PENGEMBANGAN TES BERPIKIR KRITIS IPA UNTUK SEMESTER GASAL KELAS IV SD

Download mental yang mencakup kemampuan memberikan penjelasan sederhana, merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi dan deduksi...

1 downloads 559 Views 370KB Size
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

PENGEMBANGAN TES BERPIKIR KRITIS IPA UNTUK SEMESTER GASAL KELAS IV SD Ni Made Tuti Widyastini1,Putu Nanci Riastini2, Dewa Nyoman Sudana3 Jurusan PGSD1,2,3, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia g-mail: [email protected], [email protected] 2, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes berpikir kritis IPA yang dikembangkan untuk semester gasal kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017 ditinjau dari validitas isi, validitas butir tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya pembeda butir tes. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan model ADDIE. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pencatatan dokumen, observasi, kuesioner, dan tes. Instrumen yang digunakan adalah lembar pencatatan dokumen, lembar observasi, lembar kuesioner dan tes berpikir kritis IPA. Jumlah peserta tes sebanyak 41 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis butir soal pada 40 butir tes, yaitu (a) validitastes menurut review para ahli diperoleh hasil sangat baik, (b) soal valid sebanyak 75%, (c) soal termasuk reliabel, (d) daya beda tes adalah kategori “baik” sebesar 60%, kategori “jelek” sebesar 6,7% dan “cukup” sebesar 33,3%, (e) tingkat kesukaran tes adalah “mudah” sebesar 6,6%, ketegori “sukar” sebesar 6,6%, dan kategori “sedang” sebesar 86,6%. Hal ini berarti, tes berpikir kritis yang dikembangkan dapat digunakan sebagai tes standar berpikir kritis IPA untuk semester gasal kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: Pengembangan, Tes, Berpikir Kritis, IPA. Abstract The purpose of this study is to know the quality of critical thinking test of IPA which developed for grade IV of elementary semester in Buleleng sub district, Buleleng regency in 2016/2017 it observed in terms of content validity, test item validity, test reliability, difficulty level of test item, and distinguishing factor test items. This study is a development research using ADDIE model. The data collections were done using document recording method, observation, questionnaire, and test. The Instruments used were document recording sheets, observation sheets, questionnaires and critical science thinking tests. The number of test participants is 41 people. The data analysis that used was descriptive qualitative and descriptive quantitative analysis. The results of the item analysis on the 40 test items, namely (a) the validity of the test according to the expert reviews obtained very good results, (b) valid problems as much as 75%, (c) the problem includes reliable, (d) test differentiation is the category of "good "by 60%," bad "category by 6.7% and" enough "by 33,3%, (e) the difficulty level of the test is" easy "at 6.6%, the" difficult "category of 6.6% And the "medium" category is 86.6%. This means that the critical thinking test developed can be used as a standard test for critical science thinking for the fourth semester class of SD in Buleleng sub district Buleleng regency 2016/2017. Keywords: Development, Test, Critical Thinking, Science.

1

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

Pendahuluan Setiap kegiatan pembelajaran harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Menurut Hasan (1991:84), tes adalah, “suatu alat guru untuk mendapatkan informasi mengenai apa yang ingin diketahuinya”. Goodenough (dalam Sudijono, 2007:67) menyatakan, “tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lainnya”. Brown (dalam Yusuf, 2015:93) menyatakan “tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang”. Artinya, bahwa tes yang disusun mewakili aspekaspek yang akan diukur sebagai alat untuk menilai seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, tes dapat dibagi dari segi pelaksanaannya yaitu tes lisan, tes tertulis, atau dalam bentuk perbuatan berupa tes tindakan (Yusuf, 2015). Jenis keputusan yang dapat diambil oleh guru tidak terlepas dari fungsi tes itu sendiri.Sudijono (2007:67) menyatakan, secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu sebagai berikut. (1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik. (2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. Selanjutnya Arikunto (2006) menyatakan bahwa fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal yaitu, (1) fungsi untuk kelas misalnya untuk menaikkan tingkat prestasi siswa, (2) fungsi untuk bimbingan misalnya membantu siswa dalam menentukan pilihan, dan (3) fungsi

