PENGENDALIAN SENYAWA NITROGEN PADA BUDIDAYA

Download diri dari bermacam-macam bentuk senyawa, namun yang bersifat racun terhadap orga- nisme perairan hanya tiga senyawa yaitu amonia, nitrit da...

1 downloads 355 Views 819KB Size
www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XV, Nomor 1 : 43 - 55

ISSN 0216-1877

PENGENDALIAN SENYAWA NITROGEN PADA BUDIDAYA IKAN DENGAN SISTEM RESIRKULASI oleh MAYUNAR

1)

ABSTRACT CONTROL OF NITROGEN COMPOUND ON FISH AQUACULTURE WITH RECIRCULATION SYSTEM. In the water nitrogen compound exists in the form of nitrogen (N2), ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrite (NO2) nitrate (NO3) and organic nitrogen. These nitrogen compounds usually resulted from a process of decomposition of excess food, metabolite excretion of reared animal, death body of animal/plant and might also a process of diffusion of atmospheric nitrogen. The existence of toxic nitrogen compounds is one problem of the unsuccessful of fish culture. For this reason control to the existence of nitrogen compounds is needed. Source and toxicity of nitrogen compounds and its control are presented in this paper.

PENDAHULUAN

Produksi ikan secara komersial melalui budidaya intensif berkembang secara cepat sejak tahun 1960, namun penerapan kolam dan kurungan terapung sebagai sarana budidaya memperoduksi ikan untuk tujuan komersial baru mulai dilaksanakan sejak tahun 1970 (PARKER & BROUSARD 1977). Beberapa faktor fisikokimia yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya ikan adalah suhu, salinitas, kesadahan, oksigen

terlarut, pH, karbondioksida, asam sulfat, nitrogen, benda padat dan bahan cemaran yang bersifat patogen atau toksik (WICKINS 1981). Oksigen terlarut dan senyawa nitrogen merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, dalam budidaya ikan dan udang. Peningkatan produksi dengan penekanan biaya, padat penebaran tinggi, tempat terbatas menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dan tertimbunnya senyawa nitrogen, sehingga pengontrolan kualitas air menjadi kunci untuk kebersihan budidaya ikan.

43

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

Menurunnya oksigen terlarut dan meningkatnya senyawa nitrogen dapat dihindarkan di dalam budidaya ikan. Pengendalian kualitas air secara pengudaraan (aeration), penyaringan (filtration) dan pembersihan (purification) sangat diperlukan pada budidaya ikan dalam sistem resirkulasi (LIAO & MAYO 1972).

SUMBER DAN DAYA RACUN SENYAWA NITROGEN

Sumber senyawa nitrogen Nitrogen yang terdapat dalam air berada dalam beberapa bentuk senyawa yaitu amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), gas Nitrogen bebas (N2) dan dalam bentuk senyawa organik seperti protein atau asamasam amino. Menurut SPOTTE (1979) senyawa-senyawa nitrogen ini biasanya berasal dari atmosfer, persediaan air, sisa makanan, organisme mati dan dari hasil metabolisme hewan-hewan air (Gambar 1). Jumlah gas nitrogen atau nitrogen oksida yang berasal dari atmosfir umumnya sangat sedikit. Oleh karena itu pencemaran air tambak oleh nitrogen yang berasal dari atmosfer sangat kecil kemungkinannya.

Pesatnya kemajuan budidaya ikan dan udang pada tambak, baik secara semi intensif maupun intensif akan menimbulkan berbagai masalah, salah satu diantaranya adalah bertumpuknya senyawa nitrogen yang merupakan racun bagi hewan air. Dalam tulisan ini penulis mencoba memberikan beberapa cara pengendalian senyawa nitrogen pada budidaya ikan di dalam sistem resirkulsi.

44

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

Pencemaran air budidaya oleh senyawa nitrogen umumnya disebabkan oleh senyawasenyawa nitrogen yang berasal dari sisa-sisa pemupukan, kotoran dan zat lainnya yang terdapat dalam sumber air. Namun menu-rut REEVES (1970) sumber utama senyawa nitrogen dalam air budidaya adalah hasil metabolisme hewan air.

Ion amonium yang berasal dari hewan air, bila masuk ke dalam air bisa terurai menjadi amonia dan ion hidrogen. Reaksi penguraian ini sangat tergantung pada pH air.

