PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG

Download Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26). 22 dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih ...

0 downloads 556 Views 249KB Size
Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana

Abstrak Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder diharapkan dapat mengurangi blooming plankton. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisisisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/m2 pada kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam. Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter fisik dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai (68,23-80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %.

Masalah teknis yang dihadapi pada awal

PENDAHULUAN

perkembangan

Latar belakang

budidaya

udang

adalah

ketidak

sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man ) merupakan komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor.

perkembangan

yang

guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998), permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-an

Usaha budidaya udang galah dewasa ini mengalami

air, belum terdapatnya teknologi produksi yang tepat

cukup

adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk

menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan

mengoptimumkan

maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan

meminimumkan tingkat kematian udang selama

tambak . Namun pada kenyataannya keterbatasan

pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan

jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata

produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit

masih

dan penurunan kualitas lingkungan.

menjadi

kendala

utama

pengembangan budidaya udang galah.

dalam

usaha

penggunaan

pakan

dan

Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya disebabkan

oleh

pencemaran

dari

luar

serta

19

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

pengotoran karena kegiatan budidaya. Pencemaran

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha

dari luar budidaya meliputi antara lain : buangan

budidaya

industri, buangan dari kegiatan pertanian dan buangan

perkembangan yang cukup menggembirakan barik

rumah tangga. Selain itu pengotoran karena kegiatan

berupa

budidaya itu sendiri, yaitu berupa sisa pakan dan

berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak.

buangan dari proses metabolisme hewan yang dibudidayakan.

Apabila

masukan

buangan

ini

berlangsung terus menerus akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan budidaya, yaitu terjadi blooming

plankton

yang

pada

akhirnya

akan

menyebabkan kegagalan panen.

udang

galah

perluasan

dewasa

lahan

ini

mengalami

pemeliharaan

maupun

Dalam usaha merebut pasar udang galah diperlukan adanya kesinambungan produksi, sehingga diperlukan adanya suplai benih udang galah dalam jumlah yang mencukupi dan tepat waktu. Namun kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa

utama dalam usaha pengembangan budidaya udang

hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk

galah. Ketidak kontinyuan ini salah satu faktornya

mengatasi terjadinya penurunan

adalah

lingkungan. Salah

satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton fider diharapkan dapat mengurangi blooming plankton.

Selain

pemanfaatan

plankton

dengan

penggunaan biokatalisator berupa ikan ini akan memberikan

dampak

positif

lainnya

yaitu

penambahan pendapatan dan produksi kegiatan budidaya itu sendiri.

disebabkan

oleh

lingkungan

media

pemeliharaan yang kurang mendukung. Manajemen lingkungan merupakan salah satu aspek penting yang berperan sangat besar dalam keberhasilan

usaha

pembenihan

udang

galah.

Sebagaimana hewan akuatik lainnya, aktivitas hudip udang

galah

lingkungannya,

sangat bahkan

dipengaruhi udang

oleh

galah

faktor

memiliki

kerentanan yang tinggi terhadap kualitas media

Tujuan dan Target

pemeliharaan yang kurang baik (Hadie & Hadie,

Tujuan

1993). Proses ganti kulit (moulting) pada udang galah Kegiatan

ini

dilakukan

dengan

mengetahui efektifitas penggunaan ikan

tujuan sebagai

biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah. Target Target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah dan penambahan pendapatan hasil kegiatan budidaya udang.

yang merupakan kondisi rentan terhadap perubahan lingkungan dan serangan patogen, juga menjadi dasar pentingnya manajemen lingkungan pemeliharaan secara seksama. Produk Probiotik Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik (Gatesoup, 1999). Bakteri

TINJAUAN PUSTAKA Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De

heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk mengahsilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik

nitrtiying

mengkonsumsi

oksigen

dan

Man) merupakan komoditas air tawar yang memiliki

karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan

nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar,

produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)

20

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Adang

merupakan makanan bagi zooplankto, sehingga

(1999), probitotik adalah mikroorganisme hidup non

jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan

phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan

tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan

laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan

pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk

kesehatan hewan. Selanjutnya Fuller (1989) dalam

larva ikan mas. Dengan demikian maka ketersediaan

Gandara (2003) mengatakan bahwa probiotik adalah

pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.

feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan

mikroorganisme

dalam

salyran

Biokatalisator Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/ makhluk hidup yang digunakan sebagai penyeimbang

pencernaan.

di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di dalam dunia Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran). Spesies yang sering digunakan adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp., Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Daari spesies ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae (Fuller, 1992 dalam Gandara 2003). Peranan

bakteri

probiotik

sebagai

perikanan

dapat berupa bahan bioremedian atau

beberapa jenis ikan yang bersifat pemakan plankton atau tanaman air lainnya. Beberapa jenis ikan yang dapat digunakan sebagai biokatalisator diantaranya adalah tilapia, bandeng atau belanak. Biokatalisator ini nyata membantu mempertahankan kondisi air kolam dan menimbulkan green water. Ikan dapat ditebar dengan kepadatan 5000-1000 ekor/ha

kontrol

biologis pada sistem budi daya (Garriques dan BAHAN DAN METODE

Arevalo, 1995) adalah:

Bahan

1.