untuk administrasi misalnya untuk menilai kurikulum. Tes dari segi bentuk pelaksanaannya, dapat dibedakan menjadi 3 bentuk. Pertama tes tertulis, dalam pelaksanaannya testee memberikan jawaban atas soal ujian yang diperoleh dengan cara menuliskannya pada lembaran kertas maupun pada komputer. Kedua tes lisan, dalam pelaksanaanya testee menjawab pertanyaan yang diajukan oleh tester melalui jawaban lisan berupa ucapan langsung. Ketiga tes unjuk kerja, dalam pelaksanaannya seorang testee menampilkan atau menunjukkan kemampuan serta keterampilan yang dimikinya dalam mengerjakan sebuah tes. Selanjutnya dari segi baku/tidaknya, suatu tes dibedakan menjadi dua yaitu, (1) tes standar merupakan tes yang memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda, (2) tes buatan guru, merupakan tes yang dibuat oleh guru bersangkutan. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya, tes dapat di bedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. (1) tes esai, tes yang berisi pertanyaan/pernyataan bebas yang dijawab oleh siswa dengan cara menyusun dan mengorganisasikan jawaban menggunakan bahasa sendiri, dan (2) tes objektif merupakan tes yang memliki pilihan jawaban lebih dari satu (Yusuf, 2015) Dalam menyusun sebuah tes tentunya harus didasari oleh aturan-aturan untuk menghasilkan suatu tes yang baik. Arikunto (2006:153) menyatakan, urutan langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Menentukan tujuan mengadakan tes. 2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. 3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan. 4) Menderetkan semua tujuan instruksional khusus dalam tabel persiapan yang memuat pula 2

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

aspek tingkah laku terkadang dalam tujuan instruksional khusus itu. Dari pendapat di atas, diartikan bahwa dalam menyusun tes harus didasari oleh aturan-aturan. Langkah awal mulai dari menentukan tujuan pengadaan tes sampai merumuskan tujuan instruksional. Dalam menyusun tes, tentunya harus memenuhi syarat-syarat tes. Sehingga tes yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. menurut Budhyani (2010), syarat-syarat tes adalah validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, dan daya beda tes. Syarat-syarat ini adalah hal yang harus digunakan untuk menganalisis butir soal, sehingga kualitas tes yang baik diperoleh. Tes tertulis merupakan salah satu jenis alat penilaian berbasis kelas, pada penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tulisan.Siswa memberikan jawaban atas pertanyaan maupun tanggapan yang diberikan. Tes tertulis ini dapat diberikan pada saat ulangan harian dan ulangan umum. Salah satu contohnya adalah tes berpikir kritis (Sumarna, 2004). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Cornell (dalam Filsaime, 2008), yang menyatakan tes berpikir kritis dikembangkan berdasarkan pada konsepsi berpikir kritis.Tes ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki seseorang. Susanto (2013) menyatakan bahwa, pengembangan kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa, agar siswa lebih mudah memahami konsep, dan peka akan masalah yang terjadi. Berpikir kritis tidak hanya dikembangkan dalam pembelajaran saja, tetapi juga harus didukung dengan alat tes yang mencerminkan berpikir kritis. Hal ini karena tes merupakan bagian yang menyatu dengan pembelajaran di kelas. Tes berpikir kritis menuntut siswa supaya bisa mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi-informasi yang didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya. Siswapun akan mampu membedakan antara informasi yang baik

dan buruk, serta dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis (Susanto, 2013). Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini.menurut Ennis (dalam Susanto, 2013:121), berpikir kritis merupakan, “kemampuan menggunakan logika”. Artinya, berpikir kritis merupakan kemampuan dalam memberikan ide atau gagasan terhadap masalah yang diberikan. Untuk mengukur kemampuan siswa, tentunya harus menentukan kecakapankecakapan atau indikator yang dapat dijadikan kriteria atau tolak ukur untuk menyusun tes berpikir kritis. Ennis dan Marzano (dalam Reta, 2012:4) menyatakan kemampuan berpikir kritis mencakup 11 kemampuan, yaitu sebagai berikut. (1) merumuskan masalah, (2) memberikan penjelasan sederhana, (3) memberikan argumen, (4) mengemukakan pertanyaan dan memberikan jawaban, (5) menentukan sumber informasi, (6) melakukan deduksi, (7) melakukan induksi, (8) melakuakn evaluasi, (9) melakukan devinisi, (10) mengambilkan keputusan serta melaksanakan, dan (11) berkomunikasi. Dari pengertian di atas, berpikir kritis itu tidak lain merupakan kemampuan memecahkan masalah melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan memberikan penjelasan sederhana, merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi dan deduksi, melakukan evaluasi dan mengambil keputusan. Sesuai rendahnya keterampilan tes berpikir kritis pada mata pelajaran IPA, mengacu pada pengertian IPA menurut Trianto (2010:136) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata science sendiri