Daya racun senyawa nitrogen. Hasil penelitian COLT & AMSTRONG (1981) menunjukkan bahwa walaupun nitrogen yang terdapat dalam air budidaya terdiri dari bermacam-macam bentuk senyawa, namun yang bersifat racun terhadap organisme perairan hanya tiga senyawa yaitu amonia, nitrit dan nitrat. Amonia (NH 3 ). Buangan nitrogen dari hewan air lebih dari 50% sebagai amonia, biasanya melalui insang dan faeses dalam bentuk urea, asam urat, asam amino, amino oksida dan macam-macam amine. Dalam proses mineralisasi urea berubah menjadi amonia (deamination) karena sebuah gugus amino bereaksi dengan air membentuk amonia (SPOTTE 1979).

Amonia dihasilkan oleh hewan amonalitik dan urealitik. Laju pembentukan senyawa amonia ini ditentukan oleh laju proses metabolik hewan-hewan tersebut. Faktor lain yang memperngaruhi hasil amonia adalah suhu, ukuran ikan, aktivitas, kesehatan ikan, kandungan protein dalam pakan serta faktor lingkungan lain yang berhubungan dengan laju metabolik ikan (DAVITSON 1980). Dalam air amonia mengalami hidrolisis dan menghasilkan ion amonium (NH4+), sesuai dengan persamaan reaksi:

45

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

Bila pH turun, ion amonia banyak dihasilkan dan keseimbangan reaksi bergerak kekiri, sehingga jumlah ion NH4 + lebih banyak dari NH3. Kadar amonia tidak hanya ditentukan oleh pH, tetapi dipengaruhi juga oleh suhu dan salinitas. Bila suhu air naik dan salinitas turun, maka kadar amonia naik. Menurut hasil penelitian DAVITSON (1980) pengaruh salinitas relatif lebih kecil diban-dingkan dengan pengaruh suhu terhadap jumlah NH3. Kerusakan organ-organ tubuh organisme perairan akibat ammonia biasanya terjadi pada organ yang ada kaitannya dengan sistem transpor oksigen seperti insang, selsel eritrosit dan jaringan penghasil eritrosit. Kenaikan amonia dalam darah dan jaringan akan menyebabkan kerusakan fisiologis pada hewan serta perubahan pH darah dan interselluler. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas membran dan reaksi enzym katalis, proses berbagai metabolisme terutama pada otak dan syaraf (COLT & AMSTRONG 1981). Hasil - hasil penelitian menunjukkan bahwa amonia yang terdapat dalam air dapat bersifat letal (mematikan) terhadap ikanikan yang dibudidayakan. Sebagai contoh, kadar amonia 0,5 - 0,8 mg/l sudah dapat mematikan ikan Salmo clarkii yang dipelihara dalam waktu 96 jam(Tabel 1).

www.oseanografi.lipi.go.id

Hasil-hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa nilai LC50 amonia dalam waktu 96 jam untuk jenis-jenis ikan biasanya berkisar antara 0,4 mg — 3,1 mg/1, untuk krustacea berkisar antara 0,40 mg — 2,31 mg/1, sedangkan untuk jenis-jenis moluska berkisar antara 3,3 mg - 6,0 mg/1. Selain mematikan organisme perairan, pada kadar rendah amonia dapat menghambat pertumbuhan organisme. Sebagai contoh pertumbuhan rotifera Brachionus rubenus menjadi lambat bila dipelihara dalam air yang mengandung kadar amoniak sebesar 0,9 ppm (AMSTRONG et al 1978).

Apabila pH rendah dan temperatur tinggi, maka produksi asam nitrit lebihbanyak dari garam nitrit (NO2-). Pengaruh utama dari racun nitrit adalah perubahan di dalam transpor oksigen, oksidadi senyawa dalam jaringan. Nitrit dapat mengoksidasi ion ferro dalam hemoglobin menjadi ion ferri yang mengubah menjadi hemoglobin menjadi methemoglobin (COLT & AMSTRONG 1981). Daya racun nitrit lebih kuat di air asin daripada air tawar. Kalsium dan Karbonat serta ion klorida dapat menaikan toleransi ikan Salmoid kepada nitrit sampai 60 kali (PEROONE & MADE 1977).

Nitrit( NO2). Nitrit adalah bentuk ion dari asam nitrat (HNO2) dan berasal dari proses nitrifikasi (bantuan bakteri anaerob), dimana amonia dirobah menjadi nitrit kemudian nit rat. Laju produksi nitrit tergantung pada jumlah populasi bakteri dalam air.

