digunakan

pada kria daerah, dan diapresiasi oleh pakar seni.

sebagai model alternatif pelaksanaan proses

Dilihat dari tingkat penguasaan kompetensi, nilai

belajar mengajar di SMK kelompok Seni dan

rata-rata kelas model lebih baik dibanding kelas

Budaya.

konvensional. Ditinjau dari jumlah karya yang

Penerapan model pelatihan open design dalam

dihasilkan, karya kelas model lebih banyak dan

penyelenggaraan diklat guru program produktif

lebih berkualitas (dari bentuk, proses kerja, dan

se ni k ria diha rapk an dapa t me ning katk an

penyele saia n ak hir) dib andi ng k arya kel as

efektivitas dan efisiensi proses pelaksanaan

konvensional. Karya seni kelas model dinilai lebih

pembelajaran di SMK kelompok Seni dan Budaya.

berkualitas, karena sudah melalui uji proses

Hal ini dapat terwujud apabila sebelum mengajar,

desain, pameran, fashion show, dan seminar.

seorang guru dapat mempersiapkan secara detail

Karya kelas model dilengkapi portofolio sebagai

dan matang materi pembelajaran disertai contoh-

model evaluasi.

contoh karya kria sebagai referensi anak didik. Di

Model pelatihan open design didesain untuk

sam ping itu, de ngan menunjukkan contoh

penyelenggaraan diklat guru produktif seni kria.

karyanya sendiri, seorang guru dapat menun-

Open design diartikan terbuka dalam fungsi

jukkan bahwa dia menguasai kompetensi yang

pelaksanaan diklat dan terbuka dalam pembuatan

akan diajarkan, dapat membuat karya kria, dan

kar ya m elal ui p rose s de sain. Inovasi ya ng

bisa meningkatkan kepercayaan diri.

dikembangkan pada model open design adalah

Model pelatihan open design dikhususkan

terletak pada fungsi pelaksanaan. Pada model

untuk penyelenggaraan diklat guru program

konvensional, fungsi pelaksanaan hanya terdiri

produktif seni kria dan perlu pengkajian lebih lanjut

atas dua kegiatan, yaitu: teori dan praktik, sedang

untuk dapat diterapkan pada pelatihan guru

pada model open design terdapat enam kegiatan

program produktif seni rupa dan seni pertun-

yang harus dilaksanakan oleh peserta. Inovasi ini

jukan, karena setiap bidang keahlian mempunyai

dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan

karakter dan substansi yang berbeda. Penerapan

peserta dalam menciptakan karya seni. Peserta

model ini di SMK kelompok Seni dan Budaya perlu

pelatihan diberi kebebasan untuk menuangkan

pengembangan sesuai dengan kondisi, lokasi, dan

im ajinasinya d alam

kebijakan Dinas Pendidikan setempat.

be ntuk

desain

sesuai

kompetensi yang dipelajari, kemudian direalisasikan dalam produk kria. Saran Hasil uji coba model pelatihan open design sudah memenuhi persyaratan penelitian dan pengembangan meliputi: akurasi, realistik, dan segi manfaat. Data dan informasi dianalisis sesuai

121

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Pustaka Acuan Blank, William E. 1975. Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. New Jersey: Printice-Hall, Inc. Englewood Clifts. Borg, Walter R. and Gall, Meredith D. 1983. Educational Research: An Introduction. New York and London: Longman. Chandra, Julius. 1994. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Chapman, C., & Peace, M. 1996. Design and Realisation. London: Collins Educational. Craig, Robert L. 1987. Training and Development Handbook. New York: McGraw-Hill Book Company. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Pedoman Evaluasi Dampak Diklat. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. Djohar, M.S. 2003. Peran Seni dalam Pendidikan. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan Diklat Guru Pendidikan Seni, di PPPG Kesenian Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 2004. Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPS-UPI. Hughes, Katherine L. 1999. Work-Based Learning and Academic Skills. IEE Working Paper No. 15. Knowles, Malcom S. 1984. The Adult Learner: A Neglected Species. Boston: Gulf Publishing Noe, Raymond. A. 2005. Employee Training and Development. New York: McGraw-Hll Companies, Inc. Oliva, Peter F. 1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers. Otto and Glaser. 1970. The Management of Training: A Handbook for Training and Development Personal. New York: McGraw-Hill Book Company. Parker, Treadway C. 1976. Training and Development Handbook: A Guide to Human Resources Development. New York: McGraw-Hill Book Company. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Seni dan Budaya. 2009. Evaluasi tahunan P4TK Seni dan Budaya, tahun 2007-2009. Sleman, Yogyakarta. Samsudi. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi (tidak dipublikasikan). Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 1998. Menejemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.

122