3

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

“diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaraan”. Namun sayangnya, kemampuan berpikir kritis siswa belum banyak diukur. Salah satu penyebabnya adalah butir-butir tes UH, UTS, UAS dan UN belum banyak memuat butir tes berpikir kritis. Sebagai bukti, hasil analisis tes UH, UTS, UAS di kelas IV SD pada tanggal 6 Februari 2017, dilihat butir soal berpikir kritis belum memperoleh porsi optimal.Berikut ini tabel 1.1 analisis tes UH, UTS, dan UAS kelas IV berdasarkan jenjang kognitif Anderson.

berasal dari kata dalam bahasa latin “scientia” yang berarti saya tahu. “Science” terdiri dari socialsciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Artinya, IPA merupakan ilmu pengetahuan yang sering disebut dengan sains yang secara sederhana, ilmu ini merupakan ilmu tentang gejala-gejala alam. Pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, seperti seorang ilmuwan. Berdasarkan taksonomi Bloom (Trianto, 2010:142) tujuan pembelajaran yaitu

Tabel 1 Persentase Hasil Analisis Tes IPA Semester Gasal Kelas IV di Gugus X Kecamatan Buleleng Jenis C1 C2 C3 C4 C5 C6 UH 1 50% 70% UH 2 50% 90% 10% UH 3 40% 60% UTS 32% 64% 8% 12% UAS 5% 35% 30% 20% (Sumber: analisis tes IPA kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, soal-soal yang digunakan di sekolah belum melatih keterampilan berpikir kritis. Dilihat dari tabel tersebut, guru masih banyak menggunakan ranah kognitif C 1 sampai C3.Aspek–aspek berpikir kritis masih di bawah 30% dari jumlah soal. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 sampai 9 Januari 2017 terhadap 3 orang guru wali kelas IV di gugus X Kecamatan Buleleng, salah satu penyebab permasalahan di atas adalah kurangnya ketersediaan perangkat soal yang memuat kemampuan berpikir kritis yang dibuat oleh guru. Hal ini karena kurangnya pengalaman guru dalam membuat soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi, sehingga guru beranggapan bahwa menyusun soal berpikir kritis atau tingkat tinggi sedikit susah. Berikutnya, bepikir kritis IPA belum dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran karena tidak ada alat untuk menilainya. Padahal, berubahnya kurikulum memberikan kesempatan bagi siswa untuk

mengembangkan potensi dari segi intelektualnya untuk berpikir kritis. Jika dilihat secara umum, 26 % dari jumlah siswa sebenarnya memiliki potensi untuk berpikir kritis, akan tetapi potensi yang dimiliki belum terukur. Hal ini dikarenakan belum ada instrumen yang disesuai untuk mengukurnya. Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dikembangkan tes berpikir kritis yang sudah standar untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV di gugus X Kecamatan Buleleng.Butir tes bepikir kritis yang dikembangkan dapat digunakan untuk merangsang guru untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa di kelas. Dengan demikian, diperlukanpenelitian pengembangan instrumen berpikir kritis yang berjudul “Pengembangan Tes Berpikir Kritis IPA untuk Semester Gasal Kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”.

4

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan, yang mengembangkan tes berpikir kritis IPA untuk semester gasal kelas IV. Model penelitian yang digunakan dalam pengembangan tes berpikir kritis ini adalah model ADDIE. Tegeh, dkk (2014) menyatakan bahwa tahapan penelitian pengembangan pada model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu Analisis (analyze), Perancangan (desain), Pengembangan (development), Implementasi (implementation), dan Evaluasi (evaluation). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini mudah dipahami, dikembangkan secara sistematis, berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang dikembangkan, dan memiliki alur proses pengembangan bahan ajar yang baik dan benar. Fase dari model ini dibagi menjadi (lima), yaitu 1) tahap I analisis (Analyze) pada tahap ini dilakukan analisis silabus pada siswa kelas IV di SD gugus X Kecamatan Buleleng. Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada kurikulum KTSP yang sesuai untuk pengembangan tes berpikir kritis.Selanjutnya dilakukan analisis materi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dan aspek berpikir kritis. 2) tahap II Perencanaan (design) menentukan indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya dan merancang kisi-kisi butir soal yang akan dikembangkan. 3) tahap III pengembangan (development) tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah penyusunan butir soal, kunci jawaban, dan rubrik penskoran. Butir soal yang akan dikembangkan yaitu sebanyak 40 butir soal pilihan ganda yang dikembangkan kemudian diuji ahli isi dan keterbacaanya. 4) tahap IV implementasi (implementation) merupakan uji coba produk untuk menguji validitas butir tes, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tes berpikir