Menekan pertumbuhan bakteri patogen

2.

Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah

3.

Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial

4.

Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat.

Bahan yang digunakan pada kegiatan ini hewan uji ikan bandeng air tawar ukuran 5-8 cm, benih tokolan udang galah ukuran 10 gram, bahan kimia untuk analisa kualitas air, pakan udang, pupuk, kapur dan probiotik. Peralatan yang digunakan berupa peralatan

5.

Memfiksasi nitrogen

6.

Mengurangi pupuk dan pestisida

perikanan meliputi : waring, lambit, scop net, kawat saringan dan lain-lain, peralatan analisa air yang teridi

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada dasar tambak akan lancar,

dari : pipet, erlenmeyer, becker glass, buret, tabung nessler, botol sampel, serta alat-alat lain dibutuhkan.

sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan mengalami

plankton.

Bahan

mineralisasi

oleh

organik jasad

yang

pengurai

Metode Kegiatan

ini

dilakukan

di

Balai

Besar

(probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik

Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai

seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat

bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang

digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air

digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah

untuk

kelangsungan

hidupnya.

Fitoplankton

21

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan

pada ketiga perlakuan minggu ke 2 mulai naik sampai

adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.

250C. Namun kemudian pada minggu ke 3 turun dan

Perlakuan adalah sistem polikultur dengan satu perlakuan dan kontrol, sedang ulangan digunakan dengan ulangan waktu. Lama pemeliharaan selama 4 bulan. Pengelolaan kolam dengan pemberian pupuk

stabil sampai pada minggu ke 7, selanjutnya naik kembali mencapai kisaran 25-26,50C dan pada akhir percobaan menunjukkan kecenderungan menurun (Gambar 1).

yang di fermentasi dengan probiotik selama 7 hari,

Fluktuasi Suhu

selanjutnya dimasukan air dan tiga hari kemudian 27

dimasukan ikan. Udang ditebar di kolam dengan padat tebar 10 ekor/m2. Pemberian pakan untuk udang berupa pellet udang, dosis pemberian pakan 3% meningkat, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari.

S uhu (0C)

26 25

A

24

B

23

C

22 21 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

Sedang untuk ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah.

Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan

Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/m2. Pemberian pakan untuk tidak

Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa

dilalukan untuk ikan, karena diharapkan ikan cukup

suhu antar kolam uji tidak menunjukkan perbedaan,

memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

yaitu pada kontrol berkisar antara 23,0-26,70C, pada

Parameter

yang

diamati

adalah

parameter

kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas,

NH3-N,

NO2-N,

kelimpahan

plankton.

Sebagai

dilakukan

sampling

satu

NO3-N, data

bulan

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 berkisar 21,0-26,20C dan pada

PO4-P,

Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

pendukung

probiotik MBPI berkisar 22,0-26,50C. Nilai kisaran

sekali

untuk

suhu dari hasil pengamatan ini masih memenuhi

mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan

kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan, namun

bandeng.

belum optimal. Menurut Effendi, H (2003) kisaran optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan berkisar

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari kegiatan pemanfaatan biokatalisator berupa ikan bandeng pada pemeliharaan udang galah terhadap kondisi kualitas air kolam, di peroleh hasil sebagai berikut : Pengamatan Kualitas Air Pengukuran Suhu Air

25-30 0C. Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan pemberian probiotik EM4 maupun MBPI tidak memberikan pengaruh nyata terhadap suhu Pengukuran pH Air Nilai pH (derajat keasaman) selama kegiatan berlangsung menunjukkan bahwa nilai pH pada kolam perlakuan (B & C) relatif stabil berkisar 6-8, sedang

Dari hasil pengukuran suhu selama uji coba

pada kolam kontrol (A) menunjukkan fluktuasi yang

tersebut menunjukkan bahwa pada minggu 1 suhu

cenderung lebar yaitu berkisar antara 6 sampai 9.

cenderung rendah rata-rata 230C, ini terjadi terjadi

22

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 2

konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l. Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik

Fluktuasi pH

EM4 memberikan pengaruh lebih baik dari perlakuan

10

biokatalisator ikan bandeng dan MBP-I. Hasil A

6

Fluktusi Oksigen

B

4

C

2

6.000

0 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

berikut:

K o n s e n tr a s i (m g /l)

