PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

Download ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan modul pembelajaran remedi materi sistem ekskresi pada manusia untuk ...

2 downloads 632 Views 330KB Size
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN REMEDI MATERI SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII Rizki Siska Rosalita, Sarwono, dan Triastono Imam Prasetyo Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan modul pembelajaran remedi materi sistem ekskresi pada manusia untuk kelas VIII yang telah tervalidasi. Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan yang memiliki 4 tahap (define, design, develop, dan disseminate). Penelitian dibatasi hanya sampai pada tahap ketiga. Validasi dilakukan oleh ahli materi dengan persentase rata-rata nilai 96,53%, oleh ahli pembelajaran dengan persentase rata-rata nilai 87,36%, oleh validator lapangan dengan persentase ratarata nilai 77,50% dan uji keterbacaan oleh siswa dengan persentase rata-rata nilai 85,42%. Hal tersebut menunjukkan kriteria modul sangat valid dan sangat layak untuk digunakan. Kata kunci: modul, pembelajaran remedi, sistem ekskresi pada manusia. ABSTRACT: This research aimed to develop remedial learning modules in material human excretory system for eighth graders. This research is uses 4-D from Thiagarajan models which has 4 steps (define, design, develope, and disseminate). This research is conducted merely on the third step. The validation is done by content experts with percentage of the average score of 96.53%, module experts with percentage of the average score of 87.36 %, field validator with percentage of the average score 77.5% and students’ trial with percentage of the average score of 85.42%. These results show that this module has reached the validity criteria and is most qualified for use. Keywords: module, remedial learning, human excretory system

Penilaian pencapaian kompetensi siswa baik pada kurikulum 2013 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menggunakan prinsip pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan masing-masing sekolah. Salah satu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi siswa setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih adalah ulangan harian. Siswa yang belum mencapai KKM, harus dituntaskan melalui pembelajaran remedi sebelum melanjutkan pada kompetensi berikutnya (Permendikbud, 2013). Pemberian pembelajaran remedi didasarkan atas latar belakang perbedaan individu dan kesulitan belajar siswa. Perbedaan individu ditinjau dari perkembangan kognitif, kecepatan belajar, maupun cara belajar setiap siswa yang berbeda satu sama lain, bergantung kepada karakter individu masing-masing. Djamarah dalam Suwarto (2013:87) menyatakan bahwa kesulitan belajar diklasifikasikan ke 1

2

dalam 2 kelompok. (1) terkait dengan perkembangan mental dan (2) kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar akademik ditunjukkan adanya hasil belajar yang rendah. Menurut Suryosubrata dalam Suwarto (2013), seorang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar (KKM), berarti siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar. Pembelajaran remedi merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Wijaya (2007) mengatakan bahwa pembela-jaran remedi bertujuan untuk meningkatkan nilai siswa yang kurang hingga siswa tersebut mencapai standar nilai yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada SMP Negeri 15 Malang, diketahui bahwa KKM untuk matapelajaran IPA adalah 70. Nilai KKM tersebut ternyata tidak dapat dicapai oleh sebagian siswa. Dalam satu kelas, siswa yang harus mengikuti remedi mencapai lebih dari 40%. Teknik pelaksanaan remedi, dilakukan dengan sekedar pemberian tugas atau mengadakan ulangan kembali tanpa ada solusi untuk menyelesaikan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Sering juga terjadi, setelah mengikuti tes ulang, nilai siswa lebih rendah dari sebelumnya. Selain itu, apabila melaksanakan pembelajaran remedi setiap selesai melaksanakan satu kompetensi dasar, guru menyatakan kesulitan dalam menempatkan waktu, tempat maupun persiapan perangkat untuk melakukan pembelajaran remedi. Pembelajaran remedi dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan metode dan bahan ajar untuk mencapai suatu tujuan yang direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu agar pembelajaran remedi bisa lebih optimal maka perlu bahan ajar yang efektif dan sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Salah satu materi IPA yang dipelajari di kelas VIII pada semester II yaitu Sistem Ekskresi pada manusia. Materi Sistem Ekskresi merupakan materi yang mempelajari suatu proses atau mekanisme pengeluaran zat sisa metabolisme di dalam organ tubuh. Pemahaman konsep sangat diperlukan agar dapat menjelaskan suatu proses. Materi sistem ekskresi pada manusia merupakan materi yang bersifat