kritis yang dikembangkan. Dan fase terakhir 5) evaluasi (evaluation) meliputi analisis data dan revisi berdasarkan data validitas butir, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran tes. Pengembangan tes berpikir kritis di uji ahli isi yaitu berupa review dari ahli isi mata pelajaran. Selanjutnya dilakukan uji keterbacaan yang melibatkan 4 orang guru dan 10 orang siswa kelas IV SD Gugus X Kecamatan Buleleng. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) lembar pencatatan dokumen untuk mencatat tahap-tahap pengembangan produk sesuai model ADDIE, 2) lembar observasi untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi mata pelajaran 3) lembar kuesioner untuk mengukur kelayakan produk yang telah dibuat baik. Siswa maupun guru diminta mengisi angket setelah membaca tes yang dikembangkan. Untuk mengetahui kualitas tes berpikir kritis IPA dilakukan beberapa analisis data yaitu, 1) uji validitas isi tes, 2) validitas butir tes, 3) reabilitas tes, 3) tingkat kesukaran butir tes dan 4) daya beda butir tes. Pada tahap ini instrumen tes pilihan ganda diuji cobakan kepada siswa. Ujicoba tersebut dilakukan untuk mengetahui validitas soal yang akan digunakan. Uji reabilitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen itu akan tetap. Pada uji taraf kesukaran tes, akan diketahui instrumen yang memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sukar. Daya beda adalah kemampuan tiap butir soal untuk membedakan antara responden yang kurang menguasai materi dengan responden yang lebih menguasai materi. Data yang digunakan adalah data yang sudah valid saat uji validitas tes. Analisis data ini dilaksanakan langsung saat penelitian mengingat waktu penelitian yang terbatas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu 1) analisis deskriptif kualitatif adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi mata pelajaran, 5

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

dalam teknik analisis ini didapatkan pendapat, komentar, maupun kritik terhadap produk yang dikembangkan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Kemudian 2) analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk mengolah data dalam bentuk angka atau presentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase masing-masing subjek menurut Tegeh dan Kirna, (2014:82) adalah sebagai berikut.

Persentase=

X x 100 % SMI

Keterangan: ∑X = jumlah skor SMI = Skor Maksimal Ideal Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui lembar observasi yaitu relevansi untuk validasi yang di isi oleh 2 dosen mata pelajaran IPA dengan menggunakan rumus Gregory. Pada validitas isi digunakan kategori koefisien validitas isi sebagai berikut.

Tabel 2.Kategori Koefisien Validitas Isi Koefisien 0,80 – 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20

Validitas sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah sangat rendah

Melalui angket yang disi oleh 4 orang guru dan 10 orang siswa dengan memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan skor konversi tingkat pencapaian dengan skala lima. Konversi

tingkat pencapaian dengan sekala lima sebagai berikut.

Tabel 1. Konversi Tingkat Pencapaian Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) 90-100 75-89 65-74 55-64 0-54

Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Hasil dan Pembahasan Penyusunan pengembangan tes telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen dilakukan dengan mencatat tahap-tahap yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur

Keterangan Tidak perlu direvisi Direvisi seperlunya Cukup banyak direvisi Banyak revisi Direvisi total (Sumber: Tegeh, 2014:83)

pengembangan. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan desain pengembangan tes. Pada tahap

6

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

desain, telah menentukan indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya dan merancang kisi-kisi butir soal yang akan dikembangkan. isi (2) kualitas tes berpikir kritis IPA, dan 3) uji Keterbacaan. Ketiga data tersebut akan disajikan secara berturut-turut sesuai dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut.