N ila i pH

8

5.000 4.000

A

3.000

B

2.000

C

1.000 0.000

Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 serta MBPI tidak memberikan

pengukuran oksigen terlarut disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Fluktuasi O2 terlarut selama Kegiatan

perbedaan terhadap nilai pH. Hal ini terlihat bahwa nilai pH antar kolam uji dan kontrol menunjukkan pola yang sama dan berada pada kisaran yang layak

Pengukuran Amoniak (NH3-N) Hasil pengukuran kandungan ammonia (Gambar

untuk kehidupan ikan. Boyd (1982) menyatakan menunjang

4) menunjukkan kisaran konsentrasi yang cukup lebar,

pertumbuhan ikan adalah 6.5-9. Nilai kisaran pH pada

yaitu pada kolam kontrol berkisar 0,044-2,05 mg/L;

kontrol 6,0-8,6; pada kolam perlakuan biokatalisator

0,015-2,24

ikan bandeng dan EM4 berkisar 6,0-7,99; sedang pada

biokatalisator dan probiotik EM4; dan 0,03-2,04 mg/l

kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik

MBPI berkisar 6,0-8,52.

MBPI. Dari ketiga data ini dapat dilihat bahwa kolam

bahwa

kisaran

pH

yang

dapat

Pengukuran Oksigen Terlarut (DO2) Air

perlakuan

mg/L

untuk

biokatalisator

kolam

dan

perlakuan

probiotik

MBPI,

kandungan ammonia cenderung lebih rendah daripada

Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut

kolam kontrol maupun kolamperlakuan biokatalisator

menunjukkan bahwa pada kolam kontrol konsentrasi

dan MBPI. Namun secara keseluruhan, konsentrasi

oksigen terlarut berkisar 1,24-4,84 mg/L; kolam

maksimum pada ketiga kolam relatif tinggi dan telah

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 (B)

melebihi kisaran yang disarankan untuk pemeliharaan

berkisar 0,85-8,24 mg/L; sedang kolam perlakuan

ikan yaitu < 1 mg/l (Pescod, 1973).

biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 1,23Fluktuasi Ammonia

5,89 mg/L. Nilai kisaran pada ketiga kolam uji masih Namun demikian terlihat bahwa kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu

2.500 Konsentrasi (mg/L)

dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan.

2.000 A

1.500

B

1.000

C

0.500 0.000 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Minggu ke-

pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4

23

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

perlakuan

Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH3-N) Terlarut selama Kegiatan

biokatalisator

+

EM4

(Gambar

6).

Keberadaan nitrat yang tinggi tidak membahayakan

Pengukuran Nitrit (NO2-N)

bagi kehidupan ikan bahkan menunjukkan tingkat

Konsentrasi nitrit pada kolam kontrol, kolam

kesuburan kolam. Dengan demikian, dapat dilihat

perlakuan biokatalisator + EM4, dan kolam perlakuan

bahwa kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

biokatalisator + MBPI berturut-turut adalah 0.022-

MBPI

0.254 mg/l, 0.018-0.382 mg/l dan 0.023-0.178 mg/l.

perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Konsentrasi nitrit maximum yang diperbolehkan dalam kegiatan budidaya ikan adalah < 0.06 mg/l (Effendi, H, 2003). Dari hasil tersebut menunjukkan

cenderung

lebih

subur

daripada

kolam

Pengukuran CO2 (karbondioksida) Konsentrasi

karbondioksida

lebih

tinggi

perlakuan

memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan

dibandingkan kolam kontrol, yaitu 0-39,9 mg/L pada

perlakuan

kolam kontrol; 2,2-55,4 mg/L pada kolam perlakuan

dan

probiotik

EM4

relatif

kolam

bahwa perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI biokatalisator

biokatalisator

pada

biokatalisator ikan bandeng dan EM4; dan 4,4-52,8

(Gambar 5).

mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator dan MBPI.

Konsentrasi (m g/L)

Fluktuasi Nitrit

Hal ini diduga karena ikan bandeng dan probiotik dapat meningkatkan laju dekomposisi bahan organik

0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000

A B C

sehingga

dapat

meningkatkan

konsentrasi

karbondioksida sebagai produk akhir. Nilai kisaran karbondioksida pada ketiga kolam uji masih layak untuk pertumbuhan ikan. Kandungan karbondioksida

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah tidak lebih

Minggu ke-

dari 5 mg/l, dan apabila oksigen tinggi ikan masih Gambar 5. Fluktuasi Nitrit (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

dapat mentolerir kandungan karbondioksida kurang dari 60 mg/l (Boyd, 1982). Pengukuran PO4-N (Phosfat)

Fluktuasi Nitrat

Kandungan

Konsentrasi (mg/L)