Nitrat(NO 3 ). Nitrat adalah produksi dari nitrit di dalam proses nitrifikasi dan merupakan bentuk oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam

46

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

air. Alga dan Diatomae serta tumbuhan lainnya dengan mudah berasimilasi dengan ion Nitrat dalam air (COLT & AMSTRONG 1981). Daya racun nitrat kurang kuat bila dibandingkan dengan nitrit dan amonia. Walaupun demikian nitrat kadang-kadang bisa menjadi salah satu masalah potensial di dalam sistem resirkulasi. Pengaruh nitrat terutama pada osmoregulasi dan transpor oksigen. Nitrat adalah oksidator yang mampu mengubah hemoglobin menjadi ferrihemoglobin (methemoglobin) serta dapat merusak darah, hati, pusat hematopoetik, filamen insang dan tingkah laku yang tidak normal (Tabel 3).

PENGENDALIAN SENYAWA NITROGEN

Dalam pembahasan terdahulu terlihat bahwa senyawa amonia, nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan, bahkan mematikan ikan-ikan yang dibudidayakan. Oleh karena itu ketiga senyawa nitrogen ini harus dikembalikan agar usaha budidaya yang dilakukan dapat berhasil. Berbagai cara untuk mengendalikan senyawa nitrogen dapat dilakukan yaitu dengan penyaringan biologi, pertukaran ion, sistem polykulture, stripphing udara, menggerakan endapan kotoran, therapi kimiawi dan bakteri intrifikasi.

47

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

Penyaringan Biologi. Dalam sistem ini amonia dioksidasi menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat oleh bakteri chemoautotroph secara aerob dalam proses nitrifikasi.

Perubahan amonia menjadi nitrit dapat di-lakukan oleh berbagai bakteri yaitu Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitroso-cystis dan Nitrosoglea, sedangkan perubahan nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter dan Nitrocystis (BROCK 1970). Pada reaksi diatas terlihat bahwa oksigen diambil dari air dan dirubah menjadi energi. Selanjutnya pada reaksi dibawah ini digunakan karbondioksida dan bikarbonat yang didapatkan dalam air dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk pembuatan sel dan metabolisme.

48

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

Karbon dan oksigen merupakan dua unsur dasar yang sangat diperlukan dalam proses penyaringan biologi (biological filtration), sehingga penambahan pH, salinitas, temperatur dan alkalinitas diperlukan untuk menjaga derajat kehidupan optimum bakteri. Selain faktor diatas, proses nitrifikasi juga dipengaruhi oleh bahan racun dalam air dan daerah permukaan bahan filtrasi. Bahan racun tersebut antara lain pestisida, parasitisida, antibakteri, chemotherapi, sulfanila-mid, erytromycin, klorotetrasiklin dan meti-lenbiru(SPOTTE1970). Kecepatan proses nitrifikasi semakin lambat bila pH rendah atau terlalu tinggi, air tawar adalah antara 7,1 - 7,8, sedangkan untukair laut adalah 7,0-8,2. Kalsium kar-

www.oseanografi.lipi.go.id

bonat dan natrium karbonat adakalanya diperlukan untuk meningkatkan kesadahan (hardness) dan pH. Menurut hasil penelitianvWHEATON (1977) karang Oyster dapat digunakan sebagai media filtrasi dan sumber karbonat untuk menstabilkan pH air. Oksigen yang diperlukan dalam penyaringan biologi minimum 80persen, sedangkan kebutuhan oksigen di dalam unit pemeli-haraan ikan dan bakteri sangat banyak, maka faktor aerasi air sangat penting dalam sis-tern resirkulasi (COLT & AMSTRONG 1981).

sediment drain

49

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

Menurut SPOTTE (1979), mayoritas bakteri nitrogen berada di permukaan dasar filter dan 90% populasinya ditemukan 5 cm diatas dasar batu kerikil. Oleh karena itu daerah permukaan filter perlu di perlu-as dengan menggunakan batu kerikil. Kontruksi yang ideal untuk batu kerikil filter minimumkedalaman 7,6 cm, ukuran butiran 2 - 5 mm (kasar dan keras) dan kecepatan peredaran air 0,001 m - 0,7 m/detik. Dalam penyaringan biologi (biologi filter) digunakan 4 tipe dasar yakni : "Trickling"filter, "Submerged" filter, "Updraf" filter dan"Rotatingdisc"filter (Gambar 2).