3

konkret tetapi untuk prosesnya tidak dapat diindera, karena kajiannya yang mencakup proses fisiologi yang terjadi didalam tubuh manusia. Sistem ekskresi merupakan salah satu konsep yang cukup sulit karena banyak unsur hafalan, dan terlalu banyak istilah. Berdasarkan hasil observasi, kecepatan dan gaya belajar setiap siswa dalam memahami konsep berbeda. Siswa yang mengikuti remedi materi sistem ekskresi menyatakan bahwa kesulitan dalam memahami materi sistem ekskresi karena materi dalam buku disajikan hanya dalam bentuk paragraf yang sulit dipahami, banyak istilah baru, gambar kurang menarik, dan latihan soal kurang bervariasi sehingga kurang mendorong motivasi belajar siswa. Maka dengan permasalahan tersebut, siswa membutuhkan bahan ajar yang memfasilitasi kecepatan dan gaya belajar dengan teknik yang mampu membimbing dan memudahkan mereka dalam mempelajari materi Sistem Ekskresi pada Manusia. Menanggapi hal tersebut, perlu dikembangkan bahan ajar alternatif berupa modul cetak yang belum banyak digunakan di SMP Negeri 15 Malang. Menurut Depdiknas (2008), modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Pembelajaran menggunakan modul akan dapat mengatasi guru dalam pelaksanaan remedi, baik ditinjau dari waktu, tempat, maupun pengembangan media. Hal tersebut dikarenakan siswa dapat belajar secara mandiri menggunakan modul. Menurut Jaya (2012), modul juga dapat memfasilitasi siswa lebih tertarik dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar. METODE Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model 4-D dari Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel, M.I. (1974). Model 4-D dipilih dengan alasan karena model 4-D ini tersusun secara terprogram dengan urut-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa dan juga model 4-D ini khusus digunakan untuk pengembangan bahan ajar bukan rancangan pembelajaran. Pengembangan model ini terdiri dari 4 tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan penyebaran (disseminate). Penelitian dibatasi pada tahap pengembangan (develope).

4

Pada tahap pengembangan ini dilakukan validasi ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi dan uji coba pengembangan (developmental testing). Vali-dasi oleh ahli pakar/ahli dilakukan oleh ahli materi (dosen), ahli pembelajaran (dosen), dan validator lapangan (guru Biologi SMP Negeri 15 Malang). Uji coba lapangan terbatas untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul dilakukan oleh 12 siswa kelas VIII yang telah mengikuti remedi materi sistem ekskresi pada ma-nusia. Jenis data yang diperoleh terdiri atas dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data selain angka yang diperoleh dari catatan, komentar, kritik maupun saran-saran yang diberikan oleh validator yang digunakan untuk perbaikan atau revisi modul. Data kuantitatif merupakan data berupa angka yang diperoleh dari angket penilaian yang diberikan kepada subjek uji coba. Teknik analisis data kuantatif menggunakan teknik analisis rata-rata dengan rumus sebagai berikut.

 =

∑𝑋 ∑𝑋𝑖

× 100%



Keterangan :

= nilai rata-rata (dalam persen) ∑X = jumlah total jawaban responden dalam 1 aspek ∑Xi = jumlah skor ideal dalam 1 aspek 100% = konstanta

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan kualifikasi validitas/kelayakan modul yang dikembangkan, digunakan ketentuan pada Tabel 1. Tabel 1 kriteria validitas data angket penilaian Kategori A

Persentase 85%- 100%

Klasifikasi Sangat Valid

B

70%- 84%

Valid

C

56%- 69%

Kurang valid

D

< 55%

Tidak valid

(Sumber: data diolah dari Sugiyono, 2012, 137-144)

Keterangan Tidak perlu revisi, produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran. Revisi sedikit, produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatu yang kurang berdasarkan catatan subyek uji coba. Revisi sebagian, dengan meneliti kembali secara seksama dan mencari kelemahankelemahan produk untuk disempurnakan. Revisi besar, peneliti dapat mengganti atau mengubah aspek yang disajikan dalam modul.

5

Selain data kuantitatif diperoleh juga data kualitatif berupa komentar, saran, dan kritik dari validator. Data tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan modul.

HASIL DAN PEMBAHASAN Modul merupakan produk hasil pengembangan yang divalidasi oleh ahli materi, ahli modul dan validator lapangan. Ringkasan data hasil validasi modul oleh ahli materi dipaparkan pada Tabel 2, ringkasan data hasil validasi modul oleh ahli pembelajaran pada Tabel 3, ringkasan data hasil validasi oleh validator lapangan pada Tabel 4, dan ringkasan hasil keterbacaan modul oleh siswa pada Tabel 5. Tabel 2 Ringkasan validasi oleh ahli materi No. Aspek Rata-rata % 1. Sistem Ekskresi 100% 2. Ginjal 91,67% 3. Kulit 95,83% 4. Hati 95,83% 5. Paru-paru 95,83% 6. Pola Hidup Sehat 100% Rerata % skor total 96,53% Keterangan Validator Ahli Materi : Dra. Susilowati, M.S.