Penyajian data uji coba penelitian disajikan menjadi 3 bagian, yaitu (1) uji ahli

tahap evaluasi (Evaluation), yaitu tahap terakhir yakni melakukan evaluasi berupa analisis data dan revisi berdasarkan data validitas butir tes, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes. Kualitas Produk Tes Berpikir Kritis IPA untuk Semester Gasal Kelas IV SD, yaitu Analisis validitas isi tes berpikir kritis berdasarkan evaluasi uji ahli isi terdiri atas 2 orang dosen IPA, yaitu Ibu Putu Nanci Riastini,S.Pd.,M.Pd. dan I Gede Margunayasa,S.Pd.,M.Pd. Kemudian 1 orang dosen ahli evaluasi, yaitu Prof. Dr. I Made Candiasa,MI.Kom. Setelah dilakukan uji coba Gregory, hasil perhitungan koefisien isi didapatkan sebesar 1,00. Berdasarkan tabel klasifikasi validitas, maka validitas isi instrumen tes berpikir kritis berada pada kategori sangat tinggi, yaitu berada pada rentangan 0,80-1,00. Artinya, instrumen tes berpikir kritis bisa digunakan dalam penelitian. Selanjutnya kualitas tes berpikir kritis meliputi 4 bagian, yaitu 1) hasil analisis validitas butir tes berpikir kritis dari 40 butir tes pilihan ganda yang diujicobakan, terdapat 30 butir soal atau sebanyak 75% soal valid. Soal yang tidak valid sejumlah 10 butir soal atau sebanyak 25%, yang terdapat pada nomor 1, 2, 9, 11, 12, 16, 22, 29, 32, dan 34, 2) hasil reliabilitas uji coba tes pada butir soal yang valid saja diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,84. Berdasarkan kriteria reliabilitas, maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas tes berpikir kritis IPA yang diujicobakan tergolong sangat tinggi, 3) hasil analisis tingkat kesukaran tes berpikir kritis, yaitu memiliki tingkat kesukaran “mudah” sebanyak 6,6%, ketegori “sukar” sebanyak 6,6% dan kategori “sedang” sebanyak 86,6%. Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil uji tingkat kesukaran Pp = 0,47, termasuk kriteria sedang, 4) hasil analisis tingkat kesukaran diperoleh daya beda butir tes dengan kategori “baik” sebanyak 60%, kategori

Hasil Produk akhir dari penelitian ini adalah tes berpikir kritis IPA untuk semester gasal kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Proses pengembangan tes berpikir kritis yang dikembangkan dengan model addie dibagi menjadi lima tahap, 1) tahap analisis (Analyze), yaitu pada tahap ini dilakukan analisis silabus kelas IV di SD Gugus X Kecamatan Buleleng pada tanggal 16 Mei 2017. Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum KTSP, selanjutnya dilanjutkan analisis materi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dan aspek berpikir kritis IPA kelas IV SD semester gasal. 2) tahap perancangan (Design), yaitu menentukan indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya dan merancang kisi-kisi butir soal yang akan dkembangkan berdasarkan standar kompetensi, maupun kompetensi dasar sesuai materi mata pelajaran IPA SD kelas IV semester gasal. 3) tahap pengembangan (Development), yaitu dilakukan penyusunan butir soal, kunci jawaban, dan rubrik penskoran. Butir soal yang akan dikembangkan yaitu sebanyak 40 butir Tes pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti. 4) tahap implementasi (Implementation), yaitu pada tahap ini dilakukan uji coba produk, proses ini dilakukan untuk menguji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran tes berpikir kritis yang dikembangkan. Setelah tes direvisi berdasarkan tahap sebelumnya, selanjtnya tes berpikir krtis diimplemenasikan dengan melibatkan empat puluh satu siswa yang di uji cobakan di kelas V semester gasal. 5) 7

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

“jelek” sebanyak 6,7%, dan kategori “cukup” sebanyak 33,3%. Hasil uji daya beda berdasarkan kriteria daya beda perangkat tes dengan D p = 0,41, termasuk

Gugus X Kecamatan Buleleng sebanyak 10 orang siswa. Siswa tersebut terdiri dari tiga orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa yang berprestasi belajar sedang, dan tiga orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, rerata persentase tingkat pencapaian 90,1% berada pada kualifikasi sangat baik. Berikut tabel rangkuman hasil kualitas tes, uji ahli dan uji keterbacaan.

kriteria baik. Selanjutnya, hasil analisis uji keterbacaan oleh 4 guru SD di Gugus X Kecamatan Buleleng, setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 93,75% berada pada kualifikasi sangat baik. Kemudian dilanjutkan dengan uji keterbacaan oleh siswa kelas V di SD di