www.oseanografi.lipi.go.id

Pada "Trickling" filter bakteri dibasahi terns menerus, tetapi iidak terendam dalam air. Pengaliran air ke unit pemeliharaan masuk ke dalam filter dan menyebar dari tangan putaran atau pipa yang seimbang pada puncaknya. Tipe ini dapat mengendalikan senyawa nitrogen di dalam sistem resirkulasi pada budidaya ikan (STRICKNEY 1979). “Submerged" filter dan "Updraf filter, air masuk dari dasar untuk penyaringan udara yang bergerak keatas. Sebuah bilik dan pengeringan endapan bergabung dalam sebuah "udraft" filter untuk menghilangkan kotoran dalam air. Selanjutnya "Rotating disc" filter mempunyai sebuah media penggerak pada media seimbang (tidak bergerak) dari 3 tipe diatas. Media banyak diubah ditem-pat piring berputar pada sebuah sumbu roda dalam bak dari cakram udara. Secara terus menerus persediaan oksigen dan nutrien untuk bakteri disediakan oleh putaran cakram tersebut (STICKNEY 1979).

Untuk pertukaran kation kuat, dipilihCa++ K+ NH4+ Na+, sedangkan anion lemah adalah SO4~2 HPO4~2 NO3~C1~. Clinoptoloit dan zeolit alami merupakan material pertukaran ion dengan kemampuan yang kuat untuk ion amonium (STAGG & GAWOR 1982). Zeolit alami terdiri dari Alluminium Silikat, sanggup menyerap dan penukaran gas, sedangkan clinoptolit adalah semacam zeolit dimana gas amonia diserap dan ion amonia ditukar. Clinoptolit lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan zeolit buatan (seperti Erinite dan Chabazite), dalam operasinya pH berkisar antara 4 - 8 (STAGG & GAWOR 1982). Sebagai kontruksi yang solid dan material organik merupakan filter clinoptololite harus difiltrasi dengan saringan pasir sebelum masuk kedasar filter clinoptololite. Pengeluaran pembersihan kembali (backplushing outlet) diperlukan perlakuan untuk pembaruan amonia jenuh clinoptololite (perlakuan awal) dan perlakuan akhir merupakan strphing udara (Gambar 3 dan 4).

Pertukaran Ion.

Pertukaran ion secara fisika dan kimia dianggap sebagai paling terdahulu dan cara yang efektif untuk mengontrol amonia. Pemakaian Zeolite dan Clinoptololite telah berhasil digunakan sebagai media pertukaran ion untuk menghilangkan amonia (STAGE & GAWOR 1982). Na + R - +NH 4 + media

larutan

NH 4 + R media

+

Striphing Udara.

Merupakan modifikasi dari proses pengudaraan untuk menghilangkan gas dari air. Udara digelembungkan melalui air menghilangkan amonia dari larutan amonium hidroksida yang dihasilkan pada saat pH tinggi oleh ekses ion-ion hidrokil dan amonium.

Na +

larutan

NH4++ + OHNH4OH Striphing udara biasanya dibentuk oleh sebuah paker wadah tinggi dengan blower udara.

Pertukaran ion terjadi dalam proses satu unit, dimana R menunjukkan " resin " atau media pertukaran ion buatan, pertukaran kation resin digunakan untuk pertukaran ion nit rat, seperti reaksi berikut:

50

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

51

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

Menggerakan Endapan Kotoran. Menggerakan endapan kotoran dilakukan pada kondisi percobaan dialiran air panas pada budidaya ikan. Nitrifikasi dan Denitrifikasi oleh bakteri dijaga dalam unit perlakuan. Ruang penggerak endapan dimana nitrifikasi terjadi dan bak pengendapan (denitrifikasi) terjadi dan tempat pengubah pemanas air di unit perlakuan pada sistem tersebut. Pengudaraan diberikan didalam ruang penggerak endapan dan tempat air pemanas mengalami tingkat optimum nitrifikasi. Total amonia dan nitrit dijaga pada tingkat rendah untuk budidaya ikan air panas (misalnya Catfish dan Carp).