Kriteria Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid

Tabel 2 menyatakan bahwa persentase rata-rata nilai kebenaran/kesesuaian materi sistem ekskresi pada manusia yang dikembangkan dalam modul yaitu 87,36%. Nilai tersebut berada pada rentangan 85%-100% dengan kriteria validitas sangat valid artinya tidak perlu revisi, produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, revisi hanya dalam bentuk revisi kecil sesuai saran validator. Tabel 3 Ringkasan validasi oleh ahli pembelajaran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Aspek Halaman sampul Kata pengantar Daftar Isi Pendahuluan Petunjuk Penggunaan Modul Peta Kompetensi Kegiatan belajar siswa Rangkuman Latihan Soal Daftar Pustaka

Rata-rata% 83,33% 75% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 87,50%

Kriteria Sangat valid Valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid

6 No. Aspek Rata-rata% Kriteria 11. Glosarium 100% Sangat valid 12. Tampilan 81,25% Sangat valid 13. Keterbacaan 91,67% Sangat valid 14. Sajian 91,67% Sangat valid Rerata % skor total 87,36% Sangat valid Keterangan Validator Ahli Pembelajaran : Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D

Tabel 3 menyatakan bahwa persentase rata-rata nilai modul yaitu 87,36%. Nilai tersebut berada pada rentangan 85%-100% dengan kriteria validitas sangat valid artinya tidak perlu revisi, produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, revisi hanya dalam bentuk revisi kecil sesuai saran validator. Tabel 4 Ringkasan validasi oleh validator lapangan/guru No. Aspek Rata-rata % 1. Tampilan 80% 2. Keterbacaan 75% 3. Sajian 85% 4. Penyajian Materi 75% 5. Latihan Soal 75% 6. Penilaian 75% Rerata % Total 77,50% Keterangan Validator Lapangan: Yudi Hermanto, S.Pd

Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Tabel 4 menyatakan bahwa persentase rata-rata nilai modul yaitu 77,50%. Nilai tersebut berada pada rentangan 75%-84% dengan kriteria validitas valid artinya revisi sedikit, produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatu yang kurang berdasarkan catatan subyek uji coba. Tabel 5 Ringkasan Hasil Uji Keterbacaan oleh Siswa No. 1. 2. 3. 4.

5. 6.

Aspek Saya mudah memahami informasi, petunjuk, perintah, yang ada pada modul ini. Modul ini memuat permasalahan dan kegiatan belajar yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu saya. Modul ini menyediakan gambar yang jelas dan mudah dipahami Kegiatan belajar pada modul ini memberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan saya. Kegiatan belajar pada modul ini memberi saya motivasi melalui variasi soal yang menarik. Modul ini disusun secara sistematis sehingga

Rata-rata %

Kriteria

83,33%

Valid

87,50%

Sangat valid

91,67%

Sangat valid

83,33%

Valid

87,50%

Sangat valid

83,33%

Valid

7 saya mudah mempelajari materi sistem ekskresi. Saya senang belajar dengan modul ini karena 7. tampilannya menarik. Saya mudah memahami bahasa yang 8. digunakan pada modul ini Rerata % Total Keterangan Siswa: 1. Fakhiya Shinta Nuriya 5. Amanda Cherlyana P. 2. Aidora Syahniah 6. Wanda Dheanata 3. Gevald Galant A. A. 7. Hadista Khutsiyah O. 4. Dinda Aprilia 8. Lintang

81,25%

Valid

85,42%

Sangat valid

85,42%

Sangat valid

1. 2. 3. 4.

Diaz Elok Nurhofifa Rayhan Afrianantha R. Sandra Ameilia Salsabila Achmad Widad I.

Tabel 5 menyatakan bahwa persentase rata-rata nilai modul yaitu 85,42%. Nilai tersebut berada pada rentangan 85%-100% dengan kriteria validitas sangat valid artinya tidak perlu revisi, produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, revisi hanya dalam bentuk revisi kecil sesuai saran para validator.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan, dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan berupa modul pembelajaran remedi materi sistem ekskresi pada manusia untuk siswa kelas VIII, layak dan dapat digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase rata-rata hasil validasi oleh ahli materi mendapatkan nilai rata-rata sebesar 96,53%, ahli pembelajaran sebesar 87,36%, validator lapangan sebesar 77,50%, serta hasil uji keterbacaan oleh siswa sebesar 85,42%.

Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan, antara lain: 1) bagi siswa disarankan mempelajari modul sesuai dengan petunjuk penggunaan dan sistematika penyajian materi agar memudahkan dalam membangun pemahaman dan mendapatkan konsep yang utuh, 2) bagi guru disarankan mempelajari RPP dan petunjuk penggunaan modul sehingga pelaksanaan pembelajaran remedi menggunakan modul dapat berjalan dengan baik, dan 3) melanjutkan penelitian sampai tahap selanjutnya yaitu tahap penyebaran

8

(disseminate) yang dilakukan dengan validasi empiris (uji coba lapangan) untuk mengetahui keefektifan penggunaan modul dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2008. Teknik Peyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jaya, Sang Putu Sri. 2012. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X Semester 2 Di Smk Negeri 3 Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha: Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suwarto. 2013. Pengembangan tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota Wijaya, Cece. 2007. Pendidikan Remidial. Bandung: Remaja Rosdakarya.