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tabel 3.rangkuman hasil kualitas tes, uji ahli dan uji keterbacaan Komponen Nilai (%) Kategori Ahli isi mata pelajaran Uji keterbacaan oleh Guru Uji keterbacaan oleh Siwa Uji validitas butir tes Uji reliabilitas butir tes Uji tingkat kesukaran butir tes Uji daya beda butir tes

100% 93,75% 90,1% 75% 84% 86,6% 60%

Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini, membahas mengenai beberapa temuan dalam penelitian. Secara umum tes berpikir kritis yang diterapkan di kelas IV SD di Gugus X Kecamatan Buleleng menunjukan hasil yang baik. Temuan ini disebabkan oleh beberapa temuan lain yang mendukung. Pertama, pada soal terdapat ilustrasi cerita yang kontekstual atau yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut membuat siswa mudah memahami isi permasalahan yang ada pada soal, karena cerita yang disampaikan tidak asing bagi siswa. Hal tersebut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menjawab soal. Jika siswa memahami dan berhasil menjawab soal dengan benar, maka soal memiliki kualitas yang baik. Tinjauan tersebut sejalan dengan pendapat Nur

Sangat baik Sangat Baik Sangat baik Sangat Baik Sangat baik Sedang Baik

anak dalam memahami suatu permasalahan dan berdampak pada kualitas dari tes itu sendiri. Hal tersebut juga didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Laila pada tahun 2014 yang menunjukan bahwa, cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal peristiwa, soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek yang diungkapkan dapat berupa masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Jika cerita jelas maka akan dapat dipahami oleh siswa dan berdampak pada soal yang dikembangkan. Kedua, gambar yang ada pada tes, yaitu mengkongkritkan dan memperjelas objek yang dimaksud. Adanya gambar pada tes tersebut memudahkan siswa dalam memahami penjelasan sebuah tulisan, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami suatu pernyataan. Ketika siswa sudah memahami dan mengerti masalah yang disampaikan, maka

Indah Lestari, dkk (dalam Harlin, 2014), dengan ilustrasi cerita yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari dapat memudahkan 8

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

kemampuan dalam pemahaman menjadi lebih baik. Hal tersebut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menjawab siswa dan berdampak pada kualitas tes yang dikembangkan.Tinjauan ini sesuai dengan pendapat Sudarma, dkk (2016), gambar merupakan representasi kongkret dari pesan yang disajikan dengan kata-kata, gambar, mampu menyampaikan banyak makna dari pada teks. Gambar dapat membantu siswa memahami maksud pesan yang disampaikan. Pendapat selanjutnya adalah Piaget (dalam Sudana dkk, 2016) menyatakan bahwa, tingkat perkembangan kognitif siswa SD berada pada operasional konkrit, oleh karena itu soal-soal yang disertai dengan gambar akan lebih mudah dipahami. Hal tersebut juga didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Dumiarini pada tahun 2015 yang menunjukan bahwa, penggunaan gambar sebagai alat bantu berfungsi untuk menyampaikan pesan dengan mengetahui gambaran jelas isi materi. Dengan adanya ilustrasi gambar, tentunya siswa lebih mudah memahami isi bacaan, sehingga berdampak pada pemahamannya.

Ketiga, dilihat dari penggunaan bahasa, yaitu sesuai dengan perkembangan siswa SD dan bahasa yang digunakan komunikatif. Penggunaan bahasa yang komunikatif memperjelas maksud yang ingin disampaikan dan memungkinkan siswa untuk lebih mengerti tulisan yang ada pada soal dan memahami isi bacaan tes. Jika siswa sudah mengerti maksud sebuah tulisan, tentunya hal tersebut menunjang keberhasilan siswa dalam menjawab soal, sehingga berdampak pada kualitas soal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Laily (2012) yang menyatakan, dengan kata-kata dan susunan bahasa yang baik dan menarik membuat siswa memahami isi yang terkandung dalam teks. Hal tersebut juga didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Prasasti, dkk pada tahun 2012 yang menunjukan bahwa, penggunaan bahasa sangat penting untuk memperjelas bacaan agar siswa mudah membaca isi teks dan memahami hal yang tersirat dan yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. 1) tes berpikir kritis yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi oleh pakar ahli isi dan evaluasi. Validitas isi instrumen tes berpikir kritis berada pada kategori sangat tinggi, yaitu berada pada rentangan 0,80-1,00. 2) hasil analisis validitas butir tes yang dikembangkan, yaitu sebanyak 30 butir soal atau 75% termasuk valid. 3) hasil reliabilitas tes diperoleh nilai sebesar 0,84. Berdasarkan kriteria reliabilitas, maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas tes berpikir kritis IPA tergolong sangat tinggi. 4) kualitas tes yang ditinjau dari daya beda, diperoleh daya beda butir tes dengan kategori “baik” sebanyak 60%, kategori “jelek” sebanyak 6,7%, dan kategori “cukup” sebanyak 33,3%. Hasil uji daya beda berdasarkan kriteria daya beda perangkat tes dengan