1.200

phosfat

pada

perairan

juga

menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Kandungan

1.000 0.800

A

0.600

B

0.400

C

0.200

phosfat pada kolam perlakuan masih lebih rendah daripada kolam kontrol. Namun bila dibandingkan antara kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

0.000 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Minggu ke-

Pengukuran Nitrat (NO3-N)

EM4 (berkisar 0-7,4mg/L) biokatalisator

Gambar 6. Fluktuasi Nitrat (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

+

probiotik

dan kolam perlakuan MBPI

(0-9

mg/L)

menunjukkan kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Konsentrasi nitrat

maksimum pada

kolam

kontrol, yaitu berkisar 0,03-4,2 mg/L. Sedangkan kandungan nitrat pada kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI lebih besar daripada kolam

24

Hasil pengukuran kisaran dan rataan kualitas air selama kegiatan disajikan pada Tabel 1, berikut :

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Tabel 1. Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air PERLAKUAN A (Kontrol)

SUHU

pH

O2

CO2

ALKALI

NH3

NO2

NO3

PO4

KEC

(0C)

(-)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/ l)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)

(cm)

MAX

26.7

8.6

4.84

39.9

81.6

2.05

0.264

4.1

10

30

23

6

1.24

0

37.5

0.044

0.022

0.03

0.04

19

24.10

7.52

3.58

13.18

58.26

0.456

0.099

0.653

2.970

12.43

26.2

7.99

8.24

55.4

96.6

2.24

0.382

1.25

7.4

40

21

6

0.85

2.2

30

0.015

0.018

0.04

0.032

15

24.38

6.81

3.38

20.71

62.15

0.430

0.137

0.504

1.573

24.17

26.5

8.52

5.89

52.8

110.5

2.04

0.178

2.8

9

31

22

6

1.23

4.4

25

0.03

0.023

0.01

0.04

12

24.20

7.23

3.00

19.57

64.00

0.429

0.069

0.500

2.521

21.57

MIN RATAAN B (EM-4)

MAX MIN RATAAN

C (MBP-I)

MAX MIN RATAAN

menghasilkan sintasan udang yang cukup baik (Tabel 3). Pertumbuhan Udang Dari hasil pengukuran pertumbuhan berat dan

Tabel 3. Sintasan Udang Galah

panjang (Tabel 2) udang menunjukkan bahwa, pertumbuhan

terbaik

terlihat

pada

perlakuan

biokatalisator + EM-4 yaitu mencapai berat 22,78 gram dan panjang 12,66 cm. Sedang pertumbuhan

PERLAKUAN

TEBAR AWAL (ekor)

PANEN (ekor)

SINTASAN (%)

A (Kontrol)

6300

3850

61.11

B (EM-4)

3604

2889

80,16

C (MBP-I)

5936

4050

68,23

paling rendah pada perlakuan kontrol, yang hanya mencapai berat 11,51 gram dan panjang 9,93 cm KESIMPULAN Tabel 2. Hasil Pertumbuhan pada Awa dan Akhir Kegiatan AWAL PERLAKUAN

Dari hasil kegiatan

yang

telah

diuraikan

sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah :

AKHIR

BERAT (g)

PANJANG (cm)

BERAT (g)

PANJANG (cm)

A (Kontrol)

2.94

6.69

11.51

9.93

menunjukkan kecenderungan positif terhadap

B (EM-4)

2.94

6.69

22.78

12.66

beberapa nilai parameter kualitas air, yaitu pH,

C (MBP-I)

2.94

6.69

15.28

11.38

Sintasan udang Sintasan udang tertinggi pada perlakuan B (Biokatalisator+EM-4)

yaitu

mencapai

80,16%,

sedang pada perlakuan C (Biokatalisator+MBP-I) mencapai 68,16% dan sintasan terendah pada kontrol yaitu

hanya

mencapai

651,11%.

Perlakuan

pemanfaatan biokatalisator yang dipadukan dengan probiotik diduga memberikan pengaruh yang baik terhadap kestabilan media pemeliharaan, sehingga

x

Effektifitas ikan bandeng sebagai biokatalisator

oksigen terlarut, nitrit dan nitrat. x

Sintasan udang mencapai 68,23-80,16%

x

Sintasan bandeng 31,25-48,75%

DAFTAR PUSTAKA Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier sci.Publ Co Amesterdam Moriarty, D.J.W. 1996. Microbial Biotechnology : a key Inggradient for sustainable Aaquaculture. Infofish International. Wididana,. G.H, K. Riyanto 1986. Tanya Jawab Teknologi Efektive Microorganisme. Koperasii Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.

25

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

Garriques dan Arevalo, 1995. …………………….

Effendi, 2003. …………….. Gatesoup, 1999. …………………….

Pescod, 1973. …………… Hadie dan Hadie, 1993. ………………..

Murjiyo, 1998. ……………………. Gandara, 2003. ……..

26