Karbon dan Busa Polyurethane). Pada ruang kecil dari substrat ditambah kantong polyethilene dengan 13,6 mg/liter ikan laut pada media buatan atau buffer air laut dengan "Trizma" dan setiap kantong diberikan gas oksigen. Kualitas air dikontrol setelah 24 jam, dimana konsentrasi amonia oleh bakteri nitrifikasi dapat dikurangi sampai 93 — 95%.

JENIS SISTEM RESIRKULASI DAN KEUNTUNGANNYA

Sistem resirkulasi pertama kali berhasil dilakukan pada budidaya ikan trout dan salmon di Pasifik Barat Laut. Sistem ini adalah kolam bersirkulasi melalui operasi penyaringan (filtering) dan pengudaraan (aeration) dimana pemasukan air dikembalikan ke kolam yang sama atau kolam lain atau disebut juga sistem pengaliran air "Single-pass System" dimana pemakaian air dilakukan berulang-ulang. Keperluan air sedikit dan biaya relatif lebih murah menyebabkan budidaya ikan dengan sistem resirkulasi berkembang dengan cepat. Selain itu tidak memerlukan tempat yang luas, air mudah dikontrol, sehingga dapat dijaga kelestarian air (MUIR 1981). Hampir semua komoditi ikan air tawar/laut maupun udang dapat dibudidaya dengan sistem ini. Keuntungan lain dari sistem ini (resirkulasi) ialah; menghemat tempat, tenaga, energi serta penebaran lebih ekonomis, mudah dan cepat. Menurut DAVITSON (1980), penggunaan air yang tepat guna, penebaran dari suatu unit budidaya terbatas dapat ditingkatkan walaupun kapasitas pemeliharaan terbatas, produksivitas naik dan daya muat tinggi. Bila dibandingkan sistem resirkulasi dengan kolam irigasi dan budidaya sistem kolam, maka produksi di dalam sistem resirkulasi

Sistem Polykultur. Senyawa nitrogen adalah nutrien bagi tumbuh-tumbuhan. Alga dan tumbuhan tingkat tinggi lainnya sanggup memanfaatkan amonia dan nitrat dari air kotor. Sistem budidaya untuk alga dan hewan air boleh diterapkan yang berguna dalam sistem resirkulasi dan menaikan hasil (SIDDAL 1974). Terapi Kimiawi. Beberapa terapi kimiawi yang berpengaruh pada nitrifikasi pada budidaya sistem resirkulasi, yakni oksidasi amonia dihambat oleh 8 gram/liter methylen blue, 66,7 mg/ liter neomycia sulfate, 13,3 mg/liter chloramphenicol, 1,2 mg/liter cupri sulfate, 5,3 gram/liter gentamycin sulfate, 0,1 mg/ liter nifurfirinol dan 12 mg/liter quinacrine hydroklorit. Bakteri Nitrifikasi. Menurut penelitian TURNER dan BOWER (1982), pengiriman simultan pada ikan laut dapat mengurangi amonia. Bakteri nitrifikasi dipelihara pada oksidasi amonia tinggi pada 3 substrat padat (kulit Oyster,

52

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

dapat mencapai 10 kali dari sistem lainnya dengan volume air yang digunakan kurang dari 0,25 dari sistem lainnya. Keuntungan terpenting untuk pekerjaan sistem resirkulasi adalah eflsien dalam pengontrolan kualitas air. Laju pertumbuhan naik 600 kali dibandingkan dengan budidaya di kolam (BARDACH et at 1972). Selain itu bakteri pathogen, toksik dan pencemaran lainnya dapat dikurangi sampai pada tingkat penyesuaian. Hasil ikan dalam sistem ini menjadi sehat, seragam dalam ukuran, rasa, rupa dan kualitas. Keseragaman ini akan meningkatkan harga penjualan dan menguntungkan di dalam pemasaran (WHEATON 1977).

Menurut MAYO (1981), secara umum sistem resirkulasi dapat dibagi 3 jenis : 1. Sistem Resirkulasi Sederhana. 2. Sistem Resirkulasi Kompleks. 3. Sistem Resirkulasi Tertutup. Sistem Resirkulasi Sederhana. Penggunaan kembali bagian air dengan proses sederhana, ukuran produksi hewan dijaga dengan penambahan atau mengurangi sesuatu di dalam air. Sebagai contoh penambahan oksigen untuk menjaga tingkatan oksigen terlarut. Dibawah ini disajikan 2 contoh dari sistem "three pass" yang 1/3 air nya digunakan kembali (Gambar 5 dan 6).