D p = 0,41, termasuk kriteria baik. 5) tingkat kesukaran tes berpikir kritis, yaitu memiliki tingkat kesukaran “mudah” sebanyak 6,6%, ketegori “sukar” sebanyak 6,6% dan kategori “sedang” sebanyak 86,6%. Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil uji tingkat kesukaran Pp = 0,47, termasuk kriteria sedang. Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan pengembangan tes berpikir kritis IPA adalah sebagai berikut. Kepada siswa, hendaknya selalu melatih berpikir kritis agar cakap dalam memecahkan masalah di kehidupan seharihari. Kepada Guru, hendaknya menggunakan instrumen tes yang dikembangkan ini sebagai alat evaluas iuntuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga keterampilan berpikir kritis IPA siswa selalu terasah. Kepada Kepala Sekolah, hendaknya memberikan dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan

9

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

Universitas Nusantara PGRI Kediri (halaman 3). Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

soal secara mandiri. Hasil pengembangan ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan tentang penggunaan butir tes berpikir kritis dalam ujian atau tes lainnya. Bagi peneliti lain, tes yang dikembangkan masih terbatas pada mata pelajaran IPA dan untuk kelas IV semester gasal di Gugus X Kecamatan Buleleng. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan instrumen untuk mengukur keterampilan berpikir kritis sejenis pada tingkat berbeda dan ruang lingkup yang lebih luas.

Harlin, Arum Titis. 2014. “Hubungan Antara Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas IV SDN Se-Gugus 3 Imogiri Bantul”. Jurnal Universitas PGRI Yogyakarta (halaman 2).

UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada ketua SD Gugus Kecamatan Buleleng, Ibu I Ketut Marniati, S.Pd. M.Pddan Ibu Ni Ketut Suparni, S.Pd.SD yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru mata pelajaran IPA kelas IV, Gusti Nyoman Darmika, S.Pd.SD dan I Gede Artawan, S.Pd.SD atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Begitu pula Putu Nanci Riastini, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Drs. Dewa Nyoman Sudana, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II. dan semua pihak yang telah membantu mereview produk yang dikembangkan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini.

Hasan, S. Hamid, dkk. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan. Laila, Noor Alfu, dkk. 2014. “Pengaruh Penggunaan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah di Banjarmasin”. Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin, Volume 2 (2). Laily, Idah Faridah. 2012. “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI”. Jurusan PGMI FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon (halaman 1- 2). Prasasti, Ratna Yeni, dkk. 2012.”Pengembangan Insrumen Asesmen Berpikir Kritis Melalui Membaca untuk Siswa SD/MI”. Jurnal Universitas Malang (Halaman 4).

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara. Budhyani, I Dewa Ayu Made. 2010. Evaluasi dan Asesmen Hasil Belajar. Singaraja: Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha.

Reta, I Ketut. 2012. ”Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa”. Jurnal Pascasarjanan Undiksha (halaman 4-5).

Dumiarini, Erna 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Jenis-Jenis Pekerjaan Kelas IIISDN Kutorejo 1 Tahun Ajaran 2014/2015”. Jurnal

Sudana, dkk. 2016. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha.

10

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 3 Tahun: 2017

Sudarma, dkk.2016. Desain Pesan Kajian Analitis Desain Visual. Singaraja: Graha Ilmu.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prendamedia Group.

Sudarma, dkk.2016. Desain Pesan Kajian Analitis Desain Visual. Singaraja: Graha Ilmu.

Tegeh, I Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Singaraja: Graha Ilmu.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trianto.

Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yusuf, A Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Prenadamedia.

11