53

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

www.oseanografi.lipi.go.id

Sistem Resirkulasi Kompleks. Sistem ini menggunakan kembali bagi-an air lebih besar dari sistem resirkulasi sederhana. Beberapa proses dikerjakan untuk memelihara kualitas air. Dibawah ini disajikan sistem “ten pase" yang 0,9 airnya digunakan kembali (Gambar 7). Sistem Resirkulasi Tertutup. Sistem ini hampir sama dengan sistem resirkulasi kompleks, perbedaannya terletak pada jumlah air yang dimanfaatkan kembali. Berdasarkan LIAO dan MAYO (1972), ke 3 sistem ini disederhanakan menjadi 2

54

Oseana, Volume XV No. 1, 1990

jenis umum, yakni sistem resirkulasi dengan perlakuan air. Gambar 8 dibawah ini memperlihatkan hubungan antara konsentrasi hasil ikutan (byproduct) metabolik dengan tingkat penggunaan kembali air dan perlakuan. Banyak alat untuk perlakuan air seperti pompa, aerasi, filtrasi, degassing (untuk CO2 dan hidrogen) dan pertukaran ion diperlukan dalam memelihara peredaran dan kualitas air. Masalah utama pada sistem resirkulasi adalah besarnya penggunaan energi untuk memelihara peredaran dan kualitas air serta biaya operasional yang tinggi (WHEATON 1977).

www.oseanografi.lipi.go.id

DAFTAR PUSTAKA AMSTRONG, D.A; D.CHIPPENDALE; A.W. KNIGHT and J.E.COLT., 1978. Interaction of ionized and un-ionized ammonia on short-term survival and growth of prawn larvae, Macrobrachium rosenbergii. 1531. BARDACH, J.E; J.J. RYTHER and W.O. MELARNEY., 1972. Aquaculture the farming and husbandry of freshwater and marine organisme. New York : 868 pp. BROCK, TJX, 1970. Biology ofmicroorganisme. Prentice-Hall, Inc. Englewood cliffs, New Jersey : 373 pp. COLT, J.E and DA. AMSTRONG., 1981: Nitrogen toxicity to Crustacea, fish and molusca. Bio-engineering symp. Stavangern 28 - 30 may, vol I. Berlin 1981 : 34-47. DAVITSON, B., 1980. The ammonia constraint in aquaculture. Oregon State, student paper, Corvallis : 74 pp. HIRAYAMA, K., 1974. Water and wastewater technology. John Wiley & sons Inc. New York : 504 pp. LIA 0, P.B and RD. MAYO., 1972. Salmonid hatchery water reuse system. Aquaculture : 317-355. MAYO, RD., 1981. Recirculation system in Northern America. On aquaculture in heated effluent and recirculation system. Stavangern 28 - 30 may 1980. Vol. II Berlin 1981 : 329 - 342. MUIR, J.F., 1981. Management system and cost implication in recirculating water. Bio-engineering symp. Stavangern 28 — 30 may 1980. Vol I Berlin 1981. 116 127.

PARKER, N and M.C. BROUSARD., 1977. Selected bibliography of water reuse system for aquaculture the Texas Agricultural Experiment Station. Texas : 34 pp. PERRONE, SJ. and T.L. MAFE., 1977. Protective effect of choride on nitrite toxicity to coho salmon. 486 - 492. REEVES, T.G., 1972. Nitrogen removal. A literature review. Control Federatiob. 1895 - 1908. SIDDAL, S.E., 1974. Studies of closed marine culture system. Fish culture : 8 14. SPOTTE, S.H., 1979. Fish and invertebrata culture. Willey Inter Sci. New York : 155 pp. STAGG, A.D and J.B. GAWOR., 1982. Zeolites the way to remove ammonia fish farming International, October 1982 :pl5. STICKNEY, R.R., 1979. Principles of warmwater aquaculture. John Willey & Sons, Inc. New York : 375 pp. TURNER, D.T. and C.E. BOWER., 1982. Removal of ammonia by bacteriological nitrification during the simulated transfort of marine fishes. Aquaculture. 347 357. WHEATON, F.W., 1977. Aquaculture engineering. John Willey & Sons New York : 708 pp. WICKKINS, J.F. 1981. Water quality requirement for intenssive aquaculture. Word symp. Stavagern 28 — 30 may. Vol I Berlin 1980.17-37.

55

Oseana, Volume XV No. 1